• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK

PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

Paulina Ega

1101165

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK

PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA

Oleh

PAULINA EGA

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Paulina Ega 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

DISETUJUI DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Endang Herawan, M.Pd. NIP.19600810 198603 1 001

Pembimbing II

Dr. Asep Suryana, M.Pd NIP.19720321 199903 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D.

(4)

PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SE-BANDUNG UTARA

Paulina Ega. (1101165) ABSTRAK

Mutu layanan akademik merupakan wujud nyata pelayanan kegiatan seluruh proses pembelajaran. Agar tujuan pendidikan tercapai, layanan yang bermutu menjadi sangat penting. Bermutu tidaknya lulusan yang dihasilkan, sangat bergantung pada mutu layanan akademik yang di berikan kepada peserta didik. Tujuan dari penelitian ini, diantaranya (1) untuk mengetahui informasi kinerja mengajar guru, pemanfaatan fasilitas belajar dan mutu layanan akademik pada SMP Se- Bandung Utara. (2) untuk mengetahui besaran pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik pada SMP Se-Bandung Utara.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu survey dengan pendekatan kuantitatif melalui analisis deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Se-Bandung Utara sebanyak 17421 dengan jumlah sampel yang diambil 391 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik ProportionateStratified Random Sampling. Pengunpulan data dilakukan menggunakan angket tertutup dengan 5 skala penilaian (Likert).

Hasil temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa kinerja mengajar guru pada SMP Se-Bandung Utara berada pada kategori tinggi, pemanfaatan fasilitas belajar pada SMP Se-Bandung Utara berada pada kategori tinggi dan mutu layanan akademik pada SMP Se-Bandung Utara berada pada kategori tinggi. Selain itu, terdapat pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu layanan akademik berada pada kategori tinggi , terdapat pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik berada pada kategori tinggi serta terdapat pengaruh kineja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik berada pada kategori tinggi.

(5)

THE INFLUENCE OF TEACHERS’ TEACHING PERFORMANCE AND THE USE OF LEARNING FALICITIES TOWARD THE ACADEMIC SERVICE OF ALL JUNIOR HIGH SCHOOL IN NORTH BANDUNG

Paulina Ega. (1101165) ABSTRACT

The academic service quality is the realization of learning activities throughout all the teaching process. In order to achieve the educational goals, a qualified service is very important. The graduate will be qualified or not, depends on the quality of academic service given to the students. The purposes of this study are to know the information of teachers’ teaching performance, the use of learning facilities and the academic service of all Junior High Schools in North Bandung.

The method of this research is a survey with quantitative approach through descriptive analysis. The population in this research is the Junior High School students in the North Bandung. This research took 391 samples from 17.421 populations. The sampling technique used is Proportionate Stratified Random Sampling. The data collection used was closed questionnaire with 5 rating scales (Likert).

The result of this research shows that teacher’s teaching performance, the usage learning facilitation, the quality of academic service of all Junior High School in Bandung are all in high categories. Besides, we also found that the influence of teachers teaching performance toward academic service quality, the use of the learning facilities toward and the influence of teachers’ performance, the influence of teachers teaching performance and the use of the learning facilities toward academic service quality are all in high category.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………... I

PERNYATAAN KEASLIAN………... ii

KATA PENGANTAR………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH………... iv

ABSTRAK………... V DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GAMBAR………... DAFTAR LAMPIRAN………... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belaka g Pe elitia ………... 1

B. Ide tifikasi da Peru usa Masalah………... 12

1. Ide tifikasi Masalah ………... 12

2. Peru usa Masalah ……….... 14

C. Tujua Pe elitia ………... 15

D. Metode Pe elitia ………... 16

1. Metode Sur ei ………... 16

2. Pe dekata Kua titatif ………... 16

3. A alisis Regresi ………...……... 17

E. Ma faat Pe elitia ………... 17

1. Ma faat Teoritis ………... 17

2. Ma faat Praktis ………..…………... 17

G. Struktur Orga isasi Tesis………... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajia Pustaka………... 20

1. Mutu Layanan Akademik dalam Konsep Administrasi Pendidikan ... 20

2. Mutu Laya a Akade ik ………... 24

a. Pe gertia Mutu ………... 24

b. Pe gertia Laya a ……..………... 28

c. Pengertian Mutu Layanan ….………... 30

d. Pe gertia Mutu Laya a Akade ik ………... 35

(7)

3. Kinerja mengajar Guru (X1)...………..…………... 41

a. Pengertian Kinerja………... 41

b. Pengertian Guru ……….... 44

c. Penegertian Ki erja Me gajar Guru………... 47

d. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kinerja mengajar Guru……… 49

e. Dimensi Ki erja Me gajar Guru ………... 50

4. Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2)... ………... 60

a. Pe gertia Fasilitas Belajar ………... 61

b. Jenis –Je is Fasilitas Belajar ………... 63

c. Pemanfaatan Fasilitas Belajar ………... 68

d. Prinsip-prinsip Pemilihan dan penggunaan Fasilitas Belajar ………….. 70

e. Indikator Pemanfaatan Fasilitas Belajar... 73

B. Kera gkaPe ikira …...………... 75

C. Hipotesis Pe elitia ………...………... 78

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, da Sa pel ………..………...………... 80

1. Lokasi Pe elitia ………... 80

2. Populasi ………... 80

3. Sa pel Pe elitia ………... 82

B. Desai Pe elitia ………... 86

C. Metode Pe elitia ………... 87

D. De i isi Operasio al ………... 88

E. I stru e Pe elitia ………... 91

1. Skala Pe gukura ……… 91

2. Pe yusu a i stru e t ……… 92

F. Proses Pengembangan Instrumen ……… 95

1. Uji validitas ………... 95

2. Uji Reali ilitas ………... 102

G. Tek ik Pe gu pula Data……….………... 105

1. Studi Kepustakaa ………... 105

2. A gket ………... 106

3. Wa a ara ………... 107

(8)

H. A alisis Data ……… ... 107

1. Perhitungan Rata- Rata ……….. ... 108

2. Pengujian Normalitas ... 108

3. Pengujian Linearitas ……….. 109

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 115

A. Hasil Pe elitia ………... 115

1.Deskripsi Hasil Pe ilita ………... 115

2. Uji Persyarata A alisis ………... 143

a. Pe gujia Nor alitas ………... 143

b. Uji Li ieritas ………... 143

3. Analis Data Untuk Pengujian Hipotesis penelitian………... 145

a. Analisis Korelasi …………...………... 145

b. Analisis regresi ... 151

4. Intepretasi Hasil Analisis ... 157

B. Pe ahasa Hasil Pe elitia ………... 159

1. Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se- Bandung Utara... 159

2. Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Se-Ba du g utara ……… 168

3. Mutu Laya a Akade ik se Ba du g Utara ………... 175

4. Pengaruh Mutu Layanan Akademik terhadap Mutu Layanan Akademik se-Bandung Utara ... 181

5. Pengaruh pemanfaatan Fasilitas Belajar terhadap Mutu layana Akademik pada SMP Se-Ba du g Utara …………... 183

6. Pengaruh Kinerja Mengajar Guru dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar terhadap Mutu layanan Akademik pada SMP Se-Bandung Utara………... 185

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesi pula ………... 189

2. Reko dasi ……… ... 190

DAFTAR PUSTAKA ………... 193

LAMPIRAN –LAMPIRAN ………... 189

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Tabel Prosentasi Kelulusan Ujian Sekolah dan Ujian Nasional Kota

