SURVEI DAN PEMETAAN STATUS HARA P-TERSEDIA, K-TUKAR DAN
C-ORGANIK TANAH SAWAH DESA AIR HITAM
KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA
SKRIPSI
OLEH
RUTH TRISNA M. MANGUNSONG
060303012 / TNH
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SURVEI DAN PEMETAAN STATUS HARA P-TERSEDIA, K-TUKAR DAN
C-ORGANIK TANAH SAWAH DESA AIR HITAM
KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA
SKRIPSI
OLEH
RUTH TRISNA M. MANGUNSONG
060303012 / TNH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi
: Survei dan Pemetaan Status Hara P-Tersedia, K-Tukar
dan C-Organik Tanah Sawah Desa Air Hitam Kecamatan
Lima Puluh Kabupaten Batubara.
Nama
: Ruth Trisna M. Mangunsong
NIM
: 060303012
Departeman
: Ilmu Tanah
Program Studi
: Klasifikasi dan Evaluasi Lahan
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Prof. Ir Zulkifli Nasution, MSc, PhD.
Jamilah., SP. MP.
Ketua
Anggota
Mengetahui
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.
Ketua Departemen Ilmu Tanah
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melakukan survei dan pemetaan status hara P-Tersedia,
K-Tukar, dan C-Organik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Yang dimulai pada bulan
Juni hingga Desember 2010. Metode yang digunakan adalah Survei Grid Bebas tingkat
survei semi detail dan analisis data hara P – tersedia metode Bray II, K – Tukar metode
NH
4OAc pH 7 dan C – Organik metode Walkley & Black serta menginterpretasikan
dalam peta status hara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-Tersedia digolongkan dalam 3 status
hara, yakni sangat rendah (978.960 Ha), rendah (251.714 Ha), Sedang (40.326 Ha).
K-Tukar digolongkan dalam 2 status hara, yakni sedang (265.555 Ha), tinggi (1009.445
Ha). C-Organik digolongkan dalam 3 status hara, yakni sangat rendah (809.106 Ha),
rendah (347.181 Ha) dan sedang (118.931 Ha).
ABSTRACT
The research is aims to survey and mapping of nutrient status available
phosphate, exchangeable potassium and organic carbon in Air Hitam Village
Lima Puluh District Batubara Regency. This research was conducted at the Laboratory
of Chemistry and Soil Fertility Faculty of Agriculture, University of North Sumatra,
Medan. Which began ini June to December 2010. The method used is
Grid Survey Free semi-detailed level survey, and analysis of nutrient data
phosphate available Bray II method, exchangeable potassium NH
4OAc method, organic
carbon Walkley & Black method and then interpret to the map nutrient status.
The result of research showing that status available phosphate devided by 3
status
such
as,
very
low
(978.960
ha),
low
(251.714
ha),
medium
(40.326 Ha). Exchangeable potassium classified in 2 nutrient status such us medium
(265.555 Ha), high (1009.445 Ha). Organic carbon classified in 3 nutrient status such us
very low (809.106 ha), low (347.181 ha) and medium (118.931 ha).
Keywords:
Soil Survey, Mapping Nutrient Status, Grid Survey Free semi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 10 April 1988, merupakan putri ketiga
dari lima bersaudara, pasangan Ayahanda E. Simangunsong, SH dan Ibunda Dra. S.M
Sibuea.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah :
-
SD Swasta Santo Thomas 2 Medan lulus pada tahun 2000
-
SMP Negeri 19 Medan lulus pada tahun 2003
-
SMA Negeri 3 Medan lulus pada tahun 2006
-
Masuk USU pada tahun 2006 melalui jalur SPMB di Fakultas Pertanian,
Departemen Ilmu Tanah dengan minat studi Klasifikasi dan Evaluasi Lahan.
Adapun kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis selama masa perkuliahan
adalah :
-
Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
-
Asisten Genesis dan Morfologi Tanah pada tahun 2009.
-
Asisten Klasifikasi dan Taksonomi Tanah pada tahun 2010.
-
Asisten Pedologi Regional Tanah pada tahun 2010.
-
Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli 2009 di PTP.
Nusantara III (Persero) Kebun Sei Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli
Serdang.
-
Penulis melakukan penelitian di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah Survei dan Pemetaan Status Hara
P-Tersedia, K-Tukar dan C-Organik Tanah Sawah Desa Air Hitam Kecamatan
LimaPuluh Kabupaten Batubara sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar
sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Prof. Ir Zulkifli Nasution, MSc, PhD. dan Jamilah., SP. MP., selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.
Medan, Desember 2010
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... . ... i
ABSTRACT
... . ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... . ... iii
KATA PENGANTAR ... . ...iv
DAFTAR ISI. ... v
DAFTAR TABEL. ...vi
DAFTAR GAMBAR. ... vii
DAFTAR LAMPIRAN. ... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah ... 4
Tanah Sawah ... 7
Unsur Hara Fosfat ... 9
Unsur Hara Kalium ... 12
C-Organik ... 14
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu ... 18
Bahan dan Alat ... 18
Metode Penelitian ... 18
Pelaksanaan Penelitian. ... 19
Pembuatan Peta Digital. ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah. ... 24
P-Tersedia. ... 25
K-Tukar... 30
C-Organik ... 34
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 38
Saran ... 38
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul
Halaman
1.
Macam-macam Peta Tanah berdasarkan Skala Peta ... 6
2. Data Curah Hujan Selama 5 Tahun ... 24
3. Hasil Analisis Data P – Tersedia (Bray II)...26
4. Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia ... 28
5. Hasil Analisis Data K-Tukar (NH
4OAc pH 7)………....29
6. Data Luas Wilayah Status Hara K – Tukar ... 30
7. Hasil Analisa Data C-Organik (Walkley and Black)...33
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul
Halaman
1.
Peta Pengambilan Sampel Tanah ... 20
2. Peta Status Hara P-Tersedia ... 27
3. Peta Status Hara K-Tukar ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Titik Koordinat Pengambilan Sampel Tanah...40
Lampiran 2. Kriteria Penilaian Sifat – Sifat Tanah………...41
Lampiran 3. Prosedur Analisis P-Tersedia Tanah Metode Bray II…………...42
Lampiran 4. Prosedur Analisis K-Tukar Tanah Metode NH
4OAc pH …………42
Lampiran 5. Prosedur Analisis C-Organik Tanah
Metode Walkley & Black………...43
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melakukan survei dan pemetaan status hara P-Tersedia,
K-Tukar, dan C-Organik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Yang dimulai pada bulan
Juni hingga Desember 2010. Metode yang digunakan adalah Survei Grid Bebas tingkat
survei semi detail dan analisis data hara P – tersedia metode Bray II, K – Tukar metode
NH
4OAc pH 7 dan C – Organik metode Walkley & Black serta menginterpretasikan
dalam peta status hara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-Tersedia digolongkan dalam 3 status
hara, yakni sangat rendah (978.960 Ha), rendah (251.714 Ha), Sedang (40.326 Ha).
K-Tukar digolongkan dalam 2 status hara, yakni sedang (265.555 Ha), tinggi (1009.445
Ha). C-Organik digolongkan dalam 3 status hara, yakni sangat rendah (809.106 Ha),
rendah (347.181 Ha) dan sedang (118.931 Ha).
