• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 3 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 3 BANDUNG."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kenyamanan termal pada bangunan sekolah adalah salah satu faktor penting dalam perancangan sebuah ruang khususnya di ruang kelas. Kenyamanan termal pada ruang kelas dapat menunjang proses belajar mengajar dan meningkatkan efektifitas belajar mengajar bagi peserta didik di dalam kelas. Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bandung merupakan salah satu sekolah yang berlokasi di Jalan Dewi Sartika, yang letaknya berada di tengah pusat keramaian kota dan lokasi tersebut berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk. Sekolah tersebut memiliki beberapa blok bangunan dengan arah orientasi bangunan terhadap matahari yang berbeda, kondisi tersebut berpengaruh terhadap desain ruang kelas dan kondisi kenyamanan termal yang mendukung pada proses belajar mengajar. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kenyamanan termal ruang kelas SMP Negeri 3 Bandung pada proses belajar mengajar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun dan memaparkan data tentang kondisi eksisting. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi data penelitian yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dan penyebaran angket kepada siswa. Data yang dihasilkan berupa angka-angka hasil pengukuran dilapangan dan data hasil penyebaran angket mengenai perilaku belajar siswa akibat kondisi kenyamanan termal di dalam kelas. Setelah data terkumpul kemudian data hasil pengukuran dan data hasil penyebaran angket tersebut di analisis, yang selanjutnya dibandingkan dengan standar dan kriteria yang ada. Kemudian setelah itu, hasil dari analisis tersebut di evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kenyamanan termal berpengaruh pada proses belajar mengajar sehingga dapat di tarik kesimpulannya dan dibuatkan rekomendasi desain atau saran dari hasil penelitian tersebut.

(2)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

ABSTRACT

Thermal comfort in the building of the school is one of the important factors in the design of a room, especially in the classroom. Thermal comfort in the classroom supports a learning process and improves the effectiveness of teaching and learning for students in the classroom. SMP Negeri 3 Bandung is one school located in Jalan Dewi Sartika, that is located in the center of the city and the location directly adjacent to residential areas. The school has some building blocks in the direction of orientation of the building to a different sunshine, this condition affects the classroom design and thermal comfort conditions that support the teaching and learning process. The purpose of this study is to evaluate the thermal comfort of the classroom SMP Negeri 3 Bandung in the learning process.

This study used a descriptive quantitative approach and evaluative methods. Descriptive method was used in the initial study to collect and present data on existing conditions. Evaluative method was used to evaluate the research data obtained from the field measurements and questionnaires. The data were in the form of numerical results of field measurements and questionnaires on students' learning behavior. After the data were collected, then, the measured data and the data from the questionnaires were analyzed. Then, the results were compared with existing standards and criteria. After that, the results were evaluated whether the extent of thermal comfort affects the learning process. So that, this study can make the conclusions and the recommendations for further researches.

The results of measurements in classrooms SMP Negeri 3 Bandung in December 2013 showed that classroom VIII-4 and classrooms VIII-7 7:00 to 9:00, its thermal comfort condition is in at a comfortable optimal category. At 09:00 to 11:00, the thermal comfort condition is in at a comfortable warm category, except the classroom VIII-4, the thermal comfort condition enters in the category uncomfortable. At 11:00 to 13:00, classrooms VIII-7 enters in the category of warm comfortable, but in the classroom VIII-4 enters the uncomfortable category. At 13:00 to 15:00 pm, all of classes return to the warm cozy category. From these data, it can be concluded that the VIII-4 classroom is a classroom which is not included the standard of thermal comfort, while VIII-7 classroom is a classroom which already meets the standards of thermal comfort. In the analysis of the results of a questionnaires that had been tested were obtained the following data; the classroom VIII-4 obtained the results that 11.1% of students felt very disturbed, 44.4% of learners who feel disturbed and 44.4% stated that they were not interfered with the thermal comfort conditions in the classroom. Meanwhile, in class VIII-7, the data showed 0% of students felt very disturbed, 26.8% of learners who felt disturbed and 74.2% were not interfered with the thermal comfort conditions in the classroom. If the thermal comfort conditions classes are good, the percentage of students who feel disturbed are low. This study concludes that the thermal comfort of the classroom affects the learning process.

(3)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan metode deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan

dalam penelitian awal untuk menghimpun dan memaparkan data tentang kondisi

eksisting. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi data penelitian yang

diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dan penyebaran angket kepada siswa.

Data yang dihasilkan berupa angka-angka hasil pengamatan di lapangan

secara langsung dan penyebaran angket kepada siswa mengenai perilaku belajar

akibat kenyamanan termal. Data yang dihasilkan berupa angka-angka hasil

pengukuran dilapangan dan data hasil penyebaran angket mengenai perilaku belajar

siswa akibat kondisi kenyamanan termal di dalam kelas. Setelah data terkumpul

kemudian data hasil pengukuran dan data hasil penyebaran angket tersebut di

analisis, yang selanjutnya dibandingkan dengan standar dan kriteria yang ada.

Kemudian setelah itu, hasil dari analisis tersebut dievaluasi untuk mengetahui

sejauh mana kenyamanan termal berpengaruh pada proses belajar mengajar

sehingga dapat di tarik kesimpulannya dan dibuatkan rekomendasi desain atau saran

dari hasil penelitian tersebut.

3.2 VARIABEL DAN PARADIGMA PENELITIAN

3.2.1 VARIABEL PENELITIAN

Menurut Sugiono (2013) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak

(constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Variabel merupakan sifat yang

diambil dari suatu nilai yang berbeda. Dapat disimpulkan bahwa variabel

penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari

(4)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Gambar 3.1 Diagram paradigma penelitian Sumber: Dokumentasi penelitian

Variabel pada penelitian ini terdiri dari 2 (tiga) variabel yaitu:

1. Variabel X adalah kondisi lingkungan SMPN 3 Bandung dan kondisi

kenyamanan termal yang meliputi suhu, kelembapan dan pergerakan angin.

Mengamati kondisi lingkungan sekitar dan mengukur dimensi bukaan dan

kondisi eksisting ruang kelas.

2. Variabel Y adalah perilaku belajar siswa terhadap kondisi kelas saat Proses

Belajar Mengajar (PBM) berlangsung di dalam kelas.

3.2.2 PARADIGMA PENELITIAN

3.3 DATA DAN SUMBER DATA

3.3.1 DATA

1. Data terbagi atas data primer dan data sekunder, data primer adalah data yang

diperoleh dari sumber hasil penelitian dan pengamatan dilapangan,

sedangkan data sekunder adalah data yang relevan dengan permasalahan

penelitian yang dapat berupa kajian teoritis. Berdasarkan pemaparan di atas

maka data penelitian adalah sebagai berikut:

Tinjauan dan penelitian di

Hasil penelitian mengenai evaluasi pemenuhan standar kenyamanan termal ruang kelas pada proses belajar mengajar

Kesimpulan Data standar

kenyamanan termal Evaluasi

Rekomendasi Desain

Kriteria Proses Belajar Mengajar

(5)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Data primer didapatkan dari pengamatan dan pengukuran langsung di SMPN

3 Bandung dan data hasil angket perilaku siwa tentang kenyamanan termal

ruang kelas.

3. Data sekunder didapatkan dari kajian teori yang relevan.

3.3.2 SUMBER DATA

Adapun sumber data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Data hasil observasi pengukuran tingkat kenyamanan termal menggunakan

dua alat yaitu Humiditymeter dan Anemometer di SMPN 3 Bandung.

2. Data eksisting dari dokumentasi pribadi berupa foto mengenai orintasi kelas

dan bangunan, dan bukaan jendela disetiap kelas.

3. Menggunakan data kajian teori yang relevan seperti menyebarkan angket di

dalam kelas tentang bagaimana persepsi atau tanggapan siswa dan guru

tentang kenyamanan termal saat proses belajar mengajar.

3.4 POPULASI DAN SAMPEL

3.4.1 POPULASI

Populasi yang diteliti adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto,

2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ruang kelas di SMP Negeri 3

Bandung, dimana ruangan kelas merupakan tempat berlangsungnya proses belajar

mengajar sehingga perlu diperhatikan kenyamanan termal dari pengguna ruangan

tersebut seperti guru dan yang terutama bagi peserta didik.

3.4.2 SAMPEL

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak dua kelas yang

dapat mewakili setiap blok bangunan dengan pertimbangan lokasi sesuai arah

orientasi matahari, mata angin, bukaan ventilasi yang berbeda-beda di setiap

kelasnya. Ruang kelas sampel yang diteliti yaitu ruang kelas dan beserta seluruh

peserta didik sebagai pengguna ruang kelas tersebut. Yang dijadikan kelas sampel

adalah kelas VIII-4 yang mewakili kelas dari blok A dan kelas VIII-7 mewakili

(6)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

teliti kriteria yaitu kelas VIII-4 yang memiliki orientasi timur-barat dan kelas

VIII-7 yang memiliki arah orientasi utara-selatan.

3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data merupakan bahan yang dibutuhkan untuk membuktikan suatu

penelitian. Data yang digunakan adalah data yang berupa data observasi tentang

studi kenyamanan termal di sekolah khususnya di ruang kelas. Menggunakan

statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran umum kenyamanan termal ruang

kelas, dan perilaku belajar siswa di dalam kelas. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini dilakukan sebagai bukti dari objek yang diteliti.

Dokumentasi berbentuk gambar dan kondisi eksisting dari keadaan SMPN 3

Bandung.

2. Pengukuran

Teknik pengumpulan data mengenai kenyamanan termal diukur dengan

menggunakan alat Humiditymeter dan Anemometer, yang bertujuan untuk

mengetahui tingkat kenyamanan termal ruang kelas saat proses belajar

mengajar.

Gambar 3.2Humidity meter digital (kanan) dan Anemometer (kiri)

Sumber: google image diakses November tanggal 22 jam 13.15

Ruang kelas SMPN 3 Bandung yang diambil sampel untuk diteliti dapat

(7)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu pada pukul 07.00-09.00, 09.00-11.00, 11.00-13.00 dan 13.00-15.00.

Kemudian dalam satu kelas ditentukan sembilan titik pengukuran sehingga

dapat terlihat didaerah yang mana yang kondisi kenyamanan termalnya

kurang. Tahap selanjutnya penyebaran angket mengenai perilaku belajar siswa

pada proses belajar mengajar akibat kenyamanan termal di ruang kelas yang

dijadikan acuan dalam menganalisis dan mengevaluasi kenyamanan termal

ruang kelas dan perilaku belajar siswa terkait kenyamanan termal pada proses

belajar mengajar di SMPN 3 Bandung.

3. Kuisioner Atau Angket

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini kuisioner ditujukan

unuk mengetahui perilaku siswa terkait kenyamanan termal ruang kelas saat

proses belajar mengajar. Skala yang digunakan adalah Skla Likert. Kuisioner

ini diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut:

Sangat Setuju = 4

Setuju = 3

Tidak Setuju = 2

Sangat Tidak Setuju = 1

Jawaban tiap responden dibuat dalam bentuk presentase dengan cara skor

yang dapat dibagi dengan nilai maksimal seluruh penyataan kemudian dikali

100%. Langkah selanjutnya adalah mengkategorikan nilai presentase dengan

skor maksimum 4, dengan klasifikasi sebagai berikut:

 Nilai > 60 menandakan ketegori “Sangat terganggu”

 50 ≤ Nilai ≥ 50menandakan kategori “terganggu”

 Nilai < 40 menandakan kategori “Tidak terganggu”

(8)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

3.6. UJI INSTRUMEN PENELITIAN

Sebelum angket disebar kepada responden dilakukan uji coba angket

terlebih dahulu. Angket disebarkan kepada beberapa responden yang merupakan

responden yang sebenarnya. Ini dimaksudkan untuk menguji validitas dan

reabilitas angket yang akan digunakan untuk penelitian.

1. Uji Validitas

Uji validitas Instrumen digunakan pada instrument angket. Pengujian

validitas pada angket ini menggunakan bantuan Software Anates V4. Berikut

adalah hasil uji validitas terhadap instrument angket yang akan digunakan

untuk mengukur proses belajar mengajar didalam kelas.

Tabel 3.2 Uji Validitas Instrumen Angket Sumber: Data penelitian

No Item Pertanyaan Koefisien Korelasi rhitung Keputusan

(9)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nilai maksimun untuk skor dari pernyataan di atas adalah 4, maka skor

total untuk pernyataan tersebut ialah 64. Hasil dari skor tersebut diolah

terlebih dahulu sehingga diketahui presentase dari hasil penyebaran angket

mengenai perilaku belajar siswa terhadap kondisi kenyamanan termal

ruang kelas.

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrument juga digunakan pada instrument angket.

Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji ketepatan dan keajegan alat dalam

mengukur proses belajar mengajar siswa. Pengujian reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan bantuan Software Anates V4. Dari data hasil

analisis didapat bahwa Cronhbach’s Alpha sebesar 0.69 pada kategori

tinggi karena 0,6 < r11 < 1,00.

3.7 TEKNIK ANALISIS DATA

Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif. Tugas dalam mendeskripsikan data terdiri dari mengumpulkan data

mentah, memindahkan dan memasukan data, pengolahan data, menyamakan

dengan standar yang ada, merumuskan hasil temuan, menginterpretasi data, serta

melengkapi data akhir yang merupakan tahap pembahasan dari semua unsur

pengumpulan data yang dilakukan yaitu studi dokumentasi, serta pengukuran

yang menggunakan alat meteran, Humidity meter digital, dan anemometer. Hasil

pengukuran diolah terlebih dahulu lalu dianalisis setelah itu dibandingkan dengan

standar kenyamanan termal sesuai SK SNI No 03-6572-2001. Selain itu dari hasil

penyebaran angket tentang perilaku belajar siswa terhadap kenyamanan termal

ruang kelas, data hasil angket tersebut diolah lalu dianalisis dan evaluasi serta

dibandingkan dengan kategori yang ada. Setelah proses itu selesai maka data hasil

pengukuran di lapangan dibandingkan dengan data hasil pengolahan dari angket

lalu dibuatkan kesimpulannya serta di tambahkan rekomendasi atau solusi dari

(10)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI DATA

Penelitian evaluasi kenyamanan termal dilaksanakan di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung yang berlokasi di 7Jalan Raden Dewi Sartika

Nomor 96 Kota Bandung. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.1 Situasi lokasi SMPN 3 Bandung Sumber: Earth.google.co.id

(11)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan Gambar:

a. Utara : Gang Kecamatan b. Selatan : Pertokoan c. Timur : SMPN 10 Bandung d. Barat : Gang Muncang

a.

d.

c.

b.

U

U

Gambar 4.3 Batas lokasi SMPN 3 Bandung Sumber: Dokumentasi Penelitian

Gambar 4.2 Lokasi penelitian di SMPN 3 Bandung Sumber: earth.google.co.id

(12)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Lokasi SMPN 3 Bandung terletak di pusat kota yang dekat dengan pusat

keramaian yang cukup padat seperti terminal, pusat perbelanjaan yang berada di

sekitar alun-alun masjid Bandung. Kondisi sekitar lokasi cukup ramai dan padat

penduduk, untuk mencapai lokasi tersebut jalur kendaraan harus memutar arah

menuju jalan Ibu Inggit Garnasih dan belok di jalan gang H.Sarbini karena jalur

kendaraannya hanya satu jalur. Berikut ini adalah batas-batas lokasi sekolah:  Sebelah utara : pemukiman penduduk, terminal, mall ITC, pasar  Sebelah selatan : pemukiman penduduk, pertokoaan

 Sebelah timur : SMPN 10 Bandung, jalan Raden Dewi Sartika

 Sebelah barat : pemukiman penduduk

Kelas yang digunakan untuk sampel penelitian adalah sebanyak dua ruang

kelas, setiap ruang kelasnya dapat mewakili kondisi kenyamanan termal seluruh

ruang kelas di gedung sekolah SMPN 3 Bandung. Setiap sampel ruang kelas

dipilih dari masing-masing blok gedung sekolah, ruang kelas tersebut adalah kelas

VIII-4 pada blok A, ruang kelas VIII-7 pada blok B.

Ja

lan

D

e

wi

Sar

ti

ka

Gg.Kacamatan

Gambar 4.4 Siteplan SMPN 3 Bandung Sumber: Dokumentasi Penelitian

(13)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan bulan

Januari 2014. Pengukuran dilakukan dua kali yang dimulai pada tanggal 14

Desember 2013 dan tanggal 30 Desember 2013 dengan kelas sampel yang

mengalami perubahan. Untuk penyebaran angket dilaksanakan pada tanggal 20

Januari 2014. Proses penelitian dilakukan sesuai dengan jam Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) yang berlangsung dari pukul 07.00 – 14.00.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal

ruang kelas yang diukur dengan menggunakan alat yaitu Humidity meter untuk

mengetahui suhu dan kelembapan udara dan juga Anemometer untuk mengetahui

kecepatan angin. Selain itu aspek yang diobservasi yaitu: luas ruang kelas, layout

ruang kelas dan jendela atau ventilasi udara. Sedangkan perilaku belajar siswa

dalam proses belajar mengajar di dalam kelas diukur dengan menggunakan angket

yang di uji validitas dan realiabilitasnya guna mengetahui seberapa jauh kondisi

termal berpengaruh pada Proses Belajar Mengajar (PBM). Angket tersebut di

sebarkan kepada peserta didik pada setiap kelas yang sudah ditentukan

sebelumnya.

BLOK B

BLOK A

(14)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

4.2 HASIL PENGUKURAN DAN PERILAKU KENYAMANAN TERMAL

4.2.1 HASIL PENGUKURAN KENYAMANAN TERMAL

Setelah data berhasil dikumpulkan dan diolah seluruhnya, maka tahap

selanjutnya adalah tahap mengolah data. Pada tahap mengolah data ini, peneliti

menganalisa kenyamanan termal ruang kelas yang dijadikan sampel penelitian. Ini

dilakukan untuk mengetahui apakah kenyamanan termal memperkuat atau

memperlemah proses belajar mengajar.

Kelas yang akan diteliti dan diukur tingkat kenyamanan termalnya adalah

ruang kelas VIII-4 pada blok A, dan ruang kelas VIII-7 pada blok B. Kelas yang

telah dipilih tersebut masing-masing mewakili blok pada bagian bangunan gedung

sekolah. Posisi ruang kelas sampel tersebut berada pada lantai dua komplek

gedung sekolah SMPN 3 Bandung. Untuk kelas VIII-4 pada blok A berada di

posisi paling timur dan paling luar dari bangunan yang berdekatan dan

bersebelahan dengan jalan raden dewi sartikan, sedangkan kelas VIII-7 pada blok

A berada pada posisi arah utara.

1. GAMBARAN UMUM KONDISI KELAS VIII-4 (BLOK A)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ruang kelas VIII-4 berada di

blok A lantai dua yang menghadap langsung kearah barat – timur. Kelas ini

berada pada bagian paling depan dari bangunan sekolah yang dekat dengan jalan

raya dan berada di samping parkiran. Terdapat bukaan jendela bagian samping

ruang kelas seperti kelas pada

umumnya.

(15)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Posisi kelas VIII-4 yang mengarah ke timur-barat yang menyebabkan

kelas ini mendapat sinar matahari yang cukup intensif sepanjang hari, didukung

dengan kondisi kelas yang memiliki bukanan yang cukup banyak dengan material

kaca. Dengan kondisi seperti ini sinar matahari yang masuk kedalam kelas cukup

untuk menerangi kelas sepanjang hari. Namun kondisinya ini berbanding terbalik

dengan kondisi kenyamanan termal ruang kelas saat menjelang siang hari.

