VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI DESA DAN KOTA
PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Agustin Andhika Putri NIM : 151114020
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI DESA DAN KOTA
PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Agustin Andhika Putri NIM : 151114020
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya skripsi sederhana ini kepada:
Allah SWT, sumber dari segala sumber.
Orang tua peneliti, Ibu dan Bapak tercinta yang selalu setia memberikan
kekuatan dan peneguhan, serta doa yang dipanjatkan pada Tuhan setiap
harinya.
Kedua kakak ku tersayang, Sepsi Ulli Sandi & Vera Dwi Wanita yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi.
Mas Sugeng Purnomo yang setia memberikan dukungan, masukan, dan
waktunya untuk ku.
Sahabat aku, Anita Widya Putri yang selalu menyempatkan waktunya untuk
memberiku semangat dan membawa ku dalam doa.
Semua Dosen Prodi BK, dan semua teman Prodi BK angkatan 2015,
v
HALAMAN MOTTO
I’m the captain of my soul.
If you think thant you can, you can.
(Peneliti)
Mindset is everything.
Change your mindset and change your life!
(Peneliti)
Don’t tell someone to get over it. Help them get through it.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya dan bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Januari 2019 Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH MAHASISWA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Agustin Andhika Putri
Nomor Mahasiswa : 151114020
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI DESA DAN KOTA PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
pada tanggal, 23 Januari 2019
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI DESA DAN KOTA
PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA
Agustin Andhika Putri Universitas Sanata Dharma
2019
Penelitian ini bertujuan: 1) menghasilkan produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter; 2) mengukur seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film yang dikembangkan meliputi nilai validitas dan reliabilitas; 3) memperoleh informasi mengenai nilai-nilai efektifitas penggunaan soal tes tersebut menurut penilaian siswa pada 10 SMP di Indonesia; 4) memperoleh informasi mengenai capaian hasil pendidikan karakter siswa yang diukur dengan menggunakan soal tes tersebut pada 10 SMP di Indonesia; 5) memperoleh informasi mengenai perbedaan penilaian siswa dari berbagai wilayah desa dan kota terhadap efektifitas penggunaan soal tes tersebut pada 10 SMP di Indonesia; 6) memperoleh informasi mengenai adanya perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis film pada beberapa siswa SMP di Indonesia yang berasal dari desa dan kota
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and
Development). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII di 10 SMP di yang berjumlah 660 siswa. Instrument penelitian ini berupa soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter yang berbentuk pilihan ganda dengan respon bergradasi berjumlah 88 item soal dan skala penilaian validasi efektifitas model oleh siswa. Teknik uji kualitas butir soal tes menggunakan pendekatan teori Analisis Faktor Konfirmatori. Hasil karakter siswa dianalisis dengan teknik deskriptif kategori, validasi efektifitas model dianalisis dengan teknik deskriptif persentase, sedangkan perbedaan penilaian siswa terhadap validasi efektifitas dianalisis menggunakan Chi Square.
Hasil penelitian: 1) ditemukan 88 item soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter yang telah diujicobakan di 10 SMP di Indonesia; 2) kualitas soal-soal tes karakter terbukti valid sebanyak 81 soal-soal dan reliable dengan indeks reliabilitas 0,933 (sangat baik); 3) berdasarkan hasil penilaian siswa pada 10 SMP tersebut diperoleh data bahwa produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter ini sangat efektif; 4) capaian hasil pendidikan karakter yang diukur dengan menggunakan soal tes tersebut adalah terdapat 338 siswa dalam karakter baik dan 322 siswa masuk dalam karakter cukup baik; 5) pada 10 item pernyataan yang signifikan, anak desa menilai aspek item tersebut lebih baik daripada anak kota, sedangkan 27 item pernyataan lainnya tidak signifikan; 6) tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap capaian hasil pendidikan karakter pada siswa yang bertempat tinggal di desa dan kota dengan menggunakan soal tes.
ix
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS VALIDATION OF THE ASSESSMENT TEST OF CHARACTER EDUCATION BASED ON CHARACTER MOVIE USAGE ON STUDENTS THAT LIVED IN RURAL AND URBAN AREA FROM TEN SMP
(JUNIOR HIGH) IN INDONESIA character education results that developed including the values of validity and reliability; 3) obtain information about the effectiveness of the test usage according the student from 10 junior high schools in Indonesia; 4) obtain information about the student achievement of character education that measured using the test in 10 junior high schools in Indonesia; 5) obtain information about the differences in students’ assessment from various rural and urban areas related the effectiveness the test usage in 10 junior high schools in Indonesia; 6) obtain information about the differences in the achievement of the movie-based character education for several junior high school students in Indonesia from rural and urban area.
The type the study is research and development study. The research subjects were students of class VII and VIII in 10 junior high schools with total subjects were 660 students. The research instrument was in the form of assessment test about the results of movie-based character education in the form of items of multiple choice questions with graded responses and the scale of model effectiveness validation that rated by students. The quality test technique for test items was using the theory of Confirmatory Factor Analysis approach. The results of student character were analyzed by category descriptive techniques, validation of the effectiveness of the model was analyzed by descriptive percentage techniques, while the differences in student ratings of validation effectiveness were analyzed using Chi Square.
The results of the study shows that: 1) 88 items of assessment test about the results of movie character-based character education had been tested in 10 junior high schools in Indonesia; 2) the quality of character test proved valid as many as 81 test items and reliable with a reliability index of 0.933 (very good); 3) based on the results of student assessment from 10 Junior High School, the data shows that the product of the assessment test for character education results is very effective; 4) the achievement of character education results measured using the test questions shows that 338 students were having good character and 322 students were having quite good character; 5) on 10 items of significant statements, student who live in rural assessed the aspect of the item to be better than students who live in urban area, while the other 27 item statements are not significant; 6) there is no significant difference in the achievement of character education results for students who live in rural and urban area using the test.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan YME atas segala berkat dan rahmat yang telah
diberikan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis
Film Karakter pada Siswa yang Bertempat Tinggal di Desa dan Kota pada Sepuluh SMP di Indonesia”
Selama penulisan tugas akhir ini, peneliti mendapatkan bantuan dari banyak pihak, maka peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Siselaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling serta Dosen Pembimbing Skripsi peneliti yang selalu membimbing dengan penuh kesabaran dan selalu memotivasi peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Juster Donal Sinaga, M.Pd.selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma: Ibu Hayu, Ibu Indah, Ibu Retno, Ibu Retha, Bapak Budi, Bapak Ryan, Bapak Agus, dan Bapak Sinurat.
5. Mas Moko atas segala bantuan administrasi di Program Bimbingan dan Konseling.
6. Para Guru dan Siswa pada 10 SMP di Indonesia atas peran serta dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Orangtua peneliti yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk semangat, motivasi, doa, dan materi kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
xi
9. Mas Sugeng Purnomo yang selalu menyempatkan waktunya untuk setia mendampingi peneliti dalam bertukar pikiran, memberikan saran, dan semangat.
10. Sahabat peneliti, Anita Widya Putri yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan semangatnya dari jauh.
11. Teman-teman tim PSHP: Kak Ika, Prisma, Desvina, Cici, Tania, Tera, Christian, Mas Kris, dan Danang yang selalu memberikan semangat kepada peneliti.
12. Sahabat-sahabat Prodi Bimbingan dan Konseling: Hana, Mbak Kiky, Yulinda, Dewi, Anggi, Dara, Priska, Argya, Damar, Andreas, Sr. Lili, April, Indri, Lui, dan Melani yang selalu menemani peneliti dalam susah maupun senang.
13. Adik sepupu ku, Eka Damayanti yang selalu bersedia mendengarkan keluh-kesah peneliti dan memberikan semangat kepada peneliti.
14. Teman-teman Prodi BK angkatan 2015 yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada peneliti agar segera menyelesaikan hasil karya ini.
Kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membaca.
Yogyakarta, 23 Januari 2019 Peneliti,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
ABSTRAK ... viii
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian ... 10
D. Rumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 12
G. Batasan Istilah ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16
A.Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah ... 16
1. Pengertian Karakter ... 16
2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 19
3. Tujuan, Fugsi, dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 20
xiii
B.Hakikat Evaluasi, Asesmen, dan Tes ... 27
1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes ... 27
2. Tujuan dan Fungsi Asesmen ... 29
3. Ruang Lingkup Asesmen ... 31
4. Prinsip-prinsip Asesmen ... 31
5. Jenis-jenis Asesmen ... 33
6. Teknik-teknik Asesmen ... 36
7. Tes Sebagai Teknik Asesmen ... 38
C.Hakikat Asesmen Pendidikan Karakter di Sekolah ... 39
1. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter ... 39
2. Teknik-teknik Asesmen Pendidikan Karakter ... 39
3. Kekuatan dan Kelemahan Tes ... 40
4. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Penggunaan Tes dalam Pendidikan Karakter ... 44
5. Hambatan-hambatan dan Kesulitan-kesulitan Asesmen Pendidikan Karakter Beberapa Sekolah di Indonesia ... 51
D. Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 55
1. Karakteristik Media Film Karakter ... 55
2. Kekuatan-kekuatan Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 56
3. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 57
4. Film sebagai Media Asesmen ... 58
5. Film sebagai Media Tes dalam Pendidikan Karakter ... 59
6. Prosedur Pengembangan Soal Tes Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film ... 61
E. Hakikat Kota dan Desa ... 64
1. Pengertian Kota dan Desa ... 64
2. Kehidupan Sosial Penduduk Desa ... 65
3. Ciri-ciri Masyarakat Desa ... 66
4. Kehidupan Sosial Penduduk Kota ... 68
xiv
F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 73
G.Kerangka Pikir ... 74
H.Hipotesis Penelitian ... 76
BAB III METODE PENELITIAN ... 77
A.Model Pengembangan ... 77
B.Prosedur Pengembangan ... 78
1. Revisi Produk Operasioanl ... 82
2. Uji Lapangan Produk ... 83
C.Uji Coba Produk ... 84
1. Desain Uji Coba ... 84
2. Tempat Penelitian dan Subjek Uji Coba Produk ... 84
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 87
1. Teknik Pengumpulan Data ... 87
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 89
E. Teknik Analisis Data ... 92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105
A.Hasil penelitian ... 105
1. Produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter yg diujikembangkan dalam penelitian ini ... 105
2. Kualitas Soal-Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter yang Diujicobakan pada 10 SMP di Indonesia ... 107
a. Validitas Soal Tes ... 107
b. Reliabilitas ... 114
3. Nilai Validasi Efektifitas Penggunaan Produk ... 115
xv
Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Pada 10 SMP di
Indonesia ... 120
6. Perbedaan Capaian Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Pada Beberapa Siswa SMP di Indonesia yang Berasal Dari Desa dan Kota dengan Menggunakan Produk Soal Tes Tersebut. ... 124
B.Pembahasan ... 126
BAB V PENUTUP ... 134
A.Simpulan Tentang Produk ... 131
B.Keterbatasan Penelitian ... 136
C.Saran ... 137
DAFTAR PUSTAKA ... 139
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tempat Penelitian ... 84
Tabel 3.2 Jumlah Subjek Uji Coba Penelitian ... 85
Tabel 3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 86
Tabel 3.4 Konstruk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 90
Tabel 3.5 Ukuran Kaiser-Meyer Olkin (KMO) ... 96
Tabel 3.6 Nilai Koefisien Alpha ... 99
Tabel 3.7 Kategori PAP Tipe I ... 100
Tabel 3.8 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ... 101
Tabel 4.1KMO and Bartlett’s Test Nilai Karakter Hubungan dengan Tuhan .... 107
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Soal Tes Karakter Hubungan dengan Tuhan ... 108
Tabel 4.3KMO and Bartlett’s Test Nilai Karakter Hubungan dengan Diri Sendiri dan Hubungan dengan Sesama ... 108
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas soal Tes Nilai Karakter Hubungan dengan Diri Sendiri dan Hubungan dengan Sesama ... 109
Tabel 4.5KMO and Bartlett’s Test Soal Tes Nilai Karakter Hubungan dengan Lingkungan ... 111
Tabel 4.6 Uji Validitas Soal Tes Nilai Karakter Hubungan dengan Lingkungan …… ... 112
Tabel 4.7KMO and Bartlett’s Test Soal Tes Nilai Karakter Hubungan dengan Kebangsaan ... 113
Tabel 4.8 Uji Validasi Soal Tes Nilai Karakter Hubungan dengan Kebangsaan ... 113
Tabel 4.9Reliability Statistic ... 114
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Validitas Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut Penilaian Siswa pada 10 SMP di Indonesia ... 115
Tabel 4.11 Kategorisasi Hasil Validitas Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut Penilaian Siswa ... 117
Tabel 4.12 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ... 118
Tabel 4.13 Pengkategorisasian Karakter Siswa... 119
xvii
Tabel 4.15 Perbedaan Penilaian Siswa Desa dan Kota Terhadap Validasi
Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter ... 121
Tabel 4.16 Capaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa Desa dan Kota ... 124
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Karakter... 18
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter ... 75
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian dan Pengembangan (Borg and Gall 2003) ... 80
Gambar 4.1 Bentuk Fisik DVD Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter 106
xix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabulasi Data Hasil Karakter 660 Siswa di 10 SMP di Indonesia 144
Lampiran 2 Tabulasi Validasi Efektifitas Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan
Karakter ... 157
Lampiran 3 Konstruk Baru Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 167
Lampiran 4Hasil Perbedaan Penilaian Efektifitas Soal Tes Menurut Siswa Desa dan Kota ... 168
Lampiran 5 Lembar Jawab Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 188
Lampiran 6 Lembar Validasi Siswa ... 190
Lampiran 7 Dokumentasi ... 192
Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian ... 193
Lampiran 9 Surat Pernyataan Kesediaan Mitra ... 194
Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 195
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah atau fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, manfaat penelitian, dan
definisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pendidikan karakter telah lama diberlakukan di sekolah dan menjadi poin penting yang dilihat oleh pemerintah.