Bandung

10

1.2 Peringkat Akreditasi Sekolah Jawa Barat SMP Se Bandung Utara 11

3.1 Tabel Polulasi Penelitian ...…………... 81

3.2 Sampel Penilitan ... 84

3.3 Sampel Penilitan Perkelas ... 85

3.4 Skala Lightret…...………... 92

3.5 Isntrumensi Kisi – Kisi ...………... 92

3.6 Hasil Perhitu ga Uji Validitas Ki erja Me gajar Guru…... 97

3.7 Hasil Perhitungan Validitas Pemanfaatan Fasilitas Belajar ... 99

3.8 Hasil Perhitungan Uji Validitas Mutu Layanan Akademik ... 101

3.9 Reabilitas Variabel X1 ... 103

3.10 Reabilitas Variabel X2 ... 104

3.11 Reabilitas variabel Y... 107

3.12 Tabel Konsultasi hasil Perhitungan WMS ... 108

3.13 Hasil Uji Nor alitas ………. 109

3.14 Interpretasi Koefisien korelasi nilai r………. 110

4.1 Konsultasi Persentase Skor Rata-rata ... 115

4.2 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara (X1) ……….. 116

4.3 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Se-Bandung Utara (X2………. 119

4.4 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Mutu Layanan Akademik Pada SMP Se- Bandung Utara (Y)………. 122

4.5 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara (X1……… 125

4.6 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara (X2) ……….. 128

4.7 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Mutu Layanan Akademik Pada SMP Swasta Se- Bandung Utara (Y) ………. 131

4.8 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara (X1)………. 134

4.9 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara (X2) ………. 137

4.10 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Mutu Layanan Akademik Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara (Y) ………. 140

(10)

4.11 Hasil Uji Normalitas Data ……….. 143

4.12 Hasil Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Y……….. 144

4.13 Hasil Uji Linieritas Variabel X2 terhadap Y ……….. 145

4.14 Uji Korelasi Variabel Kinerja Mengajar Guru (X1) terhadap Mutu

Layanan Akademik (Y) ………. 146

4.15 Uji Korelasi Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu

Layanan Akademik (Y) ………. 148

4.16 Uji Analisis Korelasi Kinerja Mengajar Guru (X1) dan Pemanfaatan

Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu Layanan Akademik (Y)……….. 150

4.17 Uji Analisis Regresi Kinerja Mengajar Guru (X1) terhadap Mutu Layanan

Akademik (Y) ………. 152

4.18 Uji Analisis Regresi Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu

Layanan Akademik (Y) ……… 153

4.19 Uji Analisis Regresi Kinerja Mengajar Guru (X1) dan Pemanfaatan

Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu Layanan Akademik (Y) ……… 154

4.20 Uji Analisis Regresi ………. 155

4.21 Hasil Uji Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y ……… 155

4.22 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis 158

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Layanan………... 14

2.1 Matrik Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan………... 21

2.2 Hirarki Konsep Mutu ………... 26

2.3 Costumer Perception Of Quality And Customer Satisfaction ... 41

2.4 Kerangka Pemikiran ...………... 78

3.1 Disain Penelitian………...…... 87

4.1 Diagram Batang Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 119

4.2 Diagram Batang Variabel Pemanfaatan fasilitas Belajar ... 121

4.3 Diagram Batang Mutu Layanan Akademik ………... 124

4.4 Gambar Kontribusi X1, X2, Y………... 128

4.5 Diagram Batang Kriteria Skor Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara……… 130

4.6 Diagram Batang Kriteria Skor Mutu Layanan Akademik (Y) Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara………. 133

4.7 Diagram Batang Kriteria Skor Kinerja Mengajar Guru (X1) Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara……… 136

4.8 Diagram Batang Kriteria Skor Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara………. 139

4.9 Diagram Batang Kriteria Skor Mutu Layanan Akademik (Y) Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara……….. 142

4.10 Struktur Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y 158

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Peningkatan kualitas dalam berbagai bidang kehidupan sangat bergantung

pada manusia sebagai subyek atau pelaku. Pendidikan, dalam hal ini sekolah atau

satuan pendidikan diharapkan memberi jaminan menghasilkan lulusan pendidikan

(output) yang bermutu tinggi sebagai upaya untuk menghasilkan sumber daya

manusia yang handal. Hal ini menjadi sebuah penegasan karena pendidikan

merupakan elemen penting dari kehidupan seseorang dan menjadi aspek strategis

bagi terbentuknya potensi manusia sehingga berkualitas bagi pembangunan suatu

bangsa (Sagala 2004:1).

Senada dengan pendapat Engkoswara dan Komariah (2010:1) bahwa “pendidikan merupakan alat yang strategis dalam pengembangkan sumber daya manusia untuk memiliki segala potensi agar dapat mengaktualisasikan diri bagi

orang lain, dengan kata lain pendidikan menjadi investasi keuntungan sosial dan

pribadi serta menjadi bangsa bermartabat dan individu manusia yang memiliki

derajat”. Hal ini berarti kemajuan bangsa dan negara dapat dirasakan dari

sumbangan manusia untuk kesejahteraan diri sendiri dan masyarakat. Mengingat

betapa pentingnya pendidikan, maka penyelenggaraan sekolah hendaknya

dilakukan dan dikelola secara baik dan serius oleh tenaga-tenaga profesional yang

menguasai ilmu pendidikan dan aturan penyelenggaraan sekolah yang layak.

Berdasarkan ulasan di atas dapat dikatakan betapa pentingnya pendidikan

sebagai alat strategis untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Hal ini jelas

diakui karena melalui pendidikan, program mencerdaskan bangsa dapat

ditingkatkan dan dikembangkan. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I

Pasal 1 ayat (1) mengatakan bahwa:

(13)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa pendidikan merupakan suatu

sistem dengan berbagai komponen yang dikelola secara baik agar seluruh potensi

anak dikembangkan. Maka pendidikan perlu terus diperbaharui mutunya,

sebagaimana dikatakan Sa’ud (2010:1-2). Pendidikan sebagai upaya untuk

menjembatani masa sekarang dan yang akan datang, perlu

pembaharuan-pembaharuan dalam pelayanan peserta didik agar berkembang sesuai dengan

tuntutan zaman.

Pentingnya mutu pendidikan sebagaimana ditegaskan oleh Leg’cevic dalam jurnal Internasional dengan judul “Quality Gap of Educational Services In

Viewpoints Of Students” (sudut pandang siswa terhadap gap kualitas pelayanan

pendidikan) yang diterbit tanggal 15 Desember 2009 menunjukkan bahwa layanan

memainkan peran penting dalam meningkatkan nilai yang positif serta

mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi. Selanjutnya dikatakan bahwa,

pemahaman dapat mengukur harapan pelanggan dan kinerja adalah komponen

penting yang dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan organisasi. Sekolah

sebagai lembaga pendidikan dipercaya oleh publik maka kala akademik yang

diberikan dapat membawa kepuasaan bagi peserta didik.

