• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validasi efektivitas penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter pada siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya di 10 SMP di Indonesia - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Validasi efektivitas penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter pada siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya di 10 SMP di Indonesia - USD Repository"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM

KARAKTER PADA SISWA BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUANYA DI 10 SMP DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Desvina Br Ginting

NIM : 151114064

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASILPENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM

KARAKTER PADA SISWA BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUANYA DI 10 SMP DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Desvina Br Ginting

NIM : 151114064

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Halaman Persembahan

Karya skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus

Bapak Kesatria Ginting dan Mamak Arlin Br Tarigan

Kakak Paskawati Br Ginting, Kakak Asa Rehulina Br Ginting, dan Kakak

Krista Br Ginting

Abangku Junedy Tarigan, abangku Surya Dinata Sinulingga, dan abangku Targin

Tarigan

Adikku Yediza Isakar Ginting

Kekasihku Adinta Fernando Purba

Sahabat-Sahabatku Agustin, Prisma, Ika, Cici, Yulinda, Dewi Terkasih

Almamaterku yang Tercinta

Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling

(6)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Desvina Br Ginting

Nomor Mahasiswa :151114064

Dngan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM

KARAKTER PADA SISWA BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUANYA DI 10 SMP DI INDONESIA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

(7)
(8)

vii ABSTRAK

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER

PADA SISWA BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUANYA DI 10 SMP DI INDONESIA

Desvina Br Ginting Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini bertujuan: 1) menghasilkan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter; 2) mengukur kualitas soal-soal tes yang dihasilkan; 3) menganalisis efektivitas soal tes tersebut menurut penilaian siswa pada 10 SMP di Indonesia; 4) mengukur capaian hasil pendidikan karakter siswa dengan menggunakan soal tes tersebut pada 10 SMP di Indonesia; 5) menganalisis perbedaan penilaian siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya terhadap efektivitas penggunaan soal tes yang dikembangkan tersebut; 6) mengukur perbedaan capaian hasil pendidikan karakter untuk siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and

Development). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII di 10 SMP yang berjumlah 660 siswa. Objek penelitian ini adalah soal tes asesmen hasil pendidikan karakter.Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter dan kuesioner validasi efektivitas. Teknik uji kualitas butir soal tes menggunakan pendekatan teknik faktor analisis konfirmatori, perbedaan penilaian siswa terhadap efektivitas penggunaan soal pada siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya dianalisis dengan teknik Chis-Square dan perbedaan capaian hasil pendidikan karakter siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya dengan analisis varians.

Hasil penelitian: 1) dihasilkan 88 item soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter; 2) kualitas soal tes karakter terbukti valid sebanyak 81 item soal dan reliabel dengan indeks reliabilitas 0,933 (sangat baik); 3) menurut penilaian siswa bahwa produk soal tes tersebut sangat efektif; 4) hasil pendidikan karakter dengan menggunakan produk soal tes tersebut diperoleh data 51,2% siswa dalam kategori baik dan 48,8% siswa dalam kategori cukup baik; 5) siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya tidak terdapat perbedaan dalam 30 item kualitas efektivitas, artinya soal tes tersebut efektif digunakan pada siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya; 6) tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap capaian hasil pendidikan karakter pada siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuannya.

(9)

viii ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS VALIDATION OF THE CHARACTER EDUCATION BASED ON CHARACTER MOVIE ASSESSMENT

TESTUSAGE ON STUDENTS BASED ON THEIR PARENTS’

SOCIO-ECONOMIC STATUS FROM TEN SMP (JUNIOR HIGH) IN INDONESIA

Desvina Br Ginting Sanata Dharma University

2019

This study was aimed to: 1) produce an assessment test of the results of character movie-based character education; 2) measure the quality of the produced test items; 3)analyze the effectiveness of the test according to students in 10 junior high schools in Indonesia; 4) measure in character education achievement using the assessments test in 10 junior high schools in Indonesia; 5) analyze the asessment differences in the students assessment based on their parents' socio-economic status on the effectiveness of the developed test items; 6) measure the differences in the students achievement on character education based on their parents' socio-economic status on the usage of character movie-based character education asessment test the bieng devoloped .

The type of the research was research and development study. The research subjects were students of class VII and VIII in 10 junior high schools with total subjects was 660 students the object of this research was character movie-based character education result asessment test. Data collection instrument used in this study was the character movie-based character education result asessment test and effectiveness validation questionnaire. The quality test technique used for the test items was a confirmatory

analysis factor approach the difference in students’ asessment for students based on their

parents’ socio-economic status was measured using Chis-Square technique and the

difference in the students’ achievement of character education outcomes for students based on their parents’ socio-economic status was measure using the Analyze of Varience.

The results of the study were: 1) 88 items of character movie-based character education result asesment test were abtained t; 2) the qualitytest of character test items shows that 81test questions were vakid and reliability index of 0.933 (very good) using Alpha Cronbach technique; 3) according to students’ asessment towards the asessment test, the was considered as very effectiv; 4) character education achievement that tested using the test showed that there were 51,2% students’ were in the good character category and 48,8% students were in the quite good character; 5) according to the

students’ asessment on students with parents’ that have high, medium and low socio -economic status, there were 32 items effectivity, is means the asessment test of the character movie-based character result was effectively used by students’ based on their

parents’ socio-economic status.; 6) there is no significant difference in the achievement of

character education outcomes for students based on their parents’ socio-economic status.

