• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validasi efektivitas penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter pada siswa yang orang tuanya pegawai dan non pegawai di 10 SMP di Indonesia - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Validasi efektivitas penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter pada siswa yang orang tuanya pegawai dan non pegawai di 10 SMP di Indonesia - USD Repository"

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

i

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS

FILM KARAKTER PADA SISWA YANG ORANG TUANYA PEGAWAI DAN NON PEGAWAI DI 10 SMP DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Elfrida Prisma Muwa 151114004

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga

dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar

dalam perkara kecil, ia tidak benar juga dalam

perkara-perkara besar.”

Lukas 16:10

“Tenanglah! Aku ini, jangan

takut!

Matius 14:27

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kekuatan dan kesetian serta

yang selalu menyertaiku selama proses penyelesaian penulisan skripsi.

Kedua orangtuaku Bapak Yohanes Don Bosco, dan ibu Karolina Kara yang selalu

mendukung, memotivasi dan mendoakanku.

Kakak Len Alfin More laru dan ketiga adik-adikku yang selalu mendukung,

memotivasi, dan mendoakanku.

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS

FILM KARAKTER PADA SISWA YANG ORANG TUANYA PEGAWAI DAN NON PEGAWAI DI 10 SMP DI INDONESIA

Elfrida Prisma Muwa Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini bertujuan: 1) menghasilkan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter; 2) mengukur kualitas soal-soal tes yang dihasilkan; 3) menganalisis efektitivitas soal tes tersebut menurut penilaian siswa pada 10 SMP di Indonesia; 4) mengukur capaian hasil pendidikan karakter siswa dengan menggunakan soal tes tersebut pada 10 SMP di Indonesia; 5) menganalisis perbedaan penilaian siswa yang orang tuanya pegawai dan non pegawai terhadap efektivitas penggunaan soal tes yang dikembangkan tersebut; 6) mengukur perbedaan capaian hasil pendidikan karakter siswa yang orang tuanya pegawai dan non pegawai berdasarkan penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII pada 10 SMP di Indonesia yang berjumlah 660 siswa. Objek penelitian ini adalah soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter dan kuesioner validasi efektivitas. Teknik uji kualitas butir soal tes menggunakan pendekatan analisis faktor konfirmatori, perbedaan penilaian siswa terhadap efektivitas penggunaan soal pada siswa yang orang tuanya pegawai dan non pegawai dianalisis dengan teknik Chi-Square dan perbedaan capaian hasil pendidikan karakter siswa yang orang tuanya pegawai dan non pegawai dengan teknik Independent Sample t Test.

Hasil penelitian: 1) Dihasilkan 88 butir soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter. 2) kualitas soal tes yang dikembangkan menunjukkan bahwa 81 butir soal tes valid dan reliabel dengan teknik Alpha Cronback 0,933 (baik). 3) menurut penilaian siswa produk soal tersebut sangat efektif 4) hasil pendidikan karakter dengan menggunakan produk soal tes tersebut diperoleh data 51,2 % siswa dalam kategori baik dan 48,8 % siswa dalam kategori cukup baik. 5) siswa yang orang tuanya pegawai dan non pegawai menilai tidak terdapat perbedaan dalam 32 item kualitas efektivitas, artinya soal tes tersebut efektif digunakan pada siswa yang orang tuanya pegawai dan non pegawai 6) Terdapat perbedaan hasil pendidikan karakter siswa yang orang tuanya non pegawai dan siswa yang orang tuanya pegawai.

(9)

ix ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS VALIDATION OF THE CHARACTER MOVIE BASED CHARACTER EDUCATION ASSESSMENT TEST USAGE ON STUDENTS IN RELATION WITH THEIR PARENTS’ EMPLOYMENTS

STATUS IN 10 SMP (JUNIOR HIGH SCHOOL) IN INDONESIA

Elfrida Prisma Muwa Sanata Dharma University

2019

This study was aimed to: 1) produce an assessment test of character movie-based character education result; 2) measure the quality of the produced test items; 3) analyze the effectiveness of the test according to students in 10 junior high schools in Indonesia; 4) measure the character education achievement using the assessment test in 10 junior high schools in Indonesia; 5) analyze the assessment differences of students in relation with their parents’ employment status towards the effectiveness of the developed test items; 6) measure the difference of students achievement on character education in relation with their parents’ employment status based on the usage of character movie-based character education assessment test that being developed.

The type of this research was research and development study. The research subjects were students of class VII and VIII in 10 junior high schools in Indonesia with total subjects were 660 students. The object of this research was character movie-based character education result assessment test. Data collection instrument used in this study was the character movie-based character education results assessment test and effectiveness validation questionnaire. The quality test technique used for the test itemswas a confirmatory factor analysis approach, the difference in students’ assessment in relation with their parents’ employment status was measured using Chi-Square technique and the differences in the students’ achievement on character education in relation with their parents’ employment status was measured using the Independent Sample T Test technique.

The results of the study were: 1) 88 items of character movie-based character education result assessment test were obtained. 2) the quality test on character test items shows that 81 test questions were valid and the reliability of the items were 0.933 (good) using Alpha Cronbach technique. 3) according to the students’ assessment towards the assessment test, the test was considered as very effective. 4) character education achievement that tested using the test showed that there were 51.2% students were in the good character category and 48.8% students were in the quite good character. 5) according to the students’ assessment in relation with their parents’ employment status, there were 32 items effectivity, it means that the assessment test of the character movie-based character education result was effectively used by students in relation with their parents’ employment status. 6) There were differences in the results of character education of students in relation with their parents’ employment status.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala kasih dan karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter pada Siswa yang Orang Tuanya Pegawai dan Non Pegawai di 10 SMP di Indonesia”

Selama penulisan tugas akhir ini, peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu, mendukung dan membimbing peneliti. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, dan dosen pembimbing yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk terus berjuang dalam mengerjakan skripsi ini.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling: Ibu Hayu, Ibu Indah, Ibu Reta, Ibu Retno, Pak Sinurat, Pak Agus, Pak Rian.

5. Mas Moko, yang selalu setia memberikan pelayanan administrasi di Sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling.

