• Tidak ada hasil yang ditemukan

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG ORANG TUANYA GURU DAN NON GURU PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG ORANG TUANYA GURU DAN NON GURU PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA SKRIPSI"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER

PADA SISWA YANG ORANG TUANYA GURU DAN NON GURU PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Ika Rinika Sogalrey

NIM : 151114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER

PADA SISWA YANG ORANG TUANYA GURU DAN NON GURU PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Ika Rinika Sogalrey

NIM : 151114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

—’‡”•‡„ƒŠƒƒ”›ƒ•‡†‡”Šƒƒ‹‹

‡’ƒ†ƒ‡†—ƒ‘”ƒ‰–—ƒ›ƒ‹–—ƒ’ƒ–‘˜‹ƒ—•‘‰ƒŽ”‡›†ƒ„— ƒ–‡‹Ž‹‰‘Ž‹ǡƒ†‹’‡”‡’—ƒ——–‹ƒ”ƒ‡„‹†”‹ƒƒǤ†ƒƒ†‹Žƒ‹Ǧ

Žƒ‹—‹‹‰‡Ǥ

”ƒ‰–—ƒ—›ƒ‰•‡ŽƒŽ—‡‰‹”‹ƒ†‘ƒ†ƒ•‡ƒ‰ƒ–—–—— •‡Š‹‰‰ƒ‡„—ƒ–—–‡–ƒ’•‡ƒ‰ƒ–†ƒŽƒ‡‰‡Œƒ”…‹–ƒǦ…‹–ƒ

‡”‹ƒƒ•‹Š‡’ƒ†ƒ•ƒŠƒ„ƒ–Ǧ•ƒŠƒ„ƒ–•ƒ›ƒ›ƒ‹–—ƒ”‹ǡ—–”‹ǡ”‰‹ƒǡ ”‹•ƒǡ’”‹Žǡƒ•ƒŠƒ„ƒ–Ǧ•ƒŠƒ„ƒ–•ƒ›ƒ›ƒ‰‡„‡”‹ƒ‡…‡”‹ƒƒ†ƒ

‡†ƒ’‹‰‹•ƒ›ƒ†‡‰ƒ•ƒ‰ƒ––—Ž—•†ƒŽƒ‡‰‹‰ƒ–ƒǡ ‡‘–‹˜ƒ•‹†ƒ‡†‘ƒƒ•ƒ›ƒ—–—†ƒ’ƒ–‡›‡Ž‡•ƒ‹ƒƒ”›ƒ‹‹

•‡…‡’ƒ–›ƒ

(6)

v

HALAMAN MOTTO

Berdoa dan Bekerja

You Can Have Whatever You are Willing Too Struggle For

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER

PADA SISWA YANG ORANG TUANYA GURU DAN NON GURU PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA

Ika Rinika Sogalrey Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini bertujuan: 1) menghasilkan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter; 2) mengukur seberapa baik kualitas soal yang dihasilkan; 3) memperoleh informasi mengenai nilai-nilai efektifitas penggunaan soal tes 10 SMP di Indonesia; 4) mengukur capaian hasil pendidikan karakter menggunakan soal tes tersebut di 10 SMP di Indonesia; 5) menganalisis perbedaan perbedaan penilaian siswa yang orang tuanya guru dan non guru terhadap efektifitas penggunaan soal tes tersebut; 6) memperoleh informasi mengenai adanya capaian hasil pendidikan karakter siswa yang orang tuanya guru dan non guru dengan menggunakan soal tes asesmen tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and

Development). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII yang berjumlah

660 siswa. Soal tes ini berbasis film karakter berbentuk pilihan ganda dengan respon bergradasi berjumlah 88 item dan skala penilaian validasi efektifitas model oleh siswa. Teknik uji kualitas butir soal tes menggunakan pendekatan faktor analisis konfirmatori. Capaian hasil karakter siswa dianalisis dengan teknik deskriptif kategori, sedangkan validasi efektifitas model dianalisis dengan teknik deskriptif persentase.

Hasil penelitian: 1) Ditemukan 88 item hasil pendidik karakter berbasis telah diujicobakan di 10 SMP di Indonesia. 2) Produk soal tes asesmen berbasis film karakter teruji valid dan reliable untuk digunakan. 3) berdasarkan hasil penilaian dari siswa diperoleh data bahwa produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter ini sangat efektif. 4) capaian hasil pendidikan karakter yang diukur dengan menggunakan soal tes tersebut adalah terdapat 338 siswa dalam kategori karakter tinggi dan 322 siswa masuk dalam kategori karakter sedang. 5) tidak ada perbedaan penilaian siswa kedua golongan tersebut terhadap efektifitas penggunaan soal tes yang dikembangkan. 6) tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil pendidikan karakter siswa dalam menggunakan soal tes tersebut.

(10)

ix ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS VALIDATION OF THE ASSESSMENT TEST OF CHARACTER MOVIE BASED CHARACTER EDUCATION RESULT ON STUDENTS WITH TEACHERS AND NON TEACHERS PARENTS IN TEN

SMP (JUNIOR HIGH) IN INDONESIA

Ika Rinika Sogalrey Sanata Dharma University

2019

This study was aimed to: 1) produce an assessment test about the character movie-based character education results; 2) measure the quality of the assessment test of the movie-based character education results that developed including the values of validity, reliability, power difference and level of difficulty; 3) obtain information about the effectiveness of the test usage in 10 junior high schools in Indonesia; 4) obtain information about the achievement of character education results measured using the assessment test; 5) obtain information about the differences of the students assessment whose parents are teachers and non-teachers towards the effectiveness of the test usage; 6) obtain information regarding the students achievement on the character education results whose parents are teachers and non-teachers.

The type of this study is research and development study. The research subjects were students of class VII and VIII at 10 schools with total subject were 660 students. The item quality test technique about the test uses a confirmatory analysis factor approach. Achievement of student character was analyzed using category descriptive techniques, while validation of the model effectiveness was analyzed using percentage descriptive techniques.

The research results show that: 1) 88 items movie based character education test have been tested in 10 junior high schools in Indonesia. 2) the assessment test for character movie based character education is valid and reliable to use. 3) based on the results of the assessments from students shows that the data obtained said that the test about the character education results are very effective. 4) the achievement of character education measured using the test questions shows that students were in the high and medium character category. 5) the product of assessment results developed can be used by students whose parents are teachers and non-teachers, because there is no differences. 6) there is no significant difference in the results of student character education in using the test produced.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang telah

diberikan dan bimbingan-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir dengan

judul Analisis Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil

Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Berbasis Film Karakter di Beberapa

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia (Uji Validasi Pengembangan

Model Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Pada Siswa yang Orang

Tuanya Guru dan Non Guru pada Beberapa SMP di DIY dan Jawa Tengah)

Selama penulisan tugas akhir ini, peneliti mendapatkan bantuan dari

banyak pihak, maka peneliti ingin menyampaikan mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M. Si. Selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling serta Dosen Pembimbing Skripsi Peneliti yang selalu membimbing

dengan penuh kesabaran dan selalu memotivasi peneliti untuk segera

menyelesaikan penelitian ini.

3. Juster Donal Sinaga, M. Pd. Selaku Wakil Ketua Program Studi

Bimbingandan Konseling.