Alasannya, Indonesia membutuhkan individu yang berkarakter kuat dan
bermartabat untuk menjadi generasi penerus bangsa. Pelaksanaan
pendidikan karakter harus diikuti dengan penilaian untuk mengetahui
tingkat keberhasilan program yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, evaluasi
atau penilaian sangat diperlukan. Sehubungan dengan itu, Barus (2016)
mengatakan “perlu dilakukan evaluasi komperhensif tentang
keterlaksanan, hambatan-hambatan, dan efektivitas pendidikan karakter
yang telah berlangsung.” Sebetulnya, apakah sudah ada penilaian hasil
pendidikan karakter di sekolah? Jika sudah, apakah evaluasi yang
dilakukan sudah cukup efektif dan memenuhi standar yang baik untuk
mengukur karakter peserta didik?
Pada kenyataannya, pemerintah belum mengembangkan
pengukuran atau alat tes atau model evaluasi yang digunakan untuk
Kalaupun ada, model evaluasi yang digunakan hanya mengukur sebatas
skala sikap dan berhenti pada skala kognitif saja. Padahal hasil capaian
pendidikan karakter peserta didik seharusnya diukur sampai takaran
tindakan. Maka tidak heran apabila masih ada penyimpangan perilaku di
kalangan pelajar seperti; tindakan kriminalitas, tawuran antar pelajar,
bulliying, menyontek, dan sebagainya. Oleh sebab itu, peneliti
mengembangkan alat ukur hasil capaian karakter yang digunakan untuk
mengoptimalkan program pendidikan karakter yang telah lama ditetapkan
oleh pemerintah.
Lagi pula, memberikan penilaian hasil pendidikan karakter pada siswa sangat lah sulit. Menurut wawancara Tim Peneliti Sosial,
Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma dengan Guru BK pada 10 SMP di Indonesia, mereka
merasa kesulitan dalam memberikan nilai yang berdasarkan pada
prinsip-prinsip abstrak. Pada pelaksanaannya, guru hanya melakukan penilaian
dengan cara mengira-ngira saja. Teknik penilaian yang seperti itu besar
kemungkinan mengandung unsur subjektifitas yang tinggi atau like and
dislike. Kebanyakan guru menilai siswa hanya dari penampilan dan
kognitif saja, bukan dari perilaku yang mendalam. Hal tersebut sangat
merugikan siswa, karena yang dilihat hanya siswa yang bermasalah saja.
Apakah siswa yang terlihat baik atau alim tidak perlu diukur karakternya?
Lalu, dengan model penilaian yang seperti itu, apakah berhasil untuk
karakter yang bermartabat? Demi pengembangan pelaksanaan pendidikan
karakter yang lebih baik lagi kedepannya, penting bagi guru untuk
mengevaluasi hasil pendidikan karakter dengan cara yang efektif dan adil.
Menurut wawancara Tim PSHP dengan Guru Mata Pelajaran di beberapa SMP di Indonesia, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
pemerintah belum melakukan pengembangan evaluasi atau penilaian hasil
karakter siswa melalui pendidikan karakter. Oleh sebab itu, guru-guru
hanya mengandalkan observasi, kuesioner, skala sikap, dan penerapan
sistem poin yang tentunya memiliki kelemahan dan subjektifitas. Barus
(2016) mengungkapkan bahwa:
Penerapan sistem poin yang berasumsi bahwa pelanggaran
pelanggaran „kejahatan‟ siswa harus dihitung, dicatat, dan ditakar
sangat tidak berakar dan tidak memanusiakan. Mengambil pandangan yang sepenuhnya negative pada anak dengan menganggap bahwa anak dilahirkan berdosa dan jahat dan bahwa adalah tugas pendidikan untuk memperbaiki ini melalui hukuman dan melatih ketaatan, merupakan langkah awal kekeliruan dalam penerapan sistem poin.
Patokan penilaian yang menggunakan sistem poin dirasa tidak memiliki
keadilan dan keseimbangan. Tidak hanya sistem poin, penilaian like and
dislike juga berlaku terlebih pada siswa yang berasal dari desa mapun kota.
Kesenjangan tersebut akan mempengaruhi kualitas penilaian oleh beberapa
guru yang melihat siswa hanya dari cover-nya saja. Sebenarnya, banyak
aspek yang perlu diperhitungan dan dipertimbangan dalam menilai
karakter siswa. Aspek-aspek tersebut seperti: latar belakang keluarga,
lokasi tempat tinggal di desa maupun kota, pekerjaan orangtua,
dll. Beberapa aspek tersebut kemungkinan besar dapat mempengaruhi
penyerapan pendidikan karakter yang diberikan di sekolah, khususnya
anak yang berasal dari kota dan desa. Perbedaan dalam menginternalisasi
dan menaruh perhatian terhadap pentingnya pendidikan karakter pada anak
desa dan anak kota, akan berdampak pada terbentuknya karakter pada
dirinya.
Berdasarkan observasi Tim PSHP, siswa kota cenderung
menganggap pendidikan karakter bukanlah hal yang begitu penting
baginya. Mereka cenderung bersikap individual, masa bodoh, dan cuek
terhadap sikap orang lain. Berbeda dengan anak desa, mereka sangat
antusias mengenai pentingnya berperilaku baik dan buruk. Dari hasil
observasi peneliti, terlihat bahwa anak-anak desa memiliki rasa simpati
dan empati yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhada,
Idad (2016: 147) yang mengatakan bahwa ciri-ciri kehidupan sosial
masyarakat desa adalah masih adanya hubungan erat dan mendalam antar
manusia, menjunjung tinggi sistem kekeluargaan, gotong royong dan
saling membantu. Ia juga mengatakan bahwa ciri-ciri kehidupan sosial
masyarakat kota adalah kehidupan keluarga sukar disatukan dan cara
kehidupan ke arah duniawi. Sikap dan sifat semacam itu yang dapat
mempengaruhi karakter siswa. Berangkat dari permasalahan tersebut,
maka peneliti mengangkat subjek anak desa dan anak kota untuk diteliti
capaian hasil pendidikan karakternya. Apakah hasil pendidikan karakter
sebaliknya? Lalu, bagaimana cara guru melakukan penilaian atau evaluasi
terhadap hasil pendidikan karakter terhadap anak desa dan anak kota?
Beberapa pertanyaan tersebut bertepatan dengan penjelasan Barus
(2017) yang mengatakan bahwa,“most of the respondents (73%)
acknowledged that the character education assessment is is very
important, while 25% of 51 teachers considered the assessment as
important and only 1 person (2%) rated it as less important.” Artinya,
penilaian hasil pendidikan karater dianggap penting oleh guru (73%) agar
guru mengetahui sampai tingkat manakah perilaku peserta didik yang
tercermin berkarakter mengalami peningkatan dan sampai pada tingkat
manakah peserta didik berkembang dalam hal mempraktikkan karakter
tersebut. Oleh sebab itu, karena sistem penilaian yang dilakukan oleh
guru-guru banyak kekurangan, maka Tim PSHP merancang suatu model
evaluasi dalam bentuk tes berbasis film. Produk ini dapat digunakan untuk
melihat capaian hasil pendidikan karakter siswa. Bukan hanya itu saja,
peneliti juga menyebarkan angket penilaian efektivitas produk kepada
siswa agar produk tersebut dapat teruji kualitasnya. Model pendidikan
Karakter di SMP Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif
dengan Pendekatan Experiential Learning telah dikembangkan melalui
penelitian Stranas tahun 2014-2016 tentang prototipe soal tes asesmen
hasil pendidikan karakter berbasis film karakter. Penelitian tahun
2014-2016 membuktikan bahwa 440 soal karakter yang di uji ternyata valid,
tingkat kesukaran yang berdiferensiasi. Soal-soal yang dikembangkan
sudah memberikan bukti cukup baik, namun pengujian efektivitasnya
perlu dilanjutkan dan diujikan pada wilayah yang lebih luas. Sedangkan,
model asesmen/evaluasinya belum dikembangkan.
Model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal
dengan pendekatan experiential learning telah diinternalisasikan pada
banyak sekolah di berbagai kota dan desa. Untuk itu, diterbitkan Buku
Pendidikan Karakter di SMP jilid 1, 2, dan 3 (ber-ISBN) dan
dipublikasikan secara nasional. Bersamaan dengan membangun legitimasi
dan gerakan habitualisasi produk penelitian tersebut pada sekolah mitra
secara nasional, sustainabilitas proses penelitian pengembangan ini perlu
dilanjutkan dengan penguatan sistem penilaiannya dan ditargetkan dapat
menghasilkan produk berupa Model Asesmen Hasil Pendidikan Karakter
di SMP Berbasis Media Film Karakter. Diharapkan produk ini dapat
digunakan guru mata pelajaran dan khususnya guru BK dalam
melaksanakan asesmen hasil pendidikan karakter yang lebih efektif,
objektif, valid, praktis, dan berkeadilan di SMP.
Penelitian berbasis media film ini dipilih karena film lebih
menggambarkan aspek sikap, afeksi, akomodasi, dan perilaku berkarakter
yang mampu menginternalisasi dibandingkan dengan pengukuran metode
lainnya. Sesuai dengan kekuatan film menurut Kustandi & Sutjipto (2013)
bahwa film dapat menyajikan suatu proses dengan lebih efektif
pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika membaca, berdiskusi, dan
praktik. Potongan film yang digunakan berdurasi 1-2 menit yang
memvisualisasikan dilema moral. Berdasarkan film tersebut siswa diminta
untuk menjawab soal-soal yang menyertainya. Penggunaan evaluasi
berbasis film dirasa efektif karena langsung menyentuh pada
dilema-dilema moral remaja. Potongan-potongan film yang akan ditampilkan
sesuai dengan nilai-nilai karakter peserta didik di SMP. Hal tersebut
dilakukan agar siswa dapat secara nyata merasakan dan memahami dilema
moral yang terjadi. Sehingga yang dinilai bukan hanya perilaku anak yang
bermasalah saja, namun semua peserta didik yang ada di sekolah. Tidak
ada lagi penilaian subjektivitas (like and dislike) dan tidak ada lagi
kelemahan-kelemahan observasi yang dapat ditutupi oleh guru.
Berdasarkan kebutuhan di atas, peneliti sebagai Tim Penelitian
Stranas Institusi yang diketuai oleh Dr. Gendon Barus, M.Si ingin
melanjutkan tahapan penelitian dan pengembangan (Research and
Development) yang sudah terlebih dahulu dilakukan oleh Tim Penelitian
Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma (2017) sampai pada tahap ke 6.
Oleh sebab itu, peneliti melanjutkan pengujian produk tahap ke 7 dan 8,
yaitu Revisi Produk Operasional dan Uji Lapangan Produk dengan
TINGGAL DI DESA DAN KOTA PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah di atas, dapat
diidentifikasi berbagai masalah, sebagai berikut:
1. Penilaian karakter siswa hanya mengandalkan observasi, sering
subjektif dan tidak berkeadilan dalam menilai karakter siswa. Guru
hanya menerapkan sistem penilaian dengan mengira-ngira saja dan
besar kemungkinan mengandung unsur subjektifitas yang tinggi atau
like and dislike.
2. Penilaian pendidikan karakter yang ada terlalu fokus mengukur
peserta didik yang bermasalah saja dan tidak menyeluruh.
3. Para guru belum mengenal cara lain untuk mengukur karakter peserta
didik dan belum pernah ada model pengukuran berbasis tes film
karakter.
4. Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP masih berada dalam tahap
pengetahuan/kognitif dan belum sampai pada tahap internalisasi
kehidupan sehari-hari.
5. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi yang efektif digunakan dalam
mengevaluasi pendidikan karakter di SMP.
6. Model evaluasi yang dilakukan selama ini hanya menggunakan paper
dan pengamatan. Hal ini dinilai kurang optimal, sehingga peserta
didik kurang menghayati/menginternalisasi dalam kehidupan mereka.
7. Penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film
karakter belum diketahui efektifitasnya dalam memperlihatkan
penilaian karakter siswa di lihat dari siswa yang bertempat tinggal di
desa dan kota.
8. Belum diketahui secara pasti soal tes hasil pendidikan karakter
berbasis film karakter yang dihasilkan oleh peneliti sebelumnya
efektif atau tidak diterapkan di sekolah dengan sampel yang lebih
luas.
9. Beberapa SMP di Indonesia belum pernah melaksanakan model
pengukuran karakter menggunakan soal tes asesmen penelitian
pendidikan karakter berbasis film.
10. Penggunaan film dirasa cukup efektif dalam memperkenalkan
kasus-kasus degradasi moral, dilema moral, dan pertentangan nilai yang
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari pada siswa SMP,
dibandingkan hanya dengan menyebar kuesioner, wawancara, ataupun
cerita kepada peserta didik.
C. Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan mengingat adanya
keterbatasan penelitian, maka fokus kajian diarahkan untuk menjawab
pada tahapan pengembangan dan uji penggunaan alat dan evaluasi
efektifitas soal tes pendidikan karakter siswa berbasis film pada wilayah
yang lebih luas dengan karakteristik sampel (siswa/i dipedesaan dan
diperkotaan).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dirumuskan
permasalahan yang menjadi fokus penelitian dan pengembangan (research
and development) sebagai berikut:
1. Seperti apa produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis
film karakter yang diujikembangkan pada 10 SMP di Indonesia??
2. Seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
berbasis film karakter yang diujicobakan pada 10 SMP di Indonesia?
3. Menurut penilaian siswa kualitas efektifitas apa saja yang terpenuhi
dalam penggunaan soal tes yang dikembangkan tersebut?
4. Seperti apa capaian hasil pendidikan karakter siswa yang diukur
dengan menggunakan soal tes yang dikembangkan tersebut pada 10
SMP di Indonesia ?
5. Apakah terdapat perbedaan penilaian siswa dari berbagai wilayah desa
dan kota terhadap efektifitas penggunaan soal tes asesmen hasil
6. Apakah terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis
film pada beberapa siswa SMP di Indonesia yang berasal dari desa
dan kota dengan menggunakan produk soal tes tersebut ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menghasilkan soal tes asesmen pendidikan karakter.
2. Mengukur seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil penelitian
pendidikan karakter berbasis film yang diujicobakan pada 10 SMP di
Indonesia.
3. Memperoleh informasi mengenai kualitas efektifitas yang terpenuhi
dalam penggunaan soal tes yang dikembangkan tersebut menurut
penilaian siswa.
4. Memperoleh informasi mengenai capaian hasil pendidikan karakter
siswa yang diukur dengan menggunakan soal tes yang dikembangkan
pada 10 SMP di Indonesia
5. Memperoleh informasi mengenai perbedaan penilaian siswa dari
berbagai wilayah desa dan kota terhadap efektifitas penggunaan soal
tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter pada 10
SMP di Indonesia.
6. Memperoleh informasi mengenai capaian hasil pendidikan karakter
berbasis film pada beberapa siswa SMP di Indonesia yang berasal dari
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk
berbagai pihak, baik itu manfaat secara teoritis maupun secara praktis.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
bahan kajian tentang efektivitas penilaian karakter siswa di SMP serta
diharapkan mampu menambah wawasan dan pengembangan penelitian
serupa terutama pada ranah pendidikan karakter.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini memberikan sumbangan mengenai
evaluasi/penilaian pengukuran pendidikan karakter menggunakan
soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter.
Selain itu penelitian ini juga dilaksanakan dalam rangka untuk
menemukan model alternatif sistem penilaian dan pelaksanaan
pendidikan karakter di Indonesia.
b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi
kepala sekolah dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam
pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Bagi guru pendidik
karakter (konselor sekolah/guru BK dan guru mata pelajaran) di
dapat memberikan suatu model asesmen pendidikan karakter
berbasis media film yang lebih efektif (fisibel, realistik, ekonomis,
relatif praktis dan mudah digunakan) untuk mengukur hasil
pendidikan karakter di sekolah.
c. Bagi lembaga pendidikan
Prosedur dan hasil penelitian pengembangan ini dapat
digunakan sebagai bahan referensi alternatif untuk pengembangan
konsep bimbingan dan konseling pendidikan karakter di sekolah,
kususnya di SMP.
d. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui dan memahami efektifitas model
penilaian pendidikan karakter melalui soal tes asesmen pendidikan
karakter berbasis film. Selain itu peneliti juga berkesempatan
untuk membuat dan mengaplikasikan soal tes asesmen pendidikan
karakter berbasis media film di sekolah.
e. Bagi peneliti lain
Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh penelitia lain
sebagai refrensi dalam mengembangkan penelitian dengan topik
pendidikan karakter di sekolah. Selain itu penelitian ini juga dapat
digunakan peneliti lain sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi
peneliti yang berminat meneliti pengembangan soal tes hasil
pendidikan karakter berbasis media film guna meningkatkan
G. BATASAN ISTILAH
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Efektivitas adalah suatu keadaan/kondisi untuk mengukur kegiatan
tertentu apakah dapat berhasil sesuai dengan target yang telah
ditentukan atau tidak. Target tersebut dapat dilihat melalui kuantitas,
kualitas, dan waktu pelaksanaan kegiataan, dimana ketika semakin
tinggi presentase target yang dicapai maka efektivitasnya juga akan
semakin tinggi.
2. Soal tes adalah seperangkat pernyataan atau pertanyaan yang
berbentuk pilihan ganda yang berkaitan dengan dilema moral dan
memuat beberapa pertanyaan seputar pendidikan karakter untuk
mengukur perilaku secara objektif.
3. Asesmen hasil adalah merupakan proses untuk mengetahui apakah
proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan
tujuan atau kriteria yang ditetapkan.
4. Pendidikan karakter adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh lembaga
sekolah melalui guru yang memiliki tujuan untuk membentuk karakter
pribadi siswa secara otentik dan mengarah pada perilaku/karakter yang
baik demi kemajuan penerus bangsa.
5. Penggunaan film sebagai media film adalah potongan-potongan video
yang berkaitan dengan dilema moral pada kebanyakan anak SMP dan
dapat mengukur tentang sejauh mana siswa/i menginternalisasi video
6. Siswa desa adalah siswa yang tinggal dan hidup dengan nilai-nilai
kehidupan sosial masyarakat pedesaan.
7. Siswa kota adalah siswa yang tinggal dan hidup berdasarkan nilai-nilai
16 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori yang dijadikan dasar untuk membangun
kerangka konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka dalam bab ini peneliti
mengemukakan beberapa konsep yang berhubungan dengan variabel penelitian,
yaitu hakikat pendidikan karakter di sekolah; hakikat evaluasi, asesmen dan tes;
hakikat asesmen pendidikan karakter di sekolah; media film dalam pendidikan
karakter; hakikat kota dan desa; kajian penelitian yang relevan; dan kerangka
pikir.
A. Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah 1.Pengertian Karakter
Berkowitz (Doni Koesoema, 2012: 25) mendefinisikan karakter
sebagai sekumpulan karakter psikologis yang mempengaruhi kemampuan
dan kecondongan pribadi agar dapat berfungsi secara moral. Selain itu,
Pritchard (Doni Koesoema, 2012: 27) mengatakan bahwa karakter adalah
“a compex set of relatively persistent qualities of the individual person,
and the term has a definite positive connotation when it is used in
discussions of moral education.” Artinya, karakter merupakan sekumpulan
kualitas moral yang relative stabil dalam diri seseorang. Karakter ini
memiliki konotasi positif ketika diterapkan dalam diskusi moral. Dalam
buku yang ditulis oleh Samani & Hariyanto (2011: 41) mengungkapkan
bahwa:
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika.
Selanjutnya, Lickona (Akhwan, 2014: 61) mengatakan bahwa
karakter berkaitan dengan ketiga komponen, yaitu konsep moral (moral
knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral
behavior). Ia juga mengatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh
pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan
melakukan perbuatan kebaikan. Berkaitan dengan hal tersebut, Yaumi
(2014: 7) mengatakan bahwa komponen karakter adalah moralitas,
kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan
kepada orang lain melalui tindakan. Ia juga mengatakan, karakter
seseorang terpisah dari moralitasnya, baik buruknya karakter tergambar
dalam moralitas yang dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang
merupakan perwujudan dari karakter. Kebenaran tidak akan terbangun
dengan sendirinya tanpa adanya karakter. Moralitas dan kebenaran yang
telah terbentuk merupakan perwujudan dari perbuatan baik. Kebaikan
inilah yang mendorong suatu kekuatan dalam diri seseorang untuk
menegakkan keadilan. Kebenaran, kebaikan, dan kekuatan sikap adalah
Gambar 2.1 Komponen Karakter
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa moral dan
karakter adalah dua hal yang berbeda. Moral berarti pengetahuan
seseorang terhadap hal baik atau buruk, sedangkan karakter adalah
tabiat, tindakan/kebiasaan seseorang yang langsung ditentukan oleh
otak. Meskipun keduanya memiliki arti yang berbeda, namun moral
dan karakter memiliki keterkaitan. Karakter memiliki makna lebih
tinggi dari pada moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang
benar dan mana yang salah. Moral merupakan salah satu komponen
yang dapat membentuk karakter individu, ketika moral behavior dapat
dilakukan secara berulang. Jadi, dapat dikatakan karakter adalah suatu
kebiasaan (habituation) untuk melakukan yang baik berdasarkan
pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan
melakukan perbuatan kebaikan.
Moralitas
Kebenaran Sikap
KARAKTER
2.Pengertian Pendidikan Karakter
Burke (Samani & Hariyanto, 2011: 43) juga mengatakan bahwa
“pendidikan karakter semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran
yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang
baik.” Selain itu, menurut Samani & Hariyanto (2011: 44) mengatakan
bahwa “pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada
peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.” Mereka juga
menyampaikan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati.
Character Education Partnership (CEP) (Doni Koesoema, 2012:
57) sebuah program nasional pendidikan karakter di Amerika Serikat,
mendefinisikan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
Beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa pendidikan karakter
adalah proses pemberian bekal atau penanaman nilai moral mengenai
karakter pribadi yang baik, sopan, bertanggungjawab, memiliki rasa
hormat, jujur, adil, menghargai dan memahami satu sama lain yang
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui program pemerintah
yang ditujukan kepada sekolah.
3.Tujuan, Fungsi dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
a. Tujuan pendidikan karakter
Menurut Kemendiknas (2010) Peraturan Pemerintah nomor 17
tahun 2010 tentang pengelolaan penyelenggaraan pendidikan pada
pasal 17 ayat (3) “Pendidikan dasar, termasuk sekolah menengah
pertama (SMP) bertujuan membangun landasan bagi berkembangnnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur; (c) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
(d) sehat, mandiri dan percaya diri; (e) toleran, peka sosial, demokratis,
dan bertanggung jawab.”
Melalui penjelasan pada pasal tersebut jelas bahwa tujuan dari
pendidikan sangat berkaitan dengan pendidikan karakter. Dapat
disimpulkan bahwa melalui pendidikan di sekolah nilai-nilai karakter
dapat diterapkan agar membawa perubahan bagi peserta didik dalam
hal; beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak
dan inovatif; selain itu juga mampu membantu peserta didik menjadi
pribadi yang sehat, mandiri dan percaya diri; serta memiliki rasa
toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
b. Fungsi pendidikan karakter
Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 97) fungsi pendidikan
karakter adalah:
1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk
menjadi prilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki
sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter dan karakter
bangsa.
2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik
yang lebih bermartabat.
3) Penyaring: untuk menyaring karakter-karakter bangsa sendiri dan
karakter bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter
dan karakter bangsa.
c. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan karakter
Menurut Direktorat pembinaan SMP (Fathurrohman, 2013:
145-146). Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter.
4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik.
6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang, yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para peserta didik.
8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral
yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia
pada nilai dasar yang sama.
9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas
dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
dalam usaha membangun karakter.
11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter, dan manifestasi karakter
4.Nilai-Nilai Karakter Utama yang Dikembangkan dalam Pendidikan (SMP)
Kemendiknas (2010) (Wardani, 2018: 14) mengungkapkan bahwa
hasil diskusi dan sarasehan tentang “Pendidikan Budaya dan Karakter
Budaya dan Karakter Bangsa” untuk berbagai wilayah Indonesia yang
terdiri dari beberapa nilai karakter yang ditanamkan dalam pendidikan,
yaitu: karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial,
tanggung jawab, nasionalisme, inovatif, daya juang, rendah hati,
memaafkan, kepemimpinan, dan kerja keras.
Akan tetapi, pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang
disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas nomor 23 tahun 2006)
dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Berikut adalah daftar
20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius).
Nilai ini berkaitan dengan pikiran, perkataan, dan tindakan
seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai
Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri.
1) Jujur.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
2) Bertanggung jawab.
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan YME.
3) Bergaya hidup sehat.
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk
yang dapat mengganggu kesehatan.
4) Disiplin.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras.
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
6) Percaya diri.
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap
pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
7) Berjiwa wirausaha.
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta
8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau
logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir
dari apa yang telah dimiliki.
9) Mandiri.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
10)Ingin tahu.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
11)Cinta ilmu.
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
pengetahuan.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.
1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang
menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban
diri sendiri serta orang lain.
2) Patuh pada aturan-aturan sosial.
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan
3) Menghargai karya dan prestasi orang lain.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui
dan menghormati keberhasilan orang lain.
4) Santun.
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa
maupun tata perilakunya ke semua orang.
5) Demokratis.
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin
memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
e. Nilai kebangsaan.
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
1) Nasionalis.
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsanya.
2) Menghargai keberagaman.
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam
hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Beberapa karakter tersebut dijadikan landasan oleh peneliti untuk
mengukur karakter beberapa anak SMP di Indonesia. Karakter-karakter
tersebut diciptakan dalam bentuk potongan film pendek yang diikuti dengan
soal-soal karakter yang sesuai dengan potongan film. Soal yang berjumlah
88 tersebut digunakan sebagai produk asesmen pendidikan karakter bagi
beberapa siswa SMP di Indonesia.
B.Hakikat Evaluasi, Asesmen dan Tes
1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes
a. Pengertian Evaluasi
Wringston (Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa, “evalusi
adalah penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah
tujuan atau nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.” Selanjutnya,
Lessingner (Hartatik, 2014: 29) mendefinisikan bahwa “evaluasi
adalah sebagai proses penilaian dengan jalan membandingkan antara
tujuan yang diharapkan dengan kemajuan/prestasi nyata yang dicapai.”
Sementara Gay (Sukardi, 2014: 8) berpendapat bahwa evaluasi
untuk pengambilan keputusan. Jadi, evaluasi adalah proses penilaian,
pengumpulan, dan menganalisis data atau suatu kejadian pada
kenyataan dengan program atau tujuan yang sudah ditetapkan.
b. Pengertian Asesmen (Penilaian)
Linn dan Grounlund (Uno dan Koni, 2012: 1) menegaskan
“asesemen (penilaian) adalah prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi, rata-rata
pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar.”
Selain itu, Sarwiji Suwandi (2009: 7) juga mengatakan bahwa
“penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan
hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau
kriteria yang telah ditetapkan.”
Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk
memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya
digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya
(Depdiknas, 2001). Jadi, penilaian adalah suatu kegiatan
mengumpulkan dan menganalisis data tentang suatu proses dan hasil
belajar siswa untuk mendapatkan informasi, apakah hasil yang
diperoleh sudah sesuai dengan tujuan atau standar yang ditetapkan atau
belum.
c. Pengertian Tes
Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 67) mengatakan bahwa “tes
merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus
ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites.”
Arikunto (2012) menegaskan “tes adalah suatu cara untuk melakukan
penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa.”
Menurut Brown (Elis Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 128), “a
test as a systematic procedure for measure a sample of behavior”,
yang menjelaskan bahwa pada prinsipnya suatu tes merupakan suatu
prosedur sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang.
Jadi, tes adalah suatu ukuran penilaian yang dijadikan patokan oleh
individu (guru) untuk mengukur kemampuan individu yang diberikan
tes (siswa).
2. Tujuan dan Fungsi Asesmen
a. Tujuan Asesmen
Menurut pedoman penilaian Depdikbud (Jihad & Haris. 2008:
63), tujuan penilaian adalah “untuk mengetahui kemajuan belajar
siswa, untuk perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa serta
sekaligus memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan
belajar.” Sementara Jihad & Haris (2008: 63) juga mengatakan bahwa
“tujuan penilaian untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan
atau kesulitan belajar siswa, dan sekaligus memberi umpan balik yanf
Sehubungan dengan itu, Suwandi, Sarwiji (2009: 14)
mengatakan bahwa “secara umum semua jenis penilaian berbasis kelas
bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah,
mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada
masyarakat, dan untuk mengetahui ketercapaian mutu pendidikan
secara umum.”
b. Fungsi Asesmen
Menurut Supranata & Hatta (Suwandi, Sarwiji. 2009: 15)
mengatakan bahwa penilaian berbasis kelas memiliki sejumlah fungsi,
yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas,
umpan balik dalam perbaikan program pengajaran, alat pendorong
dalam meningkatkan kemampuan peserta didik, dan sebagai alat untuk
peserta didik melakukan evaluasi terhadap kinerjanya serta bercermin
diri (instropeksi) misalnya melalui portofolio.
Menurut Nana Sudjana (Jihad & Haris. 2008: 56) penilaian
(asesmen) berfungsi sebagai:
a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional.
Dengan fungsi ini maka penilaian (asesmen) harus mengacu
kepada tujuan-tujuan intruksional.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengjar. Perbaikan
mungkin dapat dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan siswa kepada
orangtuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan dan kecakapan
belajar siswa dalam bentuk-bentuk nilai-nilai prestasi yang
dicapainya.
3. Ruang Lingkup Asesmen
Uno, Hamzah, dan Satria Koni (2012:17) menjelaskan bahwa isi
model penilaian kelas ini meliputi konsep dasar penilaian kelas, teknik
penilaian, langkah-langkah pelaksanaan penilaian, pengolahan hasil
penilaian serta pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian. Dalam konsep
penilaian, akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian, manfaat
penilaian, fungsi penilaian, dan rambu-rambu penilaian. Teknik penilaian
akan menjelaskan berbagai cara dan alat penilaian.
4. Prinsip-prinsip Asesmen
Depdiknas tahun 2002 (Suwandi, Sarwiji. 2009: 21) mengatakan
bahwa prinsip umum penilaian (asesmen) meliputi:
a. Valid, artinya penilaian harus mengukur apa yang seharusnya diukur
dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya dan sahih.
b. Mendidik, artinya penilaian harus memberi sumbangan yang positif
terhadap pencapaian hasil belajar siswa, seperti memotivasi siswa yang
berhasil dan memberikan semangat untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
c. Berorientasi pada kompetensi, artinya mampu menilai pencapaian
d. Adil dan objektif, artinya penilaian harus adil terhadap semua siswa dan
tidak membeda-bedakan latar belakang siswa.
e. Terbuka, artinya kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai
kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
f. Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana,
bertahap teratur, terus menerus, dan berkesinambungan untuk
memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa.
g. Menyeluruh, artinya penilaian dilaksanakan secara menyeluruh, utuh,
dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
serta berlandaskan berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan
berbagai bukti hasil belajar siswa.
h. Bermakna, artinya penilaian hendaknya mudah dipahami dan mudah
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Selanjutnya menurut Jihad & Haris (2008: 63) sistem penilaian
dalam pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun penilaian
akhir, hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip sebagai
berikut:
a. Menyeluruh, artinya penguasaan kompetensi dalam mata pelajaran
hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi,
kemampuan dasar serta keseluruhan indikator ketercapaian, baik
dan nilai), serta psikomotor (keterampilan), maupun menyangkut
evaluasi proses dan hasil belajar.
b. Berkelanjutan, artinya penilaian seharusnya direncanakan dan
dilakukan secara terus menerus guna mendapatkan gambaran yang utuh
mengenai perkembangan hasil belajar siswa sebagai dampak langsung
(dampak instruksional/pembelajaran) maupun dampak tindak langsung
(dampak pengiring/nurturan effect) dari proses pembelajaran.
c. Berorientasi pada indikator ketercapaian, artinya sistem penilaian dalam
pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian yang sudah
ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan minimal dan
standar kompetensinya.
d. Sesuai dengan pengalaman belajar, artinya sistem penilaian dalam
pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya.
5. Jenis-jenis Asesmen
Menurut Uno dan Koni (2012) jenis-jenis asesmen dilaksanakan
dalam berbagai teknik, seperti: penilaian kinerja (performance), penilaian
sikap, dan penilaian tertulis (paper and pencil test, penilaian proyek, dan
penilaian diri/self assessment). Selanjutnya, Subali (2016) mengatakan
berdasarkan ragam jenis asesmen dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Asesmen penempatan.
Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap
masing-masing peserta didik sebelum menem[uh program pengajaran.
masing-masing peserta didik yang diperlukan dalam proses
pembelajaran yang akan diselenggarakan bila diperlukan adanya
kemampuan yang ditargetkan.
b. Asesmen formatif.
Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap
masing-masing peserta didik selama menempuh kegiatan pembelajaran.
Tujuannya untuk mengetahui apakah setiap peserta didik melaju dengan
baik selama proses pembelajarannya sampai akhir program sehingga
kegiatan belajar selanjutnya menjadi lebih efektif dan efisien.
c. Asesmen sumatif.
Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing peserta didik
setelah selesai menempuh suatu program pembelajaran. Tujuannya
untuk menentukan nilai akhir masing-masing peserta didik yang
menempuh suatu program pembelajaran untuk selanjutnya dapat
ditetapkan apakah seorang peserta didik dinyatakan berhasil atau gagal.
Jika berhasil peserta didik tersebut akan diberi sertifikat karena telah
menguasai kecakapan atau keterampilan tertentu yang ditargetkan
dalam program pembelajaran yang dirancang.
d. Asesmen konfirmatori.
Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing orang yang ingin
dinilai tanpa dilakukan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh.
Asesmen konfirmatori dilaksanakan melalui pengukuran yang
pembelajaran, asesmen konfirmatori dapat dilakukan oleh pihak
eksternal. Pemerintah menerapkan ujian nasional untuk menetapkan
setiap peserta didik untuk dinyatakan lulus dan tidak lulus dalam
menguasai kompetensi yang diterapkan.
Sementara itu, menurut Prijowuntato (2016: 60-66) alat yang dapat
digunakan untuk menilai ketercapaian konpetensi siswa dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tes dan non tes.
a. Tes.
Bentuk tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik dapat
berupa; pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif/uraian bebas,
jawaban singkat/isian singkat, menjodohkan, performans/unjuk kinerja,
portofolio. Bentuk tes digunakan apabila sifat suatu objek yang diukur
menyangkut tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui,
dipahami atau proses psikis lainnya yang tidak dipahami dengan indera.
Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup
mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang
sebanding sesuai jenjang pendidikan.
Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat dikategorikan menjadi
dua yaitu tes objektif dan tes non objektif. Objektif di sini dilihat dari
sistem penskorannya, yaitu siapa yang memeriksa lembar jawaban tes
akan menghasilkan skor yang sama. Tes non objektif adalah tes yang
sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain
objektif sedangkan non objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh
subjektifitas pemberi skor.
b. Non tes.
Bentuk non tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik
dapat berupa; observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala nilai,
kuesioner, wawancara. Bentuk non tes digunakan apabila perubahan
tingkah laku yang dapat diamati dengan indera dan bersifat konkret.
Konsekuensi dari pengukuran menggunakan bentuk non tes sangat
bergantung pada situasi di mana perubahan tingkah laku individu itu
muncul atau menggejala.
Oleh karenanya, situasi pengukuran yang seragam sukar
dipersiapkan. Suatu pengukuran dengan alat pengukuran non tes terjadi
dalam situasi yang kurang distandarisasi, seperti waktu pengukuran yang
dapat tidak sama atau seragam bagi semua siswa.
6. Teknik-teknik Asesmen
Teknik yang biasanya digunakan untuk mengukur/mengevaluasi
hasil ketercapaian siswa adalah menggunakan teknik tes dan teknik
non-tes. Menurut Jihad & Haris (2008: 68) alat penilaian teknik tes yaitu:
a. Tes tertulis, merupakan tes atau soal yang diselesaikan siswa secara
tertulis. Tes tertulis ini terdiri atas bentuk objektif dan bentuk uraian.
Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah,
menjodohkan, serta jawaban singkat.sedangkan bentuk uraian meliputi