• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei Dan Pemetaan Status Hara P-Tersedia, K-Tukar Dan C-Organik Tanah Sawah Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Survei Dan Pemetaan Status Hara P-Tersedia, K-Tukar Dan C-Organik Tanah Sawah Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI DAN PEMETAAN STATUS HARA P-TERSEDIA, K-TUKAR DAN

C-ORGANIK TANAH SAWAH DESA AIR HITAM

KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA

SKRIPSI

OLEH

RUTH TRISNA M. MANGUNSONG

060303012 / TNH

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SURVEI DAN PEMETAAN STATUS HARA P-TERSEDIA, K-TUKAR DAN

C-ORGANIK TANAH SAWAH DESA AIR HITAM

KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA

SKRIPSI

OLEH

RUTH TRISNA M. MANGUNSONG

060303012 / TNH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi

: Survei dan Pemetaan Status Hara P-Tersedia, K-Tukar

dan C-Organik Tanah Sawah Desa Air Hitam Kecamatan

Lima Puluh Kabupaten Batubara.

Nama

: Ruth Trisna M. Mangunsong

NIM

: 060303012

Departeman

: Ilmu Tanah

Program Studi

: Klasifikasi dan Evaluasi Lahan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Prof. Ir Zulkifli Nasution, MSc, PhD.

Jamilah., SP. MP.

Ketua

Anggota

Mengetahui

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.

Ketua Departemen Ilmu Tanah

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melakukan survei dan pemetaan status hara P-Tersedia,

K-Tukar, dan C-Organik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh

Kabupaten Batubara. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan

Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Yang dimulai pada bulan

Juni hingga Desember 2010. Metode yang digunakan adalah Survei Grid Bebas tingkat

survei semi detail dan analisis data hara P – tersedia metode Bray II, K – Tukar metode

NH

4

OAc pH 7 dan C – Organik metode Walkley & Black serta menginterpretasikan

dalam peta status hara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-Tersedia digolongkan dalam 3 status

hara, yakni sangat rendah (978.960 Ha), rendah (251.714 Ha), Sedang (40.326 Ha).

K-Tukar digolongkan dalam 2 status hara, yakni sedang (265.555 Ha), tinggi (1009.445

Ha). C-Organik digolongkan dalam 3 status hara, yakni sangat rendah (809.106 Ha),

rendah (347.181 Ha) dan sedang (118.931 Ha).

(5)

ABSTRACT

The research is aims to survey and mapping of nutrient status available

phosphate, exchangeable potassium and organic carbon in Air Hitam Village

Lima Puluh District Batubara Regency. This research was conducted at the Laboratory

of Chemistry and Soil Fertility Faculty of Agriculture, University of North Sumatra,

Medan. Which began ini June to December 2010. The method used is

Grid Survey Free semi-detailed level survey, and analysis of nutrient data

phosphate available Bray II method, exchangeable potassium NH

4

OAc method, organic

carbon Walkley & Black method and then interpret to the map nutrient status.

The result of research showing that status available phosphate devided by 3

status

such

as,

very

low

(978.960

ha),

low

(251.714

ha),

medium

(40.326 Ha). Exchangeable potassium classified in 2 nutrient status such us medium

(265.555 Ha), high (1009.445 Ha). Organic carbon classified in 3 nutrient status such us

very low (809.106 ha), low (347.181 ha) and medium (118.931 ha).

Keywords:

Soil Survey, Mapping Nutrient Status, Grid Survey Free semi

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 10 April 1988, merupakan putri ketiga

dari lima bersaudara, pasangan Ayahanda E. Simangunsong, SH dan Ibunda Dra. S.M

Sibuea.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah :

-

SD Swasta Santo Thomas 2 Medan lulus pada tahun 2000

-

SMP Negeri 19 Medan lulus pada tahun 2003

-

SMA Negeri 3 Medan lulus pada tahun 2006

-

Masuk USU pada tahun 2006 melalui jalur SPMB di Fakultas Pertanian,

Departemen Ilmu Tanah dengan minat studi Klasifikasi dan Evaluasi Lahan.

Adapun kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis selama masa perkuliahan

adalah :

-

Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

-

Asisten Genesis dan Morfologi Tanah pada tahun 2009.

-

Asisten Klasifikasi dan Taksonomi Tanah pada tahun 2010.

-

Asisten Pedologi Regional Tanah pada tahun 2010.

-

Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli 2009 di PTP.

Nusantara III (Persero) Kebun Sei Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli

Serdang.

-

Penulis melakukan penelitian di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah Survei dan Pemetaan Status Hara

P-Tersedia, K-Tukar dan C-Organik Tanah Sawah Desa Air Hitam Kecamatan

LimaPuluh Kabupaten Batubara sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar

sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Prof. Ir Zulkifli Nasution, MSc, PhD. dan Jamilah., SP. MP., selaku ketua dan anggota

komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada

Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh sempurna, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.

Medan, Desember 2010

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... . ... i

ABSTRACT

... . ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... . ... iii

KATA PENGANTAR ... . ...iv

DAFTAR ISI. ... v

DAFTAR TABEL. ...vi

DAFTAR GAMBAR. ... vii

DAFTAR LAMPIRAN. ... viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Survei Tanah ... 4

Tanah Sawah ... 7

Unsur Hara Fosfat ... 9

Unsur Hara Kalium ... 12

C-Organik ... 14

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Metode Penelitian ... 18

Pelaksanaan Penelitian. ... 19

Pembuatan Peta Digital. ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah. ... 24

P-Tersedia. ... 25

K-Tukar... 30

C-Organik ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 38

Saran ... 38

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul

Halaman

1.

Macam-macam Peta Tanah berdasarkan Skala Peta ... 6

2. Data Curah Hujan Selama 5 Tahun ... 24

3. Hasil Analisis Data P – Tersedia (Bray II)...26

4. Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia ... 28

5. Hasil Analisis Data K-Tukar (NH

4

OAc pH 7)………....29

6. Data Luas Wilayah Status Hara K – Tukar ... 30

7. Hasil Analisa Data C-Organik (Walkley and Black)...33

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul

Halaman

1.

Peta Pengambilan Sampel Tanah ... 20

2. Peta Status Hara P-Tersedia ... 27

3. Peta Status Hara K-Tukar ... 32

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Titik Koordinat Pengambilan Sampel Tanah...40

Lampiran 2. Kriteria Penilaian Sifat – Sifat Tanah………...41

Lampiran 3. Prosedur Analisis P-Tersedia Tanah Metode Bray II…………...42

Lampiran 4. Prosedur Analisis K-Tukar Tanah Metode NH

4

OAc pH …………42

Lampiran 5. Prosedur Analisis C-Organik Tanah

Metode Walkley & Black………...43

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melakukan survei dan pemetaan status hara P-Tersedia,

K-Tukar, dan C-Organik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh

Kabupaten Batubara. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan

Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Yang dimulai pada bulan

Juni hingga Desember 2010. Metode yang digunakan adalah Survei Grid Bebas tingkat

survei semi detail dan analisis data hara P – tersedia metode Bray II, K – Tukar metode

NH

4

OAc pH 7 dan C – Organik metode Walkley & Black serta menginterpretasikan

dalam peta status hara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-Tersedia digolongkan dalam 3 status

hara, yakni sangat rendah (978.960 Ha), rendah (251.714 Ha), Sedang (40.326 Ha).

K-Tukar digolongkan dalam 2 status hara, yakni sedang (265.555 Ha), tinggi (1009.445

Ha). C-Organik digolongkan dalam 3 status hara, yakni sangat rendah (809.106 Ha),

rendah (347.181 Ha) dan sedang (118.931 Ha).

