VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER
PADA SISWA YANG ORANG TUANYA GURU DAN NON GURU PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh : Ika Rinika Sogalrey
NIM : 151114009
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER
PADA SISWA YANG ORANG TUANYA GURU DAN NON GURU PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh : Ika Rinika Sogalrey
NIM : 151114009
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
ǡǤǦ
Ǥ
Ǧ
Ǧǡǡǡ ǡǡǦ
ǡ
v
HALAMAN MOTTO
Berdoa dan Bekerja
You Can Have Whatever You are Willing Too Struggle For
viii ABSTRAK
VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER
PADA SISWA YANG ORANG TUANYA GURU DAN NON GURU PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA
Ika Rinika Sogalrey Universitas Sanata Dharma
2019
Penelitian ini bertujuan: 1) menghasilkan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter; 2) mengukur seberapa baik kualitas soal yang dihasilkan; 3) memperoleh informasi mengenai nilai-nilai efektifitas penggunaan soal tes 10 SMP di Indonesia; 4) mengukur capaian hasil pendidikan karakter menggunakan soal tes tersebut di 10 SMP di Indonesia; 5) menganalisis perbedaan perbedaan penilaian siswa yang orang tuanya guru dan non guru terhadap efektifitas penggunaan soal tes tersebut; 6) memperoleh informasi mengenai adanya capaian hasil pendidikan karakter siswa yang orang tuanya guru dan non guru dengan menggunakan soal tes asesmen tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and
Development). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII yang berjumlah
660 siswa. Soal tes ini berbasis film karakter berbentuk pilihan ganda dengan respon bergradasi berjumlah 88 item dan skala penilaian validasi efektifitas model oleh siswa. Teknik uji kualitas butir soal tes menggunakan pendekatan faktor analisis konfirmatori. Capaian hasil karakter siswa dianalisis dengan teknik deskriptif kategori, sedangkan validasi efektifitas model dianalisis dengan teknik deskriptif persentase.
Hasil penelitian: 1) Ditemukan 88 item hasil pendidik karakter berbasis telah diujicobakan di 10 SMP di Indonesia. 2) Produk soal tes asesmen berbasis film karakter teruji valid dan reliable untuk digunakan. 3) berdasarkan hasil penilaian dari siswa diperoleh data bahwa produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter ini sangat efektif. 4) capaian hasil pendidikan karakter yang diukur dengan menggunakan soal tes tersebut adalah terdapat 338 siswa dalam kategori karakter tinggi dan 322 siswa masuk dalam kategori karakter sedang. 5) tidak ada perbedaan penilaian siswa kedua golongan tersebut terhadap efektifitas penggunaan soal tes yang dikembangkan. 6) tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil pendidikan karakter siswa dalam menggunakan soal tes tersebut.
ix ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS VALIDATION OF THE ASSESSMENT TEST OF CHARACTER MOVIE BASED CHARACTER EDUCATION RESULT ON STUDENTS WITH TEACHERS AND NON TEACHERS PARENTS IN TEN
SMP (JUNIOR HIGH) IN INDONESIA
Ika Rinika Sogalrey Sanata Dharma University
2019
This study was aimed to: 1) produce an assessment test about the character movie-based character education results; 2) measure the quality of the assessment test of the movie-based character education results that developed including the values of validity, reliability, power difference and level of difficulty; 3) obtain information about the effectiveness of the test usage in 10 junior high schools in Indonesia; 4) obtain information about the achievement of character education results measured using the assessment test; 5) obtain information about the differences of the students assessment whose parents are teachers and non-teachers towards the effectiveness of the test usage; 6) obtain information regarding the students achievement on the character education results whose parents are teachers and non-teachers.
The type of this study is research and development study. The research subjects were students of class VII and VIII at 10 schools with total subject were 660 students. The item quality test technique about the test uses a confirmatory analysis factor approach. Achievement of student character was analyzed using category descriptive techniques, while validation of the model effectiveness was analyzed using percentage descriptive techniques.
The research results show that: 1) 88 items movie based character education test have been tested in 10 junior high schools in Indonesia. 2) the assessment test for character movie based character education is valid and reliable to use. 3) based on the results of the assessments from students shows that the data obtained said that the test about the character education results are very effective. 4) the achievement of character education measured using the test questions shows that students were in the high and medium character category. 5) the product of assessment results developed can be used by students whose parents are teachers and non-teachers, because there is no differences. 6) there is no significant difference in the results of student character education in using the test produced.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang telah
diberikan dan bimbingan-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir dengan
judul Analisis Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil
Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Berbasis Film Karakter di Beberapa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia (Uji Validasi Pengembangan
Model Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Pada Siswa yang Orang
Tuanya Guru dan Non Guru pada Beberapa SMP di DIY dan Jawa Tengah)
Selama penulisan tugas akhir ini, peneliti mendapatkan bantuan dari
banyak pihak, maka peneliti ingin menyampaikan mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M. Si. Selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling serta Dosen Pembimbing Skripsi Peneliti yang selalu membimbing
dengan penuh kesabaran dan selalu memotivasi peneliti untuk segera
menyelesaikan penelitian ini.
3. Juster Donal Sinaga, M. Pd. Selaku Wakil Ketua Program Studi
Bimbingandan Konseling.
