• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan, sosial, dan profesional : studi kasus pada mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi dan mahasiswa FE progr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan, sosial, dan profesional : studi kasus pada mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi dan mahasiswa FE progr"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA FKIP YANG BELUM PPL II DAN YANG SUDAH PPL II, SERTA MAHASISWA NON FKIP

TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI ASPEK KESEJAHTERAAN, SOSIAL DAN PROFESIONAL

Studi Kasus Mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Ekonomi Dan Mahasiswa FE Program Studi Manajemen dan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Marina Dwi Murwati

NIM: 011334097 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2006

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan, (2) perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial, (3) perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional.

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di FKIP Prodi Pendidikan Ekonomi serta Mahasiswa FE Prodi Akuntansi dan Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan November-Desember 2005. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1265 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa FKIP Prodi Pendidikan Ekonomi angkatan 2001-2004 serta mahasiswa FE Prodi Akuntansi dan Manajemen angkatan 2001-2002. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 304 mahasiswa dari populasi diatas dengan menggunakan metodeproporsional random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah Chi-Kuadrat ( 2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan ( 2hitung 18,366 > 2tabel

15,507), (2) ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial ( 2hitung 29,2119 > 2tabel 15,507), (3) ada perbedaan persepsi antara

mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional ( 2hitung 44,4188 > 2tabel

(2)

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF THE STUDENTS AT THE FACULTY OF EDUCATION AND TEACHER TRAINING WHO HAVE AND HAVE NOT

ATTENDED THE FIELDWORK TRAINING II AND THE STUDENTS AT OTHER FACULTIES ON THE PROFESSION OF TEACHER VIEWED

FROM ITS PROSPERITY, SOCIAL AND PROFESSIONAL ASPECTS A Case Study on the Students of Economic Education Study Program,

the Faculty of Education Teacher Training and of Management and Accounting Study Program, the Faculty of Economic,

Sanata Dharma University, Yogyakarta Marina Dwi Murwati

NIM: 011334097 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2006

This study is aimed to know: (1) the different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its prosperity aspects, (2) the different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its social aspects, (3) the different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its professional aspects.

This case study is conducted in the Economic Education Study Program, the Faculty of Education and Teacher training and the Management and Accounting Study Program, the Faculty of Economic, Sanata Dharma University, Yogyakarta, in November-December 2005. The population in this study numbers 1265 students, which consist of students of Economic Education Study Program from the generation of 2001-2004 and the students of Management and Accounting Study Program from the generation of 2001-2002. This study takes 304 students out of 1265 population as its sample. The sampling method is proportional method to gather data. As for data analysis, this study applies Chi-Square ( 2) method.

The results of this study show that (1) there is different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its prosperity aspects ( 2count 18,366 > 2table 15,507), (2) there

(3)

other faculties on the profession of teacher viewed from its social aspects ( 2count

29,2119 > 2table 15,507), (3) there is different perception between the students at the

(4)

PERSEPSI MAHASISWA FKIP YANG BELUM PPL II DAN YANG SUDAH PPL II, SERTA MAHASISWA NON FKIP

TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI ASPEK KESEJAHTERAAN, SOSIAL DAN PROFESIONAL

Studi Kasus Mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Ekonomi Dan Mahasiswa FE Program Studi Manajemen dan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh : Marina Dwi Murwati

NIM: 011334097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

SI(RIPSI

PERSEPfII MAHA,SISWATKIP VANG BELTTM-PPL U I}AN

yANc suDAIr-PPi

n, snnrl MAuAsrswA

NoN x'KrP

TERtrADAP

pniiru3i cunu IlrrINJAu DAru AsPEK

rcrsn:nrrin"'rnt' sosnl, DAIit

PRorEsroNAL

Stuei t<rru$Urlol,*t nflP

p*eot Studi Pendiditen

Ekonomi

Drn ltflrhrsbwr ffi;il;;

sddi Manrfeme-n

den Akuntansi

Universihs Suott" Dhermr Yogplertr

Pembimbhg I

S. Widanarto Prijowunt*o, S.Pd" M'Si Oleh: Marina Dryi ltlumrti

IrilM:01l3&$F7

Telrh disetuiui oleh:

Tanggal 27 SePtember 2006

Tangeal 16Oldober2006

(6)

Ketua

Selostaris

Anggota

Anggota

Anggota

SKRIPTII

PERSEPSI MAHASISWA II(IP YANG BELTJM PPL II DAI\I YANG SUrlAIr PPL II, SERTA MAITASISWA NON FKIP

TERHADAP PROFESI GT]RU I'ITINJAU DARI ASPEK KI:SB'AHTNRAAIY, SOSHL IDAT{ PITOFESIONAL Studi Krsus Mehesissr FKIP Prcgrem Studi Pendidlken Ekonomi

Ilrn Mrhmbwa XE Prugrem StudiMenaiemcn dan Akunhnsi Universitru Srnetr Dhernr Yograkrrtr

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Merine llwi Mutteti NIM:01l33dllYt

Telatr dipertahankan di depan pmitia p€nguji Pada tanggat i0 November 2006 dan dinyatakan rclah memenuhi qyanrt

Susunan Panitia Penguji

Nama Lerrgkap

Drs. Sutarjo Adistisiio J.R.

S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si

S. Widurarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si

Drs. Bambang Putnonno, S.8., M.Si.

Drs. F)L Muhadi, M.Pd.

YoSyakart& 10 November 2fi)6

[akultas Keguruan dan llmu P€ndidilon Sanata Dharma

nl

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Janganlah berhent i unt uk selalu belajar

dari kehidupan,dari segala hal

yang t elah, sedang dan akan menyapamu

(Agung W eebe)

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 November 2006

Penulis

(9)

vi

ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA FKIP YANG BELUM PPL II DAN YANG SUDAH PPL II, SERTA MAHASISWA NON FKIP

TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI ASPEK KESEJAHTERAAN, SOSIAL DAN PROFESIONAL

Studi Kasus Mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Ekonomi Dan Mahasiswa FE Program Studi Manajemen dan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Marina Dwi Murwati

NIM: 011334097 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2006

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan, (2) perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial, (3) perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional.

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di FKIP Prodi Pendidikan Ekonomi serta Mahasiswa FE Prodi Akuntansi dan Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan November-Desember 2005. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1265 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa FKIP Prodi Pendidikan Ekonomi angkatan 2001-2004 serta mahasiswa FE Prodi Akuntansi dan Manajemen angkatan 2001-2002. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 304 mahasiswa dari populasi diatas dengan menggunakan metodeproporsional random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah Chi-Kuadrat ( 2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan ( 2hitung 18,366 > 2tabel

15,507), (2) ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial ( 2hitung 29,2119 > 2tabel 15,507), (3) ada perbedaan persepsi antara

mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional ( 2hitung 44,4188 > 2tabel

(10)

vii

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF THE STUDENTS AT THE FACULTY OF EDUCATION AND TEACHER TRAINING WHO HAVE AND HAVE NOT

ATTENDED THE FIELDWORK TRAINING II AND THE STUDENTS AT OTHER FACULTIES ON THE PROFESSION OF TEACHER VIEWED

FROM ITS PROSPERITY, SOCIAL AND PROFESSIONAL ASPECTS A Case Study on the students of Economic Education study Program, The Faculty of Education Teacher Training and of Management and

Accounting Study Program of Economic, Sanata Dharma University, Yogyakarta

Marina Dwi Murwati NIM: 011334097 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2006

This study is aimed to know: (1) the different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its prosperity aspects, (2) the different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its social aspects, (3) the different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its professional aspects.

