PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK
PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
Paulina Ega
1101165
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK
PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA
Oleh
PAULINA EGA
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Paulina Ega 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
DISETUJUI DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Endang Herawan, M.Pd. NIP.19600810 198603 1 001
Pembimbing II
Dr. Asep Suryana, M.Pd NIP.19720321 199903 1 002
Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D.
PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
SE-BANDUNG UTARA
Paulina Ega. (1101165) ABSTRAK
Mutu layanan akademik merupakan wujud nyata pelayanan kegiatan seluruh proses pembelajaran. Agar tujuan pendidikan tercapai, layanan yang bermutu menjadi sangat penting. Bermutu tidaknya lulusan yang dihasilkan, sangat bergantung pada mutu layanan akademik yang di berikan kepada peserta didik. Tujuan dari penelitian ini, diantaranya (1) untuk mengetahui informasi kinerja mengajar guru, pemanfaatan fasilitas belajar dan mutu layanan akademik pada SMP Se- Bandung Utara. (2) untuk mengetahui besaran pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik pada SMP Se-Bandung Utara.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu survey dengan pendekatan kuantitatif melalui analisis deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Se-Bandung Utara sebanyak 17421 dengan jumlah sampel yang diambil 391 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik ProportionateStratified Random Sampling. Pengunpulan data dilakukan menggunakan angket tertutup dengan 5 skala penilaian (Likert).
Hasil temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa kinerja mengajar guru pada SMP Se-Bandung Utara berada pada kategori tinggi, pemanfaatan fasilitas belajar pada SMP Se-Bandung Utara berada pada kategori tinggi dan mutu layanan akademik pada SMP Se-Bandung Utara berada pada kategori tinggi. Selain itu, terdapat pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu layanan akademik berada pada kategori tinggi , terdapat pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik berada pada kategori tinggi serta terdapat pengaruh kineja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik berada pada kategori tinggi.
THE INFLUENCE OF TEACHERS’ TEACHING PERFORMANCE AND THE USE OF LEARNING FALICITIES TOWARD THE ACADEMIC SERVICE OF ALL JUNIOR HIGH SCHOOL IN NORTH BANDUNG
Paulina Ega. (1101165) ABSTRACT
The academic service quality is the realization of learning activities throughout all the teaching process. In order to achieve the educational goals, a qualified service is very important. The graduate will be qualified or not, depends on the quality of academic service given to the students. The purposes of this study are to know the information of teachers’ teaching performance, the use of learning facilities and the academic service of all Junior High Schools in North Bandung.
The method of this research is a survey with quantitative approach through descriptive analysis. The population in this research is the Junior High School students in the North Bandung. This research took 391 samples from 17.421 populations. The sampling technique used is Proportionate Stratified Random Sampling. The data collection used was closed questionnaire with 5 rating scales (Likert).
The result of this research shows that teacher’s teaching performance, the usage learning facilitation, the quality of academic service of all Junior High School in Bandung are all in high categories. Besides, we also found that the influence of teachers teaching performance toward academic service quality, the use of the learning facilities toward and the influence of teachers’ performance, the influence of teachers teaching performance and the use of the learning facilities toward academic service quality are all in high category.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………... I
PERNYATAAN KEASLIAN………... ii
KATA PENGANTAR………... iii
UCAPAN TERIMA KASIH………... iv
ABSTRAK………... V DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GAMBAR………... DAFTAR LAMPIRAN………... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belaka g Pe elitia ………... 1
B. Ide tifikasi da Peru usa Masalah………... 12
1. Ide tifikasi Masalah ………... 12
2. Peru usa Masalah ……….... 14
C. Tujua Pe elitia ………... 15
D. Metode Pe elitia ………... 16
1. Metode Sur ei ………... 16
2. Pe dekata Kua titatif ………... 16
3. A alisis Regresi ………...……... 17
E. Ma faat Pe elitia ………... 17
1. Ma faat Teoritis ………... 17
2. Ma faat Praktis ………..…………... 17
G. Struktur Orga isasi Tesis………... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajia Pustaka………... 20
1. Mutu Layanan Akademik dalam Konsep Administrasi Pendidikan ... 20
2. Mutu Laya a Akade ik ………... 24
a. Pe gertia Mutu ………... 24
b. Pe gertia Laya a ……..………... 28
c. Pengertian Mutu Layanan ….………... 30
d. Pe gertia Mutu Laya a Akade ik ………... 35
3. Kinerja mengajar Guru (X1)...………..…………... 41
a. Pengertian Kinerja………... 41
b. Pengertian Guru ……….... 44
c. Penegertian Ki erja Me gajar Guru………... 47
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kinerja mengajar Guru……… 49
e. Dimensi Ki erja Me gajar Guru ………... 50
4. Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2)... ………... 60
a. Pe gertia Fasilitas Belajar ………... 61
b. Jenis –Je is Fasilitas Belajar ………... 63
c. Pemanfaatan Fasilitas Belajar ………... 68
d. Prinsip-prinsip Pemilihan dan penggunaan Fasilitas Belajar ………….. 70
e. Indikator Pemanfaatan Fasilitas Belajar... 73
B. Kera gkaPe ikira …...………... 75
C. Hipotesis Pe elitia ………...………... 78
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, da Sa pel ………..………...………... 80
1. Lokasi Pe elitia ………... 80
2. Populasi ………... 80
3. Sa pel Pe elitia ………... 82
B. Desai Pe elitia ………... 86
C. Metode Pe elitia ………... 87
D. De i isi Operasio al ………... 88
E. I stru e Pe elitia ………... 91
1. Skala Pe gukura ……… 91
2. Pe yusu a i stru e t ……… 92
F. Proses Pengembangan Instrumen ……… 95
1. Uji validitas ………... 95
2. Uji Reali ilitas ………... 102
G. Tek ik Pe gu pula Data……….………... 105
1. Studi Kepustakaa ………... 105
2. A gket ………... 106
3. Wa a ara ………... 107
H. A alisis Data ……… ... 107
1. Perhitungan Rata- Rata ……….. ... 108
2. Pengujian Normalitas ... 108
3. Pengujian Linearitas ……….. 109
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 115
A. Hasil Pe elitia ………... 115
1.Deskripsi Hasil Pe ilita ………... 115
2. Uji Persyarata A alisis ………... 143
a. Pe gujia Nor alitas ………... 143
b. Uji Li ieritas ………... 143
3. Analis Data Untuk Pengujian Hipotesis penelitian………... 145
a. Analisis Korelasi …………...………... 145
b. Analisis regresi ... 151
4. Intepretasi Hasil Analisis ... 157
B. Pe ahasa Hasil Pe elitia ………... 159
1. Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se- Bandung Utara... 159
2. Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Se-Ba du g utara ……… 168
3. Mutu Laya a Akade ik se Ba du g Utara ………... 175
4. Pengaruh Mutu Layanan Akademik terhadap Mutu Layanan Akademik se-Bandung Utara ... 181
5. Pengaruh pemanfaatan Fasilitas Belajar terhadap Mutu layana Akademik pada SMP Se-Ba du g Utara …………... 183