4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling: Ibu Indah, Ibu Hayu,

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMANMOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PIBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 13

G. Definisi Oprasional Variabel ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

A.Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah ... 17

1. Pengertian Karakter ... 18

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 21

3. Tujuan, Fungsi dan Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter ... 22

4. Nilai-Nilai Karakter Utama yang dikembangkan ... 21

(14)

xiii

B.Hakikat Evaluasi, Asesmen dan Tes ... 27

1. Pengertian Evaluasi Asesmen dan Tes ... 27

2. Tujuan dan Fungsi Asesmen ... 29

3. Ruang Lingkup Asesmen ... 31

4. Prinsip-Prinsip Asesmen ... 31

5. Jenis-Jenis Asesmen ... 33

6. Teknik-Teknik Asesmen ... 36

7. Tes Sebagai Teknik Asesmen ... 38

C.Hakikat Asesmen Pendidikan Karakter di Sekolah... 39

1. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter ... 39

2. Teknik-Teknik Asesmen Pendidikan Karakter ... 39

3. Kekuatan dan Kelemahan Tes ... 41

4. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Penggunaan Tes dalam Pendidikan Karakter ... 44

5. Hambatan-Hambatan dan Kesulitan-Kesulitan Asasmen Pendidikan Karakter Beberapa Sekolah di Indonesia ... 51

D. Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 56

1. Karakteristik Media Film Karakter ... 56

2. Kekuatan-Kekuatan Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 57

3. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Film dalam Pendidikan Karakter… ... 58

4. Film Sebagai Media Asesmen ... 59

E. Hakikat Guru dan Non Guru ... 60

1. Pengertian Guru dan Non Guru ... 60

2. Pengertian Kompetensi Guru ... 61

3. Komponen Kompetensi Guru ... 61

4. Aspek-Aspek dan Indokator Kompetensi Kepribadian Guru ... 62

F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 71

G.Kerangka Pikir ... 72

BAB III METODE PENELITIAN ... 73

(15)

xiv

B.Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 74

1. Revisi Produk Oprasional ... 78

2. Uji Lapangan Produk ... 79

C.Uji Coba Produk ... 80

1. Desain Produk ... 80

2. Tempat Penelitian dan Subjek Uji Coba Produk ... 80

D.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 82

1. Teknik Pengumpulan Data ... 82

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 83

E.Teknik Analisis Data ... 86

1.Produk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter yang Dianalisis dengan Teknik Deskriptif Kualitatif ... 86

2.Teknik Analisis Kuliatas soal-soal tes asesmen hasil penelitian pendidikan karakter berbasis film karakter yang diuji cobakan pada beberapa SMP di Indonesia ... 87

3.Teknik Analisis Nilai Efektifitas Menurut Penilaian Siswa Pada Beberapa SMP di Indonesia dalam Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter ... 92

4.Teknik Analisis Data Capaian Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Dianalisis dengan Teknik Deskriptif Kuantitatif ... 93

5.Teknik Analisis Data Perbedaan Penilaian Siswa dari Tingkat Pendidikan Orangtua Terhadap Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter ... 94

6.Teknik Analisis Data Apakah terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis film pada beberapa SMP di Indonesia berdasarkan pekerjaan orang tua guru dan non guru ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98

(16)

xv

1. Produk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter

Berbasis Film Karakter yang Diujikembangkan Pada 10 SMP di

Indonesia ... 100 2. Kualitas Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan

Karakter Berbasis Film Karakter yang Diujikembangkan Pada

10 SMP di Indonesia ... 106 3.Nilai Validasi Efektivitas Penggunaan Produk Menurut

Penilaian Siswa ... 116 4.Capaian hasil pendidikan karakter yang diukur dengan

menggunakan soal tes asesmen hasil karakter berbasis film

karakter pada beberapa SMP di Indonesia ... 122 5.Perbedaan penilaian siswa berdasarkan perkerjaan orang tua

guru dan non guru terhadap efektivitas penggunaan soal tes

asesmen pendidikan karakter berbasis film karakter di Indonesia ... 125 6.Perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis film

berdasarkan pekerjaan orang tua guru dan non guru ... 125 B.Pembahasan ... 126

1. Produk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter

Berbasis Film Karakter yang Diujikembangkan Pada 10 SMP di

Indonesia ... 133

2.Kualitas Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan

Karakter Berbasis Film Karakter yang Diujikembangkan Pada

10 SMP di Indonesia ... 134 3.Nilai Validasi Efektivitas Penggunaan Produk Menurut

Penilaian Siswa ... 134 4.Capaian hasil pendidikan karakter yang diukur dengan

menggunakan soal tes asesmen hasil karakter berbasis film

karakter pada beberapa SMP di Indonesia ... 135 5.Perbedaan penilaian siswa berdasarkan perkerjaan orang tua

(17)

xvi

asesmen pendidikan karakter berbasis film karakter di Indonesia ... 135

6.Perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis film berdasarkan pekerjaan orang tua guru dan non guru ... 134

BAB V PENUTUP ... 134

A.Kesimpulan ... 140

B.Keterbatasan Penelitian ... 141

C. Sasaran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 144

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Daftar Sekolah ... 80

Tabel 3.2 Jumlah Subjek Uji Coba Penelitian ... 81

Tabel 3.3 Waktu Penelitian ... 82

Tabel 3.4 Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 85

Tabel 3.5 Ukuran KMO ... 90

Tabel 3.6 Nilai Koefisien Alpha ... 92

Tabel 3.7 Kategori PAP Tipe 1 ... 93

Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Karakter Subjek Penelitian ... 94

Tabel 4.1 Hasil Analisis Faktor 1 ... 101

Tabel 4.2 Rotated Componen Matrix ... 102

Tabel 4.3 Hasil Analisis Faktor Variabel 2 dan variabel 3 ... 102

Tabel 4.4 Rotated Componen Matrix ... 103

Tabel 4.5 Hasil Analisis Faktor Variabel 4 ... 105

Tabel 4.6 Rotated Componen Matrix ... 105

Tabel 4.7 Hasil Analisis Faktor Variabel 5 ... 106

Tabel 4.8 Rotated Componen Matrix ... 107

Tabel 4.9 Reliability Statistics ... 108

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut Penilaian Siswa pada Beberapa SMP di Indonesia ... 109

Tabel 4.11 Rekaptulasi Hasil Efektifitas Penggunaan Soal Tes ... 110

Tabel 4.12 Kategori Efektifitas Model yang Digunakan ... 112

Tabel 4.13 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ... 114

(19)

xviii

Tabel 4.15 Deskriptif Statistics ... 115

Tabel 4.16 Ordinal ... 116

Tabel 4.17 Grup Statistics ... 117

Tabel 4.18 Independent T test ... 117

Tabel 4.19 Independent T test ... 118

Tabel 4.20 Grup Statistics ... 120

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 60

Gambar 2.1 Prosedur Pengembangan Penelitian ... 62

Gambar 3.1 Alur Pembuatan Soal Tes Karakter Peduli Lingkungan

dan Soal Tes Karakter Karakter Peduli Sosial ... 87

Gambar 3.2 Print Out Hasil Uji Fit Model Soal Tes

Karakter Peduli Lingkungan ... 89

Gambar 3.3 Print Out Hasil Uji Fit Model Soal Tes

Karakter Peduli Sosial ... 91

Gambar 3.4 Grafik Profile Capaian Hasil

Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan ... 107

Gambar 3.5 Komposisi Kategorisasi Capaian

Karakter Peduli Lingkungan Siswa Kelas VII B dan VIII A ... 108

Gambar 3.6 Grafik Profile Capaian Hasil

Pendidikan Karakter Peduli Sosial ... 110

Gambar 3.7 Komposisi Kategorisasi Capaian

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penilaian Siswa ... 137

Lampiran 2 Lembar Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 138

Lampiran 3 Lembar Validasi Siswa ... 139

Lampiran 4 Surat Pernyataan Kesediaan Mitra ... 140

Lampiran 5 Surat Keterangan ... 141

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian spesifikasi profuk yang

dikembangkan, manfaat penelitian, dan definisi istilah yang digunakan dalam

penelitian.

