• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validasi efektivitas penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter pada siswa yang bertempat tinggal didDesa dan kota pada sepuluh SMP di Indonesia - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Validasi efektivitas penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter pada siswa yang bertempat tinggal didDesa dan kota pada sepuluh SMP di Indonesia - USD Repository"

Copied!
219
0
0

Teks penuh

(1)

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI DESA DAN KOTA

PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Agustin Andhika Putri NIM : 151114020

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI DESA DAN KOTA

PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Agustin Andhika Putri NIM : 151114020

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya skripsi sederhana ini kepada:

Allah SWT, sumber dari segala sumber.

Orang tua peneliti, Ibu dan Bapak tercinta yang selalu setia memberikan

kekuatan dan peneguhan, serta doa yang dipanjatkan pada Tuhan setiap

harinya.

Kedua kakak ku tersayang, Sepsi Ulli Sandi & Vera Dwi Wanita yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi.

Mas Sugeng Purnomo yang setia memberikan dukungan, masukan, dan

waktunya untuk ku.

Sahabat aku, Anita Widya Putri yang selalu menyempatkan waktunya untuk

memberiku semangat dan membawa ku dalam doa.

Semua Dosen Prodi BK, dan semua teman Prodi BK angkatan 2015,

(6)

v

HALAMAN MOTTO

I’m the captain of my soul.

If you think thant you can, you can.

(Peneliti)

Mindset is everything.

Change your mindset and change your life!

(Peneliti)

Don’t tell someone to get over it. Help them get through it.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya dan bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Januari 2019 Peneliti

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH MAHASISWA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agustin Andhika Putri

Nomor Mahasiswa : 151114020

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI DESA DAN KOTA PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

pada tanggal, 23 Januari 2019

Yang menyatakan,

(9)

viii ABSTRAK

VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER PADA SISWA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI DESA DAN KOTA

PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA

Agustin Andhika Putri Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini bertujuan: 1) menghasilkan produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter; 2) mengukur seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film yang dikembangkan meliputi nilai validitas dan reliabilitas; 3) memperoleh informasi mengenai nilai-nilai efektifitas penggunaan soal tes tersebut menurut penilaian siswa pada 10 SMP di Indonesia; 4) memperoleh informasi mengenai capaian hasil pendidikan karakter siswa yang diukur dengan menggunakan soal tes tersebut pada 10 SMP di Indonesia; 5) memperoleh informasi mengenai perbedaan penilaian siswa dari berbagai wilayah desa dan kota terhadap efektifitas penggunaan soal tes tersebut pada 10 SMP di Indonesia; 6) memperoleh informasi mengenai adanya perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis film pada beberapa siswa SMP di Indonesia yang berasal dari desa dan kota

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and

Development). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII di 10 SMP di yang berjumlah 660 siswa. Instrument penelitian ini berupa soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter yang berbentuk pilihan ganda dengan respon bergradasi berjumlah 88 item soal dan skala penilaian validasi efektifitas model oleh siswa. Teknik uji kualitas butir soal tes menggunakan pendekatan teori Analisis Faktor Konfirmatori. Hasil karakter siswa dianalisis dengan teknik deskriptif kategori, validasi efektifitas model dianalisis dengan teknik deskriptif persentase, sedangkan perbedaan penilaian siswa terhadap validasi efektifitas dianalisis menggunakan Chi Square.

Hasil penelitian: 1) ditemukan 88 item soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter yang telah diujicobakan di 10 SMP di Indonesia; 2) kualitas soal-soal tes karakter terbukti valid sebanyak 81 soal-soal dan reliable dengan indeks reliabilitas 0,933 (sangat baik); 3) berdasarkan hasil penilaian siswa pada 10 SMP tersebut diperoleh data bahwa produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter ini sangat efektif; 4) capaian hasil pendidikan karakter yang diukur dengan menggunakan soal tes tersebut adalah terdapat 338 siswa dalam karakter baik dan 322 siswa masuk dalam karakter cukup baik; 5) pada 10 item pernyataan yang signifikan, anak desa menilai aspek item tersebut lebih baik daripada anak kota, sedangkan 27 item pernyataan lainnya tidak signifikan; 6) tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap capaian hasil pendidikan karakter pada siswa yang bertempat tinggal di desa dan kota dengan menggunakan soal tes.

(10)

ix

ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS VALIDATION OF THE ASSESSMENT TEST OF CHARACTER EDUCATION BASED ON CHARACTER MOVIE USAGE ON STUDENTS THAT LIVED IN RURAL AND URBAN AREA FROM TEN SMP

(JUNIOR HIGH) IN INDONESIA character education results that developed including the values of validity and reliability; 3) obtain information about the effectiveness of the test usage according the student from 10 junior high schools in Indonesia; 4) obtain information about the student achievement of character education that measured using the test in 10 junior high schools in Indonesia; 5) obtain information about the differences in students’ assessment from various rural and urban areas related the effectiveness the test usage in 10 junior high schools in Indonesia; 6) obtain information about the differences in the achievement of the movie-based character education for several junior high school students in Indonesia from rural and urban area.

The type the study is research and development study. The research subjects were students of class VII and VIII in 10 junior high schools with total subjects were 660 students. The research instrument was in the form of assessment test about the results of movie-based character education in the form of items of multiple choice questions with graded responses and the scale of model effectiveness validation that rated by students. The quality test technique for test items was using the theory of Confirmatory Factor Analysis approach. The results of student character were analyzed by category descriptive techniques, validation of the effectiveness of the model was analyzed by descriptive percentage techniques, while the differences in student ratings of validation effectiveness were analyzed using Chi Square.

The results of the study shows that: 1) 88 items of assessment test about the results of movie character-based character education had been tested in 10 junior high schools in Indonesia; 2) the quality of character test proved valid as many as 81 test items and reliable with a reliability index of 0.933 (very good); 3) based on the results of student assessment from 10 Junior High School, the data shows that the product of the assessment test for character education results is very effective; 4) the achievement of character education results measured using the test questions shows that 338 students were having good character and 322 students were having quite good character; 5) on 10 items of significant statements, student who live in rural assessed the aspect of the item to be better than students who live in urban area, while the other 27 item statements are not significant; 6) there is no significant difference in the achievement of character education results for students who live in rural and urban area using the test.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan YME atas segala berkat dan rahmat yang telah

diberikan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul

“Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis

Film Karakter pada Siswa yang Bertempat Tinggal di Desa dan Kota pada Sepuluh SMP di Indonesia”

Selama penulisan tugas akhir ini, peneliti mendapatkan bantuan dari banyak pihak, maka peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Siselaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling serta Dosen Pembimbing Skripsi peneliti yang selalu membimbing dengan penuh kesabaran dan selalu memotivasi peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd.selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma: Ibu Hayu, Ibu Indah, Ibu Retno, Ibu Retha, Bapak Budi, Bapak Ryan, Bapak Agus, dan Bapak Sinurat.

5. Mas Moko atas segala bantuan administrasi di Program Bimbingan dan Konseling.

6. Para Guru dan Siswa pada 10 SMP di Indonesia atas peran serta dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Orangtua peneliti yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk semangat, motivasi, doa, dan materi kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

(12)

xi

9. Mas Sugeng Purnomo yang selalu menyempatkan waktunya untuk setia mendampingi peneliti dalam bertukar pikiran, memberikan saran, dan semangat.

10. Sahabat peneliti, Anita Widya Putri yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan semangatnya dari jauh.

11. Teman-teman tim PSHP: Kak Ika, Prisma, Desvina, Cici, Tania, Tera, Christian, Mas Kris, dan Danang yang selalu memberikan semangat kepada peneliti.

12. Sahabat-sahabat Prodi Bimbingan dan Konseling: Hana, Mbak Kiky, Yulinda, Dewi, Anggi, Dara, Priska, Argya, Damar, Andreas, Sr. Lili, April, Indri, Lui, dan Melani yang selalu menemani peneliti dalam susah maupun senang.

13. Adik sepupu ku, Eka Damayanti yang selalu bersedia mendengarkan keluh-kesah peneliti dan memberikan semangat kepada peneliti.

14. Teman-teman Prodi BK angkatan 2015 yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada peneliti agar segera menyelesaikan hasil karya ini.

Kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membaca.

Yogyakarta, 23 Januari 2019 Peneliti,

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK ... viii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

G. Batasan Istilah ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A.Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah ... 16

1. Pengertian Karakter ... 16

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 19

3. Tujuan, Fugsi, dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 20

(14)

xiii

B.Hakikat Evaluasi, Asesmen, dan Tes ... 27

1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes ... 27

2. Tujuan dan Fungsi Asesmen ... 29

3. Ruang Lingkup Asesmen ... 31

4. Prinsip-prinsip Asesmen ... 31

5. Jenis-jenis Asesmen ... 33

6. Teknik-teknik Asesmen ... 36

7. Tes Sebagai Teknik Asesmen ... 38

C.Hakikat Asesmen Pendidikan Karakter di Sekolah ... 39

1. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter ... 39

2. Teknik-teknik Asesmen Pendidikan Karakter ... 39

3. Kekuatan dan Kelemahan Tes ... 40

4. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Penggunaan Tes dalam Pendidikan Karakter ... 44

5. Hambatan-hambatan dan Kesulitan-kesulitan Asesmen Pendidikan Karakter Beberapa Sekolah di Indonesia ... 51

D. Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 55

1. Karakteristik Media Film Karakter ... 55

2. Kekuatan-kekuatan Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 56

3. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Film dalam Pendidikan Karakter ... 57

4. Film sebagai Media Asesmen ... 58

5. Film sebagai Media Tes dalam Pendidikan Karakter ... 59

6. Prosedur Pengembangan Soal Tes Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film ... 61

E. Hakikat Kota dan Desa ... 64

1. Pengertian Kota dan Desa ... 64

2. Kehidupan Sosial Penduduk Desa ... 65

3. Ciri-ciri Masyarakat Desa ... 66

4. Kehidupan Sosial Penduduk Kota ... 68

(15)

xiv

F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 73

G.Kerangka Pikir ... 74

H.Hipotesis Penelitian ... 76

BAB III METODE PENELITIAN ... 77

A.Model Pengembangan ... 77

B.Prosedur Pengembangan ... 78

1. Revisi Produk Operasioanl ... 82

2. Uji Lapangan Produk ... 83

C.Uji Coba Produk ... 84

1. Desain Uji Coba ... 84

2. Tempat Penelitian dan Subjek Uji Coba Produk ... 84

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 87

1. Teknik Pengumpulan Data ... 87

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 89

E. Teknik Analisis Data ... 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105

A.Hasil penelitian ... 105

1. Produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter yg diujikembangkan dalam penelitian ini ... 105

2. Kualitas Soal-Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter yang Diujicobakan pada 10 SMP di Indonesia ... 107

a. Validitas Soal Tes ... 107

b. Reliabilitas ... 114

3. Nilai Validasi Efektifitas Penggunaan Produk ... 115

(16)

xv

Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Pada 10 SMP di

Indonesia ... 120

6. Perbedaan Capaian Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Pada Beberapa Siswa SMP di Indonesia yang Berasal Dari Desa dan Kota dengan Menggunakan Produk Soal Tes Tersebut. ... 124

B.Pembahasan ... 126

BAB V PENUTUP ... 134

A.Simpulan Tentang Produk ... 131

B.Keterbatasan Penelitian ... 136

C.Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 139

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tempat Penelitian ... 84

Tabel 3.2 Jumlah Subjek Uji Coba Penelitian ... 85

Tabel 3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 86

Tabel 3.4 Konstruk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 90

Tabel 3.5 Ukuran Kaiser-Meyer Olkin (KMO) ... 96

Tabel 3.6 Nilai Koefisien Alpha ... 99

Tabel 3.7 Kategori PAP Tipe I ... 100

Tabel 3.8 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ... 101

Tabel 4.1KMO and Bartlett’s Test Nilai Karakter Hubungan dengan Tuhan .... 107

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Soal Tes Karakter Hubungan dengan Tuhan ... 108

Tabel 4.3KMO and Bartlett’s Test Nilai Karakter Hubungan dengan Diri Sendiri dan Hubungan dengan Sesama ... 108

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas soal Tes Nilai Karakter Hubungan dengan Diri Sendiri dan Hubungan dengan Sesama ... 109

Tabel 4.5KMO and Bartlett’s Test Soal Tes Nilai Karakter Hubungan dengan Lingkungan ... 111

Tabel 4.6 Uji Validitas Soal Tes Nilai Karakter Hubungan dengan Lingkungan …… ... 112

Tabel 4.7KMO and Bartlett’s Test Soal Tes Nilai Karakter Hubungan dengan Kebangsaan ... 113

Tabel 4.8 Uji Validasi Soal Tes Nilai Karakter Hubungan dengan Kebangsaan ... 113

Tabel 4.9Reliability Statistic ... 114

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Validitas Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut Penilaian Siswa pada 10 SMP di Indonesia ... 115

Tabel 4.11 Kategorisasi Hasil Validitas Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut Penilaian Siswa ... 117

Tabel 4.12 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ... 118

Tabel 4.13 Pengkategorisasian Karakter Siswa... 119

(18)

xvii

Tabel 4.15 Perbedaan Penilaian Siswa Desa dan Kota Terhadap Validasi

Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter ... 121

Tabel 4.16 Capaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa Desa dan Kota ... 124

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen Karakter... 18

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter ... 75

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian dan Pengembangan (Borg and Gall 2003) ... 80

Gambar 4.1 Bentuk Fisik DVD Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter 106

(20)

xix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabulasi Data Hasil Karakter 660 Siswa di 10 SMP di Indonesia 144

Lampiran 2 Tabulasi Validasi Efektifitas Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan

Karakter ... 157

Lampiran 3 Konstruk Baru Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 167

Lampiran 4Hasil Perbedaan Penilaian Efektifitas Soal Tes Menurut Siswa Desa dan Kota ... 168

Lampiran 5 Lembar Jawab Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ... 188

Lampiran 6 Lembar Validasi Siswa ... 190

Lampiran 7 Dokumentasi ... 192

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian ... 193

Lampiran 9 Surat Pernyataan Kesediaan Mitra ... 194

Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 195

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah atau fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, manfaat penelitian, dan

definisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pendidikan karakter telah lama diberlakukan di sekolah dan menjadi poin penting yang dilihat oleh pemerintah.

Alasannya, Indonesia membutuhkan individu yang berkarakter kuat dan

bermartabat untuk menjadi generasi penerus bangsa. Pelaksanaan

pendidikan karakter harus diikuti dengan penilaian untuk mengetahui

tingkat keberhasilan program yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, evaluasi

atau penilaian sangat diperlukan. Sehubungan dengan itu, Barus (2016)

mengatakan “perlu dilakukan evaluasi komperhensif tentang

keterlaksanan, hambatan-hambatan, dan efektivitas pendidikan karakter

yang telah berlangsung.” Sebetulnya, apakah sudah ada penilaian hasil

pendidikan karakter di sekolah? Jika sudah, apakah evaluasi yang

dilakukan sudah cukup efektif dan memenuhi standar yang baik untuk

mengukur karakter peserta didik?

Pada kenyataannya, pemerintah belum mengembangkan

pengukuran atau alat tes atau model evaluasi yang digunakan untuk

(22)

Kalaupun ada, model evaluasi yang digunakan hanya mengukur sebatas

skala sikap dan berhenti pada skala kognitif saja. Padahal hasil capaian

pendidikan karakter peserta didik seharusnya diukur sampai takaran

tindakan. Maka tidak heran apabila masih ada penyimpangan perilaku di

kalangan pelajar seperti; tindakan kriminalitas, tawuran antar pelajar,

bulliying, menyontek, dan sebagainya. Oleh sebab itu, peneliti

mengembangkan alat ukur hasil capaian karakter yang digunakan untuk

mengoptimalkan program pendidikan karakter yang telah lama ditetapkan

oleh pemerintah.

Lagi pula, memberikan penilaian hasil pendidikan karakter pada siswa sangat lah sulit. Menurut wawancara Tim Peneliti Sosial,

Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma dengan Guru BK pada 10 SMP di Indonesia, mereka

merasa kesulitan dalam memberikan nilai yang berdasarkan pada

prinsip-prinsip abstrak. Pada pelaksanaannya, guru hanya melakukan penilaian

dengan cara mengira-ngira saja. Teknik penilaian yang seperti itu besar

kemungkinan mengandung unsur subjektifitas yang tinggi atau like and

dislike. Kebanyakan guru menilai siswa hanya dari penampilan dan

kognitif saja, bukan dari perilaku yang mendalam. Hal tersebut sangat

merugikan siswa, karena yang dilihat hanya siswa yang bermasalah saja.

Apakah siswa yang terlihat baik atau alim tidak perlu diukur karakternya?

Lalu, dengan model penilaian yang seperti itu, apakah berhasil untuk

(23)

karakter yang bermartabat? Demi pengembangan pelaksanaan pendidikan

karakter yang lebih baik lagi kedepannya, penting bagi guru untuk

mengevaluasi hasil pendidikan karakter dengan cara yang efektif dan adil.

Menurut wawancara Tim PSHP dengan Guru Mata Pelajaran di beberapa SMP di Indonesia, dapat diperoleh kesimpulan bahwa

pemerintah belum melakukan pengembangan evaluasi atau penilaian hasil

karakter siswa melalui pendidikan karakter. Oleh sebab itu, guru-guru

hanya mengandalkan observasi, kuesioner, skala sikap, dan penerapan

sistem poin yang tentunya memiliki kelemahan dan subjektifitas. Barus

(2016) mengungkapkan bahwa:

Penerapan sistem poin yang berasumsi bahwa pelanggaran

pelanggaran „kejahatan‟ siswa harus dihitung, dicatat, dan ditakar

sangat tidak berakar dan tidak memanusiakan. Mengambil pandangan yang sepenuhnya negative pada anak dengan menganggap bahwa anak dilahirkan berdosa dan jahat dan bahwa adalah tugas pendidikan untuk memperbaiki ini melalui hukuman dan melatih ketaatan, merupakan langkah awal kekeliruan dalam penerapan sistem poin.

Patokan penilaian yang menggunakan sistem poin dirasa tidak memiliki

keadilan dan keseimbangan. Tidak hanya sistem poin, penilaian like and

dislike juga berlaku terlebih pada siswa yang berasal dari desa mapun kota.

Kesenjangan tersebut akan mempengaruhi kualitas penilaian oleh beberapa

guru yang melihat siswa hanya dari cover-nya saja. Sebenarnya, banyak

aspek yang perlu diperhitungan dan dipertimbangan dalam menilai

karakter siswa. Aspek-aspek tersebut seperti: latar belakang keluarga,

lokasi tempat tinggal di desa maupun kota, pekerjaan orangtua,

(24)

dll. Beberapa aspek tersebut kemungkinan besar dapat mempengaruhi

penyerapan pendidikan karakter yang diberikan di sekolah, khususnya

anak yang berasal dari kota dan desa. Perbedaan dalam menginternalisasi

dan menaruh perhatian terhadap pentingnya pendidikan karakter pada anak

desa dan anak kota, akan berdampak pada terbentuknya karakter pada

dirinya.

Berdasarkan observasi Tim PSHP, siswa kota cenderung

menganggap pendidikan karakter bukanlah hal yang begitu penting

baginya. Mereka cenderung bersikap individual, masa bodoh, dan cuek

terhadap sikap orang lain. Berbeda dengan anak desa, mereka sangat

antusias mengenai pentingnya berperilaku baik dan buruk. Dari hasil

observasi peneliti, terlihat bahwa anak-anak desa memiliki rasa simpati

dan empati yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhada,

Idad (2016: 147) yang mengatakan bahwa ciri-ciri kehidupan sosial

masyarakat desa adalah masih adanya hubungan erat dan mendalam antar

manusia, menjunjung tinggi sistem kekeluargaan, gotong royong dan

saling membantu. Ia juga mengatakan bahwa ciri-ciri kehidupan sosial

masyarakat kota adalah kehidupan keluarga sukar disatukan dan cara

kehidupan ke arah duniawi. Sikap dan sifat semacam itu yang dapat

mempengaruhi karakter siswa. Berangkat dari permasalahan tersebut,

maka peneliti mengangkat subjek anak desa dan anak kota untuk diteliti

capaian hasil pendidikan karakternya. Apakah hasil pendidikan karakter

(25)

sebaliknya? Lalu, bagaimana cara guru melakukan penilaian atau evaluasi

terhadap hasil pendidikan karakter terhadap anak desa dan anak kota?

Beberapa pertanyaan tersebut bertepatan dengan penjelasan Barus

(2017) yang mengatakan bahwa,“most of the respondents (73%)

acknowledged that the character education assessment is is very

important, while 25% of 51 teachers considered the assessment as

important and only 1 person (2%) rated it as less important.” Artinya,

penilaian hasil pendidikan karater dianggap penting oleh guru (73%) agar

guru mengetahui sampai tingkat manakah perilaku peserta didik yang

tercermin berkarakter mengalami peningkatan dan sampai pada tingkat

manakah peserta didik berkembang dalam hal mempraktikkan karakter

tersebut. Oleh sebab itu, karena sistem penilaian yang dilakukan oleh

guru-guru banyak kekurangan, maka Tim PSHP merancang suatu model

evaluasi dalam bentuk tes berbasis film. Produk ini dapat digunakan untuk

melihat capaian hasil pendidikan karakter siswa. Bukan hanya itu saja,

peneliti juga menyebarkan angket penilaian efektivitas produk kepada

siswa agar produk tersebut dapat teruji kualitasnya. Model pendidikan

Karakter di SMP Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif

dengan Pendekatan Experiential Learning telah dikembangkan melalui

penelitian Stranas tahun 2014-2016 tentang prototipe soal tes asesmen

hasil pendidikan karakter berbasis film karakter. Penelitian tahun

2014-2016 membuktikan bahwa 440 soal karakter yang di uji ternyata valid,

(26)

tingkat kesukaran yang berdiferensiasi. Soal-soal yang dikembangkan

sudah memberikan bukti cukup baik, namun pengujian efektivitasnya

perlu dilanjutkan dan diujikan pada wilayah yang lebih luas. Sedangkan,

model asesmen/evaluasinya belum dikembangkan.

Model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal

dengan pendekatan experiential learning telah diinternalisasikan pada

banyak sekolah di berbagai kota dan desa. Untuk itu, diterbitkan Buku

Pendidikan Karakter di SMP jilid 1, 2, dan 3 (ber-ISBN) dan

dipublikasikan secara nasional. Bersamaan dengan membangun legitimasi

dan gerakan habitualisasi produk penelitian tersebut pada sekolah mitra

secara nasional, sustainabilitas proses penelitian pengembangan ini perlu

dilanjutkan dengan penguatan sistem penilaiannya dan ditargetkan dapat

menghasilkan produk berupa Model Asesmen Hasil Pendidikan Karakter

di SMP Berbasis Media Film Karakter. Diharapkan produk ini dapat

digunakan guru mata pelajaran dan khususnya guru BK dalam

melaksanakan asesmen hasil pendidikan karakter yang lebih efektif,

objektif, valid, praktis, dan berkeadilan di SMP.

Penelitian berbasis media film ini dipilih karena film lebih

menggambarkan aspek sikap, afeksi, akomodasi, dan perilaku berkarakter

yang mampu menginternalisasi dibandingkan dengan pengukuran metode

lainnya. Sesuai dengan kekuatan film menurut Kustandi & Sutjipto (2013)

bahwa film dapat menyajikan suatu proses dengan lebih efektif

(27)

pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika membaca, berdiskusi, dan

praktik. Potongan film yang digunakan berdurasi 1-2 menit yang

memvisualisasikan dilema moral. Berdasarkan film tersebut siswa diminta

untuk menjawab soal-soal yang menyertainya. Penggunaan evaluasi

berbasis film dirasa efektif karena langsung menyentuh pada

dilema-dilema moral remaja. Potongan-potongan film yang akan ditampilkan

sesuai dengan nilai-nilai karakter peserta didik di SMP. Hal tersebut

dilakukan agar siswa dapat secara nyata merasakan dan memahami dilema

moral yang terjadi. Sehingga yang dinilai bukan hanya perilaku anak yang

bermasalah saja, namun semua peserta didik yang ada di sekolah. Tidak

ada lagi penilaian subjektivitas (like and dislike) dan tidak ada lagi

kelemahan-kelemahan observasi yang dapat ditutupi oleh guru.

Berdasarkan kebutuhan di atas, peneliti sebagai Tim Penelitian

Stranas Institusi yang diketuai oleh Dr. Gendon Barus, M.Si ingin

melanjutkan tahapan penelitian dan pengembangan (Research and

Development) yang sudah terlebih dahulu dilakukan oleh Tim Penelitian

Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma (2017) sampai pada tahap ke 6.

Oleh sebab itu, peneliti melanjutkan pengujian produk tahap ke 7 dan 8,

yaitu Revisi Produk Operasional dan Uji Lapangan Produk dengan

(28)

TINGGAL DI DESA DAN KOTA PADA SEPULUH SMP DI INDONESIA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah di atas, dapat

diidentifikasi berbagai masalah, sebagai berikut:

1. Penilaian karakter siswa hanya mengandalkan observasi, sering

subjektif dan tidak berkeadilan dalam menilai karakter siswa. Guru

hanya menerapkan sistem penilaian dengan mengira-ngira saja dan

besar kemungkinan mengandung unsur subjektifitas yang tinggi atau

like and dislike.

2. Penilaian pendidikan karakter yang ada terlalu fokus mengukur

peserta didik yang bermasalah saja dan tidak menyeluruh.

3. Para guru belum mengenal cara lain untuk mengukur karakter peserta

didik dan belum pernah ada model pengukuran berbasis tes film

karakter.

4. Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP masih berada dalam tahap

pengetahuan/kognitif dan belum sampai pada tahap internalisasi

kehidupan sehari-hari.

5. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi yang efektif digunakan dalam

mengevaluasi pendidikan karakter di SMP.

6. Model evaluasi yang dilakukan selama ini hanya menggunakan paper

(29)

dan pengamatan. Hal ini dinilai kurang optimal, sehingga peserta

didik kurang menghayati/menginternalisasi dalam kehidupan mereka.

7. Penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film

karakter belum diketahui efektifitasnya dalam memperlihatkan

penilaian karakter siswa di lihat dari siswa yang bertempat tinggal di

desa dan kota.

8. Belum diketahui secara pasti soal tes hasil pendidikan karakter

berbasis film karakter yang dihasilkan oleh peneliti sebelumnya

efektif atau tidak diterapkan di sekolah dengan sampel yang lebih

luas.

9. Beberapa SMP di Indonesia belum pernah melaksanakan model

pengukuran karakter menggunakan soal tes asesmen penelitian

pendidikan karakter berbasis film.

10. Penggunaan film dirasa cukup efektif dalam memperkenalkan

kasus-kasus degradasi moral, dilema moral, dan pertentangan nilai yang

sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari pada siswa SMP,

dibandingkan hanya dengan menyebar kuesioner, wawancara, ataupun

cerita kepada peserta didik.

C. Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan mengingat adanya

keterbatasan penelitian, maka fokus kajian diarahkan untuk menjawab

(30)

pada tahapan pengembangan dan uji penggunaan alat dan evaluasi

efektifitas soal tes pendidikan karakter siswa berbasis film pada wilayah

yang lebih luas dengan karakteristik sampel (siswa/i dipedesaan dan

diperkotaan).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dirumuskan

permasalahan yang menjadi fokus penelitian dan pengembangan (research

and development) sebagai berikut:

1. Seperti apa produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis

film karakter yang diujikembangkan pada 10 SMP di Indonesia??

2. Seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil pendidikan karakter

berbasis film karakter yang diujicobakan pada 10 SMP di Indonesia?

3. Menurut penilaian siswa kualitas efektifitas apa saja yang terpenuhi

dalam penggunaan soal tes yang dikembangkan tersebut?

4. Seperti apa capaian hasil pendidikan karakter siswa yang diukur

dengan menggunakan soal tes yang dikembangkan tersebut pada 10

SMP di Indonesia ?

5. Apakah terdapat perbedaan penilaian siswa dari berbagai wilayah desa

dan kota terhadap efektifitas penggunaan soal tes asesmen hasil

(31)

6. Apakah terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis

film pada beberapa siswa SMP di Indonesia yang berasal dari desa

dan kota dengan menggunakan produk soal tes tersebut ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menghasilkan soal tes asesmen pendidikan karakter.

2. Mengukur seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil penelitian

pendidikan karakter berbasis film yang diujicobakan pada 10 SMP di

Indonesia.

3. Memperoleh informasi mengenai kualitas efektifitas yang terpenuhi

dalam penggunaan soal tes yang dikembangkan tersebut menurut

penilaian siswa.

4. Memperoleh informasi mengenai capaian hasil pendidikan karakter

siswa yang diukur dengan menggunakan soal tes yang dikembangkan

pada 10 SMP di Indonesia

5. Memperoleh informasi mengenai perbedaan penilaian siswa dari

berbagai wilayah desa dan kota terhadap efektifitas penggunaan soal

tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter pada 10

SMP di Indonesia.

6. Memperoleh informasi mengenai capaian hasil pendidikan karakter

berbasis film pada beberapa siswa SMP di Indonesia yang berasal dari

(32)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk

berbagai pihak, baik itu manfaat secara teoritis maupun secara praktis.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

bahan kajian tentang efektivitas penilaian karakter siswa di SMP serta

diharapkan mampu menambah wawasan dan pengembangan penelitian

serupa terutama pada ranah pendidikan karakter.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah

Penelitian ini memberikan sumbangan mengenai

evaluasi/penilaian pengukuran pendidikan karakter menggunakan

soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter.

Selain itu penelitian ini juga dilaksanakan dalam rangka untuk

menemukan model alternatif sistem penilaian dan pelaksanaan

pendidikan karakter di Indonesia.

b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi

kepala sekolah dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam

pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Bagi guru pendidik

karakter (konselor sekolah/guru BK dan guru mata pelajaran) di

(33)

dapat memberikan suatu model asesmen pendidikan karakter

berbasis media film yang lebih efektif (fisibel, realistik, ekonomis,

relatif praktis dan mudah digunakan) untuk mengukur hasil

pendidikan karakter di sekolah.

c. Bagi lembaga pendidikan

Prosedur dan hasil penelitian pengembangan ini dapat

digunakan sebagai bahan referensi alternatif untuk pengembangan

konsep bimbingan dan konseling pendidikan karakter di sekolah,

kususnya di SMP.

d. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui dan memahami efektifitas model

penilaian pendidikan karakter melalui soal tes asesmen pendidikan

karakter berbasis film. Selain itu peneliti juga berkesempatan

untuk membuat dan mengaplikasikan soal tes asesmen pendidikan

karakter berbasis media film di sekolah.

e. Bagi peneliti lain

Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh penelitia lain

sebagai refrensi dalam mengembangkan penelitian dengan topik

pendidikan karakter di sekolah. Selain itu penelitian ini juga dapat

digunakan peneliti lain sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi

peneliti yang berminat meneliti pengembangan soal tes hasil

pendidikan karakter berbasis media film guna meningkatkan

(34)

G. BATASAN ISTILAH

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Efektivitas adalah suatu keadaan/kondisi untuk mengukur kegiatan

tertentu apakah dapat berhasil sesuai dengan target yang telah

ditentukan atau tidak. Target tersebut dapat dilihat melalui kuantitas,

kualitas, dan waktu pelaksanaan kegiataan, dimana ketika semakin

tinggi presentase target yang dicapai maka efektivitasnya juga akan

semakin tinggi.

2. Soal tes adalah seperangkat pernyataan atau pertanyaan yang

berbentuk pilihan ganda yang berkaitan dengan dilema moral dan

memuat beberapa pertanyaan seputar pendidikan karakter untuk

mengukur perilaku secara objektif.

3. Asesmen hasil adalah merupakan proses untuk mengetahui apakah

proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan

tujuan atau kriteria yang ditetapkan.

4. Pendidikan karakter adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh lembaga

sekolah melalui guru yang memiliki tujuan untuk membentuk karakter

pribadi siswa secara otentik dan mengarah pada perilaku/karakter yang

baik demi kemajuan penerus bangsa.

5. Penggunaan film sebagai media film adalah potongan-potongan video

yang berkaitan dengan dilema moral pada kebanyakan anak SMP dan

dapat mengukur tentang sejauh mana siswa/i menginternalisasi video

(35)

6. Siswa desa adalah siswa yang tinggal dan hidup dengan nilai-nilai

kehidupan sosial masyarakat pedesaan.

7. Siswa kota adalah siswa yang tinggal dan hidup berdasarkan nilai-nilai

(36)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori yang dijadikan dasar untuk membangun

kerangka konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka dalam bab ini peneliti

mengemukakan beberapa konsep yang berhubungan dengan variabel penelitian,

yaitu hakikat pendidikan karakter di sekolah; hakikat evaluasi, asesmen dan tes;

hakikat asesmen pendidikan karakter di sekolah; media film dalam pendidikan

karakter; hakikat kota dan desa; kajian penelitian yang relevan; dan kerangka

pikir.

A. Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah 1.Pengertian Karakter

Berkowitz (Doni Koesoema, 2012: 25) mendefinisikan karakter

sebagai sekumpulan karakter psikologis yang mempengaruhi kemampuan

dan kecondongan pribadi agar dapat berfungsi secara moral. Selain itu,

Pritchard (Doni Koesoema, 2012: 27) mengatakan bahwa karakter adalah

“a compex set of relatively persistent qualities of the individual person,

and the term has a definite positive connotation when it is used in

discussions of moral education.” Artinya, karakter merupakan sekumpulan

kualitas moral yang relative stabil dalam diri seseorang. Karakter ini

memiliki konotasi positif ketika diterapkan dalam diskusi moral. Dalam

buku yang ditulis oleh Samani & Hariyanto (2011: 41) mengungkapkan

bahwa:

(37)

sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika.

Selanjutnya, Lickona (Akhwan, 2014: 61) mengatakan bahwa

karakter berkaitan dengan ketiga komponen, yaitu konsep moral (moral

knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral

behavior). Ia juga mengatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh

pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan

melakukan perbuatan kebaikan. Berkaitan dengan hal tersebut, Yaumi

(2014: 7) mengatakan bahwa komponen karakter adalah moralitas,

kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan

kepada orang lain melalui tindakan. Ia juga mengatakan, karakter

seseorang terpisah dari moralitasnya, baik buruknya karakter tergambar

dalam moralitas yang dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang

merupakan perwujudan dari karakter. Kebenaran tidak akan terbangun

dengan sendirinya tanpa adanya karakter. Moralitas dan kebenaran yang

telah terbentuk merupakan perwujudan dari perbuatan baik. Kebaikan

inilah yang mendorong suatu kekuatan dalam diri seseorang untuk

menegakkan keadilan. Kebenaran, kebaikan, dan kekuatan sikap adalah

(38)

Gambar 2.1 Komponen Karakter

Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa moral dan

karakter adalah dua hal yang berbeda. Moral berarti pengetahuan

seseorang terhadap hal baik atau buruk, sedangkan karakter adalah

tabiat, tindakan/kebiasaan seseorang yang langsung ditentukan oleh

otak. Meskipun keduanya memiliki arti yang berbeda, namun moral

dan karakter memiliki keterkaitan. Karakter memiliki makna lebih

tinggi dari pada moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang

benar dan mana yang salah. Moral merupakan salah satu komponen

yang dapat membentuk karakter individu, ketika moral behavior dapat

dilakukan secara berulang. Jadi, dapat dikatakan karakter adalah suatu

kebiasaan (habituation) untuk melakukan yang baik berdasarkan

pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan

melakukan perbuatan kebaikan.

Moralitas

Kebenaran Sikap

KARAKTER

(39)

2.Pengertian Pendidikan Karakter

Burke (Samani & Hariyanto, 2011: 43) juga mengatakan bahwa

“pendidikan karakter semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran

yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang

baik.” Selain itu, menurut Samani & Hariyanto (2011: 44) mengatakan

bahwa “pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada

peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam

dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.” Mereka juga

menyampaikan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai

pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan

watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh

hati.

Character Education Partnership (CEP) (Doni Koesoema, 2012:

57) sebuah program nasional pendidikan karakter di Amerika Serikat,

mendefinisikan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

(40)

Beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa pendidikan karakter

adalah proses pemberian bekal atau penanaman nilai moral mengenai

karakter pribadi yang baik, sopan, bertanggungjawab, memiliki rasa

hormat, jujur, adil, menghargai dan memahami satu sama lain yang

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui program pemerintah

yang ditujukan kepada sekolah.

3.Tujuan, Fungsi dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

a. Tujuan pendidikan karakter

Menurut Kemendiknas (2010) Peraturan Pemerintah nomor 17

tahun 2010 tentang pengelolaan penyelenggaraan pendidikan pada

pasal 17 ayat (3) “Pendidikan dasar, termasuk sekolah menengah

pertama (SMP) bertujuan membangun landasan bagi berkembangnnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan

berkepribadian luhur; (c) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;

(d) sehat, mandiri dan percaya diri; (e) toleran, peka sosial, demokratis,

dan bertanggung jawab.”

Melalui penjelasan pada pasal tersebut jelas bahwa tujuan dari

pendidikan sangat berkaitan dengan pendidikan karakter. Dapat

disimpulkan bahwa melalui pendidikan di sekolah nilai-nilai karakter

dapat diterapkan agar membawa perubahan bagi peserta didik dalam

hal; beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak

(41)

dan inovatif; selain itu juga mampu membantu peserta didik menjadi

pribadi yang sehat, mandiri dan percaya diri; serta memiliki rasa

toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

b. Fungsi pendidikan karakter

Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 97) fungsi pendidikan

karakter adalah:

1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk

menjadi prilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki

sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter dan karakter

bangsa.

2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk

bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik

yang lebih bermartabat.

3) Penyaring: untuk menyaring karakter-karakter bangsa sendiri dan

karakter bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter

dan karakter bangsa.

c. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan karakter

Menurut Direktorat pembinaan SMP (Fathurrohman, 2013:

145-146). Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

(42)

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter.

4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan

perilaku yang baik.

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan

menantang, yang menghargai semua peserta didik, membangun

karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para peserta didik.

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral

yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia

pada nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas

dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra

dalam usaha membangun karakter.

11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai

guru-guru karakter, dan manifestasi karakter

4.Nilai-Nilai Karakter Utama yang Dikembangkan dalam Pendidikan (SMP)

Kemendiknas (2010) (Wardani, 2018: 14) mengungkapkan bahwa

hasil diskusi dan sarasehan tentang “Pendidikan Budaya dan Karakter

(43)

Budaya dan Karakter Bangsa” untuk berbagai wilayah Indonesia yang

terdiri dari beberapa nilai karakter yang ditanamkan dalam pendidikan,

yaitu: karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial,

tanggung jawab, nasionalisme, inovatif, daya juang, rendah hati,

memaafkan, kepemimpinan, dan kerja keras.

Akan tetapi, pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang

disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas nomor 23 tahun 2006)

dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Berikut adalah daftar

20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius).

Nilai ini berkaitan dengan pikiran, perkataan, dan tindakan

seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai

Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri.

1) Jujur.

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

2) Bertanggung jawab.

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

(44)

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan

budaya), negara dan Tuhan YME.

3) Bergaya hidup sehat.

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam

menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk

yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin.

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras.

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas

(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

6) Percaya diri.

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap

pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

7) Berjiwa wirausaha.

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat

mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun

operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta

(45)

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau

logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir

dari apa yang telah dimiliki.

9) Mandiri.

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10)Ingin tahu.

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

11)Cinta ilmu.

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

pengetahuan.

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.

1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang

menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban

diri sendiri serta orang lain.

2) Patuh pada aturan-aturan sosial.

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan

(46)

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain.

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui

dan menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun.

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa

maupun tata perilakunya ke semua orang.

5) Demokratis.

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama

hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan.

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan

pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin

memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan.

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

1) Nasionalis.

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

(47)

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik

bangsanya.

2) Menghargai keberagaman.

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam

hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

Beberapa karakter tersebut dijadikan landasan oleh peneliti untuk

mengukur karakter beberapa anak SMP di Indonesia. Karakter-karakter

tersebut diciptakan dalam bentuk potongan film pendek yang diikuti dengan

soal-soal karakter yang sesuai dengan potongan film. Soal yang berjumlah

88 tersebut digunakan sebagai produk asesmen pendidikan karakter bagi

beberapa siswa SMP di Indonesia.

B.Hakikat Evaluasi, Asesmen dan Tes

1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes

a. Pengertian Evaluasi

Wringston (Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa, “evalusi

adalah penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah

tujuan atau nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.” Selanjutnya,

Lessingner (Hartatik, 2014: 29) mendefinisikan bahwa “evaluasi

adalah sebagai proses penilaian dengan jalan membandingkan antara

tujuan yang diharapkan dengan kemajuan/prestasi nyata yang dicapai.”

Sementara Gay (Sukardi, 2014: 8) berpendapat bahwa evaluasi

(48)

untuk pengambilan keputusan. Jadi, evaluasi adalah proses penilaian,

pengumpulan, dan menganalisis data atau suatu kejadian pada

kenyataan dengan program atau tujuan yang sudah ditetapkan.

b. Pengertian Asesmen (Penilaian)

Linn dan Grounlund (Uno dan Koni, 2012: 1) menegaskan

“asesemen (penilaian) adalah prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi, rata-rata

pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar.”

Selain itu, Sarwiji Suwandi (2009: 7) juga mengatakan bahwa

“penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan

hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau

kriteria yang telah ditetapkan.”

Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk

memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh

tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya

digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya

(Depdiknas, 2001). Jadi, penilaian adalah suatu kegiatan

mengumpulkan dan menganalisis data tentang suatu proses dan hasil

belajar siswa untuk mendapatkan informasi, apakah hasil yang

diperoleh sudah sesuai dengan tujuan atau standar yang ditetapkan atau

belum.

(49)

c. Pengertian Tes

Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 67) mengatakan bahwa “tes

merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus

ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites.”

Arikunto (2012) menegaskan “tes adalah suatu cara untuk melakukan

penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa.”

Menurut Brown (Elis Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 128), “a

test as a systematic procedure for measure a sample of behavior”,

yang menjelaskan bahwa pada prinsipnya suatu tes merupakan suatu

prosedur sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang.

Jadi, tes adalah suatu ukuran penilaian yang dijadikan patokan oleh

individu (guru) untuk mengukur kemampuan individu yang diberikan

tes (siswa).

2. Tujuan dan Fungsi Asesmen

a. Tujuan Asesmen

Menurut pedoman penilaian Depdikbud (Jihad & Haris. 2008:

63), tujuan penilaian adalah “untuk mengetahui kemajuan belajar

siswa, untuk perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa serta

sekaligus memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan

belajar.” Sementara Jihad & Haris (2008: 63) juga mengatakan bahwa

“tujuan penilaian untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan

atau kesulitan belajar siswa, dan sekaligus memberi umpan balik yanf

(50)

Sehubungan dengan itu, Suwandi, Sarwiji (2009: 14)

mengatakan bahwa “secara umum semua jenis penilaian berbasis kelas

bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah,

mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada

masyarakat, dan untuk mengetahui ketercapaian mutu pendidikan

secara umum.”

b. Fungsi Asesmen

Menurut Supranata & Hatta (Suwandi, Sarwiji. 2009: 15)

mengatakan bahwa penilaian berbasis kelas memiliki sejumlah fungsi,

yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas,

umpan balik dalam perbaikan program pengajaran, alat pendorong

dalam meningkatkan kemampuan peserta didik, dan sebagai alat untuk

peserta didik melakukan evaluasi terhadap kinerjanya serta bercermin

diri (instropeksi) misalnya melalui portofolio.

Menurut Nana Sudjana (Jihad & Haris. 2008: 56) penilaian

(asesmen) berfungsi sebagai:

a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional.

Dengan fungsi ini maka penilaian (asesmen) harus mengacu

kepada tujuan-tujuan intruksional.

b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengjar. Perbaikan

mungkin dapat dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan

(51)

c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan siswa kepada

orangtuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan dan kecakapan

belajar siswa dalam bentuk-bentuk nilai-nilai prestasi yang

dicapainya.

3. Ruang Lingkup Asesmen

Uno, Hamzah, dan Satria Koni (2012:17) menjelaskan bahwa isi

model penilaian kelas ini meliputi konsep dasar penilaian kelas, teknik

penilaian, langkah-langkah pelaksanaan penilaian, pengolahan hasil

penilaian serta pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian. Dalam konsep

penilaian, akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian, manfaat

penilaian, fungsi penilaian, dan rambu-rambu penilaian. Teknik penilaian

akan menjelaskan berbagai cara dan alat penilaian.

4. Prinsip-prinsip Asesmen

Depdiknas tahun 2002 (Suwandi, Sarwiji. 2009: 21) mengatakan

bahwa prinsip umum penilaian (asesmen) meliputi:

a. Valid, artinya penilaian harus mengukur apa yang seharusnya diukur

dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya dan sahih.

b. Mendidik, artinya penilaian harus memberi sumbangan yang positif

terhadap pencapaian hasil belajar siswa, seperti memotivasi siswa yang

berhasil dan memberikan semangat untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

c. Berorientasi pada kompetensi, artinya mampu menilai pencapaian

(52)

d. Adil dan objektif, artinya penilaian harus adil terhadap semua siswa dan

tidak membeda-bedakan latar belakang siswa.

e. Terbuka, artinya kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai

kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

f. Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana,

bertahap teratur, terus menerus, dan berkesinambungan untuk

memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa.

g. Menyeluruh, artinya penilaian dilaksanakan secara menyeluruh, utuh,

dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

serta berlandaskan berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan

berbagai bukti hasil belajar siswa.

h. Bermakna, artinya penilaian hendaknya mudah dipahami dan mudah

ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Selanjutnya menurut Jihad & Haris (2008: 63) sistem penilaian

dalam pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun penilaian

akhir, hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip sebagai

berikut:

a. Menyeluruh, artinya penguasaan kompetensi dalam mata pelajaran

hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi,

kemampuan dasar serta keseluruhan indikator ketercapaian, baik

(53)

dan nilai), serta psikomotor (keterampilan), maupun menyangkut

evaluasi proses dan hasil belajar.

b. Berkelanjutan, artinya penilaian seharusnya direncanakan dan

dilakukan secara terus menerus guna mendapatkan gambaran yang utuh

mengenai perkembangan hasil belajar siswa sebagai dampak langsung

(dampak instruksional/pembelajaran) maupun dampak tindak langsung

(dampak pengiring/nurturan effect) dari proses pembelajaran.

c. Berorientasi pada indikator ketercapaian, artinya sistem penilaian dalam

pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian yang sudah

ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan minimal dan

standar kompetensinya.

d. Sesuai dengan pengalaman belajar, artinya sistem penilaian dalam

pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya.

5. Jenis-jenis Asesmen

Menurut Uno dan Koni (2012) jenis-jenis asesmen dilaksanakan

dalam berbagai teknik, seperti: penilaian kinerja (performance), penilaian

sikap, dan penilaian tertulis (paper and pencil test, penilaian proyek, dan

penilaian diri/self assessment). Selanjutnya, Subali (2016) mengatakan

berdasarkan ragam jenis asesmen dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Asesmen penempatan.

Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap

masing-masing peserta didik sebelum menem[uh program pengajaran.

(54)

masing-masing peserta didik yang diperlukan dalam proses

pembelajaran yang akan diselenggarakan bila diperlukan adanya

kemampuan yang ditargetkan.

b. Asesmen formatif.

Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap

masing-masing peserta didik selama menempuh kegiatan pembelajaran.

Tujuannya untuk mengetahui apakah setiap peserta didik melaju dengan

baik selama proses pembelajarannya sampai akhir program sehingga

kegiatan belajar selanjutnya menjadi lebih efektif dan efisien.

c. Asesmen sumatif.

Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing peserta didik

setelah selesai menempuh suatu program pembelajaran. Tujuannya

untuk menentukan nilai akhir masing-masing peserta didik yang

menempuh suatu program pembelajaran untuk selanjutnya dapat

ditetapkan apakah seorang peserta didik dinyatakan berhasil atau gagal.

Jika berhasil peserta didik tersebut akan diberi sertifikat karena telah

menguasai kecakapan atau keterampilan tertentu yang ditargetkan

dalam program pembelajaran yang dirancang.

d. Asesmen konfirmatori.

Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing orang yang ingin

dinilai tanpa dilakukan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh.

Asesmen konfirmatori dilaksanakan melalui pengukuran yang

(55)

pembelajaran, asesmen konfirmatori dapat dilakukan oleh pihak

eksternal. Pemerintah menerapkan ujian nasional untuk menetapkan

setiap peserta didik untuk dinyatakan lulus dan tidak lulus dalam

menguasai kompetensi yang diterapkan.

Sementara itu, menurut Prijowuntato (2016: 60-66) alat yang dapat

digunakan untuk menilai ketercapaian konpetensi siswa dapat dibedakan

menjadi dua yaitu tes dan non tes.

a. Tes.

Bentuk tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik dapat

berupa; pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif/uraian bebas,

jawaban singkat/isian singkat, menjodohkan, performans/unjuk kinerja,

portofolio. Bentuk tes digunakan apabila sifat suatu objek yang diukur

menyangkut tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui,

dipahami atau proses psikis lainnya yang tidak dipahami dengan indera.

Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup

mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang

sebanding sesuai jenjang pendidikan.

Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat dikategorikan menjadi

dua yaitu tes objektif dan tes non objektif. Objektif di sini dilihat dari

sistem penskorannya, yaitu siapa yang memeriksa lembar jawaban tes

akan menghasilkan skor yang sama. Tes non objektif adalah tes yang

sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain

(56)

objektif sedangkan non objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh

subjektifitas pemberi skor.

b. Non tes.

Bentuk non tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik

dapat berupa; observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala nilai,

kuesioner, wawancara. Bentuk non tes digunakan apabila perubahan

tingkah laku yang dapat diamati dengan indera dan bersifat konkret.

Konsekuensi dari pengukuran menggunakan bentuk non tes sangat

bergantung pada situasi di mana perubahan tingkah laku individu itu

muncul atau menggejala.

Oleh karenanya, situasi pengukuran yang seragam sukar

dipersiapkan. Suatu pengukuran dengan alat pengukuran non tes terjadi

dalam situasi yang kurang distandarisasi, seperti waktu pengukuran yang

dapat tidak sama atau seragam bagi semua siswa.

6. Teknik-teknik Asesmen

Teknik yang biasanya digunakan untuk mengukur/mengevaluasi

hasil ketercapaian siswa adalah menggunakan teknik tes dan teknik

non-tes. Menurut Jihad & Haris (2008: 68) alat penilaian teknik tes yaitu:

a. Tes tertulis, merupakan tes atau soal yang diselesaikan siswa secara

tertulis. Tes tertulis ini terdiri atas bentuk objektif dan bentuk uraian.

Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah,

menjodohkan, serta jawaban singkat.sedangkan bentuk uraian meliputi

Gambar

Tabel 4.17 Independent Sample Test Capaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa
Gambar 4.1 Bentuk Fisik DVD Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter 106
Gambar 2.1 Komponen Karakter
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi pada siswa-siswi di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

Berdasarkan hasil angket penelitian sebanyak 14 responden (42,42%) pada indikator afeksi masyarakat cenderung netral hal ini disebabkan karena sikap masyarakat

Sumber pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Khusus

Untuk penyetingan relay di gardu hubung Kantor, perhitungan untuk nilai setting yang dimasukan dalam data setting pada relay harus di koordinasikan dengan data

M EMENUHI Berdasarkan hasil pemeriksaan antara data penerimaan bahan baku, hasil produksi, penjualan dan dokumen ekspor dalam periode bulan Agustus 2015

Pendirian rumah sakit gigi mulut pendidikan harus memperhatikan semua aspek yang dibutuhkan seperti lahan, ruang, peralatan medis/non medis, SDM dan organisasi kerja

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui latarbelakang pengiklan dan perusahaan iklan menggunakan

Orang di sekelilingnya yaitu figur orang tua merupakan lingkungan pertama yang berpengaruh terhadap pengalaman kelekatan yang mempengaruhi pandangan individu