6. Pengaruh Kinerja Mengajar Guru dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar terhadap Mutu layanan Akademik pada SMP Se-Bandung Utara………... 185
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesi pula ………... 189
2. Reko dasi ……… ... 190
DAFTAR PUSTAKA ………... 193
LAMPIRAN –LAMPIRAN ………... 189
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Tabel Prosentasi Kelulusan Ujian Sekolah dan Ujian Nasional Kota
Bandung
10
1.2 Peringkat Akreditasi Sekolah Jawa Barat SMP Se Bandung Utara 11
3.1 Tabel Polulasi Penelitian ...…………... 81
3.2 Sampel Penilitan ... 84
3.3 Sampel Penilitan Perkelas ... 85
3.4 Skala Lightret…...………... 92
3.5 Isntrumensi Kisi – Kisi ...………... 92
3.6 Hasil Perhitu ga Uji Validitas Ki erja Me gajar Guru…... 97
3.7 Hasil Perhitungan Validitas Pemanfaatan Fasilitas Belajar ... 99
3.8 Hasil Perhitungan Uji Validitas Mutu Layanan Akademik ... 101
3.9 Reabilitas Variabel X1 ... 103
3.10 Reabilitas Variabel X2 ... 104
3.11 Reabilitas variabel Y... 107
3.12 Tabel Konsultasi hasil Perhitungan WMS ... 108
3.13 Hasil Uji Nor alitas ………. 109
3.14 Interpretasi Koefisien korelasi nilai r………. 110
4.1 Konsultasi Persentase Skor Rata-rata ... 115
4.2 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara (X1) ……….. 116
4.3 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Se-Bandung Utara (X2………. 119
4.4 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Mutu Layanan Akademik Pada SMP Se- Bandung Utara (Y)………. 122
4.5 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara (X1……… 125
4.6 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara (X2) ……….. 128
4.7 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Mutu Layanan Akademik Pada SMP Swasta Se- Bandung Utara (Y) ………. 131
4.8 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara (X1)………. 134
4.9 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara (X2) ………. 137
4.10 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Mutu Layanan Akademik Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara (Y) ………. 140
4.11 Hasil Uji Normalitas Data ……….. 143
4.12 Hasil Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Y……….. 144
4.13 Hasil Uji Linieritas Variabel X2 terhadap Y ……….. 145
4.14 Uji Korelasi Variabel Kinerja Mengajar Guru (X1) terhadap Mutu
Layanan Akademik (Y) ………. 146
4.15 Uji Korelasi Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu
Layanan Akademik (Y) ………. 148
4.16 Uji Analisis Korelasi Kinerja Mengajar Guru (X1) dan Pemanfaatan
Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu Layanan Akademik (Y)……….. 150
4.17 Uji Analisis Regresi Kinerja Mengajar Guru (X1) terhadap Mutu Layanan
Akademik (Y) ………. 152
4.18 Uji Analisis Regresi Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu
Layanan Akademik (Y) ……… 153
4.19 Uji Analisis Regresi Kinerja Mengajar Guru (X1) dan Pemanfaatan
Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu Layanan Akademik (Y) ……… 154
4.20 Uji Analisis Regresi ………. 155
4.21 Hasil Uji Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y ……… 155
4.22 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis 158
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Layanan………... 14
2.1 Matrik Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan………... 21
2.2 Hirarki Konsep Mutu ………... 26
2.3 Costumer Perception Of Quality And Customer Satisfaction ... 41
2.4 Kerangka Pemikiran ...………... 78
3.1 Disain Penelitian………...…... 87
4.1 Diagram Batang Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 119
4.2 Diagram Batang Variabel Pemanfaatan fasilitas Belajar ... 121
4.3 Diagram Batang Mutu Layanan Akademik ………... 124
4.4 Gambar Kontribusi X1, X2, Y………... 128
4.5 Diagram Batang Kriteria Skor Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara……… 130
4.6 Diagram Batang Kriteria Skor Mutu Layanan Akademik (Y) Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara………. 133
4.7 Diagram Batang Kriteria Skor Kinerja Mengajar Guru (X1) Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara……… 136
4.8 Diagram Batang Kriteria Skor Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara………. 139
4.9 Diagram Batang Kriteria Skor Mutu Layanan Akademik (Y) Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara……….. 142
4.10 Struktur Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y 158
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Peningkatan kualitas dalam berbagai bidang kehidupan sangat bergantung
pada manusia sebagai subyek atau pelaku. Pendidikan, dalam hal ini sekolah atau
satuan pendidikan diharapkan memberi jaminan menghasilkan lulusan pendidikan
(output) yang bermutu tinggi sebagai upaya untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang handal. Hal ini menjadi sebuah penegasan karena pendidikan
merupakan elemen penting dari kehidupan seseorang dan menjadi aspek strategis
bagi terbentuknya potensi manusia sehingga berkualitas bagi pembangunan suatu
bangsa (Sagala 2004:1).
Senada dengan pendapat Engkoswara dan Komariah (2010:1) bahwa “pendidikan merupakan alat yang strategis dalam pengembangkan sumber daya manusia untuk memiliki segala potensi agar dapat mengaktualisasikan diri bagi
orang lain, dengan kata lain pendidikan menjadi investasi keuntungan sosial dan
pribadi serta menjadi bangsa bermartabat dan individu manusia yang memiliki
derajat”. Hal ini berarti kemajuan bangsa dan negara dapat dirasakan dari
sumbangan manusia untuk kesejahteraan diri sendiri dan masyarakat. Mengingat
betapa pentingnya pendidikan, maka penyelenggaraan sekolah hendaknya
dilakukan dan dikelola secara baik dan serius oleh tenaga-tenaga profesional yang
menguasai ilmu pendidikan dan aturan penyelenggaraan sekolah yang layak.
Berdasarkan ulasan di atas dapat dikatakan betapa pentingnya pendidikan
sebagai alat strategis untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Hal ini jelas
diakui karena melalui pendidikan, program mencerdaskan bangsa dapat
ditingkatkan dan dikembangkan. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I
Pasal 1 ayat (1) mengatakan bahwa:
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”
Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa pendidikan merupakan suatu
sistem dengan berbagai komponen yang dikelola secara baik agar seluruh potensi
anak dikembangkan. Maka pendidikan perlu terus diperbaharui mutunya,
sebagaimana dikatakan Sa’ud (2010:1-2). Pendidikan sebagai upaya untuk
menjembatani masa sekarang dan yang akan datang, perlu
pembaharuan-pembaharuan dalam pelayanan peserta didik agar berkembang sesuai dengan
tuntutan zaman.
Pentingnya mutu pendidikan sebagaimana ditegaskan oleh Leg’cevic dalam jurnal Internasional dengan judul “Quality Gap of Educational Services In
Viewpoints Of Students” (sudut pandang siswa terhadap gap kualitas pelayanan
pendidikan) yang diterbit tanggal 15 Desember 2009 menunjukkan bahwa layanan
memainkan peran penting dalam meningkatkan nilai yang positif serta
mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi. Selanjutnya dikatakan bahwa,
pemahaman dapat mengukur harapan pelanggan dan kinerja adalah komponen
penting yang dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan organisasi. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan dipercaya oleh publik maka kala akademik yang
diberikan dapat membawa kepuasaan bagi peserta didik.