Keywords: effectiveness validation, validity, reliability, achievement of character

(10)
(11)
(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO. ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN. ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. ... vi

ABSTRAK ... vii

B. Identifikasi Masalah. ... 7

C. Pembatasan Masalah atau Fokus Masalah. ... 8

D. Rumusan Masalah. ... 9

E. Tujuan Penelitian. ... 10

F. Manfaat Penelitian. ... 11

1. Manfaat Teoritis . ... 11

2. Manfaat Praktis. ... 11

G. Batasan Istilah. ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA . ... 15

A. Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah . ... 15

1. Pengertian Karakter. ... 15

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 19

3. Tujuan, Fungsi, dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 20

(13)

xii

5. Nilai-nilai yang Ditanamkan dalam Pendidikan Karakter ... 26

B. Hakikat Evaluasi, Asesmen, dan Tes. ... 29

1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes. ... 29

2. Tujuan dan Fungsi Asesmen ... 32

3. Ruang Lingkup Asesmen ... 34

4. Prinsip-prinsip Asesmen ... 34

5. Jenis-Jenis Asesmen ... 37

6. Teknik-teknik Asesmen ... 40

7. Tes sebagai Teknk Asesmen ... 42

C. Asesmen Pendidikan Karakter. ... 43

1. Pengertian Asesmen Pendidikan Karakter ... 43

2. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter ... 43

3. Teknik-teknik Asesmen Pendidikan Karakter ... 44

4. Sistem Penilaian Karakter Menurut Pedoman 2010... 45

5. Kekuatan dan Kelemahan Tes ... 48

6. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Penggunaan tes dalam Pendidikan Karakter ... 55

7. Hambatan-hambatan dan Kesulitan asesmen Pendidikan Karakter di Indonesia ... 62

D. Media Film Dalam Pendidikan Karakter. ... 66

1. Karakteristik Media Film Karakter ... 66

2. Kekuatan-kekuatan Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 67

3. Prinsip-prinsip Penggunanan Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 68

4. Film sebagai Media Asesmen ... 69

E. Hakikat Status Sosial Ekonomi ... 70

1. Pengertian Status, Sosial, dan Ekonomi . ... 70

2. Klasifikasi Status Sosial Ekonomi ... 74

3. Tingkat Status Sosial Ekonomi ... 75

F. Kajian Penalitian yang Relevan. ... 76

G. Kerangka Pikir. ... 77

(14)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN . ... 80

A. Model Penelitian dan Pengembangan ... 80

B. Prosedur Pengembangan ... 84

1. Revisi Oprasional Produk ... 85

2. Uji Lapangan Produk ... 86

C. Uji Coba Pemakaian Produk ... 87

1. Uji Coba Desain ... 87

2. Tempat penelitian dan Subjek Uji Coba Produk ... 87

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 90

1.Teknik Pengumpulan Data ... 90

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 91

E. Teknik Analisis Data ... 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 104

A. Hasil Penelitian ... 104

B. Pembahasan ... 123

BAB V PENUTUP ... 134

A. Kesimpulan ... 144

B. Keterbatasan Penelitian ... 136

C. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 139

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1Tempat Penelitian ... 88

Tabel 3.2 Jumlah Subjek Uji Coba Penelitian ... 88

Tabel 3.3 Waktu Penelitian ... 89

Tabel 3.4 Variabel laten, aspek yang diukur, skala dan data instrumen yang digunakan ... 92

Tabel 3.5 Norma Kategorisasi PAP Tipe 1 ... 100

Tabel 3.6 Norma Kategorisasi ... 101

Tabel 4.1 Hasil Analisis Faktor Variabel 1 ... 107

Tabel 4.2 Total variance Explained ... 107

Tabel 4.3Rototed Component Matrix ... 108

Tabel 4.4 Hasil Analisis Faktor Variabel 2 dan 3 ... 108

Tabel 4.5 Total variance Explained ... 109

Tabel 4.6 Rototed Component Matrix ... 110

Tabel 4.7 Hasil Analisis Faktor Variabel 4 ... 112

Tabel 4.8 Total variance Explained ... 112

Tabel 4.9 Rototed Component Matrix ... 113

Tabel 4.10 Hasil Analisis Faktor Variabel 4 ... 113

Tabel 4.11Total variance Explained ... 113

Tabel 4.12 Rototed Component Matrix ... 114

Tabel 4.13 Reliabilitas ... 115

(16)

xv

Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil

Pendidikan Karakter ... 116

Tabel 4.16 Kategorisasi Hasil Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut Penilaian Siswa pada Beberapa SMP di Indonesia ... 118

Tabel 4.17 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ... 119

Tabel 4.18 Pengkategorisasian ... 119

Tabel 4.19 Kategori Capaian Hasil Pendidikan Karakter ... 120

Tabel 4.20 Persentase Penilaian Siswa terhadap penggunana Soal Tes Asesmen Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Orang Tuannya... 120

Tabel 4.21 Deskripsi Capaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa ... 123

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen Karakter ... 18

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karaker ... 78

Gambar 3. 1 Bagan Prosedur Pengembangan (Borg and Gall, 1998) ... 84

Gambar 3. 2 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ... 101

Gambar 4.1Contoh Potongan Film Soal Tes Hasil Pendidikan Karakter ... 106

(18)

xvii

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Tabulasi Efektivitas ... 147

Lampiran 2 Tabulasi Capaian Hail ... 157

Lampiran 3 Tabulas Validitas dan Reliabilitas ... 170

Lampiran 4 Lampiran Perbedaan Penilaian Siswa Terhadap Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 174

Lampiran 5 Lembar Jawab ... 185

Lampiran 6 Lembar Penilaian ... 186

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 187

Lampiran 8 MoU ... 188

Lampiran 9 Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penelitian ... 189

Lampiran 10 Daftar Hadir ... 190

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

batasan istilah. Paparan bersifat singkat, ringkas dan padat.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sesungguhnya merupakan suatu usaha untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut tentunya sejalan dengan

Undang-Undang Nomor. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Pendidikan Nasional

yang menyatakan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab” Kemendiknas, (2010). Oleh sebab itu,

diperlukannya evaluasi atau penilaian mengenai hasil pelaksanaan pendidikan

karakter di sekolah-sekolah.

Lalu, bagaimana selama ini guru-guru melakukan evaluasi terhadap

hasil pendidikan karakter? Apakah evaluasi yang dilakukan sudah memenuhi

standar yang baik? Apakah sudah cukup efektif evaluasi yang dilakukan

untuk mengukur karakter peserta didik? Kenyataannya pemerintah belum

mengembangkan pengukuran atau alat tes atau model evaluasi yang

(20)

di SMP. Kalaupun ada, model evaluasi yang digunakan hanya mengukur

sebatas pada skala sikap dan berhenti pada skala kognitif saja, mestinya

capaian pendidikan diukur sampai pada takaran tindakan. Maka, tidak heran

apabila masih banyak penyimpangan perilaku di kalangan pelajar seperti:

mencontek, klitih, tindakan kriminalitas, bullying, berkata-kata kasar,

melawan orang tua, dan kejadian pada 11 Februari 2018 lalu dimana ada

tawuran antar-remaja di Ciracas, pelajar SD dan SMP tewas.