Menurut Nana, Novi dan Ahman (2006:5-6) mengenai konsep mutu

dalam pendidikan bahwa, dalam menanggapi tantangan dan kebutuhan pendidikan

yang bermutu dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat

dibutuhkan manusia-manusia yang berkualitas dalam berbagai aspek. Manusia

yang dimaksud untuk memenuhi tuntutan itu ialah manusia yang berusaha tahu

banyak („knowing much”), berbuat banyak (“doing much”), mencapai keunggulan (“being exellence”), menjalin hubungan dan kerja sama dengan orang lain (“being sociable”), serta berusaha memegang teguh nilai-nilai moral (“being

morally”). Manusia-manusia “unggul, bermoral, dan pekerja keras” inilah yang

(14)

Pendidikan sangat penting untuk membentuk manusia yang berkualitas

dalam berbagai aspek untuk menghadapi tuntutan zaman, tetapi kita menyadari

bahwa mutu pendidikan dan mutu sumber daya manusia masyarakat kita pada saat

ini masih rendah, tertinggal dari kemajuan negara tetangga ataupun negara-negara

lain di dunia. Hal itu dapat dilihat dari tatanan kehidupan masyarakat yang belum

menunjukkan karakter yang bermutu serta masih kurangnya karya keilmuan dan

teknologi yang dapat dihasilkan, disamping juga masih rendahnya nilai standar

kelulusan yang ditetapkan pemerintah pada Ujian Nasional dalam beberapa

dekade terakhir ini. Dengan kondisi mutu pendidikan dan sumber daya manusia

yang masih rendah tersebut, maka tidak akan mungkin bangsa kita dapat

membangun masyarakat yang sejahtera sebagaimana yang kita cita-citakan.

Peningkatan mutu pendidikan hendaknya dilakukan secara terpadu dengan

memperhatikan segala aspek dan unsur yang mempengaruhi proses pendidikan.

Menurut Nana, Novi dan Ahman (2006:7) bahwa “pendidikan yang bermutu

harus didukung oleh personalia (administrator, guru, dan tata usaha) yang bermutu

dan profesional”. Selain itu belum maksimal tersedianya sarana prasarana,

fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlah

dan biaya mencukupi, managemen yang tepat serta lingkungan. Jadi mutu

pendidikan bersifat menyeluruh, menyangkut semua komponen, pelaksana, dan

kegiatan pendidikan yang disebut sebagai mutu total, atau “Total Quality”.

Pendidikan merupakan aspek penting dalam mewujudkan mutu

pendidikan untuk mencerdaskan bangsa. Sebagai subyek yang penting dalam

pendidikan, profesi guru perlu dikembangkan secara terus-menerus dan

proporsional sesuai dengan jabatan fungsionalnya. Kehadiran guru yang sungguh

nampak terlihat dalam proses pembelajaran di sekolah. Menurut Rosalin (2008:1)

mengungkapkan bahwa “guru mempunyai peran amat penting karena guru

bertugas untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan nilai kepada siswa”.

Maka sangat dibutuhkan guru atau tenaga pendidik yang handal dan sesuai

dengan profesinya.

Sebagaimana dikatakan oleh Sa’ud (2008:7) bahwa “tugas guru sebagai

(15)

kesetiaan terhadap profesi. Guru adalah salah satu personil yang dominan dalam

pengelolaan organisasi sekolah”. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dengan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah, ditegaskan juga dalam UU

No 14 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2003.

Berdasarkan dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan

dan tercapainya tujuan pendidikan bergantung pada terlaksananya secara optimal

semua komponen pendidikan termasuk guru sebagai ujung tombak. Bicara

mengenai keberhasilan di sini, khusus ketercapaian mutu pendidikan di Indonesia

masih memprihatinkan. Fenomena empirik mengatakan pendidikan di Indonesia

secara umum masih rendah mutunya, hal ini mengarah pada mutu layanan

pendidikan yang diberikan sekolah. Adapun penyebab rendahnya mutu

pendidikan di Indonesia sebagaimana diungkapkan oleh Kasim (2009: 36), ada

tujuh permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yang menyebabkan

rendahnya mutu pendidikan yaitu: (1) rendahnya sarana fisik, (2) rendahnya

kualitas guru, (3) rendahnya kesejahteraan guru, (4) rendahnya prestasi siswa, (5)

rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, (6) rendahnya relevansi

pendidikan dengan kebutuhan dan (7) mahalnya biaya pendidikan.

Senada dengan pendapat Amri (2013:23) yang mengatakan rendahnya

mutu pendidikan di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal di antaranya: (1)

kepemimpinan sekolah yang belum optimal, (2) kualitas guru yang belum

memenuhi standar nasional pendidikan, (3) pengembangan kurikulum yang belum

maksimal, (4) pengalokasian dana pendidikan belum terpenuhi dan (5) sarana dan

prasarana sekolah yang tidak memadai.

Lebih lanjut dijelaskan akibat rendahnya mutu pendidikan dapat dirasakan

sehubungan dengan standar kelulusan dalam dekade terakhir ini. Mutu kelulusan

hanya dapat diukur berdasarkan presentasi, namun mutu kelulusan masih rendah

karena tolak ukur sebatas nilai akademik yang ditentukan oleh pencapaian

kompetensi dasar tanpa mempertimbangkan perbedaan potensi guru, kebijakan

(16)

kurikulum yang selalu berubah-ubah tanpa melakukan survey di lapangan

sebelum melakukan perubahan. Dalam kurikulum masalah isi dari lingkup materi

masih banyak kekurangan dalam segi konten terutama materi ajar dan materi

belajar yang kebanyakan membuat guru dalam proses pembelajaran hanya

mengacu pada apa yang ada pada buku tes. Selain itu banyak guru yang tidak

mengaplikasikan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam penggunaan metode

mengajar yang bervariasi sehingga siswa kurang aktif.

Pokok penting yang juga menjadi keprihatinan adalah masalah pendidikan

dan tenaga kependidikan. Sehubungan dengan sasaran utama peningkatan mutu

pendidikan adalah untuk prestasi peserta didik yaitu berupa nilai, maka peran

guru menjadi sangat penting (Zamroni, 2011, p.227). Pernyataan ini berarti bahwa

kualitas pembelajaran sangat ditentukan dari kualitas guru yaitu kemampuan dan

kemauan guru, maka perlu pengembangan profesional guru yang terus-menerus.

Adanya pernyataan yang mengungkapkan keraguan akan profesionalisme

guru yang memprihatikan. Dalam majalah kompas (9 Desember 2005) yang

ditulis oleh Fattah di Bandung sebagai berikut;

“Hampir separuh dari sekitar 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar karena kualifikasi dan kompetensinya tidak sesuai profesi dan implementasi. Kenyataan ini diduga sebagai penyebab mutu pendidikan di Indonesia rendah. Jumlah guru yang tidak layak mengajar tercatat 912.505 orang terdiri atas 605.217 guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA dan 63.961 guru SMK.”

Dari pernyataan ini dapat dilihat bahwa kualitas atau kompetensi guru

masih rendah. Sehubungan dengan masalah peningkatan kinerja guru, ruang

lingkup administrasi pendidikan di dalamnya terdapat bidang kajian yang

mempelajari manajemen sumber daya manusia (human resources management)

sebagai strategis bagi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan. Pengembangan dan pelatihan guru dalam aspek pengetahuan,

ketrampilan, dan kepribadian menjadi agenda penting dalam dunia pendidikan.

Hal ini sejalan dengan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, mengingat

(17)

penting yang harus diketahui oleh guru dalam dunia administrasi pendidikan yaitu

manajemen kelas.

Pengelolaan sekolah adalah sesuatu yang sangat rumit dalam era

globalisasi di mana berkembangnya berbagai lembaga pendidikan yang bersaing

dalam meningkatkan mutu. Persaingan yang sehat lahir dari upaya sekolah untuk

meningkatkan kualitas pelayanan dan kemampuan pengelolaan agar menimbulkan

kepercayaan publik terhadap layanan yang diberikan oleh sekolah. Sebagaimana

semua elemen yang ada di sekolah harus berupaya meningkatkan mutu pelayanan

secara terus-menerus. Oleh karena sekolah bermutu, semakin dituntut untuk

semakin menyadari pentingnya peningkatan dan mempertahankan mutu

pelayanan institusinya.