(13)

ABSTRACT

The research is aims to survey and mapping of nutrient status available

phosphate, exchangeable potassium and organic carbon in Air Hitam Village

Lima Puluh District Batubara Regency. This research was conducted at the Laboratory

of Chemistry and Soil Fertility Faculty of Agriculture, University of North Sumatra,

Medan. Which began ini June to December 2010. The method used is

Grid Survey Free semi-detailed level survey, and analysis of nutrient data

phosphate available Bray II method, exchangeable potassium NH

4

OAc method, organic

carbon Walkley & Black method and then interpret to the map nutrient status.

The result of research showing that status available phosphate devided by 3

status

such

as,

very

low

(978.960

ha),

low

(251.714

ha),

medium

(40.326 Ha). Exchangeable potassium classified in 2 nutrient status such us medium

(265.555 Ha), high (1009.445 Ha). Organic carbon classified in 3 nutrient status such us

very low (809.106 ha), low (347.181 ha) and medium (118.931 ha).

Keywords:

Soil Survey, Mapping Nutrient Status, Grid Survey Free semi

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan

potensi sumber daya alam adalah dalam bentuk survei. Hasil dari kegiatan survei adalah

peta tanah, yang merupakan salah satu dokumen utama sebagai dasar dalam

proyek-proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari

pelaksanaan survei, maka akan memberi manfaat yang besar dan sesuai dengan tujuan

pelaksanaan survei yang dilakukan.

Penelitian tentang tanah sawah di Indonesia masih terbatas dengan informasi

yang bersifat sepotong - sepotong dan sebagian besar berkenaan dengan masalah

agronominya. Kajian pertama tentang morfologi tanah sawah di Indonesia dilakukan

oleh Koenigs (1950) pada Latosol di daerah Bogor. Pengetahuan tentang penyebaran

dan keragaman sifat tanah sawah diperoleh melalui survei tanah tinjau, semidetail, dan

detail yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.

Tanah sawah di Indonesia saat ini umumnya ditemukan pada tanah yang cukup

baik di daerah datar maupun perbukitan yang diteraskan. Menurut data yang

dikemukakan oleh Biro Pusat Statistika (BPS, 2008), luas lahan sawah di Indonesia

pada tahun 2008 adalah 5.600.000 ha, dan Sumatera Utara memiliki bagian luas lahan

sawah irigasi 498.467 ha.

Pupuk merupakan salah satu sarana yang sangat penting untuk meningkatkan

produksi pertanian. Rekomendasi pemupukan padi sawah yang berlaku sekarang

(15)

tanah dan kemampuan tanaman menyerap hara. Sementara diketahui bahwa status hara

fosfat, kalium dan karbon lahan sawah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.

Desa Air Hitam terletak di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara yang

memiliki luas ± 2051 Ha, dan luas lahan sawah irigasinya 1275 Ha. Secara geografis

lokasi ini terletak pada 03.2250 – 03.2266 BT dan 99.4994 – 99.5024 LU. Umumnya

komoditi yang terdapat di desa Air Hitam ini adalah padi sawah, dan mempunyai

rata-rata produksi 200kg / rante.

Dari data produksi padi sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh

Kabupaten Batubara, belum memberikan produksi yang optimum bagi masyarakat

petani. Ini disebabkan pemupukan yang dilakukan petani kurang efektif, karena para

petani tidak mengetahui status hara yang sebenarnya pada setiap lokasi di Desa Air

Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Untuk menerapkan manajemen

pemupukan yang baik diperlukan peta status hara untuk membantu dalam penentuan

kualitas tanah dan rekomendasi pemupukan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan survei dan pemetaan

P-tersedia, K-tukar dan C-organik tanah di desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh

Kabupaten Batubara untuk penggunaan lebih lanjut bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan survei dan pemetaan status

hara P- Tersedia, K – Tukar, C - Organik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan

(16)

Kegunaan Penelitian

-

Peta status hara ini diharapkan berguna sebagai acuan dalam pengelolaan lahan

di Desa Air Hitam Kecamatan Limapuluh Kabupaten Batubara.

-

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Survei Tanah

Survei tanah adalah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu daerah,

mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot batas tanah pada peta

dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Perbedaan penggunaan tanah dan bagaimana

tanggapan pengelolaan mempengaruhi tanah itulah yang terutama perlu diperhatikan

(dalam merencanakan dan melakukan survei tanah). Informasi yang dikumpulkan dalam

survei tanah membantu pengembangan rencana penggunaan lahan dan sekaligus

mengevaluasi dan memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan

(Rayes, 2007).

Adapun tujuan dari survei tanah itu sendiri adalah untuk memberikan atau

menyediakan informasi kepada pemakai tentang tanah, bentuk wilayah dan keadaan lain

yang perlu diperhatikan, Untuk menyediakan informasi yang akan membantu

pengambilan keputusan tentang penggunaan lahan dan rencana pengembangan wilayah

yang disurvei (Hakim, dkk, 1986).

Menurut Rayes (2007) dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu

metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), metode fisiografi dengan

bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas

yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survey. Biasanya dalam

metode grid bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik pengamatan dalam

mengkonfirmasi secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan

(18)

Rossiter (2000) mengemukakan bahwa disiplin survei sumber daya lahan kini

memasuki era baru karena munculnya teknologi dan metode baru sebagai berikut :

1.

Satelit penginderaan jauh (Yang dalam waktu dekat hampir sama detailnya

dengan foto udara) yang sangat bermanfaat untuk persiapan peta dasar dan klasifikasi

tutupan lahan.

2.

GPS (Global Positioning System) yang sangat bermanfaat untuk menentukan

lokasi secara akurat, mampu menemukan teknologi pemetaan bawah permukaan, seta

berkembangnya model elevasi digital (DEM) untuk memprediksi karakteristik medan.

3.

Geostatistik dan teknik interpolasi lainnya.

4.

Sistem infomasi geografis (SIG) untuk penyimpanan, transformasi, analisis dan

pencetakan peta.

Dengan teknologi ini, umumnya tutupan tanah (maupun sumber daya lahan lainnya)

dipersepsikan sebagai bidang spasial (yaitu dengan menentukan nilai pada masing –

masing titik sehingga secara kontiniu terjadi keragaman dalam ruang) yang berbeda

dengan satuan peta yang digunakan dalam survei tradisional. (Rayes, 2007).

Survei dan pemetaan tanah tidak hanya dapat memberikan gambaran tentang

macam tanah yang dijumpai, tetapi harus dapat menggambarkan secara tepat dimana

tanah tersebut dijumpai. Hal ini tidak berarti bahwa tanah yang dijumpai haruslah

homogen, melainkan harus dapat menggambarkan bahwa pada suatu polygon yang

dicantumkan dalam satuan peta tanah dapat diketahui satuan tanah utama (yang

(19)

Berdasarkan tujuannya (yang akan menentukan intensitas pengamatan), survei

tanah dibedakan atas 6 macam, yaitu peta tanah bagan, eksplorasi, tinjau, semi-detail,

detail dan sangat detail (tabel 1). Masing –masing peta tersebut memiliki skala peta

yang berbeda-beda (Hakim, dkk, 1986).

Tabel 1. Macam-macam Peta Tanah berdasarkan Skala Peta

Macam

Peta

Skala Luas tiap 1

cm2 pd peta

Kerapatan pengamatan

rata-rata

Satuan peta dan Satuan tanah

Contoh penggunaan

Kisaran Umumnya

Bagan ≤ 1:2.500.000 1:2.500.000 625 km2 Dihimpun dari data

peta yang ada (studi pustaka)

Assosiasi dan beberapa

konsosiasi: ordo, sub-ordo

Gambaran umum tentang sebaran tanah di tingkat nasional; materi pendidikan.