(Barus, 2016) mengatakan “perlu dilakukan evaluasi komprehensif

tentang keterlaksanan, hambatan-hambatan, dan efektivitas pendidikan

karakter yang telah berlangsung”. Maka dari itu, untuk melakukan evaluasi

dibutuhkan juga proses penilaian (asesmen) dan hasil tes. Guna memperoleh

hasil tes tentunya dibutuhkan suatu alat pendukung berupa alat tes atau alat

ukur yang memadai agar dapat mengetahui sejauh mana pendidikan karakter

sudah berjalan secara efektif di sekolah. Sayangnya, dalam pendidikan

karakter di Indonesia masih minim perhatian dari pemerintah dalam

penggunaan alat tes penilaian karakter peserta didik. Hal itu nampak dari

belum tersediannya model evaluasi yang digunakan untuk menilai pendidikan

karakter peserta didik. Kalaupun ada, model evaluasi yang digunakan hanya

mengukur sebatas pada skala sikap dan berhenti pada skala kognitif saja,

mestinya capaian pendidikan diukur sampai pada tataran tindakan.

Selama ini model evaluasi hanya dalam bentuk observasi, skala sikap,

dan penerapan sistem poin, yang tentunya memiliki kelemahan dan

(21)

Penerapan sistem poin yang berasumsi bahwa pelanggaran

pelanggaran „kejahatan‟ siswa harus dihitung, dicatat, dan ditakar

sangat tidak berakar dan tidak memanusiakan. Mengambil pandangan yang sepenuhnya negative pada anak dengan menganggap bahwa anak dilahirkan berdosa dan jahat dan bahwa adalah tugas pendidikan untuk memperbaiki ini melalui hukuman dan melatih ketaatan, merupakan langkah awal kekeliruan dalam penerapan sistem poin.

Maka untuk itu, tim penelitian sosial, humaniora dan pendidikan (PSHP)

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma merancang suatu

model evaluasi hasil pendidikan karakter.

Model pendidikan Karakter di SMP Berbasis Layanan Bimbingan

Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning telah

dikembangkan melalui penelitian Stranas tahun 2014-2016 tentang prototipe

soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter. Penelitian

tahun 2014-2016 membuktikan bahwa 440 soal karakter yang di uji ternyata

valid, reliabilitasnya sangat bagus, memiliki daya beda yang baik, dan

memiliki tingkat kesukaran yang berdiferensiasi. Soal-soal yang

dikembangkan sudah memberikan bukti cukup baik, namun pengujian

efektivitasnya perlu dilanjutkan dan diujikan pada wilayah yang lebih luas.

Sedangkan, model asesmen/evaluasinya belum dikembangkan.

Model pendidikan karakter hasil pengembangan tahun 2014-2016

tersebut perlu diinternalisasikan pada skala nasional. Untuk itu, diterbitkan

Buku Pendidikan Karakter di SMP jilid 1, 2, dan 3 (ber-ISBN) dan

dipublikasikan secara nasional. Sambil membangun legitimasi dan gerakan

habitualisasi produk penelitian tersebut pada 10 SMP secara nasional,

sustainabilitas proses penelitian pengembangan ini perlu dilanjutkan dengan

(22)

berupa Model Asesmen Pendidikan Karakter di SMP Berbasis Media Film

Karakter, yang diharapkan dapat digunakan guru mata pelajaran dan

khususnya guru BK dalam melaksanakan asesmen pendidikan karakter yang

lebih efektif, objektif, valid, praktis, dan berkeadilan di SMP (Barus, 2017).

Bila meninjau dari hasil penelitia Barus (2017) yang menjelaskan bahwa:

most of the respondents (73%) acknowledge that the character education assessment is very important, while 25% of 51 teacher considered the assessment as important and only 1 person (2%) rated it

as less important,” artinya, asesmen hasil pendidikan karakter dianggap penting oleh (73%) responden hal tersebut penting untuk mengetahui tingkat manakah perilaku peserta didik yang tercermin berkarakter mengalami peningkatan dan sampai tingkat manakah peserta didik berkembang dalam hal mempraktikan karakter tersebut. Upaya untuk mengukur keberhasilan pendidikan karakter memang bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan dan aspek-aspek yang perlu untuk diperhitungan dan dipertimbangan dalam menilai karakter siswa. Aspek-aspek seperti latar belakang keluarga, lokasi tempat tinggal, pekerjaan, status sosial ekonomi dan aspek psikologi perkembangan. Aspek-aspek tersebut kemungkinan besar dapat mempengaruhi penyerapan pendidikan karakter yang diberikan oleh keluarga, sekolah bahkan lingkungan sekitar anak bertumbuh.

Banyak tantangan dan aspek-aspek yang perlu untuk diperhitungkan

dan dipertimbangkan dalam menilai karakter siswa. Aspek-aspek seperti latar

belakang keluarga, lokasi tempat tinggal, pekerjaan orang tua, perekonomian,

latar belakang pendidikan orang tua, suku, dan status orang tua. Perbedaan

ini terdapat dalam diri siswa yang status sosial ekonomi orang tuanya tinggi,

sedang, dan rendah menaruh perhatian atau menginternalisasi pentingnya

pendidikan karakter yang akan membentuk karakter dirinya dan karakter

orang-orang di sekitarnya.

Apabila melihat status sosial ekonomi orang tua yang sangat tinggi

(23)

lebih tinggi dari pada siswa yang status sosial ekonomi orang tuanya sedang ,

dan status sosial ekonomi yang rendah. Keluarga merupakan tempat

pembentukan karakter anak yang utama, terlebih pada masa-masa awal

pertumbuhan mereka pada tahap remaja. Hal ini di dukukung dengan

pendapat Gerungan (2004) yang menyatakan bahwa keadaan status sosial

orang tua mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak, adanya

perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak dalam

keluarga lebih luas maka dapat memberikan kesempatan untuk

mengembangkan berbagai kecakapan.

