SURVEI DAN PEMETAAN P - TERSEDIA DAN pH TANAH DI KEBUN SUKALUWEI PT. NV PERIMEX KEC. BANGUN PURBA,
KAB.DELI SERDANG
SKRIPSI
OLEH
ESTIKA RISMA SIANTURI 040303021
DEPARTEMEN ILMU TANAH
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : Survei dan Pemetaan P Tersedia dan pH Tanah di Kebun Sukaluwei NV PERIMEX Kec. Bangun Purba, Kab. Deli Serdang.
Nama : Estika Risma Sianturi.
Nim : 040303021
Departemen : Ilmu Tanah Program Studi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh
(Ir. Supriadi, MS) (Ir. Bintang S, MP
NIP 131 056 642 NIP 131 570 479
)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN ILMU TANAH
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi status hara P – tersedia, pH - Tanah di PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang melalui pemetaan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keseburan dan Kimia Tanah dan Laboratorium Sistem Informasi Geografis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan yang dimulai pada bulan Desember 2008 hingga Juli 2009. Metoda yang digunakan adalah metoda survei dan analisis data hara P – tersedia dan pH - Tanah serta menginterpretasikan dalam peta status hara.
ABSTRACK
The purpose of this research is to inventory status the posphat available, posphat total and kalium exchange in PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang in mapping. This research was carried out in Central Laboratory and Geografic Information System Laboratory Agriculture Faculty, North Sumatera University, Medan, which was started from April 2007 until June 2009. The method used are method survay and posphat available, posphat total and kalium exchange analysis data with interpretating in mapping.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lhok’seumawe pada tanggal 27 Pebruari 1985 dari
Bapak Yakin Sinuraya dan Ibu Yessy W. Br Tarigan. Penulis merupakan putera
ke – 3 dari 4 bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1997 di
SD Budi Murni II Medan, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) pada tahun
2000 di SLTP Puteri Cahaya Medan, Sekolah Menengah Umum (SMU) pada
tahun 2003 di SMU Cahaya Medan. Penulis masuk ke perguruan tinggi pada
tahun 2003 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis merupakan anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA),
Assisten Kartografi dan Ilmu Ukur Tanah, Sekretaris Umum Panitia Penerimaan
Mahasiswa Baru (PPMB) tahun 2006, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Marbau PTPN II Kabupaten Deli
Serdang tahun 2006 dan mengikuti Pelatihan Survei Tanah tahun 2007
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan
penelitian ini dengan baik.
Adapun judul usulan pemelitian ini adalah “Survei dan Pemetaan
P-Tersedia dan pH Tanah di Kebun Sukaluwei PT. NV PERIMEX Kecamatan
Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang” yang merupakan salah satu syarat untk
dapat melaksanakan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Supriadi, MS selaku
ketua komisi pembimbing, Ibu Ir. Bintang Sitorus, MP selaku anggota komisi
pembimbing, orangtua, saudara, dan teman-teman stambuk 2004 Ilmu Tanah yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan semangat kepada Penulis dalam
menyelesaikan usulan penelitian ini
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Agustus 2009
DAFTAR ISI
Survei Tanah dan Pemetaan Tanah ... 4
P-Tersedia ... 7
Peranan Unsur Hara Fosfat ... 10
pH-Tanah ... 11
BAHAN DAN METODA ... 15
Tempat dan Waktu Peneltian ... 15
Bahan dan Alat ... 16
Metoda Penelitian ... 16
Pelaksanaan Penelitian ... 16
Pembuatan Peta Digital ... 19
Anggaran Biaya ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
Kondisi Umum Wilayah ... 21
Fosfat Tersedia ... 23
KESIMPULAN DAN SARAN ... 26 Kesimpulan ... 26 Saran ... 26
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel. 1 Data Realisasi Produktivitas Aktual ... 18
Tabel. 2 Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia ... 19
Tabel. 3 Data Luas Wilayah Status Hara P – Total ... 23
Tabel. 4 Data Luas Wilayah Status Hara K – Tukar ... 26
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel. 1 Tipe Curah Hujan ... 18
Tabel. 2 Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia ... 19
Tabel. 3 Data Luas Wilayah Status Hara P – Total ... 23
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar. 1 Peta Lokasi Penelitian (Pengambilan Sampel) ... 18
Gambar. 2 Peta Status Hara P – Tersedia... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran. 1 Titik Koordinat Sampel Tanah, Hasil
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi status hara P – tersedia, pH - Tanah di PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang melalui pemetaan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keseburan dan Kimia Tanah dan Laboratorium Sistem Informasi Geografis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan yang dimulai pada bulan Desember 2008 hingga Juli 2009. Metoda yang digunakan adalah metoda survei dan analisis data hara P – tersedia dan pH - Tanah serta menginterpretasikan dalam peta status hara.