4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling: Ibu Indah, Ibu Hayu,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMANMOTTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PIBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Manfaat Penelitian ... 13
G. Definisi Oprasional Variabel ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17
A.Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah ... 17
1. Pengertian Karakter ... 18
2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 21
3. Tujuan, Fungsi dan Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter ... 22
4. Nilai-Nilai Karakter Utama yang dikembangkan ... 21
xiii
B.Hakikat Evaluasi, Asesmen dan Tes ... 27
1. Pengertian Evaluasi Asesmen dan Tes ... 27
2. Tujuan dan Fungsi Asesmen ... 29
3. Ruang Lingkup Asesmen ... 31
4. Prinsip-Prinsip Asesmen ... 31
5. Jenis-Jenis Asesmen ... 33
6. Teknik-Teknik Asesmen ... 36
7. Tes Sebagai Teknik Asesmen ... 38
C.Hakikat Asesmen Pendidikan Karakter di Sekolah... 39
1. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter ... 39
2. Teknik-Teknik Asesmen Pendidikan Karakter ... 39
3. Kekuatan dan Kelemahan Tes ... 41
4. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Penggunaan Tes dalam Pendidikan Karakter ... 44
5. Hambatan-Hambatan dan Kesulitan-Kesulitan Asasmen Pendidikan Karakter Beberapa Sekolah di Indonesia ... 51
D. Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 56
1. Karakteristik Media Film Karakter ... 56
2. Kekuatan-Kekuatan Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 57
3. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Film dalam Pendidikan Karakter… ... 58
4. Film Sebagai Media Asesmen ... 59
E. Hakikat Guru dan Non Guru ... 60
1. Pengertian Guru dan Non Guru ... 60
2. Pengertian Kompetensi Guru ... 61
3. Komponen Kompetensi Guru ... 61
4. Aspek-Aspek dan Indokator Kompetensi Kepribadian Guru ... 62
F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 71
G.Kerangka Pikir ... 72
BAB III METODE PENELITIAN ... 73
xiv
B.Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 74
1. Revisi Produk Oprasional ... 78
2. Uji Lapangan Produk ... 79
C.Uji Coba Produk ... 80
1. Desain Produk ... 80
2. Tempat Penelitian dan Subjek Uji Coba Produk ... 80
D.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 82
1. Teknik Pengumpulan Data ... 82
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 83
E.Teknik Analisis Data ... 86
1.Produk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter yang Dianalisis dengan Teknik Deskriptif Kualitatif ... 86
2.Teknik Analisis Kuliatas soal-soal tes asesmen hasil penelitian pendidikan karakter berbasis film karakter yang diuji cobakan pada beberapa SMP di Indonesia ... 87
3.Teknik Analisis Nilai Efektifitas Menurut Penilaian Siswa Pada Beberapa SMP di Indonesia dalam Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter ... 92
4.Teknik Analisis Data Capaian Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Dianalisis dengan Teknik Deskriptif Kuantitatif ... 93
5.Teknik Analisis Data Perbedaan Penilaian Siswa dari Tingkat Pendidikan Orangtua Terhadap Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter ... 94
6.Teknik Analisis Data Apakah terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis film pada beberapa SMP di Indonesia berdasarkan pekerjaan orang tua guru dan non guru ... 95
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98
xv
1. Produk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter
Berbasis Film Karakter yang Diujikembangkan Pada 10 SMP di
Indonesia ... 100 2. Kualitas Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan
Karakter Berbasis Film Karakter yang Diujikembangkan Pada
10 SMP di Indonesia ... 106 3.Nilai Validasi Efektivitas Penggunaan Produk Menurut
Penilaian Siswa ... 116 4.Capaian hasil pendidikan karakter yang diukur dengan
menggunakan soal tes asesmen hasil karakter berbasis film
karakter pada beberapa SMP di Indonesia ... 122 5.Perbedaan penilaian siswa berdasarkan perkerjaan orang tua
guru dan non guru terhadap efektivitas penggunaan soal tes
asesmen pendidikan karakter berbasis film karakter di Indonesia ... 125 6.Perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis film
berdasarkan pekerjaan orang tua guru dan non guru ... 125 B.Pembahasan ... 126
1. Produk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter
Berbasis Film Karakter yang Diujikembangkan Pada 10 SMP di
Indonesia ... 133
2.Kualitas Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan
Karakter Berbasis Film Karakter yang Diujikembangkan Pada
10 SMP di Indonesia ... 134 3.Nilai Validasi Efektivitas Penggunaan Produk Menurut
Penilaian Siswa ... 134 4.Capaian hasil pendidikan karakter yang diukur dengan
menggunakan soal tes asesmen hasil karakter berbasis film
karakter pada beberapa SMP di Indonesia ... 135 5.Perbedaan penilaian siswa berdasarkan perkerjaan orang tua
xvi
asesmen pendidikan karakter berbasis film karakter di Indonesia ... 135
6.Perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis film berdasarkan pekerjaan orang tua guru dan non guru ... 134
BAB V PENUTUP ... 134
A.Kesimpulan ... 140
B.Keterbatasan Penelitian ... 141
C. Sasaran ... 142
DAFTAR PUSTAKA ... 144
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Daftar Sekolah ... 80
Tabel 3.2 Jumlah Subjek Uji Coba Penelitian ... 81
Tabel 3.3 Waktu Penelitian ... 82
Tabel 3.4 Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 85
Tabel 3.5 Ukuran KMO ... 90
Tabel 3.6 Nilai Koefisien Alpha ... 92
Tabel 3.7 Kategori PAP Tipe 1 ... 93
Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Karakter Subjek Penelitian ... 94
Tabel 4.1 Hasil Analisis Faktor 1 ... 101
Tabel 4.2 Rotated Componen Matrix ... 102
Tabel 4.3 Hasil Analisis Faktor Variabel 2 dan variabel 3 ... 102
Tabel 4.4 Rotated Componen Matrix ... 103
Tabel 4.5 Hasil Analisis Faktor Variabel 4 ... 105
Tabel 4.6 Rotated Componen Matrix ... 105
Tabel 4.7 Hasil Analisis Faktor Variabel 5 ... 106
Tabel 4.8 Rotated Componen Matrix ... 107
Tabel 4.9 Reliability Statistics ... 108
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut Penilaian Siswa pada Beberapa SMP di Indonesia ... 109
Tabel 4.11 Rekaptulasi Hasil Efektifitas Penggunaan Soal Tes ... 110
Tabel 4.12 Kategori Efektifitas Model yang Digunakan ... 112
Tabel 4.13 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ... 114
xviii
Tabel 4.15 Deskriptif Statistics ... 115
Tabel 4.16 Ordinal ... 116
Tabel 4.17 Grup Statistics ... 117
Tabel 4.18 Independent T test ... 117
Tabel 4.19 Independent T test ... 118
Tabel 4.20 Grup Statistics ... 120
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 60
Gambar 2.1 Prosedur Pengembangan Penelitian ... 62
Gambar 3.1 Alur Pembuatan Soal Tes Karakter Peduli Lingkungan
dan Soal Tes Karakter Karakter Peduli Sosial ... 87
Gambar 3.2 Print Out Hasil Uji Fit Model Soal Tes
Karakter Peduli Lingkungan ... 89
Gambar 3.3 Print Out Hasil Uji Fit Model Soal Tes
Karakter Peduli Sosial ... 91
Gambar 3.4 Grafik Profile Capaian Hasil
Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan ... 107
Gambar 3.5 Komposisi Kategorisasi Capaian
Karakter Peduli Lingkungan Siswa Kelas VII B dan VIII A ... 108
Gambar 3.6 Grafik Profile Capaian Hasil
Pendidikan Karakter Peduli Sosial ... 110
Gambar 3.7 Komposisi Kategorisasi Capaian
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penilaian Siswa ... 137
Lampiran 2 Lembar Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 138
Lampiran 3 Lembar Validasi Siswa ... 139
Lampiran 4 Surat Pernyataan Kesediaan Mitra ... 140
Lampiran 5 Surat Keterangan ... 141
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian spesifikasi profuk yang
dikembangkan, manfaat penelitian, dan definisi istilah yang digunakan dalam
penelitian.
A.Latar Belakang Masalah
Keberlangsungan pendidikan karakter di sekolah telah lama dilakukan dan
semakin didukung dengan adanya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 tahun
2017 tentang penguatan pendidikan karakter (PPK). Meskipun demikian, belum
diketahui efektivitas hasilnya. Oleh sebab itu, untuk memaksimalkan kualitas
pendidikan karakter perlu adanya evaluasi mengenai keterlaksanaan pendidikan
karakter di setiap sekolah di Indonesia. Barus (2016) mengatakan bahwa “perlu
dilakukan evaluasi komprehensif tentang keterlaksanaan, hambatan-hambatan, dan
efektivitas pendidikan karakter yang telah berlangsung.”
Pelaksanaan pendidikan karakter harus diikuti dengan penilaian hasilnya
untuk mengetahui tingkat keberhasilan program yang dilaksanakan. Integrasi
pendidikan karakter di Sekolah Menegah Pertama (SMP) telah direncanakan dan
dibangun sejak tahun 2010, artinya hampir satu dekade keberlangsungan
pendidikan karakter telah berlangsung, namun hingga saat ini belum ada evaluasi
dilaksanakan. Pendidikan karakter yang diberikan di sekolah harus diikuti dengan
penilaian (evaluation), pengukuran (measurement) dan refleksi (reflection/value
internalization) yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi
program pendidikan karakter. Meskipun pendidikan karakter sudah dijalankan
tetapi sampai saat ini di Indonesia belum ada alat ukur atau asesmen yang menjadi
standar untuk mengukur karakter peserta didik tingkat Sekolah Mengengah Pertama
(SMP).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dan tim yang tersebar di sepuluh
sekolah yang ada di Indonesia antara lain: SMP Fransiskus Tanjungkarang,
Lampung; SMP St. Aloysius Turi, Yogyakarta SMP N 1 Yogyakarta; SMP Raden
Fatah Cimanggu; SMP N 3 Wates; SMP N 31 Purworejo; SMP N 2 Barusjahe,
Medan; SMP Maria Padang; SMP Pangudi Luhur Wedi, Klaten; SMP N 2 Playen
Gunungkidul, Yogyakarta diketahui bahwa sekolah tersebut telah melaksanakan
pengembangan program pendidikan karakter untuk mendukung pendidikan karakter
diantaranya adalah upacara bendera, sabtu bersih, literasi membaca setiap pagi,
rekoleksi/retret, achievement motivation training, dan senyum-salam-sapa setiap
pagi yang telah diikuti dengan baik oleh seluruh. Para guru mengupayakan untuk
meningkatkan secara optimal pendidikan karakter melalui penilaian hasil
pendidikan karakter dengan metode observasi, wawancara, penulisan buku harian,
sistem poin, skala sikap dan hasil lomba/penjurian, namun setelah ditelaah satu
persatu metode evaluasi tersebut kurang efektif dan tidak dapat diukur validitasnya.
nilai kurang objektif dan bertumpu pada like or dislike. Setyawan, 2014) dalam
Barus (2016) mengungkapkan bahwa :
Assessment issues arise when school is preparing reports on student learning outcomes. In both numerical and words evaluations scale, the reports are generally less accurate in describing scale, the fact. For example, if it is stated that the Character Building value is 80%, what character qualities are implied by the number, and what is difference with the 70%? If declared in the report the learning result value is B or good? That sometimes makes Character Building lessons less meaningful to students.
Artinya bahwa sekolah membutuhkan asesmen untuk menilai keberhasilan
pendidikan karakter, namun berdasarkan penelitian Setyawan ditemukam adanya
ketidakobjektivan skala penilaian dan ketidaksesuaian hasil penilaian karakter
siswa dengan karakter siswa yang sebenarnya. Beberapa sekolah menggunakan
skala presentase 1-100% untuk melakukan penilaian seberapa baik karakter siswa.
Spesifikasi perbedaan karakter seperti apa yang membedakan siswa yang
mendapatkan nilai 80% dan siswa yang mendapatkan 70%? Dari hasil observasi
dan wawancara beberapa guru BK di beberapa sekolah di Indonesia diketahui
bahwa sistem skala presentase ini masih mengandalkan observasi/pengamatan
sebagai media utama. Tidak ada klasifikasi yang valid atau pemetaan presentase
yang jelas untuk menilai hasil pendidikan penilaian karakter siswa. Skala presentasi
tersebut ternyata kurang valid, adil, efektif dan menyeluruh.
Metode lain yang sering digunakan di sekolah adalah penerapan sistem poin.
dinilai negatif akan mendapatkan catatan poin yang berdampak pada penilaian akhir
siswa. Sistem poin tidak jauh berbeda dengan skala penilaian di atas yang
mengunakan observasi dalam pelaksanaannya. Bila menghadapi kondisi siswa yang
berperilaku baik di rumah tetapi bertindak lebih agresif selama di sekolah dan siswa
yang sangat penurut di sekolah tetapi sangat sulit diatur selama di rumah sistem
poin tidak dapat digunakan untuk menunjukan sejauh mana nilai karakter tertanam
dalam hati nurani siswa yang tercermin dalam tindakannya.
Barus (2016) mengungkapkan bahwa:
Penerapan sistem poin yang berasumsi bahwa pelanggaran
pelanggaran ‘kejahatan’ siswa harus dihitung, dicatat, dan ditakar sangat tidak berakar dan tidak memanusiakan.Mengambil pandangan yang sepenuhnya negatif pada anak dengan menganggap bahwa anak dilahirkan berdosa dan jahat dan bahwa adalah tugas pendidikan untuk memperbaiki ini melalui hukuman dan melatih ketaatan, merupakan langkah awal kekeliruan dalam penerapan sistem poin.
Hasil yang tidak akurat dapat menimbulkan ketidakpercayaan dan pengabaian hasil
penilaian karakter dan siswa terfokus hanya pada pengembangan kognitif dan
berlomba-lomba meningkatkan nilai untuk menunjukkan dirinya menjadi juara
kelas, nilai semester yang tinggi dan pemenang olimpiade. Sering ditemukan siswa
yang mencontek ketika ujian nasional dan siswa yang stress menjelang ujian.
Padahal pendidikan karakter sangat terintregrasi pada seluruh aspek pendidikan
termasuk dalam pengembangan kognitif siswa di sekolah. Bila sekolah hanya
menggunakan metode observasi untuk menilai kompetensi karakter siswa maka
observation has a problem; high subjectivity. The main problem with observation is
the lack of observer objectivity.” Observasi memiliki kekurangan keakuratan
objektivitasnya karena penilaian dari hasil observasi sangat bergantung pada
pemikiran objektivitas pengobservasi yang akan cenderung subjektif.
Ternyata hasil wawancara menyatakan bahwa menentukan metode yang
akurat dan tepat dalam menilai perkembangan karakter siswa bukanlah hal yang
mudah, bila melihat beberapa metode yang telah digunakan masih memiliki
kekurangan-kekurangan. Banyak tantangan dan aspek-aspek yang perlu untuk
diperhitungan dan dipertimbangan dalam menilai karakter siswa. Aspek-aspek
seperti latar belakang keluarga, lokasi tempat tinggal, pekerjaan, perekonomian
tersebut kemungkinan besar dapat mempengaruhi penyerapan pendidikan karakter
yang diberikan oleh keluarga, sekolah bahkan lingkungan sekitar anak bertumbuh.