A.Latar Belakang Masalah

Keberlangsungan pendidikan karakter di sekolah telah lama dilakukan dan

semakin didukung dengan adanya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 tahun

2017 tentang penguatan pendidikan karakter (PPK). Meskipun demikian, belum

diketahui efektivitas hasilnya. Oleh sebab itu, untuk memaksimalkan kualitas

pendidikan karakter perlu adanya evaluasi mengenai keterlaksanaan pendidikan

karakter di setiap sekolah di Indonesia. Barus (2016) mengatakan bahwa “perlu

dilakukan evaluasi komprehensif tentang keterlaksanaan, hambatan-hambatan, dan

efektivitas pendidikan karakter yang telah berlangsung.”

Pelaksanaan pendidikan karakter harus diikuti dengan penilaian hasilnya

untuk mengetahui tingkat keberhasilan program yang dilaksanakan. Integrasi

pendidikan karakter di Sekolah Menegah Pertama (SMP) telah direncanakan dan

dibangun sejak tahun 2010, artinya hampir satu dekade keberlangsungan

pendidikan karakter telah berlangsung, namun hingga saat ini belum ada evaluasi

(23)

dilaksanakan. Pendidikan karakter yang diberikan di sekolah harus diikuti dengan

penilaian (evaluation), pengukuran (measurement) dan refleksi (reflection/value

internalization) yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi

program pendidikan karakter. Meskipun pendidikan karakter sudah dijalankan

tetapi sampai saat ini di Indonesia belum ada alat ukur atau asesmen yang menjadi

standar untuk mengukur karakter peserta didik tingkat Sekolah Mengengah Pertama

(SMP).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dan tim yang tersebar di sepuluh

sekolah yang ada di Indonesia antara lain: SMP Fransiskus Tanjungkarang,

Lampung; SMP St. Aloysius Turi, Yogyakarta SMP N 1 Yogyakarta; SMP Raden

Fatah Cimanggu; SMP N 3 Wates; SMP N 31 Purworejo; SMP N 2 Barusjahe,

Medan; SMP Maria Padang; SMP Pangudi Luhur Wedi, Klaten; SMP N 2 Playen

Gunungkidul, Yogyakarta diketahui bahwa sekolah tersebut telah melaksanakan

pengembangan program pendidikan karakter untuk mendukung pendidikan karakter

diantaranya adalah upacara bendera, sabtu bersih, literasi membaca setiap pagi,

rekoleksi/retret, achievement motivation training, dan senyum-salam-sapa setiap

pagi yang telah diikuti dengan baik oleh seluruh. Para guru mengupayakan untuk

meningkatkan secara optimal pendidikan karakter melalui penilaian hasil

pendidikan karakter dengan metode observasi, wawancara, penulisan buku harian,

sistem poin, skala sikap dan hasil lomba/penjurian, namun setelah ditelaah satu

persatu metode evaluasi tersebut kurang efektif dan tidak dapat diukur validitasnya.

(24)

nilai kurang objektif dan bertumpu pada like or dislike. Setyawan, 2014) dalam

Barus (2016) mengungkapkan bahwa :

Assessment issues arise when school is preparing reports on student learning outcomes. In both numerical and words evaluations scale, the reports are generally less accurate in describing scale, the fact. For example, if it is stated that the Character Building value is 80%, what character qualities are implied by the number, and what is difference with the 70%? If declared in the report the learning result value is B or good? That sometimes makes Character Building lessons less meaningful to students.

Artinya bahwa sekolah membutuhkan asesmen untuk menilai keberhasilan

pendidikan karakter, namun berdasarkan penelitian Setyawan ditemukam adanya

ketidakobjektivan skala penilaian dan ketidaksesuaian hasil penilaian karakter

siswa dengan karakter siswa yang sebenarnya. Beberapa sekolah menggunakan

skala presentase 1-100% untuk melakukan penilaian seberapa baik karakter siswa.

Spesifikasi perbedaan karakter seperti apa yang membedakan siswa yang

mendapatkan nilai 80% dan siswa yang mendapatkan 70%? Dari hasil observasi

dan wawancara beberapa guru BK di beberapa sekolah di Indonesia diketahui

bahwa sistem skala presentase ini masih mengandalkan observasi/pengamatan

sebagai media utama. Tidak ada klasifikasi yang valid atau pemetaan presentase

yang jelas untuk menilai hasil pendidikan penilaian karakter siswa. Skala presentasi

tersebut ternyata kurang valid, adil, efektif dan menyeluruh.

Metode lain yang sering digunakan di sekolah adalah penerapan sistem poin.

(25)

dinilai negatif akan mendapatkan catatan poin yang berdampak pada penilaian akhir

siswa. Sistem poin tidak jauh berbeda dengan skala penilaian di atas yang

mengunakan observasi dalam pelaksanaannya. Bila menghadapi kondisi siswa yang

berperilaku baik di rumah tetapi bertindak lebih agresif selama di sekolah dan siswa

yang sangat penurut di sekolah tetapi sangat sulit diatur selama di rumah sistem

poin tidak dapat digunakan untuk menunjukan sejauh mana nilai karakter tertanam

dalam hati nurani siswa yang tercermin dalam tindakannya.

Barus (2016) mengungkapkan bahwa:

Penerapan sistem poin yang berasumsi bahwa pelanggaran

pelanggaran ‘kejahatan’ siswa harus dihitung, dicatat, dan ditakar sangat tidak berakar dan tidak memanusiakan.Mengambil pandangan yang sepenuhnya negatif pada anak dengan menganggap bahwa anak dilahirkan berdosa dan jahat dan bahwa adalah tugas pendidikan untuk memperbaiki ini melalui hukuman dan melatih ketaatan, merupakan langkah awal kekeliruan dalam penerapan sistem poin.

Hasil yang tidak akurat dapat menimbulkan ketidakpercayaan dan pengabaian hasil

penilaian karakter dan siswa terfokus hanya pada pengembangan kognitif dan

berlomba-lomba meningkatkan nilai untuk menunjukkan dirinya menjadi juara

kelas, nilai semester yang tinggi dan pemenang olimpiade. Sering ditemukan siswa

yang mencontek ketika ujian nasional dan siswa yang stress menjelang ujian.

Padahal pendidikan karakter sangat terintregrasi pada seluruh aspek pendidikan

termasuk dalam pengembangan kognitif siswa di sekolah. Bila sekolah hanya

menggunakan metode observasi untuk menilai kompetensi karakter siswa maka

(26)

observation has a problem; high subjectivity. The main problem with observation is

the lack of observer objectivity.” Observasi memiliki kekurangan keakuratan

objektivitasnya karena penilaian dari hasil observasi sangat bergantung pada

pemikiran objektivitas pengobservasi yang akan cenderung subjektif.

