i
EFEKTIVITAS OUTPUT PENDIDIKAN KARAKTER KEPANGUDILUHURAN DI SEKOLAH
(Studi Evaluasi pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur di Wilayah Klaten)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Andrias Purwanto
NIM: 131114058
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Untuk segala sesuatu ada waktunya (bdk. Pkh 3:1-15).”
“… menjadi manusia yang baik, menjadi manusia yang lebih baik, berarti berkembang ke arah Yesus, semakin menyerupai Yesus …. (Konst FIC art. 4).”
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 Maret 2017
Peneliti
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Andrias Purwanto
Nomor Mahasiswa : 131114058
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
EFEKTIVITAS OUTPUT PENDIDIKAN KARAKTER
KEPANGUDILUHURAN DI SEKOLAH
(Studi Evaluasi pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama
Pangudi Luhur di Wilayah Klaten)
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu minta izin dari saya maupun memberikan royalti selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 22 Maret 2017
Peneliti
vii
ABSTRAK
EFEKTIVITAS OUTPUT PENDIDIKAN KARAKTER KEPANGUDILUHURAN DI SEKOLAH
(Studi Evaluasi pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur di Wilayah Klaten)
Andrias Purwanto Universitas Sanata Dharma
2017
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Efektivitas Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran yang telah diterapkan di SMP-SMP Pangudi Luhur yang berada di wilayah Klaten. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter Kepangudiluhuran mana yang capaian hasilnya belum optimal dan perlu diusulkan adanya perbaikan topik-topik pendidikan karakter.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif evaluatif kuantitatif. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IX dari SMP PL 1 Klaten, SMP PL Wedi, SMP PL Bayat, dan SMP PL Cawas. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 171 dari 329 peserta didik. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Kuesioner Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran model Semantic Differensial yang disusun oleh peneliti. Jumlah item yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 48 item valid dari 50 item soal yang memuat sepuluh aspek karakter Kepangudiluhuran yaitu percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder (sesama). Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian menurut Azwar (2007) yang disusun berdasarkan 5 kategori yaitu sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat tidak baik. Penghitungan indeks reliabilitas Kuesioner menggunakan Alpha Cronbach dan diperoleh koefisien riliabilitas instrumen sangat tinggi yaitu sebesar 0,924.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter Kepangudiluhuran di sekolah Pangudi Luhur sudah cukup efektif. Berdasarkan hasil analisis, dicapai skor output pada 21 (12,28 %) peserta didik masuk ke kategori sangat tinggi, 109 (63,74 %) peserta didik masuk kategori tinggi, dan 41 (23,98 %) peserta didik masuk kategori sedang. Berdasarkan hasil capaian skor item, terdapat 4 (8,33 %) item yang capaian skornya masuk kategori sangat tinggi, 35 (72,92 %) item masuk kategori tinggi, dan 9 (18,75 %) item masuk kategori sedang. Item yang skornya sedang dijadikan sebagai pedoman pembuatan usulan topik -topik pendidikan karakter Kepangudiluhuran.
viii
ABSTRACT
OUTPUT EFFECTIVENESS CHARACTER EDUCATION OF KEPANGUDILUHURAN (NOBLE EFFORT) IN SCHOOL
(Evaluation Study on Pangudi Luhur Junior High School in Klaten)
Andrias Purwanto Sanata Dharma University
2017
The aim of this research is to find the effectiveness of character education of Kepangudiluhuran which has been applied to Pangudi Luhur Junior High School in Klaten. Besides that, this research was also aimed at identifying which character values of Kepangudiluhuran have not achieved optimum results and proposing character education topics improvement.
This research was a descriptive evaluative quantitative. The subject was students of class IX of SMP (Junior High School) PL I Klaten, SMP PL Wedi, SMP PL Bayat, and SMP PL Cawas. Out of 329 students, 171 students were taken as samples. Data collecting tool used was Semantic Differential Kepangudiluhuran Character Education Output Questionnaire compiled by the author. There were 48 valid items our of 50 items consisting of ten aspects of Kepangudiluhuran character, i.e. to believe in God, to have humility, to have enthusiasm and perseverance, to have wisdom and knowledge, to be wise, to be religious, to give good examples, to have soft heart, to be thought, and love our brothers (others). Data analysis technique used was categorization according to Azwar (2007) compiled based on 5 categories, namely very good, good, medium, bad, and very bad. Questionnaire reliability index calculation used Alpha Cronbuch and it yielded very high instrument reliability index coefficient, which was 0,924.
This research result showed that Kepangudiluhuran Character education was quite effective. Based on analysis result, 21 students (12,28 %) were categorized as very high, 109 students (63,74 %) high, and 41 (72,92 %) medium. Based on item achievement score, 4 items (8,33 %) were categorized as very high, 35 items (72,92 %) high, and 9 (18,75 %) medium. Items with medium score were used as a guide to making topic proposals of Kepangudiluhuran Character education.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala berkat dan rahmat-Nya yang mengagumkan sehingga tugas akhir skripsi
ini dapat peneliti selesaikan. Karya ilmiah ini ditulis dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi
Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendididkan, Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak akan terselesaikan dengan
baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi
peneliti. Oleh karena itu, secara khusus peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling sekaligus dosen pembimbing penulisan skripsi, yang merupakan
salah satu dosen hebat, penuh kesabaran, senantiasa memberikan semangat,
dan menjadi sumber inspirasi bagi peneliti.
2. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa
membantu, memberikan arahan positif, dan memberikan semangat kepada
peneliti.
3. Br. V. Vembriyanto, FIC. S.Pd. (kepsek SMP PL 1 Klaten); Br. Yustinus
Wahyu Bintarto, FIC. S.Pd. (kepsek SMP PL Wedi); FX. Heru Cahyana, S.Pd.
(kepsek SMP PL Bayat); dan Th. Tri Wahono, S.Pd., yang telah berkenan
menerima dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan
x
4. Bapak/ibu dosen dan karyawan Program Studi Bimbingan dan Konseling yang
senantiasa mendukung, penuh kesabaran, memberikan semangat, dan
membagikan ilmunya dalam penyelesaian penelitian ini.
5. Para bruder FIC komunitas St. Fransiskus Xaverius Yogyakarta yang telah
mendukung dan memberikan semangat kepada peneliti untuk proses
penyelesaian skripsi.
6. Para peserta didik kelas IX SMP PL 1 Klaten, SMP PL Wedi, SMP PL Bayat,
dan SMP PL Cawas, yang telah bersedia membantu peneliti untuk menjadi
responden dalam penelitian ini.