Eksplorasi 1:1.000.000 s/d 1:500.000

1:1.000.000 100 km2 atau kurang

Dihimpun dari data peta yang ada (studi pustaka) Assosiasi dan beberapa konsosiasi: grup dan sub-grup Perencanaan tingkat nasional, untuk menentukan penelitian secara terarah, materi pendidikan .

Tinjau 1:500.000 s/d 1:200.000 1:250.000 1:100.000 625 Ha 100 Ha

1 tiap 12,5km2 1 tiap 2km2

Assosiasi dan beberapa

konsosiasi: sub-grup dan family

Perencanaan

pembangunan makro di tkt regional dan provinsi; Penyusunan tata ruang wilayah provinsi, Penyusunan penggunaan lahan secara nasional;

Penentuan lokasi wilayaah prioritas utk dikembangkan

Semi- detail 1:100.000 s/d 1:25.000

1:50.000 25 Ha 1 tiap 50 Ha Konsosiasi

beberapa komplek dan asosiasi, family / seri.

Penyusunan peta tata ruang wilayah kabupaten / kota;

Perencanaan mikro untuk proyek-proyek pertanian, perkebunan, transmigrasi, perencanaan dan perluasan jaringan irigasi. Detail 1:25.000

s/d 1:10.000

1:25.000 1:20.000 1:10.000

6, 25 Ha 5 Ha 1 Ha

1 tiap 12,5 Ha 1 tiap 8 Ha 1 tiap 2 Ha

Konsosiasi beberapa komplek: Fase dari family dan seri.

Perencanaan mikro dan operasional proyek-proyek pengembangan tkt kabupaten atau kecamatan, transmigrasi, perencanaan dan perluasan jaringan irigasi sekunder dan tertier. Sangat Detail ≥

1:10.000

1:5.000 0,25 Ha Konsosiasi, fase dari seri

Perencanaan dan pengolahan lahan di tkt petani, penyusunan rancangan usaha tani konservasi;

(20)

Tanah Sawah

Sawah merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan yang sangat strategis

karena lahan tersebut merupakan sumber daya utama untuk memproduksi padi/beras,

yang merupakan pangan pokok utama bagi Indonesia. Dengan demikian, sawah

merupakan sumber daya utama bagi pemantapan ketahanan pangan dan pertumbuhan

ekonomi nasional (Abdullah, 1996) .

Menurut Deptan (2008), padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah

tergenang. Penggenangan tanah akan mengakibatkan perubahan-perubahan sifat kimia

tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Perubahan-perubahan sifat

kimia tanah sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain : penurunan kadar

oksigen dalam tanah, penurunan potensial redoks, perubahan pH tanah, reduksi besi dan

mangan, peningkatan suplai dan ketersedian nitrogen serta peningkatan ketersediaan

fosfor.

Adanya penggenangan yang menyebabkan suasana reduktif terus-menerus pada

lapisan bajak dan illuviasi oksidatif dari besi dan oksida-oksida mangan di subsoil,

maka berkembanglah suatu bentuk profil tanah. Secara morfologi mempunyai kriteria

kompak tipis, lapisan memedas di bawah lapisan bajak, dan horizon subsurface yang

bercak besi dan mangan (Hakim, dkk.1986).

Reduksi besi adalah reaksi yang paling penting di dalam tanah masam tergenang

karena dapat menaikan pH dan ketersediaan P serta manggantikan kation lain dari

tempat pertukaran seperti K

+

. Peningkatan Fe

2+

pada tanah masam dapat menyebabkan

keracunan besi pada padi, apabila kadarnya dalam larutan sama dengan 350 ppm.

Konsentrasi besi dalam larutan tanah diatur oleh pH tanah,

kandungan bahan organik,

(21)

Pemberian pupuk yang relatif tinggi disertai dengan produksi yang tinggi pada

sawah irigasi dan sawah tadah hujan menyebabkan ketidakseimbangan hara sebagai

masalah yang serius. Kendala dalam ekosistem tegalan yakni tanah lebih melapuk dan

mudah tercuci, bereaksi masam, kadar Al tinggi, maka terjadi kekurangan P dan hara

lain sehingga dapat menyebabkan turunnya produksi (Hasibuan, 2009).

Jika tanah digenangi maka konsentrasi P-larut dalam air dan asam mula-mula

meningkat sampai mencapai puncak atau mendatar kemudian turun. Puncak P-larut

dalam air yang terendah terjadi pada tanh liat masam yang kaya Fe aktif dan puncak

tertinggi pada tanah pasir yang miskin Fe aktif (Hardjowigeno dan Rayes, 2005) .

Meningkatnya ketersediaan P pada awal penggenangan disebabkan oleh:

(a) reduksi FePO.2H

2

O

Fe(PO

4

)

2

.8H

2

O

(b) desorpsi akibat reduksi Fe

3+

Fe

2+

(c) hidrolisis FePO

4

dan AlPO

4

pada tanah masam

(d) pelepasan occluded P (P-tersemat)

(e) pertukaran ion.

(Agus,dkk, 2004).

Pemberian bahan organik dalam jumlah besar pada tanah tergenang dapat

menyebabkan keracunan tanaman oleh asam-asam organik yang terbentuk. Panambahan

ammonium sulfat dapat mengurangi efek keracunan tersebut. Hal itu disebabkan oleh

pembentukan asam organik dihambat oleh kegiatan bakteri produksi sulfat yang

meningkat jumlahnya akibat penambahan ammonium sulfat. Ammonium fosfat dan

glukosa akan merangsang perubahan asam organik menjadi gas metana bila

ditambahkan ke tanah. Kondisi seperti ini menunjukkan banyaknya bakteri metana

(22)

Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa

dilakukan petani dinilai sangat merugikan karena banyak unsur hara yang hilang, salah

satunya unsur hara, antara lain C, N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur-unsur mikro (Fe, Mn,

Zn, Cu). Pembakaran jerami akan mengakibatkan kehilangan hara C 94%, P 45%, K

75%, S 70%, Ca 30%, dan Mg 20% dari total kandungan hara dalam jerami

(Suriadikarta dan Adimihardja, 2001).

Pada tanah sawah dengan tingkat pengelolaan yang rendah, tingkat ketersediaan

K biasanya cukup. Sumber K untuk tanaman padi yakni K tukar dalam mineral-mineral

liat, terutama biotit, hidrus mika, dan illit. Kalium yang tersedia lebih lambat

dibebaskan selama pelapukan feldspar dan mika. Dalam tanah sawah yang tergenang air

dari sumber luar, beberapa K biasanya tersedia dari air banjir atau air irigasi

(Hardjowigeno dan Rayes, 2005) .

Unsur Hara Fosfat

Unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, yang dibutuhkan oleh tanaman

dalam jumlah yang banyak dan essensial bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor sering

disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses

kehidupan (Damanik, dkk, 2010).

Dalam hal ini ketersediaan fosfor di dalam tanah sangat tergantung kepada sifat

dan ciri tanah itu sendiri, serta bagaimana pengelolaan tanah itu oleh manusia.

Pertambahan fosfor ke dalam tanah hanya bersumber dari defosit atau pelapukan batuan

dan mineral yang mengandung fosfat. Oleh karena itu kandungan fosfor di dalam tanah

hanya bersumber dan ditentukan oleh banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan

(23)

Umumnya, P sukar tercuci oleh air hujan ataupun air pengairan. Hal ini

disebabkan karena P bereaksi dengan ion lain dan membentuk senyawa yang tingkat

kelarutannya berkurang, sehingga mejadi senyawa yang tidak mudah tercuci. Bahkan

mungkin sebagian menjadi ion yang tidak tersedia untuk tanaman atau terfiksasi dengan

senyawa lain (Tan, 1995).