ABSTRACT
The research is aims to survey and mapping of nutrient status available
phosphate, exchangeable potassium and organic carbon in Air Hitam Village
Lima Puluh District Batubara Regency. This research was conducted at the Laboratory
of Chemistry and Soil Fertility Faculty of Agriculture, University of North Sumatra,
Medan. Which began ini June to December 2010. The method used is
Grid Survey Free semi-detailed level survey, and analysis of nutrient data
phosphate available Bray II method, exchangeable potassium NH
4OAc method, organic
carbon Walkley & Black method and then interpret to the map nutrient status.
The result of research showing that status available phosphate devided by 3
status
such
as,
very
low
(978.960
ha),
low
(251.714
ha),
medium
(40.326 Ha). Exchangeable potassium classified in 2 nutrient status such us medium
(265.555 Ha), high (1009.445 Ha). Organic carbon classified in 3 nutrient status such us
very low (809.106 ha), low (347.181 ha) and medium (118.931 ha).
Keywords:
Soil Survey, Mapping Nutrient Status, Grid Survey Free semi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan
potensi sumber daya alam adalah dalam bentuk survei. Hasil dari kegiatan survei adalah
peta tanah, yang merupakan salah satu dokumen utama sebagai dasar dalam
proyek-proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari
pelaksanaan survei, maka akan memberi manfaat yang besar dan sesuai dengan tujuan
pelaksanaan survei yang dilakukan.
Penelitian tentang tanah sawah di Indonesia masih terbatas dengan informasi
yang bersifat sepotong - sepotong dan sebagian besar berkenaan dengan masalah
agronominya. Kajian pertama tentang morfologi tanah sawah di Indonesia dilakukan
oleh Koenigs (1950) pada Latosol di daerah Bogor. Pengetahuan tentang penyebaran
dan keragaman sifat tanah sawah diperoleh melalui survei tanah tinjau, semidetail, dan
detail yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Tanah sawah di Indonesia saat ini umumnya ditemukan pada tanah yang cukup
baik di daerah datar maupun perbukitan yang diteraskan. Menurut data yang
dikemukakan oleh Biro Pusat Statistika (BPS, 2008), luas lahan sawah di Indonesia
pada tahun 2008 adalah 5.600.000 ha, dan Sumatera Utara memiliki bagian luas lahan
sawah irigasi 498.467 ha.
Pupuk merupakan salah satu sarana yang sangat penting untuk meningkatkan
produksi pertanian. Rekomendasi pemupukan padi sawah yang berlaku sekarang
tanah dan kemampuan tanaman menyerap hara. Sementara diketahui bahwa status hara
fosfat, kalium dan karbon lahan sawah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.
Desa Air Hitam terletak di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara yang
memiliki luas ± 2051 Ha, dan luas lahan sawah irigasinya 1275 Ha. Secara geografis
lokasi ini terletak pada 03.2250 – 03.2266 BT dan 99.4994 – 99.5024 LU. Umumnya
komoditi yang terdapat di desa Air Hitam ini adalah padi sawah, dan mempunyai
rata-rata produksi 200kg / rante.
Dari data produksi padi sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara, belum memberikan produksi yang optimum bagi masyarakat
petani. Ini disebabkan pemupukan yang dilakukan petani kurang efektif, karena para
petani tidak mengetahui status hara yang sebenarnya pada setiap lokasi di Desa Air
Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Untuk menerapkan manajemen
pemupukan yang baik diperlukan peta status hara untuk membantu dalam penentuan
kualitas tanah dan rekomendasi pemupukan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan survei dan pemetaan
P-tersedia, K-tukar dan C-organik tanah di desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara untuk penggunaan lebih lanjut bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan survei dan pemetaan status
hara P- Tersedia, K – Tukar, C - Organik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan
Kegunaan Penelitian
-
Peta status hara ini diharapkan berguna sebagai acuan dalam pengelolaan lahan
di Desa Air Hitam Kecamatan Limapuluh Kabupaten Batubara.
-
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah
Survei tanah adalah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu daerah,
mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot batas tanah pada peta
dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Perbedaan penggunaan tanah dan bagaimana
tanggapan pengelolaan mempengaruhi tanah itulah yang terutama perlu diperhatikan
(dalam merencanakan dan melakukan survei tanah). Informasi yang dikumpulkan dalam
survei tanah membantu pengembangan rencana penggunaan lahan dan sekaligus
mengevaluasi dan memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan
(Rayes, 2007).
Adapun tujuan dari survei tanah itu sendiri adalah untuk memberikan atau
menyediakan informasi kepada pemakai tentang tanah, bentuk wilayah dan keadaan lain
yang perlu diperhatikan, Untuk menyediakan informasi yang akan membantu
pengambilan keputusan tentang penggunaan lahan dan rencana pengembangan wilayah
yang disurvei (Hakim, dkk, 1986).
Menurut Rayes (2007) dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu
metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), metode fisiografi dengan
bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas
yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survey. Biasanya dalam
metode grid bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik pengamatan dalam
mengkonfirmasi secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan
Rossiter (2000) mengemukakan bahwa disiplin survei sumber daya lahan kini
memasuki era baru karena munculnya teknologi dan metode baru sebagai berikut :
1.
Satelit penginderaan jauh (Yang dalam waktu dekat hampir sama detailnya
dengan foto udara) yang sangat bermanfaat untuk persiapan peta dasar dan klasifikasi
tutupan lahan.
2.
GPS (Global Positioning System) yang sangat bermanfaat untuk menentukan
lokasi secara akurat, mampu menemukan teknologi pemetaan bawah permukaan, seta
berkembangnya model elevasi digital (DEM) untuk memprediksi karakteristik medan.
3.
Geostatistik dan teknik interpolasi lainnya.
4.
Sistem infomasi geografis (SIG) untuk penyimpanan, transformasi, analisis dan
pencetakan peta.
Dengan teknologi ini, umumnya tutupan tanah (maupun sumber daya lahan lainnya)
dipersepsikan sebagai bidang spasial (yaitu dengan menentukan nilai pada masing –
masing titik sehingga secara kontiniu terjadi keragaman dalam ruang) yang berbeda
dengan satuan peta yang digunakan dalam survei tradisional. (Rayes, 2007).
Survei dan pemetaan tanah tidak hanya dapat memberikan gambaran tentang
macam tanah yang dijumpai, tetapi harus dapat menggambarkan secara tepat dimana
tanah tersebut dijumpai. Hal ini tidak berarti bahwa tanah yang dijumpai haruslah
homogen, melainkan harus dapat menggambarkan bahwa pada suatu polygon yang
dicantumkan dalam satuan peta tanah dapat diketahui satuan tanah utama (yang
Berdasarkan tujuannya (yang akan menentukan intensitas pengamatan), survei
tanah dibedakan atas 6 macam, yaitu peta tanah bagan, eksplorasi, tinjau, semi-detail,
detail dan sangat detail (tabel 1). Masing –masing peta tersebut memiliki skala peta
yang berbeda-beda (Hakim, dkk, 1986).
