TANJUNG GARBUS – PAGAR MARBAU PTPN II
SKRIPSI
OLEH
RITCHIE SINURAYA 030303005 / TNH
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007
PEMETAAN STATUS HARA P -TERSEDIA,
P -TOTAL, DAN K -TUKAR DI KEBUN
TANJUNG GARBUS – PAGAR MARBAU PTPN II
SKRIPSI
OLEH
RITCHIE SINURAYA 030303005 / TNH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II
Nama : Ritchie Sinuraya N I M : 030303005 Departemen : Ilmu Tanah Program Studi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
( Ir. Supriadi, MS ) ( Ir. A.B Sinulingga, SU ) Ketua Anggota
Mengetahui
Ketua Departemen / Program Studi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat meyelesaikan usulan penelitian ini
dengan baik.
Adapun judul skripsi ini adalah, ‘ Pemetaan Status Hara P-Tersedia,
P-Total, dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau
PTPN II, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian
di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Supriadi, MS selaku
Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Ir. A.B Sinulingga, SU, selaku Anggota
Komisi Pembimbing, Papa Mama, Saudaraku (Andreas Sinuraya, Fernandez
Adina Sinuraya, Gita Christyanda Sinuraya, Hendra P Sitepu dan Fanny Gianina
Sinuraya), Teman berjuang (Amaldo Gultom, Mehamat Maranatha Tarigan),
Seluruh teman – teman stambuk 2003 Ilmu Tanah, Adik –adik stambuk 2006
tercinta, Ir. Ramalan Sinuraya dan Keluarga, Ir. W. Purnomohadi (ex ADM
Kebun TGPM), Meyer Golin Napitupulu,SP (+) (ex Assisten
Afd II Kebun TGPM), Hilarius Manurung SP (Assisten Afd IV Kebun TGPM)
yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan semangat kepada Penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi
ini. Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, November 2007
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi status hara P – tersedia, P – Total, dan K – Tukar di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II melalui pemetaan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sentral dan Laboratorium Sistem Informasi Geografis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan yang dimulai pada bulan April 2007 hingga Juni 2007. Metoda yang digunakan adalah metoda survei dan analisis data hara P – tersedia, P – Total, dan K – Tukar serta menginterpretasikan dalam peta status hara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P – Tersedia digolongkan dalam 4 status yakni rendah (411.7 Ha), sedang (377.3 Ha), tinggi (362.4), dan sangat tinggi (816.4 Ha). P – Total digolongkan dalam 5 status yakni sangat rendah (474.6 Ha), rendah (774.2 Ha), sedang (383.5), tinggi (88.74 Ha), dan sangat tinggi (246.8 Ha). K – Tukar digolongkan dalam 2 status yakni sangat rendah (664.8 Ha) dan rendah (1303 Ha). Sedangkan status overlay dari seluruh unsur hara (P-Tersedia, P-Total, K-Tukar) digolongkan dalam 4 status yakni sangat
ABSTRACK
The purpose of this research is to inventory status the posphate available, posphate total and kalium exchange in Tanjung Garbus - Pagar Marbau Plantation PTPN II in mapping. This research was carried out in Central Laboratory and Geografic Information System Laboratory Agriculture Faculty, North Sumatera University, Medan, which was started from April 2007 until June 2007. The method used are survay method and posphate available, posphate total and kalium exchange analysis data with interpretating in mapping.
The result of research showing that status posphate available devided by 4 status such as; low (411.7 Ha), medium (377.3 Ha), high (362.4 Ha), and highest (816.4 Ha). Status posphate total devided by 5 status such as; lower (474.6 Ha), low (774.2 Ha), medium (383.5 Ha), high (88.74 Ha), and highest (246.8 Ha). Status kalium exchange devided by 2 status such as; lower (664.8 Ha) and low (1303 Ha). While overlay status from all element (posphate available, posphate total, kalium exchange) devided by 4 status such as; lower (342.27 Ha), low (808.27 Ha), medium (570.44 Ha), and high (246.82 Ha).
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lhok’seumawe pada tanggal 27 Pebruari 1985 dari
Bapak Yakin Sinuraya dan Ibu Yessy W. Br Tarigan. Penulis merupakan putera
ke – 3 dari 4 bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1997 di
SD Budi Murni II Medan, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) pada tahun
2000 di SLTP Puteri Cahaya Medan, Sekolah Menengah Umum (SMU) pada
tahun 2003 di SMU Cahaya Medan. Penulis masuk ke perguruan tinggi pada
tahun 2003 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis merupakan anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA),
Assisten Kartografi dan Ilmu Ukur Tanah, Sekretaris Umum Panitia Penerimaan
Mahasiswa Baru (PPMB) tahun 2006, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II Kabupaten Deli
Serdang tahun 2006 dan mengikuti Pelatihan Survei Tanah tahun 2007
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ……… 32 Saran ……….. 32
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel. 1 Kriteria Status Hara Untuk Overlay Peta ... 16
Tabel. 2 Data Realisasi Produktivitas Aktual ... 19
Tabel. 3 Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia ... 20
Tabel. 4 Data Luas Wilayah Status Hara P – Total ... 24
Tabel. 5 Data Luas Wilayah Status Hara K – Tukar ... 27
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar. 1 Peta Lokasi Penelitian (Pengambilan Sampel) ... 14
Gambar. 2 Peta Status Hara P – Tersedia ... 21
Gambar. 3 Peta Status Hara P – Total ... 25
Gambar. 4 Peta Status Hara K – Tukar ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran. 1 Titik Koordinat Sampel Tanah, Hasil Analisa Laboratorium P-Tersedia, P-Total,
dan K-Tukar ... 34
Lampiran. 2 Kriteria Penilaian Sifat – Sifat Tanah
Oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman
kelapa sawit. Data di lapangan menunjukkan kecenderungan peningkatan luas
areal perkebunan kelapa sawit khususnya perkebunan rakyat. Peningkatan potensi
tersebut mendukung terhadap produksi kelapa sawit yang cenderung meningkat
juga.
Semakin luasnya areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, sebaiknya
setiap awal tahun atau awal musim panen atau per periodik, tanah pertanian
dianalisis agar bisa menggambarkan status unsur hara tanah. Dengan begitu,
nantinya bisa dilakukan kebijakan pemupukan sesuai letak dan kondisi lokasi.
Perlunya peta status hara dan sifat kimia tanah akan membantu dalam
pengeloalaan sehingga lokasi – lokasi yang tanahnya rusak atau kritis akan cepat
diketahui dan dengan begitu penanggulangannya juga cepat dilakukan.
(Rauf. 2007)
Produktivitas tanaman kelapa sawit ditentukan oleh karakteristik lahan
yang berbeda pada setiap wilayah pengembangannya. Belum tercapainya produksi
yang optimum berhubungan dengan kondisi iklim wilayah yang berfluktuasi
musiman dan perlakuan kultur teknis tanaman kelapa sawit yang optimal.
Inventarisasi sumber daya lahan merupakan kegiatan yang sangat penting,
mengingat sumber daya lahan merupakan sumber daya alam yang langka
sehingga perlu informasi yang benar dan akurat agar sumber daya lahan dapat
Kebun Tanjung Garbus - Pagar Marbau (TG – PM) PTPN II adalah salah
satu kebun milik negara yang mengelola komoditi kelapa sawit. Jenis tanah yang
ditemukan adalah Ultisol dan Entisol. Seperti yang kita ketahui, Ultisol
merupakan tanah tua yang mengalami pelapukan lanjut. Ultisol memiliki
kejenuhan basa (KB) yang rendah sekitar 35% pada lapisan horison tanah yang
lebih rendah, kandungan bahan organik yang rendah kecuali horison A yang
relatif tipis, nilai kapasitas tukar kation (KTK) rendah, terdapat kejenuhan
aluminium dan mengandung garam besi atau bahan asam lain. Kandungan
nitrogen rendah, kandungan fosfor dan kalium rendah serta sangat peka terhadap
erosi sehingga diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan. Sedangkan
Entisol merupakan tanah yang berkembang pada alluvium dari tanah asal yang
baru mempunyai perkembangan profil sangat lemah dan mempunyai bahan
sulfidik.
Unsur fosfat mudah terfiksasi oleh Al dan Fe (pH menuju di bawah 5,5 Al
dan Fe terlarut dapat meningkat) yang akhirnya menyebabkan fosfat tidak tersedia
bagi tanaman. Semakin rendah pH maka semakin tinggi jumlah konsentrasi ion
Al, Fe, dan Mn yang dapat larut, akibatnya makin tinggi jumlah P yang diikat
dengan cara ini. Pengendalian kelarutan Al dapat dilakukan dengan cara
menaikkan pH melalui pengapuran, pengikatan Al dengan penambahan pupuk P
yang banyak dan khelat Al dengan penambahan bahan organik. Tapi pengapuran
yang paling baik. (Nyakpa, dkk. 1988)
Kalium tidak bergerak tapi tidak terakumulasi dalam pecahan organik
tanah. Tanah dengan K-tersedia rendah merupakan tanah organik asam. Tanah
atau alkali. K-tukar yang berpindah dapat memindahkan K-tersedia dan tanaman
harus tergantung pada lepasnya K-terikat atau K-terlapuk dari mineral.
Penyerapan kalium lebih baik pada tanah dengan aerase baik. (Nyakpa, dkk. 1988)
Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis ingin membuat peta status hara
P-tersedia, P-total, dan K - tukar pada Kebun Tanjung Garbus - Pagar Marbau
PTPN II untuk penggunaan lebih lanjut bagi pihak – pihak yang membutuhkan.
Tujuan Penelitian
Untuk menginventarisasi status hara P- tersedia, P-total, dan K - tukar
pada Kebun Tanjung Garbus - Pagar Marbau PTPN II melalui pemetaan.
Kegunaan Penelitian
-. Peta status hara ini diharapkan berguna sebagai acuan dalam pengelolaan lahan
pada Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau PTPN II.
TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah
Survei tanah merupakan pekerjaan mengumpulkan data kimia, fisik, dan
biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan,
penggunaan lahan umum maupun khusus. Suatu survei tanah baru memiliki
kegunaan yang tinggi jika diteliti dalam memetakannya. Relevansi sifat – sifat
yang ditetapkan dengan penggunaannya atau tujuan penggunaannya harus tinggi.
Untuk mencapai kegunaan tersebut perlu menetapkan pola penyebaran tanah yang
dibagi – bagi berdasarkan kesamaan sifat – sifatnya, sehingga terbentuk soil
mapping unit atau SPT. Dengan adanya pola penyebaran tanah ini, maka
dimungkinkan untuk menduga sifat – sifat tanah yang dihubungkan dengan
potensi penggunaan lahan dan responnya terhadap perubahan pengelolaannya.
(Abdullah. 1996)
Kegiatan survei tanah menurut Foth. (1998) adalah suatu proses penelitian
dan pemetaan permukaan bumi dimana istilah unitnya disebut tipe tanah. Proses
sebenarnya pemetaan atau survai terdiri dari berjalan di atas lahan dengan interval
yang sama dan mencatat perbedaan – perbedaan tanah dan gambaran yang
berhubungan dengan permukaan seperti tingkat kemiringan lereng, erosi yang
terjadi, penggunaan lahan, penutup vegetatif serta gambaran alami.
Survei dan pemetaan tanah merupakan satu kesatuan yang saling
melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan
survei dan pemetaan tanah ini menghasilkan laporan da peta – peta. Pengamatan
dalam menggambarkan letak titik pengamatan akan menghasilkan peta yang baik.
Ada 3 tahapan pekerjaan survei, yakni tahap persiapan, tahap persiapan, survei
utama, dan tahap akhir. (Sutanto. 2005)
Survei dan pemetaan tanah biasanya termasuk interpretasi untuk tujuan
perencanaan penggunaan lahan dalam bentuk klasifikasi kemampuan lahan dan
kesesuaian lahan. (Sutanto. 2005)
Adapun tujuan survei tanah itu sendiri adalah untuk memberikan atau
menyediakan informasi bagi pengguna tanah, bentuk wilayah, dan keadaan lain
yang perlu diperhatikan, untuk menyediakan informasi yang akan membantu
pengambilan keputusan tentang penggunaan lahan dan perencanaan
pengembangan wilayah yang disurvei. (Hakim,dkk. 1986)
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk
penggunaan tertentu. Evaluasi lahan tidak terlepas dari kegiatan survei tanah.
Sedangkan survei tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenis tanah dan
menentukan potensinya untuk berbagai alternatif penggunaan lahan. Tujuan survei
tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokkan
tanah yang sama atau hampir sama sifatnya. (Subardja. 2000)
Rossiter (2000) mengemukakan bahwa disiplin survei sumber daya lahan
kini memasuki era baru karena munculnya teknologi dan metode baru sebagai
berikut :
1. Satelit penginderaan jauh (Yang dalam waktu dekat hampir sama detailnya
dengan foto udara) yang sangat bermanfaat untuk persiapan peta dasar dan
2. GPS (Global Positioning System) yang sangat bermanfaat untuk
menentukan lokasi secaa akurat, mampu menemukan teknologi pemetaan
bawah permukaan, seta berkembangnya model elevasi digital (DEM)
untuk memprediksi karakteristik medan.
3. Geostatistik dan teknik interpolasi lainnya.
4. Sistem infomasi geografis (SIG) untuk penyimpanan, transformasi,
analisis dan pencetakan peta.
Dengan teknologi ini, umumnya tutupan tanah (maupun sumber daya lahan
lainnya) dipersepsikan sebagai bidang spasial (yaitu dengan menentukan nilai
pada masing – masing titik sehingga secara kontiniu terjadi keragaman dalam
ruang) yang berbeda dengan satuan peta yang digunakan dalam survei tradisional.
(Rayes. 2007)
Unsur Hara Fosfat
Tanaman menyerap hara dari larutan tanah, tetapi jumlah total hara yang
tersedia untuk tanaman pada periode tertentu tidak dapat diduga berdasarkan
kuantitas yang dikandung larutan tanah pada waktu tertentu. Unsur hara yang
diambil dari larutan tanah dan penggantiannya berasal dari sumber yang tidak
segera tersedia. (Sutanto. 2005)
Secara umum, kulit bumi mengandung 0,1 % fosfat (P) atau setara dengan
2 ton P Ha-1, tetapi kebanyakan berbentuk apatit terutama fluoroapatit
[ Ca10(PO4)6F2 ] dalam bebatuan beku dan bahan induk tanah, sehingga tidak
tersedia bagi tanaman. Prinsip penyediaan P bagi tanaman dalam siklus P terlihat
bahwa kadar air P-larutan tanah merupakan hasil keseimbangan antara suplai P
mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman,
fiksasi dan pelindian P. Tanah – tanah tua di Indonesia (Podzolik dan Latosol)
umumnya berkadar alami P yang rendah dan berdaya fiksasi yang tinggi, sehingga
penanaman tanpa memperhatikan suplai P berkemungkinan besar akan gagal
akibat defisiensi P. (Hanafiah.2005)
Unsur fosfor (P) diserap dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, (PO43-) yang
sumber utamanya dari Ca-, Al-, Fe- fosfat dan kandungan di dalam tanah
0,01% - 0,1%. (Sutanto. 2005)
Ion fosfat yang diperuntukkan bagi tanaman tingkat tinggi sebagian besar
ditentukan oleh pH tanah. Jika pH tinggi, fosfor yang mudah larut ialah dalam
bentuk HPO42-. Kalau pH menurun menjadi sedikit sampai cukup asam, bentuk
ion adalah HPO42- dan H2PO4-. Sedangkan jika dalam keadaan sangat asam,
sebagian besar fosfor dalam bentuk H2PO4-. Dalam kedua bentuk ion itu, fosfat
diabsorbsi (diserap) oleh tanaman tingat tinggi. Perlu diterangkan bahwa bentuk
P-organik yang larut tidak dapat langsung digunakan sedikitpun oleh tanaman
tingkat tinggi, tetapi harus mengalami mineralisasi lebih dulu agar dapat
digunakan. (Buckman and Brady. 1982)
Selain pH yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
katersediaan fosfat di dalam tanah, ada juga faktor yang mempengaruhi pasokan P
dalam tanah sebagai berikut;
• Aerasi. Ketersediaan fosfat pada tanah yang padat atau tergenang air,
• Temperatur. Pada temperatur yang relatif hangat, ketersediaan P akan
meningkat karena proses perombakan bahan organik juga meningkatkan
ketersediaan P menipis di daerah yang bersuhu rendah.
• Bahan organik. Fosfat yang mudah larut diambil oleh mikroorganisme
tanah untuk pertumbuhannya. Akhirnya P ini diubah menjadi humus.
Karena itu, untuk menyediakan cukup P, kondisi tanah yang
menguntungkan bagi perkembangan mikroorganisme tanah perlu
dipertahankan.
• Unsur hara lain. Kekurangan unsur hara mikro dapat menghambat respon
tanaman terhadap pemupukan fosfat.
(Novizan. 2002)
Bentuk fosfor anorganik tanah lebih sedikit dan sukar larut. Walaupun
terdapat CO2 di dalam tanah, tapi mineralisasi mineral fosfat tetap sulit sehingga
dengan demikian P yang tersedia dalam tanah yang relatif rendah.
(Hakim, dkk. 1986)
P organik dengan dekomposisi akan menjadi bentuk anorganik. Jasad
renik dapat menggunakan P-tersedia dan membentuk senyawa P organik.
Demikian juga pupuk P seperti Ca(H2PO4)2 dan NH4H2PO4 dapat berubah
menjadi Ca, Fe, atau Al-fosfat yang sukar larut. (Hakim, dkk. 1986)
Semakin tinggi kandungan oksida besi dan oksida aluminium, maka makin
besar daya-tambat-fosfor tanah itu. Juga makin tinggi kandungan
aluminium-dapat- tukarnya akan makin besar daya tambat fosfornya. Oleh karena itu Oksisol
dan Ultisol yang sangat masam dan mengalami pelapukan lanjut biasanya
dengan susunan mineral silikat lapis mempunyai daya tambat P yang jauh lebih
rendah. (Sanchez. 1992)
Hubungan antara jumlah fosfor anorganik yang ditambahkan pada tanah
dan kadar keseimbangan fosfor dalam larutan tanah merupakan parameter yang
baik untuk menentukan berapa banyak pupuk fosfor yang ditambahkan untuk
mencapai tingkat fosfor larutan tanah yang diinginkan. (Sanchez. 1992)
Peranan Unsur Hara Fosfat
Sebagai hasil peran fisiologis, maka unsur P rerata menyusun 0,2% bagian
tanaman yang berfungsi sebagai komponen beberapa enzim dan protein,
ATP (Adenosin Tri-Fosfat), RNA (Ribo Nucleat Acid), DNA (Deoksiribo Nucleat
Acid) dan fitin, sebagai aktivator enzim, ketersediaan asam nukleat, phytin dan
fosfolipid serta berperan dalam pembentukan biji dan buah. (Hanafiah. 2005)
Fosfor terdapat dalam bentuk phytin, nukleat dan fosfolipid yang
merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel. Fosfor berfungsi pada tanaman
antara lain;
1. Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai.
2. Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda
menjadi tanaman dewasa pada umumnya.
3. Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji/gabah.
4. Dapat meningkatkan produksi biji.
(Sutedjo. 2002)
Unsur Hara Kalium
Unsur kalium (K) merupakan unsur hara yang mudah mengadakan
unsur penting, menyebabkan tandan bernas (kokoh), maka K mutlak penting,
misalnya dengan pupuk NPK maka K yang paling banyak. Sifat K yaitu mudah
larut dan terbawa hanyut dan mudah pula difiksasi dalam tanah. Sumber K adalah
beberapa jenis mineral, sisa tanaman, dan jasad renik, air irigasi, larutan tanah,
abu tanaman dan pupuk anorganik. (Sutedjo. 1991)
Unsur K banyak terkandung dalam berbagai bagian tanaman. Berpengaruh
terhadap fotosintesis dan respirasi serta berfungsi sebagai katalisator dalam
berbagai reaksi biokimia. Bagian tanaman yang banyak mengandung K adalah
tandan, buah, terutama gagang, serabut dan cangkang. Kekurangan unsur K akan
berpengaruh pada produksi. (Anonimous. 1999)
Ketersediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang karena 3 hal yaitu
pengambilan K oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi. Biasanya
tanaman menyerap K lebih banyak diserap dari unsur lain kecuali nitrogen.
Kalium dalam jaringan tanaman tetap berbentuk ion K+ dan tidak ditemukan
dalam senyawa organik. Kalium bersifat mobil (mudah bergerak) sehingga siap
dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkan. (Novizan. 2002)
Tanaman menyerap ion K+ hasil pelapukan, pelepasan dari situs
pertukaran kation tanah dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam
larutan tanah. Kadar K-tukar tanah biasanya sekitar 0,5 – 0,6% dari total K tanah.
K-larutan tanah ditambah K-tukar merupakan K yang tersedia dalam tanah.
Ketersediaan K terkait dengan reaksi tanah dan status kejenuhan basa (KB). Pada
pH dan kejenuhan basa yang rendah berarti ketersediaan K juga rendah. Nilai
kritis K adalah 0,10 me/100 gr tanah (setara 3,9 mg/100 gr) atau sekitar 2-3%
Kadar kalium tanah jauh lebih banyak daripada fosfor. Problem yang
dijumpai pada kalium ini adalah penyediaannya. Sebagian besar dari kalium tanah
adalah berada dalam mineral. Bentuk tersebut kurang tahan terhadap pengaruh air,
terutama air yang mengandung CO2. Kalium dalam tanah yang berasal dari
mineral dapat dibebaskan oleh pengaruh asam karbonat. Kalium yang dibebaskan
melalui reaksi tersebut diabsorbsi tanaman, hilang bersama air drainase atau
diabsorbsi oleh koloid liat. (Hakim,dkk. 1986)
Peranan Unsur Hara Kalium
Unsur hara kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologi
tanaman, walaupun fungsi dan mekanisme yang jelas belum diketahui, kalium
berperan dalam proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus dalam
absorbsi hara, pengaturan pernafasan, transpirasi, kerja enzim dan berfungsi
sebagai translokasi karbohidrat. (Hakim,dkk. 1986)
Beberapa peran kalium yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
1. Translokasi (pemindahan) gula pada pembentukan pati dan protein.
2. Membantu poses membuka dan menutup stomata (mulut daun).
3. Efisiensi penggunaan air (ketahanan terhadap kekeringan).
4. Memperluas pertumbuhan akar.
5. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit
tanaman.
6. Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga, dan buah tidak mudah
rontok.
7. Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif.
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kebun Tanjung Garbus - Pagar Marbau
PTPN II dengan letak geografis 98053’20” – 98055’50” BT dan 03028’40” –
03032’28” LU, Laboratorium Sistem Informasi Geografis dan Laboratorium
Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April 2007 – Juni 2007.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian
skala 1 : 60000, peta jenis tanah 1 : 250000, sampel tanah yang diambil dari
daerah penelitian, serta bahan – bahan kimia untuk analisis tanah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bor tanah, meteran,
cangkul, parang, GPS, kantong plastik, kertas label, alat tulis, karet gelang, dan
goni plastik, serta alat yang mendukung dalam penelitian ini.
Metoda Penelitian
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda survei dan
analisis data keadaan hara P- tersedia, P- total dan K - tukar di Kebun Tanjung
Garbus - Pagar Marbau PTPN II dan menginterpretasikannya untuk peta status
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun
tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1. Persiapan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan
konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengadaan
peralatan, pengadaan peta, studi literatur, dan penyusunan rencana kerja yang
berguna untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan
hasil sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pelaksanaan.
Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan
orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat. Setelah survei
pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan
utamanya adalah pengambilan contoh tanah komposit yang berasal dari 50 contoh
tanah.
Pelaksanaan pengambilan contoh tanah tersebut menggunakan metoda
acak tersebar pada jarak tertentu sesuai dengan luasan yang telah ditentukan
dengan berpedoman pada peta dasar yang dapat dilihat pada Gambar. 1 di bawah,
kemudian dilakukan pengambilan contoh tanah menggunakan bor tanah pada
kedalaman 0 - 20 Cm. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut, maka dicatat
hasil pembacaan koordinat pada GPS. Daftar titik koordinat tersebut dapat dilihat
Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007 USU Repository © 2008
Setelah diperoleh contoh tanah dari pengeboran, maka diambil +\- 1 Kg
untuk setiap contoh tanah dan dianalisis P- tersedia, P- total, dan K - tukar.
Selama kegiatan pengambilan contoh tanah tersebut juga dilakukan
pengamatan dan pencatatan keadaan lingkungan areal penelitian seperti
penggunaan lahan.
3. Analisis Laboratorium.
Sampel tanah yang diambil dari daerah peneltian dianalisis di laboratorium
untuk mengetahui keadaan P- tersedia, P- total dan K - tukar dalam tanah. Sebagai
dasar untuk mengetahui tingkat penyebaran P- tersedia, P- total dan K - tukar
dalam tanah pada areal tersebut, maka dilakukan analisis laboratorium meliputi :
• P- tersedia (ppm) dengan metoda Bray II.
• P- total (%) dengan metoda ekstraksi HCl 25 %
• K- tukar (me/100g) dengan metoda ekstraksi 1 N NH4Oac pH 7.
4. Pengolahan Data.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial
menggunakan GIS (Geografic Information System). Output analisis spasial adalah
cluster tingkat P- tersedia, P- total dan K dalam tanah. Data yang diperoleh
dikelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat – sifat tanah yang dibuat oleh
Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) pada Lampiran. 2.
5. Status Kesuburan Tanah.
Dari output analisis spasial berupa peta status hara P-Tersedia, P-Total dan
K-Tukar, dilakukan penggabungan (overlay) peta status hara P-Tersedia, P-Total,
K-Tukar menjadi satu peta yang mewakili seluruh unsur yang diamati. Penentuan
status kesuburan tanah menggunakan rumus sebagai berikut;
Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007
SK = Σ Xi
Keterangan : SK = Status Kesuburan Tanah
Xi = Nilai Status Hara P-Tersedia, P-Total, dan K-Tukar (Sangat Rendah = 1, Rendah = 2, Sedang = 3, Tinggi = 4, Sangat Tinggi = 5)
Penilaian status menggunakan kriteria sebagai berikut;
Tabel 1. Kriteria Status Hara Untuk Overlay Peta
Nilai / Skor Kriteria
NB : Penentuan Kriteria Didasarkan oleh Indeks Bilangan Tertimbang
Pembuatan Peta Digital
Pembuatan peta digital diolah melalui program Map Info Profesional 7.8
dengan tahap sebagai berikut :
• Dipilih lembar peta rupa bumi dengan dareah yang akan dibuat peta
digitalnya.
• Lembar peta dalam bentuk hardcopy tersebut harus terlebih dahulu
di-scan sehingga menjadi citra raster (raster image) dan dibuka dengan
program Map Info Profesional 7.8.
• Klik register untuk mengisi koordinat geografis pada peta tersebut.
• Dibuat layer control untuk masing – masing atribut peta seperti titik
• Untuk menggambar objek yang terdapat pada peta seperti jalan, batas
daerah studi, batas administrasi/wilayah dapat menggunakan digitasi garis,
polyline, dan polygon. Penggambaran objek sebaiknya dibuat pada
masing – masing layer dengan mengaktifkan masing – masing layer
dengan membuat status layer menjadi editable.
• Pembuatan layout yang meliputi :
- Pembuatan legenda peta.
- Pengaturan kertas dan margin untuk pencetakkan peta.
- Pembuatan orientasi peta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Kondisi Umum Wilayah
Menurut letak geografis, Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau terletak
di Kabupaten Deli Serdang dengan pusat kota di Lubuk Pakam, di sebelah Timur
Kotamadya Medan. Jarak Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau ke Kotamadya
Medan +/- 27 Km.
Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau meliputi 5 (lima) wilayah kecamatan :
a. Kecamatan Tanjung Morawa.
b. Kecamatan Lubuk Pakam.
c. Kecamatan Beringin.
d. Kecamatan Pagar Marbau.
e. Kecamatan Galang.
Hamparan lahan Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau mempunyai
topografi dominan rata, hanya sekitar +/- 1.5 % berbukit di Afdeling I dan II
dengan kemiringan 30 %
Jumlah curah hujan setahun di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau
pada status sedang sampai dengan cukup yaitu berkisar 1500 mm – 2500 mm per
tahun. Curah hujan terendah pada tahun 2005 berkisar 1513 mm/tahun dan
tertinggi pada tahun 2001 sekitar 2993 mm/tahun.
Produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Tanjung Garbus – Pagar
Marbau terdiri dari produktivitas potensial dan aktual. Produktivitas tanaman
a). Skala produktivitas maksimal (SPMax) 24.612 Kg/Ha
b). Skala produktivitas optimal (SPO) 19.567 Kg/Ha
c). Skala produktivitas minimal (SPMin) 15.000 Kg/Ha
Sedangkan produktivitas aktual dengan realisasinya pada data beberapa tahun
(2003/2004 dan 2005) adalah :
Tabel 2. Data Realisasi Produktivitas Aktual
Tahun Luas (Ha) Produksi TBS (Kg)
2003 3.499,33 35.999.070
2004 3.802,97 43.407.510
2005 3.765,09 52.130.700
2006 (RKAP) 3.825.33 62.178.420
Faktor – faktor penyebab tidak tercapainya produktivitas adalah seperti jumlah
pohon yang sesuai inventaris pohon yang ada di lapangan 122 pohon/Ha dari yang
seharusnya +/- 130 pohon/Ha (93.85%). Selain itu disebabkan oleh serangan
hama. Hama yang meyerang tanaman kelapa sawit di Kebun TG – PM adalah ulat
• Fosfat Tersedia
Fosfat tersedia adalah unsur fosfat yang terdapat di dalam tanah dalam
bentuk tersedia bagi tanaman serta dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses
metabolisme. Bentuk P yang terdapat di dalam bahan induk tanah sebelum
pertumbuhan tanaman dan pembentukan tanah pada umumnya sukar tersedia bagi
tanaman. P tersedia dalam tanah dapat diartikan sebagai P tanah yang dapat
diekstraksi oleh air dan asam sitrat.
Dari hasil analisis contoh tanah yang dapat dilihat pada Lampiran.1,
kandungan unsur P – tersedia yang terendah terdapat pada sampel tanah ke – 3,
sebesar 10.53 ppm dan yang tertinggi pada sample tanah ke – 22, sebesar 177.53
ppm.
Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah
(1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi
4 golongan status hara yakni, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Data luas
wilayah untuk status hara P – Tersedia disajikan pada tabel.3 berikut ;
Tabel 3. Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia
Status Luas ( Ha ) %
Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007
Luas wilayah dengan status rendah 411.7 Ha, sedang 377.3 Ha, tinggi
362.4 Ha, dan sangat tinggi 816.4 Ha. Status sangat tinggi memiliki luas wilayah
yang paling besar yakni 816.4 Ha dan yang paling kecil pada status tinggi sebesar
362.4 Ha. Berikut ini disajikan peta status hara P - Tersedia yang membagi
wilayah menjadi 4 bagian dengan luasnya masing – masing.
Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007 USU Repository © 2008
Menurut peta status hara P – Tersedia pada Gambar. 2 di atas, maka status
tinggi dan sangat tinggi lebih dominan atau memiliki luasan yang lebih besar
daripada status rendah dan sedang, berarti tanah pada lokasi penelitian tergolong
memiliki kandungan P – Tersedia yang tinggi dan berpotensi tinggi dalam
penyediaan unsur fosfat untuk kebutuhan tanaman yang dihubungkan dengan jenis
tanah Ultisol dan Entisol yang terdapat pada lokasi penelitian maka hal ini sesuai
dengan pernyataan Sanchez (1992) bahwa tanah yang sangat masam dan
mengalami pelapukan lanjut biasanya memiliki daya tambat fosfat yang tinggi.
Ketersediaan fosfat dengan status rendah dapat terjadi dimungkinkan
karena fosfat dalam tanah terdapat dalam bentuk yang tidak segera tersedia
ataupun karena faktor pH, aerasi, temperatur, bahan organik dan unsur mikro yang
dapat mempengaruhi ketersediaan fosfat. Untuk mengatasi hal di atas maka kita
harus memperhatikan prinsip penyediaan fosfat dalam siklus P. Menurut Hanafiah
(2005), prinsip penyediaan P bagi tanaman dalam siklus P terlihat bahwa kadar air
P – larutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai P dari pelapukan
mineral – mineral P, pelarutan (solubilitas), P – terfiksasi dan mineralisasi P – org
dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman, fiksasi dan pelindian P.
Selain itu penyediaan P dalam tanah dapat dilakukan dengan cara
pengapuran untuk mengendalikan kelarutan Al dan Fe, pengikatan Al dengan
penambahan pupuk P yang banyak dan khelat Al dengan penambahan bahan
organik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nyakpa, dkk (1988)
Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007
• Fosfat Total
Fosfat total adalah jumlah keseluruhan unsur fosfat (organik dan
anorganik) dalam tanah, baik dalam bentuk tersedia, segera tersedia dan tidak
tersedia. Berdasarkan hasil analisa tanah pada Lampiran. 1, maka nilai P – Total
yang paling rendah terdapat pada sample ke – 9, 39, dan 49 dengan nilai yang
sama yaitu 0.010 %. Sedangkan yang paling tinggi terdapat pada sample ke – 28
dengan nilai 1.690 %. Data luas wilayah untuk status hara P – Tersedia disajikan
pada Tabel.4 berikut ;
Tabel 4. Data Luas Wilayah Status Hara P – Total
Status Luas ( Ha ) %
Sangat Rendah 474.6 24.11
Rendah 774.2 39.34
Sedang 383.5 19.48
Tinggi 88.74 4.50
Sangat Tinggi 246.8 12.54
Total 1967.8 100
Untuk status hara P – Total berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian
Tanah (1983) dan BPP Medan (1982), maka status haranya dapat digolongkan
menjadi 5 kriteria. Adapun 5 kriteria tersebut adalah sebagai berikut diikuti
dengan luasnya masing – masing ;
Sangat rendah : 476.6 Ha
Rendah : 774.2 Ha
Tinggi : 88.74 Ha
Sangat tinggi : 246.8 Ha
Berdasarkan uraian di atas, maka P – Total dengan status rendah memiliki luas
wilayah yang paling besar yakni 774.2 Ha disusul dengan status tinggi yang
memiliki luas wilayah yang paling kecil yakni 88.74 Ha. Dari keterangan di atas
maka dapat dilihat peta status hara P –Total pada gambar di bawah.
Gambar. 3. Peta Status Hara P – Total
Hara dengan status rendah lebih dominan terlihat pada peta status hara
P – Total daripada hara dengan status tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh masih
terikatnya unsur P dalam mineral – mineral P. Ataupun disebabkan oleh faktor
ketersediaan P dalam tanah seperti yang telah diuraikan di atas pada sub-bab
P – Tersedia. Karena P – Tersedia merupakan salah satu komponen P – Total, jadi
P – Tersedia berhubungan erat dengan P – Total.
• Kalium Tukar
Menurut hasil analisa kimia dari sampel tanah untuk unsur K – Tukar
(Lampiran. 1), maka dapat ditentukan bahwa nilai K – Tukar (me/100 g) yang
paling rendah terdapat pada pengambilan sampel ke – 47 sebesar 0.034 me/100 g
dan yang paling tinggi terdapat pada sampel ke – 33 sebesar 0.163 me/100 g.
Menurut kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan
(1982), maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 2 golongan status hara,
yakni status sangat rendah dan status rendah. Adapun pembagian luas wilayah
dari kedua status tersebut, disajikan pada Tabel. 5 berikut ;
Tabel 5. Data Luas Wilayah Status Hara K - Tukar
Status Luas ( Ha ) %
Sangat Rendah 664.8 33.78
Rendah 1303 66.21
Total 1967.8 100
Dari data luas wilayah status hara K - Tukar di atas maka lokasi penelitian dapat
dibagi menjadi 2 bagian status hara dalam peta status hara K – Tukar di bawah.
Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007
Gambar. 4. Peta Status Hara K - Tukar
Dari peta status hara K – Tukar di atas, maka wilayah tersebut dapat
digolongkan menjadi 2 kriteria, yakni status sangat rendah dengan luas wilayah
664.8 Ha atau 33.78 % dari total luas wilayah. Sedangkan status rendah memiliki
luas wilayah 1303 Ha atau 66.21 % dari total luas wilayah. Jika diamati dari peta
di atas, dapat disimpulkan bahwa kandungan (jumlah) unsur kalium yang dapat
dipertukarkan secara umum pada wilayah tersebut adalah rendah. Hal ini
didukung oleh pernyataan Hakim, dkk (1988) dan dihubungkan dengan jenis tanah
pada lokasi penelitian yang menyatakan bahwa tanah dengan K – Tersedia rendah
merupakan tanah organik asam. K – Tukar yang berpindah dapat memindahkan
K – Tersedia. Berarti K – Tersedia berhubungan dengan K – Tukar.
Rendahnya nilai K –Tukar pada wilayah ini menurut Novizan (2002) dapat
terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain pengambilan unsur kalium
oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi. Biasanya tanaman menyerap
kalium lebih banyak diserap dari unsur lain kecuali nitrogen dan kalium juga
bersifat mobil (mudah bergerak) sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke
organ lain yang membutuhkan.
Menurut Hanafiah (2005), kadar K – Tukar tanah biasanya 0.5 – 0.6 %
dari total K tanah. Ketersediaan K terkait dengan reaksi tanah dan status
kejenuhan basa (KB). Nilai kritis K adalah 0.10 me/100 g tanah (setara dengan 3.9
mg/100 g) atau sekitar 2 – 3 % jumlah basa – basa tertukar. Jika dihubungkan
dengan hasil analisa untuk K – Tukar di atas, maka ada 20 sampel dari 50 sampel
tanah atau 40 % dari sampel memiliki nilai di bawah nilai kritis K. Atau dengan
kata lain +/- 787.12 Ha dari total luas wilayah memiliki nilai di bawah batas
nilai kritis K.
Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007
Masalah yang sering dihadapi pada unsur kalium ini adalah
penyediaannya. Sebagian besar dari kalium tanah berada dalam bentuk mineral.
Bentuk ini kurang tahan terhadap pengaruh air, terutama air yang mengandung
CO2. Maka untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan reaksi pembebasan
kalium tanah yang berasal dari mineral yang sesuai dengan pernyataan
Hakim, dkk (1986) yakni dengan cara pemberian asam karbonat (H2CO3) dimana
kalium yang dibebaskan dapat diabsorbsi tanaman, hilang bersama air drainase
atau diabsorbsi oleh koloid liat.
Dari seluruh peta status hara di atas maka dilakukan penggabungan
( overlay ) antara peta status hara P – Tersedia, P – Total, dan K – Tukar untuk
memperoleh peta status hara yang mewakili seluruh unsur yang diamati.
Berdasarkan pada penentuan kriteria untuk status kesuburan tanah (dapat dilihat
pada Bahan dan Metoda sub status kesuburan tanah) maka lokasi penelitian dapat
dibagi menjadi 4 kriteria status hara yakni sangat rendah, rendah, sedang dan
tinggi. Data luas wilayah untuk keempat status tersebut dapat dilihat pada Tabel 6
berikut.
Tabel 6. Data Luas Wilayah Status Hara P-Tersedia, P-Total, K- Tukar
Status Luas ( Ha ) %
Sangat Rendah 342.27 17.39
Rendah 808.27 41.07
Sedang 570.44 28.98
Tinggi 246.82 12.54
Pada tabel di atas, dapat ditentukan bahwa status rendah memiliki luasan
paling besar yaitu 808.27 Ha atau 41.07 % dari total luas wilayah penelitian
sedangkan status tinggi memiliki luasan paling kecil yaitu 246.82 Ha atau
12.54 % dari total luas wilayah penelitian. Dilihat dari hasil overlay peta status
hara P-Tersedia, P-Total, dan K-Tukar maka lokasi penelitian dikategorikan
kurang berpotensi dalam hal unsur hara P-Tersedia, P-Total dan K-Tukar karena
status sangat rendah dan rendah lebih dominan atau lebih luas daripada status
tinggi. Berdasarkan Tabel 6 di atas, maka dapat dibuat peta status hara P-tersedia,
Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – 7 USU Repository © 2008
Jika diamati pola penyebarannya, maka dapat ditentukan bahwa
penyebaran status hara P – Tersedia, P - Total, dan K – Tukar pada lokasi
penelitian tersebar merata walaupun status hara rendah mendominasi dari wilayah
tersebut. Karena hampir di setiap bagian ditemukan status hara yang berbeda. Hal
ini menunjukkan variasi status hara pada lokasi penelitian. Hal ini dimungkinkan
dipengaruhi oleh faktor – faktor yang mempengaruhi hara P – Tersedia, P – Total
dan K – Tukar seperti yang sudah dijelaskan pada penjelasan masing – masing
parameter unsur hara di atas.
Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. P – Tersedia Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau PTPN II, afdeling
IV, V, dan VI digolongkan menjadi 4 status hara sebagai berikut diikuti
dengan luas dan persentase wilayahnya masing – masing ; rendah
(411.7 Ha / 20.92 %), sedang (377.3 Ha / 19.17 %), tinggi (362.4 Ha /
18.41 %), dan sangat tinggi (816.4 Ha / 41.48 %).
2. P – Total Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau PTPN II, afdeling IV,
V, dan VI digolongkan menjadi 5 status hara sebagai berikut diikuti
dengan luas dan persentase wilayahnya masing – masing ; rendah
(474.6 Ha / 24.11 %), rendah (774.2 Ha / 39.34%), sedang (383.5 Ha /
19.48 %), tinggi (88.74 Ha / 4.50 %), dan sangat tinggi (246.8 Ha /
12.54 %).
3. K – Tukar Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau PTPN II, afdeling IV,
V, dan VI digolongkan menjadi 2 status hara status hara sebagai berikut
diikuti dengan luas dan persentase wilayahnya masing – masing ; sangat
rendah (665.8 Ha / 33.78 %) dan rendah (1303 Ha / 66.21 %).
4. P-Tersedia, P-Total, dan K-Tukar Kebun Tanjung Garbus-Pagar Marbau
PTPN II, afdeling IV, V dan VI digolongkan menjadi 4 status hara sebagai
berikut diikuti dengan luas dan persentase wilayahnya masing – masing;
sangat rendah (342.27 Ha / 17.39 %), Rendah (808.27 Ha / 41.07 %),
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T.S.1996. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonimous.1999. Vademecum Bidang Tanaman. Kelapa Sawit. PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Bah Jambi-Pematang Siantar. Sumatera Utara. Indonesia.
Anonimous. 2006. Profil Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau PTPN II. PTPN II (Persero). Sumatera Utara.
Buckman, H.O and N.C Brady.1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhrata Karya Persada. Jakarta.
Foth, H.D.1998. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E.D Purbayanti., D.R Lukiwati., R.Trimulatsih. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hakim,N., M.Y Nyakpa., A.M Lubis., S.G Nugroho., M.A Diha., G.B Hong., H.H Bailey. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung.
Hanafiah, K.A.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Nyakpa, M.Y., A.M.Lubis., M.A.Pulung., A.G.Amrah., A.Munawar., G.B.Hong.,
dan N.Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung.
Lampung.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Tanggerang.
Rauf, A. 22.Jan.2007. Peta Status Hara dan Sifat Kimia Tanah. Medan Bisnis: 08 (Kolom 2-5).
Rayes, M.L.2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penebit Andi. Yogyakarta.
Sanchez, P.A.1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penerbit ITB. Bandung.
Sutedjo, M.M dan A.G Kartasapoetra.1991. Pengantar Ilmu Tanah. Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Subardja, D.2000. Perkembangan Metode Survei Tanah dan Evaluasi Lahan di Indonesia. Prosiding Kongres Nasional VII HITI. Buku I : 123-134.
Sutanto, R.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta.
Tan, K.H.1995. Dasar Dasar Kimia Tanah. Terjemahan D.H Goenadi dan B.Radjagukguk. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Lampiran 1. Titik Koordinat Sampel Tanah, Hasil Analisa Laboratorium P-Tersedia, P-Total, dan K-Tukar
Sifat Tanah Satuan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
P2O5 Total % < 0,03 0,03 – 0,06 0,06 – 0,079 0,08 – 0,10 > 0,10
P-avl Bray II ppm < 8,0 8,0 - 15 16 - 25 26 - 35 > 35
> 1,00 K-tukar Me/100 g < 0,10 0,10 – 0,20 0,30 – 0,50 0,60 – 1,00
Menurut : 1. Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983 2. BPP Medan, 1982