Senada dengan pendapat Hoy dan Miskel dalam Sagala (2004:57)

mengatakan bahwa “sekolah sebagai institusi pengelola pelayanan pendidikan

diharapkan dapat memfungsikan seluruh sumber daya yang ada secara efektif

dalam mencapai tujuan, dan efisien dalam penggunaan sumber daya dalam suatu

hubungan organisasi”. Hal ini berarti sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam

suatu sistem yang merupakan proses mekanisme bahan mentah (raw input) berupa

peserta didik melalui tahapan “proses” menghasilkan keluaran (out put) berupa

tamatan/lulusan dengan menggunakan sarana penunjang serta tenaga

kependidikan (instrumental input) dan kondisi lingkungan (environmental input)

demi mendukung bagi terjaminnya proses pendidikan.

Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi

pembelajaran yang dikelola oleh guru. Salah satu sumber daya manusia yang

harus dipenuhi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah keberadaan

guru profesional. Hal ini berarti guru perlu memahami komponen-komponen

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Kemampuan guru dalam

berbagai aspek seperti pengetahuan, ketrampilan, dan kepribadian sangat

dibutuhkan. Pendapat ini dikuatkan oleh pernyataan Rukmana dan Suryana

(2010:100) yang mengatakan “tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu

pengetahuan tetapi dengan keahliannya, guru mampu memanfaatkan semua

(18)

Selanjutnya dikatakan oleh Glen. I. Earthman (2009: xi) untuk mencapai

tujuan dalam pendidikan perlu suatu perencanaan fasilitas yang baik guna

membangun tercapainya pembelajaran yang efektif. Ini merupakan tugas

administrator pendidikan dalam hal ini yaitu kepala sekolah untuk merencanakan

dan mengadakan fasilitas yang baik guna membangun tercapainya pembelajaran

yang efektif.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB XII pasal 45 tentang sarana prasarana menyatakan bahwa setiap satuan

pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang

memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kewajiban peserta

didik.

Lebih lanjut dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan, BAB VII pasal 42 yang

mengatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi

perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya

bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Sedangkan prasarana adalah

lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang

tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang

unit produk, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat

beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan tempat lain yang diperlukan

untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Berdasarkan ketentuan ini, maka sekolah-sekolah mulai mengupayakan

peningkatan fasilitas belajar yang diadakan oleh penyelenggara pendidikan

maupun subsidi dari pemerintah. Di satu sisi sekolah mulai menyadari betapa

pentingnya sarana prasarana dalam menunjang pembelajaran, namun di sisi lain

masih ditemukan pemanfaatan fasilitas yang kurang optimal. Oleh karena itu guru

dituntut untuk mempelajari bagaimana cara memanfaatkan fasilitas secara optimal

(19)

Pendapat lain juga dikatakan oleh Arief, dkk (2012:11-12); guru bukan

hanya menghabiskan waktu mengajar dengan menggunakan suara sehingga hilang

suaranya, namun guru harus trampil menggunakan waktu dengan cara

berkomunikasi menyampaikan pesan dengan menggunakan sarana belajar yang

sesuai dengan kebutuhan materi dan kebutuhan siswa.

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pembelajaran merupakan upaya

untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif yang dicapai

dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat

melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.

Betapa penting peran guru demi keberhasilan proses pembelajaran. Guru

merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam terselenggaranya

proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Keberadaan guru

sebagai pelaku utama untuk menfasilitasi seluruh proses belajar siswa. Maka

dibutuhkan guru yang profesional, berkualitas dalam bidang profesinya dalam

mewujudkan tujuan pendidikan.

Dalam classroom environment, climate and culture dikatakan bahwa

lingkungan kelas yang baik sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan dan dapat meningkatkan keaktifan anak dan efektivitas

belajar (Lorin, 2004: 50). Peran guru menjadi sangat penting untuk menciptakan

lingkungan yang kondusif dengan memanfaatkan fasilitas belajar agar siswa

mengalami kepuasan dalam belajar.

Upaya peningkatan mutu layanan akademik di mana guru sebagai ujung

tombak proses pembelajaran memanfaatkan fasilitas belajar menjadi sangat

penting. Namun yang terjadi di Indonesia sehubungan dengan fasilitas belajar

untuk menunjang proses pembelajaran masih dinilai rendah. Data Balitbang

Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang

menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh

ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau

34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26%

mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka

(20)

umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun

dengan persentase yang tidak sama.

Selain itu, artikel pada koran Kompas, Rabu 23 Maret 2010 menyatakan

bahwa sampai saat ini 88.8 % sekolah di Indonesia mulai SD hingga SMA/SMK,

belum melewati mutu standar pelayanan minimal karena layanan mulai dari guru,

bangunan sekolah, fasilitas perpustakaan dan laboratorium, buku-buku pelajaran

dan pengayaan, serta buku referensi masih minim. Pada jenjang SD baru 3,29%

dari 146.904 yang masuk kategori sekolah standar nasional, 51,7% kategori

standar minimal dan 44,84% di bawah standar pendidikan minimal, pada SMP

28,41% dari 34.185, 44,45% berstandar minimal dan 26% tidak memenuhi

standar pelayanan minimal. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan di Indonesia

tidak terpenuhi sarana dan prasarananya (Sosiologimaexis, 2011).

Melihat fenomena yang terjadi sesungguhnya sekolah mengalami

tantangan yang berat saat menghadapi persaingan dalam dunia pendidikan yang

diwarnai dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat

pesat. Guru harus memiliki kompetensi untuk dapat melakukan suatu perubahan

dalam proses pembelajaran di kelas. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak

merasa sebagai teacher center, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek

belajar tetapi juga sebagai subjek belajar dan pada akhirnya bermuara pada proses

pembelajaran yang menyenangkan, gembira, dan demokratis yang menghargai

setiap pendapat sehingga pada akhirnya substansi pembelajaran benar-benar

dihayati. Hal ini menjadi tuntutan layanan mutu akademik sekolah untuk

mencapai keunggulan kompetitif(competitive advartage).

Dengan demikian pelayanan sekolah harus dapat memberi kemudahan dan

kepuasan kepada stakeholder dalam seluruh program pembelajaran. Guru harus

mulai terbuka terhadap perubahan dalam pengembangan diri agar mutu pelayanan

kinerja berkualitas dan memuaskan pelanggan, khususnya siswa yang berhadapan

langsung dalam pembelajaran.

Menurut Kotler (2008:464) mengungkapakan bahwa “tingkat kepuasan

seorang pelanggan atau pemakai jasa setelah membanding kenyataan dari kinerja

(21)

Selanjutnya dijelaskan juga kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh pelanggan

akan selalu dinilai lewat proses perbandingan yang berkelanjutan antara harapan

dengan kenyataan yang diberikan (Kotler, 2008 :493).

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai “agent of

change” diharapkan dapat mengubah kognitif, afektif, maupun psikomotorik

peserta didik. Dengan kata lain persaingan sekolah harus diorientasikan pada

pembentukan manusia yang kompeten dan beradab. Maka upaya sekolah untuk

meningkatkan mutu layanan akademik harus dikelola secara efektif dan efesien.

Pernyataan ini senada dalam ilmu administrasi pendidikan yang dikenal dengan

konsep manajemen mutu pendidikan atau Total Oquality Management (TQM),

yang dicetuskan oleh Edward Sallis.

