• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas output pendidikan karakter Kepangudiluhuran di sekolah (studi evaluasi pada sekolah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur di wilayah Klaten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas output pendidikan karakter Kepangudiluhuran di sekolah (studi evaluasi pada sekolah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur di wilayah Klaten)"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS OUTPUT PENDIDIKAN KARAKTER

KEPANGUDILUHURAN DI SEKOLAH

(Studi Evaluasi pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur di Wilayah Klaten)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Andrias Purwanto

NIM: 131114058

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Untuk segala sesuatu ada waktunya (bdk. Pkh 3:1-15).”

“… menjadi manusia yang baik, menjadi manusia yang lebih baik, berarti

berkembang ke arah Yesus, semakin menyerupai Yesus …. (Konst FIC art. 4).”

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus sang Juru Selamat yang telah menganugerahkan berkat dan

rahmat yang melimpah dalam hidup saya.

2. Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda yang telah

melindungi hidup panggilan saya.

3. Br. FA. Dwiyatno, FIC., selaku Pemimpin Kongregasi Bruder FIC yang

telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengembangkan diri melalui studi ini.

4. Para bruder FIC Komunitas Yogyakarta dan para bruder yang pernah

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Maret 2017 Peneliti

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Andrias Purwanto

Nomor Mahasiswa : 131114058

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EFEKTIVITAS OUTPUT PENDIDIKAN KARAKTER KEPANGUDILUHURAN DI SEKOLAH

(Studi Evaluasi pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur di Wilayah Klaten)

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta izin dari saya maupun memberikan royalti selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 22 Maret 2017 Peneliti

(7)

vii ABSTRAK

EFEKTIVITAS OUTPUT PENDIDIKAN KARAKTER KEPANGUDILUHURAN DI SEKOLAH

(Studi Evaluasi pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur di Wilayah Klaten)

Andrias Purwanto Universitas Sanata Dharma

2017

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Efektivitas Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran yang telah diterapkan di SMP-SMP Pangudi Luhur yang berada di wilayah Klaten. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter Kepangudiluhuran mana yang capaian hasilnya belum optimal dan perlu diusulkan adanya perbaikan topik-topik pendidikan karakter.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif evaluatif kuantitatif. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IX dari SMP PL 1 Klaten, SMP PL Wedi, SMP PL Bayat, dan SMP PL Cawas. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 171 dari 329 peserta didik. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Kuesioner Output

Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran model Semantic Differensial yang disusun oleh peneliti. Jumlah item yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 48 item valid dari 50 item soal yang memuat sepuluh aspek karakter Kepangudiluhuran yaitu percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder (sesama). Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian menurut Azwar (2007) yang disusun berdasarkan 5 kategori yaitu sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat tidak baik. Penghitungan indeks reliabilitas Kuesioner menggunakan Alpha Cr onba ch dan diperoleh koefisien riliabilitas instrumen sangat tinggi yaitu sebesar 0,924.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter Kepangudiluhuran di sekolah Pangudi Luhur sudah cukup efektif. Berdasarkan hasil analisis, dicapai skor output pada 21 (12,28 %) peserta didik masuk ke kategori sangat tinggi, 109 (63,74 %) peserta didik masuk kategori tinggi, dan 41 (23,98 %) peserta didik masuk kategori sedang. Berdasarkan hasil capaian skor item, terdapat 4 (8,33 %) item yang capaian skornya masuk kategori sangat tinggi, 35 (72,92 %) it em masuk kategori tinggi, dan 9 (18,75 %) item masuk kategori sedang. Item yang skornya sedang dijadikan sebagai pedoman pembuatan usulan topik -topik pendidikan karakter Kepangudiluhuran.

(8)

viii ABSTRACT

OUTPUT EFFECTIVENESS CHARACTER EDUCATION OF KEPANGUDILUHURAN (NOBLE EFFORT) IN SCHOOL (Evaluation Study on Pangudi Luhur Junior High School in Klaten)

Andrias Purwanto Sanata Dharma University

2017

The aim of this research is to find the effectiveness of character education of Kepangudiluhuran which has been applied to Pangudi Luhur Junior High School in Klaten. Besides that, this research was also aimed at identifying which character values of Kepangudiluhuran have not achieved optimum results and proposing character education topics improvement.

This research was a descriptive evaluative quantitative. The subject was students of class IX of SMP (Junior High School) PL I Klaten, SMP PL Wedi, SMP PL Bayat, and SMP PL Cawas. Out of 329 students, 171 students were taken as samples. Data collecting tool used was Semantic Differential Kepangudiluhuran Character Education Output Questionnaire compiled by the author. There were 48 valid items our of 50 items consisting of ten aspects of Kepangudiluhuran character, i.e. to believe in God, to have humility, to have enthusiasm and perseverance, to have wisdom and knowledge, to be wise, to be religious, to give good examples, to have soft heart, to be thought, and love our brothers (others). Data analysis technique used was categorization according to Azwar (2007) compiled based on 5 categories, namely very good, good, medium, bad, and very bad. Questionnaire reliability index calculation used Alpha Cronbuch and it yielded very high instrument reliability index coefficient, which was 0,924.

This research result showed that Kepangudiluhuran Character education was quite effective. Based on analysis result, 21 students (12,28 %) were categorized as very high, 109 students (63,74 %) high, and 41 (72,92 %) medium. Based on item achievement score, 4 items (8,33 %) were categorized as very high, 35 items (72,92 %) high, and 9 (18,75 %) medium. Items with medium score were used as a guide to making topic proposals of Kepangudiluhuran Character education.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya yang mengagumkan sehingga tugas akhir skripsi ini dapat peneliti selesaikan. Karya ilmiah ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendididkan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi peneliti. Oleh karena itu, secara khusus peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling sekaligus dosen pembimbing penulisan skripsi, yang merupakan salah satu dosen hebat, penuh kesabaran, senantiasa memberikan semangat, dan menjadi sumber inspirasi bagi peneliti.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa membantu, memberikan arahan positif, dan memberikan semangat kepada peneliti.

(10)

x

4. Bapak/ibu dosen dan karyawan Program Studi Bimbingan dan Konseling yang senantiasa mendukung, penuh kesabaran, memberikan semangat, dan membagikan ilmunya dalam penyelesaian penelitian ini.

5. Para bruder FIC komunitas St. Fransiskus Xaverius Yogyakarta yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada peneliti untuk proses penyelesaian skripsi.

6. Para peserta didik kelas IX SMP PL 1 Klaten, SMP PL Wedi, SMP PL Bayat, dan SMP PL Cawas, yang telah bersedia membantu peneliti untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Teman-teman seperjuangan BK B angkatan 2013 yang selama ini menjadi teman setia dalam perjuangan bersama baik pada saat suka maupun saat duka. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan rendah hati peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 22 Maret 2017 Peneliti

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

A.Hakikat Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 10

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 10

2. Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 11

3. Tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 12

4. Proses Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 13

5. Materi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 15

B.Hakikat Evaluasi ... 24

(12)

xii

2. Tujuan Evaluasi ... 26

3. Jenis Evaluasi ... 27

4. Prinsip-Prinsip Evaluasi ... 27

5. Model-Model Evaluasi ... 29

6. Prosedur Evaluasi ... 31

7. Aspek-Aspek yang Dievaluasi ... 32

8. Evaluasi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 33

9. Evaluasi Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 33

C.Hakikat Peserta Didik SMP ... 34

1. Pengertian Peserta Didik SMP ... 34

2. Karakteristik Remaja ... 35

3. Tugas Perkembangan Peserta Didik ... 36

4. Karakter Peserta Didik SMP ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN... 39

A.Jenis Penelitian ... 39

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

C.Subjek Penelitian ... 40

1. Populasi Penelitian ... 40

2. Sampel Penelitian ... 41

D.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 43

1. Teknik Pengumpulan Data ... 43

2. Instrumen Penelitian ... 44

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reliabilitas ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 53