Menurut Nana, Novi dan Ahman (2006:5-6) mengenai konsep mutu
dalam pendidikan bahwa, dalam menanggapi tantangan dan kebutuhan pendidikan
yang bermutu dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat
dibutuhkan manusia-manusia yang berkualitas dalam berbagai aspek. Manusia
yang dimaksud untuk memenuhi tuntutan itu ialah manusia yang berusaha tahu
banyak („knowing much”), berbuat banyak (“doing much”), mencapai keunggulan (“being exellence”), menjalin hubungan dan kerja sama dengan orang lain (“being sociable”), serta berusaha memegang teguh nilai-nilai moral (“being
morally”). Manusia-manusia “unggul, bermoral, dan pekerja keras” inilah yang
Pendidikan sangat penting untuk membentuk manusia yang berkualitas
dalam berbagai aspek untuk menghadapi tuntutan zaman, tetapi kita menyadari
bahwa mutu pendidikan dan mutu sumber daya manusia masyarakat kita pada saat
ini masih rendah, tertinggal dari kemajuan negara tetangga ataupun negara-negara
lain di dunia. Hal itu dapat dilihat dari tatanan kehidupan masyarakat yang belum
menunjukkan karakter yang bermutu serta masih kurangnya karya keilmuan dan
teknologi yang dapat dihasilkan, disamping juga masih rendahnya nilai standar
kelulusan yang ditetapkan pemerintah pada Ujian Nasional dalam beberapa
dekade terakhir ini. Dengan kondisi mutu pendidikan dan sumber daya manusia
yang masih rendah tersebut, maka tidak akan mungkin bangsa kita dapat
membangun masyarakat yang sejahtera sebagaimana yang kita cita-citakan.
Peningkatan mutu pendidikan hendaknya dilakukan secara terpadu dengan
memperhatikan segala aspek dan unsur yang mempengaruhi proses pendidikan.
Menurut Nana, Novi dan Ahman (2006:7) bahwa “pendidikan yang bermutu
harus didukung oleh personalia (administrator, guru, dan tata usaha) yang bermutu
dan profesional”. Selain itu belum maksimal tersedianya sarana prasarana,
fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlah
dan biaya mencukupi, managemen yang tepat serta lingkungan. Jadi mutu
pendidikan bersifat menyeluruh, menyangkut semua komponen, pelaksana, dan
kegiatan pendidikan yang disebut sebagai mutu total, atau “Total Quality”.
Pendidikan merupakan aspek penting dalam mewujudkan mutu
pendidikan untuk mencerdaskan bangsa. Sebagai subyek yang penting dalam
pendidikan, profesi guru perlu dikembangkan secara terus-menerus dan
proporsional sesuai dengan jabatan fungsionalnya. Kehadiran guru yang sungguh
nampak terlihat dalam proses pembelajaran di sekolah. Menurut Rosalin (2008:1)
mengungkapkan bahwa “guru mempunyai peran amat penting karena guru
bertugas untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan nilai kepada siswa”.
Maka sangat dibutuhkan guru atau tenaga pendidik yang handal dan sesuai
dengan profesinya.
Sebagaimana dikatakan oleh Sa’ud (2008:7) bahwa “tugas guru sebagai
kesetiaan terhadap profesi. Guru adalah salah satu personil yang dominan dalam
pengelolaan organisasi sekolah”. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dengan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah, ditegaskan juga dalam UU
No 14 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2003.
Berdasarkan dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
dan tercapainya tujuan pendidikan bergantung pada terlaksananya secara optimal
semua komponen pendidikan termasuk guru sebagai ujung tombak. Bicara
mengenai keberhasilan di sini, khusus ketercapaian mutu pendidikan di Indonesia
masih memprihatinkan. Fenomena empirik mengatakan pendidikan di Indonesia
secara umum masih rendah mutunya, hal ini mengarah pada mutu layanan
pendidikan yang diberikan sekolah. Adapun penyebab rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia sebagaimana diungkapkan oleh Kasim (2009: 36), ada
tujuh permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan yaitu: (1) rendahnya sarana fisik, (2) rendahnya
kualitas guru, (3) rendahnya kesejahteraan guru, (4) rendahnya prestasi siswa, (5)
rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, (6) rendahnya relevansi
pendidikan dengan kebutuhan dan (7) mahalnya biaya pendidikan.
Senada dengan pendapat Amri (2013:23) yang mengatakan rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal di antaranya: (1)
kepemimpinan sekolah yang belum optimal, (2) kualitas guru yang belum
memenuhi standar nasional pendidikan, (3) pengembangan kurikulum yang belum
maksimal, (4) pengalokasian dana pendidikan belum terpenuhi dan (5) sarana dan
prasarana sekolah yang tidak memadai.
Lebih lanjut dijelaskan akibat rendahnya mutu pendidikan dapat dirasakan
sehubungan dengan standar kelulusan dalam dekade terakhir ini. Mutu kelulusan
hanya dapat diukur berdasarkan presentasi, namun mutu kelulusan masih rendah
karena tolak ukur sebatas nilai akademik yang ditentukan oleh pencapaian
kompetensi dasar tanpa mempertimbangkan perbedaan potensi guru, kebijakan
kurikulum yang selalu berubah-ubah tanpa melakukan survey di lapangan
sebelum melakukan perubahan. Dalam kurikulum masalah isi dari lingkup materi
masih banyak kekurangan dalam segi konten terutama materi ajar dan materi
belajar yang kebanyakan membuat guru dalam proses pembelajaran hanya
mengacu pada apa yang ada pada buku tes. Selain itu banyak guru yang tidak
mengaplikasikan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam penggunaan metode
mengajar yang bervariasi sehingga siswa kurang aktif.
Pokok penting yang juga menjadi keprihatinan adalah masalah pendidikan
dan tenaga kependidikan. Sehubungan dengan sasaran utama peningkatan mutu
pendidikan adalah untuk prestasi peserta didik yaitu berupa nilai, maka peran
guru menjadi sangat penting (Zamroni, 2011, p.227). Pernyataan ini berarti bahwa
kualitas pembelajaran sangat ditentukan dari kualitas guru yaitu kemampuan dan
kemauan guru, maka perlu pengembangan profesional guru yang terus-menerus.
Adanya pernyataan yang mengungkapkan keraguan akan profesionalisme
guru yang memprihatikan. Dalam majalah kompas (9 Desember 2005) yang
ditulis oleh Fattah di Bandung sebagai berikut;
“Hampir separuh dari sekitar 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar karena kualifikasi dan kompetensinya tidak sesuai profesi dan implementasi. Kenyataan ini diduga sebagai penyebab mutu pendidikan di Indonesia rendah. Jumlah guru yang tidak layak mengajar tercatat 912.505 orang terdiri atas 605.217 guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA dan 63.961 guru SMK.”
Dari pernyataan ini dapat dilihat bahwa kualitas atau kompetensi guru
masih rendah. Sehubungan dengan masalah peningkatan kinerja guru, ruang
lingkup administrasi pendidikan di dalamnya terdapat bidang kajian yang
mempelajari manajemen sumber daya manusia (human resources management)
sebagai strategis bagi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Pengembangan dan pelatihan guru dalam aspek pengetahuan,
ketrampilan, dan kepribadian menjadi agenda penting dalam dunia pendidikan.
Hal ini sejalan dengan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, mengingat
penting yang harus diketahui oleh guru dalam dunia administrasi pendidikan yaitu
manajemen kelas.