Maka Tim Peneliti Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP)

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Barus (2017) merancang

suatu model evaluasi dalam bentuk tes berbasis film. Barus (2017) menegaskan

model pendidikan Karakter di SMP Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal

Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning telah dikembangkan

melalui penelitian Stranas tahun 2014-2016, namun model penilaiannya belum

dikembangkan. Tim pengembang asesmen hasil pendidikan karakter telah

berhasil menyusun 440 soal tes hasil pendidikan karakter dan dalam pengujian

terbatas ternyata valid, reliabilitasnya sangat bagus, memiliki daya beda yang

baik, dan memiliki tingkat kesukaran yang berdiferensiasi. Soal-soal yang

dikembangkan sudah memberikan bukti cukup baik, namun pengujian kualitas

dan efektivitasnya perlu dilanjutkan dan diuji pada wilayah yang lebih luas.

Media film ini dipilih karena film lebih menggambarkan aspek sikap,

(24)

dibandingkan dengan pengukuran metode lainnya. Sesuai dengan kekuatan

film menurut Kustandi & Sutjipto (2013) bahwa film dapat menyajikan suatu

proses dengan lebih efektif dibandingkan dengan media lain, film dapat

melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika

membaca, berdiskusi, dan praktik. Film ini berdurasi 1-2 menit yang

memvisualisasikan dilema moral, berdasarkan film tersebut siswa diminta

untuk menjawab soal-soal yang menyertainya.

Penggunaan evaluasi berbasis film dirasa efektif karena langsung

menyentuh pada dilema-dilema moral remaja. Film-film yang akanditampilkan

sesuai dengan nilai-nilai karakter peserta didik di SMP untuk lebih secara nyata

merasakan dan memahami dilema moral yang terjadi. Sehingga yang dinilai

bukan hanya perilaku anak yang bermasalah saja, namun semua peserta didik

yang ada di sekolah. Tidak ada lagi penilaian objektivitas (like and dislike) dan

tidak ada lagi kelemahan-kelemahan observasi yang dapat ditutupi oleh guru.

Berdasarkan telah kebutuhan di atas, peneliti sebagai mahasiswa Program

Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma bersama tim pada

kesempatan ini peneliti ingin melanjutkan tahapan penelitian dan

pengembangan (Research and Development) yang sudah terlebih dahulu di

dilakukan oleh Tim Penelitian Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP)

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma (2017)

sampai pada tahap ke 6. Oleh sebab itu, peneliti ingin melanjutkan pengujian

(25)

mengangkat topik tentang Analisis Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes

Asesmen Hasil Pendidikan Karakter di SMP.

Penelitian ini akan memasuki tahapan diseminasi model dan hilirisasi

produk. Dari hasil penelitian sebelumnya belum diketahui efektivitas soal tes

ini dilihat berdasarkan status sosial ekonomi orang tua. Maka peneliti tertarik

untuk mengangkat judul “Validasi Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter pada Siswa Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Orang Tuanya di 10 SMP di Indonesia”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah di atas, dapat

diidentifikasi berbagai masalah, sebagai berikut:

1. Penilaian karakter siswa kebanyakan mengandalkan observasi, kurang

objektif dan kurang berkeadilan dalam menilai karakter siswa, guru

hanya menerapkan sistem penilaian dengan mengira-ngira saja dan besar

kemungkinan mengandung unsur subjektifitas yang tinggi atau like and

dislike.

2. Penilaian pendidikan karakter yang ada terlalu fokus mengukur peserta

didik yang bermasalah saja dan tidak menyeluruh.

3. Para guru belum mengenal cara lain untuk mengukur karakter peserta

(26)

4. Sampai sekarang pelaksanaan pendidikan karakter, terutama di SMP

masih berada dalam tahap pengetahuan/kognitif dan belum sampai pada

tahap internalisasi kehidupan sehari-hari.

5. Model evaluasi yang dilakukan selama ini hanya menggunakan paper

based test, wawancara/tanya jawab, cerita, observasi, penilaian diri, dan

pengamatan. Hal ini dinilai kurang optimal, sehingga peserta didik

kurang menghayati/menginternalisasi dalam kehidupan mereka.

6. Belum pernah dilakukan evaluasi pendidikan karakter berbasis film pada

siswa berdasarkan latar belakang status sosial ekonomi orang tua.

7. Beberapa SMP di Indonesia belum pernah melaksanakan model

pengukuran karakter menggunakan soal tes asesmen penelitian

pendidikan karakter berbasis film.

8. Penggunaan film dirasa cukup efektif dalam memperkenalkan

kasus-kasus degradasi moral, dilema moral, dan pertentangan nilai yang sering

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari pada siswa SMP, dibandingkan

hanya dengan menyebar kuesioner, wawancara, ataupun cerita kepada

peserta didik.

C. Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan mengingat berbagai

keterbatasan peneliti, maka fokus kajian diarahkan untuk menjawab

masalah-masalah pada butir 7, 8, dan 11. Fokus penelitian ini diarahkan pada tahap

(27)

pendidikan karakter siswa berbasis film pada wilayah yang lebih luas dengan

karakteristik (status sosial ekonomi orang tua.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dirumuskan permasalahan

yang menjadi fokus penelitian dan pengembangan (research and

development) sebagai berikut:

1. Seperti apa produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis

film karakter yang di ujicobakan di 10 SMP di Indonesia ?

2. Seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil penelitian pendidikan

karakter berbasis film karakter yang di ujicobakan di 10 SMP di

Indonesia?

3. Menurut penilaian siswa kualitas efektifitas apa saja yang terpenuhi

dalam soal tes asesmen yang dikembangkan tersebut?

4. Seperti apa capaian hasil pendidikan karakter siswa yang diukur dengan

menggunakan soal tes yang dikembangkan tersebut pada sepuluh di 10

SMP di Indonesia ?

5. Apakah terdapat perbedaan penilaian siswa dari status sosial ekonomi

orang tua terhadap efektifitas penggunaan soal tes asesmen hasil

pendidikan karakter berbasis film karakter di Indonesia ?

6. Apakah terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter

berdasarkan status sosial ekonomi orang tua dengan menggunakan

(28)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menghasilkan soal tes asesmen pendidikan karakter berbasis film

karakter yang diujicobakan di 10 SMP di Indonesia.

2. Mengukur seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil penelitian

pendidikan karakter berbasis film yang dikembangkan berdasarkan nilai

validitas dan reliabilitas.