7. Teman-teman seperjuangan BK B angkatan 2013 yang selama ini menjadi
teman setia dalam perjuangan bersama baik pada saat suka maupun saat duka.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, dengan rendah hati peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, 22 Maret 2017 Peneliti
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 6
C.Pembatasan Masalah ... 6
A.Hakikat Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 10
1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 10
2. Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 11
3. Tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 12
4. Proses Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 13
5. Materi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 15
B.Hakikat Evaluasi ... 24
xii
2. Tujuan Evaluasi ... 26
3. Jenis Evaluasi ... 27
4. Prinsip-Prinsip Evaluasi ... 27
5. Model-Model Evaluasi ... 29
6. Prosedur Evaluasi ... 31
7. Aspek-Aspek yang Dievaluasi ... 32
8. Evaluasi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 33
9. Evaluasi Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 33
C.Hakikat Peserta Didik SMP ... 34
1. Pengertian Peserta Didik SMP ... 34
2. Karakteristik Remaja ... 35
3. Tugas Perkembangan Peserta Didik ... 36
4. Karakter Peserta Didik SMP ... 37
BAB III. METODE PENELITIAN... 39
A.Jenis Penelitian ... 39
B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
C.Subjek Penelitian ... 40
1. Populasi Penelitian ... 40
2. Sampel Penelitian ... 41
D.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 43
1. Teknik Pengumpulan Data ... 43
2. Instrumen Penelitian ... 44
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48
1. Uji Validitas ... 48
2. Uji Reliabilitas ... 51
F. Teknik Analisis Data ... 53
1. Pengolahan skor ... 54
2. Menentukan kategori ... 55
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
xiii
1. Deskripsi Data Keseluruhan ... 57
2. Deskripsi Aspek Pengetahuan ... 58
3. Deskripsi Aspek Penghayatan ... 59
4. Deskripsi Berdasarkan Tema atau Aspek ... 61
5. Deskripsi Berdasarkan Item ... 63
B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
1. Efektivitas Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 65
2. Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran berdasarkan ... 67
3. Nilai Karakter Kepangudiluhuran yang Capaian Output- ... 69
BAB V. PENUTUP ... 73
A.Kesimpulan ... 73
B.Keterbatasan Penelitian ... 74
C.Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
xiv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 3.1. Jumlah Siswa Kelas Berdasarkan Sekolah ... 42
Tabel 3.2. Skala Semantic Defferensial ... 44
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Aspek Pengetahuan dan Penghayatan Karakter Kepangudi-luhuran dalam Bentuk Kuesioner ... 45
Tabel 3.4. Hasil Analisis Validitas Instrumen ... 49
Tabel 3.5. Rumus Manual Uji Validitas Menggunakan Product Moment dengan Simpangan ... 51
Tabel 3.6. Rumus Manual Uji Reliabilitas Alpha Cronbach ... 52
Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas ... 52
Tabel 3.8. Kriteria Guilford ... 53
Tabel 3.9. Tabel Penentuan Kriteria Secara Keseluruhan ... 55
Tabel 3.10. Tabel Kriteria Secara Keseluruhan ... 56
Tabel 4.1. Kualifikasi Nilai Keseluruhan ... 57
Tabel 4.2. Kualifikasi Aspek Pengetahuan ... 58
Tabel 4.3. Kualifikasi Aspek Penghayatan ... 60
Tabel 4.4. Kualifikasi Tema Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 62
Tabel 4.5. Item Soal Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran yang Mendapat Skor Rendah ... 63
Tabel 4.6. Soal Item yang Mendapatkan Skor Rendah ... 64
Tabel 4.7. Usulan Tema untuk Meningkatkan Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 71
Gambar 4.1. Diagram Nilai Keseluruhan ... 58
Gambar 4.2. Diagram Aspek Pengetahuan ... 59
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 78
Lampiran 2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 79
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 83
Lampiran 4. Contoh Jawaban Kuesioner Penelitian ... 94
Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian ... 105
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Pangudi Luhur merupakan Yayasan Katolik yang bergerak di bidang
pendidikan. Yayasan ini dikelola oleh para bruder kongregasi FIC 1. Fokus
pelayanan Yayasan Pangudi Luhur adalah pendidikan dan pembinaan kaum
muda. Karya kerasulan ini merupakan karya kerasulan yang diwariskan oleh
para pendiri kongregasi bruder-bruder FIC yaitu Mgr. Ludovicus Rutten dan
Br. Bernardus Hoecken, FIC 2. Para bruder FIC bertanggung jawab untuk
menjaga warisan pendiri, yaitu melestarikan karya pendidikan dan pembinaan
kaum muda. Dalam melestarikan warisan ini para bruder diminta untuk tetap
berpegang pada kharisma yang sudah ada, namun tetap terbuka terhadap
tanda-tanda zaman dan terhadap Roh yang berkembang ke arah yang
dikehendaki-Nya (Konst FIC, 1992: 12). Artinya, para bruder FIC tetap dimungkinkan untuk
mengembangkan karya kerasulan lain yang sesuai dengan kebutuhan zaman,
namun juga tetap memperhatikan kekuatan serta kemampuan yang dimiliki.
1FIC : Merupakan singkatan dari bahasa Latin yaitu Fratrum Immaculatae Conceptionis yang
berarti Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda.
2Mgr : Monsinyur (latin: monsignor) merupakan gelar kehormatan klerus gerejawi yang diberikan
Berpegang pada tanggung jawab tersebut, para bruder hingga saat ini
masih berpegang teguh untuk menjaga warisan karya pendidikan melalui
penyelenggaraan sekolah di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur.
Penyelenggaraan pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Katolik, terutama
yang dikelola oleh Kongregasi atau Tarekat religius diharapkan memiliki
karakter khas yang dapat diberikan kepada para peserta didik. Karakter khas
tersebut tidak lain adalah karakter khas sesuai dengan nilai-nilai yang dihidupi
oleh anggota tarekat seturut teladan para pendiri mereka. Mgr. Ignasius
Suharyo, Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang, saat mengadakan
pertemuan dengan Br. Albert Ketelaars, FIC., (Pemimpin Umum Kongregasi
FIC) pada tahun 1998 menyampaikan “Alangkah indahnya apabila para lulusan
sekolah-sekolah yang dikelola oleh Kongregasi atau Tarekat
biarawan-biarawati mempunyai karakter khas sesuai dengan nilai-nilai yang mereka
perjuangkan oleh Para Pendiri Kongregasi atau Tarekat yang mengelola
sekolah-sekolah tersebut”.
Berdasarkan gagasan tersebut, maka para bruder FIC mengusahakan
untuk mengenalkan karakter khas FIC di dunia pendidikan sesuai dengan
nilai-nilai yang dihidupi. Karakter khas yang ditetapkan oleh Yayasan Pangudi
Luhur diberi nama dengan pendidikan Kepangudiluhuran 3. Materi Pendidikan
Karakter Kepangudiluhuran bertolak dari sepuluh keutamaan Br. Bernardus
FIC. Sepuluh keutamaan tersebut meliputi percaya kepada Tuhan, rendah hati,
3 Kepangudiluhuran diambil dari nama Yayasan Pangudi Luhur yang dijadikan sebagai nama
semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap
bijaksana, saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para
bruder (sesama).
Sepuluh keutamaan Bernardus dijabarkan dalam materi yang dikemas
dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan. Melalui pendidikan
Kepangudiluhuran ini para peserta didik diharapkan mampu
menginternalisasikan segala keutamaan sebagai sikap pribadi demi
pembentukan karakter pribadi menjadi manusia yang utuh. Harapan ini
tertuang dalam profil “outcome” Yayasan Pangudi Luhur yakni agar peserta
didik dapat menjadi manusia merdeka, berpribadi utuh, manusia yang berpikir
otentik dan bertindak aktif positif, manusia yang tangguh iman dan moralnya
serta manusia yang sadar dan mampu membangun hidup bersama (Handoko
dan Riyanto, 2004).
Tujuan dari Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran adalah untuk
menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan
dalam diri sendiri, sesama dan lingkungan hidupnya, serta memiliki kepedulian
sosial dalam hidup bermasyarakat. Pembelajaran Kepangudiluhuran juga
bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai universal yang diperjuangkan oleh
semua orang (Sugi, 2011). Nilai-nilai universal itu beberapa di antaranya
adalah nilai kebangsaan, nilai budaya, nilai moral, nilai religius, dan masih
Bertolak dari tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran di sekolah
Pangudi Luhur, maka dalam semua mata pelajaran perlu dimasukkan muatan
nilai-nilai karakter tersebut. Selain itu, secara khusus penanaman nila-nilai
karakter Kepangudiluhuran disampaikan melalui mata pelajaran
Kepangudiluhuran pada semua tingkat di sekolah Pangudi Luhur. Dengan cara
ini tentu hasil pendidikan peserta didik di sekolah diharapkan semakin
mencerminkan nilai-nilai Kepangudiluhuran yang kental.
Sejauh pengamatan peneliti dalam kegiatan observasi langsung,
wawancara dengan guru pengampu, dan beberapa kali praktik langsung,
pembelajaran Kepangudiluhuran di beberapa SMP Pangudi Luhur wilayah
Klaten sudah terlaksana dengan baik. Pembelajaran telah dilaksanakan sesuai
dengan jadwal dan program pembelajaran yang disusun. Selain itu, sekolah
juga berusaha mengembangkan proses pendidikan agar penanaman karakter
Kepangudiluhuran dapat semakin efektif. Pengembangan itu misalnya sekolah
memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk membuat aksi luar sekolah
dengan tema tertentu dan hasilnya dilaporkan pada akhir semester. Dengan cara
ini diharapkan pendidikan karakter yang telah didapat dapat semakin
diinternalisasikan dalam hidup nyata yang langsung berkaitan dengan keadaan
di sekitar.
Namun meski demikian, pelaksanaan pendidikan karakter
Kepangudiluhuran di sekolah sampai sejauh ini belum pernah diselenggarakan
evaluasi secara sistematis mengenai proses dan hasil dari program pendidikan
ditetapkan pada tahun 2007 dan kemudian menggunakan buku
Kepangudiluhuran yang disusun oleh Br. Frans Sugi, FIC pada tahun 2011.
Belum pernah diadakannya evaluasi atas pendidikan ini, karena mengingat
keterbatasan sekolah untuk melakukan proses evaluasi. Peneliti berpikir
evaluasi ini sangat penting, karena melalui proses evaluasi dapat diketahui
sejauh mana proses dan hasil pendidikan karakter Kepangudiluhuran dapat
tercapai dan hal-hal yang kiranya perlu dikaji ulang atau ditingkatkan kembali.
Selain itu, dengan adanya evaluasi secara sistematis juga akan dapat membantu
menemukan kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan pendidikan karakter
Kepangudiluhuran. Sebab jika tidak dilakukan proses evaluasi, maka bisa
dimungkinkan akan adanya hal-hal yang mungkin justru kurang bermanfaat
tetapi tetap saja menjadi bagian dari program yang terus dilaksanakan.
Untuk itu, peneliti tertarik untuk melihat lebih jauh mengenai capaian
hasil dari pendidikan karakter Kepangudiluhuran yang sudah diterapkan bagi
para peserta didik. Atas ketertarikan ini, peneliti berniat untuk melakukan
penelitian output dari program pendidikan karakter Kepangudiluhuran di
sekolah-sekolah SMP Pangudi Luhur yang ada di wilayah Klaten. Peneliti
merumuskan judul penelitian ini dengan judul Efektivitas Output Pendidikan
Karakter Kepangudi-Luhuran di Sekolah Pangudi Luhur (Studi Evaluasi pada
Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur yang ada di Wilayah
Klaten). Melalui penelitian ini peneliti ingin mengukur seberapa efektif
program pendidikan karakter Kepangudiluhuran, dilihat dari output yang telah
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas teridentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Program Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran di Sekolah-Sekolah
Menengah Pertama Pangudi Luhur wilayah Klaten belum pernah
dievaluasi.
2. Keberhasilan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran di Sekolah-Sekolah
Menengah Pertama Pangudi Luhur wilayah Klaten belum pernah
dievaluasi.
3. Belum teridentifikasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan Pendidikan
Karakter Kepangudiluhuran di Sekolah-Sekolah Menengah Pertama
Pangudi Luhur wilayah Klaten.
4. Belum diperoleh masukan-masukan dari sistem evaluasi secara sistematis
dalam hal-hal apa yang perlu untuk dilakukan perbaikan ataupun
peningkatan pendidikan,
5. Belum ada data menyangkut isi materi Pendidikan Karakter
Kepangudiluhuran mana yang perlu diusulkan untuk perbaikan.
C. Pembatasan Masalah
Semua masalah yang teridentifikasi di atas tidak semuanya dapat dikaji
oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian ini berfokus pada
menjawab butir-butir masalah nomor 2 dan 5 dalam tema penelitian Efektifitas
pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur yang ada di Wilayah
Klaten).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan
masalah-masalah penelitian ini secara operasional sebagai berikut:
1. Seberapa efektif pendidikan karakter Kepangudiluhuran di
Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur yang ada di wilayah Klaten
dilihat dari output-nya?
2. Nilai-nilai karakter Kepangudiluhuran mana yang teridentifikasi
capainnya belum optimal dan perlu usulan perbaikan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengukur seberapa efektif pendidikan karakter Kepangudiluhuran di
SMP Pangudi Luhur yang ada di wilayah Klaten dilihat dari output-nya.
2. Mengidentifikasi nilai-nilai karakter Kepangudiluhuran yang capain
hasilnya belum optimal untuk diusulkan adanya perbaikan topik-topik
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
sekolah, khususnya dalam bidang pelaksanaan pendidikan karakter
Kepangudiluhuran, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk
melakukan perubahan yang perlu guna lebih baiknya proses penanaman
nilai-nilai Karakter Kepangudiluhuran di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Yayasan Pangudi Luhur, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan data yang jelas tentang sejauh mana Efektivitas
pendidikan karakter Kepangudiluhuran di SMP dapat tercapai dan
dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dan
pengembangan yang lebih baik bagi semua sekolah Pangudi Luhur.
b. Bagi guru SMP Pangudi Luhur yang bersangkutan, diharapkan
penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang capaian yang
sudah diperoleh dan sebagai titik tolak untuk semakin meningkatkan
upaya penanaman nilai karakter Kepangudiluhuran menjadi semakin
lebih baik lagi.
c. Bagi peserta didik SMP Pangudi Luhur, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan evaluasi serta motivasi diri agar semakin
menghidupi nilai-nilai Karakter Kepangudiluhuran yang sudah
d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti
untuk dapat belajar lebih dalam tentang proses evaluasi secara
sistematis.
G. Definisi Istilah
1. Karakter
Karakter adalah tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
seseorang terkait dengan nilai-nilai hidup seperti kebangsaan, moral,
religius dan menjangkau semua aspek dalam diri baik pengetahuan,
pikiran, perasaan maupun tindakan seseorang.
2. Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Pendidikan karakter Kepangudiluhuran merupakan pendidikan karakter
yang didasarkan pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh pendiri
kongregasi FIC yaitu Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, FIC.