This case study is conducted in the Economic Education Study Program, the Faculty of Education and Teacher training and the Management and Accounting Study Program, the Faculty of Economic, Sanata Dharma University, Yogyakarta, in November-December 2005. The population in this study numbers 1265 students, which consist of students of Economic Education Study Program from the generation of 2001-2004 and the students of Management and Accounting Study Program from the generation of 2001-2002. This study takes 304 students out of 1265 population as its sample. The sampling method is proportional method to gather data. As for data analysis, this study applies Chi-Square ( 2) method.

The results of this study show that (1) there is different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its prosperity aspects ( 2count 18,366 > 2table 15,507), (2) there

(11)

viii

training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its social aspects ( 2count

29,2119 > 2table 15,507), (3) there is different perception between the students at the

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas berkat dan karunia Allah Bapa sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Persepsi Mahasiswa FKIP yang

belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta Mahasiswa non FKIP terhadap Profesi

Guru ditinjau dari Aspek Kesejahteraan, Sosial dan Profesional”. Studi kasus

Mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Mahasiswa FE Program

Studi Manajemen dan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2006.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan sesuai program studi yang ditempuh di

Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat

dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi

(13)

x

Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya, memberi saran dan

pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai.

4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si., selaku dosen Pembimbing II yang

memberi saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini

sampai dengan selesai.

5. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., yang telah memberikan bantuan, saran dan

pengarahan kepada penulis.

6. Guru-guruku di TK-SD St. Theresia I, SD Robert, SMPN 5, SMK Tunas Karya

Pangkalpinang-Bangka, seluruh Dosen di USD khususnya Prodi PAk yang telah

memberikan bimbingannya, terima kasih.

7. Bapak, ibu, kakak dan adikku tercinta, serta seluruh keluargaku yang telah

memberikan dukungan baik moril maupun materiil.

8. Teman2-ku serantau m’ Eva, mas teguh, m’ Ririn, m’ Yeni, Kaka, Onggo, Eka,

Wisnu, Santi (kangen wo ngumpul kayak dulu agik). Teman2 kostku di Kuwera (m’ Cici, m’ Lani, m’ Dewi, m’ Pei), di STM Pembangunan (m’ Reta, m’ Eva,

m’ Elok, Olla, Kris, Ajeng, Betty, Eko), dan tentu saja di Bromo 2C (m’ Menik,

m’ Nana, Teteh, Puji, Agus, Dian, Ami). Terima kasih atas hari-hari penuh warna

yang pernah kita lalui bersama.

9. Teman-temanku Arum, Dita, Icha, Lina, Yuli, ma kasih ya atas kebersamaan

(14)

xi

10. Teman-temanku Sr. Columba, Ria, mas Ari franky (makasih bantuannya ya),

mas Ari Wibowo, mas Ari, Wiwik, Hexa, Nila, Liza, Deta, Pipit, Silvi, Kompos

(yang semangat ya), m’ Atik 99,m’ Atik 00 m’ Pipit, Nita, Maria, Benny +

Romo (makasih atas bantuannya nyebarin kuesioner), terima kasih atas keceriaan

dan dorongannya selama ini.

11. Teman-teman PAK B+A+C ‘01, ‘00, ‘99, ‘02, ‘03 dan teman-teman PDU ‘01,

terima kasih telah memberi warna selama kuliah, teruslah berusaha meraih

citamu.

12. Teman-teman BEM-FKIP (mas Ino, Hening, Adven, Rere, Dedy, Agung, pak

Kus, dll), Insadha 03-04, Infak 03 dan 04, dan juga untuk LSR (Romo Budi,

mbak Sophie, mas Win, mas Basskoro) marina memperoleh pengalaman yang

berharga di sana.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

banyak.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari

sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena

itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Yogyakarta, 10 November 2006

(15)

xii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi ... 7

1. Pengertian Persepsi ... 7

(16)

xiii

B. Profesi Guru ... 9

1. Pengertian Profesi... 9

2. Pengertian Guru ... 13

C. Persepsi Mahasiswa... 21

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa terhadap profesi guru ... 22

1. Aspek Kesejahteraan... 22

2. Aspek Sosial ... 23

3. Aspek Profesionalisme... 23

E. Kerangka Berpikir ... 24

F. Hipotesis ... 25

BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data... 28

E. Variabel Penelitian dan pengukurannya ... 29

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 30

G. Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 33

H. Rumusan Hipotesis dan Pengujian Hipotesis ... 36

(17)

xiv

A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 41

B. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan USD ... 45

C. Prodi Pendidikan Ekonomi (PE) ... 46

D. Program dan Fasilitas Pendukung untuk Kesejahteraan Mahasiswa ... 50

E. Jumlah Mahasiswa, Dosen dan Karyawan ... 53

F. Pejabat Struktural Universitas Sanata Dharma ... 55

G. Bagan Struktur Organisasi FKIP... 59

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 60

B. Uji Prasyarat... 64

C. Pengujian Hipotesis ... 66

D. Pembahasan... 79

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Keterbatasan Penelitian ... 86

C. Saran ... 87

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Indikator instrumen penelitian, factor-faktor yang mempengaruhi pilihan

persepsi mahasiswa terhadap profesi guru ... 30

Tabel 2 Hasil Perhitungan Uji Validitas ... 32

Tabel 3 Perbandingan Jumlah Mahasiswa... 35

Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Tiga Tahun Terakhir ... 53

Tabel 5 Jumlah Tenaga Pengajar Tetap... 54

Tabel 6 Karakteristik Responden dilihat dari Fakultas ... 60

Tabel 7 Deskripsi Variabel Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Kesejahteraan ... 61

Tabel 8 Deskripsi Variabel Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Sosial 62 Tabel 9 Deskripsi Variabel Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Profesional... 63

Tabel 10 Tes Homogenitas Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Kesejahteraan ... 64

Tabel 11 Tes Homogenitas Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Sosial . 65 Tabel 12 Tes Homogenitas Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Profesional... 65

(19)

xvi

Tabel 14 Analisis perbedaan persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang

sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap Profesi Guru ditinjau

dari aspek sosial... 71

Tabel 15 Analisis perbedaan persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang

sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap Profesi Guru ditinjau

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Instrumen Penelitian (Kuesioner) ... 89

Lampiran II Hasil Uji Validitas, Reliabilitas Kuesioner, Uji Normalitas dan homogenitas Data... 92

Lampiran III Data Primer ... 97

Lampiran IV Kategori Kecenderungan Variabel... 108

Lampiran V Kriteria Interpretasi terhadap Koefisien Kontingensi ... 112

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kunci keberhasilan pembangunan suatu negara adalah kualitas sumber

daya manusia yang meliputi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Dalam hal ini pendidikan menduduki peranan yang penting. Pendidikan

dipandang sebagai persiapan untuk kehidupan yang lebih baik dikemudian

hari. Guru sebagai pendidik atau pengajar merupakan salah satu komponen

penting dalam kesuksesan setiap usaha pendidikan. Guru atau tenaga pendidik

meliputi tenaga pembimbing, tenaga pengajar dan tenaga pelatih, yang

semuanya itu membantu peserta didik untuk mencapai tujuan

perkembangannya (Samana, 1994: 12).

Pada jaman pra dan pasca kemerdekaan sebelum era globalisasi

informasi, profesi dan posisi guru tinggi dan dihormati seperti priyayi, dan

posisi guru juga sangat tinggi dan dihormati di mata masyarakat (Syah, 1995:

221). Terbatasnya jumlah guru pada jaman dahulu menyebabkan kedudukan

guru di negara kita sangatlah terhormat, secara ekonomis penghasilan guru

cukup memadai dan secara psikologis harga diri dan wibawa mereka juga

(23)

Namun citra guru di mata masyarakat atau di negara kita berubah dari

waktu ke waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan

aspirasi (penilaian serta penghargaan) warga masyarakat terhadap jabatan

guru, unjuk kerja para guru yang telah berkarya (performance), dan adanya perubahan persyaratan guru sebagai dampak kemajuan ilmu serta teknologi

(era profesionalisasi dan spesialisasi) (Samana, 1994: 13). Ada pernyataan

yang menyatakan bahwa “guru miskin harta tapi kaya jasa” (Arikunto, 1980:

228). Syah (1995: 221) dengan sebuah analogi menyatakan bahwa penghasilan

guru hanya minim, cukup untuk mempertahankan kepulan asap dapur.

Sebagian orang berpandangan bahwa profesi guru tidak menjanjikan baik

secara ekonomis maupun secara gengsi. Bahkan kitapun sering mendengar

perkataan “mau kaya jangan jadi guru” atau “jadi guru banyak kerja tapi

penghasilan sedikit”. Dari kenyataan-kenyataan tersebut tidak heran jika

banyak generasi muda lebih berminat pada profesi dokter, insinyur, akuntan

dan lain sebagainya dibandingkan peminat menjadi guru.

Dari uraian di atas tampak adanya pengeseran terhadap profesi guru,

dari persepsi guru seperti “priyayi” sampai dengan persepsi guru merupakan

profesi yang tidak menarik. Mungkin karena faktor inilah maka profesi guru

menjadi tidak menarik bagi generasi muda, bahkan alumni yang memiliki latar

belakang disiplin ilmu keguruan banyak yang tidak berminat menjadi guru.

Hal nyata yang dapat kita lihat dari pengeseran persepsi ini nampak pada

(24)

Kedokteran, Fakultas Tehnik dan yang lainnya dibandingkan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Ini menandakan bahwa generasi muda lebih berminat untuk

melanjutkan pendidikannya ke fakultas yang lebih bergengsi dibandingkan

dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, bahkan FKIP akan menjadi

pilihan terakhir apabila pilihan pertama atau keduanya tidak lulus. Disini yang

menjadi pertanyaan besar bagaimana dengan mahasiswa FKIP sendiri saat ini?

Bagaimana persepsi mahasiswa FKIP dan non FKIP terhadap profesi guru?

Mahasiswa FKIP dididik dan disiapkan untuk menjadi guru yang

profesional. Pendidikan yang diberikan pada mahasiswa FKIP mulai dari

keahlian khusus tentang dunia sekolah, siswa, hingga keahlian bidang studi.

Untuk mempersiapkan mahasiswa sehingga benar-benar matang untuk terjun

kedunia pendidikan membutuhkan waktu yang tidak sedikit Selain itu

mahasiswa juga dibekali praktik pengalaman lapangan yakni praktik langsung

di sekolah selama ± 1 semester (Noviyanti, 2004: 14). Tentunya hal ini dapat

menimbulkan perbedaan persepsi, baik yang positif maupun negatif antara

mahasiswa FKIP yang belum PPL 2 dan yang sudah PPL 2 terhadap profesi

guru.

Mahasiswa non FKIP tidak dididik untuk menjadi guru. Persepsi

mahasiswa terhadap profesi guru adalah proses pemahaman, menerima,

mengorganisasikan dan menginterpretasikan profesi guru melalui panca indra

(25)

Dari hal-hal di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui secara

nyata dan jelas bagaimana sebenarnya persepsi mahasiswa FKIP dan non

FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap profesi guru. Sebab dari persepsi

mahasiswa FKIP dan non FKIP, baik yang positif maupun negatif terhadap

profesi guru akan berpengaruh pada diri mahasiswa FKIP sebagai calon guru

yang akan membangkitkan atau justru melemahkan tugasnya dalam dunia

pendidikan. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Persepsi Mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta Mahasiswa Non FKIP terhadap Profesi Guru di tinjau dari Aspek Kesejahteraan, Sosial dan Profesional”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum

PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap

profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan?

2. Apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum

PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap

(26)

3. Apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum

PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap

profesi guru ditinjau dari aspek profesional?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa

FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa

non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa

FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non

FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa

FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non

FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Program Studi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi

program studi–program studi FKIP di Universitas Sanata Dharma

(27)

sehingga minat mahasiswa atau masyarakat luas terhadap profesi

guru semakin meningkat.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk

menciptakan suasana kompetitif yang sehat antara Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan non FKIP Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini penulis memperoleh tambahan wawasan,

pengalaman dan pengetahuan dalam mempraktekkan ilmu dan teori

(28)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi Mahasiswa

1. Pengertian Persepsi

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh

setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik

lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman

(Thoha, 1988: 138). Menurut Rakmanto persepsi adalah pengalaman

tentang obyek, peristiwa atau hasil hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan perasaan (dalam

Rakmanto, 1985: 64).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan

yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat reseptornya (Walgito, 1994: 53). Menurut Davidof

melalui stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi.

Persepsi adalah proses mengorganisasikan, menginterpretasikan sehingga

individu mengerti tentang apa yang diinderakan ( 1981, Walgito, 1994:

64).

Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, sejak itu secara langsung ia

(29)

stimulus atau rangsang dari luar di samping dari dalam dirinya sendiri.

Ia merasa kedinginan, sakit dan sebagainya, kesan tersebut diperoleh dari

lingkungannya, merupakan hasil dari proses persepsi. Karena persepsi

merupakan proses memahami dunianya. Setelah manusia menginderakan

objek di lingkungannya, ia memproses hasil penginderaannya itu, dan

timbullah makna tentang obyek itu pada diri manusia yang bersangkutan

(Sarwono, 1992: 47).

Dari pengertian persepsi diatas dapat disimpulkan bahwa,

persepsi mahasiswa adalah pandangan mahasiswa tentang suatu obyek

(dalam hal ini adalah profesi guru) yang diperoleh dengan

mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi, sehingga mahasiswa

tersebut dapat mengerti tentang apa yang diinderakan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi

Persepsi terhadap suatu stimulus mungkin berbeda antara satu

individu dengan individu lainnya, walaupun stimulus itu sama dan

disampaikan oleh orang yang sama. Hal ini dapat terjadi karena

tergantung dari individu, apa yang hendak dipersepsi/bagaimana sesuatu

yang akan dipersepsi tersebut diorganisasikan dan diinterpretasikan,

tetapi hal ini tidak berarti persepsi orang satu dengan lainnya tidak

mungkin terjadi kesamaan. Hal ini lebih banyak tergantung proses di

(30)

Persepsi yang terbentuk sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh

tiga faktor, yaitu (Mulyadi, 1989: 234-235):

a. Orang yang membentuk persepsi itu sendiri

Kondisi intern atau karakteristik pribadi, sangat menentukan persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam kategori kondisi intern ini antara lain: kebutuhan, kelelahan, kecemasan, sikap, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu, dan kepribadian.

b. Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu

Obyek yang diamati (benda, orang, peristiwa, proses, dan lain-lain) ikut juga menentukan persepsi yang dibentuk oleh seseorang. Masing-masing obyek tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Kecuali itu setiap obyek juga memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Karakteristik yang dianggap paling menonjol oleh seseorang biasanya paling menentukan persepsi yang dibentuk. Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi terdapat seorang anggota yang penampilannya sangat mengesankan. Cara berpakaiannya selalu rapi, sopan, rajin, ramah, dan mudah bergaul terhadap anggota yang memiliki karakteristik seperti itu, anggota lain umumnya segera membentuk persepsi positif terhadapnya.

c. Situasi di mana pembentukan persepsi itu terjadi

Situasi saat terjadinya pembentukan persepsi juga berpengaruh terhadap persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam pengertian situasi ini antara lain: tempat, waktu, suasana (sedih, gembira), dan lain-lain.

B. Profesi Guru

1. Pengertian Profesi

Kata “profesional” berasal dari kata sifat yang berarti “pencaharian”

dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian

seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan

yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan

oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan

(31)

lain Sudjana (1974, dalam Usman 1995). Menurut Dr. Sikun Pribadi

profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji

terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan

atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil

untuk menjabat pekerjaan itu (Hamalik, 2003: 2). Sedangkan menurut

Nugroho profesi bukan sekedar pekerjaan atau vocation melainkan suatu

vokasi khusus yang mempunyai ciri-ciri keahlian (expertise), tanggung jawab (responsibility), dan rasa kesejawatan (corporateness) (1982, Idris dan Jamal, 1992: 43).

Ciri-ciri profesi menurut Supriadi (1998: 96-97) sebagai berikut:

a. Pekerjaan itu mempunyai fungsi signifikan sosial karena diperlukan

mengabdi pada masyarakat,

b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat

pendidikan dan latihan yang “lama” dan “intensif” serta dilakukan

dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat

dipertanggungjawabkan (Accountable),

c. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu (A sysmatic body of knowledge) bukan sekedar serpihan atau hanyacommonsense,

d. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta

sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode etik,

(32)

Sedangkan ciri-ciri profesi menurut Gibson (1965, dalam Arikunto

1980: 236):

a. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi,

b. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah tehnik dan prosedur yang unik,

c. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematik sebelum orang mampu melaksanakan suatu pekerjaan profesional,

d. Dimilikinya organisasi profesional yang di samping melindungi kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi tidak saja menjaga, akan tetapi sekaligus selalu berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk tindak-tindak etis profesional kepada anggotanya.

Berdasarkan ciri-ciri profesi yang ke empat yaitu adanya organisasi

profesi yang merupakan suatu wadah tempat para anggota profesional

tersebut menggabungkan diri dan mendapat perlindungan. Maka di

Indonesia organisasi profesional bidang kependidikan yang sudah ada

antara lain, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Sarjana

Administrasi Pendidikan Indonesia (ISAPI), dan Ikatan Petugas

Bimbingan Indonesia (IPBI) (Idris, 1992: 43).

Adapun mengenai PGRI berfungsi sebagai berikut:

a. Menyatukan seluruh kekuatan guru dalam satu wadah b. Mengusahakan adanya kesatuan langkah dan tindakan c. Melindungi kepentingan anggota-anggotanya

d. Mengawasi kemampuan anggota-anggotanya dengan selalu mengiatkan kemampuannya

e. Menyiapkan program-program peningkatan kemampuan anggota f. Menyiapkan fasilitas penerbitan dan bacaan lainnya dalam rangka

(33)

g. Mengambil tindakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran, dan kemudian melakukan pembinaan (Depdikbud, 1983 dalam Idris dan Jamal, 1992: 43)

Untuk mengatur keseluruhan tingkah laku dan sikap anggota,

organisasi profesional harus mempunyai kode etik profesioanl. Dengan

kata lain, kode etik itu merupakan ukuran nilai bagi para anggotanya

untuk bertingkah laku dan bersikap dalam melaksanakan kegiatan

pelayanan kepada masyarakat. Berikut ini kode etik yang dikutip dari

Landasan dan Pedoman Organisasi PGRI Penerbitan Khusus PGRI No.

15/ 1979:

Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari pendidikan

merupakan suatu bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

bangsa dan Tanah Air, kemanusiaan pada umumnya; dan guru Indonesia

yang berjiwa Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 merasa turut

bertanggungjawab pada terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia, 17 Agustus 1945. Atas dasar itu, guru Indonesia terpanggil

untuk menunaikan karyanya sebagai guru dengan mempedomani isi

pernyataan berikut ini (Idris dan Jamal, 1992: 44):

a. Guru berbakti membimbing peserta didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik masing-masing.

(34)

d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan peserta didik.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

f. Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya.

g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.

h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdian.

2. Pengertian Guru

Dalam kamus bahasa Indonesia (1976) guru diartikan sebagai

seseorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Guru

merupakan profesi atau jabatan/pekerjaan yang memerlukan keahlian

khusus sebagai guru (Usman, 1995: 6). Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan

oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau

pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam

bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru

diperlukan syarat-syarat khusus yang dibina dan dikembangkan melalui

masa pendidikan tertentu. Sedangkan menurut Masidjo (1992: 10), guru

adalah seorang pekerja profesional yang diberi tugas, wewenang dan

tanggung jawab oleh atasan yang berwenang untuk melaksanakan

pendidikan di sekolah khususnya dalam kegiatan PBM dan kegiatan

(35)

di atas tampak bahwa ke-3nya sama-sama menunjuk bahwa guru

merupakan pekerjaan.

Menurut Samana (1994: 11), guru atau tenaga pendidik yang

dikutipnya dari PP No. 38/ 1992, Bab I, Pasal I, ayat I adalah warga

masyarakat yang mengabdikan diri secara langsung dalam

penyelenggaraan lembaga pendidikan tertentu. Dengan demikian guru

merupakan tenaga pendidik yang bekerja di lembaga pendidikan.

Sedangkan pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki

kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia

mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan

maksimal (Usman, 1995: 15).

Adapun persyaratan khusus profesi (guru) yang dikemukakan oleh

Drs. Moh. Ali (1985, dalam Usman 1995: 15) antara lain sebagai berikut:

a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dari teori

ilmu pengetahuan yang mendalam.

b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan

bidang profesinya.

c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan

yang dilaksanakannya.

(36)

Selain persyaratan tersebut, masih ada persyaratan yang harus

dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi

(Usman, 1995: 15) antara lain:

a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya.

b. Memiliki klien/obyek layanan yang tetap, seperti dokter dengan

pasiennya, guru dengan muridnya.

c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di

masyarakat.

Untuk melaksanakan tugas secara bertanggung jawab, seorang guru

wajib memiliki berbagai kemampuan dasar keguruan. Kemampuan dasar

keguruan yang dimaksud meliputi kemampuan dasar personal-sosial dan

kemampuan dasar profesional (Masidjo, 1992: 10), sebagai berikut:

a. Kemampuan Dasar Personal-Sosial

Kurikulum Pendidikan Tenaga Kependidikan Program Studi Strata Satu (Depdikbud, Dikti, 1991/1992) menyebutkan beberapa kemampuan dasar personal-sosial yang harus dimiliki seorang guru yang meliputi:

1) Kemampuan beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) Kemampuan berperan dalam masyarakat sebagai warga negara

yang berjiwa Pancasila;

3) Kemampuan berpikir mandiri dan mampu mengungkapkan dalam bahasa yang baku;

4) Kemampuan mengembangkan sifat-sifat pribadi yang terpuji yang disyaratkan bagi jabatan guru-pendidik.

5) Kemampuan untuk memahami kemampuan dan keterbatasan dirinya di dalam pelaksanaan tugas-tugas profesionalnya;

(37)

7) Kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan dengan mengamalkan bidang studi dan ketrampilannya.

b. Kemampuan Dasar Profesional

Kemampuan dasar profesional yang harus dimiliki seorang guru meliputi 10 hal (Darji Darmodiharjo, 1980, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

1) Penguasaan bahan pelajaran sehingga dapat menjadi infomator yang merupakan sumber informasi kegiatan pengajaran.

2) Pengelolaan program belajar mengajar dari setiap mata pelajaran yang diampunya.

3) Pengeloaan kelas sehingga memungkinkan dilaksanakan kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan kemampuan siswa.

4) Pemakaian media dan sumber belajar. 5) Pengelolaan interaksi belajar mengajar.

6) Penguasaan landasan-landasan kependidikan yang tampak dalam perannya sebagai pribadi dan pendidik dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar.

7) Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan konseling di sekolah.

8) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah baik sebagai proses maupun sebagai bidang garapan.

9) Pemahaman prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

10) Penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

11) Agar hasil belajar benar-benar mencerminkan prestasi belajar yang sesungguhnya, seorang guru harus mampu melaksanakan kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa secara bertanggung jawab. Dengan demikian seorang guru memperoleh umpan balik yang berharga untuk pengembangan pengajarannya.

Guru sebagai pendidik memiliki tugas-tugas tertentu yang berbeda

dengan profesi yang lain. Menurut Samana (1994: 12) tugas pendidik

sebagai berikut:

a. Tenaga pembimbing (petugas bimbingan konseling sekolah) adalah

(38)

didik (klien) agar mengenali dirinya termasuk kemampuan potensinya

dan mengetahui perkembangan dirinya.

b. Tenaga pengajar adalah tenaga kependidikan yang tugas utamanya

menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik, baik yang

bersifat akademis, semi akademis, maupun yang bersifat keterampilan.

c. Tenaga pelatih/instruktur latihan keterampilan adalah tenaga

kependidikan yang secara bertahap serta sistematis melatih peserta

didik untuk menguasai keterampilan tertentu yang menjadi sasaran

pelajaran.

Sedangkan tugas guru menurut Usman (1995: 6) dibagi menjadi

tiga, yakni:

a. Tugas guru dalam bidang profesi

Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan

keahlian khusus sebagai guru. Tugas ini tidak dapat dilakukan oleh

sembarang orang di luar kependidikan. Tugas guru sebagai profesi

meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan

dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan

dan mengembangkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan melatih merupakan kegiatan mengembangkan

(39)

b. Tugas dalam bidang kemanusiaan

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat

menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.

c. Tugas dalam bidang kemasyarakatan

Tugas di dalam masyarakat, tugas guru memberi teladan atau contoh.

Dimana dalam lingkungan masyarakat, guru diharapkan dapat

membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat

sekitarnya.

Sedangkan peranan guru yang dikemukakan oleh Adams dan

Dickey, meliputi (Hamalik, 2003: 123):

a. Guru sebagai pengajar

Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas). Guru menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain itu guru juga berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya.

Untuk mencapai tujuan-tujuan itu maka guru perlu memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang akan menjadi tanggungjawabnya dan menguasai dengan baik metode dan tehnik mengajar.

b. Guru sebagai pembimbing

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, dan kesulitan lainnya.

c. Guru sebagai pemimpin

(40)

menciptakan lingkungan belajar yang serasi, menyenangkan, dan merangsang dorongan belajar para anggota kelas.

d. Guru sebagai ilmuwan

Guru dipandang sebagai orang yang berpengetahuan. Berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada murid, guru berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus- menerus memupuk pengetahuan yang dimilikinya

e. Guru sebagai pribadi

Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh murid-muridnya, oleh orang tua, dan oleh masyarakat. Sifat-sifat ini sangat diperlukan agar ia dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.

f. Guru sebagai penghubung

Sekolah berdiri di antara dua lapangan, di satu pihak mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus-menerus berkembang, di lain pihak ia bertugas menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, dan tuntutan masyarakat. Di antara kedua lapangan inilah sekolah memegang peranannya sebagai penghubung di mana guru berfungsi sebagai pelaksana.

g. Guru sebagai pembaharu

Pembaharuan dalam masyarakat terjadi berkat masuknya pengaruh ilmu dan teknologi modern, yang datang dari negara-negara berkembang. Masuknya pengaruh-pengaruh itu, ada yang secara langsung ke dalam masyarakat dan ada yang melalui lembaga pendidikan (sekolah). Guru memegang peranan sebagai pembaharu, karena melalui kegiatan guru menyampaikan ilmu dan teknologi h. Guru sebagai pembangunan

(41)

Di samping tugas-tugas dan peranan guru tersebut, karakteristik

kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru (Syah, 1995: 227-230)

antara lain:

a. Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan

berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai

dalam situasi tertentu.

b. Keterbukaan psikologis kepribadian merupakan dasar kompetensi

profesional (kemampuan dan wewenang melaksanakan tugas)

keguruan yang harus di pilih oleh setiap guru.

Prof. Dr. Tjokorde Raka Joni dan tim Proyek Pengembangan

Pendidikan Guru/PTG (dalam Arikunto, 1980: 238-239) berhasil

merumuskan tiga kemampuan penting yang harus dimiliki oleh seorang

guru profesional. Ketiga kemampuan tersebut dikenal dengan “tiga

kompetensi” yaitu:

a. Kompetensi profesional, artinya bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentangsubject matter (bidang studi) yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar-mengajar.

b. Kompetensi personal, artinya bahwa guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi intensifikasi bagi subjek. Arti lebih terperinci adalah bahwa ia memiliki kepribadian yang patut diteladani seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara: “Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”.

(42)

Atas dasar ciri-ciri dan persyaratan diatas, jelaslah jabatan profesional

harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan

jabatan itu. Demikian pula dengan profesi guru, harus ditempuh melalui

jenjang pendidikan pre service education seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), IKIP dan Fakultas Keguruan di luar lembaga IKIP (Usman,

1995: 15).

C. Persepsi Mahasiswa

Seorang guru harus memiliki kecakapan, keterampilan, serta

pengelolaan kelas yang baik. Dengan kecakapan, keterampilan serta

penguasaan dari guru yang baik, maka tujuan pembelajaran atau tujuan

instruksional akan dapat tercapai.

Mahasiswa FKIP dididik dan disiapkan untuk menjadi guru yang

profesional. Pendidikan yang diberikan pada mahasiswa FKIP mulai dari

keahlian khusus tentang dunia sekolah, siswa, hingga keahlian bidang studi.

Tidak hanya membutuhkan waktu yang sedikit untuk mempersiapkan

mahasiswanya sehingga benar-benar matang untuk terjun kedunia pendidikan.

Selain itu mahasiswa juga dibekali praktik pengalaman lapangan yakni praktik

langsung di sekolah selama ± 1 semester (Noviyanti, 2004: 14).

Mahasiswa non FKIP tidak dididik untuk menjadi guru. Persepsi

mahasiswa terhadap profesi guru adalah proses pemahaman, menerima,

(43)

mahasiswa. Apakah persepsi tersebut positif ataupun negatif? Dari persepsi ini

akan menimbulkan reaksi mahasiswa (Noviyanti, 2004: 15).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap profesi guru

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap profesi

guru, antara lain aspek kesejahteraan, aspek sosial, aspek profesionalisme.

1. Aspek kesejahteraan

Masalah kesejahteraan tidak pernah lepas dari seorang guru, apalagi

di Indonesia. Meskipun kesejahteraan guru bukan satu-satunya penentu

kehormatan dan martabat guru. Kesejahteraan merupakan tema sentral

dalam banyak pembicaraan mengenai profesi guru selama ini. Profesi dan

status guru dilihat dari pendapatannya, memang bukan suatu pekerjaan

yang menjanjikan.

Kita mengakui gaji dan tunjangan yang diperoleh guru masih

minim dibandingkan dengan profesi lain seperti hakim, jaksa, dokter,

dosen dan lain sebagainya. Sementara kesempatan untuk mencari

penghasilan tambahan di luar pekerjaan pokoknya tidak banyak, masih

ada guru SD yang menerima honor Rp 94.000,- per bulan. Lebih kecil

dari UMR buruh di Jakarta yang mencapai angka Rp 320.000,- per bulan

(Suroso, 2002: 51). Bahkan seorang guru SD yang telah bekerja selama

(44)

pengeluaran seorang guru dengan istri dan tiga anak tidak kurang dari Rp

700.000,- (Suroso, 2002: 67).

2. Aspek sosial

Status sosial guru berkaitan dengan profesi guru itu sendiri dan

penghargaan masyarakat terhadap wibawa guru. Menurut Supriadi (1998:

68) makin tinggi tingkat sekolah tempat guru mengajar, makin baik status

sosial keluarganya. Secara umum status sosial keluarga guru SLTA

umumnya lebih baik daripada asal keluarga guru SLTP dan SD. Hal ini

dapat dipahami karena untuk menjadi guru pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi dituntut tingkat pendidikan guru yang lebih tinggi pula, yang

berkaitan dengan faktor sosial keluarga disamping faktor kesejahteraan.

3. Aspek profesionalisme

Profesional menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang

menuntut keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu

profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau

disiapkan untuk itu.

Menurut jurnal Educational Leadership edisi Maret 1993 (Supriadi, 1998: 98) guru sebagai pekerja profesional mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.

b. Guru menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang

(45)

c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui

berbagai tehnik evaluasi melalui cara pengamatan dalam perilaku

siswa sampai tes hasil belajar.

d. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan

belajar dari pengalaman.

e. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat, belajar dari

lingkungan profesinya.

E. Kerangka Berpikir

Persepsi mahasiswa terhadap profesi guru tentunya berbeda-beda.

Dalam hal ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap

profesi guru. Faktor yang pertama yaitu faktor kesejahteraan, setiap orang

dalam menilai suatu pekerjaan selalu melihat pada gaji dan tunjangan yang

diterima apabila bekerja pada pekerjaan tertentu, termasuk profesi guru. Akan

tetapi bila melihat fakta yang ada saat ini, kesejahteraan yang diperoleh guru

masih sangat minim.

Faktor kedua yaitu aspek sosial. Status sosial guru berkaitan dengan

profesi guru itu sendiri dan penghargaan masyarakat terhadap profesi guru.

Prestise dan status sosial guru sebagai profesi dipandang baik oleh masyarakat

jika guru dapat menunjukkan martabat dan budi pekerti yang baik.

Faktor ketiga yaitu aspek profesional. Aspek ini menekankan pada

(46)

yang profesional, guru harus terampil dan pakar dalam bidangnya sebagai

guru. Pakar dan terampil dalam hal ini meliputi banyak hal diantaranya, guru

harus mampu menguasai bahan materi yang akan diajarkan, mampunyai rasa

tanggung jawab terhadap tugasnya, menampilkan perilaku yang baik dan lain

sebagainya.

Tentunya ketiga aspek ini mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap

profesi guru, baik mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL

II, serta mahasiswa non FKIP.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian (Sugiyono, 2005: 82). Hipotesis yang dirumuskan untuk

masing-masing rumusan masalah sebagai berikut:

1. Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan

yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru

ditinjau dari aspek kesejahteraan.

2. Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan

yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru

ditinjau dari aspek social.

3. Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan

yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru

(47)

26

BAB III

METODA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II,

serta mahasiswa FKIP yang sudah PPL II dan mahasiswa non FKIP terhadap

profesi guru. Hasil penelitian ini tidak digeneralisasikan di luar subyek

penelitian, karena penelitian hanya berlaku pada subyek yang diteliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November tahun 2005

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan kelompok di mana peneliti akan

mengeneralisasikan hasil penelitiannya/keseluruhan anggota,

(48)

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Program Studi

Pendidikan Ekonomi angkatan 2001-2004 dan mahasiswa Fakultas

Ekonomi Program Studi Akuntansi dan Manajemen angkatan 2001-2002

yang berjumlah 1265 mahasiswa.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan untuk

memprediksi karakteristik populasi. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sampel yang bersifat representative yang memiliki

seluruh sifat populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metodeproporsional random sampling.

Untuk menentukan jumlah sampel digunakan teknik proporsional random sampling. Jumlah sampel yang diambil menggunakan tabel Krecjie dalam penelitian ini adalah 242 mahasiswa untuk yang belum

PPL II, 308 mahasiswa untuk yang sudah PPL II dan 715 mahasiswa non

FKIP. Jumlah populasi 1265, bila kesalahan 5% maka jumlah sampelnya

= 304. Jadi jumlah sampel untuk mahasiswa yang:

242

Belum PPL II = x 304 = 58 1265

308

Sudah PPL II = x 304 = 74 1265

715

(49)

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan

kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden.

Kuesioner diberikan kepada mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan

mahasiswa FKIP yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap

profesi guru maka sebagai populasi dalam penelitian ini adalah

mahasiswa FKIP program studi Pendidikan Akuntansi (PAK) dan

mahasiswa FKIP program studi Pendidikan Ekonomi Koperasi (PEK),

serta mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi dan jurusan

Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2001

sampai angkatan 2004 untuk memperoleh data mengenai persepsi

mahasiswa terhadap profesi guru.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang berdasarkan

pada pencatatan data tentang obyek yang dilakukan individu atau

lembaga. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah gambaran

umum USD (FKIP dan non FKIP) yang meliputi sejarah, struktur

organisasi, jumlah mahasiswa dan segala hal yang berhubungan dengan

(50)

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk

diamati (Sugiyono, 2005: 2). Variabel penelitian ini terdiri dari variabel

independen atau bebas dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa

FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II serta mahasiswa non

FKIP sedangkan variabel dependen atau terikatnya adalah profesi guru.

2. Pengukuran

Alat ukur/instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

berisi sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan pada responden untuk

diisi sesuai dengan keadaan responden. Peneliti menggunakan Skala

Likert untuk memberikan skor pada kuesioner. Ada 2 kategori pertanyaan

yang digunakan, yaitu pertanyaan positif dan negatif. Skor yang

digunakan untuk menilai pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

Pilihan Jawaban Positif Negatif

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3

Sangat tidak setuju 1 4

Tolok ukur yang digunakan dalam menilai faktor-faktor yang

(51)

Peneliti akan mengidentifikasikan indikator-indikator yang akan

digunakan dalam instrumen penelitian sebagai berikut:

Tabel 1

Indikator instrumen penelitian, faktor-faktor yang

mempengaruhi pilihan persepsi mahasiswa terhadap profesi guru

No Item Pertanyaan No Indikator

Positif Negatif 1. Aspek Kesejahteraan

a. Gaji

b. Tunjangan

8 1, 4, 20, 24, 26, 28 6

2. Aspek Sosial a. Prestise

b. Kesempatan melakukan kegiatan sosial

c. Interaksi dengan masyarakat d. Status social

15 22

12, 27

7, 11, 23 17 3. Aspek Profesional

a. Keahlian

b. Rasa tanggung jawab c. Kebanggaan terhadap

profesinya

3, 5, 10, 14, 16, 18 25 2

9, 19

13 21

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas

Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang

seharusnya diukur (sahih) atau tidak. Pengujian validitas dilakukan

(52)

pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor

pertanyaan. Uji validitas ini menggunakan rumus Korelasi Product Moment Person (Arikunto, 2002: 146) yaitu:

rxy =

(

)( )

(

)

[

]

[

( )

]

− −

2 2

2 2

Y Y

n X X

n

Y X XY

n

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara skor item dan skor total

X : skor masing-masing item tes Y : skor total seluruh item tes n : jumlah item pertanyaan

Pelaksanaan perhitungan uji validitas item pada penelitian ini

penulis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Kemudian mencari r tabel yaitu dengan dk=n-2 dengan taraf signifikansi 5% (dk=50-2=48, 5%), diperoleh r tabel = 0,187. Kriteria

pengujian adalah apabila r hitung > r tabel maka butir instrumen

dinyatakan valid. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka butir

instrumen tidak valid.

Berdasarkan uji validitas butir pada 50 responden terdapat 7 item

yang tidak valid yaitu butir 1, 9, 11, 13, 19, 23 & 26. Hasil perhitungan

(53)

Tabel 2

Hasil Perhitungan Uji Validitas

Item r tabel r hitung Keterangan

(54)

2. Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas yaitu ukuran yang menunjukkan kemampuan

instrumen untuk dipercaya. Untuk uji reliabilitas dengan menggunakan

rumusAlpha (Arikunto, 2002: 171) yaitu:

    

  

−      

=

2

1 2

11 1

1 σ

σ

b

k k r

Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b2 : jumlah varians butir

12 : varians total

Pengujian reliabilitas butir angket menggunakan koefisien alpha ( )

dari Cronbach dengan menggunakan komputer program SPSS 12.0.

Kemudian mencari r tabel yaitu dengan dk-2 dan = 0,05 (dk =50-2, =

0,05) maka diperoleh r tabel = 0,187. Hasil analisa menunjukkan bahwa

butir-butir pernyataan yang diuji reliabel dan handal. Hal tersebut terbukti

dengan diperolehnya r hitung = 0,815.

G. Pengujian Normalitas dan Homogenitas

1. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah setiap

variabel berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas setiap

(55)

normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 12.0. jika nilai

hitung untuk tiap-tiap variabel penelitian ini dibawah = 0,05 maka

distribusi data variabel tersebut adalah tidak normal. Jika masing-masing

variabel mempunyai nilai di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

variabel penelitian berdistribusi normal, adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut (Imam Ghozali, 2002: 36):

( )

Xi S

( )

Xi Fo

Max

D = − N

Keterangan:

D : Deviasi maksimum

Fo(Xi) : Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan SN : Distribusi frekuensi kumulatif observasi

Jika nilai F hitung > dari nilai F tabel pada taraf signifikansi 5% ( =

0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika nilai F

hitung < dari nilai F tabel maka distribusi data dikatakan normal.

2. Pengujian Homogenitas

Untuk pengujian hipotesis komparatif tiga sampel dengan

menggunakan Analisis Varian Satu Jalan (Sugiyono, 2005: 166-167).

(56)

Tabel 3

Perbandingan Jumlah Mahasiswa

No FKIP yang belum

PPL II

FKIP yang sudah

PPL II Non FKIP 1 15 …… …… …… …… …… …… n X S S2 n Xi X n i

= = 1

(

)

1 1 2 = − =

= n X Xi S n i

Selanjutnya pengujian homogenitas varians diuji dengan uji F

(57)

Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel, dengan

dk pembilang -1 dan dk penyebut -1. Apabila Fhitung < Ftabel (0.05);dk

pembilang n-1; dk penyebut n-1) , maka dapat disimpulkan bahwa varians data yang

akan dianalisis homogen dan apabila Fhitung >Ftabel (0.05);dk pembilang n-1; dk

penyebut n-1), maka dapat disimpulkan bahwa varians data yang akan

dianalisis tidak homogen sehingga perhitungan ANOVA tidak dapat dilanjutkan.

H. Rumusan Hipotesis dan Pengujian Hipotesis

1. Rumusan Hipotesis

Dalam perumusan hipotesis, antara harapan nol dan alternatif selalu

berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain pasti diterima

sehingga dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu bila Ho ditolak pasti

alternatifnya diterima (Sugiyono, 2005: 84).

1) Ho = tidak ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang

belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non

FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan

Ha = ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum

PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP

(58)

2) Ho = tidak ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang

belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non

FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial.

Ha = ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum

PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP

terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial.

3) Ho = tidak ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang

belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non

FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional.

Ha = ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum

PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP

terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional.

2. Pengujian Hipotesis dan pengambilan kesimpulan

a. Pengujian hipotesis

Untuk menguji apakah ada perbedaan persepsi antara

mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta

mahasiswa non FKIP ditinjau dari aspek kesejahteraan, sosial dan

profesional dianalisis dengan uji F dari R.A Fisher. Adapun syarat

(59)

1. Distribusi data harus normal.

2. setiap kelompok hendaknya berasal dari populasi yang sama

dengan variasi yang sama pula (homogen).

3. pengambilan sampel dilakukan secara random (acak).

Apabila ke tiga syarat diatas tidak terpenuhi, maka uji F (Anova) tidak

dapat dilakukan, dalam hal ini pengujian hipotesis akan dilakukan

dengan menggunakan uji non parametik Chi-Kuadrat dengan rumus

(Sugiyono, 2005: 104) adalah sebagai berikut:

(

)

2

1

2

=

− = k

i h

h o

f f f χ

Keterangan:

2

: Chi-Kuadrat

fo : frekuensi yang di observasi

fh : frekuensi yang di harapkan

Langkah-langkah uji F (Anova) dari R.A Fisher (Djarwanto

Sp, 2001: 160) adalah sebagai berikut:

1) Menyusun dan menjumlahkan skor dari setiap jawaban responden.

2) Menentukan nilai kritis dengan taraf signifikansi (level significance) = 0,05

3) Menyusun skor dan mean untuk masing-masing aspek dari setiap

responden.

(60)

k N nj T X k N T n T F n i k j k j j ij k j j j − − − − =

∑∑

= = = =

1 1 1

2 2 1 2 2 1 Keterangan:

Xij : nilai individu ke I dari sampel j.

k : banyaknya sampel (sampel 1, sampel 2,…..,sampel k) nj : banyaknya individu (ukuran) sampel j.

Tj : jumlah semua nilai individu dari sampel j.

T : T1+T2+T3

N : banyaknya semua sampel

b. Pengambilan kesimpulan

1) Hipotesis 1

Terima Ho, jika Fhitung < Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1), tidak ada perbedaan

persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II

dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP

terhadap profesi guru ditinjau dari aspek

kesejahteraan.

Tolak Ha, jika Fhitung > Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1)

,

ada perbedaan

persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II

dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP

terhadap profesi guru ditinjau dari aspek

(61)

2) Hipotesis 2

Terima Ho, jika Fhitung < Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1), tidak ada perbedaan

persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II

dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP

terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial.

Tolak Ha, jika Fhitung > Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1)

,

ada perbedaan

persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II

dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP

terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial.

3) Hipotesis 3

Terima Ho, jika Fhitung < Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1), tidak ada perbedaan

persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II

dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP

terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional.

Tolak Ha, jika Fhitung > Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1)

,

ada perbedaan

persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II

dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP

(62)

41

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Universitas Sanata Dharma 1. PTPG Sanata Dharma (1955- 1958)

Rencana untuk mendirikan suatu Perguruan Tinggi Pendidikan Guru

(PTPG) oleh Prof. Moh. Yamin, S.H. (menteri Pendidikan, Pengajaran, dan

Kebudayaan RI) pada tahun 1950-an disambut baik oleh para imam

Katolik, terutama OrdoSocietas Jesus (Serikat Yesus yang lazim disingkat S.J. waktu itu ordo telah membuka kursus-kursus BI, antara lain BI

mendidik (Yayasan De Brito) di Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H.

Loef, S.J. dan BI Bahasa Inggris (Yayasan Loyola) di Semarang yang

dikelola oleh Pater W.J Van der Meulen, S.J. dan Pater H. Bastiaanse, S.J.

Berkat dukungan dari Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya Pater Kester yang waktu itu menjabat sebagai Superior

Misionaris Serikat Yesus menggabungkan kurs

Gambar

Tabel 15 Analisis perbedaan persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang
Tabel 4Jumlah Mahasiswa Tiga Tahun Terakhir
Tabel 5Jumlah Tenaga Pengajar Tetap
Tabel 6Karakteristik responden dilihat dari Fakultas
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Jumlah penumpang Angkutan Laut Dalam Negeri yang datang pada bulan Februari 2015 mencapai 9.041 orang atau turun 0,08 persen dibanding bulan sebelumnya, sedangkan Jumlah

Persentase implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Kupang adalah sebesar 62,38 %. Dari persentase ini

Metode bagian merupakan bentuk latihan keterampilan yang dilakukan secara bagian perbagian dari keterampilan yang dipelajari. Bentuk keterampilan yang dipelajari

loading Kemudian pilih bahasa installasi yang akan di gunakan selama proses instalasi, kemudian tekan Forward. 6) Pada layer selanjutnya akan muncul peta dunia. Pilih negara dan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

[r]

Secara keseluruhan tingkat kepatuhan terhadap SOP Penerimaan Kas Divisi Pendidikan Yayasan Sion dikategorikan pada tingkat kepatuhan sedang dengan persentase kepatuhan

- Bidang kesehatan, budaya masyarakat desa Aikmel masih melekat, seperti upaya pengobatan tradisional yang dilakukan dengan cara “Bejampi” atau. membaca mantra sehingga orang