• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK LIMIT DAN TEORI KOGNISI DEPRESI AARON BECK

2.1. Konsep Komik

2.1.1. Defenisi Komik

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang

disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas

kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari

strip dalam Koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku sendiri.

Dalam (http://www.lontar.ui.ac.id/Metafora.dalam-Bibliografi.pdf). Menurut Scott

McCloud bahwa komik merupakan gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan

respon estetik pada yang melihatnya. Dapat dikatakan, komik sebagai produk budaya karena

dibuat atas dasar kreasi yang dipersentasikan secara visual.

Pada tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, dimana ia

mendefinisikan komik sebagai tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah

buku komik. Sebelumnya, ditahun 1986 dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner

mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai sequential art yaitu susunan gambar dan

(2)

Di Jepang komik disebut dengan manga. Perkembangan manga di Jepang tergolong

sangat pesat karena ternyata keberadaannya banyak diminati semua kalangan masyarakat

ditambah lagi manga juga memiliki berbagai jenis genre veriatif dan menarik untuk beragam

orang.

Komik merupakan suatu bentuk karya seni yang memilik unsur dalam penciptaannya.

Unsur-unsur yang terdapat dalam komik adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsuk. Menurut

Nurgiyantoro (1995 : 23), unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. Unsur intrinsik sebuah komik adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta

membangun cerita. Unsur intrinsik dalam sebuah komik meliputi tema, alur, latar, penokohan,

sudut pandang penokohan, dan lain-lain.

a. Tema

Tema adalah pokok pikiran atau persoalan yang hendak disampaikan oleh pengarang

kepada pembaca melalui jalinan sebuah cerita yang dibuatnya (Aminuddin, 2000 : 88). Kata

tema sering disamakan dengan pengertian topik, padahal kedua istilah tersebut mengandung

pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan,

sedangkan tema itu tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca.

Berdasarkan pengertian di atas, tema yang diangkat dalam komik “LIMIT” adalah

mengenai seorang anak yang bernama Arisa yang ingin membalaskan dendam pada teman

(3)

b. Alur (Plot)

Alur atau plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu

dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir (Aminuddin, 2000:89).

Alur atau plot merupakan suatu rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai

urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian alur itu merupakan perpaduan

unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Menurut

Aminuddin (2000:90) pada umumnya alur pada cerita prosa fiksi disusun berdasarkan urutan

sebagai berikut:

1. Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan memperkenalkan

tokoh- tokohnya.

2. Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian yang dialami sang

tokoh.

3. Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin hebat.

4. Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.

5. Peleraian, pada bagian ini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan.

Menurut susunannya, alur terbagi dalam dua jenis yaitu alur maju dan alur mundur. Alur

maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, peristiwa kedua, ketiga dan

seterusnya sampai cerita itu berakhir. Sedangkan alur mundur adalah alur yang susunannya

(4)

Berdasarkan uraian di atas, alur dalam komik “LIMIT” adalah komik yang menggunakan

alur maju, karena peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam komik tersebut dimulai saat tokoh Arisa

Morishige duduk dibangku SMA dan kerap kali mengalami pembullyan hingga saat terjadinya

kecelakaan dan Arisa melakukan pembalasan dendam terhada teman-temannya.

c. Latar (setting)

Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana

terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94). Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan

tempat, hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan (Abrams dalam Nurgyantoro, 1995:216).

Keadaan masyarakat pada komik LIMIT ini adalah keadaan masyarakat yang tidak

perduli akan lingkungan dan suka membagi-bagi kelas kelas masyarakat antara si pintar dengan

si bodoh dan antara si cantik dengan si jelek. Keadaan masyarakat disini mengatakan bahwa

yang jelek dan bodoh merupakan orang yang tidak berguna dan tidak diinginkan.

d. Penokohan

Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan

bagaimana tokoh-tokoh tersebut (Aminuddin, 2000:92). Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya

berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan

tema, tokoh juga menepati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat,

(5)

Keberhasilan pengarang menyajikan cerita rekaan atau fiksinya tercermin melalui

pengungkapan setiap unsur cerita tersebut. Rupa, pribadi dan watak sang tokoh harus tergambar

sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh khalayak ramai.

Pengarang melukiskan tokoh melalui imajinasi atau fantasinya dengan cara berikut ini:

1. Pengarang melukiskan secara langsung bentuk lahir tokoh, misalnya raut wajah, kepala,

rambut dan ukuran tubuh.

2. Pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya.

3. Pengarang melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.

4. Pengarang melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya keadaan kamar dan pekarangan

rumah tokoh.

5. Pengarang menggambarkan pandangan seorang terhadap tokoh lain, misalnya tokoh yang

dilukiskannya berwatak keras, sabar atau suka menolong.

6. Pengarang menciptakan percakapan (dialog) antartokoh tentang pribadi tokoh lain, misalnya

tokoh utama.

Penokohan dalam komik “LIMIT” adalah tokoh utama yang jelek, bodoh, dan kerap kali

mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari para teman-teman sekelasnya. Terdapat enam

tokoh dalam komik ini yaitu Arisa Morishige, Mizuki Konno, Haru Ichinose, Chieko Kamiya,

Chikage Usui dan Haruaki Hinata, sedangkan tokoh tambahan lainnya Sakura Himezawa (ratu

(6)

e. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut

(Aminuddin, 2000:96). Dengan kata lain posisi pengarang menepatkan dirinya dalam cerita

tersebut, dari titik pandang ini pulalah pembaca mengikuti jalan ceritanya dan memahami

temanya. Terdapat beberapa jenis sudut pandang, yaitu:

1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang

orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.

2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut melibatkan diri dalam

cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut

sudut pandang orang pertama pasif.

3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita. Pengarang menceritakan orang

lain dalam segala hal.

Dalam hal ini, sudut pandang Keiko Suenobu dalam komik “LIMIT” hanya sebagai

seorang pengarang yang menceritakan orang lain dalam segala hal. Keiko Suenobu sebagai

pengarang yang hanya menjadi pengamat yang berada diluar cerita.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara

tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro

1995:23). Unsur ekstrinsik merupakan unsur luar sastra yang mempengaruhi penciptaan karya

sastra. Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup

pengarang, adat istiadat yang berlaku, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi dan

pengetahuan agama.

Unsur ini mencangkup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya menjadi latar

(7)

pengarang, hal-hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar

pengaruhnya terhadap terciptanya suatu karya sastra

2.1.2. Setting Cerita Komik LIMIT

Menurut Soemardjo (1988:75-76) setting dalam cerita bukan hanya sekedar background,

artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya tetapi juga sangat erat

dengan karakter, tema dan suasana cerita. Dalam suatu cerita yang baik, setting harus mutlak

untuk menggarap tema dan karakter cerita. Jadi jelas bahwa pemilihan setting dapat membentuk

tema dan plot tertentu.

Latar memberikan pijakan cerita secara pasti dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan

kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah sungguh-sungguh ada

dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya

imajinasinya, disamping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan

pengetahuan tentang latar. Unsur latar dapat dibedakan yaitu latar tempat, dan latar waktu.

Unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat

dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu

dengan yang lainnya (Nurgiyantoro,1995:227).

1.Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

(8)

dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan

latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau tidak bertentangan dengan

sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.

Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk mengesani pembaca

seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi yaitu di tempat dan waktu seperti

yang diceritakan. Adapun latar tempat terjadinya peristiwa dalam komik “LIMIT” adalah di

Tokyo. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di tempat-tempat seperti di sekolah, di bus, di hutan

dan di rumah.

2. Latar Waktu

Menurur Nurgiyantoro (1995:230), latar waktu berhubungan dengan masalah kapan

terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra fiksi. Masalah “kapan” tersebut

biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar

tempat dan latar sosial sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Latar waktu dalam

komik “LIMIT” ini dilihat dari tokoh Arisa Morisige dimasa SMA.

2.2. Budaya Ijime Dalam Masyarakat Jepang

Kata ijimeru artinya adalah sebagai tindakan mengusik, menggoda, menganiaya dan

menyakiti

tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah istilah sosial yang digunakan untuk

(9)

Ijime biasanya terjadi di dalam konteks sekolah, berhubungan dengan teman sebaya baik pelaku

maupun korbannya.

Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya

dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu yang pendek. Ijime biasanya terjadi secara

berkelanjutan selama jangka waktu yang cukup lama, sehingga korban secara terus-menerus

berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Ijime dapat berbentuk tindakan langsung maupun

tindakan tidak langsung. Ijime langsung mencakup pelecehan fisik terhadap korbannya,

sementara ijime tidak langsung terdiri atas berbagai strategi yang menyebabkan targetnya

terasing dan terkucil secara sosial.

Para sosiolog Jepang secara sederhana mendefinisikan ijime sebagai tindakan

penganiayaan yang terjadi di dalam kelompok masyarakat Jepang. Definisi inilah yang membuat

masyarakat sering menyamakan ijime dengan tindakan bullying yang kerap terjadi di

negara-negara barat. Kata bullying, yang juga memiliki arti sebagai tindakan menganiaya, tidak

memberikan batasan yang jelas mengenai bentuk penganiayaan yang dilakukan sehingga

tindakan bullying di negara-negara barat umumnya mengacu pada segala bentuk tindakan yang

bertujuan untuk menyiksa fisik korban.

Definisi ijime yang dikemukakan oleh Morita

(schoolcounselorindonesis.blogspot.com.es/2011/11/konsep-seputar-bullying-oleh-esyaanesty.html?m=1) memberikan penekanan pada ide posisi dominan yang berkaitan erat

dengan interaksi di dalam satu grup yang sama. Hal ini berarti korban dan pelaku memiliki

hubungan kekerabatan yang dekat. Korban ijime bisa saja orang-orang yang berada dalam kelas

(10)

keluarga si pelaku. Yang menjadi perbedaan yang mencolok antara korban dan pelaku adalah

pelaku memiliki posisi yang lebih berkuasa dibandingkan korban. Dominasi kekuasaan itu

seolah-olah membuat si pelaku berhak untuk melakukan ijime terhadap orang lain yang tidak

disukainya.

Hal kedua yang membedakan ijime dengan bullying adalah sasaran utama dari tindakan

ijime bukanlah fisik melainkan mental korban. Inilah yang menjadi karakteristik dari ijime di

Jepang. Tujuan dari tindakan ijime adalah untuk menjatuhkan mental korban, membuat korban

merasa rendah diri dan tidak pantas berada di dalam suatu kelompok yang sama dengan si pelaku.

Taki (2001:56) menyatakan bahwa berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti Jepang

banyak disebutkan bahwa ijime dapat terjadi kapanpun, di sekolah manapun, dan di antara

anak-anak manapun. Survey tersebut menyatakan bahwa ijime tidak dipertimbangkan sebagai tingkah

laku spesifik seorang anak yang “luar biasa” dengan latar belakang yang problematik tetapi

sebagai seorang anak yang biasa.

Yang melakukan ijime bukan hanya anak-anak yang memiliki latar belakang yang

berbeda namun anak-anak biasa yang dengan latar belakang baik dan tidak pernah mendapat

(11)

2.3. Biografi Pengarang

Biografi yaitu uraian tentang kehidupan seseorang, baik orang itu masih hidup atau sudah

meninggal. Biografi berisi tentang perjalanan hidup tokoh tersebut, kehidupan seorang tokoh,

deskripsi kegiatan dan prestasi tokoh tersebut, ekspresi tokoh tersebut, serta pandangan tokoh

tersebut. Biografi dalam bahasa Indonesia berarti riwayat hidup seseorang. Dalam biografi

seorang tokoh biasanya banyak ditemukan suatu pelajaran yang dapat dipakai dalam kehidupan

sehari-hari. Tujuan dari penulisan biografi ini adalah agar pembaca dan penulis dapat

mengetahui perjalanan hidup seseorang yang dibaca, dapat meneladani dan mengambil pelajaran

dari seseorang untuk dipakai dalam kehidupam sehari-harinya, dapat memberikan sesuatu yang

berharga pada diri penulis dan pembaca setelah membacanya, serta penulis dan pembaca dapat

meniru cara bagaimana tokoh tersebut sukses

(biografi.blogspot.com.es/2009/12/pengertian-biografi.html)

Keiko Suenobu adalah seorang penulis, artis dan seorang mangaka, Keiko Suenobo

sudah memiliki banyak karya, yang semua karya nya tersebut sangat laku dipasaran di kalangan

pencinta manga, karya-karya nya antara lain :

1. Vitamin (2001)

2. Namida Hyakuman Tsubu (2001)

3. Kandou no Junai (2001)

4. life (2002)

5. Happy Tommorow (2003)

(12)

Keiko Suenobo seorang wanita kelahiran Fukuoka, Jepang pada 23 maret 1979. Sepanjang

karirnya sebagai mangaka Keiko sudah banyak mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya,

diantaranya memenangkan Kondansha Manga Award sebagai Shojo terbaik. Dan beberapa

diantara karyanya sudah di filmkan, dan semua film tersebut sangat laris dipasaran, dan juga

banyak mendapatkan penghargaan di Jepang.

2.4. Kognisi Depresi Aaron Beck

Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal akan selalu menemukan masalah dalam

hidupnya dan semua masalah yang dihadapin memiliki jalan keluar. Dalam proses menemukan

jalan keluar tersebut seringkali manusia mengalami “depresi” yang tanpa disadari sering dialami

dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang

menyakitkan ataupun suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Aaron Beck dalam Hadi Pranowo

(2004:15) menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya

disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit

sampai pada keadaan tak berdaya.

Seorang psikiater bernama Enos D. Martin dalam Wilkinson (1995:24) menyebutkan ada

tiga jenis depresi:

1. Normal Grief Reaction (rasa sedih sebagai reaksi normal atas suatu ‘kehilangan’). Jenis ini

juga disebut depresi exogenous (depresi raktif). Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam

dirinya umumnya sebagai reaksi dari ‘kehilangan’ sesuatu atau seseorang, misalnya pension,

(13)

2. Endogenous Depression. Penyebabnya datang dari dalam tetapi belum jelas. Bisa karena

gangguan hormon, gangguan kimia dalam otak atau susunan saraf.

3. Neurotic Depression (depresi neurotik). Depresi pada tahap ini terjadi apabila depresi reaktif

tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan

kecemasan yang telah ditimbun untuk waktu yang lama.

Aaron Beck dalam Hadi (2004:32) dikatakan untuk menemukan penyebab depresi

kadang-kadang sulit sekali karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya

bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab dapatlah dirangkumkan

sebagai berikut:

1. Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Archibald

Hart menyebutkan empat macam kehilangan: pertama, kehilangan abstrak yaitu kehilangan

harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi. Kedua, kehilangan suatu yang konkrit

misalnya rumah, mobil, orang atau bahkan binatang kesayangan. Ketiga, kehilangan hal yang

bersifat khayal, tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang.

Keempat, kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang misalnya menunggu hasil tes

kesehatan atau menunggu hasil tes ujian.

2. Reaksi terhadap stress. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup.

3. Terlalu lelah atau capek. Karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik mkaupun emosi.

4. Mendapat perilaku yang kurang menyenangkan dari lingkungan.

Pada umumnya penderita depresi dapat dikenali melalui beberapa gejala, misalnya:

1. Secara fisik mereka memiliki beberapa gangguan seperti: gerakan jadi lamban, tidur tidak

(14)

hilang sama sekali. Pusing, mulut kering, jantung berdebar cepat biasanya menyertai

penderita ini.

2. Kehilangan perspektif dalam hidupnya. Pandangannya terhadap hidup, pekerjaan dan

keluarga menjadi kabur. Aaron Beck menggambarkan hal ini sebagai “tiga kognisi”. Pertama,

terhadap dunia: cenderung melihat kekalahan, kerugian dan penghinaan. Kedua, terhadap diri

sendiri: menganggap diri kurang baik, tidak layak dan tidak berharga. Ketiga, terhadap masa

depan: penuh dengan kesukaran, frustasi dan kerugian.

3. Perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa,

kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis, marah dan sering muncul tak

menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati.

4. Beberapa gejala psikologis seperti kehilangan harga diri, menjauhkan diri dari masalah atau

hidupnya sendiri bahkan menjadi peka secara berlebihan sering dialami oleh mereka yang

mengalami depresi.

5. Pikiran dilusi. Pada depresi yang sangat parah muncul pikiran-pikiran dilusi yang bisa

merugikan, misalnya “orang akan bunuh saya” atau “seseorang akan meracuni saya”.

Wilkinson (1995:26) mengatakan banyak orang beranggapan bahwa pikiran yang sedih

lebih merupakan akibat dari penyebab satu depresi. Namun, baru-baru ini telah dikemukakan

bahwa gagasan itu sendiri (kognisi depresif) yang merupakan penyebab utama depresi, atau yang

memperburuk keadaan dan memelihara kondisi tersebut. Jadi, seseorang yang mempunyai

pandangan negatif terhadap dirinya, dunia, dan masa depan kemungkinan lebih mudah menderita

penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif.

(15)

1. Pikiran, misalnya “ saya telah gagal membahagiakan orang tua saya”. “saya akan

membalaskan dendam saya”

2. Harapan, misalnya “ saya tidak bahagia hidup didunia, kecuali aku mempunyai keluarga

yang damai”.

3. Distosi, misalnya menarik kesimpulan tanpa ada bukti “tidak ada gunanya aku pulang karena

tidak ada yang mengharapkan aku selamat”.

Dalam

Aaron Beck juga menghubungkan perkembangan depresi dengan adopsi dari cara berpikir secara

negatif.

Konsep ini dikenal juga dengan aspek segitiga, aspek segitiga tersebut adalah:

A. Pandangan Negatif Tentang Diri Sendiri

Memandang sendiri sebagai tidak berharga, penuh kekurangan, tidak dapat dicintai, tidak

dapat diharapkan, dan kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai

kebahagiaan. Dan selalu mengaggap diri sendiri tidak mampu dan tidak bisa menyelesaikan

apapun juga, menganggap diri tidak mampu membawa dampak positif bagi dirinya, orang tua

dan lingkungannya, selalu menganggap diri tidak berharga dan tidak bisa merasa bahagia dan

(16)

B. Pandangan Negatif Tentang Lingkungan

Memandang lingkungan sebagai pemaksa tuntutan yang berlebihan dan memberikan

hambatan yang tidak mungkin bisa diatasi sehingga terus-menerus mengalami kegagalan.

Lingkungan yang memberikan tekanan besar pada diri nya dan juga merasa lingkungan yang

tidak menginginkannya.

C. Pandangan Negatif Tentang Masa Depan

Memandang masa itu tanpa harapan dan juga meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi yang lebih baik. Pandangan seperti ini hanyalah

memandang bahwa hanya akan mendapatkan kegagalan dan mendapatkan hal buruk atau

kejadian buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai kesedihan yang tidak pernah

berakhir.

Aaron Beck juga menghubungkan pengembangan depresi dengan adopsi dari cara

berfikir yang terdistorsi secara negatif di awal kehidupannya. Konsep ini dikenal dengan istilah

‘segi tiga kognitif dari depresi’ (cognitive triad of depression). Aspek dari segi tiga tersebut

adalah pandangan negatif tentang diri sendiri, pandangan negatif terhadap lingkungan dan

pandangan negatif terhadap masa depan.

Berbagai jenis distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi:

a. Cara berfikir “semua atau tidak sama sekali”, memandang kejadian secara hitam putih. Yang

(17)

b. Generalisasi yang berlebihan, mempercayai bahwa bila suatu peristiwa negatif terjadi maka

hal itu cenderung akan terjadi lagi pada situasi yang serupa dimasa depan.

c. Filter mental, berfokus hanya pada detail-detail negatif dari suatu peristiwa dan dengan

sendirinya menolak unsur-unsur positif dari semua yang pernah dialami.

d. Mendiskualifikasikan hal-hal positif.

e. Tergesa-gesa membuat kesimpulan, membentuk interpretasi negatif mengenai suatu peristiwa

meskipun kurang bukti.

f. Membesar-besarkan suatu kesalahannya dan mengecilkan suatu kebaikannya.

g. Penalaran emosional, menginterpretasikan perasaan dan peristiwa berdasarkan emosi dan

bukan pada pertimbangan-pertimbangan rasional berdasarkan bukti yang ada.

h. Pernyataan-pernyataan keharusan, menciptakan perintah personal. Dengan menciptakan

harapan yang tidak realistis dapat menyebabkan seseorang menjadi depresi saat gagal

mencapainya.

i. Memberi label dan salah melebel, meletakkan lebel negatif pada diri sendiri dan orang lain.

j. Melakukan personalisasi, kecenderungan untuk mengkonsumsi bahwa diri kita bertanggung

jawab atas masalah dan perilaku orang lain.

Berangkat dari teori Aaron Beck dan teori lain yang mendukung penelitian inilah penulis

akan menganalisis psikologi Arisa Morishige dalam komik LIMIT, sehingga akan dapat

dipaparkan apa penyebab Arisa Morishige mengalami gangguan psikologis dan yang dialami

oleh Arisa Morishige yang digambarkan oleh Keiko Suenobu sebagai pengarang komik ini.

(18)

Kata semiotik berasal dari berasal dari bahasa Inggris yaitu semiotik, dan bahasa Yunani

yaitu dari kata semion yang artinya tanda. Semiotika secara istilah adalah ilmu tentang

tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu

merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem, aturan, konvensi yang memungkinkan

tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam reaksi lain, Preminger dalam Rahmat Djoko

Pradopo (2002:98) mengungkapkan bahwa dalam lapangan kritik sastra, penelitian semiotik

meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada sifat yang

memnyebabkan macam-macam cara (modus) wacana mempunyai makna.

Tokoh yang dianggap pendiri semiotika adalah dua orang yang hidup sezaman, yang

bekerja secara terpisah dan dalam lapangan yang tidak sama (tidak saling mempengaruhi), yang

seorang ahli filsafat yaitu Charles Sander Pierce (1839-1914). Saussure menyebutkan ilmu itu

dengan nama semiologi, sedangkan Pierce menyebutnya semiotic (semiotics). Kemudian nama

itu sering dipergunakan berganti-ganti pengertian yang sama. Di Prancis dipergunakan nama

semiologi untuk ilmu itu, sedangkan di Amerika lebih banyak dipakai nama semiotik.

Semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signfer)

dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formal yang menandai sesuatu yang disebut

petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu yaitu artinya. Contoh

kata “ibu” merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti “orang yang melahirkan

kita”.

Tanda itu tidak satu macam saja, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan antara

petanda dan penanda. Jenis-jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks dan symbol. Icon adalah

(19)

Hubungan itu adalah hubungan persamaan, misalnya gambar kuda sebagai penanda yang

menandai kuda (petanda) sebagai artinya. Potret menandai orang yang di potret, gambar pohon

menandai pohon. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat) antara

penanda dan pertandanya, misalnya asap menandai api, kompas menunjukkan arah mata angin,

dan sebagainya. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

alamiah antara penanda dan pertandanya, hubungannya bersifat arbitrer (semau-maunya). Arti

tanda itu ditentukan oleh konvensi. Kata “ibu” adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi

masyarakat bahasa (Indonesia). Orang Inggris menyebutnya mother, Prancis menyebutnya la

mare, dan lain sebagainya. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol.

Perlu diperhatikan dalam penelitian sastra dengan pendekatan semiotik, tanda yang

berupa indeksikallah yang paling banyak dicari, yaitu tanda-tanda yang menunjukkan hubungan

sebab akibat (dalam pengertian luasnya). Ilmu semiotika ini banyak dipakai dalam meneliti dan

menelaah berbagai hal. Sebagai suatu ilmu yang objeknya berupa tanda-tanda, semiotika dapat

dipakai juga untuk melihat sesuatu yang bersifat simbolis. Bidang-bidang penerapan semiotik ini

antara lain: kesusastraan, film, arsitektur, musik, sandiwara, kebudayaan, interaksi sosial,

psikologi, dan media masa.

2.4.2. Studi Semiotik Sastra

Pada prinsipnya, bahasa dan sastra merupakan dua unsur yang tak dapat dipisahkan

dalam kehidupan manusia. Keduanya saling memberi dan menerima, sebagaimana yang

diungkapkan Aftaruddin (1990:9) bahwa sastra suatu seni yang hidup bersama bahasa. Tanpa

(20)

maupun tertulis. Disatu pihak, sastra merupakan salah satu bentuk pengungkapan bahasa, dilain

pihak biasa akan lebih terasa hidup berkat sentuhan estesis unsur-unsur sastra.

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia

dan dalam kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra pada prinsipnya

adalah karya imajinatif sebagai refleksi dari realitas kehidupan manusia dalam lingkungan

tertentu dan merupakan bentuk pengungkapan bahasa yang bersifat artistik.

Sastra memiliki karakter dan konvensi sendiri yang membedakannya dengan

bentuk-bentuk pengungkapan non sastra. Genre sastra yang sudah dikenal secara umum meliputi

beragam bentuk puisi, prosa, dan karya-karya drama. Dalam perkembangan sastra modern, jenis

dan ragam sastra lebih bervariasi lagi. Disamping itu, ada bentuk sastra yang bukan karya seni

kreatif-imajinatif yaitu sastra sebagai bidang ilmu.

Sebagai bidang keilmuan, bentuk-bentuk sastra yang lazim dikenal meliputi teori sastra,

kritik sastra, sejarah sastra, dan studi sastra bandingan. Dengan demikian, sastra sesungguhnya

berada diantara ilmu dan seni. Dalam pengertian ini, sastra menjadi objek pembelajaran

disekolah. Sastra kreatif merupakan objek telaah, sedangkan ilmu sastra berperan sebagai

pendukung atau sarana untuk memahami karya-karya sastra kreatif tersebut.

Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh konvensi sastra atau disesuaikan dengan

konvensi sastra. Tentu saja karya sastra, karena bahannya bahasa yang sudah mempunyai sistem

dan konvensi itu, tidaklah dapat lepas sama sekali dari sistem bahasa dan artinya. Sastra

mempunyai konvensi sendiri didampingi konvensi bahasa.

Makna sastra ditentukan oleh konvensi sastra atau tambahan itu. Jadi, dalam sastra arti

(21)

tambahan atau konotasinya. Dikemukakan Preminger dalam Pradopo (2001:73) bahwa

penerangan semiotik itu memandang objek-objek sebagai parole (laku tuturan) dari suatu langue

(bahasa : sistem linguistik) yang mendasari “tata bahasanya” harus dianalisis. Penelitian harus

menyendirikan satuan-satuan minimal yang digunakan oleh sistem tersebut, peneliti harus

menentukan kontras-kontras diantara satuan-satuan yang menghasilkan arti (hubungan-hubungan

paradigmatik dan aturan kombinasi) yang memungkinkan satuan-satuan tersebut untuk

dikelompokan bersama-sama sebagai pembentuk-pembentuk struktur yang lebih luas

(hubungan-hubungan sigmatik).

Dikatakan selanjutnya oleh Preminger dalam Pradopo (2002:73) bahwa penerangan

semiotik itu memandang bahwa studi semiotik sastra adalah usaha untuk menganalisis sebuah

sistem tanda-tanda. Oleh karena itu penelitian harus menetukan konvensi-konvensi apa yang

memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang

mempunyai konvensi-konvensi sendiri.

Dalam menganalisis karya sastra, peneliti harus menganalisis tanda itu dan menentukan

konvensi apa yang memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda dalam rangka sastra itu

mempunyai makna. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, komik merupakan sebuah genre yang

dapat mencerminkan adanya psikologi. Komik diartikan sebagai cerita bergambar yang bersifat

fiksi. Ciri khas komik adalah kemampuan untuk menyampaikan permasalahan yang kompleks

Referensi

Dokumen terkait

Apabila kebutuhan cairan dalam tubuh terpenuhi, maka akan terhindar dari konstipasi karena cairan dalam proses pencernaan selain itu dapat membantu penyerapan nutrisi yang

erusaha mendorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai agian yang t idak tetpisahkan dari kegiatan mengajarnya, bai k ang secara langsung dibiayai oleh dana IKIP

Dalam sistem katup otomatis ini digunakan grow detector sebagai umpan balik yang menjadi dasar perintah dari pergerakan motor stepper untuk mencapai posisi yang diinginkan,

Buku Kabupaten DalamBuku Kabupaten Dalam Buku Kabupaten Dalam Buku Kabupaten Dalam Buku Indeks Gini. Angka Angka Angka Angka

CALON PENERIMA BEASISWA PENINGKATAN PRESTASI DAN AKADEMIK FAKULTAS PSIKOLOGI TAHUN 2017.. NO NIM Nama

saran yang strategis untuk mengevaluasi diri dalam rangka peningkatan kinerja.. diwaktu yang akan

Tabel 6 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis Tahun 2016 dan

Pada penelitian ini didapatkan penurunan HOMA-IR rata-rata subjek pada kelompok puguntano sebelum pemberian intevensi adalah 3,79 dan sesudah intervensi turun menjadi 2,08 dan