• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIJAUAN MURBEI UNTUK SUPLEMENTASI PROTEIN PAKAN SAPI PERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HIJAUAN MURBEI UNTUK SUPLEMENTASI PROTEIN PAKAN SAPI PERAH"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

HIJAUAN MURBEI UNTUK SUPLEMENTASI PROTEIN

PAKAN SAPI PERAH

(Mulberry Foliage as a Protein Supplement in Dairy Cattle Diet)

DWI YULISTIANI

Balai Penelitian Ternak, Bogor

ABSTRACT

Protein is the major nutrient required by dairy cattle for milk production, however, feed protein sources are expensive. Therefore it is needed to seek alternatives for protein source that have similar quality to protein concentrate but affordable to farmer. Mulberry foliage is a shrub that can grow all year round in the tropical climate. This foliage can be used as a protein supplement for dairy cow because it has high protein content (>20%) and very palatable. It was reported that supplementation of mulberry foliage in dairy cattle diet could substitute up to 75% concentrate without affecting milk production.

Keywords: Mulberry foliage, protein, supplement, dairy cattle ABSTRAK

Protein merupakan salah satu komponen utama dalam susu oleh karena itu protein merupakan nutrisi utama yang perlu dicukupi dalam pakan sapi perah. Pada umumnya sumber protein pakan lebih mahal dibanding sumber energy pakan. Oleh karena itu perlu dicari alternatif sumber protein yang mempunyai kualitas sama dengan sumber konsentrat tetapi terjangkau oleh peternak. Hijauan dari tanaman murbei merupakan tanaman yang dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah iklim tropis mempunyai kandungan protein yang tinggi (>20%) dan juga sangat disukai oleh ternak sehingga dapat digunakan sebagai protein suplemen pada pakan sapi perah. Dilaporkan bahwa pemberian hijauan murbei pada pakan sapi perah dapat mensubstitusi pakan konsentrat sampai 75% tanpa berpengaruh pada produksi susu.

Kata kunci: Hijauan murbei, protein suplemen, sapi perah PENDAHULUAN

Salah satu faktor penting yang menentukan keberlanjutan peternakan ternak ruminansia oleh petani kecil di Negara tropis seperti di Indonesia adalah suplai secara konsisten sumber pakan yang murah tetapi mempunyai nilai nutrisi yang tinggi. Kurangnya ketersediaan dan juga fluktuasi dalam jumlah dan kualitas sumber pakan yang terjadi sepanjang tahun akan berpengaruh pada produktivitas ternak yang pada gilirannya berpengaruh pada keuntungan yang didapat dari hasil beternak. Oleh karena itu perlu dikembangkan strategi pemberian pakan berbasis pakan lokal dan meningkatkan penggunaannya.

Sumber pakan dari limbah pertanian, limbah industri pertanian, dan hijauan pepohonan merupakan sumber pakan penting untuk ternak ruminansia di daerah tropis

karena tidak bersaing dengan kebutuhan pangan manusia. Limbah pertanian seperti jerami, daun kelapa sawit sangat banyak tersedia, namun pakan tersebut mempunyai nilai kualitas yang rendah. Meningkatkan dengan pakan konsentrat yang diimpor yang merupakan cara yang paling mudah serta paling cepat dapat dilihat pengaruhnya pada produktivitas ternak. Tetapi cara ini kurang dapat diterima oleh peternak kecil karena harganya yang mahal sehingga tidak terjangkau oleh peternak kecil. Sebagai alternatif pengganti pakan konsentrat impor, dapat diberikan suplementasi pakan hijauan dari jenis leguminosa dan non leguminosa pohon yang mempunyai nilai nutrisi yang tinggi karena mempunyai kandungan protein yang tinggi sehingga dapat dipakai sebagai sumber protein terutama pada musim kemarau.

Di lain pihak kondisi iklim tropis memberikan kelebihan pada tanaman pakan

(2)

ternak terutama hijauan dari pohonan yang dapat tumbuh subur sepanjang tahun. Ada beberapa hijauan pohon leguminosa dan non leguminosa yang dapat memberikan kontribusi penting sebagai pakan suplemen untuk memperkaya kualitas pakan ternak. Beberapa hijauan leguminosa pohon dan semak pada umumnya mempunyai kandungan protein yang tinggi (20-30% BK) (LENG, 1997). Akhir-akhir ini terjadi peningkatan ketertarikan untuk menggunakan hijauan bukan leguminosa seperti hijauan murbei sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Ketertarikan ini antara lain disebabkan oleh potensi produksi hijauan, palatabilitas dan nilai nutrisinya (SANCHEZ, 2002).

Makalah ini membahas tentang kualitas nutrisi hijauan murbei dan pemanfaatannya sebagai suplemen pakan sapi perah.

Nilai nutrisi hijauan murbei

Kualitas nutrisi hijauan murbei dipengaruhi oleh umur tanaman, frekuensi pemotongan

(ALMAIDA dan FONSECA, 2002; BOSCHINI, 2002) dan jarak tanam (BOSCHINI, 2002). Umur tanaman berpengaruh pada kandungan dinding sel tanaman, dimana semakin tua umur tanaman semakin tinggi kandungan dinding selnya. Pada umur tanaman 4 tahun, kandungan serat NDF dan ADF pada batang secara berturut-turut dapat mencapai 82 dan 55% (ALMAIDA dan FONSECA, 2002). Frekuensi pemotongan berpengaruh pada akumulasi nutrisi pada tanaman. Frekuensi pemotongan yang lebih sering akan meningkatkan kandungan protein kasar pada daun dan batang dan menurunkan kandungan dinding sel. Pada pemotongan yang lebih lama, kandungan dinding sel meningkat dan kandungan protein kasar menurun (BOSCHINI, 2002; KABI dan BAREEBA, 2007). Perbedaan jarak tanam juga menghasilkan variasi kandungan protein kasar pada daun dan bahan kering, abu dan hemicellulose pada batang (BOSCHINI, 2002). Komposisi kimia hijauan murbei diperlihatkan pada Tabel 1.

Table 1. Komposisi kimia hijauan murbei (% BK)

Bagian tanaman BK PK BO Abu NDF ADF Pustaka

Daun 18,4-32,4 15,0-35,9 81,4-94,1 5,9-18,6 26,1-47,2 15,5-35 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 Batang 18,2-36,2 5,5-16,8 89,8-97,4 2,6-10,2 58,5-81,1 44,2-65 1, 4, 5, 8 Semua bagian

(daun dan batang) 25,2-34,4 15,6-31,2 90,3-94,2 5,8-9,7 26,8-54,4 18,6-45 1, 8, 9, 10, 11

Keterangan: SADDUL et al. (2004b); 2. SINGH danMAKKAR (2002); 3. JELAN danSADDUL (2004); 4. ALMEIDA dan FONSECA (2002); 5. BOSCHINI (2002); 6. LIU et al. (2002); 7. SCHMIDEK et al, (2002); 8. SADDUL et al. (2004a); 9. SHAYO danUDEN (1999); 10. KABI danBAREEBA (2007); 11. AINALIS et al. (2006)

Pada Tabel 1 terlihat bahwa komposisi kimia tanaman murbei baik batang, daun maupun tanaman keseluruhan sangat bervariasi. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi komposisi kimia tanaman murbei. SADDUL et al. (2004b) melaporkan pada jarak pemotongan

hijauan murbei 5 minggu sekali mempunyai kandungan protein kasar 24,9% kandungan protein kasar ini sebanding hijauan leguminosa pohon yang sudah terkenal sebagai sumber protein yang berasal dari hijauan yaitu lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Gliricidia sepium yang dilaporkan mengandung protein

kasar 20-28% (BREWBAKER, 1985). Kandungan protein kasar hijauan murbei

menurun menjadi 17,2% dengan meningkatnya umur pemotongan. Kandungan nitrogen bukan protein (NPN) dari total kandungan nitrogen (N) pada daun murbei muda lebih tinggi (22%) dibanding pada daun tua (14%). Pada Tabel 1. terlihat bahwa daun murbei mempunyai kandungan komponen dinding sel (NDF dan ADF) lebih rendah dibandingkan batang dan tanaman keseluruhan (batang dan daun). Hijauan murbei kaya akan mineral sulfur yang sangat diperlukan oleh mikroba rumen disamping N untuk sinthesa protein mikroba. Kandungan kalsium (Ca) daun murbei adalah 2,1-4.7% (SINGH danMAKKAR, 2002; KABI danBAREEBA, 2007). Kandungan Ca ini lebih tinggi dari yang diperlukan (0,19

(3)

– 0,82) oleh sapi perah yang berproduksi tinggi pada awal laktasi (SINGH danMAKKAR, 2002), sedangkan kandungan fosfornya adalah 2,0-3,0% (KABI dan BAREEBA, 2007). Tingginya kualitas hijauan murbei ini disebabkan oleh tingginya kecernaan hijauan murbei. Daun murbei sangat palatabel dengan kecernaan yang mencapai 70-90% (SINGH danMAKKAR, 2002). Degradabilitas BO di dalam rumen adalah 85% (JELAN dan SADUL, 2004) sedangkan PKnya 95% (SADULet al., 2004b).

Tingginya kecernaan BO dan PK hijauan murbei ini dapat dipakai sebagai sumber energi dan protein sekaligus dalam rumen. Suplai

fermentable N dan energi secara bersamaan

sangat diperlukan untuk sintesa protein mikroba rumen yang pada gilirannya mikroba rumen dapat digunakan sebagai sumber protein yang diperlukan untuk sintesa susu (HRISTOV

et al., 2005).

Pemanfaatan hijauan murbei sebagai suplemen pakan sapi perah

Pengaruh pemberian suplemen hijauan murbei pada sapi perah yang digembalakan pada padang rumput kikuyu atapun rumput cynodon terhadap produksi susu dicantumkan pada Tabel 2. Dilaporkan oleh BENAVIDES (2002) substitusi suplemen konsentrat dengan kandungan protein kasar 17% dengan hijauan murbei pada level 75% pada sapi perah Holstein yang digembalakan di padang rumput kikuyu tidak secara nyata menurunkan produksi susu. Demikian juga dengan kualitas susu (kadar protein, lemak dan total solid) tidak dipengaruhi oleh substitusi konsentrat oleh hijauan murbei. Suplementasi hijauan murbei pada sapi perah persilangan Criollo dan Jersey yang digembalakan pada padang rumput Cynodon mampu meningkatkan produksi susu 20%.

Tabel 2. Produksi dan kualitas susu sapi perah Holstein dan sapi perah persilangan Criollo dan Jersey yang

digembala dengan disuplementasi hijaun murbei atau konsentrat

Perbandingan konsentrat dengan murbei

Bangsa sapi Pakan dasar

100/0 60/40 25/75 0/100 Tanpa suplemen Produksi susu

(kg/ekor/hari):

Holstein rumput Kikuyo 14,2 13,2 13,8 - -

Criollo x Jersey Rumput Cynodon sp 12,4 - - 12,1 10,3

Kualitas susu: Holstein: Protein susu (%) 3,0 3,0 2,9 - - Lemak susu (%) 3,6 3,6 3,5 - - Total solid (%) 12,7 12,6 12,5 - - Criollo x Jersey Protein susu (%) 3,59 - - 3,51 3,31 Lemak susu (%) 3,95 - - 3,81 3,63 Total solid (%) 12,53 - - 12,39 12,31 Sumber: BENAVIDES (2002)

Peningkatan produksi susu ini sebanding dengan suplementasi konsentrat. Peningkatan produksi susu ini juga diikuti dengan peningkatan kadar protein dan lemak susu. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa hijauan murbei mempunyai nilai pakan yang sebanding dengan konsentrat.

KESIMPULAN

Hijauan murbei mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dari segi kandungan protein dan kecernaan sehingga dapat digunakan sebagai suplemen dalam pakan sapi perah. Sebagai suplemen hijauan murbei dapat digunakan sebagai pengganti ransum konsentrat sampai 75% tanpa mempengaruhi produksi susu dan kualitas susu.

(4)

DAFTAR PUSTAKA

AINALIS,A.B.,TSIOUVARAS,C.N.andNASTIS.A.S. 2006. Effect of summer grazing on forage quality of woody and herbaceous species in a silvopastoral system in northern Greece Environments

.

J. of Arid Environ. 67: 90–99.

ALMEIDA DE, J.E. and FONSECA, T.C. 2002. Mulberry germplasm and cultivation in Brazil. In Mulberry for Animal Production, ed. M.D. SANCHEZ. pp. 73–95. FAO Animal Production and Health Paper. No. 147. Rome.

BENAVIDES,J. 2002. Anex 2. Utilization of mulberry in animal production system. In Mulberry for Animal Productio,. ed. M.D. SANCHEZ. pp. 291–327. Animal Production and Health Paper. No. 147. FAO Rome, Italy.

BOSCHINI,C.F. 2002. Nutritional quality of mulberry cultivated for ruminant feeding. In Mulberry for Animal Production, ed. M.D. SANCHEZ. pp.171–181. FAO Animal Production and Health Paper. No. 147. Rome.

BREWBAKER, J.L. 1985. Leguminous trees and shrubs for Southeast Asia and the South Pacific. In: BLAIR, G.J.,IVORY,D.A. EVANS, and T.R. FORAGES in Southeast Asian and South Pacific agriculture. ACIAR Proceedings No. 12. Canberra

HRISTOV,A.N.,ROPP,J.K.,GRANDEEN,K.L.,ABEDI, S.,ETTER,R.P.,MELGAR,A.andFOLEY,A.E. 2005. Effect of carbohydrate source on ammonia utilization in lactating dairy cow. J. Anim. Sci. 83: 408–421.

JELAN,Z.A.andSADDUL,D. 2004. Mulberry as feed for ruminant. In Proceedings 2004 International Symposium on Recent Advances in Animal Nutrition. pp. 110–115. Kuala Lumpur, Malaysia.

KABI,F.andBAREEBA,F.B. 2007. Herbage biomass production and nutritive value of mulberry (Morus alba) and Calliandra calothyrsus harvested at different cutting frequencies, Anim. Feed Sci. Technol. doi:10.1016/ j.anifeedsci.2007.02.011 (in press).

LENG, R.A. 1997. Tree Foliage in Ruminant Nutrition. Animal Production and Health Paper. No. 139. FAO Rome, Italy.

LIU,J.X.,SUSENBETH,A.andSΫDEKUM,K.H. 2002a. In vitro gas production measurements to evaluate the interactions between untreated and chemically treated rice straws, grass hay, and mulberry leaves. J. Anim. Sci. 80: 517– 524.

SADDUL, D.,JELAN, Z.A.,LIANG, J.B.and HALIM, R.A. 2004a. The potential of mulberry (Morus alba) as a fodder crop: The effect of plant maturity on yield, persistence and nutrient composition of plant fractions. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 17 (12): 1657–1662

SADDUL, D.,JELAN, Z.A., LIANG, J.B. andHALIM, R.A. 2004b. Mulberry (Morus alba): A promising forage supplement for ruminants. In New Dimensions and Challenges for Sustainable Livestock Farming. Proceedings of the 11th Animal Science Congress.The

Asian-Australasian Association of Animal Production Societies. 5–9th September 2004,

Kuala Lumpur, Malaysia. Malaysian Society of Animal Production. pp. 402–404.

SANCHEZ, M. D. 2002. World distribution and utilization of mulberry and its potential for animal feeding. In Mulberry for Animal Production. ed. M.D. SANCHEZ. pp. 1–9. Animal Production and Health Paper, No. 147. FAO Rome, Italy.

SCHMIDEK, A., TAKAHASHI,R., NURIES DE MEDERIOS, A. and DE RESENDE, K.T. 2002. Bromatological composition and degradation rate of mulberry in goat. In Mulberry for Animal Production, ed. M.D. SANCHEZ. pp. 207–211. FAO Animal Production and Health Paper. No. 147. Rome.

SHAYO, C.M. and UDEN, P. 1999. Nutritional uniformity of neutral detergent solubles of some tropical browse leaf and pod diet. Anim. Feed Sci. Technol. 82: 141–151.

SINGH,B.andMAKKAR,H.P.S. 2002. The potential of mulberry foliage as a feed supplement in India. In Mulberry for Animal Production, ed. M.D. SANCHEZ. pp. 139–155. Animal Production and Health Paper. No. 147. FAO Rome, Italy.

DISKUSI Pertanyaan:

1. Pada umur berapa, daun murbei dapat dipanen?

2. Mengapa terjadi range yang sangat besar dalam kandungan protein kasar pada daun/bagian hijauan murbei?

(5)

Jawaban:

1. Pemanenan terbaik adalah pada frekwensi pemotongan 5 minggu, pada pemotongan ini bisa didapatkan kadar protein hijauan murbei > 25%.

2. Kadar protein hijauan murbei sangat dipengaruhi oleh umur tanaman atau frekuensi pemanenan, jarak penanaman dan pemupukan, data yang dicantumkan disini diambil dari berbagai referen yang mempunyai berbagai macam jarak tanam, frekwensi pemotongan dan juga pemupukan sehingga range kadar proteinnya sangat besar.

Gambar

Table 1. Komposisi kimia hijauan murbei (% BK)
Tabel 2. Produksi dan kualitas susu sapi perah Holstein dan sapi perah persilangan Criollo dan Jersey yang   digembala dengan disuplementasi hijaun murbei atau konsentrat

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan

Tekke dan Ghani (2013) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan faktor penting yang harus dimiliki setiap individu, terutama pada peserta didik karena

Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya

Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang menyerang

Konidium berwarna bening (hialin), ramping, lurus atau agak membengkok, bagian pangkal tumpul tetapi meruncing ke bagian ujungnya dan bersekat-sekat, sedangkan konidioforanya

 Kebenaran pengujian dilihat dari keluaran yang dihasilkan dari data atau kondisi masukan yang diberikan untuk fungsi yang ada tanpa melihat bagaimana proses untuk

Dalam konteks Islam, faktor kemaslahatan umum diutamakan dalam pembuatan keputusan berkaitan GMF. Maka, sewajarnya pengguna Islam memegang nilai kepentingan umum yang

Distribusi sumberdaya manusia berkualitas melalui tenaga kerja yang terjadi di kampung-kampung sentra batik di Kota Pekalongan dapat digambarkan bahwa, tenaga kerja