• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Media Film Dalam Pendidikan Karakter

1. Karakteristik Media Film Karakter

Arsyad (2003:48) mengatakan film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame. Frame-frame tersebut diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar tersebut hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan sehingga mengambarkan pergerakan yang tampak normal.

Film dapat digunakan sebagai alat audio visual untuk pelajaran, penerangan, atau penyuluhan. Banyak hal-hal yang dapat dijelaskan melalui film antara lain tentang proses terjadi di dalam tubuh kita, proses yang terjadi dalam suatu industri, kejadian yang terjadi di alam, tata cara kehidupan di negara asing, berbagai industri dan pertambangan, mengajarkan suatu ketrampilan, dan sejarah kehidupan orang-orang besar. Jadi, film adalah gambar atau frame yang diproyeksikan kedalam audio visual yang dapat digunakan untuk materi pembelajaran dan dapat mendokumentasikan kejadian-kejadian yang ada di sekitar.

Kustandi dan Sutjipto (2013:64) mengatakan film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame. Frame-frame tersebut

diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar tersebut hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan sehingga mengambarkan pergerakan yang tampak normal.

Selain itu, menurut Undang-undang No 8 Tahun 1992 tentang perfilman bahwa film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lannya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses yang lain, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditanyangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau yang lain.

Film merupakan media visual yang dapat digunakan untuk media pembelajaran dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan karakter. Film membawa makna khusus untuk menanamkan nilai-nilai yang bermoral dapat membentuk suatu kepribadian seseorang, khususnya remaja pada zaman sekarang. Film juga dapat membius untuk mempengaruhi para penonton, seperti membuat penonton menangis, tersenyum, ataupun terharu dalam hitungan detik saja. Oleh sebab itu, film yang bertemakan pendidikan karakter harus diperhatikan penggunaan sebagai media pembelajaran yang

kedepannya menjadi suatu sarana serta prasarana pembentukan kepribadian bangsa.

2. Kekuatan-kekuatan Media Film dalam Asesmen Pendidikan Karakter

Menurut Kustandi & Sutjipto (2013) keuntungan menggunakan media film sebagai berikut:

a. Film dapat menyajikan suatu proses dengan lebih efektif dibandingkan dengan media lain.

b. Film dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika membaca, berdiskusi, dan praktik. Film merupakan pengganti alam sekitar, bahkan dapat menunjukkan objek secara normal yang tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung berdenyut.

c. Film memungkinkan adanya pengamatan yang baik terhadap suatu keadaan/peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara langsung.

d. Film berguna mengajarkan keterampilan, karena memungkinkan adanya pengulangan, sehingga keterampilan mampu dipelajari secara berulang-ulang.

e. Film dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar, kecil, heterogen maupun perorangan.

3. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Film dalam Pendidikan Karakter

Guna mengetahui keberhasilan dalam pembelajaran penanaman nilai-nilai karakter diperlukan instrumen penilai-nilaian yang sesuai dengan tujuannya, dengan cara membandingkan perilaku anak dengan standar (indikator) karakter yang ditetapkan. Sebelum itu, perlu diketahui langkah

pengembangan instrumen penilaian tersebut. Menurut Gronlund (Suwandi, 2010) ada enam langkah pengembangan instrumen tes sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan tes

b. Mengidentifikasi hasil belajar yang dimaksudkan

c. Merumuskan hasil belajar yang umum dengan istilah yag khusus d. Menetapkan garis-garis besar isi mata pelajaran

e. Mempersiapkan tabel spesifikasi

f. Menggunakan tabel spesifikasi dalam mempersiapkan tes

4. Film sebagai Media Asesmen

Peran film sebagai media asesmen menjadi salah satu manfaat untuk proses penilaian pendidikan karakter. Pemilihan media asesmen harus didasarkan pada kriteria penilaian yang objektif. Kriteria penilaian yang objektif dapat melalui film karena film sifatnya konkret (realistis) yang dapat menunjukkan pokok masalah sesungguhnya sehingga peserta didik dapat dibawa ke peristiwa tersebut. Film juga bermanfaat terutama untuk mengembangkan pikiran, konsetrasi, menambah daya ingat, menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

Sadiman (1989) mengungkapkan bahwa film terbukti secara signifikan lebih baik dari media yang lain dalam hal mengingat dan mampu mempengaruhi emosi para peserta didik. Apapun jenis atau temanya, film selalu meninggalkan pesan moral kepada masyarakat yang dapat diserap dengan mudah karena film menyajikan pesan tersebut secara nyata. Gambar hidup yang ditampilkan di film memberi dampak yang berbeda dari untaian

kata-kata dalam sebuah buku. Mencerna sebuah film dapat dikatakan lebih mudah daripada mencerna sebuah tulisan. Maka sebetulnya film sangat strategis dijadikan media komunikasi bagi masyarakat banyak terutama sebagai media penyampaian pesan untuk melestarikan suatu budaya.

5. Film sebagai Media Tes Hasil Pendidikan Karakter

Dalam perkembangannya film bisa digunakan untuk media pendidikan, berikut adalah 12 jenis film yang bisa digunakan untuk media pendidikan atau pembelajaran menurut Mc. Clusky 2006 (dalam Wrastari, Aryani T. & Firmansyah, Rico A. 2014: 45):

a. Narrative Film: film yang menggunakan narasi pada saat ditayangkan. b. Dramatic Film: film yang memadukan drama teatrikal, yang biasanya

digunakan untuk pelajaran drama atau bahasa Indonesia.

c. Discoursive Film : film yang dibuat beberapa serial dengan topik yang saling berhubungan satu sama lainnya.

d. Evidental Film: ini adalah film tentang ilmu pengetahuan yang terekam secara natural. Biasanya ditayangkan di televisi, contohnya antara lain Discovery Channel.

e. Factual Film: hampir sama dengan discoursive film, bedanya lebih sistematis setiap episodenya.

f. Emulative Film: ini adalah film yang biasanya digunakan untuk pelatihan-pelatihan perang yang intinya adalah agar penonton bisa meniru apa yang ditayangkan di film.

g. Problematic Film: film yang dibuat untuk mengasah kemampuan kognitif dan membuat penonton berpikir lebih kritis.

h. Incentive Film: bisa disebut film dokumenter, dimana diharapkan penonton melakukan sesuatu pada fenomena yang terjadi setelah melihat film ini.

i. Rhytmic Film: Film sejenis video art yang digunakan untuk merangsang kemampuan estetika penontonnya.

j. Theraputic Film: Film yang digunakan untuk membantu proses terapi k. Drill Film: Dalam film ini penonton akan berpartisipasi melakukan

kegiatan yang ditayangkan di dalam film.

l. Participative Film: hampir mirip dengan drill film bedanya adalah film ini lebih ke arah apresiasi daripada instruksional.

Ke-12 jenis film itu adalah jenis-jenis film yang dapat digunakan sebagai media belajar. Dalam penelitian ini penulis menggunakan incentive film dimana menurut Mc Clusky (1948 dalam Elliot, 2006) incentive film adalah sebuah film yang sengaja dibuat berbasiskan masalah kehidupan sehari-hari dan dilema moral, dimana film tersebut diharapkan bisa menstimulasi penontonnya untuk mengungkapkan pendapat.

Dokumen terkait