• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Profesi Guru

2. Pengertian Guru

Dalam kamus bahasa Indonesia (1976) guru diartikan sebagai seseorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Guru merupakan profesi atau jabatan/pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru (Usman, 1995: 6). Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus yang dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Sedangkan menurut Masidjo (1992: 10), guru adalah seorang pekerja profesional yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh atasan yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah khususnya dalam kegiatan PBM dan kegiatan instruksional dari mata pelajaran yang diampunya. Dari ke-3 pengertian

di atas tampak bahwa ke-3nya sama-sama menunjuk bahwa guru merupakan pekerjaan.

Menurut Samana (1994: 11), guru atau tenaga pendidik yang dikutipnya dari PP No. 38/ 1992, Bab I, Pasal I, ayat I adalah warga masyarakat yang mengabdikan diri secara langsung dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan tertentu. Dengan demikian guru merupakan tenaga pendidik yang bekerja di lembaga pendidikan. Sedangkan pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Usman, 1995: 15).

Adapun persyaratan khusus profesi (guru) yang dikemukakan oleh Drs. Moh. Ali (1985, dalam Usman 1995: 15) antara lain sebagai berikut: a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dari teori

ilmu pengetahuan yang mendalam.

b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.

Selain persyaratan tersebut, masih ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi (Usman, 1995: 15) antara lain:

a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

b. Memiliki klien/obyek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya.

c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.

Untuk melaksanakan tugas secara bertanggung jawab, seorang guru wajib memiliki berbagai kemampuan dasar keguruan. Kemampuan dasar keguruan yang dimaksud meliputi kemampuan dasar personal-sosial dan kemampuan dasar profesional (Masidjo, 1992: 10), sebagai berikut: a. Kemampuan Dasar Personal-Sosial

Kurikulum Pendidikan Tenaga Kependidikan Program Studi Strata Satu (Depdikbud, Dikti, 1991/1992) menyebutkan beberapa kemampuan dasar personal-sosial yang harus dimiliki seorang guru yang meliputi:

1) Kemampuan beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) Kemampuan berperan dalam masyarakat sebagai warga negara

yang berjiwa Pancasila;

3) Kemampuan berpikir mandiri dan mampu mengungkapkan dalam bahasa yang baku;

4) Kemampuan mengembangkan sifat-sifat pribadi yang terpuji yang disyaratkan bagi jabatan guru-pendidik.

5) Kemampuan untuk memahami kemampuan dan keterbatasan dirinya di dalam pelaksanaan tugas-tugas profesionalnya;

6) Kemampuan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya;

7) Kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan dengan mengamalkan bidang studi dan ketrampilannya.

b. Kemampuan Dasar Profesional

Kemampuan dasar profesional yang harus dimiliki seorang guru meliputi 10 hal (Darji Darmodiharjo, 1980, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

1) Penguasaan bahan pelajaran sehingga dapat menjadi infomator yang merupakan sumber informasi kegiatan pengajaran.

2) Pengelolaan program belajar mengajar dari setiap mata pelajaran yang diampunya.

3) Pengeloaan kelas sehingga memungkinkan dilaksanakan kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan kemampuan siswa.

4) Pemakaian media dan sumber belajar. 5) Pengelolaan interaksi belajar mengajar.

6) Penguasaan landasan-landasan kependidikan yang tampak dalam perannya sebagai pribadi dan pendidik dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar.

7) Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan konseling di sekolah.

8) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah baik sebagai proses maupun sebagai bidang garapan.

9) Pemahaman prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

10) Penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

11) Agar hasil belajar benar-benar mencerminkan prestasi belajar yang sesungguhnya, seorang guru harus mampu melaksanakan kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa secara bertanggung jawab. Dengan demikian seorang guru memperoleh umpan balik yang berharga untuk pengembangan pengajarannya.

Guru sebagai pendidik memiliki tugas-tugas tertentu yang berbeda dengan profesi yang lain. Menurut Samana (1994: 12) tugas pendidik sebagai berikut:

a. Tenaga pembimbing (petugas bimbingan konseling sekolah) adalah tenaga kependidikan yang dengan keahliannya membimbing peserta

didik (klien) agar mengenali dirinya termasuk kemampuan potensinya dan mengetahui perkembangan dirinya.

b. Tenaga pengajar adalah tenaga kependidikan yang tugas utamanya menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik, baik yang bersifat akademis, semi akademis, maupun yang bersifat keterampilan. c. Tenaga pelatih/instruktur latihan keterampilan adalah tenaga

kependidikan yang secara bertahap serta sistematis melatih peserta didik untuk menguasai keterampilan tertentu yang menjadi sasaran pelajaran.