3. Evaluasi output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Evaluasi Output Pendidikan karakter Kepangudiluhuran merupakan
proses pengumpulan informasi, data, dengan menggunakan instrumen
tertentu yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana keluaran yang
dihasilkan dari proses penanaman nilai-nilai Karakter Kepangudiluhuran
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan teori-teori yang mendukung penelitian yaitu
hakikat Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran, hakikat evaluasi dan hakikat
peserta didik SMP.
A. Hakikat Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Puskurbuk Balitbang Kemdiknas (2011) menjelaskan bahwa
pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter merupakan
pemahaman akan nilai-nilai agama, budaya, dan sosial yang mampu
membentuk akhlak manusia menjadi lebih bermoral dan berbudi pekerti
luhur sehingga mampu menilai dan meneladani sikap yang baik dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Kemendiknas (2010) pendidikan
karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter
bangsa pada peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius,
Suyanto (2010) menjelaskan pendidikan karakter adalah
pendidikan budi pekerti plus, yang melibatkan aspek pengetahuan
(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek
ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Pendapat ini didukung
oleh Darminta (2006) yang menyebutkan tahapan penghayatan nilai hidup
melalui tiga tahap yaitu tahap kognisi, afeksi, dan aksi. Kedua pendapat ini
menegaskan pentingnya aspek pengetahuan yang mendasari sebuah
tindakan, sedangkan proses afeksi menjadi jembatan atas pengetahuan
yang didapat dan akhirnya melahirkan tindakan atau perilaku berkarakter.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter merupakan pendidikan penanaman nilai-nilai
universal dalam hidup. Nilai yang dimaksud dapat merupakan nilai yang
berkaitan dengan nilai kebangsaan, moral, religius dan menjangkau semua
aspek dalam diri baik pengetahuan, pikiran, perasaan maupun tindakan
seseorang.
2. Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Kepangudiluhuran berasal dari kata Pangudi Luhur. Pangudi,
artinya suatu usaha atau ikhtiar untuk mencari sesuatu. Luhur, artinya
mulia atau tinggi. Pendidikan karakter Kepangudiluhuran merupakan
pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan
oleh pendiri kongregasi FIC yaitu Mgr. Rutten dan Br. Bernardus
Hoecken, FIC. Nilai-nilai karakter tersebut oleh para bruder FIC sering
Bernardus meliputi percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan
keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, saleh,
teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder (sesama).
Pendidikan karakter Kepangudiluhuran selalu diarahkan untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur berdasarkan Pancasila, selalu
bersemangat menuntut ilmu dan berkembang menjadi pribadi yang
berkualitas tinggi, berkarakter baik, cerdas, serta dapat berkembang secara
utuh (Sugi, 2011). Dengan demikian arah Pendidikan Karakter
Kepangudiluhuran tentunya juga menjalankan amanat UUD 1945 dalam
rangka mencerdaskan bangsa.
3. Tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Tujuan pendidikan karakter Kepangudiluhuran sebagaimana
dijelaskan dalam pengantar buku ajar Kepangudiluhuran (Sugi, 2011)
adalah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat
kebaikan Tuhan dalam diri sendiri, sesama, dan lingkungan
hidupnya, sehingga mereka memiliki kepedulian sosial dalam hidup
bermasyarakat.
b. Membantu peserta didik menemukan dan mewujudkan nilai-nilai
universal yang diperjuangkan semua orang beriman. Nilai universal
itu beberpa diantaranya adalah nilai kebangsaan, budaya, sosial,
Dua tujuan kepangudiluhuran tersebut dalam pencapaiannya selalu
bercermin dari hidup para pendiri kongregasi FIC yaitu Mgr. Ludovicus
Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, FIC. Selanjutnya cerminan itu
diharapkan dapat diaplikasikan ke dalam hidup sehari-hari dan di manapun
mereka berada.
4. Proses Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Yayasan Pangudi Luhur menetapkan bahwa pendidikan karakter
kepangudiluhuran perlu diajarkan kepada semua peserta didik Pangudi
Luhur. Pendidikan ini diajarkan di semua tingkat pendidikan mulai dari
TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK. Proses pendidikan karakter
Kepangudiluhuran di kelas berdasarkan buku ajar Kepangudiluhuran
(Sugi, 2011) ditetapkan sebagai berikut:
a. Pembuka
Kegiatan belajar selalu diawali dengan kegiatan pembuka.
Pada kegiatan pembuka kegiatan yang ditawarkan antara lain adalah
menyanyikan lagu, berdoa, serta pengantar seperlunya untuk masuk
ke materi yang akan disampaikan.
b. Inspirasi Iman
Setelah dilakukan pengantar pada sesi pembuka, maka
langkah selanjutnya adalah para peserta didik diajak untuk
menyimak inspirasi iman yang telah disiapkan pada buku ajar.
Inspirasi iman disampaikan seturut kreativitas guru yang
inspiratif dari kitab suci maupun dari luar kitab suci, atau bahkan
berasal dari kisah-kisah Br. Bernardus maupun Mgr. Rutten pendiri
kongregasi FIC.
c. Pendalaman Inspirasi Iman
Setelah inspirasi iman disampaikan, maka para peserta didik
diajak untuk mendalami inspirasi tersebut secara bersama. Proses
pendalaman ini dimulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
reflektif, penemuan pembelajaran penting, dan penegasan kembali
oleh guru atau peserta didik tentang penemuan yang sudah
didapatkan bersama.
d. Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai sejauh
mana indikator yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Pada bagian ini biasanya disediakan beberapa panduan pertanyaan,
meskipun ada bebrapa tema yang tidak dituliskan bagian evaluasi.
e. Penutup
Penutup merupakan sesi akhir yang mengakhiri semua
rangkaian pembelajaran. Pada sesi penutup disediakan doa penutup
yang dapat digunakan untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Penutup dapat dilakukan langsung oleh guru yang mengampu atau
oleh peserta didik yang dengan sukarela atau diminta memimpin doa
Selain proses pendidikan berdasarkan buku ajar
Kepangudiluhuran, setiap sekolah diberi keleluasaan untuk
mengembangkan proses pendidikanyang lebih sesuai dengan keadaan
setempat. Pengembangan bisa dalam bentuk pengembangan materi dan
juga pendalaman materi melalui penugasan-penugasan ataupun cara-cara
tertentu yang dapat semakin memperdalam dan mengakarkan
karakter-karakter Kepangudiluhuran yang dipelajari.
5. Materi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran oleh Sugi (2011)
dijabarkan dalam materi ajar yang didasarkan pada sepuluh nilai
keutamaan Bernardus. Demi kepentingan pengkajian yang lebih
terstruktur, maka peneliti merumuskan dan menata kembali materi tersebut
agar dapat dikaji secara ilmiah. Materi-materi tersebut antara lain sebagai
berikut:
a. Percaya Kepada Tuhan
Makna iman sering kali diidentikkan dengan sikap percaya.
Makna percaya secara umum menunjuk kepada berbagai sikap manusia
yang mempercayai segala sebab yang dianggap bertuah, keramat dan
memiliki suatu kasiat. Oleh karena itu, melalui sikap percaya seseorang
dapat menyembah suatu benda, patung, pohon, atau dongeng yang
diwariskan secara turun-temurun.