3. Memperoleh informasi mengenai nilai-nilai efektifitas yang terbukti

sangat efektif, efektif, dan cukup efektif menurut penilaian siswa dalam

penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film

karakter menurut penilaian siswa di 10 SMP di Indonesia.

4. Memperoleh informasi mengenai capaian hasil pendidikan karakter yang

diukur dengan menggunakan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter

berbasis film karakter di 10 SMP di Indonesia.

5. Memperoleh informasi mengenai perbedaan penilaian siswa dari status

sosial ekonomi orang tua terhadap efektifitas penggunaan soal tes

asesmen pendidikan karakter berbasis film karakter di 10 SMP di

Indonesia.

6. Memperoleh informasi mengenai perbedaan hasil pendidikan karakter

dari soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter

(29)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk semua pihak, baik itu

manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari

penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan bahan

kajian tentang efektivitas penilaian karakter siswa di SMP serta

diharapkan mampu menambah wawasan dan pengembangan penelitian

serupa terutama pada ranah pendidikan karakter.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah

Penelitian ini memberikan sumbangan mengenai

evaluasi/penilaian pengukuran pendidikan karakter menggunakan soal

tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter. Selain

itu penelitian ini juga dilaksanakan dalam rangka untuk

perbaikan/optimalisasi sistem penilaian dan pelaksanaan pendidikan

karakter di Indonesia.

b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi kepala

sekolah dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam

pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Bagi guru pendidik

karakter (konselor sekolah/guru BK dan guru mata pelajaran) di SMP,

(30)

memberikan suatu model asesmen pendidikan karakter berbasis media

film yang lebih efektif (fisibel, realistik, ekonomis, relatif praktis dan

mudah digunakan) untuk mengukur hasil pendidikan karakter di

sekolah.

c. Bagi lembaga pendidikan

Prosedur dan hasil penelitian pengembangan ini dapat

digunakan sebagai bahan referensi alternatif untuk pengembangan

konsep bimbingan dan konseling pendidikan karakter di sekolah,

kususnya di SMP.

d. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui, memahami efektifitas model

penilaian pendidikan karakter melalui soal tes asesmen pendidikan

karakter berbasis film. Selain itu peneliti juga berkesempatan untuk

membuat dan mengaplikasikan soal tes asesmen pendidikan karakter

berbasis media film di sekolah.

e. Bagi peneliti lain

Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh penelitia lain

sebagai refrensi dalam mengembangkan penelitian dengan topik

pendidikan karakter di sekolah. Selain itu penelitian ini juga dapat

digunakan peneliti lain sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi

peneliti yang berminat meneliti pengembangan soal tes hasil

pendidikan karakter berbasis media film guna meningkatkan karakter

(31)

G. BATASAN ISTILAH

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Efektivitas adalah suatu keadaan/kondisi untuk mengukur kegiatan

tertentu apakah dapat berhasil sesuai dengan target yang telah ditentukan

atau tidak. Target tersebut dapat dilihat melalui kuantitas, kualitas, dan

waktu pelaksanaan kegiataan, dimana ketika semakin tinggi presentase

target yang dicapai maka efektivitasnya juga akan semakin tinggi.

2. Soal tes adalah seperangkat pernyataan/pertanyaan yang berbentuk

dilema moral dan memuat beberapa pertanyaan seputar pendidikan

karakter untuk mengukur perilaku secara objektif.

3. Asesmen hasil adalah merupakan proses untuk mengetahui apakah proses

dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau

kriteria yang ditetapkan.

4. Pendidikan karakter adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh lembaga

sekolah melalui guru yang memiliki tujuan untuk membentuk karakter

pribadi siswa secara otentik dan mengarah pada perilaku/karakter yang

baik demi kemajuan penerus bangsa.

5. Penggunaan film sebagai media film adalah potongan-potongan video

yang berkaitan dengan dilema moral pada kebanyakan anak SMP dan

dapat mengukur tentang sejauh mana siswa menginternalisasi video

tersebut dalam kehidupannya.

6. Status sosial ekonomi tinggi adalah golongan kaya raya seperti golongan

(32)

7. Status sosial ekonomi sedang adalah kaum profesional dan para pemilik

toko dan bisnis yang lebih kecil.

8. Status sosial ekonomi rendah adalah golongan yang memperoleh

pendapatan atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang

(33)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori yang dijadikan dasar untuk membangun

kerangka konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka dalam bab ini peneliti

mengemukakan beberapa konsep yang berhubungan dengan variabel penelitian,

yaitu hakikat pendidikan karakter di sekolah; hakikat evaluasi, asesmen dan tes;

hakikat asesmen pendidikan karakter di sekolah; media film dalam pendidikan

karakter; hakikat status sosial ekonomi; kajian penelitian yang relevan, dan

kerangka pikir.

A. Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah 1.Pengertian Karakter

Scerenko (Samani & Hariyanto, 2011: 41) mendefinisikan bahwa

karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan

ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu

kelompok atau bangsa. Sedangkan, Berkowitz (Doni Koesoema, 2012: 25)

mendefinisikan karakter sebagai “sekumpulan ciri-ciri (characteristics)

psikologis yang memengaruhi kemampuan dan kecondongan pribadi agar

dapat berfungsi secara moral.” Ia juga mengatakan bahwa segala hal yang

menumbuhkan kehidupan psikologis siswa secara sehat dan dewasa

merupakan bentuk nyata dari pendidikan karakter.

Samani & Hariyanto (2011: 41) mengungkapkan bahwa:

(34)

manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika.

Menurut Pritchard (Koesoema, 2012: 27) karakter adalah “a

compex set of relatively persistent qualities of the individual person, and

the term has a definite positive connotation when it is used in discussions

of moral education.”Artinya, karakter merupakan sekumpulan kualitas

moral yang relative stabil dalam diri seseorang.Karakter ini memiliki

konotasi positif ketika diterapkan dalam diskusi moral.

Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa karakter

merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang:

mentalitas, sikap, cara berpikir, dan perilaku berdasarkan norma-norma

agama, budaya, adat istiadat sehingga seseorang berusaha melakukan hal

yang baik dalam bentuk nyata di kehidupan sehari-hari.

