• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

B. Hakikat Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2005) evaluasi berarti penilaian. Arikunto (1999) mengartikan evaluasi juga sebagai penilaian. Secara lengkap Arikunto (1999) mendefinisikan evaluasi sebagai sebuah kegiatan mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif

yang tepat dalam mengambil keputusan. Evaluasi adalah proses mengukur kadar pencapaian tujuan. Evaluasi juga merupakan suatu kegiatan yang direncanakan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen tertentu dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Ralph Tyler (Arikunto, 1999) mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Evaluasi juga dapat dilihat sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif- alternatif keputusan (Purwanto, 2002). Purwanto juga menambahkan evaluasi juga berarti suatu proses sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh peserta didik.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses pengumpulan informasi, data, dengan menggunakan instrumen tertentu. Evaluasi memiliki tujuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu hal. Hasil dari proses evaluasi yang dilakukan dengan baik selanjutnya dapat dijadikan sebagai sumber atau bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan terhadap suatu hal. Hasil evaluasi yang baik akan membantu untuk pertimbangan bagi keputusan yang baik pula.

2. Tujuan Evaluasi

Tujuan umum dari evaluasi pendidikan adalah untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Selain itu, untuk menghimpun informasi yang dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan belajar peserta didik (Sudijono, 1996).

Lebih lanjut, Sukmadinata (2015) merinci tujuan penelitian evaluasi sebagai beruikut:

a. Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program.

b. Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau

perubahan program.

c. Membantu dalam penentuan keputusan berkelanjutan atau

penghentian program.

d. Menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terahadap program.

e. Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial

politik dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor yang mempengaruhi program.

Dari beberapa tujuan di atas dapat dilihat bahwa, penelitian evaluasi memiliki peranan penting untuk memberikan data yang akurat terhadap

program tertentu. Data tersebut dapat digunakan untuk keperluan perencanaan, perubahan, penyempurnaan, pengambilan keputusan, serta untuk menemukan fakta-fakta baru dalam suatu program. Jadi, secara singkat tujuan penelitian evaluasi yaitu penelitian untuk menghimpun informasi atau data-data tertentu (sesuai dengan yang dibutuhkan) yang informasi maupun datanya nanti akan digunakan untuk keperluan tertentu pula.

3. Jenis Evaluasi

Menurut Sukmadinata (2015) evaluasi dalam pendidikan dibedakan menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif lebih diarahkan pada mengevaluasi proses dan ditujukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan program. Evaluasi sumatif lebih diarahkan pada mengevaluasi hasil, untuk menilai apakah program cukup efektif dan efisien atau tidak, atas dasar hasil evaluasi tersebut apakah program perlu dilanjutkan atau dihentikan. Evaluasi formatif dilakukan selama proses pelaksanaan program, dan dilakukan oleh evaluator internal. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program dan dilakukan oleh evaluator eksternal.

4. Prinsip-Prinsip Evaluasi

Proses evaluasi dalam pembelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada banyak hal atau prinsip-prinsip evaluasi yang harus diperhatikan agar proses evaluasi dapat memperoleh hasil yang baik.

Menurut Kusaeri dan Suprananto (2012) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses evaluasi antara lain:

a. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (par tof not a part from instruction).

b. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world

problem), bukan dunia sekolah (school work-kind problems).

c. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria

yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

d. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari

tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik)

Selain itu, Purwanto (2002) juga memberikan penjelasan tentang prinsip-prinsip penilaian dalam sebuah evaluasi yaitu:

a. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang

komperhensif.

b. Penilaian hendakya merupakan bagian integral dari proses belajar

mengajar.

c. Penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi

pengajar.

d. Penilaian harus bersifat komparabel.

e. Penilaian hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi

penilaian, yaitu penilaian yang norm-referenced dan yang criterion-

f. Harus dibedakan antara penskoran (skoring) dan penilaian.