Berkaitan dengan mutu layanan akademik, berhasil tidaknya dapat dilihat

dari mutu kelulusan sekolah yang membawa dampak positif bagi minat publik

terhadap sekolah yang bersangkutan. Menanggapi fenomena yang mengatakan

masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, akan diteliti lebih dalam sejauh

mana sekolah–sekolah di Indonesia telah berupaya meningkatkan mutu

pendidikan melalui peningkatan mutu layanan akademik yang terus-menerus.

Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara adalah sekolah yang

dikelola oleh pihak swasta maupun negeri. Berdasarkan fenomena masyarakat,

sekolah - sekolah yang berada di wilayah tersebut menjadi sekolah pilihan. Hal ini

dapat dilihat dari mutu sekolah berdasarkan beberapa data yang diperoleh dari

Dinas Kota Bandung. Adapun data yang diperoleh sehubungan dengan prosentasi

kelulusan ujian sekolah dan ujian nasional serta peringkat akreditasi sebagai

berikut:

Tabel 1.1

Prosentasi Kelulusan Ujian Sekolah (US) Dan Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2011/2012 Dan 2012/2013 Kota Bandung

NO TAHUN PELAJARAN PROSENTASI KELULUSAN

KOTA BANDUNG BANDUNG UTARA

1 2011/2012 100% 100%

2 2012/2013 100% 100%

(22)

Tabel 1.2

Peringkat Akreditasi Sekolah Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (Ban-S/M) Jawa Barat

(SMP Se-Bandung Utara)

No Wilayah Tahun

Akreditasi

Jumlah

Sekolah

Rentang

Nilai

Kualifikasi

Akreditasi

Presentasi

1 Bandung Utara 2010/2011 29 100 – 86 A 96 % 2 Bandung Utara 2011/2012 1 71- 85 B 0,4 %

Berdasar data di atas maka dapat disimpulkan bahwa SMP Se-Bandung

Utara memiliki mutu yang baik. Apakah mutu layanan akademik di sekolah-

sekolah membuktikan mutu sekolah? Untuk membuktikan sejauh mana upaya

sekolah dalam meningkatkan mutu layanan akademik, maka penulis memilih

SMP Se-Bandung Utara sebagai sampel penelitian.

Pendidikan sangat mempengaruhi seluruh bidang kehidupan. Menanggapi

tuntutan zaman, peran pendidikan semakin penting, di mana pendidikan harus

tetap eksis dalam meningkatkan fungsinya bagi pembentukan manusia.

Sebagaimana telah dikatakan di atas, bahwa pendidikan akan semakin terasa

dampaknya bila guru sebagai ujung tombak dituntut untuk memiliki kemampuan

dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar yang tercermin

pada kompetensinya. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat bergantung

pada kreativitas dan inovasi guru sebagai perencana, pelaksana, dan sekaligus

evaluator pembelajaran.

Kompetensi guru semakin meningkat dalam pembelajaran yang tercermin

dalam kemampuan guru memanfaatkan semua fasilitas belajar. Semakin terampil

guru memanfaatkan semua sarana prasarana yang menunjang pembelajaran

semakin meningkat pula layanan guru kepada peserta didik. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa mutu layanan akademik meningkat bergantung pada kinerja

mengajar guru dalam seluruh proses pembelajaran. Melalui kompetensi guru

dalam mengelola seluruh proses pembelajaran, maka terwujudlah tujuan

pendidikan yang diharapkan. Penelitian ini akan diambil berdasarkan persepsi

(23)

mutu layanan akademik di SMP Se- Bandung Utara baik sekolah swasta maupun

sekolah negeri.

B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH 1. Identifikasi Masalah

Terwujudnya tujuan pendidikan, sangat bergantung pada mutu pendidikan

yang dilaksanakan. Mutu merupakan hal penting yang diperjuangkan oleh semua

lembaga begitupun dalam pendidikan. Berangkat dari tujuan pendidikan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa serta melahirkan generasi penerus yang kreatif,

produktif, berdaya saing tinggi, pendidikan harus terealisasi dalam proses

pembelajaran terus-menerus berusaha menghasilkan lulusan yang bermutu.

Menurut Sudarya dalam jurnal pendidikan dasar (8 Oktober 2007),

mengatakan, mutu menjadi faktor kunci keberlangsungan suatu kegiatan dalam

bidang industri dan bisnis maupun dalam bidang pendidikan. Dalam konsep mutu

yang terkandung dalam TQM (Total Quality Management), ada dua kegiatan

yaitu mutu yang berhubungan dengan produk berupa barang dan jasa atau layanan

(servis). Sejalan dengan konsep ini, dalam dunia pendidikan dikenal dengan mutu

layanan akademik. Menurut Alma (2003:135) mengemukkan bahwa:

“Mutu akademik adalah muara dari mutu proses pendidikan manusia, alat kurikulum dan fasilitas yang tercermin pada mutu mengajar guru, mutu pelajaran dan mutu hasil belajar, sehingga dapat membentuk seperangkat kemampuan”.

Pendapat lain diungkapkan oleh Murgatroyd dan Morgan (1994:47-48),

mutu layanan memiliki definisi yang mencakup tiga hal yaitu: (1) jaminan mutu

(Quality assurance) mutu yang mengacu pada penetapan standar, metode yang

tepat dan persyaratan yang ditentukan oleh suatu lembaga, (2) kontrak konfirmasi

(contract conformance) adalah kontrak yang beberapa mutu standarnya telah

ditentukan selama pembentukan negosiasi kontrak dan (3) mutu konsumen

(costumer-driven quality) mengacu pada orang-orang yang menerima pelayanan sesuai

(24)

Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa bicara tentang mutu

berkaitan dengan seluruh komponen yang mempengaruhi. Senada dengan

pendapat Sudarya dalam jurnal pendidikan dasar mengatakan ada beberapa faktor

yang mempengaruhi mutu layanan pendidikan yaitu (1) sumber daya manusia

yang mengemukakan tentang pekerjaan, rekruitmen dan seleksi karyawan,

pelatihan dan pengembangan sistem kompensasi, jalur karis, (2)

organisasi/struktur yang merupakan integrasi atau koordinasi antar fungsi dan

struktur pelaporan, (3) pengukuran (measurement) merupakan evaluasi kinerja

dan pemanfaatan keluhan dan kepuasaan pelanggan, (4) pendukung sistem yaitu

faktor teknis, komputer dan data base, (5) layanan mencakup nilai tambah,

rentang kualitas layanan, standar kinerja, pemuasan kebutuhan dan ekspektasi

pelanggan, (6) program mencakup pengelolaan keluhan pelanggan, alat-alat

manajemen, (7) komunikasi internal yaitu prosedur dan kebijakan serta umpan

balik dalam organisasi dan (8) komunikasi eksternal yaitu edukasi pelanggan,

manajemen ekspektasi pelanggan dan pembentukan citra positif perusahaan.

Pendapat lain dikatakan oleh Nana, Novi dan Ahman (2006:7) bahwa: “Terjadi proses pendidikan yang bermutu, ada beberapa faktor yang menunjang diantaranya; (1) adanya personalia yang terdiri dari administrator, guru, konselor dan tata usaha yang bermutu dan profesional, (2) adanya sarana dan prasana pendidikan, fasilitas, media serta sumber belajar yang memadai, baik maupun jumlahnya, (3) biaya yang mencukupi, (4) manajemen yang tepat, (5) lingkungan yang mendukung”.

Berdasarkan pendapat Murgatroyd dan Morgan, Sudarya serta Nana dkk di

atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu layanan

pendidikan, yaitu mutu layanan akademik dalam seluruh proses pembelajaran.