ABSTRACK
The purpose of this research is to inventory status the posphat available, posphat total and kalium exchange in PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang in mapping. This research was carried out in Central Laboratory and Geografic Information System Laboratory Agriculture Faculty, North Sumatera University, Medan, which was started from April 2007 until June 2009. The method used are method survay and posphat available, posphat total and kalium exchange analysis data with interpretating in mapping.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas terutama untuk
tanaman kelapa sawit. Semakin luasnya areal perkebunan untuk kelapa sawit,
sebaiknya setiap awal tahun atau awal musim panen tanah pertanian dianalisis
agar biasa menggambarkan status unsur hara tanah. Dengan begitu, nantinya bisa
dilakukan kebijakan pemupukan sesuai letak dan kondisi lokasi.
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkugan alam dan
potensi sumber dayanya adalah dalam bentuk survei. Survei tanah dapat
didefenisikan sebagai penelitian di lapangan atau laboratorium, yang dilakukan
secar sistematis dengan metode-metode tertentu terhadap suatu daerah ( areal )
tertentu. Sebuah peta merupakan salah satu dokumen utama sebagai dasar dalam
proyek – proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh
dari pelaksanaan survei maka akan memberi manfaat yang besar, tergantung
dengan tujuan pelaksanaan survei yang dilakukan (Rayes, 2006).
Fosfor ( P )merupakan unsur hara essensial, sehingga tanaman harus
mendapatkan fosofor ( P ) secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal.
Fungsi penting dari fosfor untuk tanaman yaitu dalam proses fotosintesis,
respirasi, transfer dan menyimpan energi, pembelahan serta pembesaran sel
( Fajriana, 2008 ).
Unsur fosfor ( P ) mudah terfiksasi oleh Al dan Fe (pH dibawah 5,5 Al dan
Fe terlarut dapat meningkat) yang akhirnya menyebabkan fosfor ( P ) tidak
konsentrasi ion Al, Fe dan Mn yang dapat larut. Akibatnya makin banyak jumlah
P yang diikat dengan cara ini (Hakim, dkk. 1986).
PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang
adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebuanan swasta yang
mengelola komoditi kelapa sawit dan karet. PT. NV PERIMEX Kecamatan
Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang memiliki jenis tanah Ultisol dan Entisol.
Kebun Sukaluwei PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
Serdang terdiri atas 3 (tiga) Afdeling yakni Afdeling Sukaluwei, Afdeling Baluwa
dan Afdeling Tratak. Afdeling Sukaluwei memiliki luas areal 601,37 dengan
produksi Tandan Buah Segar (TBS) adalah 19,89 ton/ha/thn.
Dari data-data produksi TBS (Tandan Buah Segar) di Kebun Sukaluwei
PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang belum
memberikan produksi yang optimum bila dibandingkan dengan
perkebunan-perkebunan Swasta lainnya. Ini disebabkan kurangnya manajemen
pengolahan tanah dan pemupukan yang diterapkan di Kebun Sukaluwei
PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Untuk
menerapkan manajemen pengolahan tanah dan pemupukan yang baik diperlukan
peta jenis tanah sebagai panduannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin membuat peta P-tersedia
dan pH tanah di kebun Sukaluwei PT.NV PERIMEX di kec. Bangun Purba Kab.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan distribusi status
P Tersedia dan pH Tanah serta hubungan P Tersedia dan pH Tanah di Kebun
Sukaluwei PT. NV PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
Serdang.
Kegunaan Penelitian
- Peta status hara P - Tersedia dan pH ini diharapkan berguna sebagai acuan
dalam pengelolaan lahan di kebun Sukaluwei PT.NV PERIMEX
Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang.
TINJAUAN PUSTAKA
Survei dan Pemetaan Tanah
Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat
membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu
peta (Tamtomo, 2008).
Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran
permukaan bumi (termodiology geodesi) dengan menggunakan cara atau metode
tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy
(Tamtomo, 2008).
Tujuan utama survei tanah adalah (1). Membuat semua informasi spesifik
yang penting tentang tiap-tiap macam tanah terhadap penggunaannya dan
sifat-sifat lainnya sehingga dapat ditentukan pengelolaanya, (2). Menyajikan uraian
satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat diinterpretasikan oleh orang-orang
yang memerlukan fakta-fakta mendasar tentang tanah (Hakim, dkk. 1986).