Kondisi kelas VIII-4 dapat dilihat pada gambar 4.7, karena posisi ruang

kelasnya yang sepanjang hari mendapat sinar matahari yang intensif, kelas

tersebut menggunakan gordeng sebagai peredam panas matahari yang masuk ke

dalam kelas. Luas ruangan kelas VIII-4 adalah 64.8 m2, dengan panjang 9 m2 dan

lebar 7.2 m2 serta tinggi ruangan 3.4 m2. Sedangkan luas bukaannya adalah 12.7 Gambar 4.7 Kondisi kelas VIII-4

Sumber: Dokumentasi pribadi

(16)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

m2 (18.56% dari luas ruang).

Gambar 4.8 Bukaan ventilasii kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.10 Potongan kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi penelitian

(17)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, terlebih dahulu peneliti membagi

ruangan kelas menjadi sembilan titik pengukuran. Setiap titik di ukur selama 1

menit dengan alat ukur yang berbeda sesuai yang akan diteliti, hasil pengukuran

tersebut dicatat dan kemudian dihitung rata-ratanya. Pengukuran di lakukan empat

kali berturut-turut yang di mulai pada pukul 07.00 – 09.00, dan dilanjutkan pada

pukul 09.00 – 11.00, dan diteruskan pada pukul 11.00 – 13.00 dan terakhir pada

pukul 13.00 – 15.00, pengukuran ini disesuaikan dengan jam efektif belajar

mengajar yaitu dari jam 07.00 – 14.00. Ada tiga aspek yang di ukur yaitu suhu,

kelembapan dan kecepatan angin.

Tabel 4.1 Datapengukuran suhu ruangan di ruang kelas VIII-4 Sumber: Data penelitian

NO KET TITIK JAM

RATA-RATA 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00

1

(18)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di dalam kelas yang dilakukan

setiap jamnya, sehingga di peroleh hasil rata-rata suhu ruang kelas VIII-4 ialah

28.7oC, maka rata-rata kondisi suhu di ruang kelas ini pada katogori tidak nyaman

karena suhu udara yang tiggi diatas batas standar sesuai SK SNI 03-6572-2001.

Setelah data perubahan suhu ruang kelas VIII-4 diperoleh, langkah selanjutnya

adalah tahap analisis data tersebut. Berikut ini adalah hasil analisis data perubahan

suhu pada ruang kelas tersebut.

Tabel 4.2 Hasil analisis data kenaikan suhu kelas VIII-4 Sumber : Data penelitian

Denah tingkat kenaikan suhu kelas Keadaan Kelas

07.00 – 09.00; 09.00 – 11.00; 11.00 – 13.00; 13.00 – 15.00

Pada pukul 07.00 – 09.00 kondisi suhu

udara di kelas VIII-4 sudah cukup

hangat dengan rata-rata suhunya

27.8oC, semakin bertambahnya jam

suhu udara di dalam kelas semakin

bertambah dan memasuki katagori

sangat tidak nyaman dengan suhu

tertinggi pada pukul 13.00 – 15.00

dengan rata-rata yaitu 29.8oC. Gambar

disamping menjelaskan bahwa suhu

didalam kelas menunjukan hasil yang

27.4 27.6 27.5 27.5 28.1 27.5 27.7

KURVA SUHU UDARA DI KELAS VIII-4

07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 SNI 20 C -27.1 C

(19)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

76.4 73.4 73.5 74.0 74.0 75.1 75.3 74.9 75.7

KURVA KELEMBAPAN UDARA KELAS VIII-4

07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 SNI 40%-60%

tidak memenuhi standar kenyamanan

suhu untuk ruang kelas.

Kesimpulan

Dari data yang telah dianalisis diatas, kesimpulannya adalah bahwa suhu udara

di dalam kelas VIII-4 kurang memenuhi standar SK SNI 03-6572-2001, baik

pada saat pagi hari dari pukul 07.00 – 11.00 mapun pada saat siang hari saat

memasuki jam 13.00 – 15.00 yang melebihi ambang batas kenyamanan termal

suhu ruang kelas. Ini disebabkan karena posisi kelas yang bukaannya

menghadap ke arah timur – barat dimana bukaan pada jendelanya cukup besar

sehingga radiasi matahari dapat masuk sepanjang hari kedalam kelas.

Dampaknya ruang kelas VIII-4 menjadi sangat panas dengan kategori tidak

nyaman.

Tabel 4.3 Datapengukuran kelembapan udara di ruang kelas VIII-4

Sumber : Data penelitian

NO KET TITIK JAM

RATA-RATA 07.00-08.00 09.00-10.00 11.00-12.00 13.00-14.00

(20)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

6 75.1 68.8 69.5 63.7 69.3

7 75.3 70.2 68.2 64.3 69.5

8 74.9 75.1 69.1 64.5 70.9

9 75.7 69.5 68.9 64.0 69.5

(21)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 07.00 – 09.00;

Pada pagi hari pukul 07.00 – 09.00

kelembapan udara masih cukup tinggi

dengan rata-rata 74.7 %. Pada gambar

menjelaskan tingkat kelembapan udara

di kelas VIII-4 ini masuk kategori

kelembapan tinggi, yaitu di atas standar

kelembapan udara SK SNI

03-6572-2001 untuk ruang kelas.

09.00 – 11.00; 11.00 – 13.00; 13.00 – 15.00

Menjelang siang hari kelembapan udara

di dalam kelas menurun berkaitan

dengan peningkatan suhu ruangan yang

mulai naik. Kondisi ini memberikan

kenyamanan udara di awal jam 09.00,

namun semakin siang udara di dalam

kelas mulai kurang nyaman karena

kelembapannya menurun.

Kesimpulan

Kelembapan tinggi > 70 %

Kelembapan sedang ± < 70 % - 30 %

(22)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

0.1 0.1

13.00-15.00 SNI 0.15 m/s - 0.25 m/s

Tabel 4.5 Datapengukuran kecepatan angin di ruang kelas VIII-4 Sumber: Data penelitian

NO KET TITIK JAM

RATA-RATA 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00

1

Kesimpulannya adalah kelembapan udara di kelas VIII-4 mencapai katagori nyaman

yaitu pada pukul 07.00 – 09.00 yang mencapai rata-rata yang masih pada katagori

nyaman. Namun seiring meningkatnya suhu udara di dalam runag kelas maka terjadi

penurunan pada kelembapan udara di ruang kelas tersebut yakni pada pukul 09.00 –

15.00 mencapai penurunan kelembapan udara dengan rata-rata per jamnya 67.5%.

