• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas output pendidikan karakter Kepangudiluhuran di sekolah (studi evaluasi pada sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur di wilayah Klaten).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas output pendidikan karakter Kepangudiluhuran di sekolah (studi evaluasi pada sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur di wilayah Klaten)."

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS OUTPUT PENDIDIKAN KARAKTER KEPANGUDILUHURAN DI SEKOLAH

(Studi Evaluasi pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur di Wilayah Klaten)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Andrias Purwanto

NIM: 131114058

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Untuk segala sesuatu ada waktunya (bdk. Pkh 3:1-15).”

“… menjadi manusia yang baik, menjadi manusia yang lebih baik, berarti berkembang ke arah Yesus, semakin menyerupai Yesus …. (Konst FIC art. 4).”

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Maret 2017

Peneliti

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Andrias Purwanto

Nomor Mahasiswa : 131114058

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EFEKTIVITAS OUTPUT PENDIDIKAN KARAKTER

KEPANGUDILUHURAN DI SEKOLAH

(Studi Evaluasi pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama

Pangudi Luhur di Wilayah Klaten)

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu minta izin dari saya maupun memberikan royalti selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 22 Maret 2017

Peneliti

(7)

vii

ABSTRAK

EFEKTIVITAS OUTPUT PENDIDIKAN KARAKTER KEPANGUDILUHURAN DI SEKOLAH

(Studi Evaluasi pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur di Wilayah Klaten)

Andrias Purwanto Universitas Sanata Dharma

2017

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Efektivitas Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran yang telah diterapkan di SMP-SMP Pangudi Luhur yang berada di wilayah Klaten. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter Kepangudiluhuran mana yang capaian hasilnya belum optimal dan perlu diusulkan adanya perbaikan topik-topik pendidikan karakter.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif evaluatif kuantitatif. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IX dari SMP PL 1 Klaten, SMP PL Wedi, SMP PL Bayat, dan SMP PL Cawas. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 171 dari 329 peserta didik. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Kuesioner Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran model Semantic Differensial yang disusun oleh peneliti. Jumlah item yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 48 item valid dari 50 item soal yang memuat sepuluh aspek karakter Kepangudiluhuran yaitu percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder (sesama). Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian menurut Azwar (2007) yang disusun berdasarkan 5 kategori yaitu sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat tidak baik. Penghitungan indeks reliabilitas Kuesioner menggunakan Alpha Cronbach dan diperoleh koefisien riliabilitas instrumen sangat tinggi yaitu sebesar 0,924.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter Kepangudiluhuran di sekolah Pangudi Luhur sudah cukup efektif. Berdasarkan hasil analisis, dicapai skor output pada 21 (12,28 %) peserta didik masuk ke kategori sangat tinggi, 109 (63,74 %) peserta didik masuk kategori tinggi, dan 41 (23,98 %) peserta didik masuk kategori sedang. Berdasarkan hasil capaian skor item, terdapat 4 (8,33 %) item yang capaian skornya masuk kategori sangat tinggi, 35 (72,92 %) item masuk kategori tinggi, dan 9 (18,75 %) item masuk kategori sedang. Item yang skornya sedang dijadikan sebagai pedoman pembuatan usulan topik -topik pendidikan karakter Kepangudiluhuran.

(8)

viii

ABSTRACT

OUTPUT EFFECTIVENESS CHARACTER EDUCATION OF KEPANGUDILUHURAN (NOBLE EFFORT) IN SCHOOL

(Evaluation Study on Pangudi Luhur Junior High School in Klaten)

Andrias Purwanto Sanata Dharma University

2017

The aim of this research is to find the effectiveness of character education of Kepangudiluhuran which has been applied to Pangudi Luhur Junior High School in Klaten. Besides that, this research was also aimed at identifying which character values of Kepangudiluhuran have not achieved optimum results and proposing character education topics improvement.

This research was a descriptive evaluative quantitative. The subject was students of class IX of SMP (Junior High School) PL I Klaten, SMP PL Wedi, SMP PL Bayat, and SMP PL Cawas. Out of 329 students, 171 students were taken as samples. Data collecting tool used was Semantic Differential Kepangudiluhuran Character Education Output Questionnaire compiled by the author. There were 48 valid items our of 50 items consisting of ten aspects of Kepangudiluhuran character, i.e. to believe in God, to have humility, to have enthusiasm and perseverance, to have wisdom and knowledge, to be wise, to be religious, to give good examples, to have soft heart, to be thought, and love our brothers (others). Data analysis technique used was categorization according to Azwar (2007) compiled based on 5 categories, namely very good, good, medium, bad, and very bad. Questionnaire reliability index calculation used Alpha Cronbuch and it yielded very high instrument reliability index coefficient, which was 0,924.

This research result showed that Kepangudiluhuran Character education was quite effective. Based on analysis result, 21 students (12,28 %) were categorized as very high, 109 students (63,74 %) high, and 41 (72,92 %) medium. Based on item achievement score, 4 items (8,33 %) were categorized as very high, 35 items (72,92 %) high, and 9 (18,75 %) medium. Items with medium score were used as a guide to making topic proposals of Kepangudiluhuran Character education.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas segala berkat dan rahmat-Nya yang mengagumkan sehingga tugas akhir skripsi

ini dapat peneliti selesaikan. Karya ilmiah ini ditulis dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi

Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendididkan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak akan terselesaikan dengan

baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi

peneliti. Oleh karena itu, secara khusus peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling sekaligus dosen pembimbing penulisan skripsi, yang merupakan

salah satu dosen hebat, penuh kesabaran, senantiasa memberikan semangat,

dan menjadi sumber inspirasi bagi peneliti.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa

membantu, memberikan arahan positif, dan memberikan semangat kepada

peneliti.

3. Br. V. Vembriyanto, FIC. S.Pd. (kepsek SMP PL 1 Klaten); Br. Yustinus

Wahyu Bintarto, FIC. S.Pd. (kepsek SMP PL Wedi); FX. Heru Cahyana, S.Pd.

(kepsek SMP PL Bayat); dan Th. Tri Wahono, S.Pd., yang telah berkenan

menerima dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan

(10)

x

4. Bapak/ibu dosen dan karyawan Program Studi Bimbingan dan Konseling yang

senantiasa mendukung, penuh kesabaran, memberikan semangat, dan

membagikan ilmunya dalam penyelesaian penelitian ini.

5. Para bruder FIC komunitas St. Fransiskus Xaverius Yogyakarta yang telah

mendukung dan memberikan semangat kepada peneliti untuk proses

penyelesaian skripsi.

6. Para peserta didik kelas IX SMP PL 1 Klaten, SMP PL Wedi, SMP PL Bayat,

dan SMP PL Cawas, yang telah bersedia membantu peneliti untuk menjadi

responden dalam penelitian ini.

