• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Wilayah

Menurut letak geografis, Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau terletak di Kabupaten Deli Serdang dengan pusat kota di Lubuk Pakam, di sebelah Timur Kotamadya Medan. Jarak Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau ke Kotamadya Medan +/- 27 Km.

Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau meliputi 5 (lima) wilayah kecamatan : a. Kecamatan Tanjung Morawa.

b. Kecamatan Lubuk Pakam. c. Kecamatan Beringin. d. Kecamatan Pagar Marbau. e. Kecamatan Galang.

Hamparan lahan Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau mempunyai topografi dominan rata, hanya sekitar +/- 1.5 % berbukit di Afdeling I dan II dengan kemiringan 30 %

Jumlah curah hujan setahun di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau pada status sedang sampai dengan cukup yaitu berkisar 1500 mm – 2500 mm per tahun. Curah hujan terendah pada tahun 2005 berkisar 1513 mm/tahun dan tertinggi pada tahun 2001 sekitar 2993 mm/tahun.

Produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau terdiri dari produktivitas potensial dan aktual. Produktivitas tanaman kelapa sawit potensial sesuai skala produktivitas untuk kebun TG – PM adalah :

a). Skala produktivitas maksimal (SPMax) 24.612 Kg/Ha b). Skala produktivitas optimal (SPO) 19.567 Kg/Ha c). Skala produktivitas minimal (SPMin) 15.000 Kg/Ha

Sedangkan produktivitas aktual dengan realisasinya pada data beberapa tahun (2003/2004 dan 2005) adalah :

Tabel 2. Data Realisasi Produktivitas Aktual

Tahun Luas (Ha) Produksi TBS (Kg)

2003 3.499,33 35.999.070 2004 3.802,97 43.407.510 2005 3.765,09 52.130.700

2006 (RKAP) 3.825.33 62.178.420

Faktor – faktor penyebab tidak tercapainya produktivitas adalah seperti jumlah pohon yang sesuai inventaris pohon yang ada di lapangan 122 pohon/Ha dari yang seharusnya +/- 130 pohon/Ha (93.85%). Selain itu disebabkan oleh serangan hama. Hama yang meyerang tanaman kelapa sawit di Kebun TG – PM adalah ulat kantong jenis Mahasena corbetti dan Metissa plana

Fosfat Tersedia

Fosfat tersedia adalah unsur fosfat yang terdapat di dalam tanah dalam bentuk tersedia bagi tanaman serta dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses metabolisme. Bentuk P yang terdapat di dalam bahan induk tanah sebelum pertumbuhan tanaman dan pembentukan tanah pada umumnya sukar tersedia bagi tanaman. P tersedia dalam tanah dapat diartikan sebagai P tanah yang dapat diekstraksi oleh air dan asam sitrat.

Dari hasil analisis contoh tanah yang dapat dilihat pada Lampiran.1, kandungan unsur P – tersedia yang terendah terdapat pada sampel tanah ke – 3, sebesar 10.53 ppm dan yang tertinggi pada sample tanah ke – 22, sebesar 177.53 ppm.

Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 4 golongan status hara yakni, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Data luas wilayah untuk status hara P – Tersedia disajikan pada tabel.3 berikut ;

Tabel 3. Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia

Status Luas ( Ha ) % Rendah 411.7 20.92 Sedang 377.3 19.17 Tinggi 362.4 18.41 Sangat Tinggi 816.4 41.48 Total 1967.8 100

Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007

Luas wilayah dengan status rendah 411.7 Ha, sedang 377.3 Ha, tinggi 362.4 Ha, dan sangat tinggi 816.4 Ha. Status sangat tinggi memiliki luas wilayah yang paling besar yakni 816.4 Ha dan yang paling kecil pada status tinggi sebesar 362.4 Ha. Berikut ini disajikan peta status hara P - Tersedia yang membagi wilayah menjadi 4 bagian dengan luasnya masing – masing.

Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007 USU Repository © 2008

Menurut peta status hara P – Tersedia pada Gambar. 2 di atas, maka status tinggi dan sangat tinggi lebih dominan atau memiliki luasan yang lebih besar daripada status rendah dan sedang, berarti tanah pada lokasi penelitian tergolong memiliki kandungan P – Tersedia yang tinggi dan berpotensi tinggi dalam penyediaan unsur fosfat untuk kebutuhan tanaman yang dihubungkan dengan jenis tanah Ultisol dan Entisol yang terdapat pada lokasi penelitian maka hal ini sesuai dengan pernyataan Sanchez (1992) bahwa tanah yang sangat masam dan mengalami pelapukan lanjut biasanya memiliki daya tambat fosfat yang tinggi.

Ketersediaan fosfat dengan status rendah dapat terjadi dimungkinkan karena fosfat dalam tanah terdapat dalam bentuk yang tidak segera tersedia ataupun karena faktor pH, aerasi, temperatur, bahan organik dan unsur mikro yang dapat mempengaruhi ketersediaan fosfat. Untuk mengatasi hal di atas maka kita harus memperhatikan prinsip penyediaan fosfat dalam siklus P. Menurut Hanafiah (2005), prinsip penyediaan P bagi tanaman dalam siklus P terlihat bahwa kadar air P – larutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai P dari pelapukan mineral – mineral P, pelarutan (solubilitas), P – terfiksasi dan mineralisasi P – org dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman, fiksasi dan pelindian P.

Selain itu penyediaan P dalam tanah dapat dilakukan dengan cara pengapuran untuk mengendalikan kelarutan Al dan Fe, pengikatan Al dengan penambahan pupuk P yang banyak dan khelat Al dengan penambahan bahan organik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nyakpa, dkk (1988)

Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007

Fosfat Total

Fosfat total adalah jumlah keseluruhan unsur fosfat (organik dan anorganik) dalam tanah, baik dalam bentuk tersedia, segera tersedia dan tidak tersedia. Berdasarkan hasil analisa tanah pada Lampiran. 1, maka nilai P – Total yang paling rendah terdapat pada sample ke – 9, 39, dan 49 dengan nilai yang sama yaitu 0.010 %. Sedangkan yang paling tinggi terdapat pada sample ke – 28 dengan nilai 1.690 %. Data luas wilayah untuk status hara P – Tersedia disajikan pada Tabel.4 berikut ;

Tabel 4. Data Luas Wilayah Status Hara P – Total

Status Luas ( Ha ) % Sangat Rendah 474.6 24.11 Rendah 774.2 39.34 Sedang 383.5 19.48 Tinggi 88.74 4.50 Sangat Tinggi 246.8 12.54 Total 1967.8 100

Untuk status hara P – Total berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982), maka status haranya dapat digolongkan menjadi 5 kriteria. Adapun 5 kriteria tersebut adalah sebagai berikut diikuti dengan luasnya masing – masing ;

Sangat rendah : 476.6 Ha Rendah : 774.2 Ha Sedang : 383.5 Ha

Tinggi : 88.74 Ha Sangat tinggi : 246.8 Ha

Berdasarkan uraian di atas, maka P – Total dengan status rendah memiliki luas wilayah yang paling besar yakni 774.2 Ha disusul dengan status tinggi yang memiliki luas wilayah yang paling kecil yakni 88.74 Ha. Dari keterangan di atas maka dapat dilihat peta status hara P –Total pada gambar di bawah.

Gambar. 3. Peta Status Hara P – Total

Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007 USU Repository © 2008

Hara dengan status rendah lebih dominan terlihat pada peta status hara P – Total daripada hara dengan status tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh masih terikatnya unsur P dalam mineral – mineral P. Ataupun disebabkan oleh faktor ketersediaan P dalam tanah seperti yang telah diuraikan di atas pada sub-bab P – Tersedia. Karena P – Tersedia merupakan salah satu komponen P – Total, jadi P – Tersedia berhubungan erat dengan P – Total.

Kalium Tukar

Menurut hasil analisa kimia dari sampel tanah untuk unsur K – Tukar (Lampiran. 1), maka dapat ditentukan bahwa nilai K – Tukar (me/100 g) yang paling rendah terdapat pada pengambilan sampel ke – 47 sebesar 0.034 me/100 g dan yang paling tinggi terdapat pada sampel ke – 33 sebesar 0.163 me/100 g.

Menurut kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982), maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 2 golongan status hara, yakni status sangat rendah dan status rendah. Adapun pembagian luas wilayah dari kedua status tersebut, disajikan pada Tabel. 5 berikut ;

Tabel 5. Data Luas Wilayah Status Hara K - Tukar

Status Luas ( Ha ) %

Sangat Rendah 664.8 33.78

Rendah 1303 66.21

Total 1967.8 100

Dari data luas wilayah status hara K - Tukar di atas maka lokasi penelitian dapat dibagi menjadi 2 bagian status hara dalam peta status hara K – Tukar di bawah.

Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007

Gambar. 4. Peta Status Hara K - Tukar

Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007 USU Repository © 2008

Dari peta status hara K – Tukar di atas, maka wilayah tersebut dapat digolongkan menjadi 2 kriteria, yakni status sangat rendah dengan luas wilayah 664.8 Ha atau 33.78 % dari total luas wilayah. Sedangkan status rendah memiliki luas wilayah 1303 Ha atau 66.21 % dari total luas wilayah. Jika diamati dari peta di atas, dapat disimpulkan bahwa kandungan (jumlah) unsur kalium yang dapat dipertukarkan secara umum pada wilayah tersebut adalah rendah. Hal ini didukung oleh pernyataan Hakim, dkk (1988) dan dihubungkan dengan jenis tanah pada lokasi penelitian yang menyatakan bahwa tanah dengan K – Tersedia rendah merupakan tanah organik asam. K – Tukar yang berpindah dapat memindahkan K – Tersedia. Berarti K – Tersedia berhubungan dengan K – Tukar.

Rendahnya nilai K –Tukar pada wilayah ini menurut Novizan (2002) dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain pengambilan unsur kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi. Biasanya tanaman menyerap kalium lebih banyak diserap dari unsur lain kecuali nitrogen dan kalium juga bersifat mobil (mudah bergerak) sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkan.

Menurut Hanafiah (2005), kadar K – Tukar tanah biasanya 0.5 – 0.6 % dari total K tanah. Ketersediaan K terkait dengan reaksi tanah dan status kejenuhan basa (KB). Nilai kritis K adalah 0.10 me/100 g tanah (setara dengan 3.9 mg/100 g) atau sekitar 2 – 3 % jumlah basa – basa tertukar. Jika dihubungkan dengan hasil analisa untuk K – Tukar di atas, maka ada 20 sampel dari 50 sampel tanah atau 40 % dari sampel memiliki nilai di bawah nilai kritis K. Atau dengan kata lain +/- 787.12 Ha dari total luas wilayah memiliki nilai di bawah batas nilai kritis K.

Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007

Masalah yang sering dihadapi pada unsur kalium ini adalah penyediaannya. Sebagian besar dari kalium tanah berada dalam bentuk mineral. Bentuk ini kurang tahan terhadap pengaruh air, terutama air yang mengandung CO2. Maka untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan reaksi pembebasan kalium tanah yang berasal dari mineral yang sesuai dengan pernyataan Hakim, dkk (1986) yakni dengan cara pemberian asam karbonat (H2CO3) dimana kalium yang dibebaskan dapat diabsorbsi tanaman, hilang bersama air drainase atau diabsorbsi oleh koloid liat.

Dari seluruh peta status hara di atas maka dilakukan penggabungan ( overlay ) antara peta status hara P – Tersedia, P – Total, dan K – Tukar untuk

memperoleh peta status hara yang mewakili seluruh unsur yang diamati. Berdasarkan pada penentuan kriteria untuk status kesuburan tanah (dapat dilihat pada Bahan dan Metoda sub status kesuburan tanah) maka lokasi penelitian dapat dibagi menjadi 4 kriteria status hara yakni sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Data luas wilayah untuk keempat status tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Data Luas Wilayah Status Hara P-Tersedia, P-Total, K- Tukar Status Luas ( Ha ) % Sangat Rendah 342.27 17.39 Rendah 808.27 41.07 Sedang 570.44 28.98 Tinggi 246.82 12.54

Total

1967.8 100

Pada tabel di atas, dapat ditentukan bahwa status rendah memiliki luasan paling besar yaitu 808.27 Ha atau 41.07 % dari total luas wilayah penelitian sedangkan status tinggi memiliki luasan paling kecil yaitu 246.82 Ha atau 12.54 % dari total luas wilayah penelitian. Dilihat dari hasil overlay peta status hara P-Tersedia, P-Total, dan K-Tukar maka lokasi penelitian dikategorikan kurang berpotensi dalam hal unsur hara P-Tersedia, P-Total dan K-Tukar karena status sangat rendah dan rendah lebih dominan atau lebih luas daripada status tinggi. Berdasarkan Tabel 6 di atas, maka dapat dibuat peta status hara P-tersedia, P-Total dan K-Tukar yang disajikan pada Gambar 5 di bawah ini.

Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – 7 USU Repository © 2008

Jika diamati pola penyebarannya, maka dapat ditentukan bahwa penyebaran status hara P – Tersedia, P - Total, dan K – Tukar pada lokasi penelitian tersebar merata walaupun status hara rendah mendominasi dari wilayah tersebut. Karena hampir di setiap bagian ditemukan status hara yang berbeda. Hal ini menunjukkan variasi status hara pada lokasi penelitian. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor – faktor yang mempengaruhi hara P – Tersedia, P – Total dan K – Tukar seperti yang sudah dijelaskan pada penjelasan masing – masing parameter unsur hara di atas.

Ritchie Sinuraya : Pemetaan Status Hara P – Tersedia, P – Total, Dan K – Tukar Di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II, 2007

Dokumen terkait