Unsur fosfor (P) diserap dalam bentuk H

2

PO

4-

, HPO

42-

, (PO

43-

) yang sumber

utamanya dari Ca-, Al-, Fe- fosfat dan kandungan di dalam tanah 0,01% - 0,1%

(Sutanto, 2005).

Ion fosfat yang diperuntukkan bagi tanaman tingkat tinggi sebagian besar

ditentukan oleh pH tanah. Jika pH tinggi, fosfor yang mudah larut ialah dalam bentuk

HPO

42-

. Kalau pH menurun menjadi sedikit sampai cukup asam, bentuk ion adalah

HPO

42-

dan H

2

PO

4-

. Sedangkan jika dalam keadaan sangat asam, sebagian besar fosfor

dalam bentuk H

2

PO

4-

. Dalam kedua bentuk ion itu, fosfat diabsorbsi (diserap) oleh

tanaman tingat tinggi. Perlu diterangkan bahwa bentuk P-organik yang larut tidak dapat

langsung digunakan sedikitpun oleh tanaman tingkat tinggi, tetapi harus mengalami

mineralisasi lebih dulu agar dapat digunakan (Buckman and Brady, 1982).

Adapun pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan hara fosfat di dalam

tanah melalui hasil pelapukannya yaitu asam-asam organik CO

2

. Asam-asam organik

seperti asam malonat, tartarat, humat, fulvik, akan menghasilkan anion organik.

Anion-anion organik ini dapat mengikat logam-logam seperti Al, Fe dan Ca ion-ion ini akan

bebas dari pengikatan logam tersebut sehingga tersedia di dalam larutan tanah. Proses

pengikatan logam seperti Al, Fe, Ca oleh senyawa asam-asam organic komplek disebut

(24)

Di dalam tubuh tanaman fosfor memberikan peranan yang penting dalam hal

beberapa kegiatan yaitu, (1) pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin. (2)

pembentukan bunga, buah dan biji. (3) kematangan tanaman melawan efek nitrogen. (4)

merangsang perkembangan akar. (5) meningkatkan kualitas hasil tanaman dan (6)

ketahanan terhadap hama dan penyakit (Damanik, dkk, 2010).

Di dalam metabolisme tanaman fosfor memegang peranan langsung sebagai

pembawa energi. Senyawa fosfor yang mempunyai energi tinggi dan mempunyai

potensi menyimpan dan melepaskan energi untuk proses meteabolisme di dalam

tanaman disebut Adenosin Tri Fosfat (ATP). Secara fisik ATP memegang peranan

dalam hal menghasilkan panas, cahaya dan gerak, secara kimia peranannya dapat dilihat

dalam proses fotosintesis dan respirasi (Tan, 1995).

Unsur Hara Kalium

Kadar kalium total di dalam tanah pada umumnya cukup tinggi, dan

diperkirakan mencapai 2.6% dari total berat tanah, tetapi kalium yang tersedia didalam

tanah cukup rendah. Pemupukan hara nitrogen dan fosfor dalam jumlah besar turut

besar turut memperbesar serapan kalium dari dalam tanah, ditambah lagi pencucian dan

erosi menyebabkan kehilangan kalium semakin besar (Musa, dkk, 2006).

Sumber kalium yang terdapat dalam tanah berasal dari pelapukan mineral yang

mengandung K. Mineral tersebut bila lapuk melepaskan K kelarutan tanah atau

terjerapan tanah dalam bentuk tertukar. Letak kalium dalam lempung umumnya dalam

permukaan dakhil (internal surface) yang sering diduduki oleh ion Mg

2+

, Fe

3+

, Al

4+

dan

molekul H

2

O. Perubahan mineral karena pelepasan K dari mika menjadi montmorilonit

(25)

Mika Hidratmik Illit Mineral Transisi Vermikulit/Montmorilonit

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Tanaman menyerap ion K

+

hasil pelapukan, pelepasan dari situs pertukaran

kation tanah dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam larutan tanah. Kadar

K-tukar tanah biasanya sekitar 0,5 – 0,6% dari total K tanah. K-larutan tanah ditambah

K-tukar merupakan K yang tersedia dalam tanah. Ketersediaan K terkait dengan reaksi

tanah dan status kejenuhan basa (KB). Pada pH dan kejenuhan basa yang rendah berarti

ketersediaan K juga rendah. Nilai kritis K adalah 0,10 me/100 gr tanah (setara 3,9

mg/100 gr) atau sekitar 2-3% jumlah basa tertukar (Hanafiah, 2005).

Kalium dapat bertambah kedalam tanah melalui berbagai sumber sisa tanaman,

hewan, pupuk kandang dan pelapukan mineral kalium. Pertambahan kalium dari sisa

tanaman dan hewan merupakan sumber yang penting dalam menjaga keseimbangan

kadar kalium di dalam tanah. Pertambahan dari mineral yang mengandung kalium

tergantung kepada beberapa faktor seperti jumlah mineral dan tingkat pelapukan

mineral (Damanik, dkk, 2010).

Kadar kalium tanah jauh lebih banyak daripada fosfor. masalah yang dijumpai

pada kalium ini adalah penyediaannya. Sebagian besar dari kalium tanah adalah berada

dalam mineral. Bentuk tersebut kurang tahan terhadap pengaruh air, terutama air yang

mengandung CO

2

. Kalium dalam tanah yang berasal dari mineral dapat dibebaskan

oleh pengaruh asam karbonat. Kalium yang dibebaskan melalui reaksi tersebut

diabsorbsi tanaman, hilang bersama air drainase atau diabsorbsi oleh koloid liat

(Hakim,dkk, 1986).

Unsur hara kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologi tanaman,

(26)

proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorbsi hara, pengaturan

pernafasan, transpirasi, kerja enzim dan berfungsi sebagai translokasi karbohidrat.

(Hakim,dkk, 1986).

Beberapa peran kalium yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:

1.

Translokasi (pemindahan) gula pada pembentukan pati dan protein.

2.

Membantu poses membuka dan menutup stomata (mulut daun).

3.

Efisiensi penggunaan air (ketahanan terhadap kekeringan).

4.

Memperluas pertumbuhan akar.

5.

Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit

tanaman.

6.

Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga, dan buah tidak mudah rontok.

7.

Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif.

(Novizan. 2002).

C-Organik

Karbon merupakan komponen utama dari bahan organik. Pengukuran

C-Organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui penggunaan

faktor koreksi tertentu. Faktor yang selama beberapa tahun ini digunakan adalah faktor

Van bemmelen yaitu 1.724 dan didasarkan pada asumsi bahwa bahan organik

mengandung 58 % karbon (Mukhlis, 2007).

Kandungan C-organik dalam tanah ditentukan dengan metode pembakaran

kering atau pembakaran basah. Pembakaran kering dilakukan dengan membakar contoh

tanah diatas furnance, kemudian mengukur CO

2

yang dilepaskan. Hasilnya secara

(27)

mengoksidasi dengan asam khromat dengan jumlah yang berlebihan, kemudian

dilakukan titrasi terhadap kelebihan oksidant tersebut (Hardjowigeno, 1993).

Tanaman mengambil unsur karbon berupa CO

2

dari udara bebas (atmosfer).