Pengelolaan sekolah adalah sesuatu yang sangat rumit dalam era
globalisasi di mana berkembangnya berbagai lembaga pendidikan yang bersaing
dalam meningkatkan mutu. Persaingan yang sehat lahir dari upaya sekolah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan kemampuan pengelolaan agar menimbulkan
kepercayaan publik terhadap layanan yang diberikan oleh sekolah. Sebagaimana
semua elemen yang ada di sekolah harus berupaya meningkatkan mutu pelayanan
secara terus-menerus. Oleh karena sekolah bermutu, semakin dituntut untuk
semakin menyadari pentingnya peningkatan dan mempertahankan mutu
pelayanan institusinya.
Senada dengan pendapat Hoy dan Miskel dalam Sagala (2004:57)
mengatakan bahwa “sekolah sebagai institusi pengelola pelayanan pendidikan
diharapkan dapat memfungsikan seluruh sumber daya yang ada secara efektif
dalam mencapai tujuan, dan efisien dalam penggunaan sumber daya dalam suatu
hubungan organisasi”. Hal ini berarti sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam
suatu sistem yang merupakan proses mekanisme bahan mentah (raw input) berupa
peserta didik melalui tahapan “proses” menghasilkan keluaran (out put) berupa
tamatan/lulusan dengan menggunakan sarana penunjang serta tenaga
kependidikan (instrumental input) dan kondisi lingkungan (environmental input)
demi mendukung bagi terjaminnya proses pendidikan.
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi
pembelajaran yang dikelola oleh guru. Salah satu sumber daya manusia yang
harus dipenuhi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah keberadaan
guru profesional. Hal ini berarti guru perlu memahami komponen-komponen
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Kemampuan guru dalam
berbagai aspek seperti pengetahuan, ketrampilan, dan kepribadian sangat
dibutuhkan. Pendapat ini dikuatkan oleh pernyataan Rukmana dan Suryana
(2010:100) yang mengatakan “tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu
pengetahuan tetapi dengan keahliannya, guru mampu memanfaatkan semua
Selanjutnya dikatakan oleh Glen. I. Earthman (2009: xi) untuk mencapai
tujuan dalam pendidikan perlu suatu perencanaan fasilitas yang baik guna
membangun tercapainya pembelajaran yang efektif. Ini merupakan tugas
administrator pendidikan dalam hal ini yaitu kepala sekolah untuk merencanakan
dan mengadakan fasilitas yang baik guna membangun tercapainya pembelajaran
yang efektif.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB XII pasal 45 tentang sarana prasarana menyatakan bahwa setiap satuan
pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang
memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kewajiban peserta
didik.
Lebih lanjut dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan, BAB VII pasal 42 yang
mengatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya
bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Sedangkan prasarana adalah
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produk, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan tempat lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Berdasarkan ketentuan ini, maka sekolah-sekolah mulai mengupayakan
peningkatan fasilitas belajar yang diadakan oleh penyelenggara pendidikan
maupun subsidi dari pemerintah. Di satu sisi sekolah mulai menyadari betapa
pentingnya sarana prasarana dalam menunjang pembelajaran, namun di sisi lain
masih ditemukan pemanfaatan fasilitas yang kurang optimal. Oleh karena itu guru
dituntut untuk mempelajari bagaimana cara memanfaatkan fasilitas secara optimal
Pendapat lain juga dikatakan oleh Arief, dkk (2012:11-12); guru bukan
hanya menghabiskan waktu mengajar dengan menggunakan suara sehingga hilang
suaranya, namun guru harus trampil menggunakan waktu dengan cara
berkomunikasi menyampaikan pesan dengan menggunakan sarana belajar yang
sesuai dengan kebutuhan materi dan kebutuhan siswa.
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pembelajaran merupakan upaya
untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif yang dicapai
dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat
melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.
Betapa penting peran guru demi keberhasilan proses pembelajaran. Guru
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam terselenggaranya
proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Keberadaan guru
sebagai pelaku utama untuk menfasilitasi seluruh proses belajar siswa. Maka
dibutuhkan guru yang profesional, berkualitas dalam bidang profesinya dalam
mewujudkan tujuan pendidikan.
Dalam classroom environment, climate and culture dikatakan bahwa
lingkungan kelas yang baik sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan dapat meningkatkan keaktifan anak dan efektivitas
belajar (Lorin, 2004: 50). Peran guru menjadi sangat penting untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif dengan memanfaatkan fasilitas belajar agar siswa
mengalami kepuasan dalam belajar.
Upaya peningkatan mutu layanan akademik di mana guru sebagai ujung
tombak proses pembelajaran memanfaatkan fasilitas belajar menjadi sangat
penting. Namun yang terjadi di Indonesia sehubungan dengan fasilitas belajar
untuk menunjang proses pembelajaran masih dinilai rendah. Data Balitbang
Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang
menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh
ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau
34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26%
mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka
umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun
dengan persentase yang tidak sama.
Selain itu, artikel pada koran Kompas, Rabu 23 Maret 2010 menyatakan
bahwa sampai saat ini 88.8 % sekolah di Indonesia mulai SD hingga SMA/SMK,
belum melewati mutu standar pelayanan minimal karena layanan mulai dari guru,
bangunan sekolah, fasilitas perpustakaan dan laboratorium, buku-buku pelajaran
dan pengayaan, serta buku referensi masih minim. Pada jenjang SD baru 3,29%
dari 146.904 yang masuk kategori sekolah standar nasional, 51,7% kategori
standar minimal dan 44,84% di bawah standar pendidikan minimal, pada SMP
28,41% dari 34.185, 44,45% berstandar minimal dan 26% tidak memenuhi
standar pelayanan minimal. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan di Indonesia
tidak terpenuhi sarana dan prasarananya (Sosiologimaexis, 2011).
Melihat fenomena yang terjadi sesungguhnya sekolah mengalami
tantangan yang berat saat menghadapi persaingan dalam dunia pendidikan yang
diwarnai dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat
pesat. Guru harus memiliki kompetensi untuk dapat melakukan suatu perubahan
dalam proses pembelajaran di kelas. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak
merasa sebagai teacher center, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek
belajar tetapi juga sebagai subjek belajar dan pada akhirnya bermuara pada proses
pembelajaran yang menyenangkan, gembira, dan demokratis yang menghargai
setiap pendapat sehingga pada akhirnya substansi pembelajaran benar-benar
dihayati. Hal ini menjadi tuntutan layanan mutu akademik sekolah untuk
mencapai keunggulan kompetitif(competitive advartage).
Dengan demikian pelayanan sekolah harus dapat memberi kemudahan dan
kepuasan kepada stakeholder dalam seluruh program pembelajaran. Guru harus
mulai terbuka terhadap perubahan dalam pengembangan diri agar mutu pelayanan
kinerja berkualitas dan memuaskan pelanggan, khususnya siswa yang berhadapan
langsung dalam pembelajaran.
Menurut Kotler (2008:464) mengungkapakan bahwa “tingkat kepuasan
seorang pelanggan atau pemakai jasa setelah membanding kenyataan dari kinerja
Selanjutnya dijelaskan juga kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh pelanggan
akan selalu dinilai lewat proses perbandingan yang berkelanjutan antara harapan
dengan kenyataan yang diberikan (Kotler, 2008 :493).