1. Pengolahan skor ... 54

2. Menentukan kategori ... 55

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

(13)

xiii

1. Deskripsi Data Keseluruhan ... 57

2. Deskripsi Aspek Pengetahuan ... 58

3. Deskripsi Aspek Penghayatan ... 59

4. Deskripsi Berdasarkan Tema atau Aspek ... 61

5. Deskripsi Berdasarkan Item ... 63

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

1. Efektivitas Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 65

2. Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran berdasarkan ... 67

3. Nilai Karakter Kepangudiluhuran yang Capaian Output- ... 69

BAB V. PENUTUP ... 73

A.Kesimpulan ... 73

B.Keterbatasan Penelitian ... 74

C.Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(14)

xiv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 3.1. Jumlah Siswa Kelas Berdasarkan Sekolah ... 42

Tabel 3.2. Skala Semantic Defferensial ... 44

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Aspek Pengetahuan dan Penghayatan Karakter Kepangudi-luhuran dalam Bentuk Kuesioner ... 45

Tabel 3.4. Hasil Analisis Validitas Instrumen ... 49

Tabel 3.5. Rumus Manual Uji Validitas Menggunakan Product Moment dengan Simpangan ... 51

Tabel 3.6. Rumus Manual Uji Reliabilitas Alpha Cronbach ... 52

Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas ... 52

Tabel 3.8. Kriteria Guilford ... 53

Tabel 3.9. Tabel Penentuan Kriteria Secara Keseluruhan ... 55

Tabel 3.10. Tabel Kriteria Secara Keseluruhan ... 56

Tabel 4.1. Kualifikasi Nilai Keseluruhan ... 57

Tabel 4.2. Kualifikasi Aspek Pengetahuan ... 58

Tabel 4.3. Kualifikasi Aspek Penghayatan ... 60

Tabel 4.4. Kualifikasi Tema Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 62

Tabel 4.5. Item Soal Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran yang Mendapat Skor Rendah ... 63

Tabel 4.6. Soal Item yang Mendapatkan Skor Rendah ... 64

Tabel 4.7. Usulan Tema untuk Meningkatkan Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran ... 71

Gambar 4.1. Diagram Nilai Keseluruhan ... 58

Gambar 4.2. Diagram Aspek Pengetahuan ... 59

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 78

Lampiran 2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 79

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 83

Lampiran 4. Contoh Jawaban Kuesioner Penelitian ... 94

Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian ... 105

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pangudi Luhur merupakan Yayasan Katolik yang bergerak di bidang pendidikan. Yayasan ini dikelola oleh para bruder kongregasi FIC 1. Fokus pelayanan Yayasan Pangudi Luhur adalah pendidikan dan pembinaan kaum muda. Karya kerasulan ini merupakan karya kerasulan yang diwariskan oleh para pendiri kongregasi bruder-bruder FIC yaitu Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, FIC 2. Para bruder FIC bertanggung jawab untuk menjaga warisan pendiri, yaitu melestarikan karya pendidikan dan pembinaan kaum muda. Dalam melestarikan warisan ini para bruder diminta untuk tetap berpegang pada kharisma yang sudah ada, namun tetap terbuka terhadap tanda-tanda zaman dan terhadap Roh yang berkembang ke arah yang dikehendaki-Nya (Konst FIC, 1992: 12). Artinya, para bruder FIC tetap dimungkinkan untuk mengembangkan karya kerasulan lain yang sesuai dengan kebutuhan zaman, namun juga tetap memperhatikan kekuatan serta kemampuan yang dimiliki.

1FIC : Merupakan singkatan dari bahasa Latin yaitu Fratrum Immaculatae Conceptionis yang

berarti Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda.

2Mgr : Monsinyur (latin: monsignor) merupakan gelar kehormatan klerus gerejawi yang diberikan

(17)

Berpegang pada tanggung jawab tersebut, para bruder hingga saat ini masih berpegang teguh untuk menjaga warisan karya pendidikan melalui penyelenggaraan sekolah di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur. Penyelenggaraan pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Katolik, terutama yang dikelola oleh Kongregasi atau Tarekat religius diharapkan memiliki karakter khas yang dapat diberikan kepada para peserta didik. Karakter khas tersebut tidak lain adalah karakter khas sesuai dengan nilai-nilai yang dihidupi oleh anggota tarekat seturut teladan para pendiri mereka. Mgr. Ignasius Suharyo, Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang, saat mengadakan pertemuan dengan Br. Albert Ketelaars, FIC., (Pemimpin Umum Kongregasi FIC) pada tahun 1998 menyampaikan “Alangkah indahnya apabila para lulusan sekolah-sekolah yang dikelola oleh Kongregasi atau Tarekat biarawan-biarawati mempunyai karakter khas sesuai dengan nilai-nilai yang mereka perjuangkan oleh Para Pendiri Kongregasi atau Tarekat yang mengelola sekolah-sekolah tersebut”.

Berdasarkan gagasan tersebut, maka para bruder FIC mengusahakan untuk mengenalkan karakter khas FIC di dunia pendidikan sesuai dengan nilai-nilai yang dihidupi. Karakter khas yang ditetapkan oleh Yayasan Pangudi Luhur diberi nama dengan pendidikan Kepangudiluhuran 3. Materi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran bertolak dari sepuluh keutamaan Br. Bernardus FIC. Sepuluh keutamaan tersebut meliputi percaya kepada Tuhan, rendah hati,

3 Kepangudiluhuran diambil dari nama Yayasan Pangudi Luhur yang dijadikan sebagai nama

(18)

semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder (sesama).

Sepuluh keutamaan Bernardus dijabarkan dalam materi yang dikemas dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan. Melalui pendidikan Kepangudiluhuran ini para peserta didik diharapkan mampu menginternalisasikan segala keutamaan sebagai sikap pribadi demi pembentukan karakter pribadi menjadi manusia yang utuh. Harapan ini tertuang dalam profil “outcome” Yayasan Pangudi Luhur yakni agar peserta

didik dapat menjadi manusia merdeka, berpribadi utuh, manusia yang berpikir otentik dan bertindak aktif positif, manusia yang tangguh iman dan moralnya serta manusia yang sadar dan mampu membangun hidup bersama (Handoko dan Riyanto, 2004).

(19)

Bertolak dari tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran di sekolah Pangudi Luhur, maka dalam semua mata pelajaran perlu dimasukkan muatan nilai-nilai karakter tersebut. Selain itu, secara khusus penanaman nila-nilai karakter Kepangudiluhuran disampaikan melalui mata pelajaran Kepangudiluhuran pada semua tingkat di sekolah Pangudi Luhur. Dengan cara ini tentu hasil pendidikan peserta didik di sekolah diharapkan semakin mencerminkan nilai-nilai Kepangudiluhuran yang kental.

Sejauh pengamatan peneliti dalam kegiatan observasi langsung, wawancara dengan guru pengampu, dan beberapa kali praktik langsung, pembelajaran Kepangudiluhuran di beberapa SMP Pangudi Luhur wilayah Klaten sudah terlaksana dengan baik. Pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan program pembelajaran yang disusun. Selain itu, sekolah juga berusaha mengembangkan proses pendidikan agar penanaman karakter Kepangudiluhuran dapat semakin efektif. Pengembangan itu misalnya sekolah memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk membuat aksi luar sekolah dengan tema tertentu dan hasilnya dilaporkan pada akhir semester. Dengan cara ini diharapkan pendidikan karakter yang telah didapat dapat semakin diinternalisasikan dalam hidup nyata yang langsung berkaitan dengan keadaan di sekitar.