Agar lebih jelas faktor-faktor tersebut di atas, maka dibuatlah bagan faktor yang

mengaruhi mutu layanan akademik hasil adopsi dari beberapa pendapat sebagai

(25)

Gambar 1.1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Layanan

2. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini agar permasalahan yang dibahas tidak meluas, perlu

suatu batas, yang dibuat dalam bentuk rumusan masalah. Menurut Sugiyono

(2009:35) mengatakan rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan

dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.

Berdasarkan ruang lingkup dan pembatasan masalah tersebut, maka

masalah utama yaitu bagaimana pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan

fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama

Se-Bandung Utara. Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah

dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru di Sekolah Menengah Pertama

Se-Bandung Utara?

2. Bagaimana gambaran pemanfaatan fasilitas belajar di Sekolah Menengah

Pertama Se-Bandung Utara?

Adanya personalia yang terdiri dari administrator, guru, konselor dan tata usaha yang bermutu dan profesional

Lingkungan yang mendukung

Manajemen yang

tepat

MUTU

LAYANAN

Sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media serta sumber belajar yang memadai Biaya yang

(26)

3. Bagaimana gambaran mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama

Se-Bandung Utara?

4. Seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu layanan

akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara?

5. Seberapa besar pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan

akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara?

6. Seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas

belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama

Se-Bandung Utara?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan suatu keinginan peneliti untuk mencari

sebuah jawaban atas permasalahan yang ada. Dengan kata lain, tujuan penelitian

berkaitan dengan hasil yang diperoleh setelah penelitian berakhir. Tujuan

penelitian dapat dilihat dari dua konteks, yaitu tujuan penelitian secara umum dan

tujuan penelitian secara khusus. Tujuan penelitian dirumuskan berdasarkan

rumusan masalah. Adapun tujuan umum dan tujuan khusus tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperolah

gambaran mengenai pengaruh kinerja mengajar guru dan pemaanfaatan fasilitas

belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-

Bandung Utara.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Memperoleh gambaran mengenai pengaruh kinerja mengajar guru dan

terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung

Utara.

b. Memperoleh gambaran mengenai pemanfaatan fasilitas belajar terhadap

(27)

c. Memperoleh gambaran mengenai mutu layanan akademik di Sekolah

Menengah Pertama Se-Bandung Utara.

d. Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan

fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah

Pertama Se-Bandung Utara.

e. Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan

fasilitas belajar meningkatkan mutu layanan akademik di Sekolah Menengah

Pertama Se-Bandung Utara.

D. METODE PENELITIAN 1. Metode Survey

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan

pendekatan kuantitatif melalui analisis korelasi dan regresi. Penelitian survei yang

dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis.

Seperti dikemukakan oleh Masri S. (2003:21), penelitian survei dapat digunakan

untuk maksud: (1) penjajagan (eksploratif); (2) deskriptif; (3) penjelasan

(eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan

pengujian hipotesis; (4) evaluasi; (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu

dimasa datang; (6) penelitian operasional; dan (7) pengembangan

indikator-indikator sosial.

Jenis penelitian survei ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan

kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki

hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan

tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sesuatu

variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab-akibat tersebut adalah

kinerja mengajar guru (X1) dan pemanfaatan fasilitas belajar (X2) terhadap mutu layanan akademik (Y).

2. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan

(28)

menganalisis datanya menggunakan statistik. Oleh karena itu pendekatan

kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan hasilnya (Arikunto, 2002: 10)

3. Analisis Regresi

Analisis regresi adalah teknik statistikal yang digunakan untuk mengukur

hubungan antara variabel dependent (Y) dengan dua variabel indevendent (X1) dan (X2). Analisis regresi digunakan untuk mendapatkan informasi agar tujuan

penelitian dapat tercapai, regresi dapat dipakai untuk memperkirakan variabel

mana, atribut mana yang paling banyak memberikan kontribusi dengan uji coba

yang signifikan.

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan

prinsip-prinsip serta faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru,

pemanfaatan fasilitas belajar dan mutu layanan akademik. Manfaat yang lebih

nyata, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan khususnya

dalam bidang peningkatan mutu layanan akademik yang dilihat dari kinerja

mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar yang ada di sekolah.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan memberi sumbangan berarti bagi acuan

pemikiran untuk peningkatan mutu layanan akademik bagi Sekolah Menengah

Pertama Se-Bandung Utara yang dilihat dari kinerja mengajar guru dan

pemanfaatan fasilitas belajar. Penelitian yang dilakukan juga mendapat beberapa

manfaat praktis sebagai berikut:

a. Bagi penulis, menambah wawasan dalam pengetahuan sehubungan dengan

hasil penelitian tentang pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan

fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik. Lebih lanjut, sehubungan

(29)

dalam penerapan tugas secara nyata, sehingga berdampak pada peningkatan

mutu layanan di masa yang akan datang.

b. Bagi pengelola dan kepala sekolah, penelitian ini sebagai masukan dalam

peningkatkan mutu layanan akademik yang dilihat dari dampak atau pengaruh

kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar yang signifikan.

c. Bagi guru-guru dan semua tenaga administrasi, dari hasil penelitian ini

menjadi masukan yang berarti dalam membantu meningkatkan kinerja

mengajar dan pemanfaatkan fasilitas belajar serta memperbaiki layanan

akademik sehingga mutu sekolah meningkat sesuai dengan harapan

pelanggan atau stakeholder.

d. Bagi peserta didik, khususnya sebagai responden, melalui hasil evaluasi

penelitian ini yang dibuat dapat membantu pengembangan sekolah dalam

peningkatan mutu layanan akademik yang lebih baik bagi peserta didik.

F. Struktur Organisasi Tesis

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab sesuai

dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI pada tahun 2012, lengkapnya

sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan dalam ini membahas mengenai latar belakang

penelitian yang membahas mengenai alasan penelitian, mengapa masalah itu

diteliti dan pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti,

identifikasi masalah dan perumusan masalah, membahas rumusan dan analisis

masalah serta identifiaksi variabel-variabel penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian baik secara teroritis maupun praktis, metode penelitian dan struktur

organisasi tesis untuk melihat susunan penulisan tesis.

Bab II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.

Dalam bab ini membahas tentang kajian pustaka sehubungan dengan tiga variabel

yang akan diteliti serta dapat mendukung penelitian, kerangka pemikiran yang

menggambarkan rumusan hipotesis yang dikaji dengan melihat hubungan antara

teori dengan variabel-variabel penelitian serta gambaran hipotesa penelitian yang

(30)

Bab III: Metodologi Penelitian , bab ini membahas tentang lokasi dan

subyek, populasi/sampel yang diambil dalam penelitian menjadi sasaran dari

penelitian ini. Selain itu berisi pembahasan tentang metode penelitian,

menjabarkan metode apa yang sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan,

definisi operasional yang dirumuskan sesuai dengan konsep yang didapat serta

disesuaikan dengan lapangan yang akan diteliti serta merumuskan

indikator-indikator yang lahir dari definisi operasional yang kemudian dibuat instrumen

peneliti berupa angket. Selanjutnya proses pengembangan instrumen berkaitan

dengan uji reliabilitas dan validitas, teknik pengumpulan data dan analisis data

yang dijelaskan secara rinci melalui tahap-tahap analisis data.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini diuraikan dua

hal utama yaitu pertama hasil penelitian. Pada hasil penelitian diuraikan mengenai

hasil analisis sesuai dengan hasil penelitian dan membuat deskripsi hasil

penelitian. Selanjutnya memaparkan hasil uji analisis, pengujian hipotesis dan

pembahasan hasil penelitian dalam pembahasan penelitian diuraikan. Melalui

hasil analisis akan terlihat pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu layanan

akademik, pengaruh pemanfaataan fasilitas belajar terhadap mutu layanan

akademik serta pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar

terhadap mutu layanan akademik.

Bab V: Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi tentang kesimpulan

mengenai hasil temuan penelitian sebagai pokok-pokok penting akan disampaikan

berdasarkan pertanyaan atau rumusan masalah. Selain itu dalam bab ini berisi

saran atau rekomendasi dari penulis kepada semua pihak yang berhubungan

dengan penelitian yaitu penyelenggara sekolah, kepada sekolah, para guru, TU

(31)
(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL 1. Lokasi Penelitian

Lokasi atau tempat yang sesuai dengan sasaran juga menjadi hal penting

yang perlu diperhatikan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, lokasi yang dituju

adalah sekolah dan sasaran penelitian pada peserta didik. Apapun judul yang

diajukan adalah “Pengaruh Kinerja Mengajar Guru Dan Pemanfaatan Fasilitas

Belajar Terhadap Mutu Layanan Akademik Pada Sekolah Menengah Pertama

Se-Bandung Utara” (Studi Deskriptif Analitik Persepsi Siswa Terhadap Mutu

Layanan Akademik Pada Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara).

Berdasarkan judul penelitian maka lokasi atau tempat penelitian ini adalah

di Sekolah Menengah Pertama Swasta maupun Negeri yang berada di wilayah

Bandung Utara berdasarkan pembagian dari Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Adapun dasar pemilihan lokasi tersebut karena sekolah-sekolah ini memiliki

jenjang yang sama dan berada di satu wilayah binaan.

2. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pendapat ini dikemukakan

oleh Sugiyono dan Akdon (2008:96). Sedangkan Riduwan (2010:276),

mengatakan populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya.

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, populasi merupakan

subyek atau objek yang berada dalam satu wilayah penelitian di mana objek dan

subyek tersebut memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas, maka sesuai dengan masalah penelitian

ini, penulis menentukan populasi sasaran dalam penelitian sebanyak 30 (tiga

puluh) SMP Se-Bandung Utara baik swasta maupun negeri dengan perincian 19

(33)

siswa/siswi kelas 7, 8, dan 9 dari 30 (tiga puluh) sekolah sebanyak 17421 orang.

Adapun uraian data jumlah populasi sekolah sesuai tingkat kelas dari 30

SMP Se- Bandung Utara sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

NO Nama Sekolah Kelas Jumlah

Siswa VII VIII IX

1 SMP Santa Angela 174 164 166 504

2 SMP Santo Aloysius 1 129 153 153 435

3 SMP Paulus 13 16 21 50

4 SMP Santa Ursula 119 118 107 344

5 SMP Pandu 51 50 35 136

6 SMP Santa Maria 55 77 65 197

7 SMP Pertiwi 47 105 97 249

8 SMP Taruna Bhakti 30 30 30 90

9 SMP BPK 1 Penabur 304 308 302 914

10 SMP BPP 104 151 163 418

11 SMP Adven 10 16 14 40

12 SMP Babtis 22 25 30 77

13 SMP Kemah Indonesia 4 55 85 64 204

14 SMP PGII 2 200 208 228 636

15 SMP Pasundan 6 82 104 110 296

16 SMP Nasional 151 176 144 471

17 SMP Sumatra 40 55 67 83 205

18 SMP KARTIKA SILIWANGI 11 71 90 184 345

19 SMP PGII 1 164 191 230 585

20 SMPN 2 269 295 386 950

21 SMPN 5 RSBI 267 254 149 670

22 SMPN 7 354 383 347 1084

23 SMPN 27 402 388 391 1181

(34)

NO Nama Sekolah Kelas Jumlah Siswa

25 SMPN 14 416 296 306 1018

26 SMPN 22 393 352 350 1095

27 SMPN 44 388 287 321 996

28 SMPN 16 329 339 409 1077

29 SMPN 19 366 296 279 941

30 SMPN 35 344 358 368 1070

TOTAL 17421

3. Sampel Penelitian

Untuk mempermudah melakukan penelitian, peneliti memerlukan sampel

yang merupakan bagian dari populasi. Adapun sampel yang digunakan dalam

penelitian ini diambil berdasarkan data yang dapat mewakili populasi secara

keseluruhan (representatif). Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2009: 91)

bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.

Senada juga dengan apa yang dikatakan oleh Arikunto (2010:174) bahwa

sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber

data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dikarenakan populasi dalam penelitian

ini sifatnya heterogen, maka dilakukan penarikan sampel dengan menggunakan

Proportionate Stratified Random Sampling (Sugiyono 2008:82). Teknik ini

hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya

memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.

Dalam menentukan ukuran sampel, Sugiyono (2008:86-87) mengatakan

jumlah sampel yang diambil bergantung pada tingkat ketelitian atau kesahihan

yang dikehendaki. Maka penelitian ini berdasarkan jumlah yang ditentukan dalam

penentuan jumlah sampel taraf 1%, 5% dan 10% sesuai dengan jumlah

keseluruhan peserta didik bila 1000 diambil taraf 5% maka jumlah sekitar 336.

Dari ketentuan ini, maka dari jumlah keseluruhan peserta didik di atas 17421 jadi

(35)

Menurut Akdon (2008:109) dari penentuan jumlah menurut ketentuan di

atas untuk perhitungan jumlah peserta didik 17421, maka mengunakan rumus

Taro Yamane :

Dimana : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan (5%)

Jadi jumlah sampel dalam penelitian dengan menggunakan rumus di atas

sesuai dengan populasi adalah 17421 siswa, seperti pada table I, dengan tingkat

presisi yaitu sebesar 0.05%, maka sampel yang didapat sebagai berikut:

Selanjutnya, langkah kedua menggunakan rumus proposional dari

Sugiyono (Akdon dan Hadi, 2005:108) sebagai berikut :

�� �� �

Dimana :

ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya

(36)

Tabel 3.2

Penghitungan sampel di atas menentukan jumlah masing-masing sekolah.

Karena populasi ini sifatnya heterogen, maka dilakukan lagi penghitungan

menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling. Jadi dari jumlah

sekolah akan diambil sampel masing-masing tingkat atau kelas dan hasilnya

(37)

Tabel 3.3

129/435x10= 2 153/435x10=4 153/43x10=4 10

3 SMP Paulus 13/50x1=0 16/50x1=0 21/50x1=1 1

4 SMP Santa Ursula

119/344x8=3 118/344x8=3 107/344x8=2 8

5 SMP Pandu 51/136x3=1 50/136x3=1 35/136x3=1 3

6 SMP Santa Maria

55/19x4=1 77/197x4=2 65/197x4=1 4

7 SMP Pertiwi 47/249x6=1 105/249x6=3 97/249x6=2 6

304/914x21=7 308/914x21=7 302/914x21=7 21

10 SMP BPP 104/418x9=2 151/418x9=3 163/418x9=4 9

11 SMP Adven 10/40x1=0 16/40x1=1 14/40x1=0 1

12 SMP Babtis 22/77x1=0 25/77x=1 30/77x1=1 2

13 SMP Kemah Indonesia 4

55/204x5=1 85/204x5=2 64/204x5=2 5

14 SMP PGII 2 200/636x14=4 208/636x14=5 228/636x14=5 14

15 SMP Pasundan 6

82/296x7=2 104/296x7=2 110/296x=3 7

16 SMP Nasional 151/471x11=4 176/471x11=4 144/471x11=3 11

17 SMP Sumatra 40

55/205x5=1 67/205x5=2 83/205x5=2 5

18 SMP KARTIKA SILIWANGI 11

71/345x8=2 90/345x8=2 184/345x8=4 8

(38)