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai “agent of
change” diharapkan dapat mengubah kognitif, afektif, maupun psikomotorik
peserta didik. Dengan kata lain persaingan sekolah harus diorientasikan pada
pembentukan manusia yang kompeten dan beradab. Maka upaya sekolah untuk
meningkatkan mutu layanan akademik harus dikelola secara efektif dan efesien.
Pernyataan ini senada dalam ilmu administrasi pendidikan yang dikenal dengan
konsep manajemen mutu pendidikan atau Total Oquality Management (TQM),
yang dicetuskan oleh Edward Sallis.
Berkaitan dengan mutu layanan akademik, berhasil tidaknya dapat dilihat
dari mutu kelulusan sekolah yang membawa dampak positif bagi minat publik
terhadap sekolah yang bersangkutan. Menanggapi fenomena yang mengatakan
masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, akan diteliti lebih dalam sejauh
mana sekolah–sekolah di Indonesia telah berupaya meningkatkan mutu
pendidikan melalui peningkatan mutu layanan akademik yang terus-menerus.
Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara adalah sekolah yang
dikelola oleh pihak swasta maupun negeri. Berdasarkan fenomena masyarakat,
sekolah - sekolah yang berada di wilayah tersebut menjadi sekolah pilihan. Hal ini
dapat dilihat dari mutu sekolah berdasarkan beberapa data yang diperoleh dari
Dinas Kota Bandung. Adapun data yang diperoleh sehubungan dengan prosentasi
kelulusan ujian sekolah dan ujian nasional serta peringkat akreditasi sebagai
berikut:
Tabel 1.1
Prosentasi Kelulusan Ujian Sekolah (US) Dan Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2011/2012 Dan 2012/2013 Kota Bandung
NO TAHUN PELAJARAN PROSENTASI KELULUSAN
KOTA BANDUNG BANDUNG UTARA
1 2011/2012 100% 100%
2 2012/2013 100% 100%
Tabel 1.2
Peringkat Akreditasi Sekolah Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (Ban-S/M) Jawa Barat
(SMP Se-Bandung Utara)
No Wilayah Tahun
Akreditasi
Jumlah
Sekolah
Rentang
Nilai
Kualifikasi
Akreditasi
Presentasi
1 Bandung Utara 2010/2011 29 100 – 86 A 96 % 2 Bandung Utara 2011/2012 1 71- 85 B 0,4 %
Berdasar data di atas maka dapat disimpulkan bahwa SMP Se-Bandung
Utara memiliki mutu yang baik. Apakah mutu layanan akademik di sekolah-
sekolah membuktikan mutu sekolah? Untuk membuktikan sejauh mana upaya
sekolah dalam meningkatkan mutu layanan akademik, maka penulis memilih
SMP Se-Bandung Utara sebagai sampel penelitian.
Pendidikan sangat mempengaruhi seluruh bidang kehidupan. Menanggapi
tuntutan zaman, peran pendidikan semakin penting, di mana pendidikan harus
tetap eksis dalam meningkatkan fungsinya bagi pembentukan manusia.
Sebagaimana telah dikatakan di atas, bahwa pendidikan akan semakin terasa
dampaknya bila guru sebagai ujung tombak dituntut untuk memiliki kemampuan
dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar yang tercermin
pada kompetensinya. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat bergantung
pada kreativitas dan inovasi guru sebagai perencana, pelaksana, dan sekaligus
evaluator pembelajaran.
Kompetensi guru semakin meningkat dalam pembelajaran yang tercermin
dalam kemampuan guru memanfaatkan semua fasilitas belajar. Semakin terampil
guru memanfaatkan semua sarana prasarana yang menunjang pembelajaran
semakin meningkat pula layanan guru kepada peserta didik. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa mutu layanan akademik meningkat bergantung pada kinerja
mengajar guru dalam seluruh proses pembelajaran. Melalui kompetensi guru
dalam mengelola seluruh proses pembelajaran, maka terwujudlah tujuan
pendidikan yang diharapkan. Penelitian ini akan diambil berdasarkan persepsi
mutu layanan akademik di SMP Se- Bandung Utara baik sekolah swasta maupun
sekolah negeri.
B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH 1. Identifikasi Masalah
Terwujudnya tujuan pendidikan, sangat bergantung pada mutu pendidikan
yang dilaksanakan. Mutu merupakan hal penting yang diperjuangkan oleh semua
lembaga begitupun dalam pendidikan. Berangkat dari tujuan pendidikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta melahirkan generasi penerus yang kreatif,
produktif, berdaya saing tinggi, pendidikan harus terealisasi dalam proses
pembelajaran terus-menerus berusaha menghasilkan lulusan yang bermutu.
Menurut Sudarya dalam jurnal pendidikan dasar (8 Oktober 2007),
mengatakan, mutu menjadi faktor kunci keberlangsungan suatu kegiatan dalam
bidang industri dan bisnis maupun dalam bidang pendidikan. Dalam konsep mutu
yang terkandung dalam TQM (Total Quality Management), ada dua kegiatan
yaitu mutu yang berhubungan dengan produk berupa barang dan jasa atau layanan
(servis). Sejalan dengan konsep ini, dalam dunia pendidikan dikenal dengan mutu
layanan akademik. Menurut Alma (2003:135) mengemukkan bahwa:
“Mutu akademik adalah muara dari mutu proses pendidikan manusia, alat kurikulum dan fasilitas yang tercermin pada mutu mengajar guru, mutu pelajaran dan mutu hasil belajar, sehingga dapat membentuk seperangkat kemampuan”.
Pendapat lain diungkapkan oleh Murgatroyd dan Morgan (1994:47-48),
mutu layanan memiliki definisi yang mencakup tiga hal yaitu: (1) jaminan mutu
(Quality assurance) mutu yang mengacu pada penetapan standar, metode yang
tepat dan persyaratan yang ditentukan oleh suatu lembaga, (2) kontrak konfirmasi
(contract conformance) adalah kontrak yang beberapa mutu standarnya telah
ditentukan selama pembentukan negosiasi kontrak dan (3) mutu konsumen
(costumer-driven quality) mengacu pada orang-orang yang menerima pelayanan sesuai
Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa bicara tentang mutu
berkaitan dengan seluruh komponen yang mempengaruhi. Senada dengan
pendapat Sudarya dalam jurnal pendidikan dasar mengatakan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi mutu layanan pendidikan yaitu (1) sumber daya manusia
yang mengemukakan tentang pekerjaan, rekruitmen dan seleksi karyawan,
pelatihan dan pengembangan sistem kompensasi, jalur karis, (2)
organisasi/struktur yang merupakan integrasi atau koordinasi antar fungsi dan
struktur pelaporan, (3) pengukuran (measurement) merupakan evaluasi kinerja
dan pemanfaatan keluhan dan kepuasaan pelanggan, (4) pendukung sistem yaitu
faktor teknis, komputer dan data base, (5) layanan mencakup nilai tambah,
rentang kualitas layanan, standar kinerja, pemuasan kebutuhan dan ekspektasi
pelanggan, (6) program mencakup pengelolaan keluhan pelanggan, alat-alat
manajemen, (7) komunikasi internal yaitu prosedur dan kebijakan serta umpan
balik dalam organisasi dan (8) komunikasi eksternal yaitu edukasi pelanggan,
manajemen ekspektasi pelanggan dan pembentukan citra positif perusahaan.