Berkowitz (Koesoema, 2012: 25) mendefinisikan karakter sebagai

sekumpulan karakter psikologis yang memengaruhi kemampuan dan

kecondongan pribadi agar dapat berfungsi secara moral. Sedangkan

menurut Pritchard (Doni Koesoema, 2012: 27) karakter adalah “a compex

set of relatively persistent qualities of the individual person, and the term

has a definite positive connotation when it is used in discussions of moral

education.” Artinya, karakter merupakan sekumpulan kualitas moral yang

(35)

ketika diterapkan dalam diskusi moral. Dalam buku yang ditulis oleh

Samani & Hariyanto (2011: 41) mengungkapkan bahwa:

karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika.

Lickona (Akhwan, 2014: 61) mengatakan bahwa karakter berkaitan

dengan ketiga komponen, yaitu konsep moral (moral knowing), sikap

moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Ia juga

mengatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang

kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan

kebaikan. Berkaitan dengan hal tersebut, Yaumi (2014: 7) mengatakan

bahwa komponen karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan,

kekuatan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang

lain melalui tindakan. Ia juga mengatakan, karakter seseorang terpisah dari

moralitasnya, baik buruknya karakter tergambar dalam moralitas yang

dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang merupakan perwujudan dari

karakter. Kebenaran tidak akan terbangun dengan sendirinya tanpa adanya

karakter. Moralitas dan kebenaran yang telah terbentuk merupakan

perwujudan dari perbuatan baik. Kebaikan inilah yang mendorong suatu

kekuatan dalam diri seseorang untuk menegakkan keadilan. Kebenaran,

kebaikan, dan kekuatan sikap adalah bagian integral yang menyatu dengan

(36)

Gambar 2.1 Komponen Karakter

Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa moral dan

karakter adalah dua hal yang berbeda. Moral berarti pengetahuan

seseorang terhadap hal baik atau buruk, sedangkan karakter adalah

tabiat, tindakan/kebiasaan seseorang yang langsung ditentukan oleh

otak. Meskipun keduanya memiliki arti yang berbeda, namun moral

dan karakter memiliki keterkaitan. Karakter memiliki makna lebih

tinggi dari pada moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang

benar dan mana yang salah. Moral merupakan salah satu komponen

yang membentuk karakter individu ketika moral behavior dapat

dilakukan secara berulang. Maka, dapat dikatakan karakter adalah

suatu kebiasaan (habituation) untuk melakukan yang baik berdasarkan

pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan

melakukan perbuatan kebaikan.

Moralitas

Kebenaran Sikap KARAKTER

(37)

2.Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Kevin Ryan dan Bohlin (dalam Fathurrohman, dkk; 2013)

pendidikan karakter adalah upaya sungguh-sungguh untuk membantu

seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti

nilai-nilai etis. Kemudian ia menambahkan, karakter mulia meliputi

pengetahuan tentang kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan

kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan , dan

akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Karakter mengacu kepada

serangkaian pengetahuan, sikap dan motivasi.

Ramli (dalam Fathurrohman, dkk; 2013) memaparkan pendidikan

karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral

dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak,

supaya menjadi manusia yang baik.

Burke (Samani & Hariyanto, 2011: 43) juga mengatakan bahwa

“pendidikan karakter semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran

yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang

baik.” Sedangkan, menurut Samani & Hariyanto (2011: 44) “pendidikan

karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk

menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,

raga, serta rasa dan karsa.” Mereka juga menyampaikan bahwa pendidikan

karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,

pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan

(38)

memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam

kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan karakter menurut ahli

di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter usaha membantu

siswa untuk memahami, peduli, bertindak dengan mengoptimalkan potensi

siswa yang disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya. Tujuannya

untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik.

3.Tujuan, Fungsi, dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

a.Tujuan pendidikan karakter

Pendidikan karakter diselenggarakan untuk mewujudkan

manusia yang berakhlak mulia dan bermoral baik sehingga

kelangsungan hidup dan perkembangan manusia dapat dijaga dan

dipelihara. Lickona (2012) menjelaskan bahwa pendidikan karakter

mengharapkan peserta didik semakin mampu menilai, peduli dan

bertindak sesuai dengan kebenaran yang diyakini. Artinya pendidikan

karakter menjadi bekal bagi peserta didik dalam menggapai persoalan

yang terjadi di masyarakat dengan prinsip nilai-nilai yang diyakini

kebenarannya.

Kemendiknas (2010:3) mengatakan bahwa pendidikan karakter

bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter

bangsa yaitu Pancasila, meliputi:

1) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

(39)

2) Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.

3) Mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sifat

percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai

umat manusia.

b. Fungsi pendidikan karakter

Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 97) fungsi pendidikan

karakter adalah:

1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk

menjadi prilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki

sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter dan karakter

bangsa.

2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk

bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik

yang lebih bermartabat.

3) Penyaring: untuk menyaring karakter-karakter bangsa sendiri dan

karakter bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter

dan karakter bangsa.

c. Prinsip-prinsip pendidikan karakter

Menurut Direktorat pembinaan SMP (Fathurrohman, 2013:

145-146). Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip

sebagai berikut:

(40)

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan, dan perilaku.

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter.

4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan

perilaku yang baik.

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan

menantang, yang menghargai semua peserta didik, membangun

karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para peserta didik.

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada

nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter.

10)Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra

dalam usaha membangun karakter.

11)Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai

(41)

4.Nilai-Nilai Karakter yang Ditanamkan dalam Pendidikan

Berdasarkan Pusat Kurikulum Balitbang Diknas (Suparno, 2015)

terdapat 18 nilai karakter yang perlu dikembangkan untuk peserta didik.

Kedelapan belas nilai beserta deskripsi untuk masing-masing nilai

dijelaskan sebagai berikut.

a. Nilai religious

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan

hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan.

c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

gender, jenis kelamin, pendapat, sikap dan tindakan oranglain yang

bereda dari dirinya.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

(42)

e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan

tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil

baru dari esuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada oang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan

didengar.

j. Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

(43)

k. Cinta tanah air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat pada diri seseorang yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, serta penghargaan tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan

politik bangsa.

l. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu

berguna bagi masyarakat, serta menghormati keberhasilan orang

lain.

m. Bersahabat/komunikatif

Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan

bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa

senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan

yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegh kerusakan pada

lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya

(44)

q. Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang

lain dan masyarakat yang membutuhkan tanpa melihat pengkotakan

sosial. Baik agama, budaya, gender, jenis kelamin, dan status sosial.

r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas serta

kewajiban yang seharusnya dilakukan.

Beberapa karakter tersebut yang peneliti jadikan landasan untuk

mengukur karakter beberapa anak SMP di Indonesia. Karakter-karakter

tersebut diciptakan dalam bentuk potongan film pendek yang diikuti dengan

soal-soal karakter yang sesuai dengan potongan film tersebut.

5.Nilai-nilai Karakter untuk SMP

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial,

peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah

teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima,

yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan (1) Tuhan

Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, dan (4) lingkungan,

serta (5) kebangsaan. Namun demikian, penanaman kedelapanpuluh nilai

tersebut merupakan hal yang sangat sulit. Oleh karena itu, pada tingkat SMP

dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan dari butir-butir Standar

Kompetensi Kelulusan (SKL) SMP (Permen diknas nomor 23 tahun 2006)

dan SK/KD (Permen diknas nomor 22 tahun 2006). Berikut adalah daftar

(45)

1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius) Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri: a. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

b. Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.

c. Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

f. Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

g. Berjiwa wirausaha

(46)

untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

k. Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. 3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.

a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

b. Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

c. Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

d. Santun

(47)

e. Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin

memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

5. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan

bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

a. Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. b. Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

B.Hakikat Evaluasi, Asesmen, dan Tes 1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes

a. Pengertian Evaluasi

Di dunia pendidikan evaluasi dapat diartikan sebagai proses

yang dilakukan seorang (evaluator) untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara

berkesinambungan. Hal ini diungkapkan dalam UU No. 20 2013 pasal

(48)

peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau kemajuan dan

perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Arikunto (2004: 1), evaluasi adalah kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang

selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif

yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam

hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi

pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil

berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Wringston (Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa “evalusi

adalah penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah

tujuan atau nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.” Sedangkan,

Lessingner (Wulan & Rusdiana, 2014) mendefinisikan bahwa

“evaluasi adalah sebagai proses penilaian dengan jalan

membandingkan antara tujuan yang diharapkan dengan

kemajuan/prestasi nyata yang dicapai.”

Gay, (Sukardi, 2014: 8) berpendapat bahwa evaluasi adalah

sebuah proses sistematis pengumpulan dan penganalisisan data untuk

pengambilan keputusan. Jadi, evaluasi adalah proses penilaian,

pengumpulan, dan menganalisis data atau suatu kejadian pada

(49)

b. Pengertian Asesmen (Penilaian)

Linn dan Grounlund (Uno dan Koni, 2012:1) menegaskan

“asesemen (penilaian) adalah prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi, rata-rata

pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar.”

Sarwiji Suwandi (2009: 7) mengatakan bahwa “penilaian adalah suatu

proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program

kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah

ditetapkan.”

Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk

memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh

tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya

digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya

(Depdiknas, 2001). Jadi, penilaian adalah suatu kegiatan

mengumpulkan dan menganalisis data tentang suatu proses dan hasil

belajar siswa untuk mendapatkan informasi, apakah hasil yang

diperoleh sudah sesuai dengan tujuan atau standar yang ditetapkan atau

belum.

c. Pengertian Tes

Zainul dan Nasution (2001) mendefinisikan tes sebagai pertanyaan

atau tugas seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh

informasi tentang sesuatu atribuy pendidikan atau suatu atribut

(50)

tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus

dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan

penguasaan suatu materi dan sesuai dengan persyaratan tertentu. Pada

dasarnya tes digunakan sebagai alat ukur yang sering digunakan

dalam penilaian pembelajaran di dunia pendidikan.

Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 67) mengatakan bahwa “tes

merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus

ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang

dites.” Arikunto (2012) menegaskan “tes adalah suatu cara untuk

melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus

dikerjakan siswa.”

Menurut Brown (Elis Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 128), “a

test as a systematic procedure for measure a sample of behavior”,

yang menjelaskan bahwa pada prinsipnya suatu tes merupakan suatu

prosedur sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku

seseorang.Jadi, tes adalah suatu ukuran penilaian yang dijadikan

patokan oleh individu (guru) untuk mengukur kemampuan individu

yang diberikan tes (siswa).

2. Tujuan dan Fungsi Asesmen

a. Tujuan Asesmen

Menurut pedoman penilaian Depdikbud (Jihad & Haris. 2008:

63), tujuan penilaian adalah “untuk mengetahui kemajuan belajar

(51)

sekaligus memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan

belajar.” Jihad & Haris (2008: 63) mengatakan bahwa “tujuan

penilaian untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan atau

kesulitan belajar siswa, dan sekaligus memberi umpan balik yang

tepat.”

Menurut Suwandi, Sarwiji (2009: 14) secara umum semua jenis

penilaian berbasis kelas bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta

didik di sekolah, mempertanggungjawabkan penyelenggaraan

pendidikan kepada masyarakat, dan untuk mengetahui ketercapaian

mutu pendidikan secara umum.

b. Fungsi Asesmen

Supranata & Hatta (Suwandi, Sarwiji. 2009: 15) penilaian

berbasis kelas memiliki sejumlah fungsi, yaitu sebagai bahan

pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas, umpan balik dalam

perbaikan program pengajaran, alat pendorong dalam meningkatkan

kemampuan peserta didik, dan sebagai alat untuk peserta didik

melakukan evaluasi terhadap kinerjanya serta bercermin diri

(instropeksi) misalnya melalui portofolio.

Menurut Nana Sudjana (Jihad & Haris. 2008: 56) penilaian

(asesmen) berfungsi sebagai:

1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional.

Dengan fungsi ini maka penilaian (asesmen) harus mengacu

(52)

2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan

mungkin dapat dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan

belajar siswa, strategi mengajar guru.

3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan siswa kepada

orangtuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan dan

kecakapan belajar siswa dalam bentuk-bentuk nilai-nilai prestasi

yang dicapainya.

3. Ruang Lingkup Asesmen

Uno, Hamzah, dan Satria Koni (2012:17) menjelaskan isi model

penilaian kelas meliputi konsep dasar penilaian kelas, teknik penilaian,

langkah-langkah pelaksanaan penilaian, pengolahan hasil penilaian serta

pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian. Dalam konsep penilaian,

dijelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian, manfaat penilaian, fungsi

penilaian, dan rambu-rambu penilaian. Teknik penilaian akan menjelaskan

berbagai cara dan alat penilaian.