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii

HALAMAN PENGESAHAN. ... iii

HALAMAN MOTTO. ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN. ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. ... vii

ABSTRAK ... viii

A. Latar Belakang masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian Masalah. ... 8

D. Rumusan Masalah. ... 9

E. Tujuan Penelitian. ... 10

F. Manfaat Penelitian. ... 10

1. Manfaat Teoritis... 10

2. Manfaat Praktis. ... 11

G. Definisi Istilah. ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA . ...14

A. Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah. ... 14

1. Pengertian Karakter. ... 14

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 15

(13)

xiii

4. Nilai-nilai Karakter Utama yang dikembangkan dalam Pendidikan .... 19

5. Nilai-nilai Karakter untuk SMP ... 22

B. Hakikat Evaluasi, Asesmen, danTes. ... 26

1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes. ... 26

2. Tujuan dan Fungsi Asesmen ... 28

3. Ruang Lingkup Asesmen ... 29

4. Prinsip-prinsip Asesmen ... 30

5. Jenis-Jenis Asesmen ... 32

6. Teknik-teknik Asesmen... 35

7. Tes sebagai Teknik Asesmen ... 37

C. Asesmen Pendidikan Karakter. ... 38

1. Pengertian Asesmen Pendidikan Karakter ... 38

2. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter ... 38

3. Teknik-teknik Asesmen Pendidikan Karakter ... 39

4. Kekuatan dan Kelemahan Tes ... 40

5. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Penggunaan Tes dalam Pendidikan Karakter ... 43

6. Hambatan-hambatan dan Kesulitan asesmen Pendidikan Karakter di Indonesia ... 50

D. Media Film Dalam Pendidikan Karakter... 54

1. Karakteristik Media Film Karakter... 54

2. Kekuatan-kekuatan Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 56

3. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 56

4. Film sebagai Media Asesmen ... 57

5. Film sebagai Media Tes hasil Pendidikan Karakter ... 58

E. Hakikat Pegawai dan Non Pegawai ... 60

1. Pengertian Pegawai. ... 60

2. Karakter Individu Pegawai ... 60

3. Karakteristik pekerjaan Pegawai ... 61

(14)

xiv

1. Karakteristik Wirausahawan Model Gooffery ... 63

2. Orang Tua sebagai Pengaruh Pendidikan Karakter Anak... 63

A. Kajian Penalitian yang Relevan. ... 64

B. Kerangka Pikir. ... 65

C. Hipotesis Penelitian ... 67

BAB III METODE PENELITIAN .. ...68

A. Model Penelitian dan Pengembangan ... 68

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 69

1. Revisi Oprasional Produk ... 73

2. Uji Lapangan Produk ... 74

C. Uji Coba Produk ... 75

1. Desain Uji Coba ... 75

2. Tempat penelitian ... 75

3. Subjek Uji Coba Produk ... 76

4. Objek penelitian ... 77

5. Waktu penelitian ... 77

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 78

1.Teknik Pengumpulan Data ... 78

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 79

E. TeknikAnalisis Data ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

A. Hasil Penelitian ... 92

B. Pembahasan ... 115

BAB V PENUTUP ... 124

A. Kesimpulan... 124

B. Keterbatasan Penelitian ... 126

C. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 128

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1Tempat Penelitian ... 75

Tabel 3.2 Subjek Uji Coba Penelitian ... 76

Tabel 3.3 Waktu Penelitian... 77

Tabel 3.4 Konstruk Soal Tes Asesmen hasil Pendidikan Karakter ... 81

Tabel 3.5 Kategori Koefisien Reliabilitas Guilford (1956) ... 87

Tabel 3.6 Norma Kategorisasi PAP Tipe 1 ... 88

Tabel 3.7 Norma Kategorisasi ... 89

Tabel 4.1 Contoh Soal Tes Karakter ... 94

Tabel 4.2 Hasil Analisis Faktor Variabel 1 ... 95

Tabel 4.3 Total Variance Explained ... 95

Tabel 4.4 Rotated Component Matrix ... 95

Tabel 4.10 Rotated Component Matrix ... 101

Tabel 4.11 Hasil Analisis Faktor Variabel 5 ... 101

Tabel 4.12 Total Variance Explained ... 102

Tabel 4.13 Rotated Component Matrix ... 102

Tabel 4.14 Case Processing Summary ... 103

Tabel 4.15 Reliability Statistics ... 103

Tabel 4.16 Rekapitulasi hasil Efektivitas ... 104

Tabel 4.17 Rekapitulasi hasil Efektivitas ... 106

(16)

xvi

Tabel 4.19 Tabel Pengkategorisasian ... 108

Tabel 4.20 Capaian Hasil Pendidikan Karakter ... 109

Tabel 4.21 Perbedaan Penilaian Siswa ... 110

Tabel 4.22 Perbedaan Capaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa ... 113

Tabel 4.23 Independent Samples Test ... 114

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 66

Gambar 3.1 Bangka Prosedur Pengembangan Menurut Borg and Gall ... 72

Gambar 3.2 Capaian Hasil Pendidikan Karakter ... 89

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabulasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen ... 132

Lampiran 2 Tabulasi Capaian Hasil Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 142

Lampiran 3 Tabulasi Validasi dan Reliabilitas ... 155

Lampiran 4 Efektivitas Penilaian Siswa yang Orang tuanya Pegawai dan Non Pegawai ... 159

Lampiran 5 Lembar Jawab ... 182

Lampiran 6 Lembar Penilaian Siswa ... 183

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 184

Lampiran 8 Surat Kesedian Mitra ... 185

Lampiran 9 Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penelitian ... 186

Lampiran 10 Absensi ... 187

Lampiran 11 Dokumentasi ... 191

Lampiran 12 DVD Soal Tes Asesmen ... 192

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah. Paparan bersifat singkat, ringkas dan padat.

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP bukan lagi menjadi hal baru. Sejak tahun 2010 sistem pendidikan karakter sudah digerakkan, bahkan di setiap mata pelajaran guru diminta untuk memasukan nilai-nilai karakter di dalamnya. Meskipun demikian, masih banyak kasus yang berkaitan dengan karakter buruk, contohnya kasus guru yang di-bully oleh para siswanya di Kendal (2018), dan kasus siswa yang membunuh gurunya di SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang (2018). Melihat kasus yang ada, maka muncul pertanyaan-pertanyaan dibenak peneliti, sejauh mana sistem pendidikan karakter yang ditanamkan di sekolah? Adakah evaluasi dan asesmen dari sistem pendidikan karakter yang diterapkan? Seperti apa sistem evaluasi dan asesmen itu? Seberapa efektifkah sistem evaluasi dan asesmen yang digunakan?

