• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELASI LAKI-LAKI DANPEREMPUAN MENURUT PERSPEKTIFGENDER

A. Pengertian Gender dan Bias Gender

Gender secara etimolog iberasal dariserapan bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin.1Menurut Rukmina dalam kutipannya diWebster’s News,gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi tingkah laku, dan dalam Women’s Studies Encysclopedia

dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupayamembuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.2 Dilihat dari posisinya dari segi struktur bahasa (gramatikal)

adalah bentuk nomina(naun) yang berarti jenis kelamin, sex3 atau disebut al Jins dalam bahasa Arab4. Dari beberapa pembahasan yang bersifat bahasa ini, jika orang bertanya tentanggender, maka yang dimaksud adalah jenis kelamin. Dalam khazanah perbendaharan kata bahasa Indonesia, kata ini masih terbilang baru, karena kata dan istilah genderbaru berkembang dalam satu dasawarsa

terakhir ini.

1

John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia, cet XII Jakarta: Gramedia,

1983, hlm. 265

2

Rukmina gonibala,Fonemena Bias Gender dalam Pendidikan Indonesia,Jakarta,hlm. 36

3

Peter salim, Advance English-aindonesia Dictionary, edisi Ketiga Jakarta: Modern English

Press,1991, hlm. 384

4

Munir Ba’albaky, Al maurid:Qomus Injlizy Arabiy, Bairut: Dar al ilm li al Maliyin, 1985, hlm. 383

Secara lebih luas pengertian gender menurut Zaitunah Subhan menyatakan bahwa, yang dimaksud gender adalah konsep analisis yang dipergunakan untuk menjelaskan sesuatu yang didasarkan pada pembedaan laki-laki dan perempuan karena konstruksi budaya.5 Pengertian ini secara kongkrit dan operasional dikemukakan oleh Nassarudin Umar, bahwa gender adalah konsep kultural yang dipergunakan untuk memberi identifikasi perbedaan dalam hal peran, perilaku, dan lain-lain antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di dalam masyarakat yang didasarkan pada rekayasa sosial.6 Sementara gender menurut istilah yang lazim digunakan di lingkungan kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, gender diartikan sebagai interprestasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Gender biasanya ditujukan untuk pembagian kerja yang dianggap tetap bagi laki-laki dan perempuan7.

Gender merupakan analisis yang digunakan dalam menempatkan posisi setara laki-laki dan perempuan untuk mewujudkan tatanan masyarakat sosial yang lebih egaliter. Jadi, gender bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional dalam melakukan measure (pengukuran) terhadap persoalan laki-laki dan perempuan terutama yang terkait dengan pembagian peran dan tugas kerja dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat

5

Zaituna Subhan, Gender dalam Prespektif Islam, dalam Jurnal akademika, vol.o6, no.2,

Maret, hlm. 128

6

Nassarudin Umar, Prespektif Gender dalam Islam, Jurnal paramadina, vol I.No. I, juli-Des

1998, hlm. 99

7

Menteri Negara Pemberdayaan perempuan, Buku III, Pengantar Teknik Aanalisis Gender,

itu sendiri. Gender bukan hanya ditujukan oleh perempuan saja, tetapi juga oleh laki-laki. Hanya saja yang paling dianggap mendapatkan ketidak-adilan, ketimpangan dalam perilaku gender, maka perempuan lebih ditonjolkan, semata-mata untuk meraih kesetaraan dalam peran sosial terutama pada wilayah pendidikan, dengan harapan dapat mendorong perubahan yang signifikan dalam paradigma berpikir, berperilaku, bertindak, dan berperan dalam segmen kehidupan sosial.

Dalam perkembangannya gender merupakan sebuah ideologi yang melekat pada masyarakat, yang dikonstruksikan secara sosial dan kultural, sehingga menimbulkan perbedaan fungsi, peran, dan tanggung jawab, berdasarkan jenis kelamin. Perbedaan Gender yang terjadi melalui proses yang sangat panjang dan didukung oleh institusi sosial yang ada dalam masyarakat menyebabkan perbedaan hak, peran, dan status dalam relasi gender, seperti juga agama yang menjadi sumber sistem sosial.8

Persoalan Gender tidak akan terlihat, jika perbedaan-perbedaan gender berjalan selaras dalam masyarakat. Apalagi jika keberadaan gender laki-laki dan gender perempuan itu dapat saling melengkapi dan melahirkan sebuah sikap saling menghargai. Gender baru menjadi sebuah persoalan yang serius tatkala perbedaan gende rmelahirkan ketidakadilan dan ketimpangan bagiperempuan dalam ranah sosial. Karena perbedaan-perbedaan berkontruksi gender, perempuan kehilangan kebebasan dan kemerdekaan

8

Indira Primadani,Gender Feminisme dan Agama,dalam novel Perempuan Berkalung Sorban,

untuk menentukan keputusan yang terkait dengan dirinya sebagai individu, dan sebagai bagian dari masyarakat.

Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi tidak secara instant. Perbedaan ini dibentuk oleh beberapa faktor, antara lain dibentuk, disosialisasikan, dan dikonstruksi secara sosial, kultural, ajaran keagamaan, maupun negara. Karena prosesnya yang panjang, bahkan berabad-abad, maka sosialisasi gender akhirnya dianggap sebagai ketentuan Tuhan, yang dipahami sebagai kodrat laki-laki dan kodrat perempuan, bersifat biologis dan tidak dapat dipertukarkan.

Studi gender, sebagaimana studi agama, kerap melahirkan berbagai kontroversi, karena melibatkan sistem emosional dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu istilah gender harus dipahami secara proposional. Memahami arti gender, berarti harus memahami perbedaan makna antara gender dan jenis kelamin lebih dahulu. Mengutip perkataan Mansour Faqih dalam bukunya analisis gender9, untuk memahami konsep gender maka harus lebih dahulu dapat membedakankata gender dengan kata

sex (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya lelaki adalah mahluk yang berpenis, memiliki jakala (jakun) dan memproduksi sperma, sedangkan perempuan mempunyai alat reproduksi, seperti rahim, dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan

9

Mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat kepada manusia yang berjenis laki-laki dan berjenis perempuan. Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak dapat dipertukarkan dan secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat. Sementara konsep gender adalah konsep yang melekat pada laki-laki atau perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara lelaki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Sifat-sifat tersebut bisa dipertukarkan. Artinya ada lelaki yang lembut, emosional, dan keibuan. Dan ada perempuan yang rasional, kuat, dan perkasa. Ciri-ciri dan sifat-sifat tersebut dapat berubah dari masa ke masa, waktu maupun tempat.

Dengan demikian dapat disimpulkan perbedaan gender dan jenis kelamin (seks). Gender dapat berubah, dipertukarkan, tergantung waktu, dan budaya setempat, bukan merupakan kodrat Tuhan melainkan murni buatan manusia.

Bias gender menurut Taufan Nugroho,10 adalah keadaan yang menunjukkan adanya keberpihakan kaum laki-laki dari pada perempuan. Misalnya produk hukum yang merugikan kaum perempuan, seperti kasus aborsi ilegal, proses pemberian hukuman lebih ditekankan kepada perempuan dari pada laki-laki. Termasuk juga dalam kasus hamil diluar nikah, maka yang kena sanksi dikeluarkan dari sekolah adalahpelajar perempuan, sementara laki-lakisebagai pasangannya tidak dikenakan sanksi apapun. Adapun yang dimaksud dengan kesetaraan gender adalahkesamaan, yaitu keadaan tanpa

10

Taufan Nugroho, Kesehatan Wanita: Gender & Permasalahannya,( Jogjakarta:

diskriminasi sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin dalam memperoleh kesempatan, pembagian sumber-sumber dan hasil pembangunan, serta akses terhadap pelayanan.

Keadilan genderdimaksudkan sebagai gambaran kesimbangan yang adil(fairness) dalam pembagian beban tanggung jawab dan manfaaat antara laki-laki dan perempuan yang mempunyai perbedaan kebutuhan dan kekuasaan. Perbedaan ini perlu dikenali dan diperhatikan untuk dipakai sebagai dasar atas penerapan perlakuan yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Sementara peran gender adalah peran ekonomi atau sosial yang dipandang layakoleh masyarakat untuk diberikan kepada laki-laki atau perempuan. Laki-laki berperan sebagai pencari nafkah dan perempuan mempunyai peran ganda domestik, yaitu sebagai pencari nafkah dan kegiatan di masyarakat secara simultan.

Dokumen terkait