Kegiatan ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki klorofil, umumnya bagian

tanaman yang berwarna hijau dan terdapat diatas tanah. Klorofil mampu menyerap

energi cahaya (terutama sinar matahari) dan mengubahnya menjadi energi kimia

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Pada saat pelapukan bahan organik menurun, persediaan karbon dalam tanah

menipis dan jumlah jasad renik juga berkurang. Sehingga dapat disimpulkan C-organik

pada tanah menjadi sangat rendah (Hasibuan, 2009).

C- organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk

mendukung tanaman, sehingga jika kadar karbon dalam bahan organik tanah menurun,

kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.

Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang

umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang

karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak

yang jumlah maupun intensitasnya meningkat (Hakim, dkk, 1986).

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon yang

tinggi. Pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan produktivitas tanaman

dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan

penggunaan hara secara efisien. Selain itu juga perlu diperhatikan bahwa ketersediaan

hara bagi tanaman tergantung pada tipe bahan yang termineralisasi dan hubungan antara

karbon dan nutrisi lain (misalnya rasio antara C/N, C/P, dan C/S)

(28)

Penambahan bahan organik secara kontinyu pada tanah merupakan cara

pengelolaan yang murah dan mudah. Namun demikian, walaupun pemberian bahan

organik pada lahan pertanian telah banyak dilakukan, umumnya produksi tanaman

masih kurang optimal, karena rendahnya unsur hara yang disediakan dalam waktu

pendek, serta rendahnya tingkat sinkronisasi antara waktu pelepasan unsur hara dari

bahan organik dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara. Kualitas bahan

organik sangat menentukan kecepatan proses dekomposisi dan mineralisasi bahan

organik (Atmojo, 2003).

Bahan organik merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem

kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang

terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena

dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua

jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan

organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan

bahan organik yang stabil atau humus (Stevenson, 1994).

Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relatif sukar

didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak

menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik

yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui

pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan

karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di

dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein

(29)

Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun

biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik

terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut

(Stevenson, 1994):

1.

Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan

organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun

unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu

menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N

2

dengan cara menyediakan energi bagi

bakteri penambat N

2

, membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun

biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang

dari zona perakaran.

2.

Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah

terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.

Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.

4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.

5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam

tanah

6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah

7. Meningkatkan suhu tanah

(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten

Batubara dengan letak geografis 03.2250 – 03.2266 BT dan 99.4994 – 99.5024 LU pada

ketinggian tempat 0 – 18 m dpl (di atas permukaan laut).

Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan dilaksanakan pada bulan Juni 2010 –

selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian skala

1 : 50000, sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian, serta bahan – bahan kimia

untuk analisis tanah.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Position System),

bor tanah , kantong plastik berkapasitas 2 kg, kertas label, alat tulis, karet gelang, serta

alat-alat laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Grid Bebas

tingkat survei semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 1000 meter)

dan analisis data keadaan hara P- tersedia metode Bray II, K – tukar metode

(31)

Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun tahapan

kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1.

Persiapan.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan

konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengadaan

peralatan, pengadaan peta, studi literatur, dan penyusunan rencana kerja yang berguna

untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai

dengan yang diharapkan.

2.

Pelaksanaan.

Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan

orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat. Setelah survei

pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan utamanya

adalah pengambilan contoh tanah komposit.

Pelaksanaan pengambilan contoh tanah sebanyak 21 sampel dengan jarak 1000

meter dilapangan yang menggunakan metode acak tersebar pada jarak tertentu sesuai

dengan luasan yang telah ditentukan dengan berpedoman pada peta dasar. Kemudian

dilakukan pengambilan sampel tanah menggunakan bor tanah pada kedalaman 0 - 20

cm. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut, maka dicatat hasil pembacaan

(32)
[image:32.842.110.756.93.453.2]
(33)

Setelah diperoleh sampel tanah dari pengeboran, maka diambil +\- 2 Kg

untuk setiap contoh tanah dan dianalisis P- tersedia, dan K – tukar,

C- Organik.

Selama kegiatan pengambilan contoh tanah tersebut juga dilakukan

pengamatan dan pencatatan keadaan lingkungan areal penelitian seperti

penggunaan lahan.

3.

Analisis Laboratorium.

Sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian dianalisis di

laboratorium untuk mengetahui keadaan P- tersedia, K – tukar dan C-Organik

dalam tanah. Sebagai dasar untuk mengetahui tingkat penyebaran P-tersedia,

K-tukar dan C-organik dalam tanah pada areal tersebut, dilakukan analisis

laboratorium meliputi :

P- tersedia (ppm) dengan metoda Bray II.

K- tukar (me/100g) dengan metoda Ekstraksi 1 N NH

4

Oac pH 7.

C- Organik dengan metode Walkley and Black.

4.

Pengolahan Data.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial

menggunakan GIS (Geografic Information System). Out put analisis spasial

adalah cluster tingkat P- tersedia, K-Tukar dan C-Organik dalam tanah. Data yang

diperoleh dikelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat – sifat tanah yang

(34)

Pembuatan Peta Digital

Pembuatan peta digital diolah melalui program Map Info Profesional 7.8

dengan tahap sebagai berikut :

Dipilih lembar peta rupa bumi dengan daerah yang akan dibuat peta

digitalnya.

Lembar peta dalam bentuk hardcopy tersebut harus terlebih dahulu

di-scan sehingga menjadi citra raster (raster image) dan dibuka dengan

program Map Info Profesional 7.8.

Klik register untuk mengisi koordinat geografis pada peta tersebut.

Dibuat layer control untuk masing – masing atribut peta seperti titik

sampel, sungai, topografi, batas wilayah, dan jalan dari new table.

Untuk menggambar objek yang terdapat pada peta seperti jalan, batas

daerah studi, batas administrasi/wilayah dapat menggunakan digitasi garis,

polyline, dan polygon. Penggambaran objek sebaiknya dibuat pada

masing – masing layer dengan mengaktifkan masing – masing layer

dengan membuat status layer menjadi editable.

Pembuatan layout yang meliputi :

-

Pembuatan legenda peta.

-

Pengaturan kertas dan margin untuk pencetakkan peta.

-

Pembuatan orientasi peta.

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah

Menurut letak geografisnya, Desa Air Hitam terletak di Kecamatan Lima

Puluh Kabupaten Batubara yang berada pada posisi 03.2250 – 03.2266 BT dan

99.4994 – 99.5024 LU pada ketinggian tempat 0-18 meter dari permukaan laut.

Desa Air Hitam berbatasan dengan:

-

Batas sebelah utara

: Pematang Panjang

-

Batas sebelah selatan : Simpang Dolok

-

Batas Sebelah timur : Labuhan Ruku

-

Batas sebelah barat

: Pulo Sejuk

Berdasarkan data iklim selama 5 tahun (2005-2009) yang diterima dari

Badan Meteorologi dan Geofisika Sampali untuk Kecamatan Lima Puluh, maka

diperoleh data selama 5 tahun diperoleh dari hari hujan rata-rata sebesar 1828.8

[image:35.595.108.520.548.667.2]

mm/tahun, seperti yang terlihat pada Tabel 3:

Tabel 2. Data Curah Hujan Selama 5 Tahun

Tahun

Curah Hujan

(mm)

Jumlah

Bulan Kering

Jumlah

Bulan Basah

2005

1448

5

6

2006

2013

1

9

2007

1753

2

10

2008

1978

0

9

2009

1952

2

10

Total

1828.9

2

8.8

(36)

bulan basah dan bulan kering sebagai harga Q. Bulan basah terjadi jika curah

hujan >100 mm dan bulan kering bila curah hujan <60 mm, dituliskan dengan

rumus:

Q

= Rata – Rata Bulan Kering

Rata – Rata Bulan Basah

x 100%

Q

= 2

8.8

x 100% = 22.727%

Daerah penelitian termasuk tipe iklim B, dimana rata bulan kering 2 dan

rata-rata bulan basah 8.8 dengan harga Q terletak pada range 14.3<Q>33.3 dengan

golongan iklim basah.