Gambar 4.13 Kurva kecepatan angin pada ruang kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi penelitian

Tabel 4.4 Hasil analisis data kelembapan udara kelas VIII-4

(23)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.6 Analisis kecepatan angin di ruang kelas VIII-4

Sumber: Data penelitian

Denah tingkat kecepatan angin Keadaan Kelas

07.00 – 09.00; 09.00 – 11.00; 11.00 – 13.00; 13.00 – 15.00;

Kecepatan angin pada ruang kelas

VIII-4 masih dalam katagori nyaman

(angin terasa) dengan rata-rata 0.3

m/s. pada gambar menjelaskan

bahwa kecepatan angin di dalam

kelas masih sesuai standar kecepatan

angin yang aman.

Kesimpulan

Kesimpulannya adalah kecepatan angin di ruang kelas VIII-4 masih dalam

katagori aman dengan status nyaman (angin tidak terasa), kecepatan angin ini

berpengaruh pada kenyamanan termal saat punyak suhu tertinggi pada jam

tertentu. Angin yang berhembus akan menetralisir dengan mengalirkan udara

melalui ventilasi.

Tidak menyenangkan > 1.5 m/s

Nyaman (angin terasa) 0.25 m/s – 0.5 m/s

Nyaman (tidak terasa) < 0.25 m/s

(24)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Tubuh manusia masih bisa beradaptasi sedikit di luar batas-batas yang

telah ditentukan setelah melalui proses yang lambat dan waktu yang panjang.

Grafik psikometri menunjukan pengelompokan berdasarkan suhu dan kelembapan

udara. Dari data yang diperoleh setelah dianalisis untuk lebih jelasnya dapat

terlihat pada grafik psikometri terkait suhu (DBT dalam oC) dan kelembapan

udara (RH/relative humidity dalam %). AH adalah absolute humidity (dalam kg

air/kg udara kering).

Dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran, kelas VIII-4 memiliki

suhu yang cukup tinggi dari standar SK SNI 03-6572-2001 yang dipakai. Ada

berbagai faktor yang menyebabkannya seperti posisi kelas yang menghadap

timur-barat dan jumlah bukaan yang banyak serta posisinya yang berada paling

depan bangunan. Selain itu kelembapan udara dipengaruhi oleh suhu udara yang

ada di dalam kelas. Semakin tinggi suhunya maka semakin kecil kelembapannya Gambar 4.14 Diagram Psikometrik kelas VIII-4

(25)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(>oC<%<%). Begitu pula dengan kecepatan angin yang dipengaruhi dari

cuaca/iklim lingkungan tersebut.

2. GAMBARAN UMUM KONDISI KELAS VIII-7 (BLOK B)

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan ruang kelas VIII-7 berada di

blok B lantai dua yang menghadap kearah selatan. Kelas ini berada dibagian

samping kiri berbatasan dengan gang dan rumah warga dari bangunan sekolah.

Kondisi bukaan ventilasinya yang cukup baik dengan jendela bagian

samping yang cukup untuk standar kelas pada umumnya memudahkan angin dari

luar kelas seperti dari lapangan olahraga masuk dan mengalirkan udaranya di

dalam kelas. Gambar 4.15 Lokasi kelas VIII-7

Sumber: Dokumentasi pribadi

(26)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Luas ruangan kelas VIII-7 ini adalah 64.8 m2 dengan lebar ruangan 7.2 m2

dan panjang 9 m2 dengan tinggi 3.4 m2. Jumlah bukaan pada kelas ini ialah 12.7

m2 (18.56%

dari luas ruang).

(27)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25.2 25.1 25.1 25.2 25.1 25.1 25.1 25.1 25.2

DIAGRAM PERUBAHAN SUHU KELAS VIII-7

07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 SNI 20 C -27.1 C

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, terlebih dahulu peneliti membagi

ruangan kelas menjadi 9 titik. Setiap titik di ukur selama 1 menit dengan alat ukur

yang berbeda sesuai yang akan diteliti, hasil pengukuran tersebut dicatat dan

kemudian dihitung rata-ratanya. Pengukuran di lakukan empat kali berturut-turut

yang di mulai pada pukul 07.00 – 09.00, dan dilanjutkan pada pukul 09.00 –

11.00, teruskan pada pukul 11.00 – 13.00 dan terakhir pada pukul 13.00 – 15.00,

pengukuran ini disesuaikan dengan jam belajar mengajar yaitu dari jam 07.00 –

15.00. Ada tiga aspek yang di ukur yaitu suhu, kelembapan dan kecepatan angin.

Tabel 4.7 Pengukuran suhu ruangan di ruang kelas VIII-7

Sumber: Data penelitian

NO KET TITIK JAM

RATA-RATA 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00

1

Untuk lebih jelasnya data hasil pengukuran suhu udara disajikan dalam

bentuk kurva sebagai berikut:

Gambar 4.18 Denah kelas VIII-7 Sumber: Dokumentasi penelitian

(28)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Tabel 4.8 Pengukuran suhu ruangan di ruang kelas VIII-7

Sumber : Data penelitian

Denah tingkat kenaikan suhu kelas Keadaan Kelas

07.00 – 09.00; 09.00 – 11.00;

Kondisi suhu udara pada ruang kelas

VIII-7 pada pukul 07.00 – 09.00 masih

pada katagori hangat nyaman dengan

rata-rata 25.5 oC. Kondisi yang cukup

nyaman untuk memulai pelajaran

dipagi hari. Gambar di samping

menunjukan kondisi suhu udara pada

saat pagi menjelang siang hari di dalam

kelas.

11.00 – 13.00; 13.00 – 15.00

Pada saat memasuki siang pada pukul

11.00 – 15.00 suhu udara di dalam

ruang kelas ada peningkatan namun

tidak terlalu signifikan dan masih pada

katagori hangat nyaman untuk ruang

kelas. Gambar disamping menunjukan

beberapa titik ruangan yang mengalami

(29)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

74.3 74.9 74.9 74.9 74.9 74.9 75.1 74.5 74.5

07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 SNI 40%-60%

Kesimpulan

Dari data yang telah dianalisis diatas, kesimpulannya adalah bahwa suhu udara di

dalam kelas VIII-7 cukup stabil dan masih nyaman untuk kegiatan proses belajar

mengajar di dalam kelas. Suhu udara ini cukup konstan dan stabil dan tidak

mengalami kenaikan suhu yang berlebihan. Dari mulai pagi hari sekitar pukul 07.00

sampai siang hari antara pukul 15.00 hanya memiliki rata-rata 26.2 oC yang

termasuk katagori hangat nyaman sesuai SNI 03-6572-2001.