Pendapat lain dikatakan oleh Nana, Novi dan Ahman (2006:7) bahwa: “Terjadi proses pendidikan yang bermutu, ada beberapa faktor yang menunjang diantaranya; (1) adanya personalia yang terdiri dari administrator, guru, konselor dan tata usaha yang bermutu dan profesional, (2) adanya sarana dan prasana pendidikan, fasilitas, media serta sumber belajar yang memadai, baik maupun jumlahnya, (3) biaya yang mencukupi, (4) manajemen yang tepat, (5) lingkungan yang mendukung”.
Berdasarkan pendapat Murgatroyd dan Morgan, Sudarya serta Nana dkk di
atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu layanan
pendidikan, yaitu mutu layanan akademik dalam seluruh proses pembelajaran.
Agar lebih jelas faktor-faktor tersebut di atas, maka dibuatlah bagan faktor yang
mengaruhi mutu layanan akademik hasil adopsi dari beberapa pendapat sebagai
Gambar 1.1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Layanan
2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini agar permasalahan yang dibahas tidak meluas, perlu
suatu batas, yang dibuat dalam bentuk rumusan masalah. Menurut Sugiyono
(2009:35) mengatakan rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan
dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Berdasarkan ruang lingkup dan pembatasan masalah tersebut, maka
masalah utama yaitu bagaimana pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan
fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama
Se-Bandung Utara. Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru di Sekolah Menengah Pertama
Se-Bandung Utara?
2. Bagaimana gambaran pemanfaatan fasilitas belajar di Sekolah Menengah
Pertama Se-Bandung Utara?
Adanya personalia yang terdiri dari administrator, guru, konselor dan tata usaha yang bermutu dan profesional
Lingkungan yang mendukung
Manajemen yang
tepat
MUTU
LAYANAN
Sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media serta sumber belajar yang memadai Biaya yang
3. Bagaimana gambaran mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama
Se-Bandung Utara?
4. Seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu layanan
akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara?
5. Seberapa besar pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan
akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara?
6. Seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas
belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama
Se-Bandung Utara?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian merupakan suatu keinginan peneliti untuk mencari
sebuah jawaban atas permasalahan yang ada. Dengan kata lain, tujuan penelitian
berkaitan dengan hasil yang diperoleh setelah penelitian berakhir. Tujuan
penelitian dapat dilihat dari dua konteks, yaitu tujuan penelitian secara umum dan
tujuan penelitian secara khusus. Tujuan penelitian dirumuskan berdasarkan
rumusan masalah. Adapun tujuan umum dan tujuan khusus tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperolah
gambaran mengenai pengaruh kinerja mengajar guru dan pemaanfaatan fasilitas
belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-
Bandung Utara.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Memperoleh gambaran mengenai pengaruh kinerja mengajar guru dan
terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung
Utara.
b. Memperoleh gambaran mengenai pemanfaatan fasilitas belajar terhadap
c. Memperoleh gambaran mengenai mutu layanan akademik di Sekolah
Menengah Pertama Se-Bandung Utara.
d. Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan
fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah
Pertama Se-Bandung Utara.
e. Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan
fasilitas belajar meningkatkan mutu layanan akademik di Sekolah Menengah
Pertama Se-Bandung Utara.
D. METODE PENELITIAN 1. Metode Survey
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan
pendekatan kuantitatif melalui analisis korelasi dan regresi. Penelitian survei yang
dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis.
Seperti dikemukakan oleh Masri S. (2003:21), penelitian survei dapat digunakan
untuk maksud: (1) penjajagan (eksploratif); (2) deskriptif; (3) penjelasan
(eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan
pengujian hipotesis; (4) evaluasi; (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu
dimasa datang; (6) penelitian operasional; dan (7) pengembangan
indikator-indikator sosial.
Jenis penelitian survei ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan
kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki
hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan
tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sesuatu
variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab-akibat tersebut adalah
kinerja mengajar guru (X1) dan pemanfaatan fasilitas belajar (X2) terhadap mutu layanan akademik (Y).
2. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan
menganalisis datanya menggunakan statistik. Oleh karena itu pendekatan
kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan hasilnya (Arikunto, 2002: 10)
3. Analisis Regresi
Analisis regresi adalah teknik statistikal yang digunakan untuk mengukur
hubungan antara variabel dependent (Y) dengan dua variabel indevendent (X1) dan (X2). Analisis regresi digunakan untuk mendapatkan informasi agar tujuan
penelitian dapat tercapai, regresi dapat dipakai untuk memperkirakan variabel
mana, atribut mana yang paling banyak memberikan kontribusi dengan uji coba
yang signifikan.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan
prinsip-prinsip serta faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru,
pemanfaatan fasilitas belajar dan mutu layanan akademik. Manfaat yang lebih
nyata, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan khususnya
dalam bidang peningkatan mutu layanan akademik yang dilihat dari kinerja
mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar yang ada di sekolah.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan memberi sumbangan berarti bagi acuan
pemikiran untuk peningkatan mutu layanan akademik bagi Sekolah Menengah
Pertama Se-Bandung Utara yang dilihat dari kinerja mengajar guru dan
pemanfaatan fasilitas belajar. Penelitian yang dilakukan juga mendapat beberapa
manfaat praktis sebagai berikut:
a. Bagi penulis, menambah wawasan dalam pengetahuan sehubungan dengan
hasil penelitian tentang pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan
fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik. Lebih lanjut, sehubungan
dalam penerapan tugas secara nyata, sehingga berdampak pada peningkatan
mutu layanan di masa yang akan datang.
b. Bagi pengelola dan kepala sekolah, penelitian ini sebagai masukan dalam
peningkatkan mutu layanan akademik yang dilihat dari dampak atau pengaruh
kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar yang signifikan.
c. Bagi guru-guru dan semua tenaga administrasi, dari hasil penelitian ini
menjadi masukan yang berarti dalam membantu meningkatkan kinerja
mengajar dan pemanfaatkan fasilitas belajar serta memperbaiki layanan
akademik sehingga mutu sekolah meningkat sesuai dengan harapan
pelanggan atau stakeholder.
d. Bagi peserta didik, khususnya sebagai responden, melalui hasil evaluasi
penelitian ini yang dibuat dapat membantu pengembangan sekolah dalam
peningkatan mutu layanan akademik yang lebih baik bagi peserta didik.
F. Struktur Organisasi Tesis
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab sesuai
dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI pada tahun 2012, lengkapnya
sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan dalam ini membahas mengenai latar belakang
penelitian yang membahas mengenai alasan penelitian, mengapa masalah itu
diteliti dan pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti,
identifikasi masalah dan perumusan masalah, membahas rumusan dan analisis
masalah serta identifiaksi variabel-variabel penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian baik secara teroritis maupun praktis, metode penelitian dan struktur
organisasi tesis untuk melihat susunan penulisan tesis.
Bab II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.