(20)

ditetapkan pada tahun 2007 dan kemudian menggunakan buku Kepangudiluhuran yang disusun oleh Br. Frans Sugi, FIC pada tahun 2011. Belum pernah diadakannya evaluasi atas pendidikan ini, karena mengingat keterbatasan sekolah untuk melakukan proses evaluasi. Peneliti berpikir evaluasi ini sangat penting, karena melalui proses evaluasi dapat diketahui sejauh mana proses dan hasil pendidikan karakter Kepangudiluhuran dapat tercapai dan hal-hal yang kiranya perlu dikaji ulang atau ditingkatkan kembali. Selain itu, dengan adanya evaluasi secara sistematis juga akan dapat membantu menemukan kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan pendidikan karakter Kepangudiluhuran. Sebab jika tidak dilakukan proses evaluasi, maka bisa dimungkinkan akan adanya hal-hal yang mungkin justru kurang bermanfaat tetapi tetap saja menjadi bagian dari program yang terus dilaksanakan.

(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Program Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran di Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur wilayah Klaten belum pernah dievaluasi.

2. Keberhasilan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran di Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur wilayah Klaten belum pernah dievaluasi.

3. Belum teridentifikasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran di Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur wilayah Klaten.

4. Belum diperoleh masukan-masukan dari sistem evaluasi secara sistematis dalam hal-hal apa yang perlu untuk dilakukan perbaikan ataupun peningkatan pendidikan,

5. Belum ada data menyangkut isi materi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran mana yang perlu diusulkan untuk perbaikan.

C. Pembatasan Masalah

Semua masalah yang teridentifikasi di atas tidak semuanya dapat dikaji oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian ini berfokus pada menjawab butir-butir masalah nomor 2 dan 5 dalam tema penelitian Efektifitas

(22)

pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur yang ada di Wilayah Klaten).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah-masalah penelitian ini secara operasional sebagai berikut:

1. Seberapa efektif pendidikan karakter Kepangudiluhuran di Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur yang ada di wilayah Klaten dilihat dari output-nya?

2. Nilai-nilai karakter Kepangudiluhuran mana yang teridentifikasi capainnya belum optimal dan perlu usulan perbaikan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengukur seberapa efektif pendidikan karakter Kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur yang ada di wilayah Klaten dilihat dari output-nya. 2. Mengidentifikasi nilai-nilai karakter Kepangudiluhuran yang capain

(23)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada sekolah, khususnya dalam bidang pelaksanaan pendidikan karakter Kepangudiluhuran, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk melakukan perubahan yang perlu guna lebih baiknya proses penanaman nilai-nilai Karakter Kepangudiluhuran di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Yayasan Pangudi Luhur, penelitian ini diharapkan dapat memberikan data yang jelas tentang sejauh mana Efektivitas pendidikan karakter Kepangudiluhuran di SMP dapat tercapai dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dan pengembangan yang lebih baik bagi semua sekolah Pangudi Luhur. b. Bagi guru SMP Pangudi Luhur yang bersangkutan, diharapkan

penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang capaian yang sudah diperoleh dan sebagai titik tolak untuk semakin meningkatkan upaya penanaman nilai karakter Kepangudiluhuran menjadi semakin lebih baik lagi.

(24)

d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti untuk dapat belajar lebih dalam tentang proses evaluasi secara sistematis.

G. Definisi Istilah

1. Karakter

Karakter adalah tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti seseorang terkait dengan nilai-nilai hidup seperti kebangsaan, moral, religius dan menjangkau semua aspek dalam diri baik pengetahuan, pikiran, perasaan maupun tindakan seseorang.

2. Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Pendidikan karakter Kepangudiluhuran merupakan pendidikan karakter yang didasarkan pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh pendiri kongregasi FIC yaitu Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, FIC. 3. Evaluasi output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

(25)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan teori-teori yang mendukung penelitian yaitu hakikat Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran, hakikat evaluasi dan hakikat peserta didik SMP.

A. Hakikat Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

1. Pengertian Pendidikan Karakter

(26)

Suyanto (2010) menjelaskan pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yang melibatkan aspek pengetahuan

(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek

ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Pendapat ini didukung oleh Darminta (2006) yang menyebutkan tahapan penghayatan nilai hidup melalui tiga tahap yaitu tahap kognisi, afeksi, dan aksi. Kedua pendapat ini menegaskan pentingnya aspek pengetahuan yang mendasari sebuah tindakan, sedangkan proses afeksi menjadi jembatan atas pengetahuan yang didapat dan akhirnya melahirkan tindakan atau perilaku berkarakter.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan penanaman nilai-nilai universal dalam hidup. Nilai yang dimaksud dapat merupakan nilai yang berkaitan dengan nilai kebangsaan, moral, religius dan menjangkau semua aspek dalam diri baik pengetahuan, pikiran, perasaan maupun tindakan seseorang.

2. Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

(27)

Bernardus meliputi percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder (sesama).

Pendidikan karakter Kepangudiluhuran selalu diarahkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai luhur berdasarkan Pancasila, selalu bersemangat menuntut ilmu dan berkembang menjadi pribadi yang berkualitas tinggi, berkarakter baik, cerdas, serta dapat berkembang secara utuh (Sugi, 2011). Dengan demikian arah Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran tentunya juga menjalankan amanat UUD 1945 dalam rangka mencerdaskan bangsa.

3. Tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Tujuan pendidikan karakter Kepangudiluhuran sebagaimana dijelaskan dalam pengantar buku ajar Kepangudiluhuran (Sugi, 2011) adalah sebagai berikut:

a. Menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan dalam diri sendiri, sesama, dan lingkungan hidupnya, sehingga mereka memiliki kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat.

(28)

Dua tujuan kepangudiluhuran tersebut dalam pencapaiannya selalu bercermin dari hidup para pendiri kongregasi FIC yaitu Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, FIC. Selanjutnya cerminan itu diharapkan dapat diaplikasikan ke dalam hidup sehari-hari dan di manapun mereka berada.

4. Proses Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Yayasan Pangudi Luhur menetapkan bahwa pendidikan karakter kepangudiluhuran perlu diajarkan kepada semua peserta didik Pangudi Luhur. Pendidikan ini diajarkan di semua tingkat pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK. Proses pendidikan karakter Kepangudiluhuran di kelas berdasarkan buku ajar Kepangudiluhuran (Sugi, 2011) ditetapkan sebagai berikut:

a. Pembuka

Kegiatan belajar selalu diawali dengan kegiatan pembuka. Pada kegiatan pembuka kegiatan yang ditawarkan antara lain adalah menyanyikan lagu, berdoa, serta pengantar seperlunya untuk masuk ke materi yang akan disampaikan.

b. Inspirasi Iman

(29)

inspiratif dari kitab suci maupun dari luar kitab suci, atau bahkan berasal dari kisah-kisah Br. Bernardus maupun Mgr. Rutten pendiri kongregasi FIC.

c. Pendalaman Inspirasi Iman

Setelah inspirasi iman disampaikan, maka para peserta didik diajak untuk mendalami inspirasi tersebut secara bersama. Proses pendalaman ini dimulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif, penemuan pembelajaran penting, dan penegasan kembali oleh guru atau peserta didik tentang penemuan yang sudah didapatkan bersama.

d. Evaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai sejauh mana indikator yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Pada bagian ini biasanya disediakan beberapa panduan pertanyaan, meskipun ada bebrapa tema yang tidak dituliskan bagian evaluasi. e. Penutup

(30)

Selain proses pendidikan berdasarkan buku ajar Kepangudiluhuran, setiap sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkan proses pendidikanyang lebih sesuai dengan keadaan setempat. Pengembangan bisa dalam bentuk pengembangan materi dan juga pendalaman materi melalui penugasan-penugasan ataupun cara-cara tertentu yang dapat semakin memperdalam dan mengakarkan karakter-karakter Kepangudiluhuran yang dipelajari.