Saat melihat seorang siswa memiliki orang tua yang berprofesi sebagai
seorang guru mungkin saja kita akan berfikir tingkat penyerapan pendidikan
karakternya menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang orangtuanya
bukan guru. Keluarga merupakan tempat pembentukan karakter anak yang utama,
terlebih pada masa-masa awal pertumbuhan mereka sebagai manusia. Dalam hal ini
keluarga memiliki investasi afeksi yang paling utama. Anak yang memiliki ikatan
emosional yang tinggi terhadap ayah dan ibunya akan menjadikan orangtuanya
sebagai model mulai dari cara bertindak, cara berfikir dan cara bertutur kata.
Singkatnya orangtualah yang menjadi tempat pertama pembentukan karakter anak.
guru maka sang anak akan memiliki karakter yang lebih baik dibandingkan dengan
anak yang orangtuanya non guru. Gurumerupakan salah satu komponen terpenting
dalam dunia pendidikan. Ruh pendidikan sesungguhnya terletak dipundak guru.
Bahkan, baik buruknya atau berhasil tidaknya pendidikan hakikatnya ada di tangan
guru. Sebab, sosok guru memiliki peranan yang strategis dalam mengukir peserta
didik menjadi pandai, cerdas, terampil, bermoral dan berpengetahuan luas.
Sebagai tenaga edukatif dalam lingkup sekolah, guru harus memiliki
kompetensi-kompetensi dasar kependidikan. Sebab dalam interaksi pembelajaran
peserta didik, seorang guru harus bisa melakukan demonstrasi yang hidup dan
menyenangkan bagi peserta didik. Kemampuan dasar yang harus dimiliki guru
adalah yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Misalnya, berkepribadian
dewasa, mandiri dan bertanggung jawab terutama secara moral sehingga dapat
dijadikan teladan bagi peserta didiknya. Kompetensi yang dimaksud adalah
kompetensi kepribadian. Pandangan ini muncul dikarenakan seorang guru haruslah
memiliki kualitas moral sebagai seorang pendidik di sekolah yang kemungkinan
besar akanterintegrasi juga dalam mengasuh anaknya sendiri di rumah.
Hal tersebutlah yang membuat peneliti menjadi tertarik untuk mengetahui
bagaimana hasil penilaian karakter dari siswa yang orangtuanya guru dan non guru
dan berdasarkan kegelisahan yang dialami oleh guru-guru serta permasalahan
ketidakakuratan penilaian karakter peserta didik di SMP maka melalui penelitian
yang panjang Tim Peneliti Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) Bimbingan
evaluasi dalam bentuk tes berbasis film. Barus (2017) menegaskan model
pendidikan Karakter di SMP Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif
dengan Pendekatan Experiential Learning telah dikembangkan melalui penelitian
Stranas tahun 2014-2016, namun metode penelitiannya belum dikembangkan untuk
itu tim pengembang telah berhasil menyusun 440 soal karakter di uji ternyata valid,
reliabilitasnya sangat bagus, memiliki daya beda yang baik, dan memiliki tingkat
kesukaran yang berdiferensiasi.
Soal-soal yang dikembangkan sudah memberikan bukti cukup baik, namun
pengujian kualitas dan efektivitasnya perlu dilanjutkan dan diuji plementasikan
pada wilayah yang lebih luas.Barus (2017) model pendidikan karakter hasil
pengembangan tahun 2014-2016 tersebut perlu diinternalisasikan pada skala
nasional. Untuk itu, diterbitkan Buku Pendidikan Karakter di SMP jilid 1, 2, dan 3
(ber-ISBN) dan dipublikasikan secara nasional. Sembari membangun legitimasi dan
gerakan habitualisasi produk penelitian tersebut pada sekolah mitra secara nasional,
sustanabilitas proses penelitian pengembangan ini perlu dilanjutkan dengan
penguatan sistem penilaiannya dan ditargetkan dapat menghasilkan produk berupa
model asesmen hasil pendidikan karakter di SMP berbasis media film karakter.
Diharapkan produk ini dapat digunakan guru mata pelajaran dan khususnya guru
BK ( Bimbingan dan Konseling) dalam melaksanakan asesmen hasil pendidikan
karakter yang lebih efektif, objektif, valid, praktis, dan berkeadilan di SMP.
Media film ini dipilih karena film lebih menggambarkan aspek sikap, afeksi,
dengan pengukuran metode lainnya. Sesuai dengan kekuatan film menurut
Kustandi & Sutjipto (2013) bahwa film dapat menyajikan suatu proses dengan lebih
efektif dibandingkan dengan media lain, film dapat melengkapi
pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika membaca, berdiskusi, dan praktik. Film
ini berdurasi 1-2 menit yang memvisualisasikan dilema moral, berdasarkan film
tersebut siswa diminta untuk menjawab soal-soal yang menyertainya.
Penggunaan evaluasi berbasis film dirasa efektif karena langsung menyentuh
pada dilema-dilema moral remaja. Film-film yang ditampilkan sesuai dengan
karakter peserta didik di SMP yaitu karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial,tanggung jawab, daya juang, memaafkan, rendah hati dan
rasa ingin tahu untuk lebih secara nyata merasakan dan memahami dilema moral
yang terjadi. Sehingga yang dinilai bukan hanya perilaku anak yang bermasalah
saja, namun semua peserta didik yang ada di sekolah. Tidak ada lagi penilaian
objektivitas (like and dislike) dan kelemahan-kelemahan observasi yang dapat
ditutupi oleh guru. Berdasarkan telah kebutuhan di atas, peneliti sebagai mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma bersama tim
pada kesempatan ini peneliti ingin melanjutkan tahapan penelitian dan
pengembangan (Research and Development) yang sudah terlebih dahulu dilakukan
oleh Tim Penelitian Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) Program Studi
6. Oleh sebab itu, peneliti ingin melanjutkan pengujian produk tahap ke 7 dan 8,
yaitu Revisi Produk dan Uji Coba Pemakaian dengan mengangkat topik tentang
Analisis Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan
Karakter di SMP. Maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG ORANG TUANYA GURU DAN NON GURU PADA SEPULUH SMP
DI INDONESIA”
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa
masalah antara lain sebagai berikut :
1. Pada metode penilaian karakter siswa yang digunakan masih ditemukan banyak
ketidakjujuran dan ketidakberkeadilan, karena menerapkan sistem
mengira-ngira saja dan besar kemungkinan mengandung unsur subjektifitas yang tinggi
atau like and dislike.
2. Penilaian karakter siswa karakter siswa masih mengandalkan metode observasi
yang kurang efektif.
3. Guru-guru belum mengenal cara lain yang lebih akurat dan objektif untuk
mengukur karakter peserta didik dan belum pernah ada model pengukuran
4. Sampai sekarang pelaksanaan pendidikan karakter, terutama di SMP masih
berada dalam tahap pengetahuan/kognitif dan belum sampai pada tahap
internalisasi kehidupan sehari-hari dan pengukuran hasilnya belum terbangun.
5. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi yang efektif digunakan dalam
mengevaluasi pendidikan karakter di SMP.
6. Pemerintah belum menetapkan model penilaian/evaluasi standar yang dapat
mengukur tentang seberapa dalam peserta didik dapat menginternalisasikan
penerapan pendidikan karakter yang ada di sekolah.
7. Model evaluasi yang dilakukan selama ini hanyalah menggunakan paper based
test, wawancara/tanya jawab, cerita, observasi, penilaian diri, dan pengamatan
yang dinilai kurang optimal, sehingga peserta didik belum
menghayati/menginternalisasi dalam kehidupan siswa
8. Hasil penilaian pendidikan karakter pada peserta didik di SMP belum akurat
9. Sistem dan teknik penilain pendidikan karakter di SMP belum efektif dalam
mengkaji karakter peserta didik
10. Pada kesepuluh sekolah yang diteliti belum pernah melaksanakan model
pengukuran karakter menggunakan soal tes asesmen penelitian pendidikan
karakter berbasis film.
11. Penggunaan soal tes asesmen berbasis film karakter dirasa cukup efektif dalam
memperkenalkan kasus-kasus degradasi moral yang sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari pada siswa SMP dibandingkan hanya dengan menyebar
12. Belum diketahui secara pasti soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
berbasis film yang dihasilkan oleh peneliti sebelumya efektif atau tidak
diterapkan di sekolah dengan sampel yang lebih luas.
13. Penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter
belum diketahui efektivitasannya dalam memperlihatkan penilaian karakter
siswa dengan latar kehidupan keluarga yaitu siswa yang orangtuanya guru dan
non guru.
C.Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan mengingat adanya keterbatasan
penelitian maka fokus kajian diarahkan untuk menjawab masalah-masalah pada
butir 5 ,12 dan 13. Fokus penelitian ini diarahkan pada tahapan pengembangan dan
uji penggunaan alat tes dan evaluasi efektivitas soal tes pendidikan karakter siswa
berbasis film pada wilayah yang lebih luas dengan karakteristik sampel (siswa/i
yang orangtuanya guru dan non guru).
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa
masalah antara lain sebagai berikut
1. Seperti apa revisi produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis
film karakter yang diujicobakan pada 10 SMP di Indonesia ?
2. Seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
3. Apa saja efektivitas yang terpenuhi dalam penggunaan soal tes yang
diujikembangkan tersebut menurut penilaian siswa ?
4.Seperti apa capaian hasil pendidikan karakter siswa yang diukur dengan
menggunakan soal yang diujikembangkan tersebut pada 10 SMP di Indonesia ?
5.Apakah terdapat perbedaan penilaian hasil asesmen pendidikan karakter pada
siswa yang orang tuanya guru dan non guru?
6.Apakah terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter siswa yang orang
tuanya guru dan non guru?
E.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Peneliti mengetahui hasil revisi produk soal tes asesmen pendidikan
karakter.
2. Peneliti mengetahui seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil penelitian
pendidikan karakter berbasis film yang dikembangkan berdasarkan nilai
validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesulitan.
3. Peneliti menganalisis dan mendeskripsikan capaian hasil pendidikan karakter
berdasarkan evaluasi efektivitas soal tes pendidikan karakter berbasis film.
4. Peneliti mengukur efektivitas penggunaan soal-soal tes asesmen hasil penelitian
pendidikan karakter berbasis film.
5. Peneliti memperoleh informasi mengenai adanya perbedaan nilai efektivitas
model asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film berdasarkan penilaian
6.Peneliti memperoleh informasi apakah terdapat perbedaan capaian hasil belajar
siswa yang orang tuanya guru dan non guru
F.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk semua pihak, baik itu
manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan bahan
kajian tentang efektivitas penilaian karakter siswa di SMP serta diharapkan
menambah wawasan dan pengembangan penelitian serupa terutama pada ranah
pendidikan karakter.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini memberikan sumbangan mengenai evaluasi/penilaian
pengukuran pendidikan karakter menggunakan soal tes asesmen hasil
pendidikan karakter berbasis film karakter. Selain itu penelitian ini juga
dilaksanakan dalam rangka untuk menemukan model alternatif sistem
penilaian dan pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia.
b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi kepala sekolah
dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam pengembangan pendidikan
dan guru mata pelajaran) di SMP, proses dan produk penelitian
pengembangan ini diharapkan dapat memberikan suatu model asesmen
pendidikan karakter berbasis media film yang lebih efektif (fisibel, realistik,
ekonomis, relatif praktis dan mudah digunakan) untuk mengukur hasil
pendidikan karakter di sekolah.
c. Bagi lembaga pendidikan
Prosedur dan hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai
bahan referensi alternatif untuk pengembangan konsep bimbingan dan
konseling pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP.
d.Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui, memahami efektivitas model penilaian
pendidikan karakter melalui soal tes asesmen pendidikan karakter berbasis
film. Selain itu peneliti juga berkesempatan untuk membuat dan
mengaplikasikan soal tes asesmen pendidikan karakter berbasis media film di
sekolah.
e. Bagi peneliti lain
Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai refrensi
dalam mengembangkan penelitian dengan topik pendidikan karakter di
sekolah. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan peneliti lain sebagai
sumber pengetahuan tambahan bagi peneliti yang berminat meneliti
pengembangan soal tes hasil pendidikan karakter berbasis media film guna
G.Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Efektivitas adalah suatu keadaan/kondisi untuk mengukur kegiatan tertentu
apakah dapat berhasil sesuai dengan target yang telah ditentukan atau tidak.
Target tersebut dapat dilihat melalui kuantitas, kualitas, dan waktu pelaksanaan
kegiataan, dimana ketika semakin tinggi presentase target yang dicapai maka
efektivitasnya juga akan semakin tinggi.
2. Soal tes adalah seperangkat pernyataan atau pertanyaan yang berbentuk pilihan
ganda yang berkaitan dengan dilema moral dan memuat beberapa pertanyaan
seputar pendidikan karakter untuk mengukur perilaku secara objektif.
3. Asesmen hasil adalah merupakan proses untuk mengetahui apakah proses dan
hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang
ditetapkan.
4. Pendidikan karakter adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh lembaga sekolah
melalui guru yang memiliki tujuan untuk membentuk karakter pribadi siswa
secara otentik dan mengarah pada perilaku/karakter yang baik demi kemajuan
penerus bangsa.