Ternyata hasil wawancara menyatakan bahwa menentukan metode yang

akurat dan tepat dalam menilai perkembangan karakter siswa bukanlah hal yang

mudah, bila melihat beberapa metode yang telah digunakan masih memiliki

kekurangan-kekurangan. Banyak tantangan dan aspek-aspek yang perlu untuk

diperhitungan dan dipertimbangan dalam menilai karakter siswa. Aspek-aspek

seperti latar belakang keluarga, lokasi tempat tinggal, pekerjaan, perekonomian

tersebut kemungkinan besar dapat mempengaruhi penyerapan pendidikan karakter

yang diberikan oleh keluarga, sekolah bahkan lingkungan sekitar anak bertumbuh.

Saat melihat seorang siswa memiliki orang tua yang berprofesi sebagai

seorang guru mungkin saja kita akan berfikir tingkat penyerapan pendidikan

karakternya menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang orangtuanya

bukan guru. Keluarga merupakan tempat pembentukan karakter anak yang utama,

terlebih pada masa-masa awal pertumbuhan mereka sebagai manusia. Dalam hal ini

keluarga memiliki investasi afeksi yang paling utama. Anak yang memiliki ikatan

emosional yang tinggi terhadap ayah dan ibunya akan menjadikan orangtuanya

sebagai model mulai dari cara bertindak, cara berfikir dan cara bertutur kata.

Singkatnya orangtualah yang menjadi tempat pertama pembentukan karakter anak.

(27)

guru maka sang anak akan memiliki karakter yang lebih baik dibandingkan dengan

anak yang orangtuanya non guru. Gurumerupakan salah satu komponen terpenting

dalam dunia pendidikan. Ruh pendidikan sesungguhnya terletak dipundak guru.

Bahkan, baik buruknya atau berhasil tidaknya pendidikan hakikatnya ada di tangan

guru. Sebab, sosok guru memiliki peranan yang strategis dalam mengukir peserta

didik menjadi pandai, cerdas, terampil, bermoral dan berpengetahuan luas.

Sebagai tenaga edukatif dalam lingkup sekolah, guru harus memiliki

kompetensi-kompetensi dasar kependidikan. Sebab dalam interaksi pembelajaran

peserta didik, seorang guru harus bisa melakukan demonstrasi yang hidup dan

menyenangkan bagi peserta didik. Kemampuan dasar yang harus dimiliki guru

adalah yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Misalnya, berkepribadian

dewasa, mandiri dan bertanggung jawab terutama secara moral sehingga dapat

dijadikan teladan bagi peserta didiknya. Kompetensi yang dimaksud adalah

kompetensi kepribadian. Pandangan ini muncul dikarenakan seorang guru haruslah

memiliki kualitas moral sebagai seorang pendidik di sekolah yang kemungkinan

besar akanterintegrasi juga dalam mengasuh anaknya sendiri di rumah.

Hal tersebutlah yang membuat peneliti menjadi tertarik untuk mengetahui

bagaimana hasil penilaian karakter dari siswa yang orangtuanya guru dan non guru

dan berdasarkan kegelisahan yang dialami oleh guru-guru serta permasalahan

ketidakakuratan penilaian karakter peserta didik di SMP maka melalui penelitian

yang panjang Tim Peneliti Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) Bimbingan

(28)

evaluasi dalam bentuk tes berbasis film. Barus (2017) menegaskan model

pendidikan Karakter di SMP Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif

dengan Pendekatan Experiential Learning telah dikembangkan melalui penelitian

Stranas tahun 2014-2016, namun metode penelitiannya belum dikembangkan untuk

itu tim pengembang telah berhasil menyusun 440 soal karakter di uji ternyata valid,

reliabilitasnya sangat bagus, memiliki daya beda yang baik, dan memiliki tingkat

kesukaran yang berdiferensiasi.

Soal-soal yang dikembangkan sudah memberikan bukti cukup baik, namun

pengujian kualitas dan efektivitasnya perlu dilanjutkan dan diuji plementasikan

pada wilayah yang lebih luas.Barus (2017) model pendidikan karakter hasil

pengembangan tahun 2014-2016 tersebut perlu diinternalisasikan pada skala

nasional. Untuk itu, diterbitkan Buku Pendidikan Karakter di SMP jilid 1, 2, dan 3

(ber-ISBN) dan dipublikasikan secara nasional. Sembari membangun legitimasi dan

gerakan habitualisasi produk penelitian tersebut pada sekolah mitra secara nasional,

sustanabilitas proses penelitian pengembangan ini perlu dilanjutkan dengan

penguatan sistem penilaiannya dan ditargetkan dapat menghasilkan produk berupa

model asesmen hasil pendidikan karakter di SMP berbasis media film karakter.

Diharapkan produk ini dapat digunakan guru mata pelajaran dan khususnya guru

BK ( Bimbingan dan Konseling) dalam melaksanakan asesmen hasil pendidikan

karakter yang lebih efektif, objektif, valid, praktis, dan berkeadilan di SMP.

Media film ini dipilih karena film lebih menggambarkan aspek sikap, afeksi,

(29)

dengan pengukuran metode lainnya. Sesuai dengan kekuatan film menurut

Kustandi & Sutjipto (2013) bahwa film dapat menyajikan suatu proses dengan lebih

efektif dibandingkan dengan media lain, film dapat melengkapi

pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika membaca, berdiskusi, dan praktik. Film

ini berdurasi 1-2 menit yang memvisualisasikan dilema moral, berdasarkan film

tersebut siswa diminta untuk menjawab soal-soal yang menyertainya.

Penggunaan evaluasi berbasis film dirasa efektif karena langsung menyentuh

pada dilema-dilema moral remaja. Film-film yang ditampilkan sesuai dengan

karakter peserta didik di SMP yaitu karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial,tanggung jawab, daya juang, memaafkan, rendah hati dan

rasa ingin tahu untuk lebih secara nyata merasakan dan memahami dilema moral

yang terjadi. Sehingga yang dinilai bukan hanya perilaku anak yang bermasalah

saja, namun semua peserta didik yang ada di sekolah. Tidak ada lagi penilaian

objektivitas (like and dislike) dan kelemahan-kelemahan observasi yang dapat

ditutupi oleh guru. Berdasarkan telah kebutuhan di atas, peneliti sebagai mahasiswa

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma bersama tim

pada kesempatan ini peneliti ingin melanjutkan tahapan penelitian dan

pengembangan (Research and Development) yang sudah terlebih dahulu dilakukan

oleh Tim Penelitian Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) Program Studi

(30)

6. Oleh sebab itu, peneliti ingin melanjutkan pengujian produk tahap ke 7 dan 8,

yaitu Revisi Produk dan Uji Coba Pemakaian dengan mengangkat topik tentang

Analisis Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan

Karakter di SMP. Maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG ORANG TUANYA GURU DAN NON GURU PADA SEPULUH SMP

DI INDONESIA”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa

masalah antara lain sebagai berikut :

1. Pada metode penilaian karakter siswa yang digunakan masih ditemukan banyak

ketidakjujuran dan ketidakberkeadilan, karena menerapkan sistem

mengira-ngira saja dan besar kemungkinan mengandung unsur subjektifitas yang tinggi

atau like and dislike.

2. Penilaian karakter siswa karakter siswa masih mengandalkan metode observasi

yang kurang efektif.

3. Guru-guru belum mengenal cara lain yang lebih akurat dan objektif untuk

mengukur karakter peserta didik dan belum pernah ada model pengukuran

(31)

4. Sampai sekarang pelaksanaan pendidikan karakter, terutama di SMP masih

berada dalam tahap pengetahuan/kognitif dan belum sampai pada tahap

internalisasi kehidupan sehari-hari dan pengukuran hasilnya belum terbangun.

5. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi yang efektif digunakan dalam

mengevaluasi pendidikan karakter di SMP.

6. Pemerintah belum menetapkan model penilaian/evaluasi standar yang dapat

mengukur tentang seberapa dalam peserta didik dapat menginternalisasikan

penerapan pendidikan karakter yang ada di sekolah.

7. Model evaluasi yang dilakukan selama ini hanyalah menggunakan paper based

test, wawancara/tanya jawab, cerita, observasi, penilaian diri, dan pengamatan

yang dinilai kurang optimal, sehingga peserta didik belum

menghayati/menginternalisasi dalam kehidupan siswa

8. Hasil penilaian pendidikan karakter pada peserta didik di SMP belum akurat

9. Sistem dan teknik penilain pendidikan karakter di SMP belum efektif dalam

mengkaji karakter peserta didik

10. Pada kesepuluh sekolah yang diteliti belum pernah melaksanakan model

pengukuran karakter menggunakan soal tes asesmen penelitian pendidikan

karakter berbasis film.

11. Penggunaan soal tes asesmen berbasis film karakter dirasa cukup efektif dalam

memperkenalkan kasus-kasus degradasi moral yang sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari pada siswa SMP dibandingkan hanya dengan menyebar

(32)

12. Belum diketahui secara pasti soal tes asesmen hasil pendidikan karakter

berbasis film yang dihasilkan oleh peneliti sebelumya efektif atau tidak

diterapkan di sekolah dengan sampel yang lebih luas.

13. Penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter

belum diketahui efektivitasannya dalam memperlihatkan penilaian karakter

siswa dengan latar kehidupan keluarga yaitu siswa yang orangtuanya guru dan

non guru.

C.Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan mengingat adanya keterbatasan

penelitian maka fokus kajian diarahkan untuk menjawab masalah-masalah pada

butir 5 ,12 dan 13. Fokus penelitian ini diarahkan pada tahapan pengembangan dan

uji penggunaan alat tes dan evaluasi efektivitas soal tes pendidikan karakter siswa

berbasis film pada wilayah yang lebih luas dengan karakteristik sampel (siswa/i

yang orangtuanya guru dan non guru).

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa

masalah antara lain sebagai berikut

1. Seperti apa revisi produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis

film karakter yang diujicobakan pada 10 SMP di Indonesia ?

2. Seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil pendidikan karakter

(33)

3. Apa saja efektivitas yang terpenuhi dalam penggunaan soal tes yang

diujikembangkan tersebut menurut penilaian siswa ?

4.Seperti apa capaian hasil pendidikan karakter siswa yang diukur dengan

menggunakan soal yang diujikembangkan tersebut pada 10 SMP di Indonesia ?

5.Apakah terdapat perbedaan penilaian hasil asesmen pendidikan karakter pada

siswa yang orang tuanya guru dan non guru?

6.Apakah terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter siswa yang orang

tuanya guru dan non guru?

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Peneliti mengetahui hasil revisi produk soal tes asesmen pendidikan

karakter.

2. Peneliti mengetahui seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil penelitian

pendidikan karakter berbasis film yang dikembangkan berdasarkan nilai

validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesulitan.

3. Peneliti menganalisis dan mendeskripsikan capaian hasil pendidikan karakter

berdasarkan evaluasi efektivitas soal tes pendidikan karakter berbasis film.

4. Peneliti mengukur efektivitas penggunaan soal-soal tes asesmen hasil penelitian

pendidikan karakter berbasis film.

5. Peneliti memperoleh informasi mengenai adanya perbedaan nilai efektivitas

model asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film berdasarkan penilaian

(34)

6.Peneliti memperoleh informasi apakah terdapat perbedaan capaian hasil belajar

siswa yang orang tuanya guru dan non guru

F.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk semua pihak, baik itu

manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini

adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan bahan

kajian tentang efektivitas penilaian karakter siswa di SMP serta diharapkan

menambah wawasan dan pengembangan penelitian serupa terutama pada ranah

pendidikan karakter.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah

Penelitian ini memberikan sumbangan mengenai evaluasi/penilaian

pengukuran pendidikan karakter menggunakan soal tes asesmen hasil

pendidikan karakter berbasis film karakter. Selain itu penelitian ini juga

dilaksanakan dalam rangka untuk menemukan model alternatif sistem

penilaian dan pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia.

b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi kepala sekolah

dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam pengembangan pendidikan

(35)

dan guru mata pelajaran) di SMP, proses dan produk penelitian

pengembangan ini diharapkan dapat memberikan suatu model asesmen

pendidikan karakter berbasis media film yang lebih efektif (fisibel, realistik,

ekonomis, relatif praktis dan mudah digunakan) untuk mengukur hasil

pendidikan karakter di sekolah.

c. Bagi lembaga pendidikan

Prosedur dan hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai

bahan referensi alternatif untuk pengembangan konsep bimbingan dan

konseling pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP.

d.Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui, memahami efektivitas model penilaian

pendidikan karakter melalui soal tes asesmen pendidikan karakter berbasis

film. Selain itu peneliti juga berkesempatan untuk membuat dan

mengaplikasikan soal tes asesmen pendidikan karakter berbasis media film di

sekolah.

e. Bagi peneliti lain

Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai refrensi

dalam mengembangkan penelitian dengan topik pendidikan karakter di

sekolah. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan peneliti lain sebagai

sumber pengetahuan tambahan bagi peneliti yang berminat meneliti

pengembangan soal tes hasil pendidikan karakter berbasis media film guna

(36)

G.Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Efektivitas adalah suatu keadaan/kondisi untuk mengukur kegiatan tertentu

apakah dapat berhasil sesuai dengan target yang telah ditentukan atau tidak.

Target tersebut dapat dilihat melalui kuantitas, kualitas, dan waktu pelaksanaan

kegiataan, dimana ketika semakin tinggi presentase target yang dicapai maka

efektivitasnya juga akan semakin tinggi.

2. Soal tes adalah seperangkat pernyataan atau pertanyaan yang berbentuk pilihan

ganda yang berkaitan dengan dilema moral dan memuat beberapa pertanyaan

seputar pendidikan karakter untuk mengukur perilaku secara objektif.

3. Asesmen hasil adalah merupakan proses untuk mengetahui apakah proses dan

hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang

ditetapkan.

4. Pendidikan karakter adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh lembaga sekolah

melalui guru yang memiliki tujuan untuk membentuk karakter pribadi siswa

secara otentik dan mengarah pada perilaku/karakter yang baik demi kemajuan

penerus bangsa.

5. Penggunaan film sebagai media film adalahpotongan-potongan video yang

berkaitan dengan dilema moral pada kebanyakan anak SMP dan dapat mengukur

tentang sejauh mana siswa/i menginternalisasi video tersebut dalam

(37)

6. Siswa dengan orang tua guru dan non guru adalah sebagai variabel yang menjadi

(38)

17 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori yang dijadikan dasar untuk membangun kerangka

konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka dalam bab ini peneliti mengemukakan

beberapa konsep yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu hakikat

pendidikan karakter di sekolah; hakikat evaluasi, asesmen dan tes; hakikat asesmen

pendidikan karakter di sekolah; media film dalam pendidikan karakter; hakikat siswa

yang bertempat tinggal di kota dan desa; hakikat media film dalam pendidikan karakter,

dan kajian penelitian yang relevan dan kerangka pikir.