5. Materi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran oleh Sugi (2011) dijabarkan dalam materi ajar yang didasarkan pada sepuluh nilai keutamaan Bernardus. Demi kepentingan pengkajian yang lebih terstruktur, maka peneliti merumuskan dan menata kembali materi tersebut agar dapat dikaji secara ilmiah. Materi-materi tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Percaya Kepada Tuhan

Makna iman sering kali diidentikkan dengan sikap percaya. Makna percaya secara umum menunjuk kepada berbagai sikap manusia yang mempercayai segala sebab yang dianggap bertuah, keramat dan memiliki suatu kasiat. Oleh karena itu, melalui sikap percaya seseorang dapat menyembah suatu benda, patung, pohon, atau dongeng yang diwariskan secara turun-temurun.

(31)

irasional dan mempercayai dongeng atau hal-hal yang sebenarnya tidak patut dipercayai. Sikap percaya memungkinkan manusia untuk percaya pada tahayul sehingga melumpuhkan akal budi dan hati nurani untuk memuliakan Allah selaku pencipta dan penyelamat hidup. Justru sikap iman senantiasa mendorong dan memampukan setiap orang yang percaya agar membebaskan diri dari setiap sikap irasional dan dongeng. St. Petrus menyatakan: “sebab kami tidak mengikuti dongeng -dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya (2 Ptr, 1:16). Kesaksian Kitab Suci secara sadar menegaskan pemberitaan para nabi dan rasul disadari oleh kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan, suatu kebenaran yang lahir dari pernyataan Allah dan bukan hasil dugaan atau dongeng semata.

(32)

Berkat semangat, ketekunan, dan penyerahan kepada Tuhan serta pengantaraan kepada Bunda Maria, akhirnya semua masalah tersebut dapat diatasi. Berdasarkan apa yang ia alami dalam pengalaman imannya, maka ia pun menyarankan agar para bruder juga memiliki sikap percaya yang tinggi terhadap penyelenggaraan Tuhan sendiri. b. Rendah Hati

Orang yang bersikap rendah hati pada dasarnya tidak mencari pujian, tetapi lebih mendasari tindakannya pada keikhlasan hati untuk mengasihi sesama. Orang yang rendah hati memiliki sifat peduli terhadap orang lain, mengingat jasa atau pertolongan yang pernah diterima meski sekecil apapun. Orang yang rendah hati tidak mementingkan diri sendiri melainkan memperhatikan kepentingan orang lain.

Orang yang rendah hati juga memiliki kepedulian teradap panggilan untuk melakukan pekerjaan secara sungguh-sungguh. Pepatah mengatakan ora et labora (Latin) yang artinya bekerja dan berdoa (St. Bendiktus). Dengan bekerja orang beriman mewujudkan panggilan Tuhan yang dapat membahagiakan dirinya. Bekerja meski disertai dengan keringat, rasa lelah atau capek, tetapi tetap memberikan kepuasan batin dan kebahagiaan.

(33)

Kerajaan-Nya. Dalam kasih, seseorang hendaknya memberikan diri kepada Dia yang penuh kasih.

c. Semangat dan Keteguhan Hati

Globalisasi adalah perubahan yang terjadi di dunia akibat dari penemuan-penemuan modern sehingga seolah-olah dunia yang luas ini menjadi sedemikian sempit. Hal ini membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Di sisi lain, globalisasi telah memberikan kemungkinan untuk membangun kesatuan secara lebih luas. Namun, di lain sisi globalisasi juga telah memberikan berbagai tawaran atau pilihan yang beragam. Hal ini memberikan kesulitan pada semua orang, terlebih generasi muda yang masih mencari jati diri. Proses mencari jati diri ini menyebabkan generasi muda mudah berubah dalam pilihan-pilihan hidup. Oleh karena itu, generasi muda memerlukan teladan pribadi yang memiliki semangat dan keteguhan hati dalam hidup untuk akhirnya mereka sendiri memiliki karakter tersebut. Karakter tersebut dapat dibangun dengan membangun kewaspadaan diri dalam setiap langkah dan perilaku.

(34)

mengetuk pintu maka mereka akan segera membukakannya. Alangkah beruntungnya pelayan-pelayan yang kedapatan sedang menunggu pada waktu tuannya datang. Maka, dalam menghadapi globalisasi dibutuhkan sikap waspada atau bertindak hati-hati untuk berani memilih dan menentukan hal-hal yang baik dan meninggalkan yang kurang baik. Untuk bisa sampai proses memilih hal yang baik serta meninggalkan yang kurang baik membutuhkan bantuan orang lain. d. Kebijaksanaan dan Berpengetahuan

Orang yang bijaksana adalah orang yang cerdas dalam arti mampu membedakan hal yang baik dari hal yang buruk (1 Raj 3:9). Ia dapat memberikan alternatif-alternatif sebagai jalan keluar. Orang yang bijaksana terus belajar dan terus menangkap jalan-jalan Tuhan. Jalan Tuhan dibacanya melalui tanda-tanda yang terjadi dalam setiap harinya. Kebijaksanaan tanpa didukung dengan pengetahuan, kadang menjadi sulit untuk diterapkan, sebab seseorang akan sulit memahami situasi dan dikaitkan dengan permasalahan yang sebenarnya (Humblet, 1994). Maka, dalam hal ini jelaslah pengetahuan itu dapat menjadi penyokong atas kebijaksanaan yang diusahakan oleh setiap pribadi. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar.

(35)

mengaktualisasikan potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan diri sepenuhnya dengan cara menjadi dirinya sendiri. Jika kita mempelajari orang-orang yang sukses, kita akan menemukan bahwa mereka memiliki satu rahasia yang sama, yaitu belajar dan belajar. Semakin terus belajar semakin dapat disadari betapa sedikitnya ilmu yang dimiliki.

Oleh karena itu, sangat penting menanamkan semangat belajar terus menerus pada diri kita masing-masing. Dari hari ke hari, kita harus semakin memperkaya diri kita dengan kekayaan rohani, yaitu ilmu. Dengan semangat belajar itulah kita memperoleh ilmu dan terus meningkatkan ilmu yang kita miliki.

e. Sikap Bijaksana

Seorang yang bijaksana mengenal kesucian Tuhan Allah dan takut akan Dia. Seorang yang bijaksana mengetahui bagaimana menggunakan waktu secara tepat untuk memuliakan Tuhan. Seorang yang mengenal Tuhan mengetahui bahwa kehidupan nyatanya harus dipertanggunjawabkan di hadapan Tuhan Allah yang kekal.

(36)

f. Sikap Saleh

Perkembangan pengetahuan dan teknologi berkat daya rasional manusia sering dituding sebagai penyebab lunturnya kehidupan rohani. Orang menjadi kurang peduli dengan hal-hal rohani seperti doa-doa pribadi. Praktik hidup doa mulai banyak tidak mendapatkan perhatian dan tempat dalam hati kita. Kerelaan seseorang untuk berdoa menjadi berkurang karena ada tuntutan yang dianggap lebih penting dari hidupnya.

