BAB I PENDAHULUAN
A. Kesetaraan Gender
1. Pengertian Gender
26
1. Pengertian Gender
Kata “gender” berasal dari Bahasa Inggris, gender yang berarti
jenis kelamin. Dalam Webster’s New World Dictionary, gender
diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.22
Misalnya, laki-laki itu memiliki fisik yang kuat, otot yang kuat,
memiliki jakun, bersuara berat, memiliki alat reproduksi dalam
meneruskan keturunan seperti penis, testis, sperma dan ciri biologis
lainnya. Sedangkan perempuan memiliki hormon yang berbeda dengan
laki-laki sehingga terjadi menstruasi, perasaan yang cenderung sensitif,
ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang berbeda dengan laki-laki.
Perempuan juga memiliki alat reproduksi yang berbeda dengan
laki-laki seperti rahim saluran-saluran untuk melahirkan, memproduksi
telur, memiliki alat vagina dan lain sebagainya.
Kata “gender” sering diartikan sebagai kelompok laki-laki,
perempuan, atau perbedaan jenis kelamin. Tetapi, untuk memahami
gender, harus dibedakan dengan kata seks atau jenis kelamin.
Konsep dasar gender adalah sifat yang melekat pada kaum
laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun
budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan
budaya antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, kalau perempuan
22 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender : Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 2001), hlm. 33.
27
dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut, cantik, emosional, atau
keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan
perkasa. Sifat-sifat yang telah disebutkan tersebut dapat dipertukarkan
dan berubah dari waktu ke waktu.23
Di dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa
gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya mambuat
pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat.
Hilary M. Lips dalam bukunya yang terkenal ”Sex & Gender : an Introduction” mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya
terhadap laki-laki dan perempuan (cultural expectations for women
and men). Pendapat ini sejalan dengan pendapat umumnya kaum
feminis seperti Linda L. Lindsey, yang menganggap semua ketetapan
masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau
perempuan adalah termasuk bidang kajian gender.
H. T Wilson dalam “Sex and Gender” mengartikan gender
sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki
dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai
akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan. Elaine Showalter,
23 Trisakti Handayani, dan Sugiarti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang: UMM Press, 2003), hlm. 5.
28
mengartikan gender lebih dari sekedar pembedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dari konstruksi sosial-budaya. Ia menekankannya
sebagai konsep analisis yang dapat digunakan untuk menjelaskan
sesuatu.24
Meskipun kata gender belum masuk dalam perbendaharaan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah tersebut sudah lazim
digunakan, khususnya di Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dengan ejaan “jender”.
Gender diartikan sebagai interspretasi mental dan kultural
terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Gender
biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang
dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan.
Menurut Macionis mendefinisikan gender sebagai arti penting
yang diberikan masyarakat pada kategori biologis pria dan wanita.
Sedangkan Lasswell mendefinisikan pada pengetahuan dan kesadaran,
baik secara sadar ataupun tidak, bahwa dia seseorang tergolong dalam
suatu jenis kelamin lain.25
Sedangkan Kerstan, gender tidak bersifat biologis melainkan
dikonstruksi secara sosial, dan gender tidak dibawa sejak lahir
melainkan dipelajari melalui sosialisasi, proses sosialisasi yang
24 Ibid,. hlm. 34.
29
membentuk persepsi diri dan aspirasi dalam sosiologi dinamakan
sosialisasi gender (gender socialization).
Istilah yang satu ini memang sering menimbulkan salah paham,
misalkan dalam kamus inggris Indonesia yang ditulis oleh John Echols
dan Hasan Nhadily, Gender didefinisikan sebagai jenis kelamin (sex),
secara singkat gender adalah atribut yang dilekatkan, dikodifikasikan
dan dilembagakan secara social maupun cultural kepada wanita
maupun pria.26
Dalam konteks ini, perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dapat dilihat, misalnya laki-laki mempunyai jakun, kumis, bentuk
kelamin, menghasilkan sperma. dan seterusnya. Sedangkan pada
perempuan mempunyai payudara besar, tidak berkumis, tidak berjakun,
memproduksi sel telur dan sebagainya, sedangkan gender lebih banyak
beronsentrasi pada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek
non-biologis lainnya.
Lebih lanjut Umar menjelaskan bahwa studi gender lebih
menekankan kepada aspek maskulinitas (masculinity) atau feminitas
(feminity) seseorang. Berbeda dengan studi sex yang lebih menekanan
kepada aspek anatomi biologi dan komposisi kimia dalam tubuh
lak-laki (maleness) dan perempuan (femaleness).
26 Yasir Alami, Jenis Kelamin Tuhan (Yogyakarta: Yayasan Kajian dan layanan Informasi untuk Kedaulatan Rakyat.2002). hlm. 3.
30
Berkaitan denga penjelasan ini, adalah menarik apa yang
dijelaskan oleh Sumbulah, bahwa istiah gender mempunyai beberapa
variasi makna, yaitu gender sebagai istilah asing, gender sebagai
fenomena social budaya, gender sebagai suatu kesadaran sosial, gender
sebagai persoalan sosial, dan gender sebagai sudut pandang.27
Sebagai istilah asing, gender seringkali dibaca secara keliru
terlebih yang membacanya adalah orang Jawa, gender sebagai hal baru
memang berasal dari istilah bahasa Inggris dengan makna tertentu.
Gender memang bukan bahasa Jawa dan Indonesia, namun
sesungguhnya belum tentu sebagai istilah asing, fenomenanya tidak ada
di sekitar. Gender biasanya dikaitkan denan pembagian atas dasar jenis
kelamin dan klasifikasi berdasarkan jenis kelamin.
Gender sebagai fenomena sosial budaya diartian bahwa dalam
kehidupan sehari-hari manusia melukuan pembagian kerja antara
laki-laki dan perempuan. Dengan demikian gender bukan sesuatu yang
asing, karena sering kali melakukannya walaupun tanpa disadari.
Pembedaan-pembedaan seperti ini muncul dalam banyak lapangan
kehidupan yang sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari, termasu
pembagian ruang public dan domestik antar laki-laki dan perempuan.
27 Umi Sumbulah, Studi tentang Sensivitas Gender UIIS Malang, dalam Ulul Albab (jurnal studi Islam, sains dan teknologi STAIN Malang, Vol.3 No.2 : 126.
31
Fenomena gender ada dimanapun, meskipun studi tentang
gender pada awalnya ada pada orang-orang barat. Hal ini perlu
dipahami karena ada persoalan ketimpangan antara jenis kelamin.
Sebenarnya bukan perbedaan tersebut yang menjadi persoalan tetapi
implkasi dari adanya pembedaan itu sendiri.
Sebagai kesadaran sosial, gender tidak dimiliki oleh setiap
orang (kali-laki dan perempuan). Oleh karenanya perlu ada kesadaran
sosial mengenai gender bahwa klasifikasi atas dasar Janis kelamin yang
berimplikasi dalam kehidupan sosial tidaklah bersifat given (takdir),
tetapi bersifat sosiokultural, jika da sesuatu yang merugikan
pihak-pihak tertentu, maka hal tersebut bisa dirubah.28
Sebagai persoalan sosial budaya, gender lebih memfokuskan
mengenai ketimpangan, yaitu masalah ketimpangan antara hak dan
kewajiban, ketimpangan hak dan kewajiban dianggap menjadi
persoalan karena merugikan pihak-pihak tertentu. Ketimpangan hak
dan kewajiban berkaitan dengan permasalahan sosial, bisa berupa
ketidakadilan yang harus dihilangkan dan diupayakan adanya
persamaan (equality).
Perspektif gender adalah sudut pandang yang dipakai ketika
melakukan penelitian yang berfungsi untuk memahami gejala sosial
budaya. Gender dijadikan perspektif dengan asumsi bahwa didalam
32
masyarakat ada perbedaan menurut jenis kelamin. Gender
sesungguhnya adalah hasil atau akibat dari pembedaan atas dasar jenis
kelamin tersebut (sexual differentiation), ada pembedaan dalam
kehidupan social, ada laki-laki dan perempuan, ada domestik dan
publik, dan sebagainya.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender
adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial-budaya. Gender dalam
arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut
non-biologis.29