Survei dan pemetaan tanah merupakan satu kesatuan yang saling
melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan
survei dan pemetaan tanah ini menghasilkan laporan da peta – peta. Pengamatan
di lapangan meliputi keadaan medan, lingkungan, dan tanahnya sendiri serta
dalam menggambarkan letak titik pengamatan akan menghasilkan peta yang baik.
Ada 3 tahapan pekerjaan survei, yakni tahap persiapan, tahap persiapan, survei
Survei dan pemetaan tanah biasanya termasuk interpretasi untuk tujuan
perencanaan penggunaan lahan dalam bentuk klasifikasi kemampuan lahan dan
kesesuaian lahan (Sutanto, 2005).
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk
penggunaan tertentu. Evaluasi lahan tidak terlepas dari kegiatan survei tanah.
Sedangkan survei tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenis tanah dan
menentukan potensinya untuk berbagai alternatif penggunaan lahan. Tujuan
survei tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan
mengelompokkan tanah yang sama atau hampir sama sifatnya (Subardja. 2000).
Peta tanah merupakan peta yang dibuat untuk memperlihatkan sebaran
taksa (kelas-kelas) tanah dalam hubungannya dengan kenampakan fisik dan
budaya dari permukaan bumi. Jenis informasi dan tingkat ketelitian yang
diperlukan sangat ditentukan oleh tingkat survei tanah yang diterapkan survei dan
pemetaan tanah tidak hanya dapat memberikan gambaran tentang macam tanah
yang dijumpai, tetapi harus dapat menggambarkan secara tepat di mana tanah
tersebut dijumpai (Rayes, 2006).
Surbadja (2000) mengemukakan bahwa disiplin survei sumber daya lahan
kini memasuki era baru karena munculnya teknologi dan metode baru sebagai
berikut :
1. Satelit penginderaan jauh (Yang dalam waktu dekat hampir sama detailnya
dengan foto udara) yang sangat bermanfaat untuk persiapan peta dasar dan
klasifikasi tutupan lahan.
2. GPS (Global Positioning System) yang sangat bermanfaat untuk
bawah permukaan, seta berkembangnya model elevasi digital (DEM)
untuk memprediksi karakteristik medan.
3. Geostatistik dan teknik interpolasi lainnya.
4. Sistem infomasi geografis (SIG) untuk penyimpanan, transformasi,
analisis dan pencetakan peta.
Dengan teknologi ini, umumnya tutupan tanah (maupun sumber daya lahan
lainnya) dipersepsikan sebagai bidang spasial (yaitu dengan menentukan nilai
pada masing – masing titik sehingga secara kontiniu terjadi keragaman dalam
ruang) yang berbeda dengan satuan peta yang digunakan dalam survei tradisional
(Rayes, 2007)
Menurut Hakim, dkk (1986) survei tanah dapat dibedakan berdasarkan
skala pemetaan sebagai berikut:
1. Exploratory survey (survey exploracy)
Yaitu survei pada tingkat lebih kasar dan bukanlah pengertian yang tepat
untuk sepenuhnya mengungkapkan pengertian survei. Skala peta yang
digunakan bervariasi dari 1: 2.000.000 sampai 1 : 500.000.
2. Survey reconnaissance
Yaitu survei pada tingkat tinjau dengan intensitas rendah. Skala peta
Yaitu survei pada tingkat detail dengan intensitas tinggi. Skala peta yang
digunakan 1 : 25.000 sampai 1 : 10.000.
5. Survey Intensif
Yaitu survei dengan intensitas yang sangat tinggi yaitu lebih besar dari
1 : 10.000.
Fosfor Tanah
Sumber fosfor alam yang dikenal mempuyai kadar P adalah batuan beku
dan sedimen. Dimana bahan mineralnya mengandung apatit
(Ca10(PO4,CO3)6(F,Cl,OH)2. Mineral ini merupakan senyawa karbonat, flour,
chlor atau hidroksi apatit yang mempuyai kadar P2O5
Fosfat tanah pada umumnya berada dalam bentuk tidak tersedia bagi
tanaman. Tanaman akan menyerap fosfot dalam bentuk orthofosfat
( H
berkisar 15% - 30%
(Hakim, dkk. 1986)
2PO4-, HPO42- dan PO42-
Fosfor dalam tanah dibedakan atas P-organik dan P-anorganik. Bentuk
anorganik, satu hingga tiga atom hidrogen dari asam fosfat digantikan oleh kation
logam. Sedangkan betuk organik satu atau lebih atom hidrogen dari asam fosfat
hilang karena ikatan ester. Kandungan P anorganik di dalam tanah mineral selalu
lebih tinggi dari P organik, kecuali pada tanah mineral (Hakim, dkk. 1986).
). Jumlahnya masing-masing bergantung pada pH
tanah, tetapi pad umumnya bentuk H2PO4- terbanyak dijumpai pada pH tanah
berkisar antara 5,0 – 7,2 (Buckman and Brady, 1982).
Kadar fosfor berhubungan juga dengan ukuran fraksi tanah, kadar fosfor
yang tinggi terdapat pada ukuran partikel yang halus banyak dijumapi Fe-P dan
Peningkatan konsentrasi P dalam larutan tanah akan meningkat sesuai dengan
peningkatan penambahan P (Fajriana, 2008).
Faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan fosfat di dalam tanah
sebagai berikut;
• Jumlah Liat. Tekstur makin halus retensi P makin besar dan kuat. Tanah
dengan kadar liat tinggi akan menfiksasi P lebih tinggi dibandingkan
dengan kadar liat rendah.
• Temperatur. Temperatur sangat penting dalam hubungannya dengan
pertumbuhan tanaman. Temperatur semakin tinggi atau rendah dapat
mebatasi serapan P oleh tanaman.
• Tipe Liat. Tanah mengandung liat kaolinit (pada tanah denagn curah hujan
dan temperatur tinggi) dapat menahan atau memfiksasi lebih tinggi. Pada
tanah ini P yang diberikan cepat diubah menjadi P tidak larut.
• Aerasi. Oksigen ( O2
• Hara lain. Penggunaan hara lain dapat meningkatkan serapan P.
penambahan Ca (pengapuran pada tanah masam) dan pemberian S pada
tanah alkalin dapat meningkatkan ketersediaan P. pemupukan Zn juga
secara langsung dapat menurunkan ketersediaan P. Sebaliknya pemupukan
N dapat meningkatkan serapan P.
) diperlukan untuk petumbuhan tanaman dan
absorpsi hara. Juga sangat penting untuk proses pelapukan bahan organik
( P ) oleh mikroba.
(Novizan, 2002)
Semakin tinggi kandungan oksida besi dan oksida aluminium, maka makin
aluminium-dapat- tukarnya akan makin besar daya tambat fosfornya. Oleh karena itu Oksisol
dan Ultisol yang sangat masam dan mengalami pelapukan lanjut biasanya
mempunyai daya tambat fosfor yang tinggi, sedangkan tanah yang kurang asam
dengan susunan mineral silikat lapis mempunyai daya tambat P yang jauh lebih
rendah (Sanchez, 1992)
Hubungan antara jumlah fosfor anorganik yang ditambahkan pada tanah
dan kadar keseimbangan fosfor dalam larutan tanah merupakan parameter yang
baik untuk menentukan berapa banyak pupuk fosfor yang ditambahkan untuk
pH Tanah
Keasaman tanah atau pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu
benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14
(Nyakpa, dkk. 1988).
Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral dan alkalin. Suatu tanah
disebut masam apabila pH nya kurang dari 7, netral bila sama dengan 7 dan basa
bila lebih dari 7 ( Hakim, dkk. 1986 ).
Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam
tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut.
Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang
jumlahnya sebanding dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion
H+ lebih tinggi daripada OH-. Sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih
banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH
-Di dalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktivitas dan
dominasi mikroorganisme dalam hubungannya dengan proses-proses sangat erat
hubungannya dengan mikroorganisme seperti siklus hara (nitrifikasi, denitrifikasi,
dll), penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesa kimia organik dan transport gas
ke atmosfer mikrobia seperti metan, CH
maka tanah bereaksi
netral yaitu mempunyai pH 7 ( Foth, 1994 ).
4
Menurut Hakim, dkk (1986) faktor yang mempengaruhi keasaman tanah
atau pH tanah adalah :
(Sarief, 1986).
1. Kejenuhan basa adalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah
mencerminkan perbandingan kation basa dengan kation hydrogen dan
alumunium.
2. Sifat koloid organik yang mudah mendisosiasikan ion H ke dalam larutan
tanah. Oleh karena itu pH tanah organik lebih rendah daripada tanah
mineral pada kejunuhan basa yanag sama.
3. Macam kation terjerap, koloid yang mengandung Natrium (Na) lebih
tinggi mempuyai nilai pH lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang
sama ini disebabkan oleh koloid yang kaya Na sukar mendisosiasikan ion
H, sehingga sumbangan ion H rendah sekali dalam larutan tanah.
Keasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-wilayah
bercurah hujan tinggi yang menyebabkan tercucinya basa-basa dari kompleks
jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan basa-basa habis tercuci,
tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominan yang menyebabkan tanah
bereaksi masam ( Foth, 1994 ).
Unsur fosfat mudah terfiksasi oleh Al dan Fe (pH menuju di bawah 5,5 Al
dan Fe terlarut dapat meningkat) yang akhirnya menyebabkan fosfat tidak tersedia
bagi tanaman. Semakin rendah pH maka semakin tinggi jumlah konsentrasi ion
Al, Fe, dan Mn yang dapat larut, akibatnya makin tinggi jumlah P yang diikat
dengan cara ini. Pengendalian kelarutan Al dapat dilakukan dengan cara
menaikkan pH melalui pengapuran, pengikatan Al dengan penambahan pupuk P
yang banyak dan khelat Al dengan penambahan bahan organik. Tapi pengapuran
Menurut Novizan (2002) pentingnya mengetahui pH tanah adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui mudah tidaknya unsur-unsur hara dalam tanah diserap oleh
tanaman. Unsur hara akan mudah diserap oleh tanaman (akar tanaman)
pada pH netral
2. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Tanah dengan
pH masam banyak ditemukan ion-ion Al (Alumunium) yang memfiksasi
(mengikat) unsur P, sehingga unsur P sulit untuk diserap oleh tanaman,
padahal unsur P berperan pada tanaman akan membantu dalam:
• Pembentukan albumin
• Pembentukan bunga, buah dan biji
• Mempercepat pematangan/penuaan buah / biji
• Memperkuat batang agar tidak mudah roboh
• Untuk perkembangan akar
• Meningkatkan ketahanan terhadap penyakit.
• Sebagai bahan pembentukan protein.
3. Mempengaruhi perkembangan mikro organisme.
• Bakteri akan berkembang baik pada pH lebih dari 5,5 (misalnya
bakteri EM 4 yang sangat bermanfaat bagi petani), apabila pH kurang
dari itu maka perkembangannya akan terhambat.
• Jamur dapat berkembang baik pada pH dibawah 5,5 dan diatas pH 5,5
jamur harus bersaing dengan bakteri.
Ketersedian fosfor dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH. Ketersediaan
Pada pH rendah jerapan P terjadi oleh ion Fe dan Al dan oksida hidrous dari
logam-logam tersebut. Di atas pH 7,0 fiksasi atau jerapan dilakukan oleh kalsium
dan magnesium yang banyak tersedia dan larut, menyebabkan P mengendap
sehigga ketersediannya menurun kembali. Pada umumnya ketersediaan fosfor
dalam tanah yang maksimum dijumpai pada kisaran pH 5,5 – 7,0 (Tan, 1995).
Unsur fosfat mudah terfiksasi oleh Al dan Fe (pH menuju di bawah 5,5 Al
dan Fe terlarut dapat meningkat) yang akhirnya menyebabkan fosfat tidak tersedia
bagi tanaman. Semakin rendah pH maka semakin tinggi jumlah konsentrasi ion
Al, Fe, dan Mn yang dapat larut, akibatnya makin tinggi jumlah P yang diikat
dengan cara ini. Pengendalian kelarutan Al dapat dilakukan dengan cara
menaikkan pH melalui pengapuran, pengikatan Al dengan penambahan pupuk P
yang banyak dan khelat Al dengan penambahan bahan organik. Tapi pengapuran
yang paling baik. (Nyakpa, dkk. 1988).
Kisaran pH tanah dapat dibatasi pada dua ekstrim. Kisaran pH tanah
mineral biasanya terdapat antara pH 3,5 – 10 atau lebih. Kemasaman tanah yang
sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan
pH yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur.
Sebelum pengapuran, pH tanah harus diketahui terlebih dahulu
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Afdeling Sukaluwei Kebun Sukaluwei PT. NV
PERIMEX Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang, dengan letak
Geografis 3,3469 – 3,3378 LU dan 98,8161 – 98,8354 BT, pada ketinggihan
tempat 90 - 150 mdpl.
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
dan Laboraorium Sistem Informasi Geografis, Riset dan Teknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember 2008 – selesai.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian:
dengan skala 1 : 20000, sampel tanah yang diambil dari daerah
penelitian, serta bahan – bahan kimia untuk analisis tanah.
Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global
tanah, kartu label untuk menandai sampel tanah, karet gelang atau tali kecil untuk
mengikat kantong plastik, kamera untuk memfoto, dan alat-alat tulis.
Metode Penelitian
Adapun metode yng digunakan adalah metode Survey Grid Bebas dengan
tingkat Survei Detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 4 Ha).
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut ;
1. Persiapan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan
konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian,
pengadaan peralatan, pengadaan peta, studi literatur, dan penyusunan
rencana kerja yang berguna untuk mempermudah pekerjaan secara
sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pelaksanaan.
Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan
orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat. Setelah
survei pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama adalah
pengambilan contoh tanah komposit yang berasal dari 133 contoh tanah.
Pelaksanaan pengambilan contoh tanah tersebut menggunakan metoda
acak tersebar ( Survei grid bebas ) pada jarak tertentu sesuai dengan luasan yang
telah ditentukan dengan berpedoman pada peta dasar yang dapat dilihat pada
tanah pada kedalaman 0 - 20 Cm. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut,
maka dicatat hasil pembacaan koordinat pada GPS.
Setelah diperoleh contoh tanah dari pengeboran, maka diambil +\- 1 Kg
untuk setiap contoh tanah untuk analisa laboratorium.
Selama kegiatan pengambilan contoh tanah tersebut juga dilakukan
pengamatan dan pencatatan keadaan lingkungan areal penelitian seperti tipe iklim,
topografi, geologi dan bahan induk serta vegetasi.
3. Analisis Laboratorium.
Sampel tanah yang diambil dari daerah peneltian dianalisis di laboratorium
untuk mengetahui keadaan P- tersedia dan pH dalam tanah. Sebagai dasar
untuk mengetahui tingkat penyebaran P- tersedia dan pH dalam tanah pada
areal tersebut, maka dilakukan analisis laboratorium meliputi :
• P- tersedia (ppm) dengan metoda Bray II.
• pH Tanah dengan metode H2
4. Pengolahan Data.
O
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial
menggunakan GIS (Geografic Information System). Out put analisis spasial
adalah cluster tingkat P- tersedia dan pH dalam tanah. Data yang diperoleh
dikelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat – sifat tanah yang dibuat oleh
Pembuatan Peta Digital
Pembuatan peta digital diolah melalui program Map Info Profesional 7.8
dengan tahap sebagai berikut :
• Dipilih lembar peta rupa bumi dengan dareah yang akan dibuat peta
digitalnya.
• Lembar peta dalam bentuk hardcopy tersebut harus terlebih dahulu
di-scan sehingga menjadi citra raster (raster image) dan dibuka dengan
program Map Info Profesional 7.8.
• Klik register untuk mengisi koordinat geografis pada peta tersebut.
• Dibuat layer control untuk masing – masing atribut peta seperti titik
sampel, sungai, topografi, batas wilayah, dan jalan dari new table.
• Untuk menggambar objek yang terdapat pada peta seperti jalan, batas
daerah studi, batas administrasi/wilayah dapat menggunakan digitasi garis,
polyline, dan polygon. Penggambaran objek sebaiknya dibuat pada masing – masing layer dengan mengaktifkan masing – masing layer
dengan membuat status layer menjadi editable.
• Pembuatan layout yang meliputi :
- Pembuatan legenda peta.
- Pengaturan kertas dan margin untuk pencetakkan peta.
- Pembuatan orientasi peta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Lingkungan
1.1. Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pertanian. Data iklim tahun 1998 s/d 2007 yang dikumpulkan dari badan Meteorologi dan
Geofisika Sampali, Medan.
Curah hujan rata-rata di daerah survai adalah 1381,1 mm/tahun. Dalam
buku Guslim (2007), Mohr (1931) menyatakan bahwa membagi iklim sebagai
berikut: Bulan Kering bila curah hujan < 60 mm/bulan, Bulan Lembab bila curah
hujan 60-100 mm/tahun dan Bulan Basah bila curah hujan > 100 mm/tahun. Atas
dasar pembagian ini, Scmindt dan Fergusson (1951) membagi iklim berdasarkan
nilai Q, yakni nilai rata-rata bulan kering dibagi rata-rata bulan basah dikali 100%.
Pembagian iklim berdasarkan nilai Q dilampirkan pada tabel 4.10.
Tabel 1. Pembagian Tipe Iklim Berdasarkan Nilai Q
Tipe Iklim Nilai Q Sifat
Tipe iklim daerah penelitian yang diperoleh dari data klimatologi adalah
sebagai berikut:
Q = BK x 100% BB
= 3,8 x 100%
5,6
= 67,8 %
Menurut Scmindt dan Fergusson (1951) daerah penelitian termasuk tipe
iklim C yakni iklim agak basah.
1.2. Topografi
Daerah penelitan terletak di Kecamatan Bangun Purba,
Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggihan tempat 90 – 150 mdpl.
Kebun Sukaluwe mempunyai bentuk wilayah bervariasi dari datar, landai,
berombak, bergelombang dan berbukit.
1.3. Geologi dan Bahan Induk
Areal perkebunan Sukaluwei menurut Peta Geologi Lembar Medan, Sumatera skala 1:250.000 memiliki bahan induk Tufa Toba dan Aluvium
(Cameron,etal, 1982).
1.4. Vegetasi
Daerah penelitian merupakan daerah perkebunan yang didominasi tanaman
2. Fosfat Tersedia
Fosfat tersedia adalah unsur fosfat yang terdapat di dalam tanah dalam
bentuk tersedia bagi tanaman serta dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses
metabolisme. Bentuk P yang terdapat di dalam bahan induk tanah sebelum
pertumbuhan tanaman dan pembentukan tanah pada umumnya sukar tersedia bagi
tanaman. P tersedia dalam tanah dapat diartikan sebagai P tanah yang dapat
diekstraksi oleh air dan asam sitrat.
Dari hasil analisis contoh tanah yang dapat dilihat pada Lampiran.1,
kandungan unsur P – tersedia yang terendah terdapat pada sampel tanah ke – 69,
sebesar 3,08 ppm dan yang tertinggi pada samel tanah ke – 89 sebesar 127,95
ppm.
Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah
(1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi
4 golongan status hara yakni, rendah, agak rendah, sedang, dan tinggi. Data luas
wilayah untuk status hara P – Tersedia disajikan pada tabel.2 berikut ;
Tabel. 2. Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia Status Luas ( Ha ) %
Luas wilayah dengan status rendah 276 Ha, agak rendah 148 Ha, sedang
besar yakni 276 Ha dan yang paling kecil pada status tinggi sebesar 40 Ha.
Berikut ini disajikan peta status hara P - Tersedia yang membagi wilayah menjadi
Menurut peta status hara P – Tersedia pada Gambar 2. Di atas ketersediaan
fosfat dengan status rendah dapat terjadi dimungkinkan karena fosfat dalam tanah
terdapat dalam bentuk yang tidak segera tersedia ataupun karena faktor pH, aerasi,
temperatur, bahan organik dan unsur mikro yang dapat mempengaruhi
ketersediaan fosfat. Untuk mengatasi hal di atas maka kita harus memperhatikan
prinsip penyediaan fosfat dalam siklus P. Menurut Hanafiah (2005), prinsip
penyediaan P bagi tanaman dalam siklus P terlihat bahwa kadar air P – larutan
merupakan hasil keseimbangan antara suplai P dari pelapukan mineral – mineral
P, pelarutan (solubilitas), P – terfiksasi dan mineralisasi P – organik dan
kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman, fiksasi dan pelindian P.
Pada lokasi penelitian memiliki kandungan P – Tersedia yang tinggi
dihubungkan dengan jenis tanah Ultisol dan Entisol yang terdapat pada lokasi
penelitian maka hal ini sesuai dengan pernyataan Sanchez (1992) bahwa tanah
yang sangat masam dan mengalami pelapukan lanjut biasanya memiliki daya
tambat fosfat yang tinggi.
Selain itu penyediaan P dalam tanah dapat dilakukan dengan cara
pengapuran untuk mengendalikan kelarutan Al dan Fe, pengikatan Al dengan
penambahan pupuk P yang banyak dan khelat Al dengan penambahan bahan
organik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nyakpa, dkk (1988)
3. pH-Tanah
Reaksi tanah atau pH tanah itu dibagi ke dalam tiga keadaan, yaitu reaksi
tanah masam, reaksi taah netral, dan reaksi tanah basa atau alkali. Reaksi tanah ini
reaksi tanah (pH) ini penting sekali karena banyak dipertimbangkan dalam
pemupukan, pengapuran, dan perbaikan keadaan kimia dan fisik tanah.
Dari hasil analisis pH-Tanah yang dapat dilihat pada lampiran. 1, nilai
pH yang terendah terdapat pada sampel 41 sebesar 3,07 dan nilai pH tanah yang
tertinggi terdapat pada sampel 116 sebesar 5,78.
Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah
(1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi
6 kriteria pH Tanah yakni, sangat masam, masam, agak masam, netral, agak
alkalis, dan alkalis. Data luas wilayah untuk status hara pH tanah disajikan pada
tabel.2 berikut ;
Tabel. 2. Data Luas Wilayah Status Hara pH-Tanah
Status Luas (Ha) %
Sangat Masam 372 69,93
Masam 160 30,07
Total 532 100
Luas wilayah dengan status sangat masam 372 Ha, masam 152 Ha, agak
masam 8 Ha. Status sangat masam memiliki luas wilayah yang paling besar yakni
372 Ha dan yang paling kecil pada status agak masam sebesar 8 Ha. Berikut ini
disajikan peta status hara pH-Tanah yang membagi wilayah menjadi 3 bagian
Menurut peta status hara pH-Tanah pada Gambar 3 di atas, maka status
sangat masam dan masam lebih dominan atau memiliki luasan yang lebih besar
daripada status agak masam, berarti tanah pada lokasi penelitian tergolong
memiliki kandungan pH sangat masam dan masam. Tipe iklim daerah penelitian
yang diperoleh dari data klimatologi adalah iklim agak basah. Menurut
Foth (1998) curah hujan yang tinggi menyebabkan tercucinya basa-basa dari
kompleks jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan basa-basa habis
tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominan yang menyebabkan
tanah bereaksi masam.
Ketersediaan pH-Tanah dengan status agak masam dapat terjadi
dimungkinkan karena senyawa Al dan H juga merupakan sumber ion H dalam
tanah berkemasan sedang, tetapi melalui reaksi yang berbeda. Nyakpa Menurut
Sarief (1986), bila Ca dan basa-basa lainnya cukup banyak, dimana yang
disumbangkan sejumlah ion H dengan demikian pH berangsur naik dan reaksi
menuju netral. Adanya ion H yang cukup ion Al akan diubah menjadi gibsit yang
tidak larut.
Masalah kemasaman tanah dapat diatasi dengan melakukan pengapuran
tujuannya untuk menaikkan pH, meniadakan Al yang meracun, dan menyediakan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. P – Tersedia Kebun Kebun Sukaluwei PT. NV PERIMEX Kecamatan
Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang, digolongkan menjadi 4 status hara
sebagai berikut diikuti dengan luas dan persentase wilayahnya masing –
masing ; rendah (276 Ha / 51,89 %), agak rendah (148 Ha / 27,81 %),
sedang (68 Ha / 12,78 %), dan tinggi (40 Ha / 7,5 %).
2. pH-Tanah Kebun Kebun Sukaluwei PT. NV PERIMEX Kecamatan
Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang, digolongkan menjadi 3 kriteria
sebagai berikut diikuti dengan luas dan persentase wilayahnya masing –
masing ; sangat masam (372 Ha/ 69,93 %) dan masam (160 Ha / 30,07 %).
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan kebutuhan
pupuk standar pada wilayah tersebut dan disarankan agar mengembalikan bagian
– bagian tanaman yang kurang (tidak) berguna ke tanaman itu sendiri agar dapat
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H.O and N.C Brady.1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhrata Karya Persada. Jakarta.
Foth, H.D.1994. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E.D Purbayanti., D.R Lukiwati., R.Trimulatsih. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Fajriana, R. 2008. Unsur Hara Makro dan Mikro
Tumbuhan.
Hakim, N.,M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Tanggerang.
Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong, N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah.Universitas Lampung, Lampung.
Rayes, L. M. 2007. Metode Inventaris Sumber Daya Lahan. ANDI, Yogyakarta.
Sanchez, P.A.1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penerbit ITB. Bandung.
Sarief, S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. PUSTAKA BUANA. Bandung.
Sutedjo, M.M dan A.G Kartasapoetra.1991. Pengantar Ilmu Tanah. Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Subardja, D.2000. Perkembangan Metode Survei Tanah dan Evaluasi Lahan di Indonesia. Prosiding Kongres Nasional VII HITI. Buku I : 123-134.
Sutanto, R.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta.
Tan, K.H.1995. Dasar Dasar Kimia Tanah. Terjemahan D.H Goenadi dan B.Radjagukguk. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
85 368982.86 481422.4 5.68 4.18
123 368829.9258 480843.8916 28.75 4.51
124 368766.5446 481276.2788 61.21 4.79
125 368843.5073 479620.3986 9.19 4.22
126 368383.1706 479779.8628 7.93 4.64
127 368093.2127 479700.7839 26.03 4.04
128 367988.4264 479550.5344 17.61 3.99
130 368479.7189 479685.2032 6.78 4.04
131 370012.8416 480148.3009 8.91 4.22
132 369596.9556 480843.1974 101.27 4.46
133 369900.1929 481833.5431 9.42 4.33
135 369677.1154 483824.3836
136 369146.6324 482703.6296
137 368212.0804 480727.7357
139 368203.6159 480396.4277
140 369940.5177 480784.3272
141 368581.3081 480293.4742