NO Nama Sekolah Kelas

Jlh Sam

Pel

20 SMPN 5 RSBI 267/670x15=6 254/670x15=6 149/670x15= 3

15

21 SMPN 7 354/1084x24=8 383/1084x24=8 347/1084x24 =8

24

22 SMPN 27 402/1181x27=9 388/1181x27=9 391/1181x26 =9

27

23 SMPN 40 423/1143x26=10 326/1143x26=7 394/1143x26 =9

26

24 SMPN 14 416/1018x22=9 296/1018x22=6 306/1018x22 =7

22

25 SMPN 22 393/1095x24=7 352/1095x24=9 350/1095x24 =8

24

26 SMPN 44 388/996x22=9 287/996x22=6 321/936x22= 7

22

27 SMP PGII 1 164/585x13=4 191/585x13=4 230/585x13= 5

13

28 SMPN 16 329/1077x24=7 339/1077x24=8 409/1077x24 =9

24

29 SMPN 19 366/941x21=8 296/941x21=7 279/941x21= 6

21

30 SMPN 35 344/1070x24=8 358/1070x24=8 368/1070x24 =8

24

TOTAL 391

B. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini dapat membuat suatu desain yang menunjukkan hubungan antar

variable yang akan diteliti. Selain itu penelitian juga akan menguji konsistensi

terori dan kesesuaian dengan peneliti terdahulu. Model penelitian ini bersifat

empiris bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh kinerja mengajar guru

(X1) dan pemanfaatan fasilitas belajar (X2) terhadap mutu layanan akademik (Y) pada SMP Se-Bandung Utara. Desain penelitian ini akan nampak lebih jelas

(39)

rx1y

rx1y

fx1x2 Rx1x2y

rx2y

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

X1 = Kinerja Mengajar Guru (variabel bebas)

X2 =Pemanfaatan Fasilitas Belajar (variabel bebas)

Y =Mutu Layanan Akademik (variabel terikat)

C. METODE PENELITIAN

Hal penting yang juga diperhatikan dalam penelitian adalah menentukan

metode penelitian. Ada berbagai metode dalam penelitian diantarnya; metode

survei, ex post facto, eksperimen, naturalistik, policy research(penelitian polcy),

action research (penelitian tindakan), evaluasi dan sejarah (Riduwan, 2010:49).

Penentuan metode harus disesuaikan dengan judul penulisan, maka sesuai dengan

judul tesis metode yang digunakan adalah penelitian survei dengan pendekatan

kuantitatif. Menurut Kalinger yang dikutip Riduwan (2010:49) menggambarkan:

“penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variable sosiologis maupun

psikologis”.

Selanjutnya dikatakan oleh Riduwan bahwa penelitian survei biasanya

dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dan pengamatan yang tidak

mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan

sampel yang representatif.

X

1

X

2

(40)

Metode survei dengan deskriptif analitis menurut Effendi (2003:3) dalam

Riduwan (2010:275-276), mengatakan penelitian dengan metode survei deskriptif

merupakan metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data dan informasi yang

dikumpulkan dari responden melalui kuesioner hasilnya dipaparkan secara

deskriptif dan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal

penelitian ini.

Oleh karena itu penelitian survei memfokuskan pengamatan untuk mendapat

keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah dalam suatu penelitian

yang dijabarkan melalui kuesioner atau angket. Penelitian ini dilakukan secara

meluas dan berusaha mencari hasil yang segera dapat dipergunakan untuk suatu

tindakan yang sifatnya deskriptif dari fakta-fakta, klarifikasi dan pengukuran

untuk merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi.

Lebih lanjut penelitian ini menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis

dalam menjaring data dari sumbernya. Untuk itu diperlukan kejelasan sumber data

yaitu populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume dan sebarannya. Karena

data hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka

antar variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya

sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai

pengolah data, yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan

validitas). Dengan demikian mudah digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang

dihasilkan dapat dijadikan rujukan yang cukup akurat.

D. DEFENISI OPERASIONAL

Dalam penelitian, variabel yang telah ditentukan perlu didefinisikan secara

operasional dengan tujuan untuk menjelaskan makna variabelnya. Singarimbun

(1987:23) sebagaimana dikutik oleh Riduwan (2010:281) mengatakan definisi

operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana dua

variabel bebas dan satu variabel terikat diukur. Hal senada juga Masri (2003:

46-47) mengatakan definisi operasional adalah unsur penelitian yang

(41)

maksudkan untuk menghindari persepsi yang berbeda terhadap maksud dari

variabel-variabel. Dalam mendefinisikan perlu memperhatikan dimensi perilaku,

aspek atau sifat yang ditunjukkan oleh konsep, karena hal tersebut akan

diterjemahkan ke dalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga

menghasilkan suatu indeks pengukuran konsep.

1. Kinerja Mengajar Guru (X1)

Dalam UU no.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bab IV bagian

kedua tentang hal dan kewajiban guru pasal 20 menjelaskan bahwa: dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai

dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Hal ini berarti kinerja mengajar guru

merupakan penampilan kerja yang dilakukan oleh seorang guru dalam

menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dalam memberikan bimbingan belajar

yang berisi pengetahuan dan ketrampilan yang akan mengarah pada peningkatan

prestasi peserta didik.

Sebagaimana dikatakan juga oleh Majid (2011:91), bahwa jika proses

belajar mengajar itu ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat guru

memegang peranan prima. Ia berfungsi sebagai pembuat keputusan yang

berhubungan dengan perencanaan, implementasi dan penilaian/evaluasi. Hal ini

berarti seluruh proses belajar mengajar terutama ditentukan oleh kualitas guru,

yakni kemampuan dan kemauan guru (Zamroni 200:113).

Dalam penelitian ini secara operasional kinerja mengajar guru merupakan

perilaku guru menampilkan unjuk kerja, prestasi kerja dalam proses pembelajaran

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan melalui kegiatan merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan penilaian hasil

pembelajaran dan melakukan tindak lanjut penilaian pembelajaran pada SMP Se-

Gambar

Tabel
Gambar Kontribusi X1, X2, Y…………………………….............................
Gambar 1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Layanan
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

In addition, the implementation of this project had several strengths, such as the students’ frequency of reading increased, students were accustomed to write their ideas,

Selain pertimbangan besarnya permintaan pasar serta kendala yang dihadapi dalam mengembangkan desain Arsis sebagaimana tinjauan sebaelumnya, penelitian ini juga sangat penting

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS

GBPP Matematika Kurikulum Pendidikan Dasar 1994, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayam.. Penjelazan Kurikuum SD 1994, Jakarta: Departemen Pendidikan

Besar kecilnya nilai ADC yang didapat oleh robot yang menggunakan rangkaian ADC sebagai rangkaian sensor menjadi suatu nilai proses, dan nilai data utama yang akan diproses dan

Komik merupakan suatu bentuk karya seni yang memilik unsur dalam penciptaannya.. Unsur-unsur yang terdapat dalam komik adalah unsur intrinsik dan

Dari berbagai pernyataan tentang penerapan supervisi oleh kepala ruangan dapat meningkatkan kinerja perawat pelaksana karena perawat pelaksana akan merasa diterima, dihargai