(20)

memiliki kekurangan, salah satunya adalah sistem poin. Hal ini didukung oleh pendapat yang diungkapkan Barus (2016) bahwa:

Penerapan sistem poin yang berasumsi bahwa pelanggaran pelanggaran ‘kejahatan’ siswa harus dihitung, dicatat, dan ditakar sangat tidak berakar dan tidak memanusiakan. Mengambil pandangan yang sepenuhnya negatif pada anak dengan menganggap bahwa anak dilahirkan berdosa dan jahat dan bahwa adalah tugas pendidikan untuk memperbaiki ini melalui hukuman dan melatih ketaatan, merupakan langkah awal kekeliruan dalam penerapan sistem poin.

Selain sistem poin, model evaluasi dan asesmen yang umum digunakan dirasa memiliki kekurangan, dan subjektivitas, diantaranya: observasi, skala sikap, dan wawancara. Kelemahan observasi adalah tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau beberapa peserta didik sekaligus. Hasil observasi pada suatu kejadian tidak dapat diulang pada waktu lain, untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan ketepatan hasil. Observasi perlu dilakukan beberapa kali sehingga memerlukan waktu yang panjang, penafsiran terhadap hasil observasi sering kali bersifat subjektif. Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan beberapa orang pengamat, sikap observer, jarak waktu yang panjang antara situasi dengan situasi yang diamati, dan objektivitas pencatatan akan sangat mempengaruhi validitas hasil observasi.

(21)

wawancara akan menjadi bias bila terbentuk prasangka atau streotip, sehingga hasilnya menjadi tidak objektif.

Selain model evaluasi dan asesmen yang masih memiliki kekurangan, ada berbagai hambatan yang dialami sekolah dan guru untuk melakukan asesmen dan evaluasi pendidikan karakter. Hambatan yang dimaksud antara lain belum tersedianya instrumen yang cukup, sarana dan prasana yang masih perlu pernyempurnaan, kemampuan sumber daya yang masih terbatas, jumlah siswa yang banyak, keterbatasan waktu, keterbatasan kemampuan untuk mengamati peserta didik dengan jumlah yang banyak, keterbatasan guru untuk menentukan alat yang tepat dalam menilai pendidikan karakter siswa.

Kekurangan dan hambatan-hambatan yang ditemukan, akan mempengaruhi guru dalam menilai karakter peserta didik. Oleh sebab itu, jika kekurangan dan hambatan tersebut tidak di atasi maka penilaian dengan cara-cara di atas akan menghasilkan sistem like and dislike, karena guru hanya melihat dari cover-nya saja, tidak sampai pada tindakan atau karakter peserta didik. Belum lagi jika penilaian semacam itu dikaitan dengan berbagai faktor seperti status sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal siswa, latar belakang pendidikan orang tua dan status pekerjaan orang. Akibatnya banyak kesalahan dalam menilai karakter peserta didik.

(22)

karakter yang harus dimiliki oleh seorang pegawai: 1) karakter inovatif dan kreatif, 2) lincah dan fleksibel, 3) kegigihan dan ketekunan dan yang 4) kerja tim dan kerja sama. Namun, bukan berarti bahwa peserta didik yang orang tuanya non pegawai tidak memiliki karakter yang baik. Bisa jadi peserta didik yang orang tuanya non pegawai, misalnya wiraswasta atau wirausaha justru lebih berkarakter baik. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik wiraswasta/wirausaha seperti memiliki karakter inovatif, kreatif, disiplin dan memiliki daya juang. Dengan begitu, maka karakter anak sama dengan karakter yang dimiliki orang tuanya. Hal ini tidak dapat dipungkuri, karena karakter peserta didik tidak hanya terbentuk di sekolah melainkan sudah ada sejak mereka di rumah bersama dengan orang tuanya.

Berkaitan dengan hal itu, maka sistem evaluasi pendidikan karakter

yang sudah ada penting diiskusikan, diteliti, dan dikembangkan. Untuk

melakukan evaluasi dibutuhkan proses asesmen dan hasil tes. Pemerolehan

hasil tes membutuhkan suatu alat pendukung berupa alat tes atau alat ukur yang

tepat, agar dapat mengetahui sejauh mana pendidikan karakter berjalan secara

efektif di sekolah. Jangan sampai pendidikan karakter hanya berada pada

pemahaman kognitif peserta didik saja tanpa ada aksi nyata.

(23)

Pendekatan Experiential Learning telah dikembangkan melalui penelitian Stranas tahun 2014-2016, namun model penilaiannya belum dikembangkan. Tim penelitian pengembangan model asesmen hasil pendidikan karakter tahun 2017 telah berhasil menyusun 440 soal tes asesmen hasil pendidikan karakter dan dalam pengujian terbatas ternyata valid, reliabilitasnya sangat bagus, memiliki daya beda yang baik, dan memiliki tingkat kesukaran yang berdiferensiasi. Soal-soal yang dikembangkan sudah memberikan bukti cukup baik, namun pengujian kualitas dan efektivitasnya perlu dilanjutkan dan diuji pada wilayah yang lebih luas.

Sesuai dengan tahapan penelitian pengembangan (R & D) model Borg and Gall (2003), proses penelitian pengembangan ini perlu dilanjutkan pada tahapan 7 & 8 yaitu revisi produk operasional dan uji lapangan produk. Dengan target dapat menghasilkan produk berupa model asesmen hasil pendidikan karakter di SMP berbasis media film karakter. Produk ini diharapkan dapat digunakan guru mata pelajaran dan khususnya guru BK dalam melaksanakan asesmen hasil pendidikan karakter yang lebih efektif, objektif, valid, praktis, dan berkeadilan di SMP.

(24)

dibandingkan dengan pengukuran metode lainnya. Sesuai dengan kekuatan film menurut Kustandi & Sutjipto (2013) bahwa film dapat menyajikan suatu proses dengan lebih efektif dibandingkan dengan media lain, film dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika membaca, berdiskusi, dan praktik. Film ini berdurasi ± 2 menit yang memvisualisasikan dilema moral, berdasarkan film tersebut siswa diminta untuk menjawab soal-soal yang menyertainya.

Penggunaan asesmen berbasis film dirasa efektif karena film dapat menyentuh dilema moral remaja. Hal tersebut semakin didukung dengan adanya nilai-nilai karakter yang sesuai dengan peserta didik SMP, dengan demikian peserta didik dapat secara nyata merasakan dan memahami dilema moral yang ada pada film tersebut. Sehingga penilaian bukan hanya pada peserta didik yang bermasalah, namun semua peserta didik yang ada di sekolah. Oleh sebab itu, tidak akan ada penilaian yang subjektivitas (like and dislike) dan tidak ada lagi hasil observasi yang dapat ditutupi atau direkayasa

oleh guru.