Peranan doa dalam kehidupan beriman tetaplah penting bagi diri sendiri maupun orang lain. Doa memiliki aspek sosial. Banyak peristiwa dalam Kitab Suci yang menunjukkan betapa kuatnya doa, yang dapat menyelamatkan. Br. Bernardus mengutip apa yang dikatakan St. Vincentius bahwa setiap orang hendaknya berlindung kepada Tuhan dalam doa, bukan saja jika ia dibimbing dan mengalami kesukaran, melainkan juga untuk mendengar dari Tuhan sendiri apa yang harus diajarkan kepada orang lain (Sugi, 2011).

g. Teladan Baik

(37)

berani mengakuinya dan memohon ampun atas kesalahan dan dosanya tersebut.

Orang sadar, dosa tidak hanya merugikan orang lain, melainkan juga merusak kehidupan diri sendiri, merenggangkan relasi dengan sesama dan menciderai relasi dengan Allah. Sering juga ketidakmampuan seseorang memberikan pengampunan pada sesamanya menjadikan dirinya tidak nyaman dalam membangun relasi dengan sesamanya. Oleh karena itu, seseorang perlu belajar untuk saling mangampuni.

Saling mengampuni ini menjadi salah satu teladan baik yang memberikan dampak bagi kehidupan bersama. Tidak hanya pengampunan yang tampat, namun juga dapat memberikan dampak bagi perbaikan relasi antar umat manusia, dengan jalan menunjukkan keutamaan hidup iman yang sungguh dihadapinya.

h. Lembut Hati

Br. Bernardus (1994) memberikan pengajaran kepada para brudernya agar memiliki sikap lembut hati dalam hidup sehari-hari. Ia menuliskan sebagai berikut:

(38)

dan karena Allah yang Mahabaik menuntut hal itu dari anda. Maka lunakkanlah teguran anda dengan lembut hati.

2) Hendaklah juga lembut hati terhadap diri anda sendiri dan janganlah kaget jika anda pernah bersalah atau tertipu oleh kegiatan anda. Anda adalah manusia dan bukan malaikat. Katakanlah bersama St. Aloysius bahwa bumi telah menghasilkan buahnya. Atau seperti St. Fransiskus, berikanlah dirimu, hai hatiku yang lemah, engkau terjatuh lagi ke lubang, meskipun engkau sering memutuskan untuk menghindarinya. Marilah kita bangun dan berlindung pada belas kasih Allah dengan harapan akan pertolongan-Nya, agar kita selanjutnya lebih teguh.

Tuhan bersabda: Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi. Maka, menurut teladan dan perintah Tuhan, setiap orang harus berusaha menjadi lemah lembut dan rendah hati, yaitu menjadi lembut hati dan berbaik hati. Ia tidak hanya harus berbuat tegas menentang dalam dirinya sendiri setiap pernyataan nafsu atau kemarahan, melainkan juga keras menghindari tanda-tanda timbulnya gerakan hati itu.

i. Tabah Hati

(39)

11, 28 - 31). Karunia harus digunakan untuk membangun hidup bersama / jemaat. Perbedaan bukan dimaksudkan untuk memecah belah kesatuan, melainkan untuk saling melengkapi dan mempersatukan serta saling memperkaya. Maka, keunikan itu baru dapat berarti bila disumbangkan, diwujudnyatakan bagi kepentingan kehidupan bersama. Setiap orang tidak harus mencari kepentingannya sendiri, dan merasa diri lebih dari yang lain, sebab memiliki karunia khusus yang menjadi ciri khasnya atau keunikannya.

j. Mencintai para bruder (sesama)

Mencintai sesama berarti mencintai dengan berlandaskan ajaran dalam Kitab Suci. Barang siapa mengasihi Allah, ia juga mengasihi saudaranya (1 Yoh 4: 21). Mencintai sesama merupakan bagian dari sikap mengasihi saudara, dan sebagai wujud ungkapan kasih kepada Allah. Maka, sudah sepantasnyalah kita mengasihi sesama kita. Mengasihi sesama dilandasi rasa hormat yang mendalam, dan turut serta menjaga dan mendukung perkembangan sesama.

B. Hakikat Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

(40)

yang tepat dalam mengambil keputusan. Evaluasi adalah proses mengukur kadar pencapaian tujuan. Evaluasi juga merupakan suatu kegiatan yang direncanakan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen tertentu dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Ralph Tyler (Arikunto, 1999) mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Evaluasi juga dapat dilihat sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Purwanto, 2002). Purwanto juga menambahkan evaluasi juga berarti suatu proses sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh peserta didik.

(41)

2. Tujuan Evaluasi

Tujuan umum dari evaluasi pendidikan adalah untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Selain itu, untuk menghimpun informasi yang dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan belajar peserta didik (Sudijono, 1996).

Lebih lanjut, Sukmadinata (2015) merinci tujuan penelitian evaluasi sebagai beruikut:

a. Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program.

b. Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau perubahan program.

c. Membantu dalam penentuan keputusan berkelanjutan atau penghentian program.

d. Menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terahadap program. e. Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial politik dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor yang mempengaruhi program.

(42)

program tertentu. Data tersebut dapat digunakan untuk keperluan perencanaan, perubahan, penyempurnaan, pengambilan keputusan, serta untuk menemukan fakta-fakta baru dalam suatu program. Jadi, secara singkat tujuan penelitian evaluasi yaitu penelitian untuk menghimpun informasi atau data-data tertentu (sesuai dengan yang dibutuhkan) yang informasi maupun datanya nanti akan digunakan untuk keperluan tertentu pula.

3. Jenis Evaluasi

Menurut Sukmadinata (2015) evaluasi dalam pendidikan dibedakan menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif lebih diarahkan pada mengevaluasi proses dan ditujukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan program. Evaluasi sumatif lebih diarahkan pada mengevaluasi hasil, untuk menilai apakah program cukup efektif dan efisien atau tidak, atas dasar hasil evaluasi tersebut apakah program perlu dilanjutkan atau dihentikan. Evaluasi formatif dilakukan selama proses pelaksanaan program, dan dilakukan oleh evaluator internal. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program dan dilakukan oleh evaluator eksternal.

4. Prinsip-Prinsip Evaluasi

(43)

Menurut Kusaeri dan Suprananto (2012) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses evaluasi antara lain:

a. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran

(par tof not a part from instruction).

b. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world

problem), bukan dunia sekolah (school work-kind problems).

c. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. d. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari

tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik)

Selain itu, Purwanto (2002) juga memberikan penjelasan tentang prinsip-prinsip penilaian dalam sebuah evaluasi yaitu:

a. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komperhensif.

b. Penilaian hendakya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar.

c. Penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar.

d. Penilaian harus bersifat komparabel.

(44)

f. Harus dibedakan antara penskoran (skoring) dan penilaian.