Sikap percaya memberi tempat yang begitu besar pada sikap
irasional dan mempercayai dongeng atau hal-hal yang sebenarnya tidak
patut dipercayai. Sikap percaya memungkinkan manusia untuk percaya
pada tahayul sehingga melumpuhkan akal budi dan hati nurani untuk
memuliakan Allah selaku pencipta dan penyelamat hidup. Justru sikap
iman senantiasa mendorong dan memampukan setiap orang yang
percaya agar membebaskan diri dari setiap sikap irasional dan dongeng.
St. Petrus menyatakan: “sebab kami tidak mengikuti dongeng
-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan
kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai
raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya (2 Ptr, 1:16).
Kesaksian Kitab Suci secara sadar menegaskan pemberitaan para nabi
dan rasul disadari oleh kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan,
suatu kebenaran yang lahir dari pernyataan Allah dan bukan hasil
dugaan atau dongeng semata.
Seseorang perlu percaya kepada Tuhan untuk memperoleh
keselamatan hidup dan hidup bahagia di dunia. Dua orang pemimpin
seperti Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoecken pendiri FIC adalah
figur pemimpin yang dapat menjadi teladan. Mereka berdua adalah
gembala atau pemimpin yang dengan setia dan penuh kasih menghantar
para bruder pada sikap percaya sebagai jalan menuju keselamatan
rohani. Br. Bernadus Hoecken, FIC ketika menghadapi
masalah-masalah permulaan kongregasi seperti kekurangan calon, dia berdoa
Berkat semangat, ketekunan, dan penyerahan kepada Tuhan serta
pengantaraan kepada Bunda Maria, akhirnya semua masalah tersebut
dapat diatasi. Berdasarkan apa yang ia alami dalam pengalaman
imannya, maka ia pun menyarankan agar para bruder juga memiliki
sikap percaya yang tinggi terhadap penyelenggaraan Tuhan sendiri.
b. Rendah Hati
Orang yang bersikap rendah hati pada dasarnya tidak mencari
pujian, tetapi lebih mendasari tindakannya pada keikhlasan hati untuk
mengasihi sesama. Orang yang rendah hati memiliki sifat peduli
terhadap orang lain, mengingat jasa atau pertolongan yang pernah
diterima meski sekecil apapun. Orang yang rendah hati tidak
mementingkan diri sendiri melainkan memperhatikan kepentingan
orang lain.
Orang yang rendah hati juga memiliki kepedulian teradap
panggilan untuk melakukan pekerjaan secara sungguh-sungguh.
Pepatah mengatakan ora et labora (Latin) yang artinya bekerja dan
berdoa (St. Bendiktus). Dengan bekerja orang beriman mewujudkan
panggilan Tuhan yang dapat membahagiakan dirinya. Bekerja meski
disertai dengan keringat, rasa lelah atau capek, tetapi tetap memberikan
kepuasan batin dan kebahagiaan.
Hidup beriman diharapkan mampu sepenuhnya membaktikan diri
Kerajaan-Nya. Dalam kasih, seseorang hendaknya memberikan diri
kepada Dia yang penuh kasih.
c. Semangat dan Keteguhan Hati
Globalisasi adalah perubahan yang terjadi di dunia akibat dari
penemuan-penemuan modern sehingga seolah-olah dunia yang luas ini
menjadi sedemikian sempit. Hal ini membawa perubahan besar dalam
kehidupan masyarakat. Di sisi lain, globalisasi telah memberikan
kemungkinan untuk membangun kesatuan secara lebih luas. Namun, di
lain sisi globalisasi juga telah memberikan berbagai tawaran atau
pilihan yang beragam. Hal ini memberikan kesulitan pada semua orang,
terlebih generasi muda yang masih mencari jati diri. Proses mencari jati
diri ini menyebabkan generasi muda mudah berubah dalam
pilihan-pilihan hidup. Oleh karena itu, generasi muda memerlukan teladan
pribadi yang memiliki semangat dan keteguhan hati dalam hidup untuk
akhirnya mereka sendiri memiliki karakter tersebut. Karakter tersebut
dapat dibangun dengan membangun kewaspadaan diri dalam setiap
langkah dan perilaku.
Waspada berarti seseorang mengusahakan selalu bersikap
berjaga-jaga menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Sadar akan
hal yang akan dihadapi meskipun belum jelas jalan keluarnya. Pelayan
yang siap akan selalu berjaga-jaga terhadap segala hal (Luk 12:35-37).
Ia akan berpakaian dan mengusahakan supaya lampu tetap bernyala
mengetuk pintu maka mereka akan segera membukakannya. Alangkah
beruntungnya pelayan-pelayan yang kedapatan sedang menunggu pada
waktu tuannya datang. Maka, dalam menghadapi globalisasi
dibutuhkan sikap waspada atau bertindak hati-hati untuk berani
memilih dan menentukan hal-hal yang baik dan meninggalkan yang
kurang baik. Untuk bisa sampai proses memilih hal yang baik serta
meninggalkan yang kurang baik membutuhkan bantuan orang lain.
d. Kebijaksanaan dan Berpengetahuan
Orang yang bijaksana adalah orang yang cerdas dalam arti
mampu membedakan hal yang baik dari hal yang buruk (1 Raj 3:9). Ia
dapat memberikan alternatif-alternatif sebagai jalan keluar. Orang yang
bijaksana terus belajar dan terus menangkap jalan-jalan Tuhan. Jalan
Tuhan dibacanya melalui tanda-tanda yang terjadi dalam setiap harinya.
Kebijaksanaan tanpa didukung dengan pengetahuan, kadang
menjadi sulit untuk diterapkan, sebab seseorang akan sulit memahami
situasi dan dikaitkan dengan permasalahan yang sebenarnya (Humblet,
1994). Maka, dalam hal ini jelaslah pengetahuan itu dapat menjadi
penyokong atas kebijaksanaan yang diusahakan oleh setiap pribadi.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar.
Menjadi manusia pembelajar merupakan hak setiap orang
(manusia) yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan
dua hal penting, yakni: pertama, berusaha mengenali dirinya, potensi
mengaktualisasikan potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan
diri sepenuhnya dengan cara menjadi dirinya sendiri. Jika kita
mempelajari orang-orang yang sukses, kita akan menemukan bahwa
mereka memiliki satu rahasia yang sama, yaitu belajar dan belajar.
Semakin terus belajar semakin dapat disadari betapa sedikitnya ilmu
yang dimiliki.
Oleh karena itu, sangat penting menanamkan semangat belajar
terus menerus pada diri kita masing-masing. Dari hari ke hari, kita harus
semakin memperkaya diri kita dengan kekayaan rohani, yaitu ilmu.
Dengan semangat belajar itulah kita memperoleh ilmu dan terus
meningkatkan ilmu yang kita miliki.
e. Sikap Bijaksana
Seorang yang bijaksana mengenal kesucian Tuhan Allah dan
takut akan Dia. Seorang yang bijaksana mengetahui bagaimana
menggunakan waktu secara tepat untuk memuliakan Tuhan. Seorang
yang mengenal Tuhan mengetahui bahwa kehidupan nyatanya harus
dipertanggunjawabkan di hadapan Tuhan Allah yang kekal.