Dalam bab ini membahas tentang kajian pustaka sehubungan dengan tiga variabel
yang akan diteliti serta dapat mendukung penelitian, kerangka pemikiran yang
menggambarkan rumusan hipotesis yang dikaji dengan melihat hubungan antara
teori dengan variabel-variabel penelitian serta gambaran hipotesa penelitian yang
Bab III: Metodologi Penelitian , bab ini membahas tentang lokasi dan
subyek, populasi/sampel yang diambil dalam penelitian menjadi sasaran dari
penelitian ini. Selain itu berisi pembahasan tentang metode penelitian,
menjabarkan metode apa yang sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan,
definisi operasional yang dirumuskan sesuai dengan konsep yang didapat serta
disesuaikan dengan lapangan yang akan diteliti serta merumuskan
indikator-indikator yang lahir dari definisi operasional yang kemudian dibuat instrumen
peneliti berupa angket. Selanjutnya proses pengembangan instrumen berkaitan
dengan uji reliabilitas dan validitas, teknik pengumpulan data dan analisis data
yang dijelaskan secara rinci melalui tahap-tahap analisis data.
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini diuraikan dua
hal utama yaitu pertama hasil penelitian. Pada hasil penelitian diuraikan mengenai
hasil analisis sesuai dengan hasil penelitian dan membuat deskripsi hasil
penelitian. Selanjutnya memaparkan hasil uji analisis, pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian dalam pembahasan penelitian diuraikan. Melalui
hasil analisis akan terlihat pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu layanan
akademik, pengaruh pemanfaataan fasilitas belajar terhadap mutu layanan
akademik serta pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar
terhadap mutu layanan akademik.
Bab V: Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi tentang kesimpulan
mengenai hasil temuan penelitian sebagai pokok-pokok penting akan disampaikan
berdasarkan pertanyaan atau rumusan masalah. Selain itu dalam bab ini berisi
saran atau rekomendasi dari penulis kepada semua pihak yang berhubungan
dengan penelitian yaitu penyelenggara sekolah, kepada sekolah, para guru, TU
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL 1. Lokasi Penelitian
Lokasi atau tempat yang sesuai dengan sasaran juga menjadi hal penting
yang perlu diperhatikan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, lokasi yang dituju
adalah sekolah dan sasaran penelitian pada peserta didik. Apapun judul yang
diajukan adalah “Pengaruh Kinerja Mengajar Guru Dan Pemanfaatan Fasilitas
Belajar Terhadap Mutu Layanan Akademik Pada Sekolah Menengah Pertama
Se-Bandung Utara” (Studi Deskriptif Analitik Persepsi Siswa Terhadap Mutu
Layanan Akademik Pada Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara).
Berdasarkan judul penelitian maka lokasi atau tempat penelitian ini adalah
di Sekolah Menengah Pertama Swasta maupun Negeri yang berada di wilayah
Bandung Utara berdasarkan pembagian dari Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Adapun dasar pemilihan lokasi tersebut karena sekolah-sekolah ini memiliki
jenjang yang sama dan berada di satu wilayah binaan.
2. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pendapat ini dikemukakan
oleh Sugiyono dan Akdon (2008:96). Sedangkan Riduwan (2010:276),
mengatakan populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya.
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, populasi merupakan
subyek atau objek yang berada dalam satu wilayah penelitian di mana objek dan
subyek tersebut memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Berdasarkan pengertian di atas, maka sesuai dengan masalah penelitian
ini, penulis menentukan populasi sasaran dalam penelitian sebanyak 30 (tiga
puluh) SMP Se-Bandung Utara baik swasta maupun negeri dengan perincian 19
siswa/siswi kelas 7, 8, dan 9 dari 30 (tiga puluh) sekolah sebanyak 17421 orang.
Adapun uraian data jumlah populasi sekolah sesuai tingkat kelas dari 30
SMP Se- Bandung Utara sebagai berikut:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
NO Nama Sekolah Kelas Jumlah
Siswa VII VIII IX
1 SMP Santa Angela 174 164 166 504
2 SMP Santo Aloysius 1 129 153 153 435
3 SMP Paulus 13 16 21 50
4 SMP Santa Ursula 119 118 107 344
5 SMP Pandu 51 50 35 136
6 SMP Santa Maria 55 77 65 197
7 SMP Pertiwi 47 105 97 249
8 SMP Taruna Bhakti 30 30 30 90
9 SMP BPK 1 Penabur 304 308 302 914
10 SMP BPP 104 151 163 418
11 SMP Adven 10 16 14 40
12 SMP Babtis 22 25 30 77
13 SMP Kemah Indonesia 4 55 85 64 204
14 SMP PGII 2 200 208 228 636
15 SMP Pasundan 6 82 104 110 296
16 SMP Nasional 151 176 144 471
17 SMP Sumatra 40 55 67 83 205
18 SMP KARTIKA SILIWANGI 11 71 90 184 345
19 SMP PGII 1 164 191 230 585
20 SMPN 2 269 295 386 950
21 SMPN 5 RSBI 267 254 149 670
22 SMPN 7 354 383 347 1084
23 SMPN 27 402 388 391 1181
NO Nama Sekolah Kelas Jumlah Siswa
25 SMPN 14 416 296 306 1018
26 SMPN 22 393 352 350 1095
27 SMPN 44 388 287 321 996
28 SMPN 16 329 339 409 1077
29 SMPN 19 366 296 279 941
30 SMPN 35 344 358 368 1070
TOTAL 17421
3. Sampel Penelitian
Untuk mempermudah melakukan penelitian, peneliti memerlukan sampel
yang merupakan bagian dari populasi. Adapun sampel yang digunakan dalam
penelitian ini diambil berdasarkan data yang dapat mewakili populasi secara
keseluruhan (representatif). Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2009: 91)
bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
Senada juga dengan apa yang dikatakan oleh Arikunto (2010:174) bahwa
sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber
data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dikarenakan populasi dalam penelitian
ini sifatnya heterogen, maka dilakukan penarikan sampel dengan menggunakan
Proportionate Stratified Random Sampling (Sugiyono 2008:82). Teknik ini
hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya
memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.
Dalam menentukan ukuran sampel, Sugiyono (2008:86-87) mengatakan
jumlah sampel yang diambil bergantung pada tingkat ketelitian atau kesahihan
yang dikehendaki. Maka penelitian ini berdasarkan jumlah yang ditentukan dalam
penentuan jumlah sampel taraf 1%, 5% dan 10% sesuai dengan jumlah
keseluruhan peserta didik bila 1000 diambil taraf 5% maka jumlah sekitar 336.
Dari ketentuan ini, maka dari jumlah keseluruhan peserta didik di atas 17421 jadi
Menurut Akdon (2008:109) dari penentuan jumlah menurut ketentuan di
atas untuk perhitungan jumlah peserta didik 17421, maka mengunakan rumus
Taro Yamane :
Dimana : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d2 = presisi yang ditetapkan (5%)
Jadi jumlah sampel dalam penelitian dengan menggunakan rumus di atas
sesuai dengan populasi adalah 17421 siswa, seperti pada table I, dengan tingkat
presisi yaitu sebesar 0.05%, maka sampel yang didapat sebagai berikut:
Selanjutnya, langkah kedua menggunakan rumus proposional dari
Sugiyono (Akdon dan Hadi, 2005:108) sebagai berikut :
�� ��� �
Dimana :
ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya
Tabel 3.2
Penghitungan sampel di atas menentukan jumlah masing-masing sekolah.