Berdasarkan telaah kebutuhan di atas, peneliti bersama tim penelitian Satranas Institusi (diketuai Dr. G. Barus, M.Si) pada kesempatan ini ingin melanjutkan tahapan penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang sudah terlebih dahulu di dilakukan oleh Tim Penelitian

(25)

Produk Operasional dan Uji Lapangan Produk dengan mengangkat judul “Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan

Karakter Berbasis Film Karakter pada Siswa yang Orang Tuanya Pegawai dan Non Pegawai Pada 10 SMP di Indonesia.”

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti menemukan beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:

1. Keterbatasan guru untuk melakukan penilaian pendidikan karakter dan penilaian yang dirasa masih subyektif.

2. Metode evaluasi pendidikan karakter hanya terbatas pada skala sikap, observasi, wawancara, dan sistem poin.

3. Dalam penilaian karakter siswa ditemukan banyak ketidakjujuran dan ketidakberkeadilan, yang hanya menerapkan sistem mengira-ngira saja dan besar kemungkinan mengandung unsur subjektivitas yang tinggi atau like and dislike.

4. Sampai sekarang pelaksanaan pendidikan karakter, terutama di SMP masih berada dalam tahap pengetahuan atau kognitif dan belum sampai pada tahap aktualisasi kehidupan sehari-hari.

5. Guru-guru belum mengenal cara-cara lain untuk mengukur karakter peserta didik dan belum ada model pengukuran berbasis film karakter. 6. Pemerintah belum menetapkan model penilaian atau evaluasi standar yang

(26)

7. Sistem dan teknik penilain pendidikan karakter di SMP belum efektif dalam mengkaji karakter peserta didik.

8. Belum diketahui secara pasti soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film yang dihasilkan oleh peneliti sebelumya efektif atau tidak diterapkan di sekolah dengan sampel yang lebih luas.

9. Penggunaan soal tes berbasis film belum diketahui efektivitasnya dalam memperlihatkan penilaian karakter siswa di lihat dari latar belakang pekerjaan orangtua yang pegawai dan non pegawai.

C. Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian Masalah

(27)

D.Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Seperti apa produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter yg diujikembangkan pada 10 SMP di Indonseia?

2. Seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter yang diujicobakan pada 10 SMP di Indonesia berdasarkan nilai validasi dan reliabilitas?

3. Seberapa efektif soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter berdasarkan penilaian siswa pada 10 SMP di Indonesia?

4. Seperti apa capaian hasil pendidikan karakter siswa yang diukur dengan menggunakan soal tes yang dikembangkan pada 10 SMP di Indonesia? 5. Apakah terdapat perbedaan hasil penilaian siswa yang orang tuanya pegawai

dan non pegawai terhadap efektifitas penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter pada 10 SMP di Indonesia? 6. Apakah terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter siswa yang

(28)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Menghasilkan soal tes asesmen pendidikan karakter.

2. Mengukur seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film yang dikembangkan berdasarkan nilai validitas dan reliabilitas.

3. Menganalisis efektivitas soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter.

4. Mengukur capaian hasil pendidikan karakter dari soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter.

5. Memperoleh informasi mengenai perbedaan penilaian siswa yang orang tuanya pegawai dan non pegawai berdasarkan penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter.

6. Memperoleh informasi mengenai perbedaan hasil pendidikan karakter siswa yang orang tuanya pegawai dan non pegawai berdasarkan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk berbagai pihak, baik itu manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

(29)

memberikan informasi tentang efektivitas model soal tes asesmen berbasis film karakter, khususnya yang diujicobakan pada 10 SMP di Indonesia. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah

Penelitian ini memberikan sumbangan mengenai evaluasi atau penilaian pengukuran pendidikan karakter menggunakan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter. Selain itu penelitian ini juga dilaksanakan dalam rangka untuk menemukan model alternatif sistem penilaian dan pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia.

b. Bagi sekolah dan guru

Penelitian ini memberikan sumbangan yang baik dalam penilaian pendidikan karakter. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tolak ukur yang dapat digunakan sekolah untuk mengetahui, memahami, dan melaksanakan penilaian hasil pendidikan karakter melalui soal tes asesmen berbasis media film.

c. Bagi siswa

Kandungan isi soal tes yang diujicobakan dalam penelitian ini dapat meningkatkan dan menginspirasi siswa untuk merefleksikan karakternya sehingga termotivsi dalam kehidupan sehari-hari.

d. Bagi peneliti

(30)

berkesempatan untuk mengaplikasikan soal tes asesmen pendidikan karakter berbasis media film di sekolah.

e. Bagi peneliti lain

Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai refrensi dalam mengembangkan penelitian dengan model pendidikan karakter di sekolah.

G.Definisi Istilah

Untuk menyamakan persepsi terkait istilah-istilah judul penelitian ini, didefinisikan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Efektivitas adalah suatu keadaan atau kondisi untuk mengukur kegiatan tertentu apakah dapat berhasil sesuai dengan target yang telah ditentukan atau tidak. Target tersebut dapat dilihat melalui kuantitas, kualitas, dan waktu pelaksanaan kegiataan, dimana semakin tinggi presentase target yang dicapai maka efektivitasnya juga akan semakin tinggi.

2. Soal tes adalah seperangkat pernyataan atau pertanyaan yang berbentuk pilihan ganda yang berkaitan dengan dilema moral dan memuat beberapa pertanyaan seputar pendidikan karakter untuk mengukur perilaku secara objektif.

3. Asesmen hasil adalah proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang ditetapkan.

(31)

pribadi siswa secara otentik dan mengarah pada perilaku atau karakter yang baik demi kemajuan penerus bangsa.

5. Media film adalah potongan-potongan video yang berkaitan dengan dilema moral pada kebanyakan anak SMP dan dapat mengukur tentang sejauh mana peserta didik menginternalisasi video tersebut dalam kehidupannya. 6. Siswa yang orang tuanya pegawai dan non pegawai adalah sebagai variabel

yang menjadi tolok ukur dalam penggunaan soal tes asesmen berbasis film karakter.

7. Siswa yang orang tuanya pegawai dalam penelitian ini adalah siswa yang orang tuanya bekerja sebagai PNS, pegawai swasta, karyawan tetap maupun tidak tetap.

(32)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori yang dijadikan dasar untuk membangun kerangka konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka dalam bab ini peneliti akan mengemukakan beberapa konsep yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu hakikat pendidikan karakter di sekolah, hakikat evaluasi, asesmen dan tes, hakikat asesmen pendidikan karakter di sekolah, media film dalam pendidikan karakter, hakikat pegawai dan non pegawai, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis penelitian.