Santo Yakobus mengatakan: kebijaksanaan adalah rahmat dalam
doa dan dilatih dalam suasana doa. Br. Bernardus, FIC dalam segala hal
meskipun sangat kecil kepentingannya, terlebih dahulu tetap memohon
nasihat dan pertolongan kepada Tuhan dan bunda Maria sebagai
pelindung kongregasi. Melalui kekuatan doa segala sesuatunya dapat
f. Sikap Saleh
Perkembangan pengetahuan dan teknologi berkat daya rasional
manusia sering dituding sebagai penyebab lunturnya kehidupan rohani.
Orang menjadi kurang peduli dengan hal-hal rohani seperti doa-doa
pribadi. Praktik hidup doa mulai banyak tidak mendapatkan perhatian
dan tempat dalam hati kita. Kerelaan seseorang untuk berdoa menjadi
berkurang karena ada tuntutan yang dianggap lebih penting dari
hidupnya.
Peranan doa dalam kehidupan beriman tetaplah penting bagi diri
sendiri maupun orang lain. Doa memiliki aspek sosial. Banyak
peristiwa dalam Kitab Suci yang menunjukkan betapa kuatnya doa,
yang dapat menyelamatkan. Br. Bernardus mengutip apa yang
dikatakan St. Vincentius bahwa setiap orang hendaknya berlindung
kepada Tuhan dalam doa, bukan saja jika ia dibimbing dan mengalami
kesukaran, melainkan juga untuk mendengar dari Tuhan sendiri apa
yang harus diajarkan kepada orang lain (Sugi, 2011).
g. Teladan Baik
Semua orang pernah berbuat kesalahan dan dosa dalam hidupnya.
Kesalahan dan dosa merupakan salah satu ciri khas manusia karena
manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna. Ketidaksempurnaan
manusia menjadikan dirinya cenderung untuk berbuat kesalahan dan
berani mengakuinya dan memohon ampun atas kesalahan dan dosanya
tersebut.
Orang sadar, dosa tidak hanya merugikan orang lain, melainkan
juga merusak kehidupan diri sendiri, merenggangkan relasi dengan
sesama dan menciderai relasi dengan Allah. Sering juga
ketidakmampuan seseorang memberikan pengampunan pada
sesamanya menjadikan dirinya tidak nyaman dalam membangun relasi
dengan sesamanya. Oleh karena itu, seseorang perlu belajar untuk
saling mangampuni.
Saling mengampuni ini menjadi salah satu teladan baik yang
memberikan dampak bagi kehidupan bersama. Tidak hanya
pengampunan yang tampat, namun juga dapat memberikan dampak
bagi perbaikan relasi antar umat manusia, dengan jalan menunjukkan
keutamaan hidup iman yang sungguh dihadapinya.
h. Lembut Hati
Br. Bernardus (1994) memberikan pengajaran kepada para
brudernya agar memiliki sikap lembut hati dalam hidup sehari-hari. Ia
menuliskan sebagai berikut:
1) Mulailah selalu dengan lembut hati; jika cara itu tidak berhasil,
bertindaklah dengan tegas, agar para bruder sungguh yakin bahwa
anda hanya bertindak demikian demi kesejahteraan rohani mereka.
dan karena Allah yang Mahabaik menuntut hal itu dari anda. Maka
lunakkanlah teguran anda dengan lembut hati.
2) Hendaklah juga lembut hati terhadap diri anda sendiri dan janganlah
kaget jika anda pernah bersalah atau tertipu oleh kegiatan anda. Anda
adalah manusia dan bukan malaikat. Katakanlah bersama St.
Aloysius bahwa bumi telah menghasilkan buahnya. Atau seperti St.
Fransiskus, berikanlah dirimu, hai hatiku yang lemah, engkau
terjatuh lagi ke lubang, meskipun engkau sering memutuskan untuk
menghindarinya. Marilah kita bangun dan berlindung pada belas
kasih Allah dengan harapan akan pertolongan-Nya, agar kita
selanjutnya lebih teguh.
Tuhan bersabda: Berbahagialah orang yang lemah lembut karena
mereka akan memiliki bumi. Maka, menurut teladan dan perintah
Tuhan, setiap orang harus berusaha menjadi lemah lembut dan rendah
hati, yaitu menjadi lembut hati dan berbaik hati. Ia tidak hanya harus
berbuat tegas menentang dalam dirinya sendiri setiap pernyataan nafsu
atau kemarahan, melainkan juga keras menghindari tanda-tanda
timbulnya gerakan hati itu.
i. Tabah Hati
Pada dasarnya semua manusia itu baik, karena diciptakan dan
dikehendaki oleh Allah. Setiap manusia bersifat limited edition, tidak
ada duanya. Perbedaan merupakan keunikan setiap orang dan sekaligus
11, 28 - 31). Karunia harus digunakan untuk membangun hidup
bersama / jemaat. Perbedaan bukan dimaksudkan untuk memecah belah
kesatuan, melainkan untuk saling melengkapi dan mempersatukan serta
saling memperkaya. Maka, keunikan itu baru dapat berarti bila
disumbangkan, diwujudnyatakan bagi kepentingan kehidupan bersama.
Setiap orang tidak harus mencari kepentingannya sendiri, dan merasa
diri lebih dari yang lain, sebab memiliki karunia khusus yang menjadi
ciri khasnya atau keunikannya.
j. Mencintai para bruder (sesama)
Mencintai sesama berarti mencintai dengan berlandaskan ajaran
dalam Kitab Suci. Barang siapa mengasihi Allah, ia juga mengasihi
saudaranya (1 Yoh 4: 21). Mencintai sesama merupakan bagian dari
sikap mengasihi saudara, dan sebagai wujud ungkapan kasih kepada
Allah. Maka, sudah sepantasnyalah kita mengasihi sesama kita.
Mengasihi sesama dilandasi rasa hormat yang mendalam, dan turut
serta menjaga dan mendukung perkembangan sesama.
B. Hakikat Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2005) evaluasi
berarti penilaian. Arikunto (1999) mengartikan evaluasi juga sebagai
penilaian. Secara lengkap Arikunto (1999) mendefinisikan evaluasi sebagai
sebuah kegiatan mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,
yang tepat dalam mengambil keputusan. Evaluasi adalah proses mengukur
kadar pencapaian tujuan. Evaluasi juga merupakan suatu kegiatan yang
direncanakan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen tertentu dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur
untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Ralph Tyler (Arikunto, 1999) mengatakan bahwa evaluasi
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagaian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Evaluasi juga dapat dilihat sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan (Purwanto, 2002). Purwanto juga menambahkan
evaluasi juga berarti suatu proses sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah
dicapai oleh peserta didik.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
merupakan proses pengumpulan informasi, data, dengan menggunakan
instrumen tertentu. Evaluasi memiliki tujuan untuk memberikan penilaian
terhadap suatu hal. Hasil dari proses evaluasi yang dilakukan dengan baik
selanjutnya dapat dijadikan sebagai sumber atau bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan terhadap suatu hal. Hasil evaluasi yang baik akan
2. Tujuan Evaluasi
Tujuan umum dari evaluasi pendidikan adalah untuk menghimpun
bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu, mengetahui tingkat
efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan
dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Selain itu, untuk
menghimpun informasi yang dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui
taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan
belajar peserta didik (Sudijono, 1996).
Lebih lanjut, Sukmadinata (2015) merinci tujuan penelitian
evaluasi sebagai beruikut:
a. Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program.
b. Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau
perubahan program.
c. Membantu dalam penentuan keputusan berkelanjutan atau
penghentian program.
d. Menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terahadap program.
e. Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial
politik dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor yang
mempengaruhi program.
