• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Stok Karbon Tegakan Hutan Menggunakan Citra Landsat ETM+ di PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemetaan Stok Karbon Tegakan Hutan Menggunakan Citra Landsat ETM+ di PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN STOK KARBON TEGAKAN HUTAN MENGGUNAKAN

CITRA LANDSAT ETM+ DI PT. SARMIENTO PARAKANTJA

TIMBER KALIMANTAN TENGAH

CHRISTON COSMAS ANDREAS

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemetaan Stok Karbon Tegakan Hutan Menggunakan Citra Landsat ETM+ di PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

CHRISTON COSMAS ANDREAS. Pemetaan Stok Karbon Tegakan Hutan Menggunakan Citra Landsat ETM+ di PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh NINING PUSPANINGSIH.

Selain memanfaatkan fungsi produksi hutan sebagai penghasil kayu, perusahaan pemegang IUPHHK (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu) berperan dalam mengelola fungsi ekologi hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Tujuan penelitian ini adalah menduga dan melakukan pemetaan stok karbon tegakan hutan alam PT. Sarmiento Parakantja Timber. Penelitian ini menggunakan kombinasi persamaan allometrik (Brown dan Ketterings et al.) dengan data penginderaan jauh. Stok karbon yang diduga adalah stok karbon tegakan tiang (diameter 10-19 cm) dan pohon (diameter ≥ 20 cm). Sampel diambil pada 2 tempat, yaitu areal hutan di luar dan di dalam RKT 2011, 2012, dan 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan dugaan rata-rata stok karbon total tiang dan pohon pada luar areal RKT tersebut untuk persamaan Brown 229.28 ton/ha dan untuk persamaan Ketterings et al. 201.39 ton/ha. Pada areal TPTI dan TPTJ RKT tersebut, dugaan rata-rata stok karbon total tiang dan pohon 173.68 ton/ha (TPTI) dan 124.04 ton/ha (TPTJ) untuk persamaan Brown, 167.10 ton/ha (TPTI) dan 118.52 ton/ha (TPTJ) untuk persamaan Ketterings et al.

Kata kunci: IUPHHK, penginderaan jauh, persamaan allometrik, stok karbon, tegakan hutan

ABSTRACT

CHRISTON COSMAS ANDREAS. Forest Stand Carbon Stock Mapping Using Landsat ETM+ Image at PT. Sarmiento Parakantja Timber Central Kalimantan. Supervised by NINING PUSPANINGSIH.

Besides using the forest production function as wood producer, IUPHHK (forest concession) company has a role to manage the forest ecology function as carbon sink and reservoir. This research was aimed to estimate and make a map of PT. Sarmiento Parakantja Timber natural forest stand carbon stock. This research used a combination of allometric equations (Brown and Ketterings et al.) and remote sensing data. The estimated carbon stock in this research was carbon stock for pole (diameter 10-19 cm) and tree (diameter ≥ 20 cm). The samples taken at 2 places, i.e. outside and inside RKT (annual working plan) 2011, 2012, 2013 forest area. This research showed the average estimated total carbon stock of pole and tree for the outside of those area 229.28 ton/ha by Brown equation and 201.39 ton/ha by Ketterings et al. equation. Inside TPTI (selected logging and Indonesia planting silviculture system) and TPTJ (selected logging and strip planting silviculture system) area of those RKT area, the average estimated total carbon stock of pole and tree 173.68 ton/ha (TPTI) and 124.04 ton/ha (TPTJ) by Brown equation, 167.10 ton/ha (TPTI) and 118.52 ton/ha (TPTJ) by Ketterings et al. equation.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PEMETAAN STOK KARBON TEGAKAN HUTAN MENGGUNAKAN

CITRA LANDSAT ETM+ DI PT. SARMIENTO PARAKANTJA

TIMBER KALIMANTAN TENGAH

CHRISTON COSMAS ANDREAS

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Pemetaan Stok Karbon Tegakan Hutan Menggunakan Citra Landsat ETM+ di PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah Nama : Christon Cosmas Andreas

NIM : E14090060

Disetujui oleh

Dr Nining Puspaningsih, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2013 ini adalah stok karbon hutan, dengan judul Pemetaan Stok Karbon Tegakan Hutan Menggunakan Citra Landsat ETM+ di PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Nining Puspaningsih, MSi selaku pembimbing atas segala kesabaran dan pengarahan yang diberikan kepada penulis. Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada pimpinan PT. Sarmiento Parakantja Timber; pak Pamuji Raharjo selaku Kabid. Perencanaan PT. Sarmiento Parakantja Timber dan pak Supit selaku Kabag. Perencanaan PT. Sarmiento Parakantja Timber atas segala kesabaran dan pengarahan yang diberikan kepada penulis selama pengambilan data; pak Surip, pak Ihun, pak Usman, pak Heri, dan staf perencanaan PT. Sarmiento Parakantja Timber lainnya yang setia menemani penulis dalam pengambilan data di lapangan. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada ayah, ibu, kedua adik penulis (Desca dan Ronald), seluruh keluarga besar penulis, kawan-kawan @rt.com PMK IPB khususnya angkatan 46 (Fredy, Ria, Julian, Martua, Sandro, Nando, Yoshi, Yenni, Nesvi, Sule, Winny, Lita, Maslina, Nia, dan lainnya), keluarga Lab. GIS (pak Prof Nengah, pak Uus, Unge, Gea, Jajang, Finny, Ika, Bundo, Tika, Sofian, Hastuti, Panjul, Dini, om J, om Sam), Bang Andrew, dan kawan-kawan MNH 46 atas segala doa, bantuan, kasih sayang, dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademisi dan praktisi kehutanan serta pihak lain yang membutuhkan.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 1

METODE 2

Waktu dan Lokasi 2

Alat dan Bahan 2

Tahapan Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Tutupan Lahan 9

Kelas Hutan 10

Vegetasi 11

Biomassa Tegakan Hutan 12

Stok Karbon Tegakan Hutan 15

Stok Karbon Total Tiang dan Pohon di PT. Sarmiento Parakantja Timber 19

Pemetaan Stok Karbon Tegakan Hutan 19

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 23

(11)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik citra Landsat ETM+ 2

2 Jumlah plot contoh pada kelas hutan A, B, C, dan D di luar areal RKT

2011, 2012, dan 2013 5

3 Jumlah plot contoh pada areal RKT 2011, 2012, dan 2013 5 4 Persamaan allometrik untuk menduga biomassa di hutan alam tropis 8

5 Persamaan allometrik untuk menghitung biomassa 8

6 Tutupan lahan hasil klasifikasi citra Landsat ETM+ di areal PT.

Sarmiento Parakantja Timber 9

7 Tutupan lahan hasil klasifikasi citra Landsat ETM+ di luar areal RKT

2011, 2012, dan 2013 9

8 Tutupan lahan hasil klasifikasi citra Landsat ETM+ di areal RKT 2011,

2012, dan 2013 9

9 Kelas hutan hasil klasifikasi citra Landsat ETM+ di luar areal RKT

2011, 2012, dan 2013 10

10 Kelas hutan hasil klasifikasi citra Landsat ETM+ di areal RKT 2011,

2012, dan 2013 10

11 Rata-rata diameter dan jumlah (kerapatan) tiang dan pohon di luar areal

RKT 2011, 2012, dan 2013 11

12 Rata-rata diameter dan jumlah (kerapatan) tiang dan pohon di areal

RKT 2011, 2012, dan 2013 12

13 Rata-rata biomassa tiang dan pohon di luar areal RKT 2011, 2012, dan

2013 12

14 Rata-rata biomassa total tiang dan pohon di luar areal RKT 2011, 2012,

dan 2013 13

15 Rata-rata biomassa tiang dan pohon di areal RKT 2011, 2012, dan 2013 14 16 Rata-rata biomassa total tiang dan pohon di areal RKT 2011, 2012, dan

2013 14

21 Stok karbon total tiang dan pohon di PT. Sarmiento Parakantja Timber

(12)

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 3

2 Citra Landsat ETM+ areal PT. Sarmiento Parakantja Timber liputan

tahun 2011 4

3 Sebaran plot contoh penelitian 6

4 Bentuk plot contoh 7

5 Sebaran stok karbon tegakan hutan PT. Sarmiento Parakantja Timber 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jenis pohon yang ditemukan di lokasi penelitian 23 2 Tegakan hutan alam pada kelas hutan A, B, C, dan D 25 3 Tegakan hutan alam pada areal TPTI dan TPTJ RKT 2011, 2012, dan

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan sebagai suatu ekosistem memiliki 3 fungsi, yaitu fungsi produksi, fungsi ekologi, dan fungsi sosial. Fungsi ekologi hutan diantaranya adalah pengatur iklim mikro, perlindungan tanah dan air, dan sumber plasma nutfah flora dan fauna (Atmawidjaja 1995, diacu dalam Aswandi 2000). Selain ketiga fungsi tersebut, terdapat fungsi ekologi lain dari hutan terkait masalah perubahan iklim yang sedang dihadapi oleh dunia saat ini akibat pemanasan global, yaitu penyerap dan penyimpan karbon (carbon sink and reservoir).

Sebelum muncul isu perubahan iklim akibat pemanasan global, fungsi hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon tidak begitu diperhatikan. Namun, sejak isu itu muncul, fungsi hutan tersebut mendapat perhatian dari berbagai negara di dunia. Program REDD (Reduced Emission from Deforestation and Degradation) yang dibuat pada UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) CoP ke-13 di Bali dan REDD+ (Reduced Emission from Deforestation and Degradation+) yang dibuat setelahnya merupakan bentuk perhatian dunia terhadap perubahan iklim melalui pengurangan emisi CO2 yang berasal dari deforestasi dan degradasi hutan (Purbawiyatna et al. 2012). Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki hutan luas merupakan salah satu peserta dalam program tersebut.

Perusahaan pemegang IUPHHK (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu) selain memanfaatkan fungsi produksi hutan sebagai penghasil kayu juga berperan dalam mengelola fungsi ekologi hutan yang salah satunya adalah sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Hal tersebut tentunya juga dapat menjadi insentif (ekonomi) bagi perusahaan bila melihat mekanisme carbon trading. Untuk mengelola fungsi suatu hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon tentunya terlebih dahulu harus diketahui potensi stok karbon yang dimiliki oleh hutan tersebut. Potensi stok karbon hutan dapat diketahui melalui biomassa hutan. Stewart et al. (1992) diacu dalam Aryono (2010) mengemukakan biomassa dapat diduga salah satunya dengan menggunakan persamaan allometrik (metode non destruktif). Kombinasi penggunaan persamaan allometrik dengan data remote sensing dapat dilakukan dalam pendugaan stok karbon hutan seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menduga dan melakukan pemetaan stok karbon tegakan hutan alam PT. Sarmiento Parakantja Timber.

Manfaat

(15)

2

METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah. IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber terletak di 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, dan Kabupaten Katingan. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Remote Sensing dan GIS Fakultas Kehutanan IPB.

Alat dan Bahan

Alat

Alat yang digunakan untuk pengolahan dan analisis data adalah laptop dengan software pengolahan citra (ArcMap 9.3 dan Erdas Imagine 9.1) dan Microsoft Office 2007. Sedangkan untuk pengambilan data di lapangan adalah phi-band, meteran, Global Positioning System (GPS), kompas, kamera dijital, dan alat tulis.

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah softcopy citra Landsat ETM+ areal PT. Sarmiento Parakantja Timber liputan tahun 2011 band 542 (RGB) format TIFF yang sudah terkoreksi (Gambar 2). Sensor ETM+ merupakan pengembangan sensor yang digunakan pada Landsat 7. Landsat 7 diluncurkan oleh Amerika Serikat pada tanggal 15 April 1999 dengan wahana peluncur roket Delta II. ETM+ yang terdapat pada Landsat 7 adalah sensor buatan Raytheon Santa Barbara Remote Sensing di California (Prahasta 2009). Sensor ETM+ tersebut memiliki 8 band. Karakteristik citra Landsat ETM+ disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik citra Landsat ETM+

(16)

3

(17)

4

(18)

5 Tahapan Penelitian

Pengambilan Data 1. Penafsiran visual citra

Pada tahapan ini dilakukan penafsiran citra secara visual (digitasi on screen) menggunakan elemen penafsiran utama berupa warna, bentuk, dan tekstur untuk mendapatkan klasifikasi tutupan lahan di areal kerja PT. Sarmiento Parakantja Timber. Klasifikasi tutupan lahan yang diperoleh adalah areal berhutan, areal tertutup awan dan bayangan awan, dan areal tidak berhutan (badan air, ladang, semak belukar, lahan terbuka, dan pemukiman). Berdasarkan hasil penafsiran citra tersebut, dilakukan penafsiran citra kembali secara visual (digitasi on screen) pada areal berhutan, yaitu: dilakukan secara purposive sampling dengan memperhatikan aksesibilitas (areal yang mudah dijangkau) dan keterwakilan areal. Sebaran plot contoh disajikan pada Gambar 3. Jumlah plot contoh untuk kelas hutan A, B, C, D di luar areal RKT tersebut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah plot contoh pada kelas hutan A, B, C, dan D di luar areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Kelas hutan Luas (ha) Jumlah plot contoh

A 6 865.04 6 yang menggunakan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ). Ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan stok karbon pada areal hutan bekas tebangan sistem silvikultur TPTI dan TPTJ. Jumlah plot contoh pada areal RKT tersebut disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah plot contoh pada areal RKT 2011, 2012, dan 2013 RKT Sistem silvikultur Luas hutan (ha) Jumlah plot contoh

(19)

6

(20)

7 3. Pengambilan data lapangan

Plot contoh yang dibuat di lapangan berbentuk persegi dengan ukuran 20 m

x 20 m untuk tingkat pohon (diameter ≥ 20 cm) dan di dalam plot tersebut dibuat

plot persegi berukuran 10 m x 10 m untuk tingkat tiang (diameter 10 – 19 cm). Bentuk plot contoh disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Bentuk plot contoh

Di dalam plot tersebut dilakukan pengambilan data lapangan berupa jenis pohon dan diameter pohon setinggi dada (DBH). Peletakan plot contoh di lapangan didasarkan pada koordinat plot contoh di citra dan disesuaikan juga dengan kondisi lapangan dan aksesibilitas lokasi plot contoh.

Analisis Data

1. Perhitungan biomassa

Biomassa adalah jumlah total bahan organik hidup pohon yang dinyatakan dalam ton berat kering oven per unit areal (pohon, hektar, daerah/wilayah, dan negara). Pada kebanyakan hutan, biomassa diduga pada pohon-pohon dengan

diameter ≥ 10 cm dimana diameter tersebut adalah diameter minimum yang diukur pada kebanyakan inventarisasi hutan (Brown 1997). Biomassa dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu biomassa di atas permukaan tanah (above ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (below ground biomass). Hairiah et al. (2001) mengemukakan bahwa yang termasuk ke dalam komponen biomassa di atas permukaan tanah adalah semua vegetasi di atas permukaan tanah yang masih hidup termasuk semak-semak, tumbuhan bawah, dan bagian-bagian vegetasi yang mati (nekromassa) termasuk serasah di atas permukaan tanah, tonggak yang mati, batang, cabang, dan ranting. Sedangkan biomassa di bawah permukaan tanah umumnya adalah biomassa pada bagian akar tumbuhan.

(21)

8

Tabel 4 Persamaan allometrik untuk menduga biomassa di hutan alam tropis

Curah hujan Perhitungan biomassa tersebut menggunakan persamaan allometrik Brown (1997) dan Ketterings et al. (2001) untuk areal bercurah hujan 1500-4000 mm/tahun (curah hujan rata-rata tahunan PT. Sarmiento Parakantja Timber 3084 mm/tahun). Persamaan allometrik yang digunakan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Persamaan allometrik untuk menghitung biomassa

Persamaan allometrik R2 Sumber

B = exp[-2.134 + 2.530 * ln (D)] 0.97 Brown (1997)

B = 0.11 ρ D2,62 0.90 Ketterings et al. (2001)

B: biomassa pohon (kg/pohon), D: diameter pohon setinggi dada (cm), ρ: kerapatan kayu (g/cm3). Kerapatan kayu yang digunakan adalah data sekunder dari ICRAF (2013).

2. Perhitungan stok karbon

Karbon hutan merupakan hasil transformasi dari CO2 yang diserap oleh komponen penyusun hutan seperti pohon, tumbuhan bawah, dan tanah (Murray et al. 2000 diacu dalam Tiryana 2005). Selain ketiga komponen penyusun hutan tersebut, Ravindranath dan Ostwald (2008) mengemukakan bahwa serasah, kayu mati, dan produk-produk kayu hasil panen juga penyimpan karbon (carbon pool). Karbon yang terkandung dalam hutan (pohon) dapat diduga dari biomassa hutan (pohon) tersebut, yaitu biomassa di atas permukaan tanah dan biomassa di bawah permukaan tanah. Brown (1997); Heriansyah et al. (2003), Husch et al. (2003), Losi et al. (2003) diacu dalam Tiryana (2005) mengemukakan bahwa setengah (50%) dari biomassa adalah karbon. Dengan demikian, kandungan karbon dapat dihitung melalui perkalian biomassa dengan konsentrasi karbon sebesar 50% tersebut.

Stok karbon yang diduga dalam penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan biomassa yang didapat, yaitu mengalikan nilai biomassa tersebut dengan 0.5 seperti tertulis pada persamaan berikut:

C = B x 0.5

(22)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tutupan Lahan

Tutupan lahan yang terdapat di areal PT. Sarmiento Parakantja Timber berdasarkan hasil klasifikasi citra terdiri dari 3 macam, yaitu areal tertutup awan, areal hutan, dan areal bukan hutan (badan air, ladang, semak belukar, lahan terbuka, pemukiman). Ketiga tutupan lahan tersebut memiliki luas yang berbeda dimana luas areal hutan adalah yang terbesar dan areal tertutup awan adalah yang terkecil. Tutupan lahan beserta luasannya yang terdapat di areal PT. Sarmiento Parakantja Timber disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Tutupan lahan hasil klasifikasi citra Landsat ETM+ di areal PT. Sarmiento Parakantja Timber

Tutupan lahan beserta luasannya hasil klasifikasi citra untuk luar areal RKT 2011, 2012, 2013 disajikan pada Tabel 7 dan untuk areal RKT 2011, 2012, 2013 disajikan pada Tabel 8.

Tabel 7 Tutupan lahan hasil klasifikasi citra Landsat ETM+ di luar areal RKT 2011, 2012, dan 2013

(23)

10

lahan untuk areal tersebut masuk ke dalam klasifikasi tutupan lahan di luar areal RKT 2011, 2012, 2013 (Tabel 7).

Kelas Hutan

Kelas Hutan di Luar Areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Berdasarkan hasil klasifikasi citra, pada areal hutan di luar RKT 2011, 2012, dan 2013 terdapat 4 macam kelas hutan, yaitu kelas A, B, C, dan D. Keempat kelas hutan tersebut memiliki luasan yang berbeda seperti terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Kelas hutan hasil klasifikasi citra Landsat ETM+ di luar areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Tabel 9 menunjukkan luasan areal terbesar adalah kelas C (106 279.83 ha) dan yang terkecil adalah kelas A (6 865.04 ha). Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kelas A umumnya merupakan areal berbukit yang berada di kawasan lindung (kawasan perlindungan plasma nutfah, areal berbukit dengan kemiringan

≥ 40%, areal sumberdaya genetik) dan areal yang akan ditebang beberapa tahun ke depan. Kelas B menyebar di areal bekas tebangan beberapa tahun lalu dan yang akan ditebang beberapa tahun ke depan. Kelas C sebagian besar berada di areal yang akan ditebang beberapa tahun ke depan. Sedangkan kelas D umumnya berada di kawasan lindung dan non exploitable area.

Kelas Hutan di Areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Berdasarkan hasil klasifikasi citra, pada areal RKT 2011, 2012, 2013 terdapat kelas hutan A, B, C, dan D dengan luasan berbeda-beda. Kelas hutan beserta luasannya pada areal RKT tersebut disajikan pada Tabel 10.

(24)

11 TPTI seluas 32.10 ha, pada RKT 2012 yang terkecil adalah kelas B di areal TPTI seluas 22.15 ha, dan pada RKT 2013 adalah kelas A di areal TPTI seluas 242.27 ha. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kelas A, B, dan C terletak menyebar di areal yang ditebang sedangkan kelas D berada pada areal yang tidak

ditebang (areal berbukit dengan kemiringan ≥ 40% dan non exploitable area). Untuk kelas hutan areal TPTI RKT 2013 tidak dimasukkan ke dalam Tabel 10 karena pada areal tersebut belum dilakukan kegiatan penebangan. Klasifikasi kelas hutan areal tersebut masuk ke dalam klasifikasi kelas hutan di luar areal RKT 2011, 2012, 2013 (Tabel 9).

Vegetasi

Vegetasi di Luar Areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Jenis vegetasi tiang dan pohon yang dominan ditemukan di luar areal RKT 2011, 2012, 2013 adalah jambu-jambu (Eugenia sp.), meranti (Shorea sp.), dan kumpang (Myristica sp.). Rata-rata diameter dan jumlah individu (kerapatan) tiang dan pohon untuk areal tersebut disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata diameter dan jumlah (kerapatan) tiang dan pohon di luar areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Kelas hutan Rata-rata diameter (cm) Rata-rata jumlah individu (N/ha)

Tiang Pohon Tiang Pohon (400 N/ha). Hal ini disebabkan oleh kerapatan pohon yang meningkat dari kelas B (218 N/ha) ke kelas C (229 N/ha) dan ke kelas D (286 N/ha). Namun, untuk kelas A kerapatan tiangnya adalah yang terkecil (367 N/ha). Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, hal tersebut terjadi karena areal tersebut lebih didominasi oleh pohon (221 N/ha) yang memiliki diameter besar. Pada setiap kelas hutan kerapatan tiang lebih besar dibanding pohon. Hal tersebut terjadi karena seluruh areal PT. Sarmiento Parakantja Timber adalah bekas tebangan yang mengalami permudaan alami dan buatan sehingga vegetasi tiang lebih dominan dibanding pohon. Areal hutan PT. Sarmiento Parakantja Timber dapat dikatakan memiliki pertumbuhan normal karena vegetasi berdiameter lebih kecil (tiang) memiliki jumlah lebih banyak dibanding vegetasi berdiameter lebih besar (pohon).

(25)

12

memiliki kerapatan pohon (221 N/ha) lebih besar dibanding kelas B (218 N/ha) yang kenampakan warnanya lebih tua dari kelas A. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, hal tersebut disebabkan oleh faktor topografi, yaitu sebagian besar areal kelas A berada di sisi bukit yang terkena sinar matahari (sisi Timur) ketika perekaman citra dilakukan sehingga warna yang tampak pada citra menjadi lebih terang. Perekaman citra Landsat 7 dimulai antara pukul 10.00 dan 10.15 pagi (NASA 2011).

Vegetasi di Areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Jenis vegetasi tiang dan pohon dominan yang ditemukan di areal RKT 2011, 2012, 2013 adalah jambu-jambu (Eugenia sp.), meranti (Shorea sp.), dan kumpang (Myristica sp.). Rata-rata diameter dan jumlah individu (kerapatan) tiang dan pohon untuk areal tersebut disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Rata-rata diameter dan jumlah (kerapatan) tiang dan pohon di areal RKT 2011, 2012, dan 2013

RKT Sistem silvikultur

Rata-rata diameter (cm) Rata-rata jumlah individu (N/ha)

Tiang Pohon Tiang Pohon

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan terjadi penurunan kerapatan tiang dan pohon akibat penebangan pada ketiga areal RKT bila dibandingkan dengan kerapatan pada areal lain yang sebagian besar belum ditebang (Tabel 11).

Biomassa Tegakan Hutan

Biomassa Tegakan Hutan di Luar Areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Hasil perhitungan biomassa yang didapat di luar areal RKT 2011, 2012, 2013 menunjukkan setiap kelas hutan memiliki dugaan biomassa yang berbeda, baik tiang maupun pohon. Biomassa tersebut disajikan pada Tabel 13.

(26)

13 Tabel 13 menunjukkan biomassa tiang dan pohon secara keseluruhan yang dihasilkan oleh persamaan Brown lebih besar dibanding persamaan Ketterings et al. Hal ini disebabkan oleh perbedaan parameter yang digunakan, yaitu pada persamaan Brown hanya menggunakan parameter diameter sedangkan persamaan Ketterings et al. menggunakan parameter diameter dan kerapatan kayu. Parameter kerapatan kayu pada persamaan Ketterings et al. menyebabkan hasil dugaan biomassanya menjadi lebih rendah. Hasil uji beda tengah dari penelitian Puspitasari (2010) menunjukkan nilai biomassa Brown berbeda nyata dengan nilai biomassa Ketterings et al. karena perbedaan variabel pembentuk kedua persamaan tersebut, yaitu persamaan Brown hanya diameter sedangkan persamaan Ketterings et al. selain diameter juga memperhatikan jenis pohon (lebih spesifik).

Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa biomassa pohon meningkat seiring semakin tingginya kerapatan pohon kelas hutan (B ke C ke D), baik persamaan Brown maupun Ketterings et al. Namun demikian, pada kelas A yang kerapatan pohonnya (221 N/ha) lebih kecil dibanding kelas D (286 N/ha) memiliki biomassa lebih besar (578.75 ton/ha dan 529.98 ton/ha) dibanding kelas D (520.97 ton/ha dan 442.21 ton/ha). Hal tersebut disebabkan oleh rata-rata diameter pohon di kelas A (42 cm) lebih besar dibanding kelas D (37 cm). Untuk tiang, biomassa juga meningkat seiring semakin tingginya kerapatan tiang kelas hutan (D ke C ke B). Namun, untuk persamaan Brown kelas A yang kerapatan tiangnya terkecil (367 N/ha) memiliki biomassa terbesar (45.10 ton/ha). Hal tersebut disebabkan oleh rata-rata diameter tiang yang ditemukan di kelas A adalah yang terbesar (15 cm). Sedangkan untuk persamaan Ketterings et al. kelas B memiliki biomassa terbesar (37.33 ton/ha). Hal tersebut disebabkan oleh rata-rata kerapatan kayu untuk tiang pada kelas B adalah yang terbesar, yaitu 0.71 g/cm3.

Rata-rata biomassa total tiang dan pohon untuk areal hutan di luar areal RKT 2011, 2012, 2013 disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Rata-rata biomassa total tiang dan pohon di luar areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa rata-rata biomassa total tiang dan pohon yang menggunakan persamaan Brown lebih besar dibanding persamaan Ketterings et al., baik pada setiap kelas hutan maupun secara keseluruhan (rata-rata). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa parameter kerapatan kayu pada persamaan Ketterings et al. membuat biomassanya menjadi lebih rendah.

Biomassa Tegakan Hutan di Areal RKT 2011, 2012, dan 2013

(27)

14

Tabel 15 Rata-rata biomassa tiang dan pohon di areal RKT 2011, 2012, dan 2013 RKT Sistem

Tabel 16 Rata-rata biomassa total tiang dan pohon di areal RKT 2011, 2012, dan 2013 Untuk areal RKT 2011 hal tersebut disebabkan oleh rata-rata diameter tiang yang ditemukan di areal TPTJ (15.0 cm) lebih besar dibanding areal TPTI nya (11.5 cm) dan untuk areal RKT 2012 disebabkan oleh kerapatan tiang pada areal TPTJ nya (340 N/ha) lebih besar dibanding areal TPTI (233 N/ha). Sedangkan untuk pohon yang menggunakan persamaan Brown, biomassa areal TPTJ RKT 2011 (272.22 ton/ha) lebih besar dibanding areal TPTI nya (264.06 ton/ha) dan biomassa areal TPTI RKT 2012 (393.22 ton/ha) lebih besar dibanding areal TPTJ nya (207.49 ton/ha). Hal tersebut disebabkan oleh rata-rata diameter pohon yang ditemukan pada areal TPTJ RKT 2011 (42.0 cm) lebih besar dibanding areal TPTI nya (38.5 cm) dan rata-rata diameter pohon pada areal TPTI RKT 2012 (43.0 cm) lebih besar dibanding areal TPTJ nya (33.0 cm). Biomassa pohon yang menggunakan persamaan Ketterings et al. pada areal TPTI RKT 2011 (265.92 ton/ha) lebih besar dibanding areal TPTJ nya (265.19 ton/ha). Hasil tersebut berbeda dengan yang menggunakan persamaan Brown (biomassa pohon areal TPTJ RKT 2011 lebih besar dibanding areal TPTI nya) karena rata-rata kerapatan kayu untuk pohon pada areal TPTI RKT 2011 (0.73 g/cm3) lebih besar dibanding areal TPTJ nya (0.71 g/cm3).

(28)

15 Stok Karbon Tegakan Hutan

Stok Karbon Tegakan Hutan di Luar Areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Stok karbon untuk luar areal RKT 2011, 2012, 2013 berdasarkan hasil perhitungan bervariasi, baik tiang maupun pohon. Stok karbon tersebut disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Rata-rata stok karbon tiang dan pohon di luar areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Tabel 17 menunjukkan stok karbon pohon lebih besar dibanding tiang pada setiap kelas hutan dan secara keseluruhan (rata-rata), baik persamaan Brown maupun Ketterings et al. Hal tersebut dikarenakan diameter pohon (≥ 20 cm) lebih besar dibanding tiang (10-19 cm) sesuai dengan yang dikemukakan oleh Elias dan Wistara (2009) dalam hasil penelitiannya bahwa semakin besar diameter pohon maka semakin besar pula stok karbonnya. Hasil penelitian Indriyani (2011) juga menunjukkan proporsi stok karbon pohon lebih besar (84.84%) dibanding tiang (10.05%) dari total stok karbon di atas permukaan tanah.

Pada Tabel 17 dapat dilihat juga bahwa stok karbon pohon meningkat seiring semakin rapatnya hutan (kelas B ke C ke D), baik persamaan Brown maupun Ketterings et al. Namun, kelas A yang kerapatan pohonnya lebih kecil (221 N/ha) dibanding kelas D (286 N/ha) memiliki stok karbon lebih besar (289.38 ton/ha dan 264.99 ton/ha) dibanding kelas D (260.49 ton/ha dan 221.10 ton/ha). Hal tersebut disebabkan oleh rata-rata diameter pohon yang ditemukan di kelas A (42 cm) lebih besar dibanding kelas D (37 cm). Untuk tiang, stok karbon juga meningkat seiring semakin tingginya kerapatan tiang kelas hutan (D ke C ke B). Namun, untuk persamaan Brown kelas A yang kerapatan tiangnya terkecil (367 N/ha) memiliki stok karbon terbesar (22.55 ton/ha). Hal tersebut disebabkan oleh rata-rata diameter tiang yang ditemukan di kelas A adalah yang terbesar (15 cm). Sedangkan untuk persamaan Ketterings et al. kelas B memiliki stok karbon terbesar (18.67 ton/ha). Hal tersebut disebabkan oleh rata-rata kerapatan kayu untuk tiang pada kelas tersebut adalah yang terbesar, yaitu 0.71 g/cm3. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa selain diameter pohon, kerapatan hutan dan kerapatan kayu juga berpengaruh terhadap stok karbon hutan.

(29)

16

Tabel 18 Rata-rata stok karbon total tiang dan pohon di luar areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Kelas hutan Rata-rata stok karbon (ton/ha) Brown Ketterings et al. kelas hutan yang menggunakan persamaan Ketterings et al. lebih kecil dibanding persamaan Brown. Elias dan Wistara (2009) menyatakan bahwa faktor pengali kerapatan kayu terhadap berat biomassa kayu kering oven dalam persamaan Ketterings et al. menyebabkan penurunan terhadap berat biomassa yang diduga sehingga berat karbon dugaan yang dihasilkan pun lebih kecil (underestimate). Pada Tabel 13 dan 17 atau Tabel 14 dan 18 dapat dilihat bahwa stok karbon meningkat seiring semakin besarnya biomassa, baik persamaan Brown maupun Ketterings et al. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Onrizal (2004) dalam hasil penelitiannya, yaitu jika biomassa meningkat maka karbon meningkat dan jika biomassa menurun maka karbon menurun karena hubungan antara biomassa dengan karbon bersifat linear sederhana.

Hasil penelitian Aryono (2010) di IUPHHK-HA PT. Erna Djuliawati (Kalimantan Tengah) menyebutkan potensi stok karbon untuk tegakan rapat 154.37 ton/ha dan tegakan rawang 122.06 ton/ha. Penelitian Kusuma (2009) di IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur (Kalimantan Barat) menghasilkan potensi karbon tegakan tiang dan pohon pada hutan primer sebesar 101.4 ton/ha dan pada areal bekas tebangan tahun 1983 sebesar 63.04 ton/ha. Hasil penelitian Junaedi (2007) di IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma (Kalimantan Tengah) menyebutkan massa karbon di atas permukaan tanah pada tegakan tiang dan pohon hutan tropis dataran rendah untuk areal bekas tebangan sebesar 52.95 ton/ha-100.21 ton/ha sedangkan untuk hutan primer sebesar 214.28 ton/ha. Stok karbon tegakan tiang dan pohon untuk areal bekas tebangan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber (Kalimantan Timur) hasil penelitian Indriyani (2011) adalah 149.39

ton/ha. Stok karbon pohon (diameter ≥ 2 cm) di atas permukaan tanah dari hasil

penelitian Onrizal (2004) di hutan kerangas Taman Nasional Danau Sentarum (Kalimantan Barat) adalah 169.2 ton/ha. Stok karbon tegakan tiang dan pohon hasil penelitian Melini (2012) di IUPHHK-HA PT. Austral Byna (Kalimantan Tengah) untuk persamaan Brown 151.93 ton/ha dan persaman Ketterings et al. 143.1 ton/ha.

(30)

17 Perbedaan kondisi lingkungan, penggunaan kadar karbon, dan perbedaan metode penentuan biomassa dan karbon juga dapat menjadi penyebab perbedaan stok karbon hasil penelitian ini dengan hasil penelitian lain yang disebutkan di atas. Namun demikian, stok karbon PT. Sarmiento Parakantja Timber hasil penelitian ini yang disajikan pada Tabel 18 masih sesuai dengan cadangan karbon untuk hutan tropis Indonesia hasil penelitian Murdiyarso et al. (1994), yaitu 161-300 ton/ha dan hasil review Lasco (2002) diacu dalam Daulay (2012) dari berbagai studi mengenai cadangan karbon untuk areal bekas tebangan di Indonesia, yaitu 148.2-245 ton/ha.

Stok Karbon Tegakan Hutan di Areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Stok karbon hasil perhitungan untuk areal RKT 2011, 2012, dan 2013 bervariasi, baik untuk tiang maupun pohon seperti yang disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Rata-rata stok karbon tiang dan pohon di areal RKT 2011, 2012, dan 2013

Tabel 19 menunjukkan stok karbon pohon lebih besar dibanding tiang, baik yang menggunakan persamaan Brown maupun Ketterings et al. karena diameter pohon

(≥ 20 cm) lebih besar dibanding tiang (10-19 cm). Seperti yang dikemukakan oleh Elias dan Wistara (2009) dalam hasil penelitiannya bahwa semakin besar diameter pohon maka semakin besar pula stok karbonnya.

Dalam penelitian ini dibandingkan stok karbon yang tersisa setelah kegiatan penebangan antara areal yang menggunakan sistem TPTI dengan TPTJ pada RKT 2011 dan 2012. Pada Tabel 19 dapat dilihat stok karbon tiang pada areal TPTI lebih kecil dibandingkan areal TPTJ nya, baik persamaan Brown maupun Ketterings et al. Untuk areal RKT 2011, hal tersebut disebabkan oleh tegakan tiang yang tertinggal setelah kegiatan penebangan pada areal TPTI memiliki rata-rata diameter lebih kecil (11.5 cm) dibanding pada areal TPTJ nya (15.0 cm). Sedangkan untuk areal RKT 2012, hal tersebut disebabkan oleh kerapatan tegakan tiang yang tertinggal setelah kegiatan penebangan pada areal TPTJ (340 N/ha) lebih besar dibanding areal TPTI nya (233 N/ha). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa diameter pohon dan kerapatan hutan berpengaruh terhadap stok karbon hutan, bukan hanya salah satunya saja.

(31)

18

lebih besar (196.61 ton/ha) dibanding areal TPTJ nya (103.74 ton/ha) disebabkan oleh rata-rata diameter (43.0 cm) dan kerapatan pohon (167 N/ha) pada areal TPTI tersebut lebih besar dibanding areal TPTJ (rata-rata diameter 33.0 cm dan kerapatan pohon 140 N/ha). Untuk persamaan Ketterings et al., stok karbon pohon areal TPTI RKT 2011 (132.96 ton/ha) dan 2012 (185.51 ton/ha) lebih besar dibanding areal TPTJ nya (132.59 ton/ha untuk areal RKT 2011 dan 100.35 ton/ha untuk areal RKT 2012) karena kerapatan pohon pada areal TPTI kedua RKT tersebut (masing-masing 167 N/ha) lebih besar dibanding areal TPTJ nya (masing-masing 140 N/ha).

Rata-rata stok karbon total tiang dan pohon hasil perhitungan untuk areal RKT 2011, 2012, 2013 disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20 Rata-rata stok karbon total tiang dan pohon di areal RKT 2011, 2012, dan 2013 TPTI lebih besar dibanding TPTJ, baik yang menggunakan persamaan Brown (173.68 ton/ha untuk areal TPTI dan 124.04 ton/ha untuk areal TPTJ) maupun Ketterings et al. (167.10 ton/ha untuk areal TPTI dan 118.52 ton/ha untuk areal TPTJ). Hal ini dapat disebabkan oleh keterbukaan areal akibat kegiatan penebangan pada areal TPTJ lebih besar dibanding TPTI sehingga tegakan tinggal yang tersisa pada areal TPTJ lebih sedikit dibanding TPTI. Namun demikian, rata-rata stok karbon total tiang dan pohon pada areal TPTJ dapat lebih besar dibanding areal TPTI seperti yang terjadi di areal RKT 2011 (150.27 ton/ha > 139.87 ton/ha untuk persamaan Brown dan 146.16 ton/ha > 138.99 ton/ha untuk persamaan Ketterings et al.). Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan teknik pemanenan yang digunakan (dampak terhadap tegakan tinggal).

(32)

19 Stok Karbon Total Tiang dan Pohon di PT. Sarmiento Parakantja Timber

Stok karbon total tiang dan pohon tahun 2013 di luar dan di dalam areal RKT disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21 Stok karbon total tiang dan pohon di PT. Sarmiento Parakantja Timber tahun 2013

Ketterings et al. 167.10 162 013.48

TPTJ 13 121.30 Brown 124.04 1 627 566.05

Ketterings et al. 118.52 1 555 136.48

Tabel 21 menunjukkan stok karbon total terbesar terdapat pada areal hutan di luar RKT, yaitu sebesar 33 619 408.94 ton (Brown) atau 29 529 888.20 ton (Ketterings et al.). Secara keseluruhan, stok karbon total yang menggunakan persamaan Brown lebih besar dibanding persamaan Ketterings et al. yang disebabkan oleh parameter kerapatan kayu dalam persamaan Ketterings et al. membuat dugaan biomassanya menjadi lebih rendah sehingga stok karbonnya pun lebih rendah juga.

Pemetaan Stok Karbon Tegakan Hutan

Berdasarkan hasil perhitungan stok karbon, dibuat peta sebaran stok karbonnya yang dapat dilihat pada Gambar 5. Dalam penelitian ini, kombinasi band citra yang digunakan adalah 542. Berdasarkan kurva pantulan spektral, band 5 tanggap terhadap tanah kering terbuka, band 4 tanggap terhadap vegetasi, dan band 2 tanggap terhadap air (Lillesand dan Kiefer 1979).

(33)

20

(34)

21

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, nilai dugaan stok karbon tegakan hutan alam PT. Sarmiento Parakantja Timber bervariasi. Di luar areal RKT 2011, 2012, 2013, dugaan rata-rata stok karbon total tiang dan pohon untuk persamaan Brown 229.28 ton/ha dan untuk persamaan Ketterings et al. 201.39 ton/ha. Sedangkan di dalam areal RKT tersebut, dugaan rata-rata stok karbon total tiang dan pohon 173.68 ton/ha (TPTI) dan 124.04 ton/ha (TPTJ) untuk persamaan Brown, 167.10 ton/ha (TPTI) dan 118.52 ton/ha (TPTJ) untuk persamaan Ketterings et al.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemetaan stok karbon hutan menggunakan klasifikasi dijital.

2. Pendugaan biomassa hutan sebaiknya menggunakan persamaan Ketterings et al. karena memperhatikan jenis suatu pohon sehingga hasilnya lebih spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

Aryono CF. 2010. Potensi simpanan karbon dan perubahannya pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (studi kasus di konsesi hutan PT. Erna Djuliawati, Kabupaten Seruyan, Propinsi Kalimantan Tengah) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Aswandi. 2000. Penyusunan model simulasi pemanfaatan hutan alam produksi secara lestari (Studi kasus di areal HPH PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Brown S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forest: a primer. FAO Forestry Paper 134.

Daulay AA. 2012. Pemetaan penyebaran pohon dan stok karbon dengan menggunakan sistem informasi geografis di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Elias, Wistara NJ. 2009. Metode estimasi massa karbon pohon jeunjing (Paraserianthes falcataria L Nielsen) di hutan rakyat. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 15(1):75-82.

Hairiah K, Van Noordwijk M, Sitompul SM, Palm C. 2001. Method for Sampling Carbon Stock Above and Below Ground. ASB Lecture Note 4B. Bogor (ID): ICRAF.

(35)

22

Indriyani Y. 2011. Pendugaan simpanan karbon di areal hutan bekas tebangan PT. Ratah Timber Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jaya INS. 2010. Teori dan Praktik Menggunakan Erdas Imagine. Bogor (ID): Laboratorium Fisik Remote Sensing dan GIS Fakultas Kehutanan IPB. Junaedi A. 2007. Dampak pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur tebang pilih

tanam jalur (TPTJ) terhadap potensi kandungan karbon dalam vegetasi hutan alam tropika (studi kasus di IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ketterings QM, Coe R, Van Noordwijk M, Ambagau Y, Palm CA. 2001. Reducing uncertainty in the use of allometric biomass equations for predicting above-ground tree biomass in mixed secondary forests. Forest Ecology and Management 146:199-209.

Kusuma GA. 2009. Pendugaan potensi karbon di atas permukaan tanah pada tegakan hutan hujan tropis bekas tebangan (LOA 1983) (studi kasus IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lillesand TM, Kiefer RW. 1990. Penginderaan Jauh dan Penafsiran Citra. Dulbahri, Suharsono P, Hartono, Suharyadi, penerjemah; Sutanto, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Remote Sensing and Image Interpretation.

Melini R. 2012. Pemetaan simpanan karbon tegakan hutan alam menggunakan citra Landsat ETM+ di IUPHHK-HA PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Murdiyarso D, Hairiah, Van Noordjwik M. 1994. Modelling and measuring soil organics matter dynamics and greenhouse gas emission after forest conversion. Report of A Workshop Training Course, Bogor: 8-15 August 1994.

[NASA] National Aeronautics and Space Administration (US). 2011. Landsat 7 science data users handbook [Internet]. [diunduh 24 September 2013]. Tersedia pada http://landsathandbook.gsfc.nasa.gov/orbit_coverage/.

Onrizal. 2004. Model penduga biomassa dan karbon tegakan hutan kerangas di Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Prahasta E. 2009. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Bandung (ID): Penerbit Informatika.

Purbawiyatna A, Prasetyo A, Purnomo H. 2012. Studi Penyusunan Penyiapan Unit Pengelolaan Hutan Alam untuk Pembangunan Program REDD+. Jakarta (ID): Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Forests and Climate Change Programme (FORCLIME). Puspitasari R. 2010. Pendugaan biomassa di atas tanah menggunakan citra Alos

Palsar resolusi 50 m di pulau Jawa dan Bali [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tiryana T. 2005. Pengembangan metode pendugaan sebaran potensi biomassa dan karbon pada hutan tanaman mangium (Acacia mangium Willd.). Laporan Hasil Penelitian Dosen Muda IPB. Bogor (ID): Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

(36)

23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Jenis pohon yang ditemukan di lokasi penelitian

No. Nama lokal Nama ilmiah Family

Kerapatan kayu (g/cm3)

1 Asam Dracontomelon sp. Anacardiaceae 0.78

2 Bawang Melia excelsa Meliaceae 0.60

3 Bayur Pterospermum sp. Sterculiaceae 0.49

4 Bengkirai Hopea dyeri Dipterocarpaceae 0.78

5 Benuang Octomeles sumatrana Datiscaceae 0.33

6 Bintangur Calophyllum tomentosum Guttiferae 0.59

7 Bunyau Amoora sp. Meliaceae 0.45

8 Cempedak Artocarpus teymanii Moraceae 0.56

9 Galam Melaleuca viridiflora Myrtaceae 0.85

10 Gerunggang Cratoxylon arborescens Guttiferae 0.47

11 Jabon Anthocephalus chinensis Rubiaceae 0.42

12 Jambu-jambu Eugenia sp. Myrtaceae 0.85

13 Kapas Lophopetalum beccarianum Celastraceae 0.64

14 Kapol Baccaurea dulcis Euphorbiaceae 0.61

15 Kayu batu Maranthes corymbosa Chrysobalanaceae 0.96 16 Kedondong hutan Spondias dulcis Anacardiaceae 0.36

17 Kempas Koompassia malaccensis Fabaceae 0.95

18 Keruing Dipterocarpus costulatus Dipterocarpaceae 0.79

19 Kumpang Myristica sp. Myristicaceae 0.54

20 Langsat Sandoricum sp. Meliaceae 0.29

21 Mahang Macaranga sp. Euphorbiaceae 0.50

22 Mahawai Polyalthia glauca Annonaceae 0.56

23 Manggis hutan Garcinia sp. Guttiferae 0.91

24 Medang Litsea firma Lauraceae 0.56

25 Meranti batu Shorea dasyphylla Dipterocarpaceae 0.51 26 Meranti kuning Shorea faguetiana Dipterocarpaceae 0.57 27 Meranti merah Shorea leprosula Dipterocarpaceae 0.52

28 Meranti putih Shorea sp. Dipterocarpaceae 0.65

29 Merpayang Scaphium macropodum Sterculiaceae 0.68

30 Nyatoh Palaquium ferox Sapotaceae 0.60

31 Pempaning Lithocarpus sp. Fagaceae 0.83

32 Pulai Alstonia scholaris Apocynaceae 0.38

33 Rambutan hutan Nephelium lappaceum Sapindaceae 0.91

34 Rengas Glutta renghas Anacardiaceae 0.69

35 Resak Vatica rassak Dipterocarpaceae 0.60

(37)

24

Lampiran 1 Lanjutan

No. Nama lokal Nama ilmiah Family Kerapatan kayu

(g/cm3)

37 Simpur Dillenia borneensis Dilleniaceae 0.76

38 Sindur Sindora galedupa Fabaceae 0.69

39 Tengkawang Shorea palembanica Dipterocarpaceae 0.55

40 Terap Artocarpus elasticus Moraceae 0.44

41 Ulin Eusideroxylon zwageri Lauraceae 1.04

(38)

25 Lampiran 2 Tegakan hutan alam pada kelas hutan A, B, C, dan D

Kelas hutan A Kelas hutan B

(39)

26

Lampiran 3 Tegakan hutan alam pada areal TPTI dan TPTJ RKT 2011, 2012, dan 2013

RKT 2011 TPTI RKT 2011 TPTJ

RKT 2012 TPTI RKT 2012 TPTJ

(40)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Desember 1991 dari ayah Reslin Siagian dan ibu Elida Sitanggang. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bekasi pada tahun 2009 dan pada tahun tersebut juga penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Inventarisasi Sumberdaya Hutan pada tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Silvikultur pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Teknik Inventarisasi Sumberdaya Hutan pada tahun ajaran 2013/2014, asisten praktikum Analisis Biaya Pengelolaan Hutan pada tahun ajaran 2013/2014, dan asisten praktikum Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis pernah menjadi pengajar Matematika bimbingan belajar SNMPTN Paguyuban Beasiswa Karya Salemba Empat IPB pada bulan Maret-Juni 2012 dan pengajar Bahasa Inggris dalam kegiatan Pengajaran Bahasa Inggris IFSA-LC IPB untuk anak-anak sekitar kampus IPB pada bulan Oktober-Desember 2012. Penulis juga pernah aktif menjadi anggota Divisi Ekstern Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa IPB, anggota Divisi Public Relation International Forestry Student Association-Local Committee IPB, dan anggota Divisi Keprofesian Forest Management Student Club IPB. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Purwakarta dan Bandung pada bulan Juli 2011, Praktek Pengelolaan Hutan di Sukabumi, Bogor, dan Bandung pada bulan Juli-Agustus 2012, dan Praktek Kerja Lapangan di PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah pada bulan Februari-April 2013.

Gambar

Gambar 2  Citra Landsat ETM+ areal PT. Sarmiento Parakantja Timber liputan tahun 2011
Tabel 21  Stok karbon total tiang dan pohon di PT. Sarmiento Parakantja Timber

Referensi

Dokumen terkait

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional

Panjang akar dan kandungan klorofil yang ditunjukan oleh eceng gondok dipengaruhi oleh jenis perairan terutama jenis limbah yang mengandung logam,

selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Isi pokok mata kuliah ini meliputi: (1) konsep teori, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran bahasa, (2) metode-metode pengajaran bahasa, (3)

Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan kurang efektif dan kurang tepat sasaran, yang disebabkan terbatasnya pegawai dan informasi

[r]

The method manipulates the redundancy inherent in line pair-relations to generate artificial 3D point entities and utilize those entities during the estimation process to improve

Analisis Hujan Bulan Oktober 2014, Prakiraan Hujan Bulan Desember 2014, Januari dan Pebruari 2015 disusun berdasarkan hasil pantauan kondisi fisis atmosfer dan data yang