Karena populasi ini sifatnya heterogen, maka dilakukan lagi penghitungan
menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling. Jadi dari jumlah
sekolah akan diambil sampel masing-masing tingkat atau kelas dan hasilnya
Tabel 3.3
129/435x10= 2 153/435x10=4 153/43x10=4 10
3 SMP Paulus 13/50x1=0 16/50x1=0 21/50x1=1 1
4 SMP Santa Ursula
119/344x8=3 118/344x8=3 107/344x8=2 8
5 SMP Pandu 51/136x3=1 50/136x3=1 35/136x3=1 3
6 SMP Santa Maria
55/19x4=1 77/197x4=2 65/197x4=1 4
7 SMP Pertiwi 47/249x6=1 105/249x6=3 97/249x6=2 6
304/914x21=7 308/914x21=7 302/914x21=7 21
10 SMP BPP 104/418x9=2 151/418x9=3 163/418x9=4 9
11 SMP Adven 10/40x1=0 16/40x1=1 14/40x1=0 1
12 SMP Babtis 22/77x1=0 25/77x=1 30/77x1=1 2
13 SMP Kemah Indonesia 4
55/204x5=1 85/204x5=2 64/204x5=2 5
14 SMP PGII 2 200/636x14=4 208/636x14=5 228/636x14=5 14
15 SMP Pasundan 6
82/296x7=2 104/296x7=2 110/296x=3 7
16 SMP Nasional 151/471x11=4 176/471x11=4 144/471x11=3 11
17 SMP Sumatra 40
55/205x5=1 67/205x5=2 83/205x5=2 5
18 SMP KARTIKA SILIWANGI 11
71/345x8=2 90/345x8=2 184/345x8=4 8
NO Nama Sekolah Kelas
Jlh Sam
Pel
20 SMPN 5 RSBI 267/670x15=6 254/670x15=6 149/670x15= 3
15
21 SMPN 7 354/1084x24=8 383/1084x24=8 347/1084x24 =8
24
22 SMPN 27 402/1181x27=9 388/1181x27=9 391/1181x26 =9
27
23 SMPN 40 423/1143x26=10 326/1143x26=7 394/1143x26 =9
26
24 SMPN 14 416/1018x22=9 296/1018x22=6 306/1018x22 =7
22
25 SMPN 22 393/1095x24=7 352/1095x24=9 350/1095x24 =8
24
26 SMPN 44 388/996x22=9 287/996x22=6 321/936x22= 7
22
27 SMP PGII 1 164/585x13=4 191/585x13=4 230/585x13= 5
13
28 SMPN 16 329/1077x24=7 339/1077x24=8 409/1077x24 =9
24
29 SMPN 19 366/941x21=8 296/941x21=7 279/941x21= 6
21
30 SMPN 35 344/1070x24=8 358/1070x24=8 368/1070x24 =8
24
TOTAL 391
B. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dapat membuat suatu desain yang menunjukkan hubungan antar
variable yang akan diteliti. Selain itu penelitian juga akan menguji konsistensi
terori dan kesesuaian dengan peneliti terdahulu. Model penelitian ini bersifat
empiris bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh kinerja mengajar guru
(X1) dan pemanfaatan fasilitas belajar (X2) terhadap mutu layanan akademik (Y) pada SMP Se-Bandung Utara. Desain penelitian ini akan nampak lebih jelas
rx1y
rx1y
fx1x2 Rx1x2y
rx2y
Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :
X1 = Kinerja Mengajar Guru (variabel bebas)
X2 =Pemanfaatan Fasilitas Belajar (variabel bebas)
Y =Mutu Layanan Akademik (variabel terikat)
C. METODE PENELITIAN
Hal penting yang juga diperhatikan dalam penelitian adalah menentukan
metode penelitian. Ada berbagai metode dalam penelitian diantarnya; metode
survei, ex post facto, eksperimen, naturalistik, policy research(penelitian polcy),
action research (penelitian tindakan), evaluasi dan sejarah (Riduwan, 2010:49).
Penentuan metode harus disesuaikan dengan judul penulisan, maka sesuai dengan
judul tesis metode yang digunakan adalah penelitian survei dengan pendekatan
kuantitatif. Menurut Kalinger yang dikutip Riduwan (2010:49) menggambarkan:
“penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variable sosiologis maupun
psikologis”.
Selanjutnya dikatakan oleh Riduwan bahwa penelitian survei biasanya
dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dan pengamatan yang tidak
mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan
sampel yang representatif.
X
1X
2Metode survei dengan deskriptif analitis menurut Effendi (2003:3) dalam
Riduwan (2010:275-276), mengatakan penelitian dengan metode survei deskriptif
merupakan metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data dan informasi yang
dikumpulkan dari responden melalui kuesioner hasilnya dipaparkan secara
deskriptif dan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal
penelitian ini.
Oleh karena itu penelitian survei memfokuskan pengamatan untuk mendapat
keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah dalam suatu penelitian
yang dijabarkan melalui kuesioner atau angket. Penelitian ini dilakukan secara
meluas dan berusaha mencari hasil yang segera dapat dipergunakan untuk suatu
tindakan yang sifatnya deskriptif dari fakta-fakta, klarifikasi dan pengukuran
untuk merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi.
Lebih lanjut penelitian ini menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis
dalam menjaring data dari sumbernya. Untuk itu diperlukan kejelasan sumber data
yaitu populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume dan sebarannya. Karena
data hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka
antar variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya
sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai
pengolah data, yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan
validitas). Dengan demikian mudah digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang
dihasilkan dapat dijadikan rujukan yang cukup akurat.
D. DEFENISI OPERASIONAL
Dalam penelitian, variabel yang telah ditentukan perlu didefinisikan secara
operasional dengan tujuan untuk menjelaskan makna variabelnya. Singarimbun
(1987:23) sebagaimana dikutik oleh Riduwan (2010:281) mengatakan definisi
operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana dua
variabel bebas dan satu variabel terikat diukur. Hal senada juga Masri (2003:
46-47) mengatakan definisi operasional adalah unsur penelitian yang
maksudkan untuk menghindari persepsi yang berbeda terhadap maksud dari
variabel-variabel. Dalam mendefinisikan perlu memperhatikan dimensi perilaku,
aspek atau sifat yang ditunjukkan oleh konsep, karena hal tersebut akan
diterjemahkan ke dalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga
menghasilkan suatu indeks pengukuran konsep.
1. Kinerja Mengajar Guru (X1)
Dalam UU no.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bab IV bagian
kedua tentang hal dan kewajiban guru pasal 20 menjelaskan bahwa: dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Hal ini berarti kinerja mengajar guru
merupakan penampilan kerja yang dilakukan oleh seorang guru dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dalam memberikan bimbingan belajar
yang berisi pengetahuan dan ketrampilan yang akan mengarah pada peningkatan
prestasi peserta didik.
Sebagaimana dikatakan juga oleh Majid (2011:91), bahwa jika proses
belajar mengajar itu ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat guru
memegang peranan prima. Ia berfungsi sebagai pembuat keputusan yang
berhubungan dengan perencanaan, implementasi dan penilaian/evaluasi. Hal ini
berarti seluruh proses belajar mengajar terutama ditentukan oleh kualitas guru,
yakni kemampuan dan kemauan guru (Zamroni 200:113).
Dalam penelitian ini secara operasional kinerja mengajar guru merupakan
perilaku guru menampilkan unjuk kerja, prestasi kerja dalam proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan melalui kegiatan merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan penilaian hasil
pembelajaran dan melakukan tindak lanjut penilaian pembelajaran pada SMP Se-