A.Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah 1.Pengertian Karakter

Berkowitz (Koesoema, 2012: 25) mendefinisikan karakter sebagai

sekumpulan karakter psikologis yang memengaruhi kemampuan dan

kecondongan pribadi agar dapat berfungsi secara moral. Sedangkan menurut

Pritchard (Koesoema, 2012: 27) karakter adalah “a compex set of relatively

persistent qualities of the individual person, and the term has a definite positive

connotation when it is used in discussions of moral education.” Artinya,

karakter merupakan sekumpulan kualitas moral yang relative stabil dalam diri

seseorang. Karakter ini memiliki konotasi positif ketika diterapkan dalam

diskusi moral. Dalam buku yang ditulis oleh Samani & Hariyanto (2011: 41)

(39)

karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika.

Sedangkan Lickona (Akhwan, 2014: 61) mengatakan bahwa karakter

berkaitan dengan ketiga komponen, yaitu konsep moral (moral knowing), sikap

moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Ia juga mengatakan

bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan,

keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Berkaitan

dengan hal tersebut, Yaumi (2014: 7) mengatakan bahwa komponen karakter

adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, kekuatan, dan sikap seseorang

yang ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan. Ia juga mengatakan,

karakter seseorang terpisah dari moralitasnya, baik buruknya karakter tergambar

dalam moralitas yang dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang merupakan

perwujudan dari karakter. Kebenaran tidak akan terbangun dengan sendirinya

tanpa adanya karakter. Moralitas dan kebenaran yang telah terbentuk merupakan

perwujudan dari perbuatan baik. Kebaikan inilah yang mendorong suatu

kekuatan dalam diri seseorang untuk menegakkan keadilan. Kebenaran,

kebaikan, dan kekuatan sikap adalah bagian integral yang menyatu dengan

(40)

Gambar 2.1 Komponen Karakter

Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa moral dan karakter

adalah dua hal yang berbeda. Moral berarti pengetahuan seseorang terhadap

hal baik atau buruk, sedangkan karakter adalah tabiat, tindakan/kebiasaan

seseorang yang langsung ditentukan oleh otak. Meskipun keduanya memiliki

arti yang berbeda, namun moral dan karakter memiliki keterkaitan. Karakter

memiliki makna lebih tinggi dari pada moral, karena bukan sekedar

mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Moral merupakan salah

satu komponen yang membentuk karakter individu ketika moral behavior

dapat dilakukan secara berulang. Maka, dapat dikatakan karakter adalah

suatu kebiasaan (habituation) untuk melakukan yang baik berdasarkan

pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan

perbuatan kebaikan.

Moralitas

Kebenara n Sikap

KARAKTER

(41)

2.Pengertian Pendidikan Karakter

Burke (Samani & Hariyanto, 2011: 43) juga mengatakan bahwa

“pendidikan karakter semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran yang

baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik.”

Sedangkan, menurut Samani & Hariyanto (2011: 44) “pendidikan karakter

adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia

seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan

karsa.” Mereka juga menyampaikan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai

sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan

watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan

kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Character Education Partnership (CEP) (Doni Koesoema, 2012: 57)

sebuah program nasional pendidikan karakter di Amerika Serikat,

mendefinisikan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

Sebuah gerakan nasional untuk mengembangkan sekolah-sekolah agar dapat menumbuhkan dan memelihara nilai-nilai etis, tanggung jawab dan kemauan untuk merawat satu sama lain dalam diri anak-anak muda, melalui keteladanan dan pengajaran tentang karakter baik, dengan cara memberikan penekanan pada nilai-nilai universal yang diterima oleh semua. Gerakan ini merupakan usaha-usaha dari sekolah, distrik, dan Negara bagian yang sifatnya intensional dan proaktif untuk menanamkan dalam diri para siswa nilai-nilai moral inti, seperti perhatian dan

perawatan (caring), kejujuran, keadilan (fairness), tanggung jawab dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain.

Beberapa definisi di atas dapat diartikan bahwa pendidikan karakter

(42)

pribadi yang baik, sopan, bertanggungjawab, memiliki rasa hormat, jujur, adil,

menghargai dan memahami satu sama lain yang diwujudkan dalam kehidupan

sehari-hari melalui program pemerintah yang ditujukan kepada sekolah.

3.Tujuan, Fungsi dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter a. Tujuan pendidikan karakter

Menurut Kemendiknas (2010) Peraturan pemerintah nomor 17 tahun

2010 tentang pengelolaan penyelenggaraan pendidikan pada pasal 17 ayat

(3) “Pendidikan dasar, termasuk sekolah menengah pertama (SMP)

bertujuan membangun landasan bagi berkembangnnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (c) berilmu,

cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (d) sehat, mandiri dan percaya diri; (e)

toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.”

Melalui penjelasan pada pasal tersebut jelas bahwa tujuan dari

pendidikan sangat berkaitan dengan pendidikan karakter. Dapat disimpulkan

bahwa melalui pendidikan di sekolah nilai-nilai karakter dapat diterapkan

agar membawa perubahan bagi peserta didik dalam hal; beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia, dan

berkepribadian luhur; memiliki ilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;

selain itu juga mampu membantu peserta didik menjadi pribadi yang sehat,

mandiri dan percaya diri; serta memiliki rasa toleran, peka sosial,

(43)

b. Fungsi pendidikan karakter

Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 97) fungsi pendidikan karakter

adalah:

1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi

prilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan

perilaku yang mencerminkan karakter dan karakter bangsa.

2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung

jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih

bermartabat.

3) Penyaring: untuk menyaring karakter-karakter bangsa sendiri dan

karakter bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter dan

karakter bangsa.

c. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan karakter

Menurut Direktorat pembinaan SMP (Fathurrohman, 2013: 145-146).

Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan, dan perilaku.

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter.

(44)

5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan

perilaku yang baik.

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan

menantang, yang menghargai semua peserta didik, membangun

karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para peserta didik.

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada

nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter.

10)Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra

dalam usaha membangun karakter.

11)Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai

guru-guru karakter, dan manifestasi karakter.

4.Nilai-Nilai Karakter Utama yang Dikembangkan dalam Pendidikan

Nilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam pendidikan adalah karakter

religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli

lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, nasionalisme, inovatif, daya juang,

rendah hati, memaafkan, kepemimpinan, dan kerja keras. Beberapa karakter

(45)

SMP di Indonesia. Karakter-karakter tersebut diciptakan dalam bentuk potongan

film pendek yang diikuti dengan soal-soal karakter yang sesuai dengan potongan

film tersebut. Soal yang berjumlah 88 tersebut digunakan sebagai produk asesmen

pendidikan karakter bagi beberapa siswa SMP di Indonesia.

5.Nilai karakter di sekolah

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial,

peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, yang

dikelompokkan menjadi lima, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam

hubungannya dengan (1) Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama

manusia, dan (4) lingkungan, serta (5) kebangsaan. Butir-butir SKL SMP

(Permen Diknas nomor 23 tahun 2006) dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22

tahun 2006). Berikut adalah daftar 20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi

ringkasnya.