Tabel 1. Macam-macam Peta Tanah berdasarkan Skala Peta
MacamPeta
Skala Luas tiap 1
cm2 pd peta
Kerapatan pengamatan
rata-rata
Satuan peta dan Satuan tanah
Contoh penggunaan
Kisaran Umumnya
Bagan ≤ 1:2.500.000 1:2.500.000 625 km2 Dihimpun dari data
peta yang ada (studi pustaka)
Assosiasi dan beberapa
konsosiasi: ordo, sub-ordo
Gambaran umum tentang sebaran tanah di tingkat nasional; materi pendidikan.
Eksplorasi 1:1.000.000 s/d 1:500.000
1:1.000.000 100 km2 atau kurang
Dihimpun dari data peta yang ada (studi pustaka) Assosiasi dan beberapa konsosiasi: grup dan sub-grup Perencanaan tingkat nasional, untuk menentukan penelitian secara terarah, materi pendidikan .
Tinjau 1:500.000 s/d 1:200.000 1:250.000 1:100.000 625 Ha 100 Ha
1 tiap 12,5km2 1 tiap 2km2
Assosiasi dan beberapa
konsosiasi: sub-grup dan family
Perencanaan
pembangunan makro di tkt regional dan provinsi; Penyusunan tata ruang wilayah provinsi, Penyusunan penggunaan lahan secara nasional;
Penentuan lokasi wilayaah prioritas utk dikembangkan
Semi- detail 1:100.000 s/d 1:25.000
1:50.000 25 Ha 1 tiap 50 Ha Konsosiasi
beberapa komplek dan asosiasi, family / seri.
Penyusunan peta tata ruang wilayah kabupaten / kota;
Perencanaan mikro untuk proyek-proyek pertanian, perkebunan, transmigrasi, perencanaan dan perluasan jaringan irigasi. Detail 1:25.000
s/d 1:10.000
1:25.000 1:20.000 1:10.000
6, 25 Ha 5 Ha 1 Ha
1 tiap 12,5 Ha 1 tiap 8 Ha 1 tiap 2 Ha
Konsosiasi beberapa komplek: Fase dari family dan seri.
Perencanaan mikro dan operasional proyek-proyek pengembangan tkt kabupaten atau kecamatan, transmigrasi, perencanaan dan perluasan jaringan irigasi sekunder dan tertier. Sangat Detail ≥
1:10.000
1:5.000 0,25 Ha Konsosiasi, fase dari seri
Perencanaan dan pengolahan lahan di tkt petani, penyusunan rancangan usaha tani konservasi;
Tanah Sawah
Sawah merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan yang sangat strategis
karena lahan tersebut merupakan sumber daya utama untuk memproduksi padi/beras,
yang merupakan pangan pokok utama bagi Indonesia. Dengan demikian, sawah
merupakan sumber daya utama bagi pemantapan ketahanan pangan dan pertumbuhan
ekonomi nasional (Abdullah, 1996) .
Menurut Deptan (2008), padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah
tergenang. Penggenangan tanah akan mengakibatkan perubahan-perubahan sifat kimia
tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Perubahan-perubahan sifat
kimia tanah sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain : penurunan kadar
oksigen dalam tanah, penurunan potensial redoks, perubahan pH tanah, reduksi besi dan
mangan, peningkatan suplai dan ketersedian nitrogen serta peningkatan ketersediaan
fosfor.
Adanya penggenangan yang menyebabkan suasana reduktif terus-menerus pada
lapisan bajak dan illuviasi oksidatif dari besi dan oksida-oksida mangan di subsoil,
maka berkembanglah suatu bentuk profil tanah. Secara morfologi mempunyai kriteria
kompak tipis, lapisan memedas di bawah lapisan bajak, dan horizon subsurface yang
bercak besi dan mangan (Hakim, dkk.1986).
Reduksi besi adalah reaksi yang paling penting di dalam tanah masam tergenang
karena dapat menaikan pH dan ketersediaan P serta manggantikan kation lain dari
tempat pertukaran seperti K
+. Peningkatan Fe
2+pada tanah masam dapat menyebabkan
keracunan besi pada padi, apabila kadarnya dalam larutan sama dengan 350 ppm.
Konsentrasi besi dalam larutan tanah diatur oleh pH tanah,
kandungan bahan organik,
Pemberian pupuk yang relatif tinggi disertai dengan produksi yang tinggi pada
sawah irigasi dan sawah tadah hujan menyebabkan ketidakseimbangan hara sebagai
masalah yang serius. Kendala dalam ekosistem tegalan yakni tanah lebih melapuk dan
mudah tercuci, bereaksi masam, kadar Al tinggi, maka terjadi kekurangan P dan hara
lain sehingga dapat menyebabkan turunnya produksi (Hasibuan, 2009).
Jika tanah digenangi maka konsentrasi P-larut dalam air dan asam mula-mula
meningkat sampai mencapai puncak atau mendatar kemudian turun. Puncak P-larut
dalam air yang terendah terjadi pada tanh liat masam yang kaya Fe aktif dan puncak
tertinggi pada tanah pasir yang miskin Fe aktif (Hardjowigeno dan Rayes, 2005) .
Meningkatnya ketersediaan P pada awal penggenangan disebabkan oleh:
(a) reduksi FePO.2H
2O
Fe(PO
4)
2.8H
2O
(b) desorpsi akibat reduksi Fe
3+Fe
2+(c) hidrolisis FePO
4dan AlPO
4pada tanah masam
(d) pelepasan occluded P (P-tersemat)
(e) pertukaran ion.
(Agus,dkk, 2004).
Pemberian bahan organik dalam jumlah besar pada tanah tergenang dapat
menyebabkan keracunan tanaman oleh asam-asam organik yang terbentuk. Panambahan
ammonium sulfat dapat mengurangi efek keracunan tersebut. Hal itu disebabkan oleh
pembentukan asam organik dihambat oleh kegiatan bakteri produksi sulfat yang
meningkat jumlahnya akibat penambahan ammonium sulfat. Ammonium fosfat dan
glukosa akan merangsang perubahan asam organik menjadi gas metana bila
ditambahkan ke tanah. Kondisi seperti ini menunjukkan banyaknya bakteri metana
Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa
dilakukan petani dinilai sangat merugikan karena banyak unsur hara yang hilang, salah
satunya unsur hara, antara lain C, N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur-unsur mikro (Fe, Mn,
Zn, Cu). Pembakaran jerami akan mengakibatkan kehilangan hara C 94%, P 45%, K
75%, S 70%, Ca 30%, dan Mg 20% dari total kandungan hara dalam jerami
(Suriadikarta dan Adimihardja, 2001).
Pada tanah sawah dengan tingkat pengelolaan yang rendah, tingkat ketersediaan
K biasanya cukup. Sumber K untuk tanaman padi yakni K tukar dalam mineral-mineral
liat, terutama biotit, hidrus mika, dan illit. Kalium yang tersedia lebih lambat
dibebaskan selama pelapukan feldspar dan mika. Dalam tanah sawah yang tergenang air
dari sumber luar, beberapa K biasanya tersedia dari air banjir atau air irigasi
(Hardjowigeno dan Rayes, 2005) .
Unsur Hara Fosfat
Unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, yang dibutuhkan oleh tanaman
dalam jumlah yang banyak dan essensial bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor sering
disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses
kehidupan (Damanik, dkk, 2010).
Dalam hal ini ketersediaan fosfor di dalam tanah sangat tergantung kepada sifat
dan ciri tanah itu sendiri, serta bagaimana pengelolaan tanah itu oleh manusia.