5. Model-Model Evaluasi

McMillan dan Schumacher (2001, Sukmadinata 2015) mengemu-kakan terdapat enam model pendekatan dalam penelitian evaluatif yaitu: a. Evaluasi berorientasi tujuan (objectives-oriented approaches)

Evaluasi ini diarahkan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan dalam pelaksanaan program atau kegiatan oleh kelompok sasaran, atau mengukur hasil pelaksanaan program atau kegiatan. Tujuan yang menjadi sasaran pengukuran adalah tujuan-tujuan yang spesifik yang dirumuskan dalam perilaku yang dapat diukur, bukan tujuan umum yang bersifat abstrak.

b. Evaluasi berorientasi pengguna (consumer-oriented approaches) Evaluasi ini berorientasi pada hasil atau produk, yaitu hasil yang dapat memenuhi harapan atau memuaskan kebutuhan pengguna. Evaluasi dapat dilakukan terhadap produk-produk program, seperti hasil penerapan kurikulum, pembelajaran, pendidikan anak berbakat, pendidikan nilai dan masih banyak lagi.

c. Evaluasi berorientasi keahlian (Expertise-oriented evaluation)

(45)

diambil dari teori atau konsep-konsep yang mendasari suatu kegiatan atau produk yang akan dievaluasi.

d. Evaluasi berorientasi keputusan (decision-oriented evaluation)

Evaluasi ini memiliki lingkup yang lebih luas dan di dalamnya dimasukkan teori perubahan pendidikan. Evaluasi diarahkan pada proses penentuan jenis keputusan yang akan diambil, pemilihan, pengumumpulan dan analisis data yang dibutuhkan untuk penentuan keputusan, dan penyampaian hasil pada penentu keputusan. Stufflebeam (1971, Sukmadinata, 2015) mengembangkan model evaluasi pendidikan yang bersifat komprehensif yang mencakup konteks (context), masukan (input), proses (proces), dan hasil

(product). Model ini sering kali disebut dengan CIPP. Berdasarkan

model ini dikembangkan evaluasi yang berorientasi keputusan yang meliputi pengukuran kebutuhan, perencanaan program dan evaluasi masukan, evaluasi implementasi, evaluasi proses, dan evaluasi hasil. e. Evaluasi berorientasi lawan (adversary-oriented approaches)

(46)

f. Evaluasi berorientasi partisipan naturalistik

Pendekatan evaluasi ini bersifat holistik atau menyeluruh, menggunakan aneka instrumen dan aneka data, agar diperoleh pemahaman yang utuh dari sudut pandang dan nilai-nilai yang berbeda tentang pelaksanaan pendidikan menurut prespektif atau sudut pandang partisipan. Dalam evaluasi naturalistik berkembang pendekatan yang disebut dengan evaluasi responsif, karena merespon kebutuhan klien. Evaluasi responsif didasarkan pada apa yang dilakukan orang secara alamiah, bila mereka mengevaluasi sesuatu mereka mengamati dan mereaksi. Evaluasi responsif bersifat sikilikal, beberapa kejadian mengikuti kejadian, dan banyak kejadian yang terjadi secara serempak.

6. Prosedur Evaluasi

(47)

7. Aspek-Aspek yang Dievaluasi

Penelitian evaluatif dalam pendidikan mencakup banyak aspek. Menurut Sukmadinata (2015) aspek-aspek yang dapat dievaluasi mencakup beberapa hal antara lain kurikulum, program pendidikan, pembelajaran, pendidik, peserta didik, organisasi, dan manajemen. Aspek kurikulum yang dievaluasi dapat berupa desain, implementasi, dan evaluasi kurikulum. Aspek program pendidikan meliputi program yang terkait dengan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus, program mata pelajaran, pendidikan jarak jauh dan lain-lain.

Aspek pembelajaran meliputi pembelajaran yang kontekstual, eksperensial, terpadu dan lain-lain. Pendidik meliputi konselor, guru, dan administrator. Peserta didik meliputi kepribadian, sikap, minat, motivasi, kesehatan, kebiasaan belajar dan lain-lain. Organisasi meliputi sekolah dasar, menengah, pendidikan tinggi, pendidikan umum, kejuruan, pendidikan khusus, dan pendidikan keagamaan. Manajemen meliputi personil, sarana-prasarana, biaya, partisipasi masyarakat, ekstrakurikuler dan lain-lain.

(48)

8. Evaluasi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Evaluasi pendidikan karakter kepangudiluhuran menjadi bagian dalam proses pendidikan. Proses evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir tema yang diajarkan. Berdasarkan buku ajar yang disusun oleh Sugi (2011) evaluasi dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana tujuan pendidikan dapat tercapai. Evaluasi dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat penguasaan materi dan penghayatan serta didasarkan pada indikator materi. Meski demikian, beberapa tema tidak serta merta terdapat evaluasi pendidikan. Hal ini tentu diharapkan para guru yang bersangkutan dapat mengembangkan evaluasi secara mandiri.

Evaluasi secara tindak lanjut pelaksanaannya diatur oleh setiap sekolah yang bersangkutan. Tidak ada ketetapan yang mewajibkan adanya evaluasi setelah melaksanakan pendidikan ini dengan jangka waktu tertentu. Artinya pada saat ujian semester pendidikan karakter kepangudiluhuran tidak diwajibkan untuk diujikan.

9. Evaluasi Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran

Arikunto (1999) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan output

(49)

Sedangkan, pendidikan Karakter Kepangudiluhuran merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh pendiri kongregasi FIC yaitu Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, FIC. Nilai-nilai luhur itu antara lain adalah percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder atau sesama (Sugi, 2011).

Evaluasi Output Pendidikan karakter Kepangudiluhuran merupakan proses pengumpulan informasi, data, dengan menggunakan instrumen tertentu yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana keluaran yang dihasilkan dari proses penanaman nilai-nilai Karakter Kepangudiluhuran yang telah diajarkan kepada para peserta didik di sekolah. Evaluasi output

Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran bertujuan untuk mengetahui sejauh mana luaran yang telah berhasil dicapai peserta didik setelah selama hampir tiga tahun mendapatkan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran.

C. Hakikat Peserta Didik SMP

1. Pengertian Peserta Didik SMP

(50)

dari masa anak ke masa dewasa, yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual sekunder dan kemampuan bereproduksi dengan ditanda-tandai dengan perubahan hormonal, perubahan fisik, maupun perubahan psikologis dan sosial. Menurut Santrock (2003) bahwa remaja (adolescene)

diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial emosional.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Peserta didik SMP adalah individu yang masuk dalam tahap perkembangan sebagai remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan kematangan seksual yaitu antara 11 tahun hingga 20 tahun. Masuknya anak ke masa remaja ini ditandai dengan masa pubertas yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual dan kemampuan bereproduksi karena pengaruh perkembangan hormonal.

2. Karakteristik Remaja

a. Pemekaran diri sendiri (extension of the self)

(51)

b. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self objectivication)

Kemampuan melihat diri sendiri secar obyektif ditandai dengan berkembangnya wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor) termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran. Remaja tidak marah jika dikritik, pada saat yang diperlukan ia dapat melepaskan diri dari dirinya sendir,i dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar (Hurlock, 2002).

c. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life)

Remaja mulai mengetahui kedudukannnya dalam masyarakat. Remaja juga memahami bagaimana seharusnya ia bertingkah laku dan tidak lagi mudah terpengaruh oleh orang lain dan pendapatnya serta sikap sikapnya cukup jelas dan tegas (Sarlito, 2010).

3. Tugas Perkembangan Peserta Didik

Menurut Kay (Jahja, 2012) tugas-tugas perkembangan remaja meliputi beberapa hal antara lain adalah:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.

(52)

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.

f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

4. Karakter Peserta Didik SMP

Karakter peserta didik SMP diuraikan dalam kaitannya dengan perkembangan moral yang terjadi pada usia remaja. Kholberg (1958, Santrock, 2007) membagi perkembangan moral menjadi 3 tingkatan yaitu pra konvensional, konvensional dan pasca konvensional.

d. Pra konvensional

Pada tingkat ini remaja tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah.

e. Konvensional

(53)

f. Pasca Konvensional

(54)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan metode penelitian evaluasi hasil pendidikan karakter Kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Klaten yang meliputi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif evaluatif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014) penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, yang data penelitiannya berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian evaluatif adalah suatu desain dan prosedur mengumpulkan serta menganalisis data secara sistematis untuk menentukan nilai atau manfaat dari suatu praktik pendidikan (Sukmadinata, 2015).