Tabel 4.9 Pengukuran kelembapan udara di ruang kelas VIII-7

Sumber: Data penelitian

NO KET TITIK JAM

RATA-RATA 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00

1

(30)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Tabel 4.10 Pengukuran kelembapan di ruang kelas VIII-7

Sumber: Data penelitian

Denah tingkat kelembapan udara Keadaan Kelas

07.00 – 09.00; 09.00 – 11.00.

Pada pukul 07.00 – 11.00

kelembapan udara pada ruang kelas

VIII-7 cukup tinggi yakni >70%

dengan rata-rata 72.9 %. Kondisi ini

disebabkan karena suhu udara di

dalam kelas masih stabil dan relatif

nyaman secara termal. Karena

semakin rendah suhu semakin tinggi

kelembapan udaranya. Pada gambar

disamping menunjukan bahwa pada

sebagian besar titik tertentu memiliki

kelembapan udara yang masih tinggi.

11.00 – 13.00; 13.00 – 15.00

Saat masuk pada siang hari

kelembapan udara menurun karena

berbanding lurus dengan suhu ruang

kelas. Namun penurunan kelembapan

ini tidak terlalu signifikan dan

cenderung konstan dan stabil. Karena

kondisi ini kenyamanan termal pada

ruang kelas VIII-7 menjadi stabil

walaupun terjadi perubahan pada titik

tertentu namun tidak terlalu

signifikan.

(31)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.11 Pengukuran pergerakan angin di ruang kelas VIII-7

Sumber: Data penelitian Kesimpulan

Kesimpulannya adalah kelembapan udara di kelas VIII-7 sangat stabil dan konstan,

walaupun terjadi perubahan pada nilai kelembapan tapi tidak terlalu mencolok.

Kondisi ini berbanding lurus dengan suhu udara di dalam kelas (< oC > %).

Kelembapan udara pada kelas VIII-7 sudah sesuai standar SNI 03-6572-2001.

Kelembapan sedang ± < 70 % - 30 %

(32)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

0.8 0.8

DIAGRAM KEVCEPATAN ANGIN KELAS VIII-7

07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 SNI 0.15 m/s - 0.25 m/s

Tabel 4.12 Pengukuran pergerakan angin di ruang kelas VIII-7

Sumber: Data penelitian

Denah tingkat kecepatan angin Keadaan Kelas

07.00 – 08.00; 09.00 – 10.00; 11.00 – 12.00; 13.00 – 14.00;

(33)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kondisi kecepatan angin dari mulai

pukul 07.00 – 14.00 di dalam ruangan

kelas VIII-7 ini stabil dan cenderung

konstan dengan rata-rata keseluruhan

0.7 m/s yang masuk katagori nyaman

(angin terasa). Gambar disamping

menunjukan bahwa kecepatan angin

yang bergerak di dalam kelas stabil dan

konstan dari pagi sampai sore hari.

Kesimpulan

Kesimpulannya adalah kecepatan angin di ruang kelas VIII-7 stabil dan konstan di

mulai dari pagi hari sampai siang hari dengan rata-rata kecepatan anginnya 0.7

m/s. Kondisi ini berdampak pada kenyamanan termal di dalam kelas yang

memiliki katagori nyaman untuk proses belajar mengajar sepanjang hari.

Tidak menyenangkan > 1.5 m/s

Nyaman (angin terasa) 0.25 m/s – 0.5 m/s

(34)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Tubuh manusia masih bisa beradaptasi sedikit di luar batas-batas yang

telah ditentukan setelah melalui proses yang lambat dan waktu yang panjang.

Grafik psikometri menunjukan pengelompokan berdasarkan suhu dan kelembapan

udara. Dari data yang diperoleh setelah dianalisis untuk lebih jelasnya dapat

terlihat pada grafik psikometri terkait suhu (DBT dalam oC) dan kelembapan

udara (RH/relative humidity dalam %). AH adalah absolute humidity (dalam kg

air/kg udara kering).

Dari analisis diatas, kondisi ruang kelas VIII-7 memiliki kenyamanan termal

dengan katagori nyaman, dengan suhu udara yang stabil, kelembapan udara yang

baik dan kecepatan udara yang konstan yang berdampak pada kondisi kelas yang

nyaman sepanjang hari. Kondisi ini diakibatkan karena posisi atau letak kelas

yang menghadap utara - selatan dengan bukaan ventilasi udara yang baik dan

cukup sehingga sinar matahari dan angin berputar dan mengalir masuk dan keluar

kelas.

Dari hasil pengolahan seluruh data di atas menunjukan bahwa pada ruang

kelas VIII-4 kondisi kenyamanan termal pada saat proses belajar mengajar tidak

(35)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelembapan dan kecepatan angin) didapatkan hasil di atas standar SK SNI NO

03-6572-2001. Sedangkan pada kelas VIII-7 kenyamanan termal di dapat sepanjang

hari dari mulai pukul 07.00-15.00, dan hasil pengukuran menunjukan kelas

tersebut sudah sesuai dengan SK SNI NO 03-6572-2001 dan berada pada kategori

hangat nyaman. Dari hasil analisis data yang telah diperoleh, bahwa kelas VIII-7

sesuai dengan standar SNI yang telah dianjurkan untuk kondisi kenyamanan

termal ruang kelas, sedangkan kelas VIII-4 belum memenuhi standar kenyamanan

termal untuk ruang kelas.

4.2.2 PERILAKU SISWA TERHADAP KENYAMANAN TERMAL

Berikut ini adalah hasil pengukuran proses belajar mengajar yang terjadi di

dalam kelas yang diperoleh dari hasil analisis data penyebaran angket mengenai

perilaku belajar siswa akibat dari kenyamanan termal ruang kelas.