Pertambahan fosfor ke dalam tanah hanya bersumber dari defosit atau pelapukan batuan
dan mineral yang mengandung fosfat. Oleh karena itu kandungan fosfor di dalam tanah
hanya bersumber dan ditentukan oleh banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan
Umumnya, P sukar tercuci oleh air hujan ataupun air pengairan. Hal ini
disebabkan karena P bereaksi dengan ion lain dan membentuk senyawa yang tingkat
kelarutannya berkurang, sehingga mejadi senyawa yang tidak mudah tercuci. Bahkan
mungkin sebagian menjadi ion yang tidak tersedia untuk tanaman atau terfiksasi dengan
senyawa lain (Tan, 1995).
Unsur fosfor (P) diserap dalam bentuk H
2PO
4-, HPO
42-, (PO
43-) yang sumber
utamanya dari Ca-, Al-, Fe- fosfat dan kandungan di dalam tanah 0,01% - 0,1%
(Sutanto, 2005).
Ion fosfat yang diperuntukkan bagi tanaman tingkat tinggi sebagian besar
ditentukan oleh pH tanah. Jika pH tinggi, fosfor yang mudah larut ialah dalam bentuk
HPO
42-. Kalau pH menurun menjadi sedikit sampai cukup asam, bentuk ion adalah
HPO
42-dan H
2PO
4-. Sedangkan jika dalam keadaan sangat asam, sebagian besar fosfor
dalam bentuk H
2PO
4-. Dalam kedua bentuk ion itu, fosfat diabsorbsi (diserap) oleh
tanaman tingat tinggi. Perlu diterangkan bahwa bentuk P-organik yang larut tidak dapat
langsung digunakan sedikitpun oleh tanaman tingkat tinggi, tetapi harus mengalami
mineralisasi lebih dulu agar dapat digunakan (Buckman and Brady, 1982).
Adapun pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan hara fosfat di dalam
tanah melalui hasil pelapukannya yaitu asam-asam organik CO
2. Asam-asam organik
seperti asam malonat, tartarat, humat, fulvik, akan menghasilkan anion organik.
Anion-anion organik ini dapat mengikat logam-logam seperti Al, Fe dan Ca ion-ion ini akan
bebas dari pengikatan logam tersebut sehingga tersedia di dalam larutan tanah. Proses
pengikatan logam seperti Al, Fe, Ca oleh senyawa asam-asam organic komplek disebut
Di dalam tubuh tanaman fosfor memberikan peranan yang penting dalam hal
beberapa kegiatan yaitu, (1) pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin. (2)
pembentukan bunga, buah dan biji. (3) kematangan tanaman melawan efek nitrogen. (4)
merangsang perkembangan akar. (5) meningkatkan kualitas hasil tanaman dan (6)
ketahanan terhadap hama dan penyakit (Damanik, dkk, 2010).
Di dalam metabolisme tanaman fosfor memegang peranan langsung sebagai
pembawa energi. Senyawa fosfor yang mempunyai energi tinggi dan mempunyai
potensi menyimpan dan melepaskan energi untuk proses meteabolisme di dalam
tanaman disebut Adenosin Tri Fosfat (ATP). Secara fisik ATP memegang peranan
dalam hal menghasilkan panas, cahaya dan gerak, secara kimia peranannya dapat dilihat
dalam proses fotosintesis dan respirasi (Tan, 1995).
Unsur Hara Kalium
Kadar kalium total di dalam tanah pada umumnya cukup tinggi, dan
diperkirakan mencapai 2.6% dari total berat tanah, tetapi kalium yang tersedia didalam
tanah cukup rendah. Pemupukan hara nitrogen dan fosfor dalam jumlah besar turut
besar turut memperbesar serapan kalium dari dalam tanah, ditambah lagi pencucian dan
erosi menyebabkan kehilangan kalium semakin besar (Musa, dkk, 2006).
Sumber kalium yang terdapat dalam tanah berasal dari pelapukan mineral yang
mengandung K. Mineral tersebut bila lapuk melepaskan K kelarutan tanah atau
terjerapan tanah dalam bentuk tertukar. Letak kalium dalam lempung umumnya dalam
permukaan dakhil (internal surface) yang sering diduduki oleh ion Mg
2+, Fe
3+, Al
4+dan
molekul H
2O. Perubahan mineral karena pelepasan K dari mika menjadi montmorilonit
Mika Hidratmik Illit Mineral Transisi Vermikulit/Montmorilonit
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Tanaman menyerap ion K
+hasil pelapukan, pelepasan dari situs pertukaran
kation tanah dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam larutan tanah. Kadar
K-tukar tanah biasanya sekitar 0,5 – 0,6% dari total K tanah. K-larutan tanah ditambah
K-tukar merupakan K yang tersedia dalam tanah. Ketersediaan K terkait dengan reaksi
tanah dan status kejenuhan basa (KB). Pada pH dan kejenuhan basa yang rendah berarti
ketersediaan K juga rendah. Nilai kritis K adalah 0,10 me/100 gr tanah (setara 3,9
mg/100 gr) atau sekitar 2-3% jumlah basa tertukar (Hanafiah, 2005).
Kalium dapat bertambah kedalam tanah melalui berbagai sumber sisa tanaman,
hewan, pupuk kandang dan pelapukan mineral kalium. Pertambahan kalium dari sisa
tanaman dan hewan merupakan sumber yang penting dalam menjaga keseimbangan
kadar kalium di dalam tanah. Pertambahan dari mineral yang mengandung kalium
tergantung kepada beberapa faktor seperti jumlah mineral dan tingkat pelapukan
mineral (Damanik, dkk, 2010).
Kadar kalium tanah jauh lebih banyak daripada fosfor. masalah yang dijumpai
pada kalium ini adalah penyediaannya. Sebagian besar dari kalium tanah adalah berada
dalam mineral. Bentuk tersebut kurang tahan terhadap pengaruh air, terutama air yang
mengandung CO
2. Kalium dalam tanah yang berasal dari mineral dapat dibebaskan
oleh pengaruh asam karbonat. Kalium yang dibebaskan melalui reaksi tersebut
diabsorbsi tanaman, hilang bersama air drainase atau diabsorbsi oleh koloid liat
(Hakim,dkk, 1986).
Unsur hara kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologi tanaman,
proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorbsi hara, pengaturan
pernafasan, transpirasi, kerja enzim dan berfungsi sebagai translokasi karbohidrat.
(Hakim,dkk, 1986).
Beberapa peran kalium yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
1.
Translokasi (pemindahan) gula pada pembentukan pati dan protein.
2.
Membantu poses membuka dan menutup stomata (mulut daun).
3.
Efisiensi penggunaan air (ketahanan terhadap kekeringan).
4.
Memperluas pertumbuhan akar.
5.
Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit
tanaman.
6.
Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga, dan buah tidak mudah rontok.
7.
Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif.
(Novizan. 2002).
C-Organik
Karbon merupakan komponen utama dari bahan organik. Pengukuran
C-Organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui penggunaan
faktor koreksi tertentu. Faktor yang selama beberapa tahun ini digunakan adalah faktor
Van bemmelen yaitu 1.724 dan didasarkan pada asumsi bahwa bahan organik
mengandung 58 % karbon (Mukhlis, 2007).