(55)

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang akan disebarkan kepada responden (Sukmadinata, 2015). Pada penelitian ini variabel yang akan dievaluasi secara deskriptif kuantitatif adalah Efektivitas Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran. Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran yang diperoleh dari data penelitian dalam bentuk angka, kemudian diuraikan secara deskriptif yang menggambarkan tentang Efektivitas Output Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti pada Januari hingga Februari 2017 di empat SMP Pangudi Luhur di wilayah Klaten yaitu SMP Pangudi Luhur1 Klaten, SMP Pangudi Luhur Wedi, SMP Pangudi Luhur Bayat, dan SMP Pangudi Luhur Cawas.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi Penelitian

(56)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014). Pengambilan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1 %, 5 %, dan 10 % (Sugiyono, 2014). Peneliti menetapkan jumlah sampel dengan menggunakan taraf kesalahan 5 % dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 171 peserta didik.

Dalam pemilihan sampel ini teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah probability sampling dengan model proportionate

stratified random sampling yang dipadukan dengan model simple rundom

sampling. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate

stratified random sampling dilakukan secara proporsional dengan

memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono, 2014). Peneliti menggunakan teknik proportionate stratified random sampling karena sampel diambil dari empat sekolah yang berbeda yaitu tiga sekolah di pedesaan dan satu sekolah di kota. Proses penentuan sampel dilakukan dengan cara menentukan jumlah sampel dari setiap sekolah dan sampel berdasarkan kelas secara proporsional. Penentuan sampel selanjutnya, setelah didapatkan jumlah sampel berdasarkan kelas kemudian digunakan teknik simple rundom sampling.

(57)

a. SMP PL 1 Klaten: 176 / 329 x 171 = 91,48 dibulatkan menjadi 92 b. SMP PL Wedi : 62 / 329 x 171 = 32,22 dibulatkan menjadi 32 c. SMP PL Bayat : 48 / 329 x 171 = 24,95 dibulatkan menjadi 25 d. SMP PL Cawas : 43 / 329 x 171 = 22,35 dibulatkan menjadi 22

Jadi jumlah sampel untuk masing-masing sekolah adalah 92 peserta didik dari SMP PL I Klaten, 32 peserta didik dari SMP PL Wedi, 25 peserta didik dari SMP PL Bayat dan 22 peserta didik dari SMP PL Cawas.

Jumlah speserta didik untuk setiap kelas berdasarkan sekolah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Siswa Kelas Berdasarkan Sekolah

No Kelas SMP PL

Berdasarkan data di atas maka jumlah sampel yang ditetapkan untuk setiap kelas berdasarkan sekolah adalah sebagai berikut:

(58)

2) Kelas IX B : 38 / 176 x 92 = 19,86 dibulatkan menjadi 20 3) Kelas IX C : 39 / 176 x 92 = 20,38 dibulatkan menjadi 20 4) Kelas IX D : 38 / 176 x 92 = 19,86 dibulatkan menjadi 20 5) Kelas IX E : 23 / 176 x 92 = 12.02 dibulatkan menjadi 12 b. SMP PL Wedi dengan jumlah siswa 62 dan ditetapkan sampel 32

1) Kelas IX A : 31 / 62 x 32 = 16 2) Kelas IX B : 31 / 62 x 32 = 16

c. SMP PL Bayat dengan jumlah siswa 48 dan ditetapkan sampel 25 1) Kelas IX A : 23 / 48 x 25 = 11,98 dibulatkan menjadi 12 2) Kelas IX B : 25 / 48 x 25 = 13,02 dibulatkan menjadi 13 d. SMP PL Cawas dengan jumlah siswa 43 dan ditetapkan sampel 22

1) Kelas IX A : 21 / 43 x 22 = 10,74 dibulatkan menjadi 11 2) Kelas IX B : 22 / 43 x 22 = 11,26 dibulatkan menjadi 11

Setelah didapatkan jumlah sampel berdasarkan kelas, langkah penentuan sampel selanjutnya dilakukan dengan cara acak yaitu dengan cara menyebarkan undian penentuan sampel.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

(59)

ini adalah dengan menggunakan penyebaran kuesioner. Sugiyono (2014) menyatakan bahwa, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan cara untuk menyampaikan pertanyaan secara tertulis pada lembar yang telah tersedia dan harus dikembalikan. Jenis kuesioner yang dipakai adalah kuesioner tertutup, dimana pertanyaan yang diajukan telah disediakan pilihan jawaban dan responden menjawab sesuai dengan pilihan yang tersedia. Melalui kuesioner ini penulis menyediakan seperangkat pertanyaan untuk diisi oleh responden, kemudian data yang didapat akan diolah secara deskriptif.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk mengukur nilai variabel ini adalah Semantic Defferensial. Semantic Defferensial merupakan skala yang mengukur sikap, yang tersusun dalam satu garis kontinum dengan jawaban “sangat positif” terletak di bagian kanan garis dan jawaban “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya (Sugiyono, 2014). Garis jawaban berisikan rentan angka antara satu hingga sembilan yang menunjukkan jawaban negatif ke arah jawaban yang positif atau sebaliknya.

Tabel 3.2

Skala Semantic Defferensial

1 5 9

(60)

Dengan Semantic Defferensial, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi aspek variabel, kemudian indikator variabel, dan indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Instrumen penelitian ini bersifat tertutup. Jawaban untuk masing-masing pertanyaan atau pernyataan telah disediakan pada kolom jawaban sehingga responden tinggal menentukan jawaban dengan menempatkan ceklis (√) pada garis sesuai dengan kadar jawaban yang diinginkan. Dalam menjawab pertanyaan, responden diberi kesempatan sebebas-bebasnya serta tidak ada keharusan untuk menempatkan jawaban pada garis tertentu. Responden juga boleh menempatkan ceklis di antara garis tertentu.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Aspek Pengetahuan dan Penghayatan Karakter Kepangudiluhuran dalam Bentuk Kuesioner

a. Menjelaskan arti percaya kepada Tuhan berdasarkan Kitab Suci.

b. Menjelaskan percaya kepada Tuhan yang diajarkan Br. Bernardus Hoecken, FIC. c. Meneladan sikap percaya kepada Tuhan

(61)

2.

R

enda

h Ha

ti

a. Menjelaskan arti rendah hati dalam melayani berdasarkan Kitab Suci.

b. Menjelaskan rendah hati yang diajarkan Br. Bernardus Hoecken, FIC

c. Meneladan sikap rendah hati yang dimiliki Br. Bernardus Hoecken, FIC.

a. Menjelaskan Semangat dan Keteguhan Hati. b. Menjelaskan Semangat dan Keteguhan Hati

yang diajarkan Br. Bernardus Hoecken, FIC. c. Meneladan semangat dan keteguhan hati Br.

Bernardus Hoecken, FIC.

a. Menjelaskan arti kebijaksanaan dan berpengetahuan.

b. Menjelaskan cara mencapai kebijaksanaan dan berpengetahuan yang diajarkan Br. Bernardus Hoecken, FIC.

c. Meneladan tindakan bijaksana dan berpengetahuan yang dimliki oleh Br. Bernardus Hoecken, FIC

b. Menjelaskan sikap Bijaksana yang diajarkan Br. Bernardus Hoecken, FIC seturut teladan Bunda Maria.

c. Meneladan sikap bijaksana Br. Bernardus Hoecken, FIC.

b. Menjelaskan cara mencapai kesalehan seturut teladan Br. Bernardus Hoecken, FIC. c. Meneladan kesalehan Br. Bernardus

(62)

7.