Penggunaan lahan berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Pusat

Statistika (BPS, 2008) bahwa di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh jenis

tanaman utama yang ditemukan di daerah penelitian adalah tanaman padi sawah

seluas 1275 Ha. Selain padi sawah, terdapat juga tanaman semangka, jagung,

kedelai, kelapa, cabai, dan tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit.

P-Tersedia

Bentuk P yang tersedia dalam tanah yang dapat digunakan oleh tanaman

padi sawah adalah HPO

4-2

dan H

2

PO

4-

, yaitu jika keadaan larutan tanah mendekati

kemasaman netral (pH 6-7). Penggenangan pada tanah sawah menyebabkan pH

meningkat. Hardjowigeno dan Rayes (2005) menyatakan jika tanah digenangi

maka konsentrasi P-larut dalam air dan asam mula-mula meningkat sampai

mencapai puncak atau mendatar kemudian turun. P-larut dalam air yang terendah

terjadi pada tanah liat masam yang kaya Fe aktif dan puncak tertinggi pada tanah

(37)

Dari hasil analisis sampel tanah yang dapat dilihat pada Tabel 3,

kandungan unsur P – tersedia yang terendah terdapat pada sampel tanah ke-6 dan

ke-8 sebesar 4.722 ppm dan yang tertinggi pada sampel tanah ke-20 sebesar

[image:37.595.114.507.225.553.2]

16.69 ppm.

Tabel 3. Hasil Analisis Data P-Tersedia (Bray II)

Sampel

P-Tersedia (ppm)

Kriteria

1

9.285

Rendah

2

11.04

Rendah

3

6.76

Sangat Rendah

4

5.519

Sangat Rendah

5

5.025

Sangat Rendah

6

4.722

Sangat Rendah

7

6.57

Sangat Rendah

8

4.722

Sangat Rendah

9

7.727

Sangat Rendah

10

4.837

Sangat Rendah

11

6.767

Sangat Rendah

12

8.298

Rendah

13

8.455

Rendah

14

7.87

Sangat Rendah

15

6.882

Sangat Rendah

16

6.107

Sangat Rendah

17

11.124

Rendah

18

10.799

Rendah

19

5.519

Sangat Rendah

20

16.69

Sedang

21

5.79

Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah

(1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi

3 golongan status hara yakni sangat rendah, sedang, rendah, dan sedang. Data luas

(38)
[image:38.842.122.740.76.451.2]
(39)
[image:39.595.114.510.115.197.2]

Tabel 4. Data Luas Wilayah Berdasarkan Status Hara P – Tersedia

Status

Luas (Ha)

%

Sangat Rendah

978.96

76.7

Rendah

251.714

19.74

Sedang

40.326

3.56

Total

1275

100

Luas wilayah dengan status sangat rendah 978.960 Ha, rendah 251.714

Ha, dan sedang 40.326 Ha. Status sangat rendah memiliki luas wilayah yang

paling besar yakni 978.960 Ha dan yang paling kecil pada status sedang sebesar

40.236 Ha, seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Menurut peta status hara P – Tersedia pada Gambar 2 di atas, maka status

rendah sampai sangat rendah lebih dominan atau memiliki luasan yang lebih besar

daripada status sedang, berarti tanah pada lokasi penelitian tergolong memiliki

kandungan P – Tersedia yang rendah dan tidak berpotensi dalam penyediaan

unsur fosfat untuk kebutuhan tanaman. Ketersediaan fosfat dengan status hara

rendah dapat terjadi dimungkinkan karena fosfat dalam tanah terdapat dalam

bentuk yang tidak segera tersedia ataupun karena faktor pH, aerasi, temperatur,

bahan organik dan unsur mikro yang dapat mempengaruhi ketersediaan fosfat.

Pemberian pupuk yang relatif tinggi disertai dengan produksi yang tinggi

pada sawah irigasi dan sawah tadah hujan menyebabkan ketidakseimbangan hara

sebagai masalah yang serius. Hasibuan (2009) menyatakan, kendala dalam

ekosistem sawah yakni tanah lebih melapuk dan mudah tercuci, bereaksi masam,

kadar Al tinggi, maka terjadi kekurangan P dan hara lain sehingga dapat

menyebabkan turunnya produksi.

(40)

Yuwono (2002) menyatakan adanya pertambahan fosfor ke dalam tanah hanya

bersumber dari defosit atau pelapukan batuan dan mineral yang mengandung

fosfat.

K-Tukar

Tanaman padi menyerap unsur kalium dalam bentuk ion K

+

didalam

larutan tanah. Kalium dalam tanah, ditemukan dalam mineral-mineral yang

terlapuk dan melepas ion-ion kalium. Ion-ion diadsorpsi pada kation tertukar dan

cepat tersedia untuk diserap tanaman padi. K dalam larutan tanah berada dalam

[image:40.595.118.509.373.704.2]

keseimbangan dengan K yang dapat dipertukarkan.

Tabel 5. Hasil Analisis Data K-Tukar (NH

4

OAc pH 7)

Sampel

K-Tukar(me/100g)

Kriteria

1

0.387

Sedang

2

0.35

Sedang

3

0.841

Tinggi

4

0.566

Tinggi

5

0.494

Sedang

6

0.552

Tinggi

7

0.586

Tinggi

8

0.709

Tinggi

9

0.539

Tinggi

10

0.559

Tinggi

11

0.605

Tinggi

12

0.727

Tinggi

13

0.609

Tinggi

14

0.579

Tinggi

15

0.462

Sedang

16

0.537

Tinggi

17

0.61

Tinggi

18

0.834

Tinggi

19

0.743

Tinggi

20

0.677

Tinggi

(41)

Dari hasil analisis sampel tanah sawah untuk unsur K – Tukar

pada Tabel 5, maka dapat ditentukan bahwa nilai K – Tukar (me/100 g) yang

paling rendah terdapat pada pengambilan sampel ke – 2 sebesar 0.35 me/100 g

dan yang paling tinggi terdapat pada sampel ke – 3 sebesar 0.841 me/100 g.

Menurut kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan

(1982), maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 2 golongan status hara,

yakni status sedang dan status tinggi. Adapun pembagian luas wilayah dari kedua

[image:41.595.116.526.333.404.2]

status tersebut, disajikan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 6. Data Luas Wilayah Berdasarkan Status Hara K – Tukar

Status

Luas(Ha)

%

Sedang

265.555

20.82

Tinggi

1009.445

79.18

Total

1275

100

Dari data luas status hara K – Tukar di atas, maka wilayah tersebut dapat

digolongkan menjadi 2 kriteria, yakni status sedang dengan luas wilayah 265.555

Ha atau 20.82 % dari total luas wilayah. Sedangkan status tinggi memiliki luas

wilayah 1009.445 Ha atau 79.18 % dari total luas wilayah. Dapat disimpulkan

bahwa kandungan (jumlah) unsur kalium yang dapat dipertukarkan secara umum

pada wilayah Desa Air Hitam adalah tinggi.

Dapat dilihat dari peta wilayah status hara diperoleh nilai K-tukar didalam

tanah sawah dominan tinggi. Ini menunjukkan bahwa K-tukar yang tersedia di

dalam larutan tanah ataupun kation tertukar sangat melimpah. Menurut Hakim,dkk

(1986) kadar kalium tanah jauh lebih banyak daripada fosfor. masalah yang

(42)

terutama air yang mengandung CO

2

. Kalium dalam tanah yang berasal dari

mineral dapat dibebaskan oleh pengaruh asam karbonat.