5. Model-Model Evaluasi

McMillan dan Schumacher (2001, Sukmadinata 2015) mengemu- kakan terdapat enam model pendekatan dalam penelitian evaluatif yaitu:

a. Evaluasi berorientasi tujuan (objectives-oriented approaches)

Evaluasi ini diarahkan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan dalam pelaksanaan program atau kegiatan oleh kelompok sasaran, atau mengukur hasil pelaksanaan program atau kegiatan. Tujuan yang menjadi sasaran pengukuran adalah tujuan-tujuan yang spesifik yang dirumuskan dalam perilaku yang dapat diukur, bukan tujuan umum yang bersifat abstrak.

b. Evaluasi berorientasi pengguna (consumer-oriented approaches)

Evaluasi ini berorientasi pada hasil atau produk, yaitu hasil yang dapat memenuhi harapan atau memuaskan kebutuhan pengguna. Evaluasi dapat dilakukan terhadap produk-produk program, seperti hasil penerapan kurikulum, pembelajaran, pendidikan anak berbakat, pendidikan nilai dan masih banyak lagi.

c. Evaluasi berorientasi keahlian (Expertise-oriented evaluation)

Evaluasi ini berorientasi pada penggunaan standar keahlian yang diarahkan pada proses evaluasi program atau komponen-komponen pendidikan dengan menggunakan kriteria atau standar yang telah dirumuskan oleh ara ahli sebagai suatu program atau komponen yang baik. Standar atau kriteria yang digunakan dalam pendekatan ini

diambil dari teori atau konsep-konsep yang mendasari suatu kegiatan atau produk yang akan dievaluasi.

d. Evaluasi berorientasi keputusan (decision-oriented evaluation)

Evaluasi ini memiliki lingkup yang lebih luas dan di dalamnya dimasukkan teori perubahan pendidikan. Evaluasi diarahkan pada proses penentuan jenis keputusan yang akan diambil, pemilihan, pengumumpulan dan analisis data yang dibutuhkan untuk penentuan keputusan, dan penyampaian hasil pada penentu keputusan. Stufflebeam (1971, Sukmadinata, 2015) mengembangkan model evaluasi pendidikan yang bersifat komprehensif yang mencakup konteks (context), masukan (input), proses (proces), dan hasil (product). Model ini sering kali disebut dengan CIPP. Berdasarkan model ini dikembangkan evaluasi yang berorientasi keputusan yang meliputi pengukuran kebutuhan, perencanaan program dan evaluasi masukan, evaluasi implementasi, evaluasi proses, dan evaluasi hasil.

e. Evaluasi berorientasi lawan (adversary-oriented approaches)

Proses evaluasi ini menggunakan standar atau kriteria yang berbeda atau bahkan berlawanan dengan standar yang digunakan. Dalam proses pengujian kemampuan suatu program atau kegiatan diguankan perbandingan program lain atau standar lain yang berlawanan. Program yang baik akan tetap unggul apabila dibandingkan dengan program lain atau menggunakan standar evaluasi lain.

f. Evaluasi berorientasi partisipan naturalistik

Pendekatan evaluasi ini bersifat holistik atau menyeluruh, menggunakan aneka instrumen dan aneka data, agar diperoleh pemahaman yang utuh dari sudut pandang dan nilai-nilai yang berbeda tentang pelaksanaan pendidikan menurut prespektif atau sudut pandang partisipan. Dalam evaluasi naturalistik berkembang pendekatan yang disebut dengan evaluasi responsif, karena merespon kebutuhan klien. Evaluasi responsif didasarkan pada apa yang dilakukan orang secara alamiah, bila mereka mengevaluasi sesuatu mereka mengamati dan mereaksi. Evaluasi responsif bersifat sikilikal, beberapa kejadian mengikuti kejadian, dan banyak kejadian yang terjadi secara serempak.

6. Prosedur Evaluasi

Menurut Sukmadinata (2015) langkah-langkah yang harus dilalui dalam proses evaluasi antara lain yaitu menentukan tujuan yang dapat diukur, menentukan instrumen yang akan digunakan, menetapkan desain evaluasi, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menginterpretasikan hasil analisis data. Hal ini hanyalah salah satu prosedur yang dapat dilakukan dalam penelitian evaluasi. Masih ada model atau langkah- langkah lain yang bisa digunakan dalam penelitian evaluasi. Langkah- langkah penelitian tertentu pastilah menggambarkan model evaluasi tertentu pula.

Dokumen terkait