1.Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius) Pikiran,

perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada

nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

2.Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri:

a. Jujur, Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

b. Bertanggung jawab, Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

(46)

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),

negara dan Tuhan YME.

c. Bergaya hidup sehat, Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik

dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan

buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

d. Disiplin, Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras, Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan)

dengan sebaik-baiknya.

f. Percaya diri, Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap

pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

g. Berjiwa wirausaha, Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau

berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru,

menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta

mengatur permodalan operasinya.

h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, berpikir dan melakukan

sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil

baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

i. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

(47)

j. Ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

k. Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.

a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, Sikap tahu dan mengerti

serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain

serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

b. Patuh pada aturan sosial, sikap menurut dan taat terhadap

aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

c. Menghargai karya dan prestasi orang lain, Sikap dan tindakan yang

mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

d. Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun

tata perilakunya ke semua orang.

e. Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak

dan kewajiban dirinya dan orang lain.

4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi

bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

5. Nilai kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

a. Nasionalis, Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

(48)

b. Menghargai keberagaman, Sikap memberikan respek/hormat terhadap

berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku,

dan agama.

B.Hakikat Evaluasi, Asesmen dan Tes

1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes a. Pengertian Evaluasi

Wringston (Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa “evaluasi adalah

penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan atau

nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.” Sedangkan, Lessingner

(Gibson, 1981: 374) mendefinisikan bahwa “evaluasi adalah sebagai proses

penilaian dengan jalan membandingkan antara tujuan yang diharapkan

dengan kemajuan/prestasi nyata yang dicapai.”

Sementara itu Gay (Sukardi, 2014: 8) berpendapat bahwa evaluasi

adalah sebuah proses sistematis pengumpulan dan penganalisisan data untuk

pengambilan keputusan. Jadi, evaluasi adalah proses penilaian,

pengumpulan, dan menganalisis data atau suatu kejadian pada kenyataan

dengan program atau tujuan yang sudah ditetapkan.

b. Pengertian Asesmen (Penilaian)

Linn dan Grounlund (Uno dan Koni, 2012: 1) menegaskan “asesemen

(penilaian) adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi

tentang belajar siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan

format penilaian kemajuan belajar.” Sedangkan, Sarwiji Suwandi (2009: 7)

(49)

proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau

kriteria yang telah ditetapkan.”

Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh

informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan

hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan sebagai dasar

untuk menentukan perlakuan selanjutnya (Depdiknas, 2001). Jadi, penilaian

adalah suatu kegiatan mengumpulkan dan menganalisis data tentang suatu

proses dan hasil belajar siswa untuk mendapatkan informasi, apakah hasil

yang diperoleh sudah sesuai dengan tujuan atau standar yang ditetapkan atau

belum.

c. Pengertian Tes

Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 67) mengatakan bahwa “tes

merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau

tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites.” Arikunto (2012)

menegaskan “tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang

berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa.”

Menurut Brown (Elis Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 128), “a test

as a systematic procedure for measure a sample of behavior”, yang

menjelaskan bahwa pada prinsipnya suatu tes merupakan suatu prosedur

(50)

suatu ukuran penilaian yang dijadikan patokan oleh individu (guru) untuk

mengukur kemampuan individu yang diberikan tes (siswa).

2. Tujuan dan Fungsi Asesmen a. Tujuan Asesmen

Menurut pedoman penilaian Depdikbud (Jihad & Haris. 2008: 63),

tujuan penilaian adalah “untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, untuk

perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa serta sekaligus memberi

umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar.” Sementara Jihad

& Haris (2008: 63) mengatakan bahwa “tujuan penilaian untuk

mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan atau kesulitan belajar siswa, dan

sekaligus memberi umpan balik yang tepat.”

Menurut Suwandi, Sarwiji (2009: 14) mengatakan bahwa “secara

umum semua jenis penilaian berbasis kelas bertujuan untuk menilai hasil

belajar peserta didik di sekolah, mempertanggungjawabkan penyelenggaraan

pendidikan kepada masyarakat, dan untuk mengetahui ketercapaian mutu

pendidikan secara umum.”

b. Fungsi Asesmen

Menurut Supranata & Hatta (Suwandi, Sarwiji. 2009: 15) mengatakan

bahwa penilaian berbasis kelas memiliki sejumlah fungsi, yaitu sebagai

bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas, umpan balik dalam

perbaikan program pengajaran, alat pendorong dalam meningkatkan

(51)

evaluasi terhadap kinerjanya serta bercermin diri (instrospeksi) misalnya

melalui portofolio.

Menurut Nana Sudjana (Jihad & Haris. 2008: 56) penilaian (asesmen)

berfungsi sebagai:

a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan

fungsi ini maka penilaian (asesmen) harus mengacu kepada

tujuan-tujuan intruksional.

b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengjar. Perbaikan

mungkin dapat dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan

belajar siswa, strategi mengajar guru.

c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan siswa kepada orangtuanya.

Dalam laporan tersebut dikemukakan dan kecakapan belajar siswa

dalam bentuk-bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

3. Ruang Lingkup Asesmen

Uno, Hamzah, dan Satria Koni (2012:17) menjelaskan isi model

penilaian kelas meliputi konsep dasar penilaian kelas, teknik penilaian,

langkah-langkah pelaksanaan penilaian, pengolahan hasil penilaian serta pemanfaatan

dan pelaporan hasil penilaian. Dalam konsep penilaian, dijelaskan apa yang

dimaksud dengan penilaian, manfaat penilaian, fungsi penilaian, dan

rambu-rambu penilaian. Teknik penilaian akan menjelaskan berbagai cara dan alat

(52)

4. Prinsip-prinsip Asesmen

Depdiknas tahun 2002 (Suwandi, Sarwiji. 2009: 21) mengatakan bahwa

prinsip umum penilaian (asesmen) meliputi:

a. Valid, artinya penilaian harus mengukur apa yang seharusnya diukur

dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya dan sahih.

b. Mendidik, artinya penilaian harus memberi sumbangan yang positif

terhadap pencapaian hasil belajar siswa, seperti memotivasi siswa yang

berhasil dan memberikan semangat untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

c. Berorientasi pada kompetensi, artinya mampu menilai pencapaian

kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum.

d. Adil dan objektif, artinya penilaian harus adil terhadap semua siswa dan

tidak membeda-bedakan latar belakang siswa.

e. Terbuka, artinya kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai

kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

f. Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana,

bertahap teratur, terus menerus, dan berkesinambungan untuk

memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa.

g. Menyeluruh, artinya penilaian dilaksanakan secara menyeluruh, utuh,

(53)

serta berlandaskan berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan

berbagai bukti hasil belajar siswa.

h. Bermakna, artinya penilaian hendaknya mudah dipahami dan mudah

ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Sedangkan menurut Jihad & Haris (2008: 63) sistem penilaian dalam

pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun penilaian akhir,

hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip sebagai berikut:

a. Menyeluruh, artinya penguasaan kompetensi dalam mata pelajaran

hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi,

kemampuan dasar serta keseluruhan indikator ketercapaian, baik

menyangkut dominan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap, perilaku,

dan nilai), serta psikomotor (keterampilan), maupun menyangkut

evaluasi proses dan hasil belajar.

b. Berkelanjutan, artinya penilaian seharusnya direncanakan dan

dilakukan secara terus menerus guna mendapatkan gambaran yang utuh

mengenai perkembangan hasil belajar siswa sebagai dampak langsung

(dampak instruksional/pembelajaran) maupun dampak tindak langsung

(dampak pengiring/nurturan effect) dari proses pembelajaran.

c. Berorientasi pada indikator ketercapaian, artinya sistem penilaian dalam

pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian yang sudah

ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan minimal dan

(54)

d. Sesuai dengan pengalaman belajar, artinya sistem penilaian dalam

pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya.

5. Jenis-jenis Asesmen

Menurut Uno dan Koni (2012) jenis-jenis asesmen dilaksanakan dalam

berbagai teknik, seperti: penilaian kinerja (performance), penilaian sikap, dan

penilaian tertulis (paper and pencil test, penilaian proyek, dan penilaian diri/self

assessment). Sedangkan menurut Subali (2016) berdasarkan ragam jenis

asesmen dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Asesmen penempatan.

Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap

masing-masing peserta didik sebelum menem[uh program

pengajaran. Tujuannya yaitu untuk mengetahui penguasaan

kemampuan prasyarat masing-masing peserta didik yang diperlukan

dalam proses pembelajaran yang akan diselenggarakan bila

diperlukan adanya kemampuan yang ditargetkan.

b. Asesmen formatif

Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap

masing-masing peserta didik selama menempuh kegiatan

pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui apakah setiap peserta

didik melaju dengan baik selama proses pembelajarannya sampai

akhir program sehingga kegiatan belajar selanjutnya menjadi lebih

(55)

c. Asesmen sumatif

Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing peserta didik

setelah selesai menempuh suatu program pembelajaran. Tujuannya

untuk menentukan nilai akhir masing-masing peserta didik yang

menempuh suatu program pembelajaran untuk selanjutnya dapat

ditetapkan apakah seorang peserta didik dinyatakan berhasil atau

gagal. Jika berhasil peserta didik tersebut akan diberi sertifikat

karena telah menguasai kecakapan atau keterampilan tertentu yang

ditargetkan dalam program pembelajaran yang dirancang.

d. Asesmen konfirmatori

Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing orang yang

ingin dinilai tanpa dilakukan dengan kegiatan pembelajaran yang

ditempuh. Asesmen konfirmatori dilaksanakan melalui pengukuran

yang menggunakan instrument yang sahih dan handal. Dalam hal

kegiatan pembelajaran, asesmen konfirmatori dapat dilakukan oleh

pihak eksternal. Pemerintah menerapkan ujian nasional untuk

menetapkan setiap peserta didik untuk dinyatakan lulus dan tidak

lulus dalam menguasai kompetensi yang diterapkan.

Sedangkan, menurut Prijowuntato (2016: 60-66) alat yang dapat

digunakan untuk menilai ketercapaian konpetensi siswa dapat dibedakan menjadi

dua yaitu tes dan non tes.

(56)

Bentuk tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik dapat

berupa; pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif/uraian bebas,

jawaban singkat/isian singkat, menjodohkan, performans/unjuk kinerja,

portofolio. Bentuk tes digunakan apabila sifat suatu objek yang diukur

menyangkut tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui,

dipahami atau proses psikis lainnya yang tidak dipahami dengan indera.

Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup

mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sebanding

sesuai jenjang pendidikan.

Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat dikategorikan menjadi

dua yaitu tes objektif dan tes non objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem

penskorannya, yaitu siapa yang memeriksa lembar jawaban tes akan

menghasilkan skor yang sama. Tes non objektif adalah tes yang sistem

penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat

dikatakan bahwa tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya objektif

sedangkan non objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektifitas

pemberi skor.

b. Non tes

Bentuk non tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik

dapat berupa; observwasi, catatan anekdot, daftar cek, skala nilai, kuesioner,

wawancara. Bentuk non tes digunakan apabila perubahan tingkah laku yang

(57)

pengukuran menggunakan bentuk non tes sangat bergantung pada situasi di

mana perubahan tingkah laku individu itu muncul atau menggejala.

Oleh karenanya, situasi pengukuran yang seragam sukar dipersiapkan.

Suatu pengukuran dengan alat pengukuran non tes terjadi dalam situasi yang

kurang distandarisasi, seperti waktu pengukuran yang dapat tidak sama atau

seragam bagi semua siswa.

6. Teknik-teknik Asesmen

Teknik yang biasanya digunakan untuk mengukur/mengevaluasi hasil

ketercapaian siswa adalah menggunakan teknik tes dan teknik non-tes. Menurut

Jihad & Haris (2008: 68) alat penilaian teknik tes yaitu:

a. Tes tertulis, merupakan tes atau soal yang diselesaikan siswa secara

tertulis. Tes tertulis ini terdiri atas bentuk objektif dan bentuk uraian.

Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan,

serta jawaban singkat.sedangkan bentuk uraian meliputi uraian terbatas

dan uraian singkat.

b. Tes lisan, yang merupakan sekumpulan tes atau soal atau tugas

pertanyaan yang diberikan kepada siswa dan dilaksanakan dengan cara

Tanya jawab.

c. Tes perbuatan, merupakan tugas yang pada umumnya berupa kegiatan

praktek atau melakukan kegiatan yang mengukur ketrampilan.

Mereka juga mengungkapkan secara rinci mengenai teknis penilaian

(58)

ulangan blok, pertanyaan lisan, dan juga tugas individu. Sedangkan Depdiknas,

2001 (Jihad & Haris, 2008: 69) juga mengatakan bahwa penilaian non-tes

merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai

karakteristik minat, sifat, dan kepribadian. Melalui:

a. Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh

guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara

perorangan maupun kelompok, di kelas maupun di luar kelas;

b. Skala sikap, yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengungkap

sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang

lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa;

c. Angket, yaitu alat penilaian yang meyajikan tugas-tugas atau

mengerjakan dengan cara tertulis;

d. Catatan harian, yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang

dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya;

e. Daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek

terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau

belum.

Namun, Sukardi (2014: 104) mengatakan bahwa tes dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu tes normative dan tes kriterion. Suatu tes dikatakan sebagai

tes normative apabila evaluator dalam mengevaluasi bisa membandingkan hasil

penilaian individu antara satu individu dengan individu lainnya dalam

Gambar

Tabel 4.18 Independent T test .............................................................................
Gambar 3.2 Print Out Hasil Uji Fit Model Soal Tes
Gambar 2.1  Komponen Karakter
Gambar 2.1 Kompetensi Pendidik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika Dino Roman dapat menemukan beberapa hubungan logis antara operasi sehari-hari dan kinerja perusahaan secara keseluruhan maka Dino Roman akan memiliki dasar

Hijauan dari tanaman murbei merupakan tanaman yang dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah iklim tropis mempunyai kandungan protein yang tinggi (>20%) dan juga sangat disukai

gazdasági évi termőterületére vonatkozó várako- zásait, amely szerint a növény az egy évvel korábbinál közel 1 százalékkal kisebb területet, világszerte 181,2 millió

Pendirian rumah sakit gigi mulut pendidikan harus memperhatikan semua aspek yang dibutuhkan seperti lahan, ruang, peralatan medis/non medis, SDM dan organisasi kerja

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui latarbelakang pengiklan dan perusahaan iklan menggunakan

Orang di sekelilingnya yaitu figur orang tua merupakan lingkungan pertama yang berpengaruh terhadap pengalaman kelekatan yang mempengaruhi pandangan individu

Adobe Flash adalah sebuah program animasi yang telah banyak digunakan oleh animator untuk menghasilkan animasi yang profesional. Di antara program-program animasi yang ada,

Menurut Healy dan Wahlen (1998), earnings management terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah