• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Prosedur pengembangan ini menggunakan tahapan penelitian (Research and

Development) model Borg & Gall. Langkah-langkah R & D oleh Borg & Gall

(Silalahi, 2018: 10) terdapat 10 langkah, yaitu:

1. Research and information collection (melakukan penelitian dan pengumpulan

informasi). Sebagai penelitian awal terkait dengan produk pendidikan yang akan dikembangkan, yang termasuk dalam langkah ini antara lain: studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, pengukuran kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian.

2. Planning (membuat perencanaan).

Pada tahap ini hal yang perlu dilakukan adalah menyusun rencana penelitian yang meliputi merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, desain atau langkah-langkah penelitian dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas.

3. Develop Preliminary form of Product (mengembangkan bentuk awal

produk).Pada tahap ini yang perlu dilakukan adalah mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan, termasuk dalam langkah ini

persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung (misalnya pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi).

4. Preliminary Field Testing (melakukan uji lapangan awal).

Pada tahap ini yang perlu dilakukan yaitu melakukan uji coba lapangan awal dalam skala terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan jumlah 6-12 subyek. Pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi, atau angket.

5. Main Product Revision (melakukan revisi produk utama).

Pada tahap ini yang perlu dilakukan yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan uji coba awal. Perbaikan ini sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam uji coba terbatas sampai diperoleh draft produk utama yang siap diuji coba lebih luas.

6. Main Field Testing (melakukan uji lapangan untuk produk utama).

Biasanya disebut uji coba utama yang melibatkan khalayak lebih luas, yaitu 5 sampai 15 sekolah, dengan jumlah subyek 30 sampai dengan 100 orang. Pengumpulan data dilakukan sebelum dan sesudah penerapan uji coba. Hasil yang diperoleh dari uji coba ini adalah sebagai hasil evaluasi terhadap pencapaian hasil uji coba produk yang dibandingkan terhadap pencapaian

kelompok control. Pada umumnya, langkah ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen.

7. Operational Product Revision (melakukan revisi produk operasional).

Pada tahap ini yang perlu dilakukan yaitu melakukan perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi.

8. Operational Field Testing (melakukan uji lapangan terhadap produk)

Langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan, dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30 sekolah, melibatkan 40 sampai dengan 200 subyek. Pengujian ini dilakukan melalui angket, wawancara, observasi dan analisis hasilnya. Tujuan langkah ini adalah untuk menentukan apakah desain model yang dikembangkan sudah dapat dipakai di sekolah tanpa harus dilakukan pengarahan atau pendampingan oleh peneliti/pengembang model.

9. Final Product Revision (melakukan revisi produk final)

Pada tahap ini yang perlu dilakukan yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan agar menghasilkan produk akhir.

10.Disemination and Implementation (diseminasi dan implementasi)

Tahap ini merupakan langkah menyebarluaskan produk/model yang dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas. Pada tahap ini bertujuan untuk mengkomunikasikan dan mensosialisasikan produk, baik dalam bentuk

seminar hasil penelitian, publikasi pada jurnal, maupun pemaparan kepada skakeholders yang terkait dengan produk tersebut.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Borg and Gall ditunjukkan pada bagan berikut:

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian Pengembangan (Borg and Gall)

Tim penelitian sebelumnya pada tahun 2017 telah melaksanakan penelitian yang sama dan sampai telah memasuki pada tahap ke 6. Langkah-langkah yang sudah ditempuh adalah seperti potensi dan masalah, pengumpulan informasi, desain produk, validasi desain, revisi desain, dan uji coba. Maka dari itu telah dihasilkan 440 butir soal tes yang diuji secara parsial. Sehingga, tim peneliti pada tahun 2018 melanjutkan langkah-langkah selanjutnya yaitu tahap 7 dan 8 pada revisi produk dan uji lapangan produk pada populasi sampel yang lebih luas.

1. Revisi Produk Operasional

Revisi produk dilakukan, terhadap soal-soal tes hasil uji pemakaian produk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter pada tahap awal penerapan memiliki kekurangan maupun kelemahan. Pada Penelitian dan pengumpulan informasi Perencanaan Mengembangk an bentuk awal produk Uji Lapangan Awal Revisi Produk Utama Uji Lapangan Produk Utama Revisi Produk Operasional Uji Lapangan Produk

Revisi Produk Final Diseminasi dan Implementasi

tahap revisi produk, digunakan beberapa kriteria atau syarat yang harus dipenuhi dari produk yang dihasilkan pada tahap awal dan diperbaiki, seperti:

a.Dilakukan filterisasi soal dari 440 item menjadi 88 item

b.Potongan film pendek harus menampilkan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai karakter Kepmendiknas (2010).

c.Potongan film harus didukung oleh pemain film yang notabene anak SMP, karena subjek merupakan siswa di beberapa SMP di Indonesia.

d.Film merupakan film Indonesia dan berbahasa Indonesia. Hal tersebut dipilih karena notabene subjek adalah WNI (Warga Negara Indonesia).

Oleh sebab itu, pemilihan jenis film dan bahasa sangat diperhatikan untuk membantu pemahaman siswa ketika mengerjakan soal tes asesmen.

a.Kalimat dan tanda baca dalam soal harus sesuai dengan EYD (ejaan yang disempurnakan). EYD juga sangat membantu siswa dalam mengerjakan dan memahami soal beserta jawaban yang ada di dalam film tersebut.

b.Durasi yang dipilih pada setiap soal -+ 2 menit. Durasi tersebut dirasa cukup dengan bentuk soal yang sederhana dan jawaban yang bergradasi, sehingga siswa tidak terlalu lama dalam mengerjakan sebanyak 88 soal.

c.Kecocokan soal dengan potongan video. Setiap soal harus cocok dengan potongan video pendek yang ditayangkan, karena hal tersebut menjadi salah satu faktor yang dapat mengukur apakah soal tersebut efektif atau tidak.

d.Kejelasan suara dan kejernihan film. Suara dan kejernihan film menjadi salah satu faktor utama dalam proses menjawab soal dan memilih jawaban.

2. Uji Lapangan Produk

Pada tahap ini peneliti melakukan uji lapangan terhadap produk yang sudah direvisi dan dihasilkan dari tahapan filtarisasi dan revisi kepada peserta didik dilakukan dengan eksperimen lapangan pada 10 SMP pada beberapa kota di Indonesia. Hal ini diperlukan karena terkadang apa yang telah dikonsepkan belum tentu sesuai dengan kenyataan dilapangan. Pengujian dilakukan dengan mengimplementasikan produk 88 soal tes kepada peserta kepada peserta didik sebagai analisis validasi efektivitas pengunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film pada siswa.

Pengujian diberikan kepada peserta didik sebagai analisis validasi efektivitas pengunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film pada 10 SMP di Indonesia, antara lain: 1) SMP Fransiskus Tanjungkarang, Lampung;2) SMP St. Aloysius Turi, Yogyakarta, 3) SMP N 1 Yogyakarta; 4) SMP Raden Fatah Cimanggu; 5) SMP N 3 Wates; 6) SMP N 31 Purworejo; 7) SMP N 2 Barusjahe, Medan; 8) SMP Maria Padang; 9) SMP Pangudi Luhur Wedi, Klaten; 10) SMP N 2 Playen Gunungkidul, Yogyakarta. Tujuan dari uji coba produk ini adalah untuk mengetahui apakah Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter yang sudah melalui tahap revisi,

memiliki kualitas yang baik dan efektif digunakan sebagai alat tes untuk mengukur karakter siswa di beberapa SMP tersebut.

C.Uji Coba Produk

Dokumen terkait