A.Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah

1. Pengertian Karakter

(33)

Samani & Hariyanto (2011: 41) mengungkapkan karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika.

Sementara itu, menurut Pritchard (Doni Koesoema, 2012: 27) karakter adalah “a compex set of relatively persistent qualities of the individual person, and the term has a definite positive connotation when it

is used in discussions of moral education.”Artinya, karakter merupakan sekumpulan kualitas moral yang relative stabil dalam diri seseorang. Karakter ini memiliki konotasi positif ketika diterapkan dalam diskusi moral. Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang: mentalitas, sikap, cara berpikir, dan perilaku berdasarkan norma-norma agama, budaya, adat istiadat sehingga seseorang berusaha melakukan hal yang baik dalam bentuk nyata di kehidupan sehari-hari.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

(34)

kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan, sikap dan motivasi.

Ramli (dalam Fathurrohman, dkk; 2013) memaparkan pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik. Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan karakter menurut ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter usaha membantu siswa untuk memahami, peduli, bertindak dengan mengoptimalkan potensi siswa yang disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya. Tujuannya untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik.

3. Tujuan, Fungsi dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

a. Tujuan pendidikan karakter

(35)

Kemendiknas (2010:3) mengatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi:

1) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

2) Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.

3) Mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sifat percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.

b. Fungsi pendidikan karakter

Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 97) fungsi pendidikan karakter adalah:

1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi prilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter dan karakter bangsa.

2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.

(36)

c. Prinsip-prinsip pendidikan karakter

Menurut Direktorat pembinaan SMP (Fathurrohman, 2013: 145-146). Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.

4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang, yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para peserta didik.

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

(37)

11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter.

4. Nilai-nilai Karakter Utama yang Dikembangkan dalam Pendidikan

Berdasarkan Pusat Kurikulum Balitbang Diknas (Suparno, 2015) terdapat 18 nilai karakter yang perlu dikembangkan untuk peserta didik. Kedelapan belas nilai beserta deskripsi untuk masing-masing nilai dijelaskan sebagai berikut.

a. Nilai religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.-

b. Jujur

Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, gender, jenis kelamin, pendapat, sikap dan tindakan oranglain yang bereda dari dirinya.

d. Disiplin

(38)

e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari esuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada oang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

j. Semangat kebangsaan

(39)

k. Cinta tanah air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat pada diri seseorang yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, serta penghargaan tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. l. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu berguna bagi masyarakat, serta menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabat/komunikatif

Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan

(40)

q. Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan tanpa melihat pengkotakan sosial. Baik agama, budaya, gender, jenis kelamin, dan status sosial.

r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas serta kewajiban yang seharusnya dilakukan.

5. Nilai-nilai Karakter untuk SMP

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan (1) Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, dan (4) lingkungan, serta (5) kebangsaan. Namun demikian, penanaman kedelapanpuluh nilai tersebut merupakan hal yang sangat sulit. Oleh karena itu, pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disajikan dari butir-butir SKL (Standar Kompetensi Lulusan) SMP (Permen Diknas nomor 23 tahun 2006) dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Berikut adalah daftar nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.

1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius)

(41)

2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri: a. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

b. Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.

c. Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras

(42)

f. Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

g. Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

i. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

j. Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

k. Cinta ilmu

(43)

3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama. a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

b. Patuh pada aturan-aturan sosial.

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

c. Menghargai karya dan prestasi orang lain.

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

d. Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

e. Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

(44)

5. Nilai kebangsaan cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

a. Nasionalisme, cara berfikir bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

b. Menghargai keberagaman, sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

B.Hakikat Evaluasi, Asesmen dan Tes 1. Pengertian Evaluasi, Asesmen dan Tes

a. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian keseluruhan program pendidikan termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (assesment) dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan (management) pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.

(45)

informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

Berdasarkan pengertian evaluasi dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses penilaian untuk mendapatkan hasil dari suatu objek yang dievaluasi.

b. Pengertian Asesmen (Penilaian)

Menurut Lin dan Gronlund (Uno dan Satria, 2012), asesmen (penilaian) merupakan suatu istilah umum yang meliputi tentang belajar siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar. Selain itu, asesmen didefinisikan sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau istrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggrakan suatu aktivitas tertentu (Uno dan Satria, 2012).

(46)

yang diperoleh dari pengukuran. Tanpa adanya data yang berupa informasi itu hampir tak mungkin dilakukan kegiatan penilaian yang berupa pemberian pertimbangan terhadap suatu hal.

c. Pengertian Tes

Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan yang dicapai kawan-kawannya atau nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana dan Sumartana, 1983). Dengan demikian, tes merupakan suatu bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa yang sedang dites. Jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan itu dianggap sebagai informasi terpercaya yang mencerminkan kemampuannya. Informasi tersebut dinyatakan sebagai masukan yang penting untuk mempertimbangkan siswa.

2. Tujuan dan Fungsi Asesmen

a. Tujuan Asesmen

Tujuan asesmen dilakukan menurut Sumardi & Sunaryo (2006) adalah: 1) Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif

tentang kondisi anak saat ini.

(47)

3) Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya. b. Fungsi Asesmen

Menurut Nana Sudjana, (Jihad & Haris 2013:56) penilaian (asesmen) berfungsi sebagai:

1) Alat unuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada tujuan-tujuan instruksional.

2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan dapat dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru.

3) Dasar dalam menyusun kemajuan siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kecakapan belajar siswa dalam bentuk nilai-nilai prestasi belajar mengajar.

3. Ruang Lingkup Asesmen

(48)

4. Prinsip-Prinsip Asesmen

Menurut Depdiknas, (2004 dan 2006) ada enam prinsip dasar penilaian berbasis kelas yang harus dipedomani guru saat melakukan asesmen. Prinsip – prinsip tersebut antara lain:

a. Validitas

Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam melakukan penilaian harus “menilai apa yang seharusnya dinilai dan

alat penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi”.

b. Reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang reliable, menjamin konsistensi, dan kepercayaan.

c. Terfokus pada kompetensi

Penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).

d. Komprehensif

(49)

kompetensi atau kemampuan siswa sehingga tergambar profil kemampuan siswa.

e. Objektivitas

Proses penilaian yang dilakukan harus dilaksanakan secara obyektif. Artinya, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor).

f. Mendidik

Penilaian dapat memberikan sumbangan positif bagi peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik, dimana hasil penilaian dapat memberikan umpan balik dan motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat belajar.

Menurut Jihad & Haris (2008: 63) sistem penilaian dalam pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun penilaian akhir, hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip sebagai berikut:

(50)

b. Berkelanjutan, artinya penilaian seharusnya direncanakan dan dilakukan secara terus menerus guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar siswa sebagai dampak langsung (dampak instruksional/pembelajaran) maupun dampak tindak langsung (dampak pengiring/nurturan effect) dari proses pembelajaran.

c. Berorientasi pada indikator ketercapaian, artinya sistem penilaian dalam pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian yang sudah ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan minimal dan standar kompetensinya.

d. Sesuai dengan pengalaman belajar, artinya sistem penilaian dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya.

5. Jenis-jenis Asesmen

Menurut Uno dan Koni (2012) jenis-jenis asesmen dilaksanakan dalam berbagai teknik, seperti: penilaian kinerja (performance), penilaian sikap, dan penilaian tertulis (paper and pencil test, penilaian proyek, dan penilaian diri/self assessment). Sedangkan menurut Subali (2016) berdasarkan ragam jenis asesmen dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Asesmen penempatan.

(51)

yang akan diselenggarakan bila diperlukan adanya kemampuan yang ditargetkan.

b. Asesmen formatif

Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap masing-masing peserta didik selama menempuh kegiatan pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui apakah setiap peserta didik melaju dengan baik selama proses pembelajarannya sampai akhir program sehingga kegiatan belajar selanjutnya menjadi lebih efektif dan efisien.

c. Asesmen sumatif

Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing peserta didik setelah selesai menempuh suatu program pembelajaran. Tujuannya untuk menentukan nilai akhir masing-masing peserta didik yang menempuh suatu program pembelajaran untuk selanjutnya dapat ditetapkan apakah seorang peserta didik dinyatakan berhasil atau gagal. Jika berhasil peserta didik tersebut akan diberi sertifikat karena telah menguasai kecakapan atau keterampilan tertentu yang ditargetkan dalam program pembelajaran yang dirancang.

d. Asesmen konfirmatori

(52)

eksternal. Pemerintah menerapkan ujian nasional untuk menetapkan setiap peserta didik untuk dinyatakan lulus dan tidak lulus dalam menguasai kompetensi yang diterapkan.

Menurut Prijowuntato (2016: 60-66) alat yang dapat digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes dan non tes.

a. Tes

Bentuk tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik dapat berupa; pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif/uraian bebas, jawaban singkat/isian singkat, menjodohkan, performans/unjuk kinerja, portofolio. Bentuk tes digunakan apabila sifat suatu objek yang diukur menyangkut tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui, dipahami atau proses psikis lainnya yang tidak dipahami dengan indera. Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sebanding sesuai jenjang pendidikan.

(53)

sistem penskorannya objektif sedangkan non objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.

b. Non tes

Bentuk non tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik dapat berupa; observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala nilai, kuesioner, wawancara. Bentuk non tes digunakan apabila perubahan tingkah laku yang dapat diamati dengan indera dan bersifat konkret. Konsekuensi dari pengukuran menggunakan bentuk non tes sangat bergantung pada situasi di mana perubahan tingkah laku individu itu muncul atau menggejala.

Oleh karenanya, situasi pengukuran yang seragam sukar dipersiapkan. Suatu pengukuran dengan alat pengukuran non tes terjadi dalam situasi yang kurang distandarisasi, seperti waktu pengukuran yang dapat tidak sama atau seragam bagi semua siswa.

6. Teknik-teknik Asesmen

Teknik yang biasanya digunakan untuk mengukur/mengevaluasi hasil ketercapaian siswa adalah menggunakan teknik tes dan teknik non-tes. Menurut Jihad & Haris (2008: 68) jenis alat penilaian teknik tes yaitu: a. Tes tertulis, merupakan tes atau soal yang diselesaikan siswa secara

(54)

b. Tes lisan, yang merupakan sekumpulan tes atau soal atau tugas pertanyaan yang diberikan kepada siswa dan dilaksanakan dengan cara tanya jawab.

c. Tes perbuatan, merupakan tugas yang pada umumnya berupa kegiatan praktek atau melakukan kegiatan yang mengukur ketrampilan.

Jihad & Haris (2008: 68) juga mengungkapkan secara rinci mengenai teknis penilaian siswa dapat dilakukan dengan cara ulangan harian, tugas kelompok, kuis, ulangan blok, pertanyaan lisan, dan juga tugas individu. Depdiknas, 2001 (Jihad & Haris, 2008: 69) juga mengatakan bahwa penilaian non-tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian. Melalui:

a. Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara perorangan maupun kelompok, di kelas maupun di luar kelas;

b. Skala sikap, yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengungkap sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa;

c. Angket, yaitu alat penilaian yang meyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis;

(55)

e. Daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.

Sukardi (2014: 104) mengatakan bahwa tes dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes normative dan tes kriterion. Suatu tes dikatakan sebagai tes normative apabila evaluator dalam mengevaluasi bisa membandingkan hasil penilaian individu antara satu individu dengan individu lainnya dalam penyelenggaraan tes yang sama. Suatu tes dikatakan kriterion jika para evaluator dalam pengukuran terhadap subjek atau objek yang dievaluasi atas dasar apa yang telah dia perbuat sesuai dengan kapasitasnya tanpa membandingkan dengan orang lain.

7. Tes sebagai Teknik Asesmen

Sukardi (2014: 92) mengatakan bahwa tes atau testing merupakan prosedur sistematis yang direncanakan oleh evaluator guna membandingkan antar perilaku yang dievaluasi. Tes atau testing berisi item atau butir soal yang akan diberikan kepada peserta yang mengikuti tes. Ia juga mengatakan bahwa item atau butir soal, yaitu bagian terkecil dari suatu tes yang memuat satu fakta atau konsep yang diungkapkan melalui pertanyaan atau pernyataan yang dapat diisolasi untuk pengamatan dan pengambilan keputusan.

(56)

Tes ini dilakukan sebelum, saat, dan akhir pembelajaran, sehingga bergulir tanpa henti (dynamic assesment).

C.Hakikat Asesmen Pendidikan Karakter di Sekolah

1. Pengertian Asesmen Pendidikan Karakter

Albertus (2015) menegaskan penilaian pendidikan karakter pada hakikatnya adalah evaluasi atas proses pembelajaran secara terus menerus dari individu untuk menghayati peran dan kebebasannya bersama orang lain dalam sebuah lingkungan sekolah demi pertumbuhan integritas moralnya sebagai manusia. Hanya individu yang terbuka pada pengalaman diri dengan yang lain mampu menentukan apakah dirinya telah menjadi manusia berkarakter atau bukan.

2. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter

Penilaian merupakan kegiatan untuk menentukan pencapaian hasil pembelajaran yang dapat dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Setiap peserta didik memiliki tiga ranah tesebut, hanya kedalamannya tidak sama. Penilaian pada ranah afektif, seperti ranah lainnya memerlukan data yang bisa berupa kuantitatif atau kualitatif.

(57)

mendiskusikannya, mengamati model perilaku, dan memecahkan masalah yang mencakup nilai-nilai tersebut. Asesmen pendidikan karakter bermanfaat untuk pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.

3. Teknik-teknik Asesmen Pendidikan Karakter

Airasian (2000) mengatakan metode asesmen dibedakan menjadi tiga yaitu teknik tertulis (paper-pencil techniques), teknik observasi (observation techniques), dan teknik pertanyaan lisan (oral questioning techniques). Teknik tertulis (paper-pencil techniques) mengacu kepada

metode asesmen dimana siswa menuliskan responnya terhadap pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah.

Observasi adalah suatu proses melihat atau mendengar individu melakukan suatu aktivitas (observasi proses) atau untuk menilai suatu produk (observasi produk). Sedangkan teknik pertanyaan lisan adalah metode asesmen dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada individu. Menurut Strange (2004) metode asesmen pendidikan karakter dapat dibedakan atas asesmen kuantitatif (quantitative assessment) dan asesmen kualitatif (qualitative assessment). Asesmen kuantitatif dapat berbentuk: rubric asesmen diri sendiri (self assessment rubric), tes tertulis (paper and pencil test), skala bertingkat asesmen karakter (character assessment rating scale). Sementara itu, asesmen kualitatif dapat berupa:

(58)

4. Kekuatan dan Kelemahan Tes

Permasalahan yang ditemukan adalah bahwa guru mengalami kesulitan karena pengamatan didasarkan pada prinsip-prinsip yang masih abstrak dan belum diuraikan dalam definisi-definisi operasional dan indikator-indikator. Guru mengatakan bahwa yang dinilai adalah keterlibatan di kelas dan kepedulian kepada teman, tetapi belum sampai pada apa indikatornya. Dalam bahasa sehari-hari, apa yang dilakukan guru adalah “nilai mengira-ngira” sesuai dengan apa yang dilihat ketika di dalam kelas. Besar kemungkinan guru salah menilai atau menilai dengan subjektivitas yang sangat tinggi berdasarkan like and dislike. Hal itu sangat merugikan siswa. Dalam pelajaran Character Building, hal terpenting untuk dilakukan adalah observasi. Namun, observasi memiliki problem, yaitu subjektivitas yang tinggi. Permasalahan utama dengan observasi adalah ketiadaan objektivitas oleh pengamatnya (Johnson dan Johnson 2002: 117).

Arikunto (2003) menegaskan tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Tes objektif terdapat kelemahan dan kelebihan, sebagai berikut.

a. Kelebihan tes objektif, yaitu.

1) Lebih respektif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat di hindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi peserta didik maupun segi guru yang memeriksa.

(59)

3) Pemeriksaan dapat diserahkan orang lain.

4) Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi. 5) Untuk menjawab tes objektif tidak banyak memakai waktu.

6) Reliabilitinya lebih tinggi kalau dibandingkan dengan tes essay, karena penilainya bersifat objektif.

7) Validitas tes objektif lebih tinggi dari tes essay, karena samplingnya lebih luas.

8) Pemberian nilai dan cara menilai tes objektif lebih cepat dan mudah karena tidak menuntut keahlian khusus.

9) Tes objektif tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga mudah dilaksanakan.

b. Kelemahan tes objektif

1) Persiapan untuk menyusun jauh lebih sulit dari pada tes essay karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.

2) Soal-soal cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.

3) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.

4) Kerjasama antar peserta didik pada waktu mengerjakan sol tes lebih terbuka.

(60)

6) Tes sampling yang diajukan kepada peserta didik cukup banyak dan hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk menjawabnya.

7) Tidak biasa megajak peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi. 8) Banyak memakan biaya, karena lembaran item-item tes harus

sebanyak jumlah pengikut tes.

Beberapa bentuk tes objektif yaitu salah-benar (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), jawaban singkat (short answer), dan menjodohkan (matching). Masing-masing bentuk tes

objektif mempunyai kelebihan dan kelemahan. Salah satu bentuk tes objektif yaitu pilihan ganda mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut.

a. Kelebihan

1) Hasil belajar yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur. 2) Terstruktur dan petunjuknya jelas.

3) Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik.

4) Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban. 5) Penilaian mudah, objektif, dan dapat dipercaya. b. Kelemahan

(61)

3) Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide. 4) Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca.

5. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Penggunaan Tes dalam Pendidikan

Karakter

Untuk mendapatkan instrumen tes yang baik diperlukan sejumlah langkah pengembangan atau langkah umum konstruksi tes. Menurut Azwar (2014:14-20) awal kerja penyusunan atau pengembangan suatu alat tes dimulai dari:

a. Identifikasi tujuan ukur

Identifikasi tujuan ukur yaitu memilih suatu definisi, mengenali dan memahami dengan seksama teori yang mendasari konstruk atribut yang hendak diukur.

b. Pembatasan domain ukur

Pembatasan domain dilakukan dengan cara menguraikan konstruk teoritik atribut yang diukur menjadi beberapa rumusan dimensi atau aspek yang lebih jelas, agar menunjang validitas isi skala.

c. Oprasionalisasi aspek

(62)

blue print dan dilengkapi dengan spesifikasi skala, sebagai acuan bagi

penulisan item. Sebelum penulisan item perancang perlu menetapkan format stimulus yang hendak digunakan, format ini erat kaitanya dengan metode pengskalaannya.

d. Penulisan item

Pada tahap awal penulisan item, item dibuat dalam jumlah yang lebih banyak daripada jumlah yang direncanakan dalam spesifikasi skala, yaitu sekitar tiga kali lipat dari jumlah item yang digunakan dalam bentuk final. Tujuannya agar nanti penyusun skala tidak kehabisan item akibat gugurnya item-item yang tidak memenuhi syarat.

e. Review penulisan item

Review pertama harus dilakukan oleh penulis item sendiri, yaitu

dengan mengecek ulang setiap item sendiri, apakah telah sesuai dengan indikator prilaku yang hendak diungkap. Setelah itu review dapat dilakukan oleh orang yang berkompeten atau ahli. Semua item yang tidak sesuai dengan kaidah atau spesifikasi blue print harus diperbaiki, dan hanya item-item yang diyakini berfungsi dengan baik oleh ahli (expert judgmen), yang dapat diloloskan untuk uji empirik.

f. Uji coba bahasa (evaluasi kualitatif)

(63)

penulis item. Pertanyaan-pertanyaan dari responden mengenai kata-kata dalam item menandakan bahwa kalimat dalam item masih kurang komunikatif dan memerlukan perbaikan.

g. Field tes (evaluasi kuantitatif)

Evaluasi terhadap fungsi item biasa dikenal dengan analisis item. Analisis item merupakan proses pengujian item secara kuantitatif guna mengetahui apakah item memenuhi syarat psikometrik untuk disertakan sebagai bagian dari skala. Parameter item yang diuji adalah daya beda item atau daya diskriminasi item.

h. Seleksi item

Pada tahap ini item-item yang tidak memenuhi syarat psikometrik tidak akan digunakan atau akan diperbaiki lebih dahulu sebelum dapat digunakan. Sebaliknya item-item yang memenuhi syarat psikometrik dengan sendirinya akan digunakan dalam skala.

i. Validasi konstruk

(64)

j. Kompilasi final

Format final skala dirakit dalam tampilan yang menarik namun tetap memudahkan responden untuk membaca dan menjawabnya. Dalam bentuk final, skala dilengkapi dengan petunjuk soal dan lembar jawab. Ukuran tulisan pada skala perlu disesuaikan agar tidak ada kata yang tertinggal atau tidak terbaca.

Menurut Fernandes dan Soeharto (Suswandi, 2010: 57) ada sembilan langkah dalam pengembangan insrumen tes antara lain:

a. Membuat spesifikasi tujuan (penjelasan tentang pengetahuan, keterampilan, atau tingkah laku yang akan diditeksi).

b. Menerjemahkan tujuan-tujuan tes dalam istilah-istilah yang operasional (tes harus mencerminkan isi dan tujuan dalam keadaan operasional dan sesuai dengan kepentingannya.

c. Merumuskan tujuan dalam kata-taka yang mengambarkan tingkah laku (observable dan measurable).

d. Merencanakan tes (berapa jumlah butir tes, bagaimana bentuk tes, dsb).

e. Menulis butir-butir tes dengan format yang dikehendaki. f. Melakukan uji coba butir-butir tes dan menganalisisnya. g. Menyetel tes yang sudah final.

(65)

i. Memberi atribut pada skor-skor tes (menjelaskan indeks validitas dan reliabilitas).

Sementara itu, menurut Surapranata (Suwandi, 2010: 59-64) prinsip-prinsip pengembangan dan penggunaan tes meliputi:

a. Penentuan tujuan

Tahap awal yang sangat penting dalam pengembangan tes adalah menentukan tujuan. Secara umum tes antara lain dikembangkan untuk kepentingan penempatan yang terdiri atas pre tes kesiapan dan pre tes penempatan, formatif, diagnostik, dan sumatif.

b. Pemilihan soal

Pemilihan soal merupakan salah satu langkah penting untuk dapat menghasilkan tes yang baik. Pemilihan soal dari 440 butir soal yang valid akan dipilih 88 butir untuk dikembangkan.

c. Review dan revisi soal

Riview dan revisi soal pada prinsipnya adalah upaya untuk

memperoleh informasi mengenai sejauh mana suatu soal telah berfungsi secara efektif dan telah memenuhi kaidah yang telah ditetapkan, misalnya kaidah konstruksi, bahasa, dan penulisan soal. Review dan revisi idealnya dilakukan oleh orang lain (bukan si

(66)

d. Uji coba dan analisis

Uji coba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan informasi yang empirik mengenai seberapa baik sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak diukur. Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti aspek-aspek keterbacaan soal, tingkat kesulitan soal, pola jawaban, tingkat daya pembeda, pengaruh budaya, dan sebagainya. Dari hasil uji coba akan diketahui apakah suatu soal “lebih berfungsi”. Hasil uji coba tersebut selanjutnya

dianalisis dengan teknik yang telah ditentukan. e. Perakitan soal

Soal-soal yang baik, hasil dari uji coba dapat dirakit sesuai dengan kebutuhan tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perakitan antara lain; penyebaran soal, penyebaran tingkat kesulitan soal, daya pembeda atau validitas soal penyebaran jawaban, dan lay out tes.

f. Penyajian tes

(67)

g. Penskoran

Penskoran atau pemeriksaan atas jawaban peserta didik dan pemberian angka dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Peskoran harus dilakukan secara objektif.

h. Pelaporan hasil tes

Setelah tes digunakan dan dilakukan penskoran, hasilnya dilaporkan. Pelaporan dapat diberikan kepada peserta didik yang bersangkutan, orang tua peserta didik, kepala sekolah, dan pihak-pihak yang berkepentingan.

i. Pemanfaatan hasil tes

Hasil pengukuran yang diperoleh melalui tes berguna sesuai dengan tujuan dilakukannya tes. Informasi hasil pengukuran dapat dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan sistem, proses atau kegiatan belajar mengajar, maupun sebagai data untuk mengambil keputusan atau menentukan kebijakan selanjutnya.

Gambar

Tabel 4.23 Independent Samples Test   ..........................................................
Gambar 3.2 Capaian Hasil Pendidikan Karakter  .............................................
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian dan Pengembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi pada siswa-siswi di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

Menurut Healy dan Wahlen (1998), earnings management terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah

Hijauan dari tanaman murbei merupakan tanaman yang dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah iklim tropis mempunyai kandungan protein yang tinggi (>20%) dan juga sangat disukai

Untuk penyetingan relay di gardu hubung Kantor, perhitungan untuk nilai setting yang dimasukan dalam data setting pada relay harus di koordinasikan dengan data

M EMENUHI Berdasarkan hasil pemeriksaan antara data penerimaan bahan baku, hasil produksi, penjualan dan dokumen ekspor dalam periode bulan Agustus 2015

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui latarbelakang pengiklan dan perusahaan iklan menggunakan

Orang di sekelilingnya yaitu figur orang tua merupakan lingkungan pertama yang berpengaruh terhadap pengalaman kelekatan yang mempengaruhi pandangan individu

Adobe Flash adalah sebuah program animasi yang telah banyak digunakan oleh animator untuk menghasilkan animasi yang profesional. Di antara program-program animasi yang ada,