• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 KESIMPULAN

Dari penelitian dan pembahasan mengenai evaluasi kenyamanan termal dan perilaku belajar siswa di ruang kelas, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Hasil pengukuran ruang kelas di SMPN 3 Bandung pada bulan Desember 2013 menunjukan bahwa ruang kelas VIII-4 dan ruang kelas VIII-7 pada pukul 07.00-09.00 kondisi kenyamanan termalnya masuk pada kategori nyaman optimal. Pada pukul 09.00-11.00 kondisi kenyamanan termal masuk pada kategori hangat nyaman kecuali ruang VIII-4 yang kondisi kenyamanan termalnya masuk pada kategori tidak nyaman. Pada pukul 11.00-13.00 kelas VIII-7 masuk pada kategori hangat nyaman namun pada ruang kelas 8.4 masuk pada kategori tidak nyaman. Dan setelah memasuki pukul 13.00-15.00 kondisi kenyamanan termal seluruh ruang kelas berubah kembali menjadi pada kategori hangat nyaman. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ruang kelas VIII-4 merupakan ruang kelas yang belum memenuhi standar kenyamanan termal sedangkan ruang kelas VIII-7 merupakan ruang kelas yang sudah memenuhi standar kenyamanan termal.

2. Pada hasil analisis angket yang telah diujikan diperoleh data sebagai berikut; pada ruang kelas VIII-4 diperoleh data yaitu 11.1% peserta didik merasa sangat terganggu, 44.4% peserta didik yang merasa terganggu dan 44.4% menyatakan tidak terganggu dengan kondisi kenyamanan termal di ruang kelas tersebut. Sedangkan pada kelas VIII-7 diperoleh data 0% peserta didik merasa sangat terganggu, 26.8% peserta didik yang merasa terganggu dan 74.2% menyatakan tidak terganggu dengan kondisi kenyamanan termal di ruang kelas tersebut. Diketahui bahwa pada kelas yang kondisi kenyamanan termalnya sudah cukup baik maka presentase peserta didik yang merasa terganggu akan lebih rendah, sedangkan pada ruang kelas dengan kondisi

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kenyamanan termal yang kurang baik maka presentase peserta didik yang merasa terganggu oleh kenyamanan termal akan tinggi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kenyamanan termal ruang kelas berpengaruh pada proses belajar mengajar.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan kesimpulan di atas, maka saran-saran hasil penelitian ini yaitu:

a. Bagi pihak sekolah dapat memperhatikan kembali bentuk dan bukaan ventilasi udara di dalam ruang kelas VIII-4. Untuk yang memiliki bukaan dengan orientasi matahari menghadap timur dengan menambah teritisan atau ovestek pada jendela untuk mengurangi radiasi atau panas matahari agar tidak langsung masuk ke ruang kelas untuk mengurangi intensitas suhu udara yang naik terutama pada siang hari.

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

(b)

Gambar 5.1 (a) Desain bagian luar yang menghadap timur pada ruang kelas kelas VIII-4 (b) Simulasi sinar matahari

Sumber: Dokumentasi penelitian

Untuk bukaan jendela yang menghadap barat, menggunakan tanaman rambat selain untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk, juga bisa menambah nilai estetis dan natural pada bagunan.

Gambar 5.2 Tanaman rambat untuk mengurangi panas matahari yang masuk dari arah barat Sumber: Dokumentasi penelitian

Untuk bagian interior kelas menggunakan gorden dengan warna yang selaras (terang) atau bisa juga menggunakan vertical blind seperti pada desain interior kelas di bawah ini.

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.3 Desain bagian dalam interior kelas menggunakan vertical blind Sumber: Dokumentasi penelitian

b. Untuk para perancang bangunan pendidikan dapat lebih memperhatikan perancangan dari sisi kenyamanan termal khususnya pada ruang kelas, karena faktor ini sangat berpengaruh pada keberlangsungan proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan efektifitas peserta didik dalam proses belajar di dalam ruang kelas.

c. Untuk penelitian selanjutnya agar bisa lebih baik dalam balam segi penulisan maupun dari segi hasil penelitian, agar didapatkan hasil penelitian yang lebih berkembang dari hasil penelitian sebelumnya.

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

Ahmadi, Abu dkk. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Anonim. 2014. Mstudio. (gambar). Diakses http://mstudiosolo.blogspot.com/(10 Juni 2014) Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Online). Tersedia: http://zainzuhaili.wordpress.com (06 Juni 2014)

Ashihara, Yoshinobu 1974. Merencana Ruang Luar. Fakultas Teknik Arsitektur ITS Surabaya. Tidak diterbitkan

Bloom. 1956. Taxonomy of Educational Objectives. Handbook I : Cognitive Domain. New York : McKey

BMKG. 2011. Data Iklim Indonesia, http://www.bmkg.com. Diakses pada

BMKG. 2013. Prakiraan Cuaca Indonesia (online). Tersedia:

http//meteo.bmkg.go/id/prakiraan/Indonesia (06 Juni 2014)

Brenda & Robert. 1991. Green Architecture Design for a Sustainable Future. London: Thames and Hudson.