Dari beberapa tujuan di atas dapat dilihat bahwa, penelitian evaluasi
program tertentu. Data tersebut dapat digunakan untuk keperluan
perencanaan, perubahan, penyempurnaan, pengambilan keputusan, serta
untuk menemukan fakta-fakta baru dalam suatu program. Jadi, secara
singkat tujuan penelitian evaluasi yaitu penelitian untuk menghimpun
informasi atau data-data tertentu (sesuai dengan yang dibutuhkan) yang
informasi maupun datanya nanti akan digunakan untuk keperluan tertentu
pula.
3. Jenis Evaluasi
Menurut Sukmadinata (2015) evaluasi dalam pendidikan dibedakan
menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif lebih
diarahkan pada mengevaluasi proses dan ditujukan untuk memperbaiki
atau menyempurnakan program. Evaluasi sumatif lebih diarahkan pada
mengevaluasi hasil, untuk menilai apakah program cukup efektif dan
efisien atau tidak, atas dasar hasil evaluasi tersebut apakah program perlu
dilanjutkan atau dihentikan. Evaluasi formatif dilakukan selama proses
pelaksanaan program, dan dilakukan oleh evaluator internal. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program dan dilakukan oleh
evaluator eksternal.
4. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Proses evaluasi dalam pembelajaran bukanlah pekerjaan yang
mudah. Ada banyak hal atau prinsip-prinsip evaluasi yang harus
Menurut Kusaeri dan Suprananto (2012) beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses evaluasi antara lain:
a. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran
(par tof not a part from instruction).
b. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world
problem), bukan dunia sekolah (school work-kind problems).
c. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria
yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
d. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari
tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik)
Selain itu, Purwanto (2002) juga memberikan penjelasan tentang
prinsip-prinsip penilaian dalam sebuah evaluasi yaitu:
a. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang
komperhensif.
b. Penilaian hendakya merupakan bagian integral dari proses belajar
mengajar.
c. Penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi
pengajar.
d. Penilaian harus bersifat komparabel.
e. Penilaian hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi
penilaian, yaitu penilaian yang norm-referenced dan yang
f. Harus dibedakan antara penskoran (skoring) dan penilaian.
5. Model-Model Evaluasi
McMillan dan Schumacher (2001, Sukmadinata 2015)
mengemu-kakan terdapat enam model pendekatan dalam penelitian evaluatif yaitu:
a. Evaluasi berorientasi tujuan (objectives-oriented approaches)
Evaluasi ini diarahkan untuk mengukur tingkat ketercapaian
tujuan dalam pelaksanaan program atau kegiatan oleh kelompok
sasaran, atau mengukur hasil pelaksanaan program atau kegiatan.
Tujuan yang menjadi sasaran pengukuran adalah tujuan-tujuan yang
spesifik yang dirumuskan dalam perilaku yang dapat diukur, bukan
tujuan umum yang bersifat abstrak.
b. Evaluasi berorientasi pengguna (consumer-oriented approaches)
Evaluasi ini berorientasi pada hasil atau produk, yaitu hasil yang
dapat memenuhi harapan atau memuaskan kebutuhan pengguna.
Evaluasi dapat dilakukan terhadap produk-produk program, seperti
hasil penerapan kurikulum, pembelajaran, pendidikan anak berbakat,
pendidikan nilai dan masih banyak lagi.
c. Evaluasi berorientasi keahlian (Expertise-oriented evaluation)
Evaluasi ini berorientasi pada penggunaan standar keahlian yang
diarahkan pada proses evaluasi program atau komponen-komponen
pendidikan dengan menggunakan kriteria atau standar yang telah
dirumuskan oleh ara ahli sebagai suatu program atau komponen yang
diambil dari teori atau konsep-konsep yang mendasari suatu kegiatan
atau produk yang akan dievaluasi.
d. Evaluasi berorientasi keputusan (decision-oriented evaluation)
Evaluasi ini memiliki lingkup yang lebih luas dan di dalamnya
dimasukkan teori perubahan pendidikan. Evaluasi diarahkan pada
proses penentuan jenis keputusan yang akan diambil, pemilihan,
pengumumpulan dan analisis data yang dibutuhkan untuk penentuan
keputusan, dan penyampaian hasil pada penentu keputusan.
Stufflebeam (1971, Sukmadinata, 2015) mengembangkan model
evaluasi pendidikan yang bersifat komprehensif yang mencakup
konteks (context), masukan (input), proses (proces), dan hasil
(product). Model ini sering kali disebut dengan CIPP. Berdasarkan
model ini dikembangkan evaluasi yang berorientasi keputusan yang
meliputi pengukuran kebutuhan, perencanaan program dan evaluasi
masukan, evaluasi implementasi, evaluasi proses, dan evaluasi hasil.
e. Evaluasi berorientasi lawan (adversary-oriented approaches)
Proses evaluasi ini menggunakan standar atau kriteria yang
berbeda atau bahkan berlawanan dengan standar yang digunakan.
Dalam proses pengujian kemampuan suatu program atau kegiatan
diguankan perbandingan program lain atau standar lain yang
berlawanan. Program yang baik akan tetap unggul apabila
dibandingkan dengan program lain atau menggunakan standar evaluasi
f. Evaluasi berorientasi partisipan naturalistik
Pendekatan evaluasi ini bersifat holistik atau menyeluruh,
menggunakan aneka instrumen dan aneka data, agar diperoleh
pemahaman yang utuh dari sudut pandang dan nilai-nilai yang berbeda
tentang pelaksanaan pendidikan menurut prespektif atau sudut pandang
partisipan. Dalam evaluasi naturalistik berkembang pendekatan yang
disebut dengan evaluasi responsif, karena merespon kebutuhan klien.
Evaluasi responsif didasarkan pada apa yang dilakukan orang secara
alamiah, bila mereka mengevaluasi sesuatu mereka mengamati dan
mereaksi. Evaluasi responsif bersifat sikilikal, beberapa kejadian
mengikuti kejadian, dan banyak kejadian yang terjadi secara serempak.
6. Prosedur Evaluasi
Menurut Sukmadinata (2015) langkah-langkah yang harus dilalui
dalam proses evaluasi antara lain yaitu menentukan tujuan yang dapat
diukur, menentukan instrumen yang akan digunakan, menetapkan desain
evaluasi, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menginterpretasikan
hasil analisis data. Hal ini hanyalah salah satu prosedur yang dapat
dilakukan dalam penelitian evaluasi. Masih ada model atau
langkah-langkah lain yang bisa digunakan dalam penelitian evaluasi.
Langkah-langkah penelitian tertentu pastilah menggambarkan model evaluasi
7. Aspek-Aspek yang Dievaluasi
Penelitian evaluatif dalam pendidikan mencakup banyak aspek.
Menurut Sukmadinata (2015) aspek-aspek yang dapat dievaluasi mencakup
beberapa hal antara lain kurikulum, program pendidikan, pembelajaran,
pendidik, peserta didik, organisasi, dan manajemen. Aspek kurikulum yang
dievaluasi dapat berupa desain, implementasi, dan evaluasi kurikulum.
Aspek program pendidikan meliputi program yang terkait dengan
pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus, program mata pelajaran,
pendidikan jarak jauh dan lain-lain.