Sedangkan tugas guru menurut Usman (1995: 6) dibagi menjadi tiga, yakni:

a. Tugas guru dalam bidang profesi

Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Tugas ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar kependidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih merupakan kegiatan mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

b. Tugas dalam bidang kemanusiaan

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.

c. Tugas dalam bidang kemasyarakatan

Tugas di dalam masyarakat, tugas guru memberi teladan atau contoh. Dimana dalam lingkungan masyarakat, guru diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat sekitarnya.

Sedangkan peranan guru yang dikemukakan oleh Adams dan Dickey, meliputi (Hamalik, 2003: 123):

a. Guru sebagai pengajar

Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas). Guru menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain itu guru juga berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya.

Untuk mencapai tujuan-tujuan itu maka guru perlu memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang akan menjadi tanggungjawabnya dan menguasai dengan baik metode dan tehnik mengajar.

b. Guru sebagai pembimbing

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, dan kesulitan lainnya.

c. Guru sebagai pemimpin

Guru berkewajiban mengadakan supervisi atas kegiatan belajar murid, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya, mengadakan manajemen belajar sebaik-baiknya, melakukan manajemen kelas, mengatur disiplin kelas secara demokratis. Dengan manajemen ini guru dapat

menciptakan lingkungan belajar yang serasi, menyenangkan, dan merangsang dorongan belajar para anggota kelas.

d. Guru sebagai ilmuwan

Guru dipandang sebagai orang yang berpengetahuan. Berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada murid, guru berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus- menerus memupuk pengetahuan yang dimilikinya

e. Guru sebagai pribadi

Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh murid-muridnya, oleh orang tua, dan oleh masyarakat. Sifat-sifat ini sangat diperlukan agar ia dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.

f. Guru sebagai penghubung

Sekolah berdiri di antara dua lapangan, di satu pihak mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus-menerus berkembang, di lain pihak ia bertugas menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, dan tuntutan masyarakat. Di antara kedua lapangan inilah sekolah memegang peranannya sebagai penghubung di mana guru berfungsi sebagai pelaksana.

g. Guru sebagai pembaharu

Pembaharuan dalam masyarakat terjadi berkat masuknya pengaruh ilmu dan teknologi modern, yang datang dari negara-negara berkembang. Masuknya pengaruh-pengaruh itu, ada yang secara langsung ke dalam masyarakat dan ada yang melalui lembaga pendidikan (sekolah). Guru memegang peranan sebagai pembaharu, karena melalui kegiatan guru menyampaikan ilmu dan teknologi h. Guru sebagai pembangunan

Sekolah turut memperbaiki masyarakat dengan cara memecahkan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat dan turut melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh masyarakat. Guru baik sebagai pribadi maupun sebagai guru profesional dapat menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk membantu berhasilnya rencana pembangunan masyarakat, seperti: kegiatan keluarga berencana, koperasi dan sebagainya

Di samping tugas-tugas dan peranan guru tersebut, karakteristik kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru (Syah, 1995: 227-230) antara lain:

a. Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.

b. Keterbukaan psikologis kepribadian merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan wewenang melaksanakan tugas) keguruan yang harus di pilih oleh setiap guru.

Prof. Dr. Tjokorde Raka Joni dan tim Proyek Pengembangan Pendidikan Guru/PTG (dalam Arikunto, 1980: 238-239) berhasil merumuskan tiga kemampuan penting yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Ketiga kemampuan tersebut dikenal dengan “tiga kompetensi” yaitu:

a. Kompetensi profesional, artinya bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentangsubject matter (bidang studi) yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar-mengajar.

b. Kompetensi personal, artinya bahwa guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi intensifikasi bagi subjek. Arti lebih terperinci adalah bahwa ia memiliki kepribadian yang patut diteladani seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara: “Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”.

c. Kompetensi sosial, artinya bahwa guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru, dengan kepala sekolah, dengan pegawai tata usaha, dan tidak lupa juga dengan anggota masyarakat di lingkungannya.

Atas dasar ciri-ciri dan persyaratan diatas, jelaslah jabatan profesional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu. Demikian pula dengan profesi guru, harus ditempuh melalui jenjang pendidikan pre service education seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), IKIP dan Fakultas Keguruan di luar lembaga IKIP (Usman, 1995: 15).

Dokumen terkait