7. Teman-teman seperjuangan BK B angkatan 2013 yang selama ini menjadi

teman setia dalam perjuangan bersama baik pada saat suka maupun saat duka.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, dengan rendah hati peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Yogyakarta, 22 Maret 2017 Peneliti

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

A.Hakikat Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 10

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 10

2. Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 11

3. Tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 12

4. Proses Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 13

5. Materi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 15

B.Hakikat Evaluasi ... 24

(12)

xii

2. Tujuan Evaluasi ... 26

3. Jenis Evaluasi ... 27

4. Prinsip-Prinsip Evaluasi ... 27

5. Model-Model Evaluasi ... 29

6. Prosedur Evaluasi ... 31

7. Aspek-Aspek yang Dievaluasi ... 32

8. Evaluasi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 33

9. Evaluasi Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 33

C.Hakikat Peserta Didik SMP ... 34

1. Pengertian Peserta Didik SMP ... 34

2. Karakteristik Remaja ... 35

3. Tugas Perkembangan Peserta Didik ... 36

4. Karakter Peserta Didik SMP ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN... 39

A.Jenis Penelitian ... 39

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

C.Subjek Penelitian ... 40

1. Populasi Penelitian ... 40

2. Sampel Penelitian ... 41

D.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 43

1. Teknik Pengumpulan Data ... 43

2. Instrumen Penelitian ... 44

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reliabilitas ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 53

1. Pengolahan skor ... 54

2. Menentukan kategori ... 55

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

(13)

xiii

1. Deskripsi Data Keseluruhan ... 57

2. Deskripsi Aspek Pengetahuan ... 58

3. Deskripsi Aspek Penghayatan ... 59

4. Deskripsi Berdasarkan Tema atau Aspek ... 61

5. Deskripsi Berdasarkan Item ... 63

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

1. Efektivitas Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 65

2. Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran berdasarkan ... 67

3. Nilai Karakter Kepangudiluhuran yang Capaian Output- ... 69

BAB V. PENUTUP ... 73

A.Kesimpulan ... 73

B.Keterbatasan Penelitian ... 74

C.Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(14)

xiv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 3.1. Jumlah Siswa Kelas Berdasarkan Sekolah ... 42

Tabel 3.2. Skala Semantic Defferensial ... 44

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Aspek Pengetahuan dan Penghayatan Karakter Kepangudi-luhuran dalam Bentuk Kuesioner ... 45

Tabel 3.4. Hasil Analisis Validitas Instrumen ... 49

Tabel 3.5. Rumus Manual Uji Validitas Menggunakan Product Moment dengan Simpangan ... 51

Tabel 3.6. Rumus Manual Uji Reliabilitas Alpha Cronbach ... 52

Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas ... 52

Tabel 3.8. Kriteria Guilford ... 53

Tabel 3.9. Tabel Penentuan Kriteria Secara Keseluruhan ... 55

Tabel 3.10. Tabel Kriteria Secara Keseluruhan ... 56

Tabel 4.1. Kualifikasi Nilai Keseluruhan ... 57

Tabel 4.2. Kualifikasi Aspek Pengetahuan ... 58

Tabel 4.3. Kualifikasi Aspek Penghayatan ... 60

Tabel 4.4. Kualifikasi Tema Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 62

Tabel 4.5. Item Soal Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran yang Mendapat Skor Rendah ... 63

Tabel 4.6. Soal Item yang Mendapatkan Skor Rendah ... 64

Tabel 4.7. Usulan Tema untuk Meningkatkan Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 71

Gambar 4.1. Diagram Nilai Keseluruhan ... 58

Gambar 4.2. Diagram Aspek Pengetahuan ... 59

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 78

Lampiran 2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 79

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 83

Lampiran 4. Contoh Jawaban Kuesioner Penelitian ... 94

Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian ... 105

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pangudi Luhur merupakan Yayasan Katolik yang bergerak di bidang

pendidikan. Yayasan ini dikelola oleh para bruder kongregasi FIC 1. Fokus

pelayanan Yayasan Pangudi Luhur adalah pendidikan dan pembinaan kaum

muda. Karya kerasulan ini merupakan karya kerasulan yang diwariskan oleh

para pendiri kongregasi bruder-bruder FIC yaitu Mgr. Ludovicus Rutten dan

Br. Bernardus Hoecken, FIC 2. Para bruder FIC bertanggung jawab untuk

menjaga warisan pendiri, yaitu melestarikan karya pendidikan dan pembinaan

kaum muda. Dalam melestarikan warisan ini para bruder diminta untuk tetap

berpegang pada kharisma yang sudah ada, namun tetap terbuka terhadap

tanda-tanda zaman dan terhadap Roh yang berkembang ke arah yang

dikehendaki-Nya (Konst FIC, 1992: 12). Artinya, para bruder FIC tetap dimungkinkan untuk

mengembangkan karya kerasulan lain yang sesuai dengan kebutuhan zaman,

namun juga tetap memperhatikan kekuatan serta kemampuan yang dimiliki.

1FIC : Merupakan singkatan dari bahasa Latin yaitu Fratrum Immaculatae Conceptionis yang

berarti Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda.

2Mgr : Monsinyur (latin: monsignor) merupakan gelar kehormatan klerus gerejawi yang diberikan

(17)

Berpegang pada tanggung jawab tersebut, para bruder hingga saat ini

masih berpegang teguh untuk menjaga warisan karya pendidikan melalui

penyelenggaraan sekolah di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur.

Penyelenggaraan pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Katolik, terutama

yang dikelola oleh Kongregasi atau Tarekat religius diharapkan memiliki

karakter khas yang dapat diberikan kepada para peserta didik. Karakter khas

tersebut tidak lain adalah karakter khas sesuai dengan nilai-nilai yang dihidupi

oleh anggota tarekat seturut teladan para pendiri mereka. Mgr. Ignasius

Suharyo, Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang, saat mengadakan

pertemuan dengan Br. Albert Ketelaars, FIC., (Pemimpin Umum Kongregasi

FIC) pada tahun 1998 menyampaikan “Alangkah indahnya apabila para lulusan

sekolah-sekolah yang dikelola oleh Kongregasi atau Tarekat

biarawan-biarawati mempunyai karakter khas sesuai dengan nilai-nilai yang mereka

perjuangkan oleh Para Pendiri Kongregasi atau Tarekat yang mengelola

sekolah-sekolah tersebut”.

Berdasarkan gagasan tersebut, maka para bruder FIC mengusahakan

untuk mengenalkan karakter khas FIC di dunia pendidikan sesuai dengan

nilai-nilai yang dihidupi. Karakter khas yang ditetapkan oleh Yayasan Pangudi

Luhur diberi nama dengan pendidikan Kepangudiluhuran 3. Materi Pendidikan

Karakter Kepangudiluhuran bertolak dari sepuluh keutamaan Br. Bernardus

FIC. Sepuluh keutamaan tersebut meliputi percaya kepada Tuhan, rendah hati,

3 Kepangudiluhuran diambil dari nama Yayasan Pangudi Luhur yang dijadikan sebagai nama

(18)

semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap

bijaksana, saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para

bruder (sesama).

Sepuluh keutamaan Bernardus dijabarkan dalam materi yang dikemas

dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan. Melalui pendidikan

Kepangudiluhuran ini para peserta didik diharapkan mampu

menginternalisasikan segala keutamaan sebagai sikap pribadi demi

pembentukan karakter pribadi menjadi manusia yang utuh. Harapan ini

tertuang dalam profil “outcome” Yayasan Pangudi Luhur yakni agar peserta

didik dapat menjadi manusia merdeka, berpribadi utuh, manusia yang berpikir

otentik dan bertindak aktif positif, manusia yang tangguh iman dan moralnya

serta manusia yang sadar dan mampu membangun hidup bersama (Handoko

dan Riyanto, 2004).

Tujuan dari Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran adalah untuk

menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan

dalam diri sendiri, sesama dan lingkungan hidupnya, serta memiliki kepedulian

sosial dalam hidup bermasyarakat. Pembelajaran Kepangudiluhuran juga

bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai universal yang diperjuangkan oleh

semua orang (Sugi, 2011). Nilai-nilai universal itu beberapa di antaranya

adalah nilai kebangsaan, nilai budaya, nilai moral, nilai religius, dan masih

(19)

Bertolak dari tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran di sekolah

Pangudi Luhur, maka dalam semua mata pelajaran perlu dimasukkan muatan

nilai-nilai karakter tersebut. Selain itu, secara khusus penanaman nila-nilai

karakter Kepangudiluhuran disampaikan melalui mata pelajaran

Kepangudiluhuran pada semua tingkat di sekolah Pangudi Luhur. Dengan cara

ini tentu hasil pendidikan peserta didik di sekolah diharapkan semakin

mencerminkan nilai-nilai Kepangudiluhuran yang kental.

Sejauh pengamatan peneliti dalam kegiatan observasi langsung,

wawancara dengan guru pengampu, dan beberapa kali praktik langsung,

pembelajaran Kepangudiluhuran di beberapa SMP Pangudi Luhur wilayah

Klaten sudah terlaksana dengan baik. Pembelajaran telah dilaksanakan sesuai

dengan jadwal dan program pembelajaran yang disusun. Selain itu, sekolah

juga berusaha mengembangkan proses pendidikan agar penanaman karakter

Kepangudiluhuran dapat semakin efektif. Pengembangan itu misalnya sekolah

memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk membuat aksi luar sekolah

dengan tema tertentu dan hasilnya dilaporkan pada akhir semester. Dengan cara

ini diharapkan pendidikan karakter yang telah didapat dapat semakin

diinternalisasikan dalam hidup nyata yang langsung berkaitan dengan keadaan

di sekitar.

Namun meski demikian, pelaksanaan pendidikan karakter

Kepangudiluhuran di sekolah sampai sejauh ini belum pernah diselenggarakan

evaluasi secara sistematis mengenai proses dan hasil dari program pendidikan

(20)

ditetapkan pada tahun 2007 dan kemudian menggunakan buku

Kepangudiluhuran yang disusun oleh Br. Frans Sugi, FIC pada tahun 2011.

Belum pernah diadakannya evaluasi atas pendidikan ini, karena mengingat

keterbatasan sekolah untuk melakukan proses evaluasi. Peneliti berpikir

evaluasi ini sangat penting, karena melalui proses evaluasi dapat diketahui

sejauh mana proses dan hasil pendidikan karakter Kepangudiluhuran dapat

tercapai dan hal-hal yang kiranya perlu dikaji ulang atau ditingkatkan kembali.

Selain itu, dengan adanya evaluasi secara sistematis juga akan dapat membantu

menemukan kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan pendidikan karakter

Kepangudiluhuran. Sebab jika tidak dilakukan proses evaluasi, maka bisa

dimungkinkan akan adanya hal-hal yang mungkin justru kurang bermanfaat

tetapi tetap saja menjadi bagian dari program yang terus dilaksanakan.

Untuk itu, peneliti tertarik untuk melihat lebih jauh mengenai capaian

hasil dari pendidikan karakter Kepangudiluhuran yang sudah diterapkan bagi

para peserta didik. Atas ketertarikan ini, peneliti berniat untuk melakukan

penelitian output dari program pendidikan karakter Kepangudiluhuran di

sekolah-sekolah SMP Pangudi Luhur yang ada di wilayah Klaten. Peneliti

merumuskan judul penelitian ini dengan judul Efektivitas Output Pendidikan

Karakter Kepangudi-Luhuran di Sekolah Pangudi Luhur (Studi Evaluasi pada

Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur yang ada di Wilayah

Klaten). Melalui penelitian ini peneliti ingin mengukur seberapa efektif

program pendidikan karakter Kepangudiluhuran, dilihat dari output yang telah

(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas teridentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Program Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran di Sekolah-Sekolah

Menengah Pertama Pangudi Luhur wilayah Klaten belum pernah

dievaluasi.

2. Keberhasilan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran di Sekolah-Sekolah

Menengah Pertama Pangudi Luhur wilayah Klaten belum pernah

dievaluasi.

3. Belum teridentifikasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan Pendidikan

Karakter Kepangudiluhuran di Sekolah-Sekolah Menengah Pertama

Pangudi Luhur wilayah Klaten.

4. Belum diperoleh masukan-masukan dari sistem evaluasi secara sistematis

dalam hal-hal apa yang perlu untuk dilakukan perbaikan ataupun

peningkatan pendidikan,

5. Belum ada data menyangkut isi materi Pendidikan Karakter

Kepangudiluhuran mana yang perlu diusulkan untuk perbaikan.

C. Pembatasan Masalah

Semua masalah yang teridentifikasi di atas tidak semuanya dapat dikaji

oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian ini berfokus pada

menjawab butir-butir masalah nomor 2 dan 5 dalam tema penelitian Efektifitas

(22)

pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur yang ada di Wilayah

Klaten).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan

masalah-masalah penelitian ini secara operasional sebagai berikut:

1. Seberapa efektif pendidikan karakter Kepangudiluhuran di

Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur yang ada di wilayah Klaten

dilihat dari output-nya?

2. Nilai-nilai karakter Kepangudiluhuran mana yang teridentifikasi

capainnya belum optimal dan perlu usulan perbaikan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengukur seberapa efektif pendidikan karakter Kepangudiluhuran di

SMP Pangudi Luhur yang ada di wilayah Klaten dilihat dari output-nya.

2. Mengidentifikasi nilai-nilai karakter Kepangudiluhuran yang capain

hasilnya belum optimal untuk diusulkan adanya perbaikan topik-topik

(23)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

sekolah, khususnya dalam bidang pelaksanaan pendidikan karakter

Kepangudiluhuran, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk

melakukan perubahan yang perlu guna lebih baiknya proses penanaman

nilai-nilai Karakter Kepangudiluhuran di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Yayasan Pangudi Luhur, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan data yang jelas tentang sejauh mana Efektivitas

pendidikan karakter Kepangudiluhuran di SMP dapat tercapai dan

dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dan

pengembangan yang lebih baik bagi semua sekolah Pangudi Luhur.

b. Bagi guru SMP Pangudi Luhur yang bersangkutan, diharapkan

penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang capaian yang

sudah diperoleh dan sebagai titik tolak untuk semakin meningkatkan

upaya penanaman nilai karakter Kepangudiluhuran menjadi semakin

lebih baik lagi.

c. Bagi peserta didik SMP Pangudi Luhur, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi bahan evaluasi serta motivasi diri agar semakin

menghidupi nilai-nilai Karakter Kepangudiluhuran yang sudah

(24)

d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti

untuk dapat belajar lebih dalam tentang proses evaluasi secara

sistematis.

G. Definisi Istilah

1. Karakter

Karakter adalah tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti

seseorang terkait dengan nilai-nilai hidup seperti kebangsaan, moral,

religius dan menjangkau semua aspek dalam diri baik pengetahuan,

pikiran, perasaan maupun tindakan seseorang.

2. Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Pendidikan karakter Kepangudiluhuran merupakan pendidikan karakter

yang didasarkan pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh pendiri

kongregasi FIC yaitu Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, FIC.

3. Evaluasi output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Evaluasi Output Pendidikan karakter Kepangudiluhuran merupakan

proses pengumpulan informasi, data, dengan menggunakan instrumen

tertentu yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana keluaran yang

dihasilkan dari proses penanaman nilai-nilai Karakter Kepangudiluhuran

(25)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan teori-teori yang mendukung penelitian yaitu

hakikat Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran, hakikat evaluasi dan hakikat

peserta didik SMP.