Aspek pembelajaran meliputi pembelajaran yang kontekstual,
eksperensial, terpadu dan lain-lain. Pendidik meliputi konselor, guru, dan
administrator. Peserta didik meliputi kepribadian, sikap, minat, motivasi,
kesehatan, kebiasaan belajar dan lain-lain. Organisasi meliputi sekolah
dasar, menengah, pendidikan tinggi, pendidikan umum, kejuruan,
pendidikan khusus, dan pendidikan keagamaan. Manajemen meliputi
personil, sarana-prasarana, biaya, partisipasi masyarakat, ekstrakurikuler
dan lain-lain.
Pada penelitian ini aspek yang dievaluasi adalah hasil yang telah
didapatkan selama menempuh pendidikan dalam kurun waktu tertentu.
Hasil diukur berdasarkan output yang didapatkan oleh peserta didik yang
mencakup berbagai aspek yang diukur seperti tingkat penguasaan materi
8. Evaluasi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Evaluasi pendidikan karakter kepangudiluhuran menjadi bagian
dalam proses pendidikan. Proses evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir
tema yang diajarkan. Berdasarkan buku ajar yang disusun oleh Sugi (2011)
evaluasi dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana tujuan pendidikan
dapat tercapai. Evaluasi dilaksanakan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat penguasaan materi dan penghayatan serta
didasarkan pada indikator materi. Meski demikian, beberapa tema tidak
serta merta terdapat evaluasi pendidikan. Hal ini tentu diharapkan para guru
yang bersangkutan dapat mengembangkan evaluasi secara mandiri.
Evaluasi secara tindak lanjut pelaksanaannya diatur oleh setiap
sekolah yang bersangkutan. Tidak ada ketetapan yang mewajibkan adanya
evaluasi setelah melaksanakan pendidikan ini dengan jangka waktu
tertentu. Artinya pada saat ujian semester pendidikan karakter
kepangudiluhuran tidak diwajibkan untuk diujikan.
9. Evaluasi Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Arikunto (1999) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan output
dalam kontek evaluasi pendidikan adalah keluaran atau bahan jadi yang
dihasilkan oleh transformasi. Proses transformasi adalah mesin yang
bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Proses transformasi
pendidikan melibatkan beberapa faktor penentu antara lain peserta didik
sendiri, guru dan personil lainnya, bahan pelajaran, metode mengajar dan
Sedangkan, pendidikan Karakter Kepangudiluhuran merupakan
pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan
oleh pendiri kongregasi FIC yaitu Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoecken,
FIC. Nilai-nilai luhur itu antara lain adalah percaya kepada Tuhan, rendah
hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan,
sikap bijaksana, saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai
para bruder atau sesama (Sugi, 2011).
Evaluasi Output Pendidikan karakter Kepangudiluhuran merupakan
proses pengumpulan informasi, data, dengan menggunakan instrumen
tertentu yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana keluaran yang
dihasilkan dari proses penanaman nilai-nilai Karakter Kepangudiluhuran
yang telah diajarkan kepada para peserta didik di sekolah. Evaluasi output
Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana luaran yang telah berhasil dicapai peserta didik setelah selama
hampir tiga tahun mendapatkan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran.
C. Hakikat Peserta Didik SMP
1. Pengertian Peserta Didik SMP
Peserta didik SMP termasuk dalam usia remaja sebab berada pada
usia antara 11 – 20 tahun. Menurut Soetjiningsih (2004) masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang
dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara 11 atau 12
dan akan berakhir pada usia 20 tahun. Masa remaja ditandai dengan
dari masa anak ke masa dewasa, yang ditandai dengan munculnya
tanda-tanda seksual sekunder dan kemampuan bereproduksi dengan ditanda-tandai
dengan perubahan hormonal, perubahan fisik, maupun perubahan
psikologis dan sosial. Menurut Santrock (2003) bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan
masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial
emosional.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
Peserta didik SMP adalah individu yang masuk dalam tahap perkembangan
sebagai remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa yang ditandai dengan kematangan seksual yaitu antara 11
tahun hingga 20 tahun. Masuknya anak ke masa remaja ini ditandai dengan
masa pubertas yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual dan
kemampuan bereproduksi karena pengaruh perkembangan hormonal.
2. Karakteristik Remaja
a. Pemekaran diri sendiri (extension of the self)
Pemekaran diri ditandai dengan kemampuan seorang untuk
menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari diri sendiri juga.
Kemampuan untuk bertenggang rasa dengan orang lain serta ikut
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain merupakan
perkembangan ego ideal yang berupa cita-cita, idola dan sebagainya
yang menggambarkan wujud ego (diri sendiri) di masa depan
b. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self
objectivication)
Kemampuan melihat diri sendiri secar obyektif ditandai
dengan berkembangnya wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan
kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor) termasuk yang
menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran. Remaja tidak marah jika
dikritik, pada saat yang diperlukan ia dapat melepaskan diri dari
dirinya sendir,i dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar
(Hurlock, 2002).
c. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life)
Remaja mulai mengetahui kedudukannnya dalam masyarakat.
Remaja juga memahami bagaimana seharusnya ia bertingkah laku dan
tidak lagi mudah terpengaruh oleh orang lain dan pendapatnya serta
sikap sikapnya cukup jelas dan tegas (Sarlito, 2010).
3. Tugas Perkembangan Peserta Didik
Menurut Kay (Jahja, 2012) tugas-tugas perkembangan remaja
meliputi beberapa hal antara lain adalah:
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar
skala nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup.
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.
4. Karakter Peserta Didik SMP
Karakter peserta didik SMP diuraikan dalam kaitannya dengan
perkembangan moral yang terjadi pada usia remaja. Kholberg (1958,
Santrock, 2007) membagi perkembangan moral menjadi 3 tingkatan yaitu
pra konvensional, konvensional dan pasca konvensional.
d. Pra konvensional
Pada tingkat ini remaja tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan
terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar
dan salah.
e. Konvensional
Pada tingkat ini remaja hanya menuruti harapan keluarga, kelompok
atau bangsa, tanpa mengindahkan tindakan yang nyata. Sikapnya lebih
pada sikap konformis, loyal dan secara aktif mempertahankan,
mendukung dan mempertahankan seluruh peraturan serta
f. Pasca Konvensional
Pada tahap ini remaja mulai secara jelas merumuskan nilai-nilai dan
prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas
dari otoritas kelompok atau orang-orang yang berpegang pada
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan metode penelitian evaluasi hasil pendidikan karakter
Kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Klaten yang meliputi jenis penelitian,
tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan
data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif evaluatif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014) penelitian
kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris,
objektif, terukur, rasional, dan sistematis, digunakan untuk meneliti pada
populasi dan sampel tertentu, yang data penelitiannya berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik. Penelitian evaluatif adalah suatu desain dan
prosedur mengumpulkan serta menganalisis data secara sistematis untuk
menentukan nilai atau manfaat dari suatu praktik pendidikan (Sukmadinata,
2015).
Desktiptif berarti menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung saat ini, atau yang sudah lampau. Fungsi deskriptif sendiri adalah
untuk menjelaskan berbagai karakteristik data sehingga gambaran dari data itu
terungkap dengan jelas. Untuk mendapatkan fakta atau data-data yang