Table 4.13 Presentase skor responden siswa kelas VIII-.4

KATAGORI JUMLAH SISWA PRESENTASE

SANGAT TERGANGGU 1 4%

TERGANGGU 16 59%

TIDAK TERGANGGU 10 37%

JUMLAH 27

(36)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

SANGAT TERGANGGU

4%

TERGANGGU 59% TIDAK

TERGANGGU 37%

DIAGRAM PERILAKU BELAJAR SISWA KELAS VIII-4

SANGAT TERGANGGU TERGANGGU TIDAK TERGANGGU

16%

23% 61%

GRAFIK PERILAKU BELAJAR SISWA KELAS VIII-7

SANGAT TERGANGGU TERGANGGU TIDAK TERGANGGU

Gambar 4.24 Diagram perilaku belajar siswa kelas VIII-.4 Sumber: Dokumentasi penelitian

Untuk kelas VIII-7 data yang diperoleh sebagai berikut:

Table 4.14 Presentase skor responden siswa kelas VIII-.7 Sumber: Lampiran hasil pengujian validitas

Gambar 4.25 Diagram perilaku belajar siswa kelas VIII-.7 Sumber: Dokumentasi penelitian

Pada kelas VIII-1 jumlah responden yang merasa terganggu dengan

kondisi termal ruang kelas mencapai 81%, sedangkan yang merasa sangat

terganggu yakni 19% dan yang merasa tidak terganggu sebesar 0%. Pada kelas

KATAGORI JUMLAH SISWA PRESENTASE

SANGAT TERGANGGU 5 16%

TERGANGGU 7 23%

TIDAK TERGANGGU 19 61%

(37)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

VIII-4 presentase dari responden yang merasa terganggu yaitu 39%, dan yang

merasa tidak terganggu 39%, dan yang merasa sangat terganggu 10%. Dapat

disimpulkan bahwa responden dikelas VIII-4 hampir setengah respondennya

merasa terganggu. Pada kelas VIII-7 jumlah responden yang merasa terganggu

hanya 26% dan yang merasa tidak terganggu yaitu 74%, artinya bahwa kelas

tersebut tidak memiliki masalah dengan kenyamanan termal didalam kelasnya.

Dari hasil analisis data pengukuran kenyamanan termal ruang kelas dan

hasil analisis data perilaku belajar siswa akibat kenyamanan termal dapat

diketahui bahwa pada hasil pengolahan data yang telah dipaparkan sebelumnya

yang menujukan bahwa kondisi kenyamanan termal pada ruang kelas yang telah

memenuhi standar akan berdampak langsung pada perilaku belajar siswa di dalam

kelas tersebut. Sebaliknya pada kelas yang belum memenuhi standar kenyamanan

termal hasil dari analisis perilaku belajar siswa saat proses belajar mengajar akan

terganggu. Hasil ini telah menunjukan bahwa kondisi kenyamanan termal ruang

(38)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 KESIMPULAN

Dari penelitian dan pembahasan mengenai evaluasi kenyamanan termal

dan perilaku belajar siswa di ruang kelas, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Hasil pengukuran ruang kelas di SMPN 3 Bandung pada bulan Desember

2013 menunjukan bahwa ruang kelas VIII-4 dan ruang kelas VIII-7 pada

pukul 07.00-09.00 kondisi kenyamanan termalnya masuk pada kategori

nyaman optimal. Pada pukul 09.00-11.00 kondisi kenyamanan termal masuk

pada kategori hangat nyaman kecuali ruang VIII-4 yang kondisi kenyamanan

termalnya masuk pada kategori tidak nyaman. Pada pukul 11.00-13.00 kelas

VIII-7 masuk pada kategori hangat nyaman namun pada ruang kelas 8.4

masuk pada kategori tidak nyaman. Dan setelah memasuki pukul 13.00-15.00

kondisi kenyamanan termal seluruh ruang kelas berubah kembali menjadi

pada kategori hangat nyaman. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ruang

kelas VIII-4 merupakan ruang kelas yang belum memenuhi standar

kenyamanan termal sedangkan ruang kelas VIII-7 merupakan ruang kelas

yang sudah memenuhi standar kenyamanan termal.

2. Pada hasil analisis angket yang telah diujikan diperoleh data sebagai berikut;

pada ruang kelas VIII-4 diperoleh data yaitu 11.1% peserta didik merasa

sangat terganggu, 44.4% peserta didik yang merasa terganggu dan 44.4%

menyatakan tidak terganggu dengan kondisi kenyamanan termal di ruang

kelas tersebut. Sedangkan pada kelas VIII-7 diperoleh data 0% peserta didik

merasa sangat terganggu, 26.8% peserta didik yang merasa terganggu dan

74.2% menyatakan tidak terganggu dengan kondisi kenyamanan termal di

ruang kelas tersebut. Diketahui bahwa pada kelas yang kondisi kenyamanan

termalnya sudah cukup baik maka presentase peserta didik yang merasa

(39)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kenyamanan termal yang kurang baik maka presentase peserta didik yang

merasa terganggu oleh kenyamanan termal akan tinggi. Dapat ditarik

kesimpulan bahwa kenyamanan termal ruang kelas berpengaruh pada proses

belajar mengajar.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan kesimpulan di atas, maka saran-saran

hasil penelitian ini yaitu:

a. Bagi pihak sekolah dapat memperhatikan kembali bentuk dan bukaan ventilasi

udara di dalam ruang kelas VIII-4. Untuk yang memiliki bukaan dengan

orientasi matahari menghadap timur dengan menambah teritisan atau ovestek

pada jendela untuk mengurangi radiasi atau panas matahari agar tidak

langsung masuk ke ruang kelas untuk mengurangi intensitas suhu udara yang

naik terutama pada siang hari.

(40)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

(b)

Gambar 5.1 (a) Desain bagian luar yang menghadap timur pada ruang kelas kelas VIII-4 (b) Simulasi sinar matahari

Sumber: Dokumentasi penelitian

Untuk bukaan jendela yang menghadap barat, menggunakan tanaman rambat

selain untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk, juga bisa menambah

nilai estetis dan natural pada bagunan.

Gambar 5.2 Tanaman rambat untuk mengurangi panas matahari yang masuk dari arah barat

Sumber: Dokumentasi penelitian

Untuk bagian interior kelas menggunakan gorden dengan warna yang selaras

(terang) atau bisa juga menggunakan vertical blind seperti pada desain interior

(41)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.3 Desain bagian dalam interior kelas menggunakan vertical blind

Sumber: Dokumentasi penelitian

b. Untuk para perancang bangunan pendidikan dapat lebih memperhatikan

perancangan dari sisi kenyamanan termal khususnya pada ruang kelas, karena

faktor ini sangat berpengaruh pada keberlangsungan proses belajar mengajar

yang dapat meningkatkan efektifitas peserta didik dalam proses belajar di

dalam ruang kelas.

c. Untuk penelitian selanjutnya agar bisa lebih baik dalam balam segi penulisan

maupun dari segi hasil penelitian, agar didapatkan hasil penelitian yang lebih

(42)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

Ahmadi, Abu dkk. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Anonim. 2014. Mstudio. (gambar). Diakses http://mstudiosolo.blogspot.com/(10 Juni 2014) Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Online). Tersedia: http://zainzuhaili.wordpress.com (06 Juni 2014)

Ashihara, Yoshinobu 1974. Merencana Ruang Luar. Fakultas Teknik Arsitektur ITS Surabaya. Tidak diterbitkan

Bloom. 1956. Taxonomy of Educational Objectives. Handbook I : Cognitive Domain. New York : McKey

BMKG. 2011. Data Iklim Indonesia, http://www.bmkg.com. Diakses pada

BMKG. 2013. Prakiraan Cuaca Indonesia (online). Tersedia:

http//meteo.bmkg.go/id/prakiraan/Indonesia (06 Juni 2014)

Brenda & Robert. 1991. Green Architecture Design for a Sustainable Future. London: Thames and Hudson.

De Dear & Brager, 2002, Thermal Comfort in Naturally Ventilated Buildings: Revisi ASHRAE Standard 55, Jurnal : Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild.

Departemen Pekerjaan Umum. 1993. Standar; Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan Gedung. Bandung: Yayasan LPBM.

Departemen Pekerjaan Umum. 2001. Standar Nasional Indonesia NO 03-6572-2001: Standar Kenyamanan Termal. Jakarta : Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum.

Dikti, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Jakarta Djamarah, S. B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Djunaedi, E. 2003. Akustik Untuk Gedung Sekolah. Pikiran Rakyat, 30 Oktober 2003.

Fitriani, Yusi. 1997. Penerapan Arsitektur Surya pada Menara Perkantoran di Daerah Tropis. (skripsi). Depok: Tidak diterbitkan

Frick, Heinz, et al. 2008. Seri konstruksi arsitektur 8. Ilmu fisika bangunan. Yogyakarta: Universitas Soegijapranata.

Frick, Heinz, et al. 2008. Seri konstruksi arsitektur 9. Ilmu bahan bangunan. Yogyakarta: Universitas Soegijapranata.

Grandjean, Etienne. 1986. Fitting The Task to The Man. Taylor & Francis.Philadelpia

Hananto, Ir.H Sidik, dkk. 2010. Handout Perkuliahan Fisika Bangunan (pdf). Bandung: tidak diterbitkan

Hoppe, Peter. 2002, Different Aspects of Assessing of Indoor & Outdoor Thermal Comfort. Journal: Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild. Ihsan, M. (2014). Pengertian Arsitektur dan Lingkungan. Image. (Blog). Diakses:

(43)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

Koenigsberger, et al. 1973. Manual of trofical housing and building, New Delhi, Orient Longman.

Kristiawan, Didi. 2014 Archira studio.(image). Diakses: http://arsitekarchira.com/diakses 06/0814 jam 3.30

Laurens, Joyce Marcella 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: Grasindo

Lechner, Norbert 2007. Heating, Cooling, Lighting: Metode Desain untuk Arsitektur Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Lippsmeier, G., 1997. Bangunan Tropis (Terjemahan, Syahmir). Jakarta, Erlangga.

Novak, JD & Gowin, BD. (1984). Learning How to Learn. London: Cambridge University Press.

Pamela, Sopia 2012. Perbandingan tingkat kenyamanan ruang kelas pada bangunan lama dan baru di SMAN 3 Bandung. Skripsi. Tidak diterbitkan

Purwanto, MN. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahmadani, Dewi. 2011. Evaluasi kenyamanan termal ruang perkuliahan di Universitas Andalas. Tugas Akhir. Padang: tidak diterbitkan

Rahmawati, E 2013. Kinerja kenyamanan termal ruang kelas pada bangunan colonial Hogeree Burger School (HBS). Skripsi. Tidak diterbitkan

Rapoport, Amos. 1982. The Meaning of the Built Environment. Beverly Hills. California: Sage Publication

Sarwono, Sarlito Wiraman. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT.Gramedia Satwiko, Prasasto. 2005. Fisika Bangunan 1. Yogyakarta: Andi

Satwiko, Prasasto. 2005. Fisika Bangunan 2. Yogyakarta: Andi

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Soegijanto, Prof. Dr. Ir. 1999. Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau

dari Aspek Fisika Bangunan. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.

Sugini. 2004. Pemaknaan Istilah – istilah Kualitas Kenyamanan Termal Ruang Dalam Kaitan dengan Variabel Iklim Ruang. Jurnal Logika (Vol.1, No.2, Juli 2004). Diakses Tanggal: 12 Oktober 2011.

Sugiono, Dr . 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan . Bandung : Alfabeta Sukmadinata, 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sumiati & Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

Syamsuddin, Abin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Rosdakarya Remaja Talarosha, Basaria. 2005. Menciptakan Kenyamanan Termal Dalam Bangunan. Jurnal Sistem

Teknik Industri, Volume 6, No. 3.

Tim penyusun buku ajar MKDP, 2010. Landasan pendidikan. Bandung: UPI

Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.

Wahyudi, ilham. 2013. Green building. Online. http://ilham-wahyudi.weebly.com/artikel-green-building.html. Diakses : (19 september 2013).

(44)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x

_____.Earth.google.co.id.(image).Tersedia:

Gambar

Gambar 3.1 Diagram paradigma penelitian
Gambar 3.2 Humidity meter digital (kanan) dan Anemometer (kiri)
Tabel 3.2 Uji Validitas Instrumen Angket
Gambar 4.1 Situasi lokasi SMPN 3 Bandung
+7

Referensi

Dokumen terkait

komunikasi data adalah proses pengiriman dan penerimaan data/informasi dari dua atau lebih device (alat,seperti komputer/laptop/printer/dan alat komunikasi

Kasus uji untuk dekripsi menggunakan data yang merupakan keluaran dari proses enkripsi, berupa 1 buah teks ( cipher text ), 1 buah file konfigurasi, 1 buah bilangan yang berperan

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, konsekuensi dari klausula baku yang dibuat oleh Maskapai LA dalam bagian “Catatan Penting” di halaman belakang tiket pesawat

Bila terdapat file yang tidak dapat dipadukan atau dihubungkan dengan file yang lainnya berarti file tersebut bukanlah kelompok dari satu basis data dan file tersebut

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan pengetahuan petani tentang budi daya kapulaga di hutan rakyat... dikumpulkan langsung dari responden dengan teknik

• Surplus konsumen (CS) terjadi apabila jumlah maksimum yang mampu konsumen bayar lebih besar dari jumlah yang secara aktual harus dibayar untuk mendapatkan

Menurut Aylaward, Hartley dan Field, seni memiliki manfaat yang berharga dalam periode kehidupan anak usia dini, termasuk meningkatkan rasa percaya diri. Seni