A. Hakikat Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Puskurbuk Balitbang Kemdiknas (2011) menjelaskan bahwa

pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,

pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,

memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan

sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter merupakan

pemahaman akan nilai-nilai agama, budaya, dan sosial yang mampu

membentuk akhlak manusia menjadi lebih bermoral dan berbudi pekerti

luhur sehingga mampu menilai dan meneladani sikap yang baik dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Kemendiknas (2010) pendidikan

karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter

bangsa pada peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter

sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan

dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius,

(26)

Suyanto (2010) menjelaskan pendidikan karakter adalah

pendidikan budi pekerti plus, yang melibatkan aspek pengetahuan

(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek

ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Pendapat ini didukung

oleh Darminta (2006) yang menyebutkan tahapan penghayatan nilai hidup

melalui tiga tahap yaitu tahap kognisi, afeksi, dan aksi. Kedua pendapat ini

menegaskan pentingnya aspek pengetahuan yang mendasari sebuah

tindakan, sedangkan proses afeksi menjadi jembatan atas pengetahuan

yang didapat dan akhirnya melahirkan tindakan atau perilaku berkarakter.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan karakter merupakan pendidikan penanaman nilai-nilai

universal dalam hidup. Nilai yang dimaksud dapat merupakan nilai yang

berkaitan dengan nilai kebangsaan, moral, religius dan menjangkau semua

aspek dalam diri baik pengetahuan, pikiran, perasaan maupun tindakan

seseorang.

2. Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Kepangudiluhuran berasal dari kata Pangudi Luhur. Pangudi,

artinya suatu usaha atau ikhtiar untuk mencari sesuatu. Luhur, artinya

mulia atau tinggi. Pendidikan karakter Kepangudiluhuran merupakan

pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan

oleh pendiri kongregasi FIC yaitu Mgr. Rutten dan Br. Bernardus

Hoecken, FIC. Nilai-nilai karakter tersebut oleh para bruder FIC sering

(27)

Bernardus meliputi percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan

keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, saleh,

teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder (sesama).

Pendidikan karakter Kepangudiluhuran selalu diarahkan untuk

menjunjung tinggi nilai-nilai luhur berdasarkan Pancasila, selalu

bersemangat menuntut ilmu dan berkembang menjadi pribadi yang

berkualitas tinggi, berkarakter baik, cerdas, serta dapat berkembang secara

utuh (Sugi, 2011). Dengan demikian arah Pendidikan Karakter

Kepangudiluhuran tentunya juga menjalankan amanat UUD 1945 dalam

rangka mencerdaskan bangsa.

3. Tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Tujuan pendidikan karakter Kepangudiluhuran sebagaimana

dijelaskan dalam pengantar buku ajar Kepangudiluhuran (Sugi, 2011)

adalah sebagai berikut:

a. Menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat

kebaikan Tuhan dalam diri sendiri, sesama, dan lingkungan

hidupnya, sehingga mereka memiliki kepedulian sosial dalam hidup

bermasyarakat.

b. Membantu peserta didik menemukan dan mewujudkan nilai-nilai

universal yang diperjuangkan semua orang beriman. Nilai universal

itu beberpa diantaranya adalah nilai kebangsaan, budaya, sosial,

(28)

Dua tujuan kepangudiluhuran tersebut dalam pencapaiannya selalu

bercermin dari hidup para pendiri kongregasi FIC yaitu Mgr. Ludovicus

Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, FIC. Selanjutnya cerminan itu

diharapkan dapat diaplikasikan ke dalam hidup sehari-hari dan di manapun

mereka berada.

4. Proses Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Yayasan Pangudi Luhur menetapkan bahwa pendidikan karakter

kepangudiluhuran perlu diajarkan kepada semua peserta didik Pangudi

Luhur. Pendidikan ini diajarkan di semua tingkat pendidikan mulai dari

TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK. Proses pendidikan karakter

Kepangudiluhuran di kelas berdasarkan buku ajar Kepangudiluhuran

(Sugi, 2011) ditetapkan sebagai berikut:

a. Pembuka

Kegiatan belajar selalu diawali dengan kegiatan pembuka.

Pada kegiatan pembuka kegiatan yang ditawarkan antara lain adalah

menyanyikan lagu, berdoa, serta pengantar seperlunya untuk masuk

ke materi yang akan disampaikan.

b. Inspirasi Iman

Setelah dilakukan pengantar pada sesi pembuka, maka

langkah selanjutnya adalah para peserta didik diajak untuk

menyimak inspirasi iman yang telah disiapkan pada buku ajar.

Inspirasi iman disampaikan seturut kreativitas guru yang

(29)

inspiratif dari kitab suci maupun dari luar kitab suci, atau bahkan

berasal dari kisah-kisah Br. Bernardus maupun Mgr. Rutten pendiri

kongregasi FIC.

c. Pendalaman Inspirasi Iman

Setelah inspirasi iman disampaikan, maka para peserta didik

diajak untuk mendalami inspirasi tersebut secara bersama. Proses

pendalaman ini dimulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

reflektif, penemuan pembelajaran penting, dan penegasan kembali

oleh guru atau peserta didik tentang penemuan yang sudah

didapatkan bersama.

d. Evaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai sejauh

mana indikator yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

Pada bagian ini biasanya disediakan beberapa panduan pertanyaan,

meskipun ada bebrapa tema yang tidak dituliskan bagian evaluasi.

e. Penutup

Penutup merupakan sesi akhir yang mengakhiri semua

rangkaian pembelajaran. Pada sesi penutup disediakan doa penutup

yang dapat digunakan untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.

Penutup dapat dilakukan langsung oleh guru yang mengampu atau

oleh peserta didik yang dengan sukarela atau diminta memimpin doa

(30)

Selain proses pendidikan berdasarkan buku ajar

Kepangudiluhuran, setiap sekolah diberi keleluasaan untuk

mengembangkan proses pendidikanyang lebih sesuai dengan keadaan

setempat. Pengembangan bisa dalam bentuk pengembangan materi dan

juga pendalaman materi melalui penugasan-penugasan ataupun cara-cara

tertentu yang dapat semakin memperdalam dan mengakarkan

karakter-karakter Kepangudiluhuran yang dipelajari.

5. Materi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran oleh Sugi (2011)

dijabarkan dalam materi ajar yang didasarkan pada sepuluh nilai

keutamaan Bernardus. Demi kepentingan pengkajian yang lebih

terstruktur, maka peneliti merumuskan dan menata kembali materi tersebut

agar dapat dikaji secara ilmiah. Materi-materi tersebut antara lain sebagai

berikut:

a. Percaya Kepada Tuhan

Makna iman sering kali diidentikkan dengan sikap percaya.

Makna percaya secara umum menunjuk kepada berbagai sikap manusia

yang mempercayai segala sebab yang dianggap bertuah, keramat dan

memiliki suatu kasiat. Oleh karena itu, melalui sikap percaya seseorang

dapat menyembah suatu benda, patung, pohon, atau dongeng yang

diwariskan secara turun-temurun.

Sikap percaya memberi tempat yang begitu besar pada sikap

(31)

irasional dan mempercayai dongeng atau hal-hal yang sebenarnya tidak

patut dipercayai. Sikap percaya memungkinkan manusia untuk percaya

pada tahayul sehingga melumpuhkan akal budi dan hati nurani untuk

memuliakan Allah selaku pencipta dan penyelamat hidup. Justru sikap

iman senantiasa mendorong dan memampukan setiap orang yang

percaya agar membebaskan diri dari setiap sikap irasional dan dongeng.

St. Petrus menyatakan: “sebab kami tidak mengikuti dongeng

-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan

kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai

raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya (2 Ptr, 1:16).

Kesaksian Kitab Suci secara sadar menegaskan pemberitaan para nabi

dan rasul disadari oleh kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan,

suatu kebenaran yang lahir dari pernyataan Allah dan bukan hasil

dugaan atau dongeng semata.

Seseorang perlu percaya kepada Tuhan untuk memperoleh

keselamatan hidup dan hidup bahagia di dunia. Dua orang pemimpin

seperti Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoecken pendiri FIC adalah

figur pemimpin yang dapat menjadi teladan. Mereka berdua adalah

gembala atau pemimpin yang dengan setia dan penuh kasih menghantar

para bruder pada sikap percaya sebagai jalan menuju keselamatan

rohani. Br. Bernadus Hoecken, FIC ketika menghadapi

masalah-masalah permulaan kongregasi seperti kekurangan calon, dia berdoa

(32)

Berkat semangat, ketekunan, dan penyerahan kepada Tuhan serta

pengantaraan kepada Bunda Maria, akhirnya semua masalah tersebut

dapat diatasi. Berdasarkan apa yang ia alami dalam pengalaman

imannya, maka ia pun menyarankan agar para bruder juga memiliki

sikap percaya yang tinggi terhadap penyelenggaraan Tuhan sendiri.

b. Rendah Hati

Orang yang bersikap rendah hati pada dasarnya tidak mencari

pujian, tetapi lebih mendasari tindakannya pada keikhlasan hati untuk

mengasihi sesama. Orang yang rendah hati memiliki sifat peduli

terhadap orang lain, mengingat jasa atau pertolongan yang pernah

diterima meski sekecil apapun. Orang yang rendah hati tidak

mementingkan diri sendiri melainkan memperhatikan kepentingan

orang lain.

Orang yang rendah hati juga memiliki kepedulian teradap

panggilan untuk melakukan pekerjaan secara sungguh-sungguh.

Pepatah mengatakan ora et labora (Latin) yang artinya bekerja dan

berdoa (St. Bendiktus). Dengan bekerja orang beriman mewujudkan

panggilan Tuhan yang dapat membahagiakan dirinya. Bekerja meski

disertai dengan keringat, rasa lelah atau capek, tetapi tetap memberikan

kepuasan batin dan kebahagiaan.

Hidup beriman diharapkan mampu sepenuhnya membaktikan diri

(33)

Kerajaan-Nya. Dalam kasih, seseorang hendaknya memberikan diri

kepada Dia yang penuh kasih.

c. Semangat dan Keteguhan Hati

Globalisasi adalah perubahan yang terjadi di dunia akibat dari

penemuan-penemuan modern sehingga seolah-olah dunia yang luas ini

menjadi sedemikian sempit. Hal ini membawa perubahan besar dalam

kehidupan masyarakat. Di sisi lain, globalisasi telah memberikan

kemungkinan untuk membangun kesatuan secara lebih luas. Namun, di

lain sisi globalisasi juga telah memberikan berbagai tawaran atau

pilihan yang beragam. Hal ini memberikan kesulitan pada semua orang,

terlebih generasi muda yang masih mencari jati diri. Proses mencari jati

diri ini menyebabkan generasi muda mudah berubah dalam

pilihan-pilihan hidup. Oleh karena itu, generasi muda memerlukan teladan

pribadi yang memiliki semangat dan keteguhan hati dalam hidup untuk

akhirnya mereka sendiri memiliki karakter tersebut. Karakter tersebut

dapat dibangun dengan membangun kewaspadaan diri dalam setiap

langkah dan perilaku.

Waspada berarti seseorang mengusahakan selalu bersikap

berjaga-jaga menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Sadar akan

hal yang akan dihadapi meskipun belum jelas jalan keluarnya. Pelayan

yang siap akan selalu berjaga-jaga terhadap segala hal (Luk 12:35-37).

Ia akan berpakaian dan mengusahakan supaya lampu tetap bernyala

(34)

mengetuk pintu maka mereka akan segera membukakannya. Alangkah

beruntungnya pelayan-pelayan yang kedapatan sedang menunggu pada

waktu tuannya datang. Maka, dalam menghadapi globalisasi

dibutuhkan sikap waspada atau bertindak hati-hati untuk berani

memilih dan menentukan hal-hal yang baik dan meninggalkan yang

kurang baik. Untuk bisa sampai proses memilih hal yang baik serta

meninggalkan yang kurang baik membutuhkan bantuan orang lain.

d. Kebijaksanaan dan Berpengetahuan

Orang yang bijaksana adalah orang yang cerdas dalam arti

mampu membedakan hal yang baik dari hal yang buruk (1 Raj 3:9). Ia

dapat memberikan alternatif-alternatif sebagai jalan keluar. Orang yang

bijaksana terus belajar dan terus menangkap jalan-jalan Tuhan. Jalan

Tuhan dibacanya melalui tanda-tanda yang terjadi dalam setiap harinya.

Kebijaksanaan tanpa didukung dengan pengetahuan, kadang

menjadi sulit untuk diterapkan, sebab seseorang akan sulit memahami

situasi dan dikaitkan dengan permasalahan yang sebenarnya (Humblet,

1994). Maka, dalam hal ini jelaslah pengetahuan itu dapat menjadi

penyokong atas kebijaksanaan yang diusahakan oleh setiap pribadi.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar.

Menjadi manusia pembelajar merupakan hak setiap orang

(manusia) yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan

dua hal penting, yakni: pertama, berusaha mengenali dirinya, potensi

(35)

mengaktualisasikan potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan

diri sepenuhnya dengan cara menjadi dirinya sendiri. Jika kita

mempelajari orang-orang yang sukses, kita akan menemukan bahwa

mereka memiliki satu rahasia yang sama, yaitu belajar dan belajar.

Semakin terus belajar semakin dapat disadari betapa sedikitnya ilmu

yang dimiliki.

Oleh karena itu, sangat penting menanamkan semangat belajar

terus menerus pada diri kita masing-masing. Dari hari ke hari, kita harus

semakin memperkaya diri kita dengan kekayaan rohani, yaitu ilmu.

Dengan semangat belajar itulah kita memperoleh ilmu dan terus

meningkatkan ilmu yang kita miliki.

e. Sikap Bijaksana

Seorang yang bijaksana mengenal kesucian Tuhan Allah dan

takut akan Dia. Seorang yang bijaksana mengetahui bagaimana

menggunakan waktu secara tepat untuk memuliakan Tuhan. Seorang

yang mengenal Tuhan mengetahui bahwa kehidupan nyatanya harus

dipertanggunjawabkan di hadapan Tuhan Allah yang kekal.

Santo Yakobus mengatakan: kebijaksanaan adalah rahmat dalam

doa dan dilatih dalam suasana doa. Br. Bernardus, FIC dalam segala hal

meskipun sangat kecil kepentingannya, terlebih dahulu tetap memohon

nasihat dan pertolongan kepada Tuhan dan bunda Maria sebagai

pelindung kongregasi. Melalui kekuatan doa segala sesuatunya dapat

(36)

f. Sikap Saleh

Perkembangan pengetahuan dan teknologi berkat daya rasional

manusia sering dituding sebagai penyebab lunturnya kehidupan rohani.

Orang menjadi kurang peduli dengan hal-hal rohani seperti doa-doa

pribadi. Praktik hidup doa mulai banyak tidak mendapatkan perhatian

dan tempat dalam hati kita. Kerelaan seseorang untuk berdoa menjadi

berkurang karena ada tuntutan yang dianggap lebih penting dari

hidupnya.

Peranan doa dalam kehidupan beriman tetaplah penting bagi diri

sendiri maupun orang lain. Doa memiliki aspek sosial. Banyak

peristiwa dalam Kitab Suci yang menunjukkan betapa kuatnya doa,

yang dapat menyelamatkan. Br. Bernardus mengutip apa yang

dikatakan St. Vincentius bahwa setiap orang hendaknya berlindung

kepada Tuhan dalam doa, bukan saja jika ia dibimbing dan mengalami

kesukaran, melainkan juga untuk mendengar dari Tuhan sendiri apa

yang harus diajarkan kepada orang lain (Sugi, 2011).

g. Teladan Baik

Semua orang pernah berbuat kesalahan dan dosa dalam hidupnya.

Kesalahan dan dosa merupakan salah satu ciri khas manusia karena

manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna. Ketidaksempurnaan

manusia menjadikan dirinya cenderung untuk berbuat kesalahan dan

(37)

berani mengakuinya dan memohon ampun atas kesalahan dan dosanya

tersebut.

Orang sadar, dosa tidak hanya merugikan orang lain, melainkan

juga merusak kehidupan diri sendiri, merenggangkan relasi dengan

sesama dan menciderai relasi dengan Allah. Sering juga

ketidakmampuan seseorang memberikan pengampunan pada

sesamanya menjadikan dirinya tidak nyaman dalam membangun relasi

dengan sesamanya. Oleh karena itu, seseorang perlu belajar untuk

saling mangampuni.

Saling mengampuni ini menjadi salah satu teladan baik yang

memberikan dampak bagi kehidupan bersama. Tidak hanya

pengampunan yang tampat, namun juga dapat memberikan dampak

bagi perbaikan relasi antar umat manusia, dengan jalan menunjukkan

keutamaan hidup iman yang sungguh dihadapinya.

h. Lembut Hati

Br. Bernardus (1994) memberikan pengajaran kepada para

brudernya agar memiliki sikap lembut hati dalam hidup sehari-hari. Ia

menuliskan sebagai berikut:

1) Mulailah selalu dengan lembut hati; jika cara itu tidak berhasil,

bertindaklah dengan tegas, agar para bruder sungguh yakin bahwa

anda hanya bertindak demikian demi kesejahteraan rohani mereka.

(38)

dan karena Allah yang Mahabaik menuntut hal itu dari anda. Maka

lunakkanlah teguran anda dengan lembut hati.

2) Hendaklah juga lembut hati terhadap diri anda sendiri dan janganlah

kaget jika anda pernah bersalah atau tertipu oleh kegiatan anda. Anda

adalah manusia dan bukan malaikat. Katakanlah bersama St.

Aloysius bahwa bumi telah menghasilkan buahnya. Atau seperti St.

Fransiskus, berikanlah dirimu, hai hatiku yang lemah, engkau

terjatuh lagi ke lubang, meskipun engkau sering memutuskan untuk

menghindarinya. Marilah kita bangun dan berlindung pada belas

kasih Allah dengan harapan akan pertolongan-Nya, agar kita

selanjutnya lebih teguh.

Tuhan bersabda: Berbahagialah orang yang lemah lembut karena

mereka akan memiliki bumi. Maka, menurut teladan dan perintah

Tuhan, setiap orang harus berusaha menjadi lemah lembut dan rendah

hati, yaitu menjadi lembut hati dan berbaik hati. Ia tidak hanya harus

berbuat tegas menentang dalam dirinya sendiri setiap pernyataan nafsu

atau kemarahan, melainkan juga keras menghindari tanda-tanda

timbulnya gerakan hati itu.

i. Tabah Hati

Pada dasarnya semua manusia itu baik, karena diciptakan dan

dikehendaki oleh Allah. Setiap manusia bersifat limited edition, tidak

ada duanya. Perbedaan merupakan keunikan setiap orang dan sekaligus

(39)

11, 28 - 31). Karunia harus digunakan untuk membangun hidup

bersama / jemaat. Perbedaan bukan dimaksudkan untuk memecah belah

kesatuan, melainkan untuk saling melengkapi dan mempersatukan serta

saling memperkaya. Maka, keunikan itu baru dapat berarti bila

disumbangkan, diwujudnyatakan bagi kepentingan kehidupan bersama.

Setiap orang tidak harus mencari kepentingannya sendiri, dan merasa

diri lebih dari yang lain, sebab memiliki karunia khusus yang menjadi

ciri khasnya atau keunikannya.

j. Mencintai para bruder (sesama)

Mencintai sesama berarti mencintai dengan berlandaskan ajaran

dalam Kitab Suci. Barang siapa mengasihi Allah, ia juga mengasihi

saudaranya (1 Yoh 4: 21). Mencintai sesama merupakan bagian dari

sikap mengasihi saudara, dan sebagai wujud ungkapan kasih kepada

Allah. Maka, sudah sepantasnyalah kita mengasihi sesama kita.

Mengasihi sesama dilandasi rasa hormat yang mendalam, dan turut

serta menjaga dan mendukung perkembangan sesama.

B. Hakikat Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2005) evaluasi

berarti penilaian. Arikunto (1999) mengartikan evaluasi juga sebagai

penilaian. Secara lengkap Arikunto (1999) mendefinisikan evaluasi sebagai

sebuah kegiatan mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,

(40)

yang tepat dalam mengambil keputusan. Evaluasi adalah proses mengukur

kadar pencapaian tujuan. Evaluasi juga merupakan suatu kegiatan yang

direncanakan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan

instrumen tertentu dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur

untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Ralph Tyler (Arikunto, 1999) mengatakan bahwa evaluasi

merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh

mana, dalam hal apa, dan bagaian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.

Evaluasi juga dapat dilihat sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan

menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat

alternatif-alternatif keputusan (Purwanto, 2002). Purwanto juga menambahkan

evaluasi juga berarti suatu proses sistematis untuk menentukan atau

membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah

dicapai oleh peserta didik.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi

merupakan proses pengumpulan informasi, data, dengan menggunakan

instrumen tertentu. Evaluasi memiliki tujuan untuk memberikan penilaian

terhadap suatu hal. Hasil dari proses evaluasi yang dilakukan dengan baik

selanjutnya dapat dijadikan sebagai sumber atau bahan pertimbangan untuk

pengambilan keputusan terhadap suatu hal. Hasil evaluasi yang baik akan

(41)

2. Tujuan Evaluasi

Tujuan umum dari evaluasi pendidikan adalah untuk menghimpun

bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf

perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik

setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu, mengetahui tingkat

efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan

dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Selain itu, untuk

menghimpun informasi yang dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui

taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan

belajar peserta didik (Sudijono, 1996).

Lebih lanjut, Sukmadinata (2015) merinci tujuan penelitian

evaluasi sebagai beruikut:

a. Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program.

b. Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau

perubahan program.

c. Membantu dalam penentuan keputusan berkelanjutan atau

penghentian program.

d. Menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terahadap program.

e. Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial

politik dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor yang

mempengaruhi program.

Dari beberapa tujuan di atas dapat dilihat bahwa, penelitian evaluasi

(42)

program tertentu. Data tersebut dapat digunakan untuk keperluan

perencanaan, perubahan, penyempurnaan, pengambilan keputusan, serta

untuk menemukan fakta-fakta baru dalam suatu program. Jadi, secara

singkat tujuan penelitian evaluasi yaitu penelitian untuk menghimpun

informasi atau data-data tertentu (sesuai dengan yang dibutuhkan) yang

informasi maupun datanya nanti akan digunakan untuk keperluan tertentu

pula.

3. Jenis Evaluasi

Menurut Sukmadinata (2015) evaluasi dalam pendidikan dibedakan

menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif lebih

diarahkan pada mengevaluasi proses dan ditujukan untuk memperbaiki

atau menyempurnakan program. Evaluasi sumatif lebih diarahkan pada

mengevaluasi hasil, untuk menilai apakah program cukup efektif dan

efisien atau tidak, atas dasar hasil evaluasi tersebut apakah program perlu

dilanjutkan atau dihentikan. Evaluasi formatif dilakukan selama proses

pelaksanaan program, dan dilakukan oleh evaluator internal. Sedangkan

evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program dan dilakukan oleh

evaluator eksternal.

4. Prinsip-Prinsip Evaluasi

Proses evaluasi dalam pembelajaran bukanlah pekerjaan yang

mudah. Ada banyak hal atau prinsip-prinsip evaluasi yang harus

(43)

Menurut Kusaeri dan Suprananto (2012) beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam proses evaluasi antara lain:

a. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran

(par tof not a part from instruction).

b. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world

problem), bukan dunia sekolah (school work-kind problems).

c. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria

yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

d. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari

tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik)

Selain itu, Purwanto (2002) juga memberikan penjelasan tentang

prinsip-prinsip penilaian dalam sebuah evaluasi yaitu:

a. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang

komperhensif.

b. Penilaian hendakya merupakan bagian integral dari proses belajar

mengajar.

c. Penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi

pengajar.

d. Penilaian harus bersifat komparabel.

e. Penilaian hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi

penilaian, yaitu penilaian yang norm-referenced dan yang

(44)

f. Harus dibedakan antara penskoran (skoring) dan penilaian.

5. Model-Model Evaluasi

McMillan dan Schumacher (2001, Sukmadinata 2015)

mengemu-kakan terdapat enam model pendekatan dalam penelitian evaluatif yaitu:

a. Evaluasi berorientasi tujuan (objectives-oriented approaches)

Evaluasi ini diarahkan untuk mengukur tingkat ketercapaian

tujuan dalam pelaksanaan program atau kegiatan oleh kelompok

sasaran, atau mengukur hasil pelaksanaan program atau kegiatan.

Tujuan yang menjadi sasaran pengukuran adalah tujuan-tujuan yang

spesifik yang dirumuskan dalam perilaku yang dapat diukur, bukan

tujuan umum yang bersifat abstrak.

b. Evaluasi berorientasi pengguna (consumer-oriented approaches)

Evaluasi ini berorientasi pada hasil atau produk, yaitu hasil yang

dapat memenuhi harapan atau memuaskan kebutuhan pengguna.

Evaluasi dapat dilakukan terhadap produk-produk program, seperti

hasil penerapan kurikulum, pembelajaran, pendidikan anak berbakat,

pendidikan nilai dan masih banyak lagi.

c. Evaluasi berorientasi keahlian (Expertise-oriented evaluation)

Evaluasi ini berorientasi pada penggunaan standar keahlian yang

diarahkan pada proses evaluasi program atau komponen-komponen

pendidikan dengan menggunakan kriteria atau standar yang telah

dirumuskan oleh ara ahli sebagai suatu program atau komponen yang

(45)

diambil dari teori atau konsep-konsep yang mendasari suatu kegiatan

atau produk yang akan dievaluasi.

d. Evaluasi berorientasi keputusan (decision-oriented evaluation)

Evaluasi ini memiliki lingkup yang lebih luas dan di dalamnya

dimasukkan teori perubahan pendidikan. Evaluasi diarahkan pada

proses penentuan jenis keputusan yang akan diambil, pemilihan,

pengumumpulan dan analisis data yang dibutuhkan untuk penentuan

keputusan, dan penyampaian hasil pada penentu keputusan.

Stufflebeam (1971, Sukmadinata, 2015) mengembangkan model

evaluasi pendidikan yang bersifat komprehensif yang mencakup

konteks (context), masukan (input), proses (proces), dan hasil

(product). Model ini sering kali disebut dengan CIPP. Berdasarkan

model ini dikembangkan evaluasi yang berorientasi keputusan yang

meliputi pengukuran kebutuhan, perencanaan program dan evaluasi

masukan, evaluasi implementasi, evaluasi proses, dan evaluasi hasil.

e. Evaluasi berorientasi lawan (adversary-oriented approaches)

Proses evaluasi ini menggunakan standar atau kriteria yang

berbeda atau bahkan berlawanan dengan standar yang digunakan.

Dalam proses pengujian kemampuan suatu program atau kegiatan

diguankan perbandingan program lain atau standar lain yang

berlawanan. Program yang baik akan tetap unggul apabila

dibandingkan dengan program lain atau menggunakan standar evaluasi

(46)

f. Evaluasi berorientasi partisipan naturalistik

Pendekatan evaluasi ini bersifat holistik atau menyeluruh,

menggunakan aneka instrumen dan aneka data, agar diperoleh

pemahaman yang utuh dari sudut pandang dan nilai-nilai yang berbeda

tentang pelaksanaan pendidikan menurut prespektif atau sudut pandang

partisipan. Dalam evaluasi naturalistik berkembang pendekatan yang

disebut dengan evaluasi responsif, karena merespon kebutuhan klien.

Evaluasi responsif didasarkan pada apa yang dilakukan orang secara

alamiah, bila mereka mengevaluasi sesuatu mereka mengamati dan

mereaksi. Evaluasi responsif bersifat sikilikal, beberapa kejadian

mengikuti kejadian, dan banyak kejadian yang terjadi secara serempak.

6. Prosedur Evaluasi

Menurut Sukmadinata (2015) langkah-langkah yang harus dilalui

dalam proses evaluasi antara lain yaitu menentukan tujuan yang dapat

diukur, menentukan instrumen yang akan digunakan, menetapkan desain

evaluasi, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menginterpretasikan

hasil analisis data. Hal ini hanyalah salah satu prosedur yang dapat

dilakukan dalam penelitian evaluasi. Masih ada model atau

langkah-langkah lain yang bisa digunakan dalam penelitian evaluasi.

Langkah-langkah penelitian tertentu pastilah menggambarkan model evaluasi

(47)

7. Aspek-Aspek yang Dievaluasi

Penelitian evaluatif dalam pendidikan mencakup banyak aspek.

Menurut Sukmadinata (2015) aspek-aspek yang dapat dievaluasi mencakup

beberapa hal antara lain kurikulum, program pendidikan, pembelajaran,

pendidik, peserta didik, organisasi, dan manajemen. Aspek kurikulum yang

dievaluasi dapat berupa desain, implementasi, dan evaluasi kurikulum.

Aspek program pendidikan meliputi program yang terkait dengan

pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus, program mata pelajaran,

pendidikan jarak jauh dan lain-lain.

Aspek pembelajaran meliputi pembelajaran yang kontekstual,

eksperensial, terpadu dan lain-lain. Pendidik meliputi konselor, guru, dan

administrator. Peserta didik meliputi kepribadian, sikap, minat, motivasi,

kesehatan, kebiasaan belajar dan lain-lain. Organisasi meliputi sekolah

dasar, menengah, pendidikan tinggi, pendidikan umum, kejuruan,

pendidikan khusus, dan pendidikan keagamaan. Manajemen meliputi

personil, sarana-prasarana, biaya, partisipasi masyarakat, ekstrakurikuler

dan lain-lain.

Pada penelitian ini aspek yang dievaluasi adalah hasil yang telah

didapatkan selama menempuh pendidikan dalam kurun waktu tertentu.

Hasil diukur berdasarkan output yang didapatkan oleh peserta didik yang

mencakup berbagai aspek yang diukur seperti tingkat penguasaan materi

(48)

8. Evaluasi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Evaluasi pendidikan karakter kepangudiluhuran menjadi bagian

dalam proses pendidikan. Proses evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir

tema yang diajarkan. Berdasarkan buku ajar yang disusun oleh Sugi (2011)

evaluasi dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana tujuan pendidikan

dapat tercapai. Evaluasi dilaksanakan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang bersifat penguasaan materi dan penghayatan serta

didasarkan pada indikator materi. Meski demikian, beberapa tema tidak

serta merta terdapat evaluasi pendidikan. Hal ini tentu diharapkan para guru

yang bersangkutan dapat mengembangkan evaluasi secara mandiri.

Evaluasi secara tindak lanjut pelaksanaannya diatur oleh setiap

sekolah yang bersangkutan. Tidak ada ketetapan yang mewajibkan adanya

evaluasi setelah melaksanakan pendidikan ini dengan jangka waktu

tertentu. Artinya pada saat ujian semester pendidikan karakter

kepangudiluhuran tidak diwajibkan untuk diujikan.

9. Evaluasi Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Arikunto (1999) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan output

dalam kontek evaluasi pendidikan adalah keluaran atau bahan jadi yang

dihasilkan oleh transformasi. Proses transformasi adalah mesin yang

bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Proses transformasi

pendidikan melibatkan beberapa faktor penentu antara lain peserta didik

sendiri, guru dan personil lainnya, bahan pelajaran, metode mengajar dan

(49)

Sedangkan, pendidikan Karakter Kepangudiluhuran merupakan

pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan

oleh pendiri kongregasi FIC yaitu Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoecken,

FIC. Nilai-nilai luhur itu antara lain adalah percaya kepada Tuhan, rendah

hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan,

sikap bijaksana, saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai

para bruder atau sesama (Sugi, 2011).

Evaluasi Output Pendidikan karakter Kepangudiluhuran merupakan

proses pengumpulan informasi, data, dengan menggunakan instrumen

tertentu yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana keluaran yang

dihasilkan dari proses penanaman nilai-nilai Karakter Kepangudiluhuran

yang telah diajarkan kepada para peserta didik di sekolah. Evaluasi output

Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana luaran yang telah berhasil dicapai peserta didik setelah selama

hampir tiga tahun mendapatkan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran.

C. Hakikat Peserta Didik SMP

1. Pengertian Peserta Didik SMP

Peserta didik SMP termasuk dalam usia remaja sebab berada pada

usia antara 11 – 20 tahun. Menurut Soetjiningsih (2004) masa remaja

merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang

dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara 11 atau 12

dan akan berakhir pada usia 20 tahun. Masa remaja ditandai dengan

(50)

dari masa anak ke masa dewasa, yang ditandai dengan munculnya

tanda-tanda seksual sekunder dan kemampuan bereproduksi dengan ditanda-tandai

dengan perubahan hormonal, perubahan fisik, maupun perubahan

psikologis dan sosial. Menurut Santrock (2003) bahwa remaja (adolescene)

diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan

masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial

emosional.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

Peserta didik SMP adalah individu yang masuk dalam tahap perkembangan

sebagai remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa yang ditandai dengan kematangan seksual yaitu antara 11

tahun hingga 20 tahun. Masuknya anak ke masa remaja ini ditandai dengan

masa pubertas yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual dan

kemampuan bereproduksi karena pengaruh perkembangan hormonal.

2. Karakteristik Remaja

a. Pemekaran diri sendiri (extension of the self)

Pemekaran diri ditandai dengan kemampuan seorang untuk

menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari diri sendiri juga.

Kemampuan untuk bertenggang rasa dengan orang lain serta ikut

merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain merupakan

perkembangan ego ideal yang berupa cita-cita, idola dan sebagainya

yang menggambarkan wujud ego (diri sendiri) di masa depan

(51)

b. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self

objectivication)

Kemampuan melihat diri sendiri secar obyektif ditandai

dengan berkembangnya wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan

kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor) termasuk yang

menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran. Remaja tidak marah jika

dikritik, pada saat yang diperlukan ia dapat melepaskan diri dari

dirinya sendir,i dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar

(Hurlock, 2002).

c. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life)

Remaja mulai mengetahui kedudukannnya dalam masyarakat.

Remaja juga memahami bagaimana seharusnya ia bertingkah laku dan

tidak lagi mudah terpengaruh oleh orang lain dan pendapatnya serta

sikap sikapnya cukup jelas dan tegas (Sarlito, 2010).

3. Tugas Perkembangan Peserta Didik

Menurut Kay (Jahja, 2012) tugas-tugas perkembangan remaja

meliputi beberapa hal antara lain adalah:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar

bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual

(52)

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar

skala nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)

kekanak-kanakan.

4. Karakter Peserta Didik SMP

Karakter peserta didik SMP diuraikan dalam kaitannya dengan

perkembangan moral yang terjadi pada usia remaja. Kholberg (1958,

Santrock, 2007) membagi perkembangan moral menjadi 3 tingkatan yaitu

pra konvensional, konvensional dan pasca konvensional.

d. Pra konvensional

Pada tingkat ini remaja tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan

terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar

dan salah.

e. Konvensional

Pada tingkat ini remaja hanya menuruti harapan keluarga, kelompok

atau bangsa, tanpa mengindahkan tindakan yang nyata. Sikapnya lebih

pada sikap konformis, loyal dan secara aktif mempertahankan,

mendukung dan mempertahankan seluruh peraturan serta

(53)

f. Pasca Konvensional

Pada tahap ini remaja mulai secara jelas merumuskan nilai-nilai dan

prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas

dari otoritas kelompok atau orang-orang yang berpegang pada

(54)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan metode penelitian evaluasi hasil pendidikan karakter

Kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Klaten yang meliputi jenis penelitian,

tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif evaluatif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014) penelitian

kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris,

objektif, terukur, rasional, dan sistematis, digunakan untuk meneliti pada

populasi dan sampel tertentu, yang data penelitiannya berupa angka-angka dan

analisis menggunakan statistik. Penelitian evaluatif adalah suatu desain dan

prosedur mengumpulkan serta menganalisis data secara sistematis untuk

menentukan nilai atau manfaat dari suatu praktik pendidikan (Sukmadinata,

2015).

Desktiptif berarti menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang

berlangsung saat ini, atau yang sudah lampau. Fungsi deskriptif sendiri adalah

untuk menjelaskan berbagai karakteristik data sehingga gambaran dari data itu

terungkap dengan jelas. Untuk mendapatkan fakta atau data-data yang

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas Berdasarkan Sekolah
Tabel 3.2  Semantic Defferensial
Tabel 3.3 Kisi-kisi Aspek Pengetahuan dan Penghayatan Karakter
Tabel 3.4. Hasil Analisis Validitas Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya penanaman karakter percaya diri indikator melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni tari di SMP Negeri 24 Surakarta