4. Prinsip-prinsip Asesmen

Menurut Depdiknas (2004 dan 2006) ada enam prinsip dasar berbasis

kelas yang harus dipedomani guru saat melakukan asesmen. Prinsip –

prinsip tersebut antara lain:

a. Validitas

Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam

melakukan penilaian harus “menilai apa yang seharusnya dinilai dan

(53)

dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur

kompetensi”.

b. Reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil

penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan

yang reliable, menjamin konsistensi, dan kepercayaan.

c.Terfokus pada kompetensi

Penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian

kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).

d. Komprehensif

Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh

ranah yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan menggunakan

beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau

kemampuan siswa sehingga tergambar profil kemampuan siswa.

e. Objektivitas

Proses penilaian yang dilakukan harus dilaksanakan secara

obyektif. Artinya, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan,

menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa, dan menerapkan

kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka

(skor).

f. Mendidik

Penilaian dapat memberikan sumbangan positif bagi peningkatan

(54)

memberikan umpan balik dan motivasi kepada peserta didik untuk lebih

giat belajar.

Menurut Jihad & Haris (2008: 63) sistem penilaian dalam

pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun penilaian

akhir, hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip sebagai

berikut:

a. Menyeluruh, artinya penguasaan kompetensi dalam mata pelajaran

hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi,

kemampuan dasar serta keseluruhan indikator ketercapaian, baik

menyangkut dominan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap,

perilaku, dan nilai), serta psikomotor (keterampilan), maupun

menyangkut evaluasi proses dan hasil belajar.

b. Berkelanjutan, artinya penilaian seharusnya direncanakan dan

dilakukan secara terus menerus guna mendapatkan gambaran yang

utuh mengenai perkembangan hasil belajar siswa sebagai dampak

langsung (dampak instruksional/pembelajaran) maupun dampak

tindak langsung (dampak pengiring/nurturan effect) dari proses

pembelajaran.

c. Berorientasi pada indikator ketercapaian, artinya sistem penilaian

dalam pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian

yang sudah ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan

(55)

d. Sesuai dengan pengalaman belajar, artinya sistem penilaian dalam

pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya.

5. Jenis-jenis Asesmen

Menurut Uno dan Koni (2012) jenis-jenis asesmen dilaksanakan

dalam berbagai teknik, seperti: penilaian kinerja (performance), penilaian

sikap, dan penilaian tertulis (paper and pencil test, penilaian proyek, dan

penilaian diri/self assessment).

Menurut Subali (2016) berdasarkan ragam jenisnya, asesmen

dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Asesmen penempatan.

Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap

masing-masing peserta didik sebelum menempuh program pengajaran.

Tujuannya yaitu untuk mengetahui penguasaan kemampuan prasyarat

masing-masing peserta didik yang diperlukan dalam proses

pembelajaran yang akan diselenggarakan bila diperlukan adanya

kemampuan yang ditargetkan.

b. Asesmen formatif

Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap

masing-masing peserta didik selama menempuh kegiatan

pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui apakah setiap peserta

didik melaju dengan baik selama proses pembelajarannya sampai

akhir program sehingga kegiatan belajar selanjutnya menjadi lebih

(56)

c. Asesmen sumatif

Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing peserta didik

setelah selesai menempuh suatu program pembelajaran.Tujuannya

untuk menentukan nilai akhir masing-masing peserta didik yang

menempuh suatu program pembelajaran untuk selanjutnya dapat

ditetapkan apakah seorang peserta didik dinyatakan berhasil atau

gagal. Jika berhasil peserta didik tersebut akan diberi sertifikat karena

telah menguasai kecakapan atau keterampilan tertentu yang

ditargetkan dalam program pembelajaran yang dirancang.

d. Asesmen konfirmatori

Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing orang yang

ingin dinilai tanpa dilakukan dengan kegiatan pembelajaran yang

ditempuh.Asesmen konfirmatori dilaksanakan melalui pengukuran

yang menggunakan instrument yang sah dan handal dalam hal

kegiatan pembelajaran, asesmen konfirmatori dapat dilakukan oleh

pihak eksternal. Pemerintah menerapkan ujian nasional untuk

menetapkan setiap peserta didik untuk dinyatakan lulus dan tidak lulus

dalam menguasai kompetensi yang diterapkan.

Menurut Prijowuntato(2016: 60-66) alat yang dapat digunakan

untuk menilai ketercapaian konpetensi siswa dapat dibedakan menjadi

Gambar

Tabel 4.18 Pengkategorisasian ....................................................................................
Gambar 3. 1 Bagan Prosedur Pengembangan (Borg and Gall, 1998)  ......... 84
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter
Gambar 3. 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Luas gejala penyakit antraknosa daun cabai pada 7 hari setelah inokulasi (hsi) dengan perlakuan induksi resistensi R. acutatum) 0,0000 a.. Keterangan: Angka

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumna, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan input produksi luas lahan, tenga kerja, benih, pupuk Urea, pupuk NPK, pupuk

Hijauan dari tanaman murbei merupakan tanaman yang dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah iklim tropis mempunyai kandungan protein yang tinggi (>20%) dan juga sangat disukai

gazdasági évi termőterületére vonatkozó várako- zásait, amely szerint a növény az egy évvel korábbinál közel 1 százalékkal kisebb területet, világszerte 181,2 millió

M EMENUHI Berdasarkan hasil pemeriksaan antara data penerimaan bahan baku, hasil produksi, penjualan dan dokumen ekspor dalam periode bulan Agustus 2015

Pendirian rumah sakit gigi mulut pendidikan harus memperhatikan semua aspek yang dibutuhkan seperti lahan, ruang, peralatan medis/non medis, SDM dan organisasi kerja

Orang di sekelilingnya yaitu figur orang tua merupakan lingkungan pertama yang berpengaruh terhadap pengalaman kelekatan yang mempengaruhi pandangan individu

Adobe Flash adalah sebuah program animasi yang telah banyak digunakan oleh animator untuk menghasilkan animasi yang profesional. Di antara program-program animasi yang ada,