Meningkatnya kadar kalium didalam tanah menurut Damanik, dkk (2010)

dapat melalui berbagai sumber, yaitu sisa tanaman, hewan, pupuk kandang dan

pelapukan mineral kalium. Pertambahan kalium dari sisa tanaman dan hewan

merupakan sumber yang penting dalam menjaga keseimbangan kadar kalium di

dalam tanah. Sedangkan pertambahan dari mineral yang mengandung kalium

tergantung kepada beberapa faktor seperti jumlah mineral dan tingkat pelapukan

mineral.

Kebutuhan tanaman akan kalium cukup tinggi dan pengaruhnya banyak

hubungannya dengan pertumbuhan tanaman yang sehat. Novizan (2002)

menambahkan peran kalium yang perlu diketahui adalah membantu proses

translokasi pada pembentukan pati, membuka dan menutupnya stomata, efisiensi

penggunaan air, memperluas pertumbuhan akar, meningkatkan ketahanan

tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, memperkuat tubuh tanaman dan

(43)
[image:43.842.137.749.87.469.2]
(44)

C-Organik

Karbon penting sebagai bahan pembangun bahan organik, karena sebagian besar

bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik. Karbon organik terbentuk bila

karbohidrat ditambahkan ke tanah dan diinkubasikan secara anaerobik. Biasanya

kandungan karbon dalam bahan organik relatif konstan sekitar 40-50%

Dari hasil analisis contoh tanah yang dapat dilihat pada Tabel 7, kandungan

Karbon Organik yang terendah terdapat pada sampel tanah ke-19 sebesar 0.237 % dan

[image:44.595.88.487.340.679.2]

yang tertinggi pada sampel tanah ke-12 sebesar 2.564 %.

Tabel 7. Hasil Analisis Data C-Organik (Walkley and Black)

Sampel

C-Organik (%)

Kriteria

1

1.092

Rendah

2

0.443

Sangat Rendah

3

1.885

Rendah

4

1.07

Sangat Rendah

5

0.529

Sangat Rendah

6

0.397

Sangat Rendah

7

0.181

Sangat Rendah

8

0.277

Sangat Rendah

9

0.949

Sangat Rendah

10

0.503

Sangat Rendah

11

0.607

Sangat Rendah

12

2.564

Sedang

13

0.203

Sangat Rendah

14

1.474

Rendah

15

0.149

Sangat Rendah

16

2.413

Sedang

17

0.699

Sangat Rendah

18

0.806

Sangat Rendah

19

0.237

Sangat Rendah

20

0.501

Sangat Rendah

(45)
[image:45.842.116.737.85.465.2]
(46)

Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah

(1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 3

golongan status hara yakni sangat rendah, rendah, dan sedang. Data luas wilayah untuk

[image:46.595.82.484.225.299.2]

status hara C-Organik disajikan pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8. Data Luas Berdasarkan Wilayah Status Hara C-Organik

Status

Luas (Ha)

%

Sangat Rendah

809.106

63.46

Rendah

347.181

27.22

sedang

118.931

9.32

total

1275

100

Status sangat rendah dengan luas wilayah 809.106 Ha atau 63.46 % dari total luas

wilayah. Sedangkan status rendah memiliki luas wilayah 347.181 Ha atau 27.22 % dari

total luas wilayah dan status sedang 118.931 Ha atau 9.32% dari total luas wilayah.

Dapat disimpulkan bahwa kandungan C-Organik secara umum pada wilayah Desa Air

Hitam adalah rendah sampai sangat rendah.

Hara dengan status rendah sampai sangat rendah lebih dominan terlihat pada

peta status hara C-Organik daripada dengan status sedang. Rendahnya karbon organik

pada tanah sawah di wilayah Desa Air Hitam karena petani lebih tertarik membakar sisa

jerami setiap selesai panen. Akibat yang ditimbulkan adalah lahan menderita

kekurangan bahan organik. Hal ini sesuai literatur Suriadikarta dan Adimihardja (2001),

pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa dilakukan

petani dinilai sangat merugikan karena banyak unsur hara yang hilang, salah satunya

(47)

Selain itu jumlah bahan organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% jika

tanah ditanami secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami

atau belum dijamah. Untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak

menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap tahunnya. Menurut

Atmojo (2003) penambahan bahan organik secara kontinyu pada tanah merupakan cara

pengelolaan yang murah dan mudah. Namun demikian, walaupun pemberian bahan

organik pada lahan pertanian telah banyak dilakukan, umumnya produksi tanaman

masih kurang optimal, karena rendahnya unsur hara yang disediakan dalam waktu

pendek, serta rendahnya tingkat sinkronisasi antara waktu pelepasan unsur hara dari

bahan organik dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara.

Menurunnya kadar C-organik di dalam tanah merupakan salah satu bentuk

kerusakan tanah yang umum terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hakim, dkk

(1986), karena C- organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah

untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar C-organik tanah menurun, kemampuan

tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.

Untuk meningkatkan penyediaan hara karbon bagi tanaman dapat dilakukan

dengan memperkaya organisme tanah dengan jalan menyediakan penutup tanah

organik yang cukup, menambah bahan organik ke dalam tanah, memelihara drainase

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.

P-Tersedia tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten

Batubara digolongkan menjadi 3 status hara:

Sangat rendah 978.960 Ha (76.7%), rendah 251.714 Ha (19.74%) dan sedang

40.326 Ha (3.56%).

2.

K-Tukar tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten

Batubara digolongka n menjadi 2 status hara:

Sedang 265.555Ha (20.82%) dan Tinggi 1009.445Ha (79.18%).

3.

C-Organik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten

Batubara digolongkan menjadi 3 status hara:

Sangat Rendah 809.106Ha (63.46%), Rendah 347.181Ha (27.22%) dan Sedang

118.931Ha (9.32%).

Saran

Perlu dilakukan analisis unsur hara makro seperti unsur hara N, Ca dan unsur

hara mikro seperti unsur hara Zn, Si untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah lahan

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T.S.1996. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Abdulrachman. S., A. Karim dan M. Irsal Las. 2003. Kajian Kebutuhan Pupuk NPK

pada Padi Sawah melalui Petak Omisi di Wilayah Pengembangan PTT. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Agus. F.,A. Adimihardja., S. Hardjowigeno. A. M. Fagi., dan W. Hartatik. 2004. Tanah

Sawah dan Pengelolaanya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Bogor.

Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya

Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Diucapkan di muka Sidang Senat

Terbuka Universitas Sebelas Maret Surakarta pada Tanggal 4 Januari 2003.

Buckman, H.O and N.C Brady.1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhrata Karya

Persada. Jakarta.

Damanik M.M., B. E Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin dan H. Hanum, 2010. Kesuburan

Tanah dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan

Delgado, J. A. and R. F. Follett. 2002. Carbon and Nutrient Cycles. J. Soil and Water

Conserv.

Dinas Pertanian. 2008. Pedoman Pertanian Organik.

Foth, H.D.1994. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E.D Purbayanti., D.R Lukiwati.,

R.Trimulatsih. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hakim. N., Nyakpa. Y. M., A.M. Lubis., Nugroho., M.R. Saul., M.A. Diha., G.B.

Hong., dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung

Press. Bandar Lampung.

Hanafiah, K.A.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno. S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo,

Jakarta.

Hardjowigeno. S dan L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia. Malang.

(50)

Hasibuan, B. E. 2009. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Musa, L., Mukhlis, dan A. Rauf. 2006. Dasar Ilmu Tanah. Departemen Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Tanggerang.

Ponnamperuma, F. A. 1985. Straw as Source of Plant Nutrients for Wetland Rice. Pp.

117-136 in Organic Matter and Rice. Inter. Rice Res. Inst. Los Banos.

Philippines.

Rayes, M.L.2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penebit Andi.

Yogyakarta.

Rosmarkam, A., dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,

Yoggyakarta

Rossister, D.G., 2000 didalam Rayes, M.L.2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya

Lahan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. 2th ed.

John Wiley & Sons, Inc. New York.

Subardja, D.2000. Perkembangan Metode Survei Tanah dan Evaluasi Lahan di

Indonesia. Prosiding Kongres Nasional VII HITI. Buku I : 123-134.

Sutanto, R.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius.

Yogyakarta.

Suriadikarta, D.A., dan Adimihardja A. 2001, Penggunaan Pupuk Dalam Rangka

Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah, Jurnal Litbang Pertanian 20 (4), Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanah dan agroklimat, Bogor.

(51)

Lampiran 1. Titik Koordinat Pengambilan Sampel Tanah

SAMPEL

BT

UTM_X

LU

UTM_Y

1 3.22716 356485 99.5007 554780

2 3.22266 356821 99.5086 556109

3 3.21586 355685 99.5081 554655

4 3.2165 356294 99.5006 555512

5 3.1972 353301 99.5017 555882

6 3.20102 354340 99.5098 556436

7 3.20411 355220 99.5101 557546

8 3.19923 354411 99.5086 557367

9 3.19627 352750 99.5088 557107

10 3.19866 353515 99.5262 557632

11 3.20333 355083 99.5262 558234

12 3.20097 354438 99.5269 558135

13 3.19747 352498 99.5038 556385

14 3.21822 355510 99.5092 556787

15 3.19747 353434 99.5083 556474

16 3.21444 355310 99.5076 555245

17 3.20933 355912 99.5041 553945

18 3.20433 354821 99.5013 554423

19 3.20016 354719 99.4987 555701

20 3.19713 352575 99.4958 555649

(52)

Lampiran 2. Kriteria Penilaian Sifat – Sifat Tanah

Menurut : 1. Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983

2. BPP Medan, 1982

Sifat Tanah

Satuan

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

C-Organik

%

< 1,00

1,00 – 2,00

2,01 – 3,00

3,01 – 5,00

> 5,01

P-avl Bray II

ppm

< 8,00

8 – 15

16 - 25

26 – 35

> 35

(53)

Lampiran 3. Prosedur Analisis P-Tersedia Tanah Metode Bray II

-

Ditimbang 2 gram contoh tanah dan tempatkan pada gelas Erlenmeyer 250 cc.

-

Ditambahkan larutan Bray II sebanyak 20 mL, dan digoncang pada shaker selama

30 menit.

-

Disaring dengan kertas Whatman no.42.

-

Dipipet filtrate sebanyak 5 mL dan tempatkan pada tabung reaksi.

-

Ditambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 mL dan dibiarkan selama 5 menit.

-

Ukur transmittan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm.

-

Pada saat yang bersamaan pipet juga masing-masing 5 mL larutan standar P

0-0,5-1,0-2,0-3,0-4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10

mL pereaksi fosfat B.

-

Diukur transmitan standar pada spectronic dengan panjang gelombang yang sama

yaitu 660 nm.

Perhitungan:

Nilai Absorben= -log transmitan / 100

Buat kurva standar P(0-5 ppm P) sebagai sumbu X dan nilai Absorben sebagai sumbu

Y. Konsentrasi P-larutan ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai absorben dari

sampel ke kurva standar.

(Kurva Standard an interpolasi dapat dilakukan secara mudah dengan menggunakan

Kalkulator pakai program LR).

Pavl (ppm) = P larut x 20/2 x Faktor Pengencer.

Lampiran 4. Prosedur Analisis K-Tukar Tanah Metode NH

4

OAc pH 7

-

Dimasukkan sedikit serat fiber ke dasar tabung perkolasi dan sedikit pasir kuarsa

yang kering.

-

Ditimbang 2,5 gram contoh tanah dan ditempatkan ke tabung perkolasi.

-

Ditambahkan 50 mL larutan CH

3

COONH

4

1 N pH 7

-

Hasil perkolasi (perkolat) ditampung pada Erlenmeyer.

-

Diukur absorben perkolat pada Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

-

Diukur juga larutan standar K dengan konsentrasi 0-10-20-30 dan 40 ppm K pada

Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

Perhitungan.

Kadar K-Larutan ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai absorben sampel ke kurva

standar.

(54)

Lampiran 5. Prosedur Analisis C-Organik Tanah Metode Walkley & Black

-

Ditimbang 0,1 gr tanah, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 cc.

-

Ditambahkan 5 mL K

2

Cr

2

O

7

1 N lalu goncang dengan tangan.

-

Ditambahkan 10 mL H

2

SO

4

pekat, kemudian goncang 3-4 menit, selanjutnya

diamkan selama 30 menit.

-

Ditambahkan 100mL air suling dan 5 mL H

2

PO

4

85%, NaF 4% 2,5, kemudian

tambahkan 5 tetes diphenilamine, goncang, larutan berwarna biru kehijauan

kotor.

-

Titrasikan dengan Fe (NH

4

)2 (SO

4

)

2

0,5 N dari buret hingga warna menjadi

berubah menjadi hijau terang.

-

Lakukan kerja No. 2 s.d 5 (tanpa tanah) untuk mendapatkan vol. titrasi

Fe (NH

4

)2 (SO

4

)

2

0,5 N untuk blanko.

Perhitungan:

Corganik = 5 {1 – T/S } x 0,003 x 1 / 0,77 x 100 / BCT

Dimana:

T

: Vol. Titrasi Fe (NH

4

)2 (SO

4

)

2

0,5 N dengan tanah.

S

: Vol. Titrasi Fe (NH

4

)2 (SO

4

)

2

0,5 N blanko (tanpa tanah)

0.003 : 1 mL K

2

Cr

2

O

7

1 N + H

2

SO

4

mampu mengoksidasi 0,003 gram C-Organik

Gambar

Gambaran umum tentang sebaran tanah di tingkat
Gambar 1. Peta Pengambilan Sampel Tanah
Tabel 2. Data Curah Hujan Selama 5 Tahun
Tabel 3. Hasil Analisis Data P-Tersedia (Bray II)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan limbah kopi sebagai dasar pembuatan fluorescent carbon nanoparticles (F-CNPs) melalui oksidasi soot dengan HNO 3 encer telah dilakukan.. Soot diperoleh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi kepemimpinan yang dilakukan oleh Kepala UPT Puskesmas Ciawi dilaksanakan dengan cukup baik, diperoleh hasil penilaian

Untuk mengetahui apakah F-CNPs dari soot limbah kopi memiliki karakteristik yang sesuai untuk potensi aplikasi yang dapat dimanfaatkan..

Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Sanjaya Ngawen Gunungkidul, ditemukan bahwa minat pada kelas tersebut masih kurang, terbukti

Berdasarkan Koefisien korelasi antara disiplin kendaraan bermotor dengan keselamatan berlalu lintas sebesar 0,513 intepretasi cukup kuat, dan arah positif

Asam yang teroksidasi kuat sangatlah penting dalam proses pelarutan partikel besar agregat karbon di dalam soot ; kemudian asam akan bereaksi dengan koloid untuk

Begitu banyak kesalahan atau penyimpangan dalam pemakaian berbahasa Indonesia.Termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku

The SIFT (Lowe, 2004) algorithm was applied for searching for and matching the tie points. This algorithm was implemented in the OpenCV function library, with default