• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validasi efektivitas penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter pada siswa SMP Negeri dan SMP Swasta yang berbeda di sepuluh SMP di Indonesia - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Validasi efektivitas penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter pada siswa SMP Negeri dan SMP Swasta yang berbeda di sepuluh SMP di Indonesia - USD Repository"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

i

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA SMP NEGERI DAN SMP SWASTA YANG BERBEDA

DI SEPULUH SMP DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Danang Prasetyo NIM : 151114011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA SMP NEGERI DAN SMP SWASTA YANG BERBEDA

DI SEPULUH SMP DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Danang Prasetyo NIM : 151114011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Motto

Hidup itu seperti pagelaran wayang, di mana kamu menjadi dalang atas naskah semesta yang dituliskan oleh Tuhanmu.

-Sujiwo Tejo

فَإِن ْ

فَفْتَم ِْ

فَرِ َ ِل ْ

فَو ْ

َِكِ ََن ْافف

ف إِن ْ

فَفْتَتِم ْ

فو ْلْنَإِ ْ

ف هَ

ِ م ن

فَفْم مهم ْ

ِ م

فَف ْ

فَْكَْم ا

فْم مَم اف إَ

Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

Surat Al Baqarah ayat 239

Yang penting bukan apakah kita menang atau kalah, Tuhan tidak mewajibkan manusia untuk menang sehingga kalah pun bukan dosa, yang penting adalah apakah seseorang berjuang atau tak berjuang.

(6)

v

Halaman Persembahan

Karya skripsi ini saya persembahakan kepada:

Allah SWT

Kedua orang tuaku yang tidak pernah berhenti mendoakan kesuksesanku, Pak Lepasno dan Ibu Tuty Kustantinah.

Kakak-kakak ku yang selalu mendukung dan menyemangatiku selama masa kuliah dan penulisan skripsi.

Sahabat Petot yang selalu ada dan selalu sedia membantuku, Yoseph, Ferry, Bagas Gendut, Robert, dan Bagas Kurus.

Sahabat yang selalu memberikan masukan dan sedia membantuku, Amalia.

Rekan-rekan sesama peneliti yang sama-sama sudah bekerja keras, Agustin, Prisma, Ika, Cici, Ina, Tania, Mas Kris, Tera, dan Christian.

Almamaterku yang Tercinta

Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA SMP NEGERI DAN SMP SWASTA YANG BERBEDA

DI SEPULUH SMP DI INDONESIA

Danang Prasetyo Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini bertujuan: 1) menghasilkan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter; 2) mengukur kualitas soal-soal tes yang dihasilkan; 3) menganalisis efektivitas soal tes tersebut menurut penilaian siswa pada 10 SMP di Indonesia; 4) mengukur capaian hasil pendidikan karakter siswa dengan menggunakan soal tes tersebut pada 10 SMP di Indonesia; 5) menganalisis perbedaan penilaian siswa SMP Negeri dan SMP Swasta terhadap efektivitas penggunaan soal tes yang dikembangkan tersebut; 6) mengukur perbedaan capaian hasil pendidikan karakter untuk siswa SMP Negeri dan SMP Swasta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and

Development). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII di 10 SMP yang

berjumlah 660 siswa. Objek penelitian ini adalah soal tes asesmen hasil pendidikan karakter.Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter dan kuesioner validasi efektivitas. Teknik uji kualitas butir soal tes menggunakan pendekatan teknik faktor analisis konfirmatori, perbedaan penilaian siswa terhadap efektivitas penggunaan soal pada siswa SMP Negeri dan SMP Swasta dianalisis dengan teknik Chis-Square dan perbedaan capaian hasil pendidikan karakter siswa SMP Negeri dan SMP Swasta dengan independent T-test.

Hasil penelitian: 1) dihasilkan 88 item soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter; 2) kualitas soal tes karakter terbukti valid sebanyak 81 item soal dan reliabel dengan indeks reliabilitas 0,933 (sangat baik); 3) menurut penilaian siswa bahwa produk soal tes tersebut sangat efektif; 4) hasil pendidikan karakter dengan menggunakan produk soal tes tersebut diperoleh data 51,2% siswa dalam kategori baik dan 48,8% siswa dalam kategori cukup baik; 5) siswa SMP Negeri dan SMP Swasta tidak terdapat perbedaan dalam 30 item kualitas efektivitas, artinya soal tes tersebut efektif digunakan pada siswa SMP Negeri dan SMP Swasta; 6) terdapat perbedaan yang signifikan terhadap capaian hasil pendidikan karakter pada siswa SMP Negeri dan SMP Swasta.

Kata kunci: validasi efektivitas, validitas, reliabilitas, capaian hasil pendidikan

(10)

ix ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS VALIDATION OF CHARACTER MOVIE BASED CHARACTER EDUCATION RESULT ASSESSMENT TEST USAGE FOR STUDENTS FROM PUBLIC AND PRIVATE JUNIOR HIGH SCHOOL

IN TEN SMP (JUNIOR HIGH SCHOOL) IN INDONESIA

Danang Prasetyo

Sanata Dharma University 2019

This study was aimed to: 1) produce assessment test of the character movie-based character education; 2) measure the quality of the test items that being developed; 3) analyze the effectiveness of the test according to the students assessment in 10 junior high schools in Indonesia; 4) measuring the student achievement on character education using the test in 10 junior high schools in Indonesia; 5) analyze the differences in the assessment by private and public junior high school students on the effectiveness of the developed test usage; 6) measure the differences on the character education achievement of students from private and public junior high school.

The type of this research was research and development study. The research subjects were students of class VII and VIII in 10 junior high schools with total subjects were 660 students. The object of this research was the assessment test of character education. The data collection instruments used in this study was the character movie-based character education assessment test and the validation effectiveness questionnaires. The test item quality test was using confirmatory analysis factor approach technique, differences in student assessment about the effectiveness of the test usage by students from private and public junior high school

were analyzed using Chis-Square technique and the differences in students’

character education achievement in private and junior high school were using independent T-test.

The results of the study were: 1) there were 88 assessment test items of character movie -based character education; 2) the quality of character test questions proved to be valid with 81 items valid and reliable with a reliability index of 0.933 (very good); 3) according to students' assessment about the assessment test produced was very effective; 4) the results of character education assessed using the test produced were 51.2% of students were in good category and 48.8% of students were in quite good category; 5) there were no differences in the quality of the 30 items tested for public and private junior high school students, meaning that the test questions were effectively used by students from public and private junior high school; 6) there was a significant difference on the students character education achievement in the public and private junior high school.

Keywords: effectiveness validation, validity, reliability, character education

(11)

x

Kata Pengantar

Puji dan syukur peneliti hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu memberikan kekuatan, kesehatan, semangat, serta pendampingan yang luar biasa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar tanpa hambatan. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada bantuan, dukungan, dan dampingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati penulis menyempaikan banyak terima kasih, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, yang bersedia memberi ijin untuk melakukan penelitian, dan selaku dosen pembimbing yang selalu sabar meluangkan waktu, memberi motivasi, mendampingi dan memberikan ide-ide kepada penulis dalam proses penulisan skripsi.

3. Para dosen Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi.

4. Bapak Lepasno dan Ibu Tuty Kustantinah yang selalu memberikan doa kepada penulis selama menempuh studi.

5. Sahabatku Petot Yoseph, Ferry, Bagas Gendut, Robert dan Bagas Kurus yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menempuh studi dan penulisan skripsi.