De Dear & Brager, 2002, Thermal Comfort in Naturally Ventilated Buildings: Revisi ASHRAE Standard 55, Jurnal : Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild.

Departemen Pekerjaan Umum. 1993. Standar; Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan Gedung. Bandung: Yayasan LPBM.

Departemen Pekerjaan Umum. 2001. Standar Nasional Indonesia NO 03-6572-2001: Standar Kenyamanan Termal. Jakarta : Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum.

Dikti, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Jakarta Djamarah, S. B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Djunaedi, E. 2003. Akustik Untuk Gedung Sekolah. Pikiran Rakyat, 30 Oktober 2003.

Fitriani, Yusi. 1997. Penerapan Arsitektur Surya pada Menara Perkantoran di Daerah Tropis. (skripsi). Depok: Tidak diterbitkan

Frick, Heinz, et al. 2008. Seri konstruksi arsitektur 8. Ilmu fisika bangunan. Yogyakarta: Universitas Soegijapranata.

Frick, Heinz, et al. 2008. Seri konstruksi arsitektur 9. Ilmu bahan bangunan. Yogyakarta: Universitas Soegijapranata.

Grandjean, Etienne. 1986. Fitting The Task to The Man. Taylor & Francis.Philadelpia

Hananto, Ir.H Sidik, dkk. 2010. Handout Perkuliahan Fisika Bangunan (pdf). Bandung: tidak diterbitkan

Hoppe, Peter. 2002, Different Aspects of Assessing of Indoor & Outdoor Thermal Comfort. Journal: Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild. Ihsan, M. (2014). Pengertian Arsitektur dan Lingkungan. Image. (Blog). Diakses:

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

Koenigsberger, et al. 1973. Manual of trofical housing and building, New Delhi, Orient Longman.

Kristiawan, Didi. 2014 Archira studio.(image). Diakses: http://arsitekarchira.com/diakses 06/0814 jam 3.30

Laurens, Joyce Marcella 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: Grasindo

Lechner, Norbert 2007. Heating, Cooling, Lighting: Metode Desain untuk Arsitektur Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Lippsmeier, G., 1997. Bangunan Tropis (Terjemahan, Syahmir). Jakarta, Erlangga.

Novak, JD & Gowin, BD. (1984). Learning How to Learn. London: Cambridge University Press.

Pamela, Sopia 2012. Perbandingan tingkat kenyamanan ruang kelas pada bangunan lama dan baru di SMAN 3 Bandung. Skripsi. Tidak diterbitkan

Purwanto, MN. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahmadani, Dewi. 2011. Evaluasi kenyamanan termal ruang perkuliahan di Universitas Andalas. Tugas Akhir. Padang: tidak diterbitkan

Rahmawati, E 2013. Kinerja kenyamanan termal ruang kelas pada bangunan colonial Hogeree Burger School (HBS). Skripsi. Tidak diterbitkan

Rapoport, Amos. 1982. The Meaning of the Built Environment. Beverly Hills. California: Sage Publication

Sarwono, Sarlito Wiraman. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT.Gramedia Satwiko, Prasasto. 2005. Fisika Bangunan 1. Yogyakarta: Andi

Satwiko, Prasasto. 2005. Fisika Bangunan 2. Yogyakarta: Andi

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Soegijanto, Prof. Dr. Ir. 1999. Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau

dari Aspek Fisika Bangunan. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.

Sugini. 2004. Pemaknaan Istilah – istilah Kualitas Kenyamanan Termal Ruang Dalam Kaitan dengan Variabel Iklim Ruang. Jurnal Logika (Vol.1, No.2, Juli 2004). Diakses Tanggal: 12 Oktober 2011.

Sugiono, Dr . 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan . Bandung : Alfabeta Sukmadinata, 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sumiati & Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

Syamsuddin, Abin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Rosdakarya Remaja Talarosha, Basaria. 2005. Menciptakan Kenyamanan Termal Dalam Bangunan. Jurnal Sistem

Teknik Industri, Volume 6, No. 3.

Tim penyusun buku ajar MKDP, 2010. Landasan pendidikan. Bandung: UPI

Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.

Wahyudi, ilham. 2013. Green building. Online. http://ilham-wahyudi.weebly.com/artikel-green-building.html. Diakses : (19 september 2013).

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x

_____.Earth.google.co.id.(image).Tersedia:

http://www.google.co.id/maps/place/SMPN+3+Bandung. Diakses tanggal: 5 Mei 2014 3 Maret 2011

Dokumen terkait