Kandungan C-organik dalam tanah ditentukan dengan metode pembakaran
kering atau pembakaran basah. Pembakaran kering dilakukan dengan membakar contoh
tanah diatas furnance, kemudian mengukur CO
2yang dilepaskan. Hasilnya secara
mengoksidasi dengan asam khromat dengan jumlah yang berlebihan, kemudian
dilakukan titrasi terhadap kelebihan oksidant tersebut (Hardjowigeno, 1993).
Tanaman mengambil unsur karbon berupa CO
2dari udara bebas (atmosfer).
Kegiatan ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki klorofil, umumnya bagian
tanaman yang berwarna hijau dan terdapat diatas tanah. Klorofil mampu menyerap
energi cahaya (terutama sinar matahari) dan mengubahnya menjadi energi kimia
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pada saat pelapukan bahan organik menurun, persediaan karbon dalam tanah
menipis dan jumlah jasad renik juga berkurang. Sehingga dapat disimpulkan C-organik
pada tanah menjadi sangat rendah (Hasibuan, 2009).
C- organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
mendukung tanaman, sehingga jika kadar karbon dalam bahan organik tanah menurun,
kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.
Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang
umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang
karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak
yang jumlah maupun intensitasnya meningkat (Hakim, dkk, 1986).
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon yang
tinggi. Pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan produktivitas tanaman
dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan
penggunaan hara secara efisien. Selain itu juga perlu diperhatikan bahwa ketersediaan
hara bagi tanaman tergantung pada tipe bahan yang termineralisasi dan hubungan antara
karbon dan nutrisi lain (misalnya rasio antara C/N, C/P, dan C/S)
Penambahan bahan organik secara kontinyu pada tanah merupakan cara
pengelolaan yang murah dan mudah. Namun demikian, walaupun pemberian bahan
organik pada lahan pertanian telah banyak dilakukan, umumnya produksi tanaman
masih kurang optimal, karena rendahnya unsur hara yang disediakan dalam waktu
pendek, serta rendahnya tingkat sinkronisasi antara waktu pelepasan unsur hara dari
bahan organik dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara. Kualitas bahan
organik sangat menentukan kecepatan proses dekomposisi dan mineralisasi bahan
organik (Atmojo, 2003).
Bahan organik merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua
jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan
bahan organik yang stabil atau humus (Stevenson, 1994).
Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relatif sukar
didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak
menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik
yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui
pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan
karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di
dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein
Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun
biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik
terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut
(Stevenson, 1994):
1.
Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan
organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun
unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu
menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N
2dengan cara menyediakan energi bagi
bakteri penambat N
2, membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun
biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang
dari zona perakaran.
2.
Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah
terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam
tanah
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7. Meningkatkan suhu tanah
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
Batubara dengan letak geografis 03.2250 – 03.2266 BT dan 99.4994 – 99.5024 LU pada
ketinggian tempat 0 – 18 m dpl (di atas permukaan laut).
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan dilaksanakan pada bulan Juni 2010 –
selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian skala
1 : 50000, sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian, serta bahan – bahan kimia
untuk analisis tanah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Position System),
bor tanah , kantong plastik berkapasitas 2 kg, kertas label, alat tulis, karet gelang, serta
alat-alat laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Grid Bebas
tingkat survei semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 1000 meter)
dan analisis data keadaan hara P- tersedia metode Bray II, K – tukar metode
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun tahapan
kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1.
Persiapan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan
konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengadaan
peralatan, pengadaan peta, studi literatur, dan penyusunan rencana kerja yang berguna
untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai
dengan yang diharapkan.
2.
Pelaksanaan.
Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan
orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat. Setelah survei
pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan utamanya
adalah pengambilan contoh tanah komposit.
Pelaksanaan pengambilan contoh tanah sebanyak 21 sampel dengan jarak 1000
meter dilapangan yang menggunakan metode acak tersebar pada jarak tertentu sesuai
dengan luasan yang telah ditentukan dengan berpedoman pada peta dasar. Kemudian
dilakukan pengambilan sampel tanah menggunakan bor tanah pada kedalaman 0 - 20
cm. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut, maka dicatat hasil pembacaan
Setelah diperoleh sampel tanah dari pengeboran, maka diambil +\- 2 Kg
untuk setiap contoh tanah dan dianalisis P- tersedia, dan K – tukar,
C- Organik.
Selama kegiatan pengambilan contoh tanah tersebut juga dilakukan
pengamatan dan pencatatan keadaan lingkungan areal penelitian seperti
penggunaan lahan.
3.
Analisis Laboratorium.
Sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian dianalisis di
laboratorium untuk mengetahui keadaan P- tersedia, K – tukar dan C-Organik
dalam tanah. Sebagai dasar untuk mengetahui tingkat penyebaran P-tersedia,
K-tukar dan C-organik dalam tanah pada areal tersebut, dilakukan analisis
laboratorium meliputi :
•
P- tersedia (ppm) dengan metoda Bray II.
•
K- tukar (me/100g) dengan metoda Ekstraksi 1 N NH
4Oac pH 7.
•
C- Organik dengan metode Walkley and Black.
4.
Pengolahan Data.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial
menggunakan GIS (Geografic Information System). Out put analisis spasial
adalah cluster tingkat P- tersedia, K-Tukar dan C-Organik dalam tanah. Data yang
diperoleh dikelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat – sifat tanah yang
Pembuatan Peta Digital
Pembuatan peta digital diolah melalui program Map Info Profesional 7.8
dengan tahap sebagai berikut :
•
Dipilih lembar peta rupa bumi dengan daerah yang akan dibuat peta
digitalnya.
•
Lembar peta dalam bentuk hardcopy tersebut harus terlebih dahulu
di-scan sehingga menjadi citra raster (raster image) dan dibuka dengan
program Map Info Profesional 7.8.
•
Klik register untuk mengisi koordinat geografis pada peta tersebut.
•
Dibuat layer control untuk masing – masing atribut peta seperti titik
sampel, sungai, topografi, batas wilayah, dan jalan dari new table.
•
Untuk menggambar objek yang terdapat pada peta seperti jalan, batas
daerah studi, batas administrasi/wilayah dapat menggunakan digitasi garis,
polyline, dan polygon. Penggambaran objek sebaiknya dibuat pada
masing – masing layer dengan mengaktifkan masing – masing layer
dengan membuat status layer menjadi editable.
•
Pembuatan layout yang meliputi :
-
Pembuatan legenda peta.
-
Pengaturan kertas dan margin untuk pencetakkan peta.
-
Pembuatan orientasi peta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
•
Kondisi Umum Wilayah
Menurut letak geografisnya, Desa Air Hitam terletak di Kecamatan Lima
Puluh Kabupaten Batubara yang berada pada posisi 03.2250 – 03.2266 BT dan
99.4994 – 99.5024 LU pada ketinggian tempat 0-18 meter dari permukaan laut.
Desa Air Hitam berbatasan dengan:
-
Batas sebelah utara
: Pematang Panjang
-
Batas sebelah selatan : Simpang Dolok
-
Batas Sebelah timur : Labuhan Ruku
-
Batas sebelah barat
: Pulo Sejuk
Berdasarkan data iklim selama 5 tahun (2005-2009) yang diterima dari
Badan Meteorologi dan Geofisika Sampali untuk Kecamatan Lima Puluh, maka
diperoleh data selama 5 tahun diperoleh dari hari hujan rata-rata sebesar 1828.8
[image:35.595.108.520.548.667.2]mm/tahun, seperti yang terlihat pada Tabel 3:
Tabel 2. Data Curah Hujan Selama 5 Tahun
Tahun
Curah Hujan
(mm)
Jumlah
Bulan Kering
Jumlah
Bulan Basah
2005
1448
5
6
2006
2013
1
9
2007
1753
2
10
2008
1978
0
9
2009
1952
2
10
Total
1828.9
2
8.8
bulan basah dan bulan kering sebagai harga Q. Bulan basah terjadi jika curah
hujan >100 mm dan bulan kering bila curah hujan <60 mm, dituliskan dengan
rumus:
Q
= Rata – Rata Bulan Kering
Rata – Rata Bulan Basah
x 100%
Q
= 2
8.8
x 100% = 22.727%
Daerah penelitian termasuk tipe iklim B, dimana rata bulan kering 2 dan
rata-rata bulan basah 8.8 dengan harga Q terletak pada range 14.3<Q>33.3 dengan
golongan iklim basah.
Penggunaan lahan berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Pusat
Statistika (BPS, 2008) bahwa di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh jenis
tanaman utama yang ditemukan di daerah penelitian adalah tanaman padi sawah
seluas 1275 Ha. Selain padi sawah, terdapat juga tanaman semangka, jagung,
kedelai, kelapa, cabai, dan tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit.
•
P-Tersedia
Bentuk P yang tersedia dalam tanah yang dapat digunakan oleh tanaman
padi sawah adalah HPO
4-2dan H
2PO
4-, yaitu jika keadaan larutan tanah mendekati
kemasaman netral (pH 6-7). Penggenangan pada tanah sawah menyebabkan pH
meningkat. Hardjowigeno dan Rayes (2005) menyatakan jika tanah digenangi
maka konsentrasi P-larut dalam air dan asam mula-mula meningkat sampai
mencapai puncak atau mendatar kemudian turun. P-larut dalam air yang terendah
terjadi pada tanah liat masam yang kaya Fe aktif dan puncak tertinggi pada tanah
Dari hasil analisis sampel tanah yang dapat dilihat pada Tabel 3,
kandungan unsur P – tersedia yang terendah terdapat pada sampel tanah ke-6 dan
ke-8 sebesar 4.722 ppm dan yang tertinggi pada sampel tanah ke-20 sebesar
[image:37.595.114.507.225.553.2]16.69 ppm.
Tabel 3. Hasil Analisis Data P-Tersedia (Bray II)
Sampel
P-Tersedia (ppm)
Kriteria
1
9.285
Rendah
2
11.04
Rendah
3
6.76
Sangat Rendah
4
5.519
Sangat Rendah
5
5.025
Sangat Rendah
6
4.722
Sangat Rendah
7
6.57
Sangat Rendah
8
4.722
Sangat Rendah
9
7.727
Sangat Rendah
10
4.837
Sangat Rendah
11
6.767
Sangat Rendah
12
8.298
Rendah
13
8.455
Rendah
14
7.87
Sangat Rendah
15
6.882
Sangat Rendah
16
6.107
Sangat Rendah
17
11.124
Rendah
18
10.799
Rendah
19
5.519
Sangat Rendah
20
16.69
Sedang
21
5.79
Sangat Rendah
Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah
(1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi
3 golongan status hara yakni sangat rendah, sedang, rendah, dan sedang. Data luas
Tabel 4. Data Luas Wilayah Berdasarkan Status Hara P – Tersedia
Status
Luas (Ha)
%
Sangat Rendah
978.96
76.7
Rendah
251.714
19.74
Sedang
40.326
3.56
Total
1275
100
Luas wilayah dengan status sangat rendah 978.960 Ha, rendah 251.714
Ha, dan sedang 40.326 Ha. Status sangat rendah memiliki luas wilayah yang
paling besar yakni 978.960 Ha dan yang paling kecil pada status sedang sebesar
40.236 Ha, seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Menurut peta status hara P – Tersedia pada Gambar 2 di atas, maka status
rendah sampai sangat rendah lebih dominan atau memiliki luasan yang lebih besar
daripada status sedang, berarti tanah pada lokasi penelitian tergolong memiliki
kandungan P – Tersedia yang rendah dan tidak berpotensi dalam penyediaan
unsur fosfat untuk kebutuhan tanaman. Ketersediaan fosfat dengan status hara
rendah dapat terjadi dimungkinkan karena fosfat dalam tanah terdapat dalam
bentuk yang tidak segera tersedia ataupun karena faktor pH, aerasi, temperatur,
bahan organik dan unsur mikro yang dapat mempengaruhi ketersediaan fosfat.
Pemberian pupuk yang relatif tinggi disertai dengan produksi yang tinggi
pada sawah irigasi dan sawah tadah hujan menyebabkan ketidakseimbangan hara
sebagai masalah yang serius. Hasibuan (2009) menyatakan, kendala dalam
ekosistem sawah yakni tanah lebih melapuk dan mudah tercuci, bereaksi masam,
kadar Al tinggi, maka terjadi kekurangan P dan hara lain sehingga dapat
menyebabkan turunnya produksi.
Yuwono (2002) menyatakan adanya pertambahan fosfor ke dalam tanah hanya
bersumber dari defosit atau pelapukan batuan dan mineral yang mengandung
fosfat.
•
K-Tukar
Tanaman padi menyerap unsur kalium dalam bentuk ion K
+didalam
larutan tanah. Kalium dalam tanah, ditemukan dalam mineral-mineral yang
terlapuk dan melepas ion-ion kalium. Ion-ion diadsorpsi pada kation tertukar dan
cepat tersedia untuk diserap tanaman padi. K dalam larutan tanah berada dalam
[image:40.595.118.509.373.704.2]keseimbangan dengan K yang dapat dipertukarkan.
Tabel 5. Hasil Analisis Data K-Tukar (NH
4OAc pH 7)
Sampel
K-Tukar(me/100g)
Kriteria
1
0.387
Sedang
2
0.35
Sedang
3
0.841
Tinggi
4
0.566
Tinggi
5
0.494
Sedang
6
0.552
Tinggi
7
0.586
Tinggi
8
0.709
Tinggi
9
0.539
Tinggi
10
0.559
Tinggi
11
0.605
Tinggi
12
0.727
Tinggi
13
0.609
Tinggi
14
0.579
Tinggi
15
0.462
Sedang
16
0.537
Tinggi
17
0.61
Tinggi
18
0.834
Tinggi
19
0.743
Tinggi
20
0.677
Tinggi
Dari hasil analisis sampel tanah sawah untuk unsur K – Tukar
pada Tabel 5, maka dapat ditentukan bahwa nilai K – Tukar (me/100 g) yang
paling rendah terdapat pada pengambilan sampel ke – 2 sebesar 0.35 me/100 g
dan yang paling tinggi terdapat pada sampel ke – 3 sebesar 0.841 me/100 g.
Menurut kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan
(1982), maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 2 golongan status hara,
yakni status sedang dan status tinggi. Adapun pembagian luas wilayah dari kedua
[image:41.595.116.526.333.404.2]status tersebut, disajikan pada Tabel 5 berikut:
Tabel 6. Data Luas Wilayah Berdasarkan Status Hara K – Tukar
Status
Luas(Ha)
%
Sedang
265.555
20.82
Tinggi
1009.445
79.18
Total
1275
100
Dari data luas status hara K – Tukar di atas, maka wilayah tersebut dapat
digolongkan menjadi 2 kriteria, yakni status sedang dengan luas wilayah 265.555
Ha atau 20.82 % dari total luas wilayah. Sedangkan status tinggi memiliki luas
wilayah 1009.445 Ha atau 79.18 % dari total luas wilayah. Dapat disimpulkan
bahwa kandungan (jumlah) unsur kalium yang dapat dipertukarkan secara umum
pada wilayah Desa Air Hitam adalah tinggi.
Dapat dilihat dari peta wilayah status hara diperoleh nilai K-tukar didalam
tanah sawah dominan tinggi. Ini menunjukkan bahwa K-tukar yang tersedia di
dalam larutan tanah ataupun kation tertukar sangat melimpah. Menurut Hakim,dkk
(1986) kadar kalium tanah jauh lebih banyak daripada fosfor. masalah yang
terutama air yang mengandung CO
2. Kalium dalam tanah yang berasal dari
mineral dapat dibebaskan oleh pengaruh asam karbonat.
Meningkatnya kadar kalium didalam tanah menurut Damanik, dkk (2010)
dapat melalui berbagai sumber, yaitu sisa tanaman, hewan, pupuk kandang dan
pelapukan mineral kalium. Pertambahan kalium dari sisa tanaman dan hewan
merupakan sumber yang penting dalam menjaga keseimbangan kadar kalium di
dalam tanah. Sedangkan pertambahan dari mineral yang mengandung kalium
tergantung kepada beberapa faktor seperti jumlah mineral dan tingkat pelapukan
mineral.
Kebutuhan tanaman akan kalium cukup tinggi dan pengaruhnya banyak
hubungannya dengan pertumbuhan tanaman yang sehat. Novizan (2002)
menambahkan peran kalium yang perlu diketahui adalah membantu proses
translokasi pada pembentukan pati, membuka dan menutupnya stomata, efisiensi
penggunaan air, memperluas pertumbuhan akar, meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, memperkuat tubuh tanaman dan
•
C-Organik
Karbon penting sebagai bahan pembangun bahan organik, karena sebagian besar
bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik. Karbon organik terbentuk bila
karbohidrat ditambahkan ke tanah dan diinkubasikan secara anaerobik. Biasanya
kandungan karbon dalam bahan organik relatif konstan sekitar 40-50%
Dari hasil analisis contoh tanah yang dapat dilihat pada Tabel 7, kandungan
Karbon Organik yang terendah terdapat pada sampel tanah ke-19 sebesar 0.237 % dan
[image:44.595.88.487.340.679.2]yang tertinggi pada sampel tanah ke-12 sebesar 2.564 %.
Tabel 7. Hasil Analisis Data C-Organik (Walkley and Black)
Sampel
C-Organik (%)
Kriteria
1
1.092
Rendah
2
0.443
Sangat Rendah
3
1.885
Rendah
4
1.07
Sangat Rendah
5
0.529
Sangat Rendah
6
0.397
Sangat Rendah
7
0.181
Sangat Rendah
8
0.277
Sangat Rendah
9
0.949
Sangat Rendah
10
0.503
Sangat Rendah
11
0.607
Sangat Rendah
12
2.564
Sedang
13
0.203
Sangat Rendah
14
1.474
Rendah
15
0.149
Sangat Rendah
16
2.413
Sedang
17
0.699
Sangat Rendah
18
0.806
Sangat Rendah
19
0.237
Sangat Rendah
20
0.501
Sangat Rendah
Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah
(1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 3
golongan status hara yakni sangat rendah, rendah, dan sedang. Data luas wilayah untuk
[image:46.595.82.484.225.299.2]status hara C-Organik disajikan pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Data Luas Berdasarkan Wilayah Status Hara C-Organik
Status
Luas (Ha)
%
Sangat Rendah
809.106
63.46
Rendah
347.181
27.22
sedang
118.931
9.32
total
1275
100
Status sangat rendah dengan luas wilayah 809.106 Ha atau 63.46 % dari total luas
wilayah. Sedangkan status rendah memiliki luas wilayah 347.181 Ha atau 27.22 % dari
total luas wilayah dan status sedang 118.931 Ha atau 9.32% dari total luas wilayah.
Dapat disimpulkan bahwa kandungan C-Organik secara umum pada wilayah Desa Air
Hitam adalah rendah sampai sangat rendah.
Hara dengan status rendah sampai sangat rendah lebih dominan terlihat pada
peta status hara C-Organik daripada dengan status sedang. Rendahnya karbon organik
pada tanah sawah di wilayah Desa Air Hitam karena petani lebih tertarik membakar sisa
jerami setiap selesai panen. Akibat yang ditimbulkan adalah lahan menderita
kekurangan bahan organik. Hal ini sesuai literatur Suriadikarta dan Adimihardja (2001),
pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa dilakukan
petani dinilai sangat merugikan karena banyak unsur hara yang hilang, salah satunya
Selain itu jumlah bahan organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% jika
tanah ditanami secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami
atau belum dijamah. Untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak
menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap tahunnya. Menurut
Atmojo (2003) penambahan bahan organik secara kontinyu pada tanah merupakan cara
pengelolaan yang murah dan mudah. Namun demikian, walaupun pemberian bahan
organik pada lahan pertanian telah banyak dilakukan, umumnya produksi tanaman
masih kurang optimal, karena rendahnya unsur hara yang disediakan dalam waktu
pendek, serta rendahnya tingkat sinkronisasi antara waktu pelepasan unsur hara dari
bahan organik dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara.
Menurunnya kadar C-organik di dalam tanah merupakan salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hakim, dkk
(1986), karena C- organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah
untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar C-organik tanah menurun, kemampuan
tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.
Untuk meningkatkan penyediaan hara karbon bagi tanaman dapat dilakukan
dengan memperkaya organisme tanah dengan jalan menyediakan penutup tanah
organik yang cukup, menambah bahan organik ke dalam tanah, memelihara drainase
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
P-Tersedia tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
Batubara digolongkan menjadi 3 status hara:
Sangat rendah 978.960 Ha (76.7%), rendah 251.714 Ha (19.74%) dan sedang
40.326 Ha (3.56%).
2.
K-Tukar tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
Batubara digolongka n menjadi 2 status hara:
Sedang 265.555Ha (20.82%) dan Tinggi 1009.445Ha (79.18%).
3.
C-Organik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
Batubara digolongkan menjadi 3 status hara:
Sangat Rendah 809.106Ha (63.46%), Rendah 347.181Ha (27.22%) dan Sedang
118.931Ha (9.32%).
Saran
Perlu dilakukan analisis unsur hara makro seperti unsur hara N, Ca dan unsur
hara mikro seperti unsur hara Zn, Si untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah lahan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T.S.1996. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Abdulrachman. S., A. Karim dan M. Irsal Las. 2003. Kajian Kebutuhan Pupuk NPK
pada Padi Sawah melalui Petak Omisi di Wilayah Pengembangan PTT. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Agus. F.,A. Adimihardja., S. Hardjowigeno. A. M. Fagi., dan W. Hartatik. 2004. Tanah
Sawah dan Pengelolaanya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya
Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Diucapkan di muka Sidang Senat
Terbuka Universitas Sebelas Maret Surakarta pada Tanggal 4 Januari 2003.
Buckman, H.O and N.C Brady.1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhrata Karya
Persada. Jakarta.
Damanik M.M., B. E Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin dan H. Hanum, 2010. Kesuburan
Tanah dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan
Delgado, J. A. and R. F. Follett. 2002. Carbon and Nutrient Cycles. J. Soil and Water
Conserv.
Dinas Pertanian. 2008. Pedoman Pertanian Organik.
Foth, H.D.1994. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E.D Purbayanti., D.R Lukiwati.,
R.Trimulatsih. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hakim. N., Nyakpa. Y. M., A.M. Lubis., Nugroho., M.R. Saul., M.A. Diha., G.B.
Hong., dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung
Press. Bandar Lampung.
Hanafiah, K.A.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Hardjowigeno. S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo,
Jakarta.
Hardjowigeno. S dan L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia. Malang.
Hasibuan, B. E. 2009. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Musa, L., Mukhlis, dan A. Rauf. 2006. Dasar Ilmu Tanah. Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Tanggerang.
Ponnamperuma, F. A. 1985. Straw as Source of Plant Nutrients for Wetland Rice. Pp.
117-136 in Organic Matter and Rice. Inter. Rice Res. Inst. Los Banos.
Philippines.
Rayes, M.L.2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penebit Andi.
Yogyakarta.
Rosmarkam, A., dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,
Yoggyakarta
Rossister, D.G., 2000 didalam Rayes, M.L.2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya
Lahan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. 2th ed.
John Wiley & Sons, Inc. New York.
Subardja, D.2000. Perkembangan Metode Survei Tanah dan Evaluasi Lahan di
Indonesia. Prosiding Kongres Nasional VII HITI. Buku I : 123-134.
Sutanto, R.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta.
Suriadikarta, D.A., dan Adimihardja A. 2001, Penggunaan Pupuk Dalam Rangka
Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah, Jurnal Litbang Pertanian 20 (4), Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan agroklimat, Bogor.
Lampiran 1. Titik Koordinat Pengambilan Sampel Tanah
SAMPEL
BT
UTM_X
LU
UTM_Y
1 3.22716 356485 99.5007 554780
2 3.22266 356821 99.5086 556109
3 3.21586 355685 99.5081 554655
4 3.2165 356294 99.5006 555512
5 3.1972 353301 99.5017 555882
6 3.20102 354340 99.5098 556436
7 3.20411 355220 99.5101 557546
8 3.19923 354411 99.5086 557367
9 3.19627 352750 99.5088 557107
10 3.19866 353515 99.5262 557632
11 3.20333 355083 99.5262 558234
12 3.20097 354438 99.5269 558135
13 3.19747 352498 99.5038 556385
14 3.21822 355510 99.5092 556787
15 3.19747 353434 99.5083 556474
16 3.21444 355310 99.5076 555245
17 3.20933 355912 99.5041 553945
18 3.20433 354821 99.5013 554423
19 3.20016 354719 99.4987 555701
20 3.19713 352575 99.4958 555649
Lampiran 2. Kriteria Penilaian Sifat – Sifat Tanah
Menurut : 1. Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983
2. BPP Medan, 1982
Sifat Tanah
Satuan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
C-Organik
%
< 1,00
1,00 – 2,00
2,01 – 3,00
3,01 – 5,00
> 5,01
P-avl Bray II
ppm
< 8,00
8 – 15
16 - 25
26 – 35
> 35
Lampiran 3. Prosedur Analisis P-Tersedia Tanah Metode Bray II
-
Ditimbang 2 gram contoh tanah dan tempatkan pada gelas Erlenmeyer 250 cc.
-
Ditambahkan larutan Bray II sebanyak 20 mL, dan digoncang pada shaker selama
30 menit.
-
Disaring dengan kertas Whatman no.42.
-
Dipipet filtrate sebanyak 5 mL dan tempatkan pada tabung reaksi.
-
Ditambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 mL dan dibiarkan selama 5 menit.
-
Ukur transmittan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm.
-
Pada saat yang bersamaan pipet juga masing-masing 5 mL larutan standar P
0-0,5-1,0-2,0-3,0-4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10
mL pereaksi fosfat B.
-
Diukur transmitan standar pada spectronic dengan panjang gelombang yang sama
yaitu 660 nm.
Perhitungan:
Nilai Absorben= -log transmitan / 100
Buat kurva standar P(0-5 ppm P) sebagai sumbu X dan nilai Absorben sebagai sumbu
Y. Konsentrasi P-larutan ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai absorben dari
sampel ke kurva standar.
(Kurva Standard an interpolasi dapat dilakukan secara mudah dengan menggunakan
Kalkulator pakai program LR).
Pavl (ppm) = P larut x 20/2 x Faktor Pengencer.
Lampiran 4. Prosedur Analisis K-Tukar Tanah Metode NH
4OAc pH 7
-
Dimasukkan sedikit serat fiber ke dasar tabung perkolasi dan sedikit pasir kuarsa
yang kering.
-
Ditimbang 2,5 gram contoh tanah dan ditempatkan ke tabung perkolasi.
-
Ditambahkan 50 mL larutan CH
3COONH
41 N pH 7
-
Hasil perkolasi (perkolat) ditampung pada Erlenmeyer.
-
Diukur absorben perkolat pada Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).
-
Diukur juga larutan standar K dengan konsentrasi 0-10-20-30 dan 40 ppm K pada
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).
Perhitungan.
Kadar K-Larutan ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai absorben sampel ke kurva
standar.
Lampiran 5. Prosedur Analisis C-Organik Tanah Metode Walkley & Black
-
Ditimbang 0,1 gr tanah, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 cc.
-
Ditambahkan 5 mL K
2Cr
2O
71 N lalu goncang dengan tangan.
-
Ditambahkan 10 mL H
2SO
4pekat, kemudian goncang 3-4 menit, selanjutnya
diamkan selama 30 menit.
-
Ditambahkan 100mL air suling dan 5 mL H
2PO
485%, NaF 4% 2,5, kemudian
tambahkan 5 tetes diphenilamine, goncang, larutan berwarna biru kehijauan
kotor.
-
Titrasikan dengan Fe (NH
4)2 (SO
4)
20,5 N dari buret hingga warna menjadi
berubah menjadi hijau terang.
-
Lakukan kerja No. 2 s.d 5 (tanpa tanah) untuk mendapatkan vol. titrasi
Fe (NH
4)2 (SO
4)
20,5 N untuk blanko.
Perhitungan:
Corganik = 5 {1 – T/S } x 0,003 x 1 / 0,77 x 100 / BCT
Dimana:
T
: Vol. Titrasi Fe (NH
4)2 (SO
4)
20,5 N dengan tanah.
S
: Vol. Titrasi Fe (NH
4)2 (SO
4)
20,5 N blanko (tanpa tanah)
0.003 : 1 mL K
2Cr
2O
71 N + H
2SO
4mampu mengoksidasi 0,003 gram C-Organik