6. Sahabat yang selalu memberikan masukan dan sedia membantuku, Amalia. 7. Tim PSHP (Agustin, Prisma, Ika, Cici, Kristali, Ina, Tania, Christian, dan Tera) yang selalu mendukung dan saling bekerja sama selama penelitian dan penulisan skripsi.

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN. ... iii

HALAMAN MOTTO. ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN. ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. ... vii

ABSTRAK ... viii

C. Pembatasan Masalah atau Fokus Masalah. ... 11

D. Rumusan Masalah. ... 11

E. Tujuan Penelitian... 12

F. Manfaat Penelitian. ... 13

1. Manfaat Teoritis . ... 13

2. Manfaat Praktis. ... 13

G. Batasan Istilah. ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA . ... 16

A. Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah . ... 16

1. Pengertian Karakter. ... 16

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 19

3. Tujuan, Fungsi, dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 20

4. Nilai-nilai yang Ditanamkan dalam Pendidikan ... 23

(14)

xiii

1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes. ... 23

2. Tujuan dan Fungsi Asesmen ... 25

3. Ruang Lingkup Asesmen ... 27

4. Prinsip-prinsip Asesmen ... 27

5. Jenis-jenis Asesmen ... 29

6. Teknik-teknik Asesmen ... 32

7. Tes sebagai Teknik Asesmen ... 34

C. Hakikat Asesmen Pendidikan Karakter. ... 35

1. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter ... 35

2. Teknik-teknik Asesmen Pendidikan Karakter ... 35

3. Kekuatan dan Kelemahan Tes ... 36

4. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Pengunaan Tes dalam Pendidikan Karakter ... 40

5. Hambatan-hambatan dan Kesulitan-Kesulitan Asesmen Pendidikan Karakter Beberapa Sekolah di Indonesia ... 47

D. Media Film Dalam Pendidikan Karakter. ... 51

1. Karakteristik Media Film Karakter ... 51

2. Kekuatan-kekuatan Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 52

3. Film sebagai Media Asesmen ... 53

E. Hakikat SMP Negeri dan SMP Swasta ... 55

1. Pengertian SMP Negeri ... 55

2. Pengertian SMP Swasta ... 55

F. Kajian Penelitian yang Relevan. ... 56

G. Kerangka Pikir. ... 57

BAB III METODE PENELITIAN . ... 59

A. Model Penelitian dan Pengembangan ... 59

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 60

1. Revisi Produk Operasional ... 64

2. Uji Lapangan Produk ... 65

C. Uji Coba Produk ... 66

(15)

xiv

2. Tempat penelitian dan Subjek Uji Coba Produk ... 67

D. Jenis Data ... 69

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 73

1. Teknik Pengumpulan Data ... 73

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 74

F. Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 90

A. Hasil Penelitian ... 90

B. Pembahasan ... 112

BAB V PENUTUP ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Keterbatasan Penelitian ... 121

C. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Tempat Penelitian ... 67

Tabel 3.3 Jumlah Subjek Uji Coba Penelitian ... 68

Tabel 3.4 Jumlah Subjek Uji Coba Penelitian ... 69

Tabel 3.5 Variabel Laten, Aspek yang Diukur, Skala dan Data Instrumen yang Digunakan ... 70

Tabel 3.6 Golongan Faktor Nilai Karakter ... 83

Tabel 3.7 Kategori PAP Tipe 1 ... 85

Tabel 3.8 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ... 86

Tabel 4.1 Contoh Soal Tes Asesmen Pendidikan Karakter ... 91

Tabel 4.2 Hasil Analisis Faktor Realibilitas Variabel 1 ... 92

Tabel 4.3 Hasil Analisis Faktor Validitas Variabel 2 dan 3 ... 93

Tabel 4.4 Hasil Analisis Faktor Validitas Variabel 4 ... 95

Tabel 4.5 Hasil Analisis Faktor Reliabilitas Variabel 5 ... 96

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 97

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut Penilaian Siswa pada Beberapa SMP di Indonesia ... 98

(17)

xvi

Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut Penilaian Siswa pada

Beberapa SMP di Indonesia ... 100

Tabel 4.9 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ... 101

Tabel 4.10 Pengkategorisasian ... 102

Tabel 4.11 Capaian Hasil Pendidikan Karakter ... 103

Tabel 4.12 Penilaian Perbedaan Siswa SMP Negeri dan SMP Swasta Terhadap Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 105

Tabel 4.13 Capaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa SMPN dan SMPS ... 110

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen Karakter ... 18

Gambar 2.2 Kerangka Pikir ... 58

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Pengembangan Penelitian ... 63

Gambar 3.2 Model Hipotetik Soal Tes Asesmen Pendidikan Karakter

Berbasis Film Karakter ... 72

Gambar 2.1 Komponen Karakter ... 18 Gambar 2.2 Kerangka Pikir Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan

Karakter Berbasis Film Karaker ... 71

Gambar 3. 1 Bagan Prosedur Pengembangan (Borg and Gall) ... 73

Gambar 3.2 Model hipotetik soal tes asesmen pendidikan karakter berbasis

film karakter ... 81

(19)
(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah atau fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,

spesifikasi produk yang dikembangkan, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan sekarang dapat dikatakan masih mengutamakan keunggulan

kognitif. Seorang anak dikatakan berprestasi jika mendapat nilai yang tinggi

dalam hal akademik. Pendidikan sesungguhnya merupakan suatu usaha untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor. 20

tahunف2003فpasalف3فtentangفPendidikanفNasionalفyangفmenyatakanف“Pendidikanف

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratisفsertaفbertanggungفjawab”فKemendiknas,ف(2010).

Pendidikan nasional harus diselenggarakan secara sistematis agar

mencapai fungsi dan tujuan yang diharapkan yaitu mengembangkan kemampuan

dan membentuk karakter bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik.

Pendidikan karakter sangat penting bagi peserta didik di Indonesia, sebagai

upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter.

(21)

karakter untuk setiap jalur dan jenjang pendidikan. Grand design tersebut

menjadi rujukan konseptual dan pengembangan, pelaksanaan, serta penilaian

padaفsetiapفjalurفdanفjenjangفpendidikanفyangفmeliputi:ف“OlahفHatiف(spiritual

and development) Olah Pikir (intellectual development) Olah Raga dan

Kinestetik (Physical and cinestetic development) dan Olah Rasa dan karsa

(Affective and Creativity development)”.فKemendiknas,ف(2010)

Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan

dengan mengacu pada grand design tersebut, yang selama ini telah

diimplementasikan melalui materi pelajaran agama, budi pekerti dan juga

kewarganegaraan, pendidikan jasmani dan pelajaran lainnya yang berkaitan erat

dengan pendidikan karakter. Buchori (2007:4) mempertanyakan, apa yang salah

denganفpendidikanفkarakterفkita?ف“Pendidikanفwatak”فdiformulasikanفmenjadiف

pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran budi pekerti, yang

program utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata. Padahal,

pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai

secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan

nilai secara nyata.

Pendidikan karakter yang telah dilaksanakan di sekolah, khususnya di

SMP di seluruh tanah air selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan

norma atau nilai-nilai dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata

dalam kehidupan sehari-hari (Suyanto, 2011:8). Benih-benih kegagalan

(22)

meningkatnya kenakalan, tindakan kriminalitas maupun kemerosotan nilai

moral yang terjadi di kalangan remaja.

Barus, (2016) mengatakan perlu dilakukan evaluasi komprehensif tentang

keterlaksanan, hambatan-hambatan, dan efektivitas pendidikan karakter yang

telah berlangsung. Untuk melakukan evaluasi maka dibutuhkan proses penilaian

(asesmen) dan hasil tes. Untuk memperoleh hasil tes dibutuhkan suatu alat

pendukung berupa alat tes atau alat ukur yang memadai agar dapat mengetahui

sejauh mana pendidikan karakter sudah berjalan secara efektif di sekolah.

Namun, dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia, belum ada alat tes

untuk melakukan penilaian karakter peserta didik. Kalaupun ada, model

evaluasi yang digunakan hanya mengukur sebatas pada skala sikap dan berhenti

pada skala kognitif saja, mestinya capaian pendidikan diukur sampai pada

tataran tindakan.

Pada kenyataannya selama ini model evaluasi hanya dalam bentuk

observasi, skala sikap, dan penerapan sistem poin, yang tentunya memiliki

kelemahanف danف subjektifitas.ف “Penerapanف sistemف poinف yangف berasumsiف bahwaف

pelanggaran-pelanggaranف‘kejahatan’فsiswaفharusفdihitung, dicatat, dan ditakar

sangat tidak berakar dan tidak memanusiakan. Mengambil pandangan yang

sepenuhnya negatif pada anak dengan menganggap bahwa anak dilahirkan

berdosa dan jahat dan bahwa adalah tugas pendidikan untuk memperbaiki ini

melalui hukuman dan melatih ketaatan, merupakan langkah awal kekeliruan

(23)

Maka untuk itu, tim penelitian sosial, humaniora dan pendidikan (PSHP)

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma merancang suatu model

evaluasi hasil pendidikan karakter. Model pendidikan Karakter di SMP Berbasis

Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential

Learning telah dikembangkan melalui penelitian Stranas tahun 2014-2016,

sedangkan model asesmen/evaluasinya belum dikembangkan. (Barus, 2017)

Model pendidikan karakter hasil pengembangan tahun 2014-2016 tersebut

perlu diinternalisasikan pada skala nasional. Untuk itu, diterbitkan Buku

Pendidikan Karakter di SMP jilid 1, 2, dan 3 (ber-ISBN) dan dipublikasikan

secara nasional. Sambil membangun legitimasi dan gerakan habitualisasi produk

penelitian tersebut pada sekolah mitra secara nasional, sustainabilitas proses

penelitian pengembangan ini perlu dilanjutkan dengan penguatan sistem

penilaiannya dan ditargetkan dapat menghasilkan produk berupa Model

Asesmen Pendidikan Karakter di SMP Berbasis Media Film Karakter. Produk

tersebut diharapkan dapat digunakan guru mata pelajaran dan khususnya guru

BK dalam melaksanakan asesmen pendidikan karakter yang lebih efektif,

objektif, valid, praktis, dan berkeadilan di SMP. (Barus, 2017)

Bila meninjau dari hasil penelitia Barus (2017) yang menjelaskan bahwa

“most of the respondents (73%) acknowledge that the character education

assessment is very important, while 25% of 51 teacher considered the

assessment as important and only 1 person (2%) rated it as less important,”

artinya, asesmen hasil pendidikan karakter dianggap penting oleh (73%)

(24)

perilaku peserta didik yang tercermin berkarakter mengalami peningkatan dan

sampai tingkat manakah peserta didik berkembang dalam hal mempraktikan

karakter tersebut. Para guru mengupayakan untuk meningkatkan optimalitas

hasil pendidikan karakter di sekolah melalui observasi, wawancara, penulisan

buku harian, sistem poin, skala sikap dan hasil lomba/penjurian. Namun jika

menelaah satu persatu, metode evaluasi tersebut memiliki

kekurangan-kekurangan dalam penerapannya. Metode observasi dapat menjadi kurang

efektif dalam menjangkau keseluruhan siswa, dinilai kurang objektif dan

bertumpu pada like or dislike. Cara tersebut dianggap kurang efektif dalam

mengukur secara akurat seberapa efektif metode pengajaran pendidikan karakter

dan seberapa baik karakter siswa yang dihasilkan dari pendidikan karakter di

sekolah.

Setyawan, (2014) mengungkapkan bahwa :

Assessment issues arise when school is preparing reports on student

learning outcomes. In both numerical and words evaluations scale, the reports

are generally less accurate in describing scale, the fact. For example, if it is

stated that the Character Building value is 80%, what character qualities are

implied by the number, and what is difference with the 70%? If declared in the

report the learning result value is B or good? That sometimes makes Character

Building lessons less meaningful to students.

Artinya bahwa sekolah membutuhkan asesmen untuk menilai

keberhasilan pendidikan karakter. Namun, berdasarkan penelitian Setyawan

(25)

penilaian karakter siswa dengan kenyataan yang ada. Beberapa sekolah

menggunakan skala persentase 1-100% untuk melakukan penilaian seberapa

baik karakter siswa. Penggunaan skala persentase akan memunculkan

pertanyaan karakter apa saja yang diinterpretasikan dalam skala persentase

tersebut? Spesifikasi perbedaan karakter seperti apa yang membedakan hasil

penilaian siswa yang mendapatkan nilai 80% dengan siswa yang mendapatkan

nilai 70%?

Metode evaluasi lain yang digunakan sekolah adalah penerapan

sistem poin. Siswa yang menunjukkan sikap yang melanggar aturan sekolah atau

hal-hal yang dinilai negatif akan mendapatkan catatan poin yang berdampak

pada penilaian akhir siswa. Sistem poin tersebut tidak akurat diterapkan di

sekolah, karena siswa yang memiliki masalah di rumahnya akan bertindak lebih

agresif dan atraktif selama di sekolah, tetapi menjadi sangat pendiam dan

murung ketika berada di rumah atau bahkan sebaliknya. Artinya bahwa sistem

poin ini tidak menunjukkan sejauh mana nilai karakter tertanam dalam hati

nurani siswa dan tercermin dalam tindakannya tetapi mengkondisikan siswa/i

untuk menghindari hukuman atau pengurangan poin karena rasa takut.

Barus (2016) mengungkapkan bahwa: Penerapan sistem poin yang

berasumsi bahwa pelanggaran-pelanggaranف ‘kejahatan’ف siswaف harusف dihitung,ف

dicatat, dan ditakar sangat tidak berakar dan tidak memanusiakan. Mengambil

pandangan yang sepenuhnya negatif pada anak dengan menganggap bahwa anak

(26)

memperbaiki ini melalui hukuman dan melatih ketaatan, merupakan langkah

awal kekeliruan dalam penerapan sistem poin.

Hasil yang tidak akurat dapat menimbulkan ketidakpercayaan dan

pengabaian hasil penilaian karakter dan siswa terfokus hanya pada

pengembangan kognitif dan berlomba-lomba meningkatkan nilai untuk

menunjukkan dirinya menjadi juara kelas, nilai semester yang tinggi dan

pemenang olimpiade. Sering ditemukan siswa yang mencontek ketika ujian

nasional dan siswa yang stress menjelang ujian. Padahal pendidikan karakter

sangat terintregrasi pada seluruh aspek pendidikan termasuk dalam

pengembangan kognitif siswa di sekolah. Bila sekolah hanya menggunakan

metode observasi untuk menilai kompetensi karakter siswa.

Menurut Jhonson and Jhonson, (2002:276) “ However, observation has a

problem; high subjectivity. The main problem with observation is the lack of

observer objectivity”. Bahwa observasi memiliki kekurangan keakuratan

objektivitas karena penilaian dari hasil observasi sangat bergantung pada

pemikiran objektivitas pengobservasi yang akan cenderung subjektif.

Upaya untuk mengukur keberhasilan pendidikan karakter memang

bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan dan aspek-aspek yang perlu untuk

diperhitungan dan dipertimbangan dalam menilai karakter siswa. Aspek-aspek

seperti latar belakang keluarga, lokasi tempat tinggal, pekerjaan, perekonomian

dan aspek psikologi perkembangan. Aspek-aspek tersebut kemungkinan besar

dapat mempengaruhi penyerapan pendidikan karakter yang diberikan oleh

(27)

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional jelas bahwa

pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus

diselenggarakan secara sistematis agar mencapai fungsi dan tujuan yang

diharapkan yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa

dan mengembangkan potensi peserta didik. Di lapangan sekolah dalam hal ini

SMP menjadi dua yakni negeri dan swasta. Sekolah negeri merupakan sekolah

yang dimiliki oleh pemerintah, sedangkan sekolah swasta merupakan sekolah

yang dimiliki dan dikelola oleh yayasan tertentu. Namun, baik sekolah negeri

dan swasta sama-sama memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kemudian, hal yang biasanya terdapat perbedaan antara sekolah negeri

dan swasta dapat dilihat dari : Manajemen sekolah dan kepemilikan, perbedaan

kekuasaan tertinggi itu adalah quality controlnya. Lalu fasilitas sekolah antara

sekolah negeri dan swasta juga berbeda hal ini disebabkan, manajemen sekolah

negeri memiliki alokasi dana dari pemerintah sehingga fasilitas yang digunakan

harus sesuai standar pemerintah. Beda dengan swasta yang manajemennya bisa

bebas bereksplorasi untuk sekolah dan murid-muridnya. Latar belakang sosial

sekolah swasta itu sangat khas dan cenderung pada satu agama, karena dengan

keberagaman,فkitaفbisaفmengenalفlebihفbanyakف“pelajaran”فdibalikفkehidupanف

teman kita yang macam-macam. Biaya pasti ada perbedaan biaya antara SMP

negeri dan swasta. Swasta akan lebih mengeluarkan biaya lebih di bandingkan

dengan negeri.

Media film ini dipilih karena film lebih menggambarkan aspek sikap,

(28)

dibandingkan dengan pengukuran metode lainnya. Sesuai dengan kekuatan film

menurut Kustandi & Sutjipto (2013) bahwa film dapat menyajikan suatu proses

dengan lebih efektif dibandingkan dengan media lain, film dapat melengkapi

pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika membaca, berdiskusi,

dan praktik. Film ini berdurasi 1-2 menit yang memvisualisasikan dilema moral,

berdasarkan film tersebut siswa diminta untuk menjawab soal-soal yang

menyertainya.

Penggunaan evaluasi berbasis film dirasa efektif karena langsung

menyentuh pada dilema-dilema moral remaja. Film-film yang akan ditampilkan

sesuai dengan nilai-nilai karakter peserta didik di SMP untuk lebih secara nyata

merasakan dan memahami dilema moral yang terjadi. Sehingga yang dinilai

bukan hanya perilaku anak yang bermasalah saja, namun semua peserta didik

yang ada di sekolah. Tidak ada lagi penilaian objektivitas (like and dislike) dan

tidak ada lagi kelemahan-kelemahan observasi yang dapat ditutupi oleh guru.

Berdasarkan telah kebutuhan di atas, peneliti sebagai mahasiswa Program

Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma bersama tim pada

kesempatan ini peneliti ingin melanjutkan tahapan penelitian dan pengembangan

(Research and Development) yang sudah terlebih dahulu dilakukan oleh Tim

Penelitian Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma (2017) sampai pada tahap

ke 6. Oleh sebab itu, peneliti ingin melanjutkan pengujian produk tahap ke 7 dan

(29)

tentang Analisis Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil

Pendidikan Karakter di SMP.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah dalam latar belakang yang dikemukakan di atas,

masalah yang menjadi perhatian peneliti dapat diidentifikasikan berbagai

masalah sebagai berikut :

1. Metode penilaian hasil pendidikan karakter selama ini kebanyakan

masih mengandalkan observasi, dan penerapan sistem poin yang

memiliki kelemahan dan subjektifitas.

2. Keterbatasan guru untuk melakukan penilaian hasil pendidikan karakter

dan penilaian yang dirasa masih subyektif.

3. Belum adanya evaluasi pendidikan karakter yang mencakup penilaian,

pengukuran, maupun evaluasi yang terstandar untuk mengevaluasi

proses dan hasil pendidikan karakter.

4. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi yang efektif digunakan dalam

mengevaluasi hasil pendidikan karakter di SMP.

5. Sudah dihasilkan prototype soal tes hasil pendidikan karakter berbasis

film namun produknya belum diuji validasi efektivitasnya pada sample

yang luas

6. Di Indonesia belum ditemukan cara/model penilaian hasil pendidikan

karakter berbasis soal-soal tes menggunakan film karakter berdasarkan

(30)

7. Menghasilkan informasi hasil pendidkan karakter dan perbedaanya pada

SMP Negeri dan SMP Swasta.

8. Menelusuri keberadaan soal tes hasil pendidikan karakter yang sudah di

kembangkan pada subjek yang lebih luas meliputi sekolah Negeri dan

Swasta

C.Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan mengingat adanya, keterbatasan

peneliti, maka fokus kajian diarahkan untuk menjawab masalah-masalah pada

butir 4, 7 dan 8. Fokus penelitian ini diarahkan pada tahap pengembangan dan

uji pengolahan alat dan evaluasi efektifitas soal tes pendidikan karakter siswa

berbasis film pada wilayah yang lebih luas dengan karakteristik sampel

berdasarkan SMP Negeri dan SMP Swasta.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dibuat dan

dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Seperti apa produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film

karakter yang diujicobakan pada 10 SMP di Indonseia ?

2. Seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil pendidikan karakter

berbasis film karakter yang diujicobakan pada 10 SMP di Indonesia ?

3. Menurut penilaian siswa kualitas efektifitas apa saja yang terpenuhi dalam

(31)

4. Seperti apa capaian hasil pendidikan karakter yang diukur dengan

menggunakan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film

karakter pada 10 SMP di Indonesia ?

5. Apakah terdapat perbedaan penilaian siswa SMP Negeri dan SMP Swasta

terhadap efektifitas penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter

berbasis film karakter pada 10 SMP di Indonesia ?

6. Apakah terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter dengan

menggunakan produk soal tes tersebut pada siswa SMP Negeri dan SMP

Swasta ?

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Menghasilkan soal tes asesmen hasil pendidikan katrakter berbasis film

karakter pada 10 SMP di Indonesia.

2. Mengukur seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil pendidikan

karakter berbasis film yang dikembangkan meliputi nilai validitas,

reliabilitas, daya beda dan tingkat kesulitan.

3. Memperoleh informasi mengenai nilai-nilai efektivitas penggunaan soal tes

asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter menurut penilaian

siswa pada 10 SMP di Indonesia.

4. Memperoleh informasi mengenai capaian hasil pendidikan karakter yang

diukur dengan menggunakan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter

(32)

5. Memperoleh informasi mengenai perbedaan penilaian siswa dari SMP

Negeri dan SMP Swasta terhadap efektivitas penggunaan soal tes asesmen

hasil pendidikan karakter berbasis film karakter di Indonesia.

6. Memperoleh informasi perbedaan capaian hasil karakter dengan

menggunakan produk soal tes tersebut berdasarkan SMP Negeri dan SMP

Swasta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk berbagai pihak, baik itu

manfaat secara teoristis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian

ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan bahan

kajian tentang efektivitas penilaian karakter siswa di SMP serta diharapkan

mampu menambah wawasan dan pengembangan penelitian serupa terutama

pada ranah pendidikan karakter.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah dan para guru

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi kepala

sekolah dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam

pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Bagi guru pendidik

karakter (konselor sekolah/guru BK dan guru mata pelajaran) di SMP,

(33)

memberikan suatu model asesmen pendidikan karakter berbasis media

film yang lebih efektif (fisibel, realistik, ekonomis, relatif praktis dan

mudah digunakan) untuk mengukur hasil pendidikan karakter di sekolah.

b. Bagi lembaga pendidikan

prosedur dan hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan

sebagai bahan referensi alternatif untuk pengembangan konsep

bimbingan dan konseling pendidikan karakter di sekolah, kususnya di

SMP.

c. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui, memahami efektivitas model penilaian

pendidikan karakter melalui pengembangan prototipe soal tes asesmen

pendidikan karakter. Selain itu peneliti juga berkesempatan untuk

membuat dan mengaplikasikan soal tes asesmen pendidikan karakter

berbasis media film di sekolah.

d. Bagi peneliti lain

Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh penelitia lain sebagai

refrensi dalam mengembangkan penelitian dengan topik pendidikan

karakter di sekolah. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan peneliti

lain sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi peneliti yang berminat

meneliti pengembangan soal tes hasil pendidikan karakter berbasis

(34)

G.Batasan Istilah

1. Prototipe dalam penelitian ini adalah bentuk fisik pertama dari suatu objek

yang direncanakan, dibuat dalam suatu proses produksi, mewakili bentuk

dan dimensi dari objek yang asli dan digunakan untuk objek penelitian dan

pengembangan lebih lanjut.

2. Asesmen dalam penelitian ini adalah proses untuk mengetahui apakah

proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau

kriteria yang ditetapkan.

3. Pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah upaya untuk membantu

peserta didik memahami, peduli, dan bertindak sesuai dengan landasan inti

nilai-nilai etis.

4. Kreatif dalam penelitian ini adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

5. Film dalam penelitian ini adalah potongan-potongan video yang bisa

menghasilkan suara pandang dan dengar yang ditayangkan dengan media

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori yang dijadikan dasar untuk membangun

kerangka konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka dalam bab ini peneliti

mengemukakan beberapa konsep yang berhubungan dengan variabel penelitian,

yaitu hakikat pendidikan karakter di sekolah; hakikat evaluasi, asesmen dan tes;

hakikat asesmen pendidikan karakter di sekolah; media film dalam pendidikan

karakter; hakikat kota dan desa; kajian penelitian yang relevan, dan kerangka pikir.

A. Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah

1.Pengertian Karakter

Berkowitz (Koesoema, 2012: 25) mendefinisikan karakter sebagai

sekumpulan karakter psikologis yang memengaruhi kemampuan dan

kecondongan pribadi agar dapat berfungsi secara moral. Sedangkan

menurut Pritchard (Koesoema, 2012: 27) karakter adalah “a compex set of

relatively persistent qualities of the individual person, and the term has a

definite positive connotation when it is used in discussions of moral

education.” Artinya, karakter merupakan sekumpulan kualitas moral yang

relative stabil dalam diri seseorang. Karakter ini memiliki konotasi positif

ketika diterapkan dalam diskusi moral. Dalam buku yang ditulis oleh

Samani & Hariyanto (2011: 41) mengungkapkan bahwa:

(36)

Sedangkan Lickona (Akhwan, 2014: 61) mengatakan bahwa karakter

berkaitan dengan ketiga komponen, yaitu konsep moral (moral knowing),

sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Ia juga

mengatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang

kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan

kebaikan. Berkaitan dengan hal tersebut, Yaumi (2014: 7) mengatakan

bahwa komponen karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan,

kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang lain melalui

tindakan. Ia juga mengatakan, karakter seseorang terpisah dari

moralitasnya, baik buruknya karakter tergambar dalam moralitas yang

dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang merupakan perwujudan dari

karakter. Kebenaran tidak akan terbangun dengan sendirinya tanpa adanya

karakter. Moralitas dan kebenaran yang telah terbentuk merupakan

perwujudan dari perbuatan baik. Kebaikan inilah yang mendorong suatu

kekuatan dalam diri seseorang untuk menegakkan keadilan. Kebenaran,

kebaikan, dan kekuatan sikap adalah bagian integral yang menyatu dengan

(37)

Gambar 2.1 Komponen Karakter

Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa moral dan

karakter adalah dua hal yang berbeda. Moral berarti pengetahuan

seseorang terhadap hal baik atau buruk, sedangkan karakter adalah

tabiat, tindakan/kebiasaan seseorang yang langsung ditentukan oleh

otak. Meskipun keduanya memiliki arti yang berbeda, namun moral dan

karakter memiliki keterkaitan. Karakter memiliki makna lebih tinggi

dari pada moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar

dan mana yang salah. Moral merupakan salah satu komponen yang dapat

membentuk karakter individu, ketika moral behavior dapat dilakukan

secara berulang. Maka, dapat dikatakan karakter adalah suatu kebiasaan

(habituation) untuk melakukan yang baik berdasarkan pengetahuan

tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan

kebaikan.

Moralitas

Kebenaran Sikap

KARAKTER

(38)

2.Pengertian Pendidikan Karakter

Burke (Samani & Hariyanto, 2011: 43) juga mengatakan bahwa

“pendidikanف karakterف semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran

yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang

baik.”ف Sedangkan,ف menurutف Samaniف &ف Hariyantoف (2011:ف 44)ف “pendidikanف

karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk

menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,

raga,فsertaفrasaفdanفkarsa.”فMerekaفjugaفmenyampaikanفbahwaفpendidikanف

karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,

pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,

memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan

sehari-hari dengan sepenuh hati.

Character Education Partnership (CEP) (Koesoema, 2012: 57)

sebuah program nasional pendidikan karakter di Amerika Serikat,

mendefinisikan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

Sebuah gerakan nasional untuk mengembangkan sekolah-sekolah agar dapat menumbuhkan dan memelihara nilai-nilai etis, tanggung jawab dan kemauan untuk merawat satu sama lain dalam diri anak-anak muda, melalui keteladanan dan pengajaran tentang karakter baik, dengan cara memberikan penekanan pada nilai-nilai universal yang diterima oleh semua. Gerakan ini merupakan usaha-usaha dari sekolah, distrik, dan Negara bagian yang sifatnya intensional dan proaktif untuk menanamkan dalam diri para siswa nilai-nilai moral inti, seperti perhatian dan perawatan (caring), kejujuran,

keadilan (fairness), tanggung jawab dan rasa hormat terhadap diri

(39)

Beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa pendidikan karakter

adalah proses pemberian bekal atau penanaman nilai moral mengenai

karakter pribadi yang baik, sopan, bertanggungjawab, memiliki rasa hormat,

jujur, adil, menghargai dan memahami satu sama lain yang diwujudkan

dalam kehidupan sehari-hari melalui program pemerintah yang ditujukan

kepada sekolah.

3.Tujuan, Fungsi dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

a. Tujuan pendidikan karakter

Menurut pementrian pendidik nasional (2010) Peraturan

Pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan penyelenggaraan

pendidikanفpadaفpasalف17فayatف(3)ف“Pendidikanفdasar,فtermasukفsekolahف

menengah pertama (SMP) bertujuan membangun landasan bagi

berkembangnnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (a)

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berakhlak

mulia, dan berkepribadian luhur; (c) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan

inovatif; (d) sehat, mandiri dan percaya diri; (e) toleran, peka sosial,

demokratis,فdanفbertanggungفjawab.”ف

Melalui penjelasan pada pasal tersebut jelas bahwa tujuan dari

pendidikan sangat berkaitan dengan pendidikan karakter. Dapat

disimpulkan bahwa melalui pendidikan di sekolah nilai-nilai karakter

dapat diterapkan agar membawa perubahan bagi peserta didik dalam

hal; beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak

(40)

dan inovatif; selain itu juga mampu membantu peserta didik menjadi

pribadi yang sehat, mandiri dan percaya diri; serta memiliki rasa toleran,

peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

b. Fungsi pendidikan karakter

Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 97) fungsi pendidikan

karakter adalah:

1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk

menjadi prilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki

sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter dan karakter

bangsa.

2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk

bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik

yang lebih bermartabat.

3) Penyaring: untuk menyaring karakter-karakter bangsa sendiri dan

karakter bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter

dan karakter bangsa.

c. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan karakter

Menurut Direktorat pembinaan SMP (Fathurrohman, 2013:

145-146). Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya

(41)

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif

untuk membangun karakter.

4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menunjukkan perilaku yang baik.

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan

menantang, yang menghargai semua peserta didik,

membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk

sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para peserta didik.

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral

yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan

setia pada nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas

dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai

mitra dalam usaha membangun karakter.

11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai

(42)

4.Nilai-Nilai Karakter yang Utama yang di Kembangkan dalam

Pendidikan

(Wardani, 2018: 14) mengungkapkan bahwa hasil diskusi dan

sarasehan tentangف“PendidikanفBudayaفdanفKarakterفBangsa”فmenghasilkanف

“Kesepakatanف Nasionalف Pengembanganف Pendidikanف Budayaف danف Karakterف

Bangsa”فuntukفberbagaiفwilayahفIndonesiaفyangفterdiriفdariفbeberapa nilai

karakter yang ditanamkan dalam pendidikan, yaitu: karakter religius, jujur,

toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah

air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli

lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, nasionalisme, inovatif, daya

juang, rendah hati, memaafkan, kepemimpinan, dan kerja keras.

Beberapa karakter tersebut dijadikan landasan oleh peneliti untuk

mengukur karakter beberapa anak SMP di Indonesia. Karakter-karakter

tersebut diciptakan dalam bentuk potongan film pendek yang diikuti dengan

soal-soal karakter yang sesuai dengan potongan film. Soal yang berjumlah 88

tersebut digunakan sebagai produk asesmen pendidikan karakter bagi

beberapa siswa SMP di Indonesia.

B.Hakikat Evaluasi, Asesmen dan Tes

1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes

a. Pengertian Evaluasi

Wringstonف (Purwanto,ف 1992)ف mengemukakanف bahwa,ف “evalusiف

(43)

tujuan atau nilai yang telah ditetapkanفdalamفkurikulum.” Lessingner

(Gibson,ف 1981:ف 374)ف mendefinisikanف bahwaف “evaluasi adalah sebagai

proses penilaian dengan jalan membandingkan antara tujuan yang

diharapkanفdenganفkemajuan/prestasiفnyataفyangفdicapai.”ف

Sementara Gay (Sukardi, 2014: 8) berpendapat bahwa evaluasi

adalah sebuah proses sistematis pengumpulan dan penganalisisan data

untuk pengambilan keputusan. Jadi, evaluasi adalah proses penilaian,

pengumpulan, dan menganalisis data atau suatu kejadian pada

kenyataan dengan program atau tujuan yang sudah ditetapkan.

b. Pengertian Asesmen (Penilaian)

Linn dan Grounlund (Uno dan Koni, 2012: 1) menegaskan

“asesemen (penilaian) adalah prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi, rata-rata

pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar.”ف

Suwandi (2009: 7) mengatakan bahwa “penilaianفadalahفsuatuفprosesف

untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan

telahفsesuaiفdenganفtujuanفatauفkriteriaفyangفtelahفditetapkan.”

Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk

memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh

tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya

digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya

(Depdiknas, 2001). Jadi, penilaian adalah suatu kegiatan

(44)

belajar siswa untuk mendapatkan informasi, apakah hasil yang diperoleh

sudah sesuai dengan tujuan atau standar yang ditetapkan atau belum.

c. Pengertian Tes

Jihad dan Harisف(2008:ف67)فmengatakanفbahwaف“tesفmerupakanف

himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas

yangف harusف dilaksanakanف olehف orangف yangف dites.”ف Arikunto (2012)

menegaskan “tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang

berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa.”ف

Menurut Brown (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 128), “a test

as a systematic procedure for measure a sample of behavior”, yang

menjelaskan bahwa pada prinsipnya suatu tes merupakan suatu prosedur

sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang. Jadi, tes

adalah suatu ukuran penilaian yang dijadikan patokan oleh individu

(guru) untuk mengukur kemampuan individu yang diberikan tes (siswa).

2. Tujuan dan Fungsi Asesmen

a. Tujuan Asesmen

Menurut pedoman penilaian Depdikbud (Jihad & Haris. 2008:

63),فtujuanفpenilaianفadalahف“untuk mengetahui kemajuan belajar siswa,

untuk perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa serta sekaligus

memberiف umpanف balikف bagiف perbaikanف pelaksanaanف kegiatanف belajar.”ف

Sementaraف Jihadف &ف Harisف (2008:ف 63)ف mengatakanف bahwaف “tujuanف

penilaian untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan atau

(45)

Menurut Suwandi, (2009:ف14)فmengatakanفbahwaف“secaraفumumف

semua jenis penilaian berbasis kelas bertujuan untuk menilai hasil

belajar peserta didik di sekolah, mempertanggungjawabkan

penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat, dan untuk mengetahui

ketercapaianفmutuفpendidikanفsecaraفumum.”

b. Fungsi Asesmen

Menurut Supranata & Hatta (Suwandi, 2009: 15) mengatakan

bahwa penilaian berbasis kelas memiliki sejumlah fungsi, yaitu sebagai

bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas, umpan balik

dalam perbaikan program pengajaran, alat pendorong dalam

meningkatkan kemampuan peserta didik, dan sebagai alat untuk peserta

didik melakukan evaluasi terhadap kinerjanya serta bercermin diri

(instropeksi) misalnya melalui portofolio.

Menurut Nana Sudjana (Jihad & Haris. 2008: 56) penilaian

(asesmen) berfungsi sebagai:

a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional.

Dengan fungsi ini maka penilaian (asesmen) harus mengacu

kepada tujuan-tujuan intruksional.

b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengjar. Perbaikan

mungkin dapat dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan

belajar siswa, strategi mengajar guru.

c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan siswa kepada

(46)

belajar siswa dalam bentuk-bentuk nilai-nilai prestasi yang

dicapainya.

3. Ruang Lingkup Asesmen

Menurut Uno, Hamzah, dan Satria Koni (2012:17) isi model

penilaian kelas ini meliputi konsep dasar penilaian kelas, teknik penilaian,

langkah-langkah pelaksanaan penilaian, pengolahan hasil penilaian serta

pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian. Dalam konsep penilaian, akan

dijelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian, manfaat penilaian, fungsi

penilaian, dan rambu-rambu penilaian. Teknik penilaian akan menjelaskan

berbagai cara dan alat penilaian.

4. Prinsip-prinsip Asesmen

Menurut (Depdiknas tahun 2002 Suwandi, 2009: 21) mengatakan

bahwa prinsip umum penilaian (asesmen) meliputi:

a. Valid, artinya penilaian harus mengukur apa yang seharusnya diukur

dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya dan sahih.

b. Mendidik, artinya penilaian harus memberi sumbangan yang positif

terhadap pencapaian hasil belajar siswa, seperti memotivasi siswa yang

berhasil dan memberikan semangat untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

c. Berorientasi pada kompetensi, artinya mampu menilai pencapaian

kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum.

d. Adil dan objektif, artinya penilaian harus adil terhadap semua siswa dan

(47)

e. Terbuka, artinya kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai

kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

f. Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana,

bertahap teratur, terus menerus, dan berkesinambungan untuk

memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa.

g. Menyeluruh, artinya penilaian dilaksanakan secara menyeluruh, utuh,

dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta

berlandaskan berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai

bukti hasil belajar siswa.

h. Bermakna, artinya penilaian hendaknya mudah dipahami dan mudah

ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Jihad & Haris (2008: 63) sistem penilaian dalam

pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun penilaian akhir,

hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip sebagai berikut:

a. Menyeluruh, artinya penguasaan kompetensi dalam mata pelajaran

hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi,

kemampuan dasar serta keseluruhan indikator ketercapaian, baik

menyangkut dominan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap, perilaku,

dan nilai), serta psikomotor (keterampilan), maupun menyangkut

evaluasi proses dan hasil belajar.

b. Berkelanjutan, artinya penilaian seharusnya direncanakan dan dilakukan

(48)

perkembangan hasil belajar siswa sebagai dampak langsung (dampak

instruksional/pembelajaran) maupun dampak tindak langsung (dampak

pengiring/nurturan effect) dari proses pembelajaran.

c. Berorientasi pada indikator ketercapaian, artinya sistem penilaian dalam

pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian yang sudah

ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan minimal dan

standar kompetensinya.

d. Sesuai dengan pengalaman belajar, artinya sistem penilaian dalam

pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya.

5. Jenis-jenis Asesmen

Menurut Uno dan Koni (2012) jenis-jenis asesmen dilaksanakan

dalam berbagai teknik, seperti: penilaian kinerja (performance), penilaian

sikap, dan penilaian tertulis (paper and pencil test, penilaian proyek, dan

penilaian diri/self assessment). Menurut Subali (2016) berdasarkan ragam

jenis asesmen dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Asesmen penempatan.

Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap

masing-masing peserta didik sebelum menempuh program pengajaran.

Tujuannya yaitu untuk mengetahui penguasaan kemampuan prasyarat

masing-masing peserta didik yang diperlukan dalam proses pembelajaran

yang akan diselenggarakan bila diperlukan adanya kemampuan yang

(49)

b. Asesmen formatif.

Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap

masing-masing peserta didik selama menempuh kegiatan pembelajaran.

Tujuannya untuk mengetahui apakah setiap peserta didik melaju dengan

baik selama proses pembelajarannya sampai akhir program sehingga

kegiatan belajar selanjutnya menjadi lebih efektif dan efisien.

c. Asesmen sumatif.

Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing peserta didik

setelah selesai menempuh suatu program pembelajaran. Tujuannya untuk

menentukan nilai akhir masing-masing peserta didik yang menempuh

suatu program pembelajaran untuk selanjutnya dapat ditetapkan apakah

seorang peserta didik dinyatakan berhasil atau gagal. Jika berhasil peserta

didik tersebut akan diberi sertifikat karena telah menguasai kecakapan

atau keterampilan tertentu yang ditargetkan dalam program pembelajaran

yang dirancang.

d. Asesmen konfirmatori.

Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing orang yang ingin

dinilai tanpa dilakukan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh.

Asesmen konfirmatori dilaksanakan melalui pengukuran yang

menggunakan instrument yang sahih dan handal. Dalam hal kegiatan

pembelajaran, asesmen konfirmatori dapat dilakukan oleh pihak

(50)

setiap peserta didik untuk dinyatakan lulus dan tidak lulus dalam

menguasai kompetensi yang diterapkan.

Menurut Prijowuntato (2016: 60-66) alat yang dapat digunakan untuk

menilai ketercapaian konpetensi siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes

dan non tes.

a. Tes.

Bentuk tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik dapat

berupa; pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif/uraian bebas,

jawaban singkat/isian singkat, menjodohkan, performans/unjuk kinerja,

portofolio. Bentuk tes digunakan apabila sifat suatu objek yang diukur

menyangkut tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui,

dipahami atau proses psikis lainnya yang tidak dipahami dengan indera.

Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup

mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang

sebanding sesuai jenjang pendidikan.

Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat dikategorikan menjadi

dua yaitu tes objektif dan tes non objektif. Objektif di sini dilihat dari

sistem penskorannya, yaitu siapa yang memeriksa lembar jawaban tes

akan menghasilkan skor yang sama. Tes non objektif adalah tes yang

sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain

dapat dikatakan bahwa tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya

objektif sedangkan non objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh

(51)

b. Non tes.

Bentuk non tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik

dapat berupa; obserfasi, catatan anekdot, daftar cek, skala nilai, kuesioner,

wawancara. Bentuk non tes digunakan apabila perubahan tingkah laku

yang dapat diamati dengan indera dan bersifat konkret. Konsekuensi dari

pengukuran menggunakan bentuk non tes sangat bergantung pada situasi

di mana perubahan tingkah laku individu itu muncul atau menggejala.

Oleh karenanya, situasi pengukuran yang seragam sukar

dipersiapkan. Suatu pengukuran dengan alat pengukuran non tes terjadi

dalam situasi yang kurang distandarisasi, seperti waktu pengukuran yang

dapat tidak sama atau seragam bagi semua siswa.

6. Teknik-teknik Asesmen

Teknik yang biasanya digunakan untuk mengukur/mengevaluasi

hasil ketercapaian siswa adalah menggunakan teknik tes dan teknik non-tes.

Menurut Jihad & Haris (2008: 68) alat penilaian teknik tes yaitu:

a. Tes tertulis, merupakan tes atau soal yang diselesaikan siswa secara

tertulis. Tes tertulis ini terdiri atas bentuk objektif dan bentuk uraian.

Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah,

menjodohkan, serta jawaban singkat.sedangkan bentuk uraian meliputi

uraian terbatas dan uraian singkat.

b. Tes lisan, yang merupakan sekumpulan tes atau soal atau tugas

pertanyaan yang diberikan kepada siswa dan dilaksanakan dengan cara

(52)

c. Tes perbuatan, merupakan tugas yang pada umumnya berupa kegiatan

praktek atau melakukan kegiatan yang mengukur ketrampilan.

Mereka juga mengungkapkan secara rinci mengenai teknis penilaian

siswa dapat dilakukan dengan cara ulangan harian, tugas kelompok, kuis,

ulangan blok, pertanyaan lisan, dan juga tugas individu. Sedangkan

Depdiknas, 2001 (Jihad & Haris, 2008: 69) juga mengatakan bahwa

penilaian non-tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh

gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian. Melalui:

a. Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh

guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara

perorangan maupun kelompok, di kelas maupun di luar kelas;

b. Skala sikap, yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengungkap

sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang

lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa;

c. Angket, yaitu alat penilaian yang meyajikan tugas-tugas atau

mengerjakan dengan cara tertulis;

d. Catatan harian, yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang

dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya;

e. Daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek

terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau

belum.

Namun, Sukardi (2014: 104) mengatakan bahwa tes dapat

(53)

dikatakan sebagai tes normative apabila evaluator dalam mengevaluasi bisa

membandingkan hasil penilaian individu antara satu individu dengan

individu lainnya dalam penyelenggaraan tes yang sama. Suatu tes dikatakan

kriterion jika para evaluator dalam pengukuran terhadap subjek atau objek

yang dievaluasi atas dasar apa yang telah dia perbuat sesuai dengan

kapasitasnya tanpa membandingkan dengan orang lain.

7. Tes sebagai Teknik Asesmen

Sukardi (2014: 92) mengatakan bahwa tes atau testing merupakan

prosedur sistematis yang direncanakan oleh evaluator guna

membandingkan antar perilaku yang dievaluasi. Tes atau testing berisi item

atau butir soal yang akan diberikan kepada peserta yang mengikuti tes. Ia

juga mengatakan bahwa item atau butir soal, yaitu bagian terkecil dari suatu

tes yang memuat satu fakta atau konsep yang diungkapkan melalui

pertanyaan atau pernyataan yang dapat diisolasi untuk pengamatan dan

pengambilan keputusan.

Tes sebagai teknik asesmen dapat meyediakan informasi-informasi

objektif yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan

keputusan yang harus diambil pendidik terhadap proses dan hasil belajar.

Tes ini dilakukan sebelum, saat, dan akhir pembelajaran, sehingga bergulir

(54)

C. Hakikat Asesmen Pendidikan Karakter di Sekolah

1. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter

Evaluasi pendidikan karakter di SMP sangat relevan dilakukan

dalam upaya untuk melihat secara jujur dan objektif apakah pendidikan

karakter di SMP sungguh ada dan terlaksana sesuai dengan tujuan, prinsip,

asas, dan mekanisme penyelenggaraan pelayanan bimbingan secara

konseptual. Apabila itu terlaksana, apakah program itu menguntungkan,

berfungsi dan bermanfaat menunjang perkembangan peserta didik? Jika

dalam pelaksanaan program ditemukan faktor-faktor kendala atau

hambatan, lalu apa yang perlu diperbaiki? Semua ini membutuhkan data dan

analisis yang sistemis melalui program yang diharapkan dapat dilakukan

sendiri oleh penyelenggara program.

2. Teknik-Teknik Asesmen Pendidikan Karakter

Akhlak mulia atau karakter adalah suatu hal yang bersifat abstrak.

Meskipun absrak, karakter seseorang dapat diketahui melalui asesmen.

Pendidikan karakter saat ini dimasukan dalam pembelajaran di sekolah

melalui mata pelajaran yang memiliki kaitan dengan moral seperti;

pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, budi pekerti. Sebagai

sebuah pelajaran maka guru harus membuat definisi-definisi operasional

dan indikator untuk mengukur dan menilai kemudian mengevaluasi karakter

siswa.

Menurut Zainul & Nasution (2005: 5-8) sebagai sebuah pelajaran

(55)

Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik

tertentu, sedangkan penilaian adalah proses pengambilan keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran baik melalui

instrumen tes maupun non tes. Pengukuran dan penilaian melalui instrumen

tes seperti (pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif/uraian bebas,

jawaban singkat, atau isisan singgkat, menjodohkan, performans,

benar-salah, tes lisan, portofolio. Melalui intrumen non tes (observasi, catatan

anekdota, daftar cek, skal nilai, angket atau kuesioner, wawancara dan

rangkuman, Prijowuntato (2016: 60). Maka guru perlu mengukur dan

menilai berdasarkan indikator-indikator yang jelas sebagai landasan dalam

melakukan pengukuran dan penilaian pendidikan karakter dengan

menggunakan istumen asesmen yang ada.

3. Kekuatan dan Kelemahan Tes

Banyak bentuk tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan

belajar terutama pendidikan karakter dari peserta didik di sekolah.

Permasalahan yang ditemukan adalah bahwa guru mengalami kesulitan

karena pengamatan didasarkan pada prinsip-prinsip yang masih abstrak dan

belum diuraikan dalam definisi-definisi operasional dan indikator-indikator.

Guru mengatakan bahwa yang dinilai adalah keterlibatan di kelas,

kepedulian kepada teman. Dalam bahasa sehari-hari, apa yang dilakukan

guru adalah nilai kira-kira sesuai dengan apa yang dilihat ketika di dalam

kelas. Besar kemungkinan guru salah menilai atau menilai dengan

Gambar

Tabel 4.9 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ...................................................................
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Pengembangan Penelitian ..................................................
Gambar 2.1 Komponen Karakter
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Halaman diagnosa merupakan halaman inti dari sistem pakar diagnosa penyakit pada ayam ini terdapat pertanyaan bagi pengguna yang ingin melakukan proses diagnosa penyakit ayam

[r]

Untuk penyetingan relay di gardu hubung Kantor, perhitungan untuk nilai setting yang dimasukan dalam data setting pada relay harus di koordinasikan dengan data

Pendirian rumah sakit gigi mulut pendidikan harus memperhatikan semua aspek yang dibutuhkan seperti lahan, ruang, peralatan medis/non medis, SDM dan organisasi kerja

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui latarbelakang pengiklan dan perusahaan iklan menggunakan

Orang di sekelilingnya yaitu figur orang tua merupakan lingkungan pertama yang berpengaruh terhadap pengalaman kelekatan yang mempengaruhi pandangan individu

Adobe Flash adalah sebuah program animasi yang telah banyak digunakan oleh animator untuk menghasilkan animasi yang profesional. Di antara program-program animasi yang ada,

dapat menyelesaikan masalah seperti yang bias dilakukan oleh para ahli.. Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan