• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei dan Pemetaan P Tersedia dan pH Tanah di Kebun Sukaluwei NV PERIMEX Kec. Bangun Purba, Kab. Deli Serdang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Survei dan Pemetaan P Tersedia dan pH Tanah di Kebun Sukaluwei NV PERIMEX Kec. Bangun Purba, Kab. Deli Serdang."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI DAN PEMETAAN P - TERSEDIA DAN pH TANAH DI KEBUN SUKALUWEI PT. NV PERIMEX KEC. BANGUN PURBA,

KAB.DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH

ESTIKA RISMA SIANTURI 040303021

DEPARTEMEN ILMU TANAH

F A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Penelitian : Survei dan Pemetaan P Tersedia dan pH Tanah di Kebun Sukaluwei NV PERIMEX Kec. Bangun Purba, Kab. Deli Serdang.

Nama : Estika Risma Sianturi.

Nim : 040303021

Departemen : Ilmu Tanah Program Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh

(Ir. Supriadi, MS) (Ir. Bintang S, MP

NIP 131 056 642 NIP 131 570 479

)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU TANAH

F A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi status hara P – tersedia, pH - Tanah di PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang melalui pemetaan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keseburan dan Kimia Tanah dan Laboratorium Sistem Informasi Geografis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan yang dimulai pada bulan Desember 2008 hingga Juli 2009. Metoda yang digunakan adalah metoda survei dan analisis data hara P – tersedia dan pH - Tanah serta menginterpretasikan dalam peta status hara.

(4)

ABSTRACK

The purpose of this research is to inventory status the posphat available, posphat total and kalium exchange in PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang in mapping. This research was carried out in Central Laboratory and Geografic Information System Laboratory Agriculture Faculty, North Sumatera University, Medan, which was started from April 2007 until June 2009. The method used are method survay and posphat available, posphat total and kalium exchange analysis data with interpretating in mapping.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lhok’seumawe pada tanggal 27 Pebruari 1985 dari

Bapak Yakin Sinuraya dan Ibu Yessy W. Br Tarigan. Penulis merupakan putera

ke – 3 dari 4 bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1997 di

SD Budi Murni II Medan, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) pada tahun

2000 di SLTP Puteri Cahaya Medan, Sekolah Menengah Umum (SMU) pada

tahun 2003 di SMU Cahaya Medan. Penulis masuk ke perguruan tinggi pada

tahun 2003 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di

Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis merupakan anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA),

Assisten Kartografi dan Ilmu Ukur Tanah, Sekretaris Umum Panitia Penerimaan

Mahasiswa Baru (PPMB) tahun 2006, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II Kabupaten Deli

Serdang tahun 2006 dan mengikuti Pelatihan Survei Tanah tahun 2007

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan

penelitian ini dengan baik.

Adapun judul usulan pemelitian ini adalah “Survei dan Pemetaan

P-Tersedia dan pH Tanah di Kebun Sukaluwei PT. NV PERIMEX Kecamatan

Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang” yang merupakan salah satu syarat untk

dapat melaksanakan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Supriadi, MS selaku

ketua komisi pembimbing, Ibu Ir. Bintang Sitorus, MP selaku anggota komisi

pembimbing, orangtua, saudara, dan teman-teman stambuk 2004 Ilmu Tanah yang

telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan semangat kepada Penulis dalam

menyelesaikan usulan penelitian ini

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2009

(7)

DAFTAR ISI

Survei Tanah dan Pemetaan Tanah ... 4

P-Tersedia ... 7

Peranan Unsur Hara Fosfat ... 10

pH-Tanah ... 11

BAHAN DAN METODA ... 15

Tempat dan Waktu Peneltian ... 15

Bahan dan Alat ... 16

Metoda Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Pembuatan Peta Digital ... 19

Anggaran Biaya ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Kondisi Umum Wilayah ... 21

Fosfat Tersedia ... 23

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 26 Kesimpulan ... 26 Saran ... 26

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel. 1 Data Realisasi Produktivitas Aktual ... 18

Tabel. 2 Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia ... 19

Tabel. 3 Data Luas Wilayah Status Hara P – Total ... 23

Tabel. 4 Data Luas Wilayah Status Hara K – Tukar ... 26

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel. 1 Tipe Curah Hujan ... 18

Tabel. 2 Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia ... 19

Tabel. 3 Data Luas Wilayah Status Hara P – Total ... 23

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar. 1 Peta Lokasi Penelitian (Pengambilan Sampel) ... 18

Gambar. 2 Peta Status Hara P – Tersedia... 25

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran. 1 Titik Koordinat Sampel Tanah, Hasil

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi status hara P – tersedia, pH - Tanah di PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang melalui pemetaan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keseburan dan Kimia Tanah dan Laboratorium Sistem Informasi Geografis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan yang dimulai pada bulan Desember 2008 hingga Juli 2009. Metoda yang digunakan adalah metoda survei dan analisis data hara P – tersedia dan pH - Tanah serta menginterpretasikan dalam peta status hara.

(14)

ABSTRACK

The purpose of this research is to inventory status the posphat available, posphat total and kalium exchange in PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang in mapping. This research was carried out in Central Laboratory and Geografic Information System Laboratory Agriculture Faculty, North Sumatera University, Medan, which was started from April 2007 until June 2009. The method used are method survay and posphat available, posphat total and kalium exchange analysis data with interpretating in mapping.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas terutama untuk

tanaman kelapa sawit. Semakin luasnya areal perkebunan untuk kelapa sawit,

sebaiknya setiap awal tahun atau awal musim panen tanah pertanian dianalisis

agar biasa menggambarkan status unsur hara tanah. Dengan begitu, nantinya bisa

dilakukan kebijakan pemupukan sesuai letak dan kondisi lokasi.

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkugan alam dan

potensi sumber dayanya adalah dalam bentuk survei. Survei tanah dapat

didefenisikan sebagai penelitian di lapangan atau laboratorium, yang dilakukan

secar sistematis dengan metode-metode tertentu terhadap suatu daerah ( areal )

tertentu. Sebuah peta merupakan salah satu dokumen utama sebagai dasar dalam

proyek – proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh

dari pelaksanaan survei maka akan memberi manfaat yang besar, tergantung

dengan tujuan pelaksanaan survei yang dilakukan (Rayes, 2006).

Fosfor ( P )merupakan unsur hara essensial, sehingga tanaman harus

mendapatkan fosofor ( P ) secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal.

Fungsi penting dari fosfor untuk tanaman yaitu dalam proses fotosintesis,

respirasi, transfer dan menyimpan energi, pembelahan serta pembesaran sel

( Fajriana, 2008 ).

Unsur fosfor ( P ) mudah terfiksasi oleh Al dan Fe (pH dibawah 5,5 Al dan

Fe terlarut dapat meningkat) yang akhirnya menyebabkan fosfor ( P ) tidak

(16)

konsentrasi ion Al, Fe dan Mn yang dapat larut. Akibatnya makin banyak jumlah

P yang diikat dengan cara ini (Hakim, dkk. 1986).

PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebuanan swasta yang

mengelola komoditi kelapa sawit dan karet. PT. NV PERIMEX Kecamatan

Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang memiliki jenis tanah Ultisol dan Entisol.

Kebun Sukaluwei PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli

Serdang terdiri atas 3 (tiga) Afdeling yakni Afdeling Sukaluwei, Afdeling Baluwa

dan Afdeling Tratak. Afdeling Sukaluwei memiliki luas areal 601,37 dengan

produksi Tandan Buah Segar (TBS) adalah 19,89 ton/ha/thn.

Dari data-data produksi TBS (Tandan Buah Segar) di Kebun Sukaluwei

PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang belum

memberikan produksi yang optimum bila dibandingkan dengan

perkebunan-perkebunan Swasta lainnya. Ini disebabkan kurangnya manajemen

pengolahan tanah dan pemupukan yang diterapkan di Kebun Sukaluwei

PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Untuk

menerapkan manajemen pengolahan tanah dan pemupukan yang baik diperlukan

peta jenis tanah sebagai panduannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin membuat peta P-tersedia

dan pH tanah di kebun Sukaluwei PT.NV PERIMEX di kec. Bangun Purba Kab.

(17)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan distribusi status

P Tersedia dan pH Tanah serta hubungan P Tersedia dan pH Tanah di Kebun

Sukaluwei PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli

Serdang.

Kegunaan Penelitian

- Peta status hara P - Tersedia dan pH ini diharapkan berguna sebagai acuan

dalam pengelolaan lahan di kebun Sukaluwei PT.NV PERIMEX

Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Survei dan Pemetaan Tanah

Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat

membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu

peta (Tamtomo, 2008).

Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

permukaan bumi (termodiology geodesi) dengan menggunakan cara atau metode

tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy

(Tamtomo, 2008).

Tujuan utama survei tanah adalah (1). Membuat semua informasi spesifik

yang penting tentang tiap-tiap macam tanah terhadap penggunaannya dan

sifat-sifat lainnya sehingga dapat ditentukan pengelolaanya, (2). Menyajikan uraian

satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat diinterpretasikan oleh orang-orang

yang memerlukan fakta-fakta mendasar tentang tanah (Hakim, dkk. 1986).

Survei dan pemetaan tanah merupakan satu kesatuan yang saling

melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan

survei dan pemetaan tanah ini menghasilkan laporan da peta – peta. Pengamatan

di lapangan meliputi keadaan medan, lingkungan, dan tanahnya sendiri serta

dalam menggambarkan letak titik pengamatan akan menghasilkan peta yang baik.

Ada 3 tahapan pekerjaan survei, yakni tahap persiapan, tahap persiapan, survei

(19)

Survei dan pemetaan tanah biasanya termasuk interpretasi untuk tujuan

perencanaan penggunaan lahan dalam bentuk klasifikasi kemampuan lahan dan

kesesuaian lahan (Sutanto, 2005).

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk

penggunaan tertentu. Evaluasi lahan tidak terlepas dari kegiatan survei tanah.

Sedangkan survei tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenis tanah dan

menentukan potensinya untuk berbagai alternatif penggunaan lahan. Tujuan

survei tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan

mengelompokkan tanah yang sama atau hampir sama sifatnya (Subardja. 2000).

Peta tanah merupakan peta yang dibuat untuk memperlihatkan sebaran

taksa (kelas-kelas) tanah dalam hubungannya dengan kenampakan fisik dan

budaya dari permukaan bumi. Jenis informasi dan tingkat ketelitian yang

diperlukan sangat ditentukan oleh tingkat survei tanah yang diterapkan survei dan

pemetaan tanah tidak hanya dapat memberikan gambaran tentang macam tanah

yang dijumpai, tetapi harus dapat menggambarkan secara tepat di mana tanah

tersebut dijumpai (Rayes, 2006).

Surbadja (2000) mengemukakan bahwa disiplin survei sumber daya lahan

kini memasuki era baru karena munculnya teknologi dan metode baru sebagai

berikut :

1. Satelit penginderaan jauh (Yang dalam waktu dekat hampir sama detailnya

dengan foto udara) yang sangat bermanfaat untuk persiapan peta dasar dan

klasifikasi tutupan lahan.

2. GPS (Global Positioning System) yang sangat bermanfaat untuk

(20)

bawah permukaan, seta berkembangnya model elevasi digital (DEM)

untuk memprediksi karakteristik medan.

3. Geostatistik dan teknik interpolasi lainnya.

4. Sistem infomasi geografis (SIG) untuk penyimpanan, transformasi,

analisis dan pencetakan peta.

Dengan teknologi ini, umumnya tutupan tanah (maupun sumber daya lahan

lainnya) dipersepsikan sebagai bidang spasial (yaitu dengan menentukan nilai

pada masing – masing titik sehingga secara kontiniu terjadi keragaman dalam

ruang) yang berbeda dengan satuan peta yang digunakan dalam survei tradisional

(Rayes, 2007)

Menurut Hakim, dkk (1986) survei tanah dapat dibedakan berdasarkan

skala pemetaan sebagai berikut:

1. Exploratory survey (survey exploracy)

Yaitu survei pada tingkat lebih kasar dan bukanlah pengertian yang tepat

untuk sepenuhnya mengungkapkan pengertian survei. Skala peta yang

digunakan bervariasi dari 1: 2.000.000 sampai 1 : 500.000.

2. Survey reconnaissance

Yaitu survei pada tingkat tinjau dengan intensitas rendah. Skala peta

(21)

Yaitu survei pada tingkat detail dengan intensitas tinggi. Skala peta yang

digunakan 1 : 25.000 sampai 1 : 10.000.

5. Survey Intensif

Yaitu survei dengan intensitas yang sangat tinggi yaitu lebih besar dari

1 : 10.000.

Fosfor Tanah

Sumber fosfor alam yang dikenal mempuyai kadar P adalah batuan beku

dan sedimen. Dimana bahan mineralnya mengandung apatit

(Ca10(PO4,CO3)6(F,Cl,OH)2. Mineral ini merupakan senyawa karbonat, flour,

chlor atau hidroksi apatit yang mempuyai kadar P2O5

Fosfat tanah pada umumnya berada dalam bentuk tidak tersedia bagi

tanaman. Tanaman akan menyerap fosfot dalam bentuk orthofosfat

( H

berkisar 15% - 30%

(Hakim, dkk. 1986)

2PO4-, HPO42- dan PO42-

Fosfor dalam tanah dibedakan atas P-organik dan P-anorganik. Bentuk

anorganik, satu hingga tiga atom hidrogen dari asam fosfat digantikan oleh kation

logam. Sedangkan betuk organik satu atau lebih atom hidrogen dari asam fosfat

hilang karena ikatan ester. Kandungan P anorganik di dalam tanah mineral selalu

lebih tinggi dari P organik, kecuali pada tanah mineral (Hakim, dkk. 1986).

). Jumlahnya masing-masing bergantung pada pH

tanah, tetapi pad umumnya bentuk H2PO4- terbanyak dijumpai pada pH tanah

berkisar antara 5,0 – 7,2 (Buckman and Brady, 1982).

Kadar fosfor berhubungan juga dengan ukuran fraksi tanah, kadar fosfor

yang tinggi terdapat pada ukuran partikel yang halus banyak dijumapi Fe-P dan

(22)

Peningkatan konsentrasi P dalam larutan tanah akan meningkat sesuai dengan

peningkatan penambahan P (Fajriana, 2008).

Faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan fosfat di dalam tanah

sebagai berikut;

• Jumlah Liat. Tekstur makin halus retensi P makin besar dan kuat. Tanah

dengan kadar liat tinggi akan menfiksasi P lebih tinggi dibandingkan

dengan kadar liat rendah.

• Temperatur. Temperatur sangat penting dalam hubungannya dengan

pertumbuhan tanaman. Temperatur semakin tinggi atau rendah dapat

mebatasi serapan P oleh tanaman.

• Tipe Liat. Tanah mengandung liat kaolinit (pada tanah denagn curah hujan

dan temperatur tinggi) dapat menahan atau memfiksasi lebih tinggi. Pada

tanah ini P yang diberikan cepat diubah menjadi P tidak larut.

• Aerasi. Oksigen ( O2

• Hara lain. Penggunaan hara lain dapat meningkatkan serapan P.

penambahan Ca (pengapuran pada tanah masam) dan pemberian S pada

tanah alkalin dapat meningkatkan ketersediaan P. pemupukan Zn juga

secara langsung dapat menurunkan ketersediaan P. Sebaliknya pemupukan

N dapat meningkatkan serapan P.

) diperlukan untuk petumbuhan tanaman dan

absorpsi hara. Juga sangat penting untuk proses pelapukan bahan organik

( P ) oleh mikroba.

(Novizan, 2002)

Semakin tinggi kandungan oksida besi dan oksida aluminium, maka makin

(23)

aluminium-dapat- tukarnya akan makin besar daya tambat fosfornya. Oleh karena itu Oksisol

dan Ultisol yang sangat masam dan mengalami pelapukan lanjut biasanya

mempunyai daya tambat fosfor yang tinggi, sedangkan tanah yang kurang asam

dengan susunan mineral silikat lapis mempunyai daya tambat P yang jauh lebih

rendah (Sanchez, 1992)

Hubungan antara jumlah fosfor anorganik yang ditambahkan pada tanah

dan kadar keseimbangan fosfor dalam larutan tanah merupakan parameter yang

baik untuk menentukan berapa banyak pupuk fosfor yang ditambahkan untuk

(24)

pH Tanah

Keasaman tanah atau pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu

benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14

(Nyakpa, dkk. 1988).

Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral dan alkalin. Suatu tanah

disebut masam apabila pH nya kurang dari 7, netral bila sama dengan 7 dan basa

bila lebih dari 7 ( Hakim, dkk. 1986 ).

Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam

tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut.

Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang

jumlahnya sebanding dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion

H+ lebih tinggi daripada OH-. Sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih

banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH

-Di dalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktivitas dan

dominasi mikroorganisme dalam hubungannya dengan proses-proses sangat erat

hubungannya dengan mikroorganisme seperti siklus hara (nitrifikasi, denitrifikasi,

dll), penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesa kimia organik dan transport gas

ke atmosfer mikrobia seperti metan, CH

maka tanah bereaksi

netral yaitu mempunyai pH 7 ( Foth, 1994 ).

4

Menurut Hakim, dkk (1986) faktor yang mempengaruhi keasaman tanah

atau pH tanah adalah :

(Sarief, 1986).

1. Kejenuhan basa adalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah

(25)

mencerminkan perbandingan kation basa dengan kation hydrogen dan

alumunium.

2. Sifat koloid organik yang mudah mendisosiasikan ion H ke dalam larutan

tanah. Oleh karena itu pH tanah organik lebih rendah daripada tanah

mineral pada kejunuhan basa yanag sama.

3. Macam kation terjerap, koloid yang mengandung Natrium (Na) lebih

tinggi mempuyai nilai pH lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang

sama ini disebabkan oleh koloid yang kaya Na sukar mendisosiasikan ion

H, sehingga sumbangan ion H rendah sekali dalam larutan tanah.

Keasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-wilayah

bercurah hujan tinggi yang menyebabkan tercucinya basa-basa dari kompleks

jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan basa-basa habis tercuci,

tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominan yang menyebabkan tanah

bereaksi masam ( Foth, 1994 ).

Unsur fosfat mudah terfiksasi oleh Al dan Fe (pH menuju di bawah 5,5 Al

dan Fe terlarut dapat meningkat) yang akhirnya menyebabkan fosfat tidak tersedia

bagi tanaman. Semakin rendah pH maka semakin tinggi jumlah konsentrasi ion

Al, Fe, dan Mn yang dapat larut, akibatnya makin tinggi jumlah P yang diikat

dengan cara ini. Pengendalian kelarutan Al dapat dilakukan dengan cara

menaikkan pH melalui pengapuran, pengikatan Al dengan penambahan pupuk P

yang banyak dan khelat Al dengan penambahan bahan organik. Tapi pengapuran

(26)

Menurut Novizan (2002) pentingnya mengetahui pH tanah adalah sebagai

berikut :

1. Mengetahui mudah tidaknya unsur-unsur hara dalam tanah diserap oleh

tanaman. Unsur hara akan mudah diserap oleh tanaman (akar tanaman)

pada pH netral

2. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Tanah dengan

pH masam banyak ditemukan ion-ion Al (Alumunium) yang memfiksasi

(mengikat) unsur P, sehingga unsur P sulit untuk diserap oleh tanaman,

padahal unsur P berperan pada tanaman akan membantu dalam:

• Pembentukan albumin

• Pembentukan bunga, buah dan biji

• Mempercepat pematangan/penuaan buah / biji

• Memperkuat batang agar tidak mudah roboh

• Untuk perkembangan akar

• Meningkatkan ketahanan terhadap penyakit.

• Sebagai bahan pembentukan protein.

3. Mempengaruhi perkembangan mikro organisme.

• Bakteri akan berkembang baik pada pH lebih dari 5,5 (misalnya

bakteri EM 4 yang sangat bermanfaat bagi petani), apabila pH kurang

dari itu maka perkembangannya akan terhambat.

• Jamur dapat berkembang baik pada pH dibawah 5,5 dan diatas pH 5,5

jamur harus bersaing dengan bakteri.

Ketersedian fosfor dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH. Ketersediaan

(27)

Pada pH rendah jerapan P terjadi oleh ion Fe dan Al dan oksida hidrous dari

logam-logam tersebut. Di atas pH 7,0 fiksasi atau jerapan dilakukan oleh kalsium

dan magnesium yang banyak tersedia dan larut, menyebabkan P mengendap

sehigga ketersediannya menurun kembali. Pada umumnya ketersediaan fosfor

dalam tanah yang maksimum dijumpai pada kisaran pH 5,5 – 7,0 (Tan, 1995).

Unsur fosfat mudah terfiksasi oleh Al dan Fe (pH menuju di bawah 5,5 Al

dan Fe terlarut dapat meningkat) yang akhirnya menyebabkan fosfat tidak tersedia

bagi tanaman. Semakin rendah pH maka semakin tinggi jumlah konsentrasi ion

Al, Fe, dan Mn yang dapat larut, akibatnya makin tinggi jumlah P yang diikat

dengan cara ini. Pengendalian kelarutan Al dapat dilakukan dengan cara

menaikkan pH melalui pengapuran, pengikatan Al dengan penambahan pupuk P

yang banyak dan khelat Al dengan penambahan bahan organik. Tapi pengapuran

yang paling baik. (Nyakpa, dkk. 1988).

Kisaran pH tanah dapat dibatasi pada dua ekstrim. Kisaran pH tanah

mineral biasanya terdapat antara pH 3,5 – 10 atau lebih. Kemasaman tanah yang

sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan

pH yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur.

Sebelum pengapuran, pH tanah harus diketahui terlebih dahulu

(28)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Afdeling Sukaluwei Kebun Sukaluwei PT. NV

PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang, dengan letak

Geografis 3,3469 – 3,3378 LU dan 98,8161 – 98,8354 BT, pada ketinggihan

tempat 90 - 150 mdpl.

Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah

dan Laboraorium Sistem Informasi Geografis, Riset dan Teknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan

Desember 2008 – selesai.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian:

dengan skala 1 : 20000, sampel tanah yang diambil dari daerah

penelitian, serta bahan – bahan kimia untuk analisis tanah.

Alat Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global

(29)

tanah, kartu label untuk menandai sampel tanah, karet gelang atau tali kecil untuk

mengikat kantong plastik, kamera untuk memfoto, dan alat-alat tulis.

Metode Penelitian

Adapun metode yng digunakan adalah metode Survey Grid Bebas dengan

tingkat Survei Detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 4 Ha).

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut ;

1. Persiapan.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan

konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian,

pengadaan peralatan, pengadaan peta, studi literatur, dan penyusunan

rencana kerja yang berguna untuk mempermudah pekerjaan secara

sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

2. Pelaksanaan.

Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan

orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat. Setelah

survei pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama adalah

pengambilan contoh tanah komposit yang berasal dari 133 contoh tanah.

Pelaksanaan pengambilan contoh tanah tersebut menggunakan metoda

acak tersebar ( Survei grid bebas ) pada jarak tertentu sesuai dengan luasan yang

telah ditentukan dengan berpedoman pada peta dasar yang dapat dilihat pada

(30)

tanah pada kedalaman 0 - 20 Cm. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut,

maka dicatat hasil pembacaan koordinat pada GPS.

Setelah diperoleh contoh tanah dari pengeboran, maka diambil +\- 1 Kg

untuk setiap contoh tanah untuk analisa laboratorium.

Selama kegiatan pengambilan contoh tanah tersebut juga dilakukan

pengamatan dan pencatatan keadaan lingkungan areal penelitian seperti tipe iklim,

topografi, geologi dan bahan induk serta vegetasi.

3. Analisis Laboratorium.

Sampel tanah yang diambil dari daerah peneltian dianalisis di laboratorium

untuk mengetahui keadaan P- tersedia dan pH dalam tanah. Sebagai dasar

untuk mengetahui tingkat penyebaran P- tersedia dan pH dalam tanah pada

areal tersebut, maka dilakukan analisis laboratorium meliputi :

• P- tersedia (ppm) dengan metoda Bray II.

• pH Tanah dengan metode H2

4. Pengolahan Data.

O

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial

menggunakan GIS (Geografic Information System). Out put analisis spasial

adalah cluster tingkat P- tersedia dan pH dalam tanah. Data yang diperoleh

dikelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat – sifat tanah yang dibuat oleh

(31)

Pembuatan Peta Digital

Pembuatan peta digital diolah melalui program Map Info Profesional 7.8

dengan tahap sebagai berikut :

• Dipilih lembar peta rupa bumi dengan dareah yang akan dibuat peta

digitalnya.

Lembar peta dalam bentuk hardcopy tersebut harus terlebih dahulu

di-scan sehingga menjadi citra raster (raster image) dan dibuka dengan

program Map Info Profesional 7.8.

Klik register untuk mengisi koordinat geografis pada peta tersebut.

Dibuat layer control untuk masing – masing atribut peta seperti titik

sampel, sungai, topografi, batas wilayah, dan jalan dari new table.

• Untuk menggambar objek yang terdapat pada peta seperti jalan, batas

daerah studi, batas administrasi/wilayah dapat menggunakan digitasi garis,

polyline, dan polygon. Penggambaran objek sebaiknya dibuat pada masing – masing layer dengan mengaktifkan masing – masing layer

dengan membuat status layer menjadi editable.

Pembuatan layout yang meliputi :

- Pembuatan legenda peta.

- Pengaturan kertas dan margin untuk pencetakkan peta.

- Pembuatan orientasi peta.

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Lingkungan

1.1. Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pertanian. Data iklim tahun 1998 s/d 2007 yang dikumpulkan dari badan Meteorologi dan

Geofisika Sampali, Medan.

Curah hujan rata-rata di daerah survai adalah 1381,1 mm/tahun. Dalam

buku Guslim (2007), Mohr (1931) menyatakan bahwa membagi iklim sebagai

berikut: Bulan Kering bila curah hujan < 60 mm/bulan, Bulan Lembab bila curah

hujan 60-100 mm/tahun dan Bulan Basah bila curah hujan > 100 mm/tahun. Atas

dasar pembagian ini, Scmindt dan Fergusson (1951) membagi iklim berdasarkan

nilai Q, yakni nilai rata-rata bulan kering dibagi rata-rata bulan basah dikali 100%.

Pembagian iklim berdasarkan nilai Q dilampirkan pada tabel 4.10.

Tabel 1. Pembagian Tipe Iklim Berdasarkan Nilai Q

Tipe Iklim Nilai Q Sifat

Tipe iklim daerah penelitian yang diperoleh dari data klimatologi adalah

sebagai berikut:

(33)

Q = BK x 100% BB

= 3,8 x 100%

5,6

= 67,8 %

Menurut Scmindt dan Fergusson (1951) daerah penelitian termasuk tipe

iklim C yakni iklim agak basah.

1.2. Topografi

Daerah penelitan terletak di Kecamatan Bangun Purba,

Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggihan tempat 90 – 150 mdpl.

Kebun Sukaluwe mempunyai bentuk wilayah bervariasi dari datar, landai,

berombak, bergelombang dan berbukit.

1.3. Geologi dan Bahan Induk

Areal perkebunan Sukaluwei menurut Peta Geologi Lembar Medan, Sumatera skala 1:250.000 memiliki bahan induk Tufa Toba dan Aluvium

(Cameron,etal, 1982).

1.4. Vegetasi

Daerah penelitian merupakan daerah perkebunan yang didominasi tanaman

(34)

2. Fosfat Tersedia

Fosfat tersedia adalah unsur fosfat yang terdapat di dalam tanah dalam

bentuk tersedia bagi tanaman serta dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses

metabolisme. Bentuk P yang terdapat di dalam bahan induk tanah sebelum

pertumbuhan tanaman dan pembentukan tanah pada umumnya sukar tersedia bagi

tanaman. P tersedia dalam tanah dapat diartikan sebagai P tanah yang dapat

diekstraksi oleh air dan asam sitrat.

Dari hasil analisis contoh tanah yang dapat dilihat pada Lampiran.1,

kandungan unsur P – tersedia yang terendah terdapat pada sampel tanah ke – 69,

sebesar 3,08 ppm dan yang tertinggi pada samel tanah ke – 89 sebesar 127,95

ppm.

Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah

(1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi

4 golongan status hara yakni, rendah, agak rendah, sedang, dan tinggi. Data luas

wilayah untuk status hara P – Tersedia disajikan pada tabel.2 berikut ;

Tabel. 2. Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia Status Luas ( Ha ) %

Luas wilayah dengan status rendah 276 Ha, agak rendah 148 Ha, sedang

(35)

besar yakni 276 Ha dan yang paling kecil pada status tinggi sebesar 40 Ha.

Berikut ini disajikan peta status hara P - Tersedia yang membagi wilayah menjadi

(36)
(37)

Menurut peta status hara P – Tersedia pada Gambar 2. Di atas ketersediaan

fosfat dengan status rendah dapat terjadi dimungkinkan karena fosfat dalam tanah

terdapat dalam bentuk yang tidak segera tersedia ataupun karena faktor pH, aerasi,

temperatur, bahan organik dan unsur mikro yang dapat mempengaruhi

ketersediaan fosfat. Untuk mengatasi hal di atas maka kita harus memperhatikan

prinsip penyediaan fosfat dalam siklus P. Menurut Hanafiah (2005), prinsip

penyediaan P bagi tanaman dalam siklus P terlihat bahwa kadar air P – larutan

merupakan hasil keseimbangan antara suplai P dari pelapukan mineral – mineral

P, pelarutan (solubilitas), P – terfiksasi dan mineralisasi P – organik dan

kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman, fiksasi dan pelindian P.

Pada lokasi penelitian memiliki kandungan P – Tersedia yang tinggi

dihubungkan dengan jenis tanah Ultisol dan Entisol yang terdapat pada lokasi

penelitian maka hal ini sesuai dengan pernyataan Sanchez (1992) bahwa tanah

yang sangat masam dan mengalami pelapukan lanjut biasanya memiliki daya

tambat fosfat yang tinggi.

Selain itu penyediaan P dalam tanah dapat dilakukan dengan cara

pengapuran untuk mengendalikan kelarutan Al dan Fe, pengikatan Al dengan

penambahan pupuk P yang banyak dan khelat Al dengan penambahan bahan

organik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nyakpa, dkk (1988)

3. pH-Tanah

Reaksi tanah atau pH tanah itu dibagi ke dalam tiga keadaan, yaitu reaksi

tanah masam, reaksi taah netral, dan reaksi tanah basa atau alkali. Reaksi tanah ini

(38)

reaksi tanah (pH) ini penting sekali karena banyak dipertimbangkan dalam

pemupukan, pengapuran, dan perbaikan keadaan kimia dan fisik tanah.

Dari hasil analisis pH-Tanah yang dapat dilihat pada lampiran. 1, nilai

pH yang terendah terdapat pada sampel 41 sebesar 3,07 dan nilai pH tanah yang

tertinggi terdapat pada sampel 116 sebesar 5,78.

Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah

(1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi

6 kriteria pH Tanah yakni, sangat masam, masam, agak masam, netral, agak

alkalis, dan alkalis. Data luas wilayah untuk status hara pH tanah disajikan pada

tabel.2 berikut ;

Tabel. 2. Data Luas Wilayah Status Hara pH-Tanah

Status Luas (Ha) %

Sangat Masam 372 69,93

Masam 160 30,07

Total 532 100

Luas wilayah dengan status sangat masam 372 Ha, masam 152 Ha, agak

masam 8 Ha. Status sangat masam memiliki luas wilayah yang paling besar yakni

372 Ha dan yang paling kecil pada status agak masam sebesar 8 Ha. Berikut ini

disajikan peta status hara pH-Tanah yang membagi wilayah menjadi 3 bagian

(39)
(40)

Menurut peta status hara pH-Tanah pada Gambar 3 di atas, maka status

sangat masam dan masam lebih dominan atau memiliki luasan yang lebih besar

daripada status agak masam, berarti tanah pada lokasi penelitian tergolong

memiliki kandungan pH sangat masam dan masam. Tipe iklim daerah penelitian

yang diperoleh dari data klimatologi adalah iklim agak basah. Menurut

Foth (1998) curah hujan yang tinggi menyebabkan tercucinya basa-basa dari

kompleks jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan basa-basa habis

tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominan yang menyebabkan

tanah bereaksi masam.

Ketersediaan pH-Tanah dengan status agak masam dapat terjadi

dimungkinkan karena senyawa Al dan H juga merupakan sumber ion H dalam

tanah berkemasan sedang, tetapi melalui reaksi yang berbeda. Nyakpa Menurut

Sarief (1986), bila Ca dan basa-basa lainnya cukup banyak, dimana yang

disumbangkan sejumlah ion H dengan demikian pH berangsur naik dan reaksi

menuju netral. Adanya ion H yang cukup ion Al akan diubah menjadi gibsit yang

tidak larut.

Masalah kemasaman tanah dapat diatasi dengan melakukan pengapuran

tujuannya untuk menaikkan pH, meniadakan Al yang meracun, dan menyediakan

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. P – Tersedia Kebun Kebun Sukaluwei PT. NV PERIMEX Kecamatan

Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang, digolongkan menjadi 4 status hara

sebagai berikut diikuti dengan luas dan persentase wilayahnya masing –

masing ; rendah (276 Ha / 51,89 %), agak rendah (148 Ha / 27,81 %),

sedang (68 Ha / 12,78 %), dan tinggi (40 Ha / 7,5 %).

2. pH-Tanah Kebun Kebun Sukaluwei PT. NV PERIMEX Kecamatan

Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang, digolongkan menjadi 3 kriteria

sebagai berikut diikuti dengan luas dan persentase wilayahnya masing –

masing ; sangat masam (372 Ha/ 69,93 %) dan masam (160 Ha / 30,07 %).

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan kebutuhan

pupuk standar pada wilayah tersebut dan disarankan agar mengembalikan bagian

– bagian tanaman yang kurang (tidak) berguna ke tanaman itu sendiri agar dapat

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H.O and N.C Brady.1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhrata Karya Persada. Jakarta.

Foth, H.D.1994. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E.D Purbayanti., D.R Lukiwati., R.Trimulatsih. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Fajriana, R. 2008. Unsur Hara Makro dan Mikro

Tumbuhan.

Hakim, N.,M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Tanggerang.

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong, N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah.Universitas Lampung, Lampung.

Rayes, L. M. 2007. Metode Inventaris Sumber Daya Lahan. ANDI, Yogyakarta.

Sanchez, P.A.1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penerbit ITB. Bandung.

Sarief, S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. PUSTAKA BUANA. Bandung.

Sutedjo, M.M dan A.G Kartasapoetra.1991. Pengantar Ilmu Tanah. Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Subardja, D.2000. Perkembangan Metode Survei Tanah dan Evaluasi Lahan di Indonesia. Prosiding Kongres Nasional VII HITI. Buku I : 123-134.

Sutanto, R.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta.

Tan, K.H.1995. Dasar Dasar Kimia Tanah. Terjemahan D.H Goenadi dan B.Radjagukguk. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

(43)
(44)
(45)

85 368982.86 481422.4 5.68 4.18

123 368829.9258 480843.8916 28.75 4.51

124 368766.5446 481276.2788 61.21 4.79

125 368843.5073 479620.3986 9.19 4.22

126 368383.1706 479779.8628 7.93 4.64

127 368093.2127 479700.7839 26.03 4.04

128 367988.4264 479550.5344 17.61 3.99

(46)

130 368479.7189 479685.2032 6.78 4.04

131 370012.8416 480148.3009 8.91 4.22

132 369596.9556 480843.1974 101.27 4.46

133 369900.1929 481833.5431 9.42 4.33

135 369677.1154 483824.3836

136 369146.6324 482703.6296

137 368212.0804 480727.7357

139 368203.6159 480396.4277

140 369940.5177 480784.3272

141 368581.3081 480293.4742

Gambar

Tabel 1. Pembagian Tipe Iklim Berdasarkan Nilai Q Tipe Iklim Nilai Q
Tabel. 2. Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia
Tabel. 2. Data Luas Wilayah Status Hara pH-Tanah

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan limbah kopi sebagai dasar pembuatan fluorescent carbon nanoparticles (F-CNPs) melalui oksidasi soot dengan HNO 3 encer telah dilakukan.. Soot diperoleh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi kepemimpinan yang dilakukan oleh Kepala UPT Puskesmas Ciawi dilaksanakan dengan cukup baik, diperoleh hasil penilaian

Untuk mengetahui apakah F-CNPs dari soot limbah kopi memiliki karakteristik yang sesuai untuk potensi aplikasi yang dapat dimanfaatkan..

Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Sanjaya Ngawen Gunungkidul, ditemukan bahwa minat pada kelas tersebut masih kurang, terbukti

Asam yang teroksidasi kuat sangatlah penting dalam proses pelarutan partikel besar agregat karbon di dalam soot ; kemudian asam akan bereaksi dengan koloid untuk

Bambang Yuwono, Yuli Fauziah, Yenny Rachma Setyaningsih, Universitas Pembangunan Nasional Veteran (2011) dalam jurnalnya yang berjudul Sistem Pakar Website Untuk

Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Sistem Akuntansi Terkomputerisasi Dan Transparansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada BUMN Di Pangkalpinang (Studi Kasus PT

Hasil penelitian menunjukkan bentuk-bentuk dan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Gorontalo yaitu; (1) sapaan kata ganti orang atau pronomina, yaitu meliputi kata saya, kamu,