Te

lada

n B

aik

a. Menjelaskan arti teladan baik.

b. Menjelaskan cara mencapai pribadi yang dapat menjadi teladan baik berdasarkan ajaran Br. Bernardus Hoecken, FIC. c. Meneladan Br. Bernardus Hoecken, FIC

dalam memberikan teladan baik kepada orang lain atau sesama.

a. Menjelaskan makna lembut hati.

b. Menjelaskan cara mencapai pribadi yang lembut hati seturut teladan Br. Bernardus Hoecken, FIC.

c. Meneladan sikap lembut hai yang dimiliki Br. Bernardus dalam hidup sehari-hari.

15

a. Menjelaskan arti tabah hati.

b. Menjelaskan ajaran Br. Bernardus Hoecken FIC dalam mencapai sikap tabah hati. c. Meneladan sikap tabah hati yang dimiliki

oleh Br. Bernardus Hoecken, FIC.

17

) a. Menjelaskan arti mencintai para bruder. b. Meneladan Br. Bernardus Hoecken, FIC

dalam usaha mencintai sesama brudernya. c. Menghidupi nilai-nilai keutamaan bruder

FIC.

(63)

yang diajarkan, namun lebih pada menata kembali sesuai dengan keadaan yang terjadi di lapangan. Selain itu perubahan dilakukan dengan maksud agar bahan materi yang dievaluasi ini dapat dikaji secara ilmiah sesuai dengan kaidah penelitian ilmiah yang berlaku.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu meberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi uji validitas (Sugiyono, 2014). Arikunto (1999) menjelaskan bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan keandalan atau kesahan suatu alat ukur. Jika instrumen dinyatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Oleh karena itu, agar gambaran dan kesimpulan hasil penelitian ini tidak keliru nantinya, peneliti akan menguji validitas instruman yang akan dipakai.

Dalam uji coba terpakai digunakan validitas butir dengan taraf signifikansi 0,05 dengan N 171 orang. Dari 50 butir soal yang diuji, terdapat 2 butir tidak valid sedangkan 48 butir soal yang lain valid. Oleh karena itu, 48 butir soal yang valid ini yang akan digunakan untuk pengolahan data selanjutnya.

Penghitungan uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara masing-masing skor item pernyataan dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product

(64)

Tabel 3.4.

n a. Menjelaskan arti percaya kepada Tuhan berdasarkan Kitab Suci.

b. Menjelaskan percaya kepada Tuhan yang diajarkan Br. Bernardus Hoecken, FIC.

c. Meneladan sikap percaya kepada Tuhan yang dimiliki Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, FIC

1

a. Menjelaskan arti rendah hati dalam melayani berdasarkan Kitab Suci.

b. Menjelaskan rendah hati yang diajarkan Br. Bernardus Hoecken, FIC.

c. Meneladan sikap rendah hati yang dimiliki Br. Bernardus Hoecken, FIC.

a. Menjelaskan Semangat dan Keteguhan Hati. b. Menjelaskan Semangat dan Keteguhan Hati yang

diajarkan Br. Bernardus Hoecken, FIC.

c. Meneladan semangat dan keteguhan hati Br. Bernardus Hoecken, FIC.

a. Menjelaskan arti kebijaksanaan dan berpengetahuan. b. Menjelaskan cara mencapai kebijaksanaan dan

berpengetahuan yang diajarkan Br. Bernardus Hoecken, FIC.

c. Meneladan tindakan bijaksana dan berpengetahuan yang dimliki oleh Br. Bernardus Hoecken, FIC

(65)

5

b. Menjelaskan sikap Bijaksana yang diajarkan Br. Bernardus Hoecken, FIC seturut teladan Bunda Maria. c. Meneladan sikap bijaksana Br. Bernardus Hoecken,

FIC.

b. Menjelaskan cara mencapai kesalehan seturut teladan Br. Bernardus Hoecken, FIC.

c. Meneladan kesalehan Br. Bernardus Hoecken, FIC.

11

a. Menjelaskan arti teladan baik.

b. Menjelaskan cara mencapai pribadi yang dapat menjadi teladan baik berdasarkan ajaran Br. Bernardus

Hoecken, FIC.

c. Meneladan Br. Bernardus Hoecken, FIC dalam memberikan teladan baik kepada orang lain atau sesama.

a. Menjelaskan makna lembut hati.

b. Menjelaskan cara mencapai pribadi yang lembut hati seturut teladan Br. Bernardus Hoecken, FIC.

c. Meneladan sikap lembut hai yang dimiliki Br. Bernardus dalam hidup sehari-hari.

a. Menjelaskan arti tabah hati.

b. Menjelaskan ajaran Br. Bernardus Hoecken FIC dalam mencapai sikap tabah hati.

(66)

10

a. Menjelaskan arti mencintai para bruder.

b. Meneladan Br. Bernardus Hoecken, FIC dalam usaha mencintai sesama brudernya.

c. Menghidupi nilai-nilai keutamaan bruder FIC.

19

Rumus Manual Uji Validitas Menggunakan Product Moment dengan Simpangan

Menurut Arikunto (1999) uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat kepercayaan alat tes. Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa instrumen yang reliabilitas adalah instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengukuran reliabilitas dari penelitian ini akan dilakukan dengan cara satu kali pengukuran guna mencari reliabilitas internal dari setiap instrumen.

� = � ∑ − ∑ ∑

(67)

Besar koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Jika koefisien semakin mendekati 1,00 maka reliabilitas hasil pengukurannya sangat tinggi. Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α) Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (Azwar, 2007) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Rumus Manual Uji Reliabilitas Alpha Cronbach

Keterangan:

� ��� � : Varians skor belahan 1 dan varian skor belahan 2

� : Varians Skor skala

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program IBMSPSS Statistics 21. Dari hasil penghitungan didapatkan skor sebagai berikut.

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

0,924 48

Hasil pengujian reliabilitas tersebut dikonfirmasi dengan menggunakan kriteria Gulford Masidjo (1973) seperti disajikan dalam tabel berikut:

(68)

Tabel 3.8 Kriteria Guilford

No. Koofisien Korelasi Kualifikasi

1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi

2 0,71 – 0,90 Tinggi

3 0,41 – 0,70 Cukup

4 0,21 – 0,40 Rendah

5 < 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan kriteria di atas dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas terhadap 48 butir item instrumen yang valid, dengan jumlah Cronbach's

Alpha sebesar 0,924 termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Artinya

kuesioner ini memiliki tingkat keajegan yang sangat tinggi.

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2014) menjelaskan analisis merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Adapun yang dilakukan dalam analisis ini adalah mengelompokkan data, mentabulasi data, menyajikan data yang diteliti, dan melakukan perhitungan. Analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dari penelitian ini.

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas Berdasarkan Sekolah
Tabel 3.2  Semantic Defferensial
Tabel 3.3 Kisi-kisi Aspek Pengetahuan dan Penghayatan Karakter
Tabel 3.4. Hasil Analisis Validitas Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam hal PT Cantik telah melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak Masukan, maka PT Cantik harus melakukan pembetulan SPT

Keluarga bukan satu-satunya yang berpengaruh, tetepi salah satunya yang berpengaruh, dan keluarga adalah salah satu yang memegang peranan utama.Gangguan emosional yang

[r]

Konsumen hanya tinggal memilih produk yang ingin dibeli kemudian setelah mendapat konfirmasi dari pihak Hikari, konsumen diharapkan segera melakukan pembayaran dengan cara transfer.

Berikut ini datarekonsiliasi dari PT. Menurut catatan perusahaan saldo yang ada pada tanggal 31 january $ 83,486. Uang sejumlah $ 26,369 telah disetor ke bank tetapi uang tersebut

Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk membuat suatu sistem informasi yang telah terkomputerisasi Di Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD)

Penulis mengusulkan katekese model Shared Christian Praxis (SCP) dengan penekanan pada sharing pengalaman iman. Para suster diharapkan semakin terbuka untuk rela