5. Penggunaan film sebagai media film adalahpotongan-potongan video yang
berkaitan dengan dilema moral pada kebanyakan anak SMP dan dapat mengukur
tentang sejauh mana siswa/i menginternalisasi video tersebut dalam
6. Siswa dengan orang tua guru dan non guru adalah sebagai variabel yang menjadi
17 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori yang dijadikan dasar untuk membangun kerangka
konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka dalam bab ini peneliti mengemukakan
beberapa konsep yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu hakikat
pendidikan karakter di sekolah; hakikat evaluasi, asesmen dan tes; hakikat asesmen
pendidikan karakter di sekolah; media film dalam pendidikan karakter; hakikat siswa
yang bertempat tinggal di kota dan desa; hakikat media film dalam pendidikan karakter,
dan kajian penelitian yang relevan dan kerangka pikir.
A.Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah 1.Pengertian Karakter
Berkowitz (Koesoema, 2012: 25) mendefinisikan karakter sebagai
sekumpulan karakter psikologis yang memengaruhi kemampuan dan
kecondongan pribadi agar dapat berfungsi secara moral. Sedangkan menurut
Pritchard (Koesoema, 2012: 27) karakter adalah “a compex set of relatively
persistent qualities of the individual person, and the term has a definite positive
connotation when it is used in discussions of moral education.” Artinya,
karakter merupakan sekumpulan kualitas moral yang relative stabil dalam diri
seseorang. Karakter ini memiliki konotasi positif ketika diterapkan dalam
diskusi moral. Dalam buku yang ditulis oleh Samani & Hariyanto (2011: 41)
karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika.
Sedangkan Lickona (Akhwan, 2014: 61) mengatakan bahwa karakter
berkaitan dengan ketiga komponen, yaitu konsep moral (moral knowing), sikap
moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Ia juga mengatakan
bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan,
keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Berkaitan
dengan hal tersebut, Yaumi (2014: 7) mengatakan bahwa komponen karakter
adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, kekuatan, dan sikap seseorang
yang ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan. Ia juga mengatakan,
karakter seseorang terpisah dari moralitasnya, baik buruknya karakter tergambar
dalam moralitas yang dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang merupakan
perwujudan dari karakter. Kebenaran tidak akan terbangun dengan sendirinya
tanpa adanya karakter. Moralitas dan kebenaran yang telah terbentuk merupakan
perwujudan dari perbuatan baik. Kebaikan inilah yang mendorong suatu
kekuatan dalam diri seseorang untuk menegakkan keadilan. Kebenaran,
kebaikan, dan kekuatan sikap adalah bagian integral yang menyatu dengan
Gambar 2.1 Komponen Karakter
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa moral dan karakter
adalah dua hal yang berbeda. Moral berarti pengetahuan seseorang terhadap
hal baik atau buruk, sedangkan karakter adalah tabiat, tindakan/kebiasaan
seseorang yang langsung ditentukan oleh otak. Meskipun keduanya memiliki
arti yang berbeda, namun moral dan karakter memiliki keterkaitan. Karakter
memiliki makna lebih tinggi dari pada moral, karena bukan sekedar
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Moral merupakan salah
satu komponen yang membentuk karakter individu ketika moral behavior
dapat dilakukan secara berulang. Maka, dapat dikatakan karakter adalah
suatu kebiasaan (habituation) untuk melakukan yang baik berdasarkan
pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan
perbuatan kebaikan.
Moralitas
Kebenara n Sikap
KARAKTER
2.Pengertian Pendidikan Karakter
Burke (Samani & Hariyanto, 2011: 43) juga mengatakan bahwa
“pendidikan karakter semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran yang
baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik.”
Sedangkan, menurut Samani & Hariyanto (2011: 44) “pendidikan karakter
adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia
seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan
karsa.” Mereka juga menyampaikan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai
sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Character Education Partnership (CEP) (Doni Koesoema, 2012: 57)
sebuah program nasional pendidikan karakter di Amerika Serikat,
mendefinisikan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
Sebuah gerakan nasional untuk mengembangkan sekolah-sekolah agar dapat menumbuhkan dan memelihara nilai-nilai etis, tanggung jawab dan kemauan untuk merawat satu sama lain dalam diri anak-anak muda, melalui keteladanan dan pengajaran tentang karakter baik, dengan cara memberikan penekanan pada nilai-nilai universal yang diterima oleh semua. Gerakan ini merupakan usaha-usaha dari sekolah, distrik, dan Negara bagian yang sifatnya intensional dan proaktif untuk menanamkan dalam diri para siswa nilai-nilai moral inti, seperti perhatian dan
perawatan (caring), kejujuran, keadilan (fairness), tanggung jawab dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain.
Beberapa definisi di atas dapat diartikan bahwa pendidikan karakter
pribadi yang baik, sopan, bertanggungjawab, memiliki rasa hormat, jujur, adil,
menghargai dan memahami satu sama lain yang diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari melalui program pemerintah yang ditujukan kepada sekolah.
3.Tujuan, Fungsi dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter a. Tujuan pendidikan karakter
Menurut Kemendiknas (2010) Peraturan pemerintah nomor 17 tahun
2010 tentang pengelolaan penyelenggaraan pendidikan pada pasal 17 ayat
(3) “Pendidikan dasar, termasuk sekolah menengah pertama (SMP)
bertujuan membangun landasan bagi berkembangnnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (c) berilmu,
cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (d) sehat, mandiri dan percaya diri; (e)
toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.”
Melalui penjelasan pada pasal tersebut jelas bahwa tujuan dari
pendidikan sangat berkaitan dengan pendidikan karakter. Dapat disimpulkan
bahwa melalui pendidikan di sekolah nilai-nilai karakter dapat diterapkan
agar membawa perubahan bagi peserta didik dalam hal; beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur; memiliki ilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
selain itu juga mampu membantu peserta didik menjadi pribadi yang sehat,
mandiri dan percaya diri; serta memiliki rasa toleran, peka sosial,
b. Fungsi pendidikan karakter
Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 97) fungsi pendidikan karakter
adalah:
1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi
prilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan
perilaku yang mencerminkan karakter dan karakter bangsa.
2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung
jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih
bermartabat.
3) Penyaring: untuk menyaring karakter-karakter bangsa sendiri dan
karakter bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter dan
karakter bangsa.
c. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan karakter
Menurut Direktorat pembinaan SMP (Fathurrohman, 2013: 145-146).
Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter.
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik.
6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang, yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para peserta didik.
8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada
nilai dasar yang sama.
9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
10)Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
dalam usaha membangun karakter.
11)Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter, dan manifestasi karakter.
4.Nilai-Nilai Karakter Utama yang Dikembangkan dalam Pendidikan
Nilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam pendidikan adalah karakter
religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli
lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, nasionalisme, inovatif, daya juang,
rendah hati, memaafkan, kepemimpinan, dan kerja keras. Beberapa karakter
SMP di Indonesia. Karakter-karakter tersebut diciptakan dalam bentuk potongan
film pendek yang diikuti dengan soal-soal karakter yang sesuai dengan potongan
film tersebut. Soal yang berjumlah 88 tersebut digunakan sebagai produk asesmen
pendidikan karakter bagi beberapa siswa SMP di Indonesia.
5.Nilai karakter di sekolah
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial,
peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, yang
dikelompokkan menjadi lima, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam
hubungannya dengan (1) Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama
manusia, dan (4) lingkungan, serta (5) kebangsaan. Butir-butir SKL SMP
(Permen Diknas nomor 23 tahun 2006) dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22
tahun 2006). Berikut adalah daftar 20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi
ringkasnya.
1.Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius) Pikiran,
perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada
nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
2.Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri:
a. Jujur, Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
b. Bertanggung jawab, Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan YME.
c. Bergaya hidup sehat, Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik
dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan
buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
d. Disiplin, Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras, Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan)
dengan sebaik-baiknya.
f. Percaya diri, Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap
pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
g. Berjiwa wirausaha, Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru,
menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta
mengatur permodalan operasinya.
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, berpikir dan melakukan
sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
i. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
j. Ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
k. Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, Sikap tahu dan mengerti
serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain
serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b. Patuh pada aturan sosial, sikap menurut dan taat terhadap
aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain, Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
d. Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun
tata perilakunya ke semua orang.
e. Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi
bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
5. Nilai kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
a. Nasionalis, Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
b. Menghargai keberagaman, Sikap memberikan respek/hormat terhadap
berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku,
dan agama.
B.Hakikat Evaluasi, Asesmen dan Tes
1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes a. Pengertian Evaluasi
Wringston (Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa “evaluasi adalah
penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan atau
nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.” Sedangkan, Lessingner
(Gibson, 1981: 374) mendefinisikan bahwa “evaluasi adalah sebagai proses
penilaian dengan jalan membandingkan antara tujuan yang diharapkan
dengan kemajuan/prestasi nyata yang dicapai.”
Sementara itu Gay (Sukardi, 2014: 8) berpendapat bahwa evaluasi
adalah sebuah proses sistematis pengumpulan dan penganalisisan data untuk
pengambilan keputusan. Jadi, evaluasi adalah proses penilaian,
pengumpulan, dan menganalisis data atau suatu kejadian pada kenyataan
dengan program atau tujuan yang sudah ditetapkan.
b. Pengertian Asesmen (Penilaian)
Linn dan Grounlund (Uno dan Koni, 2012: 1) menegaskan “asesemen
(penilaian) adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang belajar siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan
format penilaian kemajuan belajar.” Sedangkan, Sarwiji Suwandi (2009: 7)
proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau
kriteria yang telah ditetapkan.”
Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh
informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan
hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan sebagai dasar
untuk menentukan perlakuan selanjutnya (Depdiknas, 2001). Jadi, penilaian
adalah suatu kegiatan mengumpulkan dan menganalisis data tentang suatu
proses dan hasil belajar siswa untuk mendapatkan informasi, apakah hasil
yang diperoleh sudah sesuai dengan tujuan atau standar yang ditetapkan atau
belum.
c. Pengertian Tes
Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 67) mengatakan bahwa “tes
merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites.” Arikunto (2012)
menegaskan “tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang
berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa.”
Menurut Brown (Elis Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 128), “a test
as a systematic procedure for measure a sample of behavior”, yang
menjelaskan bahwa pada prinsipnya suatu tes merupakan suatu prosedur
suatu ukuran penilaian yang dijadikan patokan oleh individu (guru) untuk
mengukur kemampuan individu yang diberikan tes (siswa).
2. Tujuan dan Fungsi Asesmen a. Tujuan Asesmen
Menurut pedoman penilaian Depdikbud (Jihad & Haris. 2008: 63),
tujuan penilaian adalah “untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, untuk
perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa serta sekaligus memberi
umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar.” Sementara Jihad
& Haris (2008: 63) mengatakan bahwa “tujuan penilaian untuk
mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan atau kesulitan belajar siswa, dan
sekaligus memberi umpan balik yang tepat.”
Menurut Suwandi, Sarwiji (2009: 14) mengatakan bahwa “secara
umum semua jenis penilaian berbasis kelas bertujuan untuk menilai hasil
belajar peserta didik di sekolah, mempertanggungjawabkan penyelenggaraan
pendidikan kepada masyarakat, dan untuk mengetahui ketercapaian mutu
pendidikan secara umum.”
b. Fungsi Asesmen
Menurut Supranata & Hatta (Suwandi, Sarwiji. 2009: 15) mengatakan
bahwa penilaian berbasis kelas memiliki sejumlah fungsi, yaitu sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas, umpan balik dalam
perbaikan program pengajaran, alat pendorong dalam meningkatkan
evaluasi terhadap kinerjanya serta bercermin diri (instrospeksi) misalnya
melalui portofolio.
Menurut Nana Sudjana (Jihad & Haris. 2008: 56) penilaian (asesmen)
berfungsi sebagai:
a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan
fungsi ini maka penilaian (asesmen) harus mengacu kepada
tujuan-tujuan intruksional.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengjar. Perbaikan
mungkin dapat dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan
belajar siswa, strategi mengajar guru.
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan siswa kepada orangtuanya.
Dalam laporan tersebut dikemukakan dan kecakapan belajar siswa
dalam bentuk-bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
3. Ruang Lingkup Asesmen
Uno, Hamzah, dan Satria Koni (2012:17) menjelaskan isi model
penilaian kelas meliputi konsep dasar penilaian kelas, teknik penilaian,
langkah-langkah pelaksanaan penilaian, pengolahan hasil penilaian serta pemanfaatan
dan pelaporan hasil penilaian. Dalam konsep penilaian, dijelaskan apa yang
dimaksud dengan penilaian, manfaat penilaian, fungsi penilaian, dan
rambu-rambu penilaian. Teknik penilaian akan menjelaskan berbagai cara dan alat
4. Prinsip-prinsip Asesmen
Depdiknas tahun 2002 (Suwandi, Sarwiji. 2009: 21) mengatakan bahwa
prinsip umum penilaian (asesmen) meliputi:
a. Valid, artinya penilaian harus mengukur apa yang seharusnya diukur
dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya dan sahih.
b. Mendidik, artinya penilaian harus memberi sumbangan yang positif
terhadap pencapaian hasil belajar siswa, seperti memotivasi siswa yang
berhasil dan memberikan semangat untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
c. Berorientasi pada kompetensi, artinya mampu menilai pencapaian
kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum.
d. Adil dan objektif, artinya penilaian harus adil terhadap semua siswa dan
tidak membeda-bedakan latar belakang siswa.
e. Terbuka, artinya kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai
kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
f. Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana,
bertahap teratur, terus menerus, dan berkesinambungan untuk
memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa.
g. Menyeluruh, artinya penilaian dilaksanakan secara menyeluruh, utuh,
serta berlandaskan berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan
berbagai bukti hasil belajar siswa.
h. Bermakna, artinya penilaian hendaknya mudah dipahami dan mudah
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Sedangkan menurut Jihad & Haris (2008: 63) sistem penilaian dalam
pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun penilaian akhir,
hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip sebagai berikut:
a. Menyeluruh, artinya penguasaan kompetensi dalam mata pelajaran
hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi,
kemampuan dasar serta keseluruhan indikator ketercapaian, baik
menyangkut dominan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap, perilaku,
dan nilai), serta psikomotor (keterampilan), maupun menyangkut
evaluasi proses dan hasil belajar.
b. Berkelanjutan, artinya penilaian seharusnya direncanakan dan
dilakukan secara terus menerus guna mendapatkan gambaran yang utuh
mengenai perkembangan hasil belajar siswa sebagai dampak langsung
(dampak instruksional/pembelajaran) maupun dampak tindak langsung
(dampak pengiring/nurturan effect) dari proses pembelajaran.
c. Berorientasi pada indikator ketercapaian, artinya sistem penilaian dalam
pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian yang sudah
ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan minimal dan
d. Sesuai dengan pengalaman belajar, artinya sistem penilaian dalam
pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya.
5. Jenis-jenis Asesmen
Menurut Uno dan Koni (2012) jenis-jenis asesmen dilaksanakan dalam
berbagai teknik, seperti: penilaian kinerja (performance), penilaian sikap, dan
penilaian tertulis (paper and pencil test, penilaian proyek, dan penilaian diri/self
assessment). Sedangkan menurut Subali (2016) berdasarkan ragam jenis
asesmen dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Asesmen penempatan.
Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap
masing-masing peserta didik sebelum menem[uh program
pengajaran. Tujuannya yaitu untuk mengetahui penguasaan
kemampuan prasyarat masing-masing peserta didik yang diperlukan
dalam proses pembelajaran yang akan diselenggarakan bila
diperlukan adanya kemampuan yang ditargetkan.
b. Asesmen formatif
Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap
masing-masing peserta didik selama menempuh kegiatan
pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui apakah setiap peserta
didik melaju dengan baik selama proses pembelajarannya sampai
akhir program sehingga kegiatan belajar selanjutnya menjadi lebih
c. Asesmen sumatif
Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing peserta didik
setelah selesai menempuh suatu program pembelajaran. Tujuannya
untuk menentukan nilai akhir masing-masing peserta didik yang
menempuh suatu program pembelajaran untuk selanjutnya dapat
ditetapkan apakah seorang peserta didik dinyatakan berhasil atau
gagal. Jika berhasil peserta didik tersebut akan diberi sertifikat
karena telah menguasai kecakapan atau keterampilan tertentu yang
ditargetkan dalam program pembelajaran yang dirancang.
d. Asesmen konfirmatori
Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing orang yang
ingin dinilai tanpa dilakukan dengan kegiatan pembelajaran yang
ditempuh. Asesmen konfirmatori dilaksanakan melalui pengukuran
yang menggunakan instrument yang sahih dan handal. Dalam hal
kegiatan pembelajaran, asesmen konfirmatori dapat dilakukan oleh
pihak eksternal. Pemerintah menerapkan ujian nasional untuk
menetapkan setiap peserta didik untuk dinyatakan lulus dan tidak
lulus dalam menguasai kompetensi yang diterapkan.
Sedangkan, menurut Prijowuntato (2016: 60-66) alat yang dapat
digunakan untuk menilai ketercapaian konpetensi siswa dapat dibedakan menjadi
dua yaitu tes dan non tes.
Bentuk tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik dapat
berupa; pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif/uraian bebas,
jawaban singkat/isian singkat, menjodohkan, performans/unjuk kinerja,
portofolio. Bentuk tes digunakan apabila sifat suatu objek yang diukur
menyangkut tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui,
dipahami atau proses psikis lainnya yang tidak dipahami dengan indera.
Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup
mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sebanding
sesuai jenjang pendidikan.
Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat dikategorikan menjadi
dua yaitu tes objektif dan tes non objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem
penskorannya, yaitu siapa yang memeriksa lembar jawaban tes akan
menghasilkan skor yang sama. Tes non objektif adalah tes yang sistem
penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya objektif
sedangkan non objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektifitas
pemberi skor.
b. Non tes
Bentuk non tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik
dapat berupa; observwasi, catatan anekdot, daftar cek, skala nilai, kuesioner,
wawancara. Bentuk non tes digunakan apabila perubahan tingkah laku yang
pengukuran menggunakan bentuk non tes sangat bergantung pada situasi di
mana perubahan tingkah laku individu itu muncul atau menggejala.
Oleh karenanya, situasi pengukuran yang seragam sukar dipersiapkan.
Suatu pengukuran dengan alat pengukuran non tes terjadi dalam situasi yang
kurang distandarisasi, seperti waktu pengukuran yang dapat tidak sama atau
seragam bagi semua siswa.
6. Teknik-teknik Asesmen
Teknik yang biasanya digunakan untuk mengukur/mengevaluasi hasil
ketercapaian siswa adalah menggunakan teknik tes dan teknik non-tes. Menurut
Jihad & Haris (2008: 68) alat penilaian teknik tes yaitu:
a. Tes tertulis, merupakan tes atau soal yang diselesaikan siswa secara
tertulis. Tes tertulis ini terdiri atas bentuk objektif dan bentuk uraian.
Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan,
serta jawaban singkat.sedangkan bentuk uraian meliputi uraian terbatas
dan uraian singkat.
b. Tes lisan, yang merupakan sekumpulan tes atau soal atau tugas
pertanyaan yang diberikan kepada siswa dan dilaksanakan dengan cara
Tanya jawab.
c. Tes perbuatan, merupakan tugas yang pada umumnya berupa kegiatan
praktek atau melakukan kegiatan yang mengukur ketrampilan.
Mereka juga mengungkapkan secara rinci mengenai teknis penilaian
ulangan blok, pertanyaan lisan, dan juga tugas individu. Sedangkan Depdiknas,
2001 (Jihad & Haris, 2008: 69) juga mengatakan bahwa penilaian non-tes
merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai
karakteristik minat, sifat, dan kepribadian. Melalui:
a. Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh
guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara
perorangan maupun kelompok, di kelas maupun di luar kelas;
b. Skala sikap, yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengungkap
sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang
lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa;
c. Angket, yaitu alat penilaian yang meyajikan tugas-tugas atau
mengerjakan dengan cara tertulis;
d. Catatan harian, yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang
dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya;
e. Daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek
terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau
belum.
Namun, Sukardi (2014: 104) mengatakan bahwa tes dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu tes normative dan tes kriterion. Suatu tes dikatakan sebagai
tes normative apabila evaluator dalam mengevaluasi bisa membandingkan hasil
penilaian individu antara satu individu dengan individu lainnya dalam