• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA CEDERA KEPALA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS DARAT RAWAT INAP DI

RSUD DR. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI TAHUN 2010-2011

SKRIPSI

Oleh

ROHANI PRIMASURI DAMANIK NIM. 081000087

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA CEDERA KEPALA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS DARAT RAWAT INAP DI

RSUD DR. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI TAHUN 2010-2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

ROHANI PRIMASURI DAMANIK NIM. 081000087

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan penyebab terbanyak terjadinya cedera di seluruh dunia. Menurut WHO (2008) kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian kesepuluh di dunia dengan jumlah kematian 1,21 juta (2,1%).Cedera kepala adalah penyakit yang paling sering terjadi diakibatkan kecelakaan lalu lintas dibandingkan cedera lainnya. Di Indonesia cedera kepala menempati peringkat pertama pada urutan cedera yang dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas (33,2%). Menurut data Riskesdas (2007) ada sebanyak 18,9% korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera kepala.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011, bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel sebesar 114 penderita (total sampling).

Penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat dengan proporsi tertinggi pada kelompok umur 16-24 tahun (39,5%), jenis kelamin laki-laki (67,5%), pekerjaan pelajar/mahasiswa (32,5%), penyebab kecelakaan lalu lintas (KLL) roda dua (66,3%), pada waktu 18.01-24.00 (33,3%), pada hari Senin (21,9%), tingkat keparahan ringan (74,6%), lama rawatan rata-rata 3,97 hari, keadaan sewaktu pulang yaitu pulang berobat jalan (51,8%), dan sumber biaya umum (52,6%). CFR tertinggi tahun 2010 (3,8%), KLL roda empat atau lebih (5,3%), waktu 18.01-24.00 (5,3%), dan tingkat keparahan berat (30%). Ada perbedaan secara bermakna lama rawatan rata-rata dengan sumber biaya (p=0,001), lama rawatan rata-rata dengan keadaan sewaktu pulang (p=0,001).

Disarankan kepada pihak RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi agar melengkapi pencatatan rekam medis, kepada pihak kepolisian agar memberikan penyuluhan ke sekolah/kampus mengenai peraturan berlalu lintas, dan kepada masyarakat agar berhati-hati saat mengendarai kendaraan dan menggunakan helm standar bagi pengendara roda dua.

(5)

ABSTRACT

Traffic accidents is the most common cause of injury in the whole world. According to WHO (2008) traffic accident is the tenth leading cause of death in the world with 1.21 million deaths (2.1%). Head injury is the most common disease caused by traffic accidents than other injuries. In Indonesia, the head injury was ranked first in the order of the injury suffered by the victims of traffic accidents (33.2%). According to data Riskesdas (2007) there are 18.9% of traffic accident victims with head injuries.

This study aimed to determine the characteristics of patients with head injury due to traffic accidents inpatients in Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi in 2010-2011, a descriptive case series design. Population and sample are 114 patients (total sampling).

Patients with head injuries due to traffic accidents with the highest proportion in the age group 16-24 years (39.5%), male (67.5%), student (32.5%), two-wheeled vehicle (66.3%), at 18.01-24.00 (33.3%), on Monday (21,9%), mild head injury (74.6%), the average treatment time 3.97 days, outpatient home care (51.8%), and own costs (52.6%). Highest CFR in 2010 (3,8%), four-wheeled or more vehicle (5,3%), at 18.01-24.00 (5,3%), and severe head injury (30%). There are significant differences in the average treatment time with the source charge (p = 0.001), average treatment time with the situation when returning (p = 0.001).

Suggested to the hospital Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi set to be complete recording of medical records, to the police in order to provide education to school/college regarding traffic rules, and the public to be careful when driving a vehicle and using standard helmets for two-wheeled riders.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rohani Primasuri Damanik

Tempat / Tanggal Lahir : Tebing Tinggi / 18 Nopember 1990

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Saudara : 1 orang

Alamat Rumah : Jl. Gunung Martimbang II, Lingk IV, Kp Lalang, Tebing Tinggi

Riwayat Pendidikan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasihNya sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Penderita Cedera

Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Di RSUD Dr. H. Kumpulan

Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang tua tercinta, T. Damanik, BE dan Y.

Saragih yang selalu mendoakan, setia dan penuh kasih membimbing, berkorban moril

maupun materi, serta memberi dorongan pada penulis. Dalam penulisan skripsi ini penulis

banyak mendapat dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, M.Kes sebagai dosen pembimbing akademik dan Ibu drh.

Rasmaliah, M.Kes sebagai ketua departemen epidemiologi.

3. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes sebagai dosen pembimbing 1 yang telah meluangkan waktu

dan pikiran dalam memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu drh. Hiswani, M.Kes sebagai dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu

dan pikiran dalam memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH sebagai dosen penguji 1 yang telah

(8)

6. Bapak dr. Mhd Makmur Sinaga, M.S sebagai dosen penguji 2 yang telah memberikan

saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Direktur dan Kepala Bagian Rekam Medik RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi

beserta seluruh staf yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian.

8. Seluruh dosen dan staf pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

9. Kakak Corry Damanik, Amd, abang Nanda Simatupang, Amd, dan Arya yang telah

banyak memberikan dukungan, doa, nasihat serta menginspirasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk KTB ”Charis of Christ” (Kak Purnama, Eka, Febry, Stiph) terima kasih untuk

kebersamaan, doa serta dukungan yang diberikan.

11. Rekan-rekan peminatan Epidemiologi 2008 serta teman-teman di FKM USU yang tidak

bisa disebut satu persatu atas motivasi, bantuan serta berbagi ilmu kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Saudara-saudari sepelayanan Pemuda GKPS P.Bulan, tim kerohanian, Panal 2012, BPH,

dan bang Ramando Sinaga yang memberi doa dan semangat.

Penulis menyadari skripsi ini banyak kekurangan, oleh karena itu penulis menerima

kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Medan, Februari 2013

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Definisi Cedera Kepala... 8

2.2. Anatomi Kepala ... 8

2.2.1. Kulit Kepala ... 8

2.2.2. Tengkorak ... 8

2.2.3. Meningen ... 9

2.2.4. Otak... 10

2.2.5. Cairan Cerebrospinalis... 12

2.3. Penyebab Cedera Kepala ... 13

2.4. Epidemiologi Cedera Kepala ... 13

2.4.1. Distribusi Cedera Kepala ... 13

2.4.2. Determinan Cedera Kepala ... 15

2.5. Klasifikasi Cedera Kepala ... 17

2.5.1. Komosio Serebri ... 17

2.5.2. Kontusio Serebri ... 17

2.5.3. Hematoma Epidural ... 17

2.5.4. Hematoma Subdural ... 18

2.5.5. Hematoma Intraserebral... 18

2.5.6. Fraktur Kranii ... 19

2.6. Tingkat Keparahan ... 19

2.6.1. Cedera Kepala Ringan ... 20

2.6.2. Cedera Kepala Sedang ... 20

2.6.3. Cedera Kepala Berat ... 21

2.7. Komplikasi dan Kelainan Cedera Kepala ... 21

2.7.1. Gangguan Neurologik ... 21

(10)

2.7.3. Kebocoran Cairan Serebrospinal ... 21

2.7.4. Sindrom Psikis Pascatrauma ... 22

2.7.5. Kejang Post Traumatika ... 22

2.7.6. Hidrosefalus ... 23

2.7.7. Ganggguan Gastrointestinal... 23

2.7.8. Neurogenic Pulmonary Edema ... 24

2.8. Pencegahan Cedera Kepala ... 24

2.8.1. Pencegahan Primordial ... 24

2.8.2. Pencegahan Primer ... 24

2.8.3. Pencegahan Sekunder ... 25

2.8.4. Pencegahan Tersier ... 28

2.9. Kerangka Konsep ... 28

2.10. Definisi Operasional ... 28

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2. Waktu Penelitian ... 32

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 32

3.3.1. Populasi Penelitian... 32

3.3.2. Sampel Penelitian ... 32

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5. Teknik Analisa Data ... 33

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 34

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

4.2. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Sosiodemografi ... 36

4.3. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Penyebab ... 37

4.4. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Waktu Kejadian ... 38

4.5. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Hari Kejadian ... 39

4.6. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 40

4.7. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata ... 40

4.8. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 41

4.9. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Sumber Biaya ... 42

(11)

4.11. CFR Penyebab Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan

Lalu Lintas Darat... 43

4.12. CFR Waktu Kejadian Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat ... 44

4.13. CFR Tingkat Keparahan Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat ... 45

4.14. Analisa Statistik ... 45

4.14.1. Waktu Kejadian Berdasarkan Penyebab ... 45

4.14.2. Tingkat Keparahan Berdasarkan Penyebab ... 46

4.14.3. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 47

4.14.4. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Sumber Biaya ... 48

4.14.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 49

4.14.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 50

BAB 5. PEMBAHASAN ... 52

5.1. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Sosiodemografi ... 52

5.1.1. Umur ... 52

5.1.2. Jenis Kelamin... 53

5.1.3. Pekerjaan... 54

5.2. Penyebab... 56

5.3. Waktu Kejadian ... 57

5.4. Hari Kejadian... 58

5.5. Tingkat Keparahan ... 59

5.6. Lama Rawatan Rata-rata ... 60

5.7. Keadaan Sewaktu Pulang ... 61

5.8. Sumber Biaya ... 62

5.9. CFR Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas ... 64

5.9.1. CFR Setiap Tahun... 64

5.9.2. CFR Penyebab ... 64

5.9.3. CFR Waktu Kecelakaan ... 64

5.9.4. CFR Tingkat Keparahan ... 65

5.10. Analisa Statistik ... 65

5.10.1. Waktu Kejadian Berdasarkan Penyebab ... 65

5.10.2. Tingkat Keparahan Berdasarkan Penyebab ... 67

5.10.3. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 68

5.10.4. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Sumber Biaya ... 69

5.10.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 70

(12)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74 6.1. Kesimpulan ... 74 6.2. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSUD Dr. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 ... 36 Tabel 4.2. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Penyebab di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing TinggiTahun 2010-2011... 37 Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Penyebab Tercatat di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing TinggiTahun 2010-2011... 38 Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Waktu Kejadian di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 ... 38 Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Hari Kejadian di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing TinggiTahun 2010-2011... 39 Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011... 40 Tabel 4.7. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011... 41 Tabel 4.8. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 ... 41 Tabel 4.9. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

(14)

Tabel 4.10. CFR Setiap Tahun Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011... 43 Tabel 4.11. CFR Penyebab Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan

Lalu Lintas Darat Rawat Inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 ... 43 Tabel 4.12. CFR Waktu Kejadian Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011... 44 Tabel 4.13. CFR Tingkat Keparahan Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011... 45 Tabel 4.14. Distribusi Proporsi Waktu Kejadian Berdasarkan Penyebab

pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011... 46 Tabel 4.15. Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Berdasarkan Penyebab

pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011... 47 Tabel 4.16. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan

Tingkat Keparahan pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011... 48 Tabel 4.17. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan

Sumber Biaya pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011... 49 Tabel 4.18. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya pada

Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 ... 50 Tabel 4.19. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Lapisan Kranium...10 Gambar 2.2. Anatomi Otak...12 Gambar 5.1. Diagram Pie Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan

Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Umur di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 ... 52 Gambar 5.2. Diagram Pie Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu

Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 ... 53 Gambar 5.3. Diagram Bar Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu

Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 ... 55 Gambar 5.4. Diagram Pie Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu

Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Penyebab di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 ... 56 Gambar 5.5. Diagram Pie Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu

Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Waktu Kejadian di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun

2010-2011 ... 57 Gambar 5.6. Diagram Pie Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu

Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Hari Kejadian di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 ... 58 Gambar 5.7. Diagram Pie Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu

Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun

2010-2011 ... 59 Gambar 5.8. Diagram Pie Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu

(16)

Gambar 5.9. Diagram Pie Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD

Dr. H. Kumpulan Pane Tebing TinggiTahun 2010-2011 ... 639

Gambar 5.10. Diagram Bar Proporsi Waktu Kejadian Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Penyebab di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011 ... 66 Gambar 5.11. Diagram Bar Proporsi Tingkat Keparahan Penderita Cedera

Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Penyebab di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011 ... 67 Gambar 5.12. Diagram Bar Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita

Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011 ... 68 Gambar 5.13. Diagram Bar Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita

Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011 ... 70 Gambar 5.14. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita Cedera

Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011 ... 71 Gambar 5.15. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita Cedera

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Master Data Output SPSS

(18)

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan penyebab terbanyak terjadinya cedera di seluruh dunia. Menurut WHO (2008) kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian kesepuluh di dunia dengan jumlah kematian 1,21 juta (2,1%).Cedera kepala adalah penyakit yang paling sering terjadi diakibatkan kecelakaan lalu lintas dibandingkan cedera lainnya. Di Indonesia cedera kepala menempati peringkat pertama pada urutan cedera yang dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas (33,2%). Menurut data Riskesdas (2007) ada sebanyak 18,9% korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera kepala.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011, bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel sebesar 114 penderita (total sampling).

Penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat dengan proporsi tertinggi pada kelompok umur 16-24 tahun (39,5%), jenis kelamin laki-laki (67,5%), pekerjaan pelajar/mahasiswa (32,5%), penyebab kecelakaan lalu lintas (KLL) roda dua (66,3%), pada waktu 18.01-24.00 (33,3%), pada hari Senin (21,9%), tingkat keparahan ringan (74,6%), lama rawatan rata-rata 3,97 hari, keadaan sewaktu pulang yaitu pulang berobat jalan (51,8%), dan sumber biaya umum (52,6%). CFR tertinggi tahun 2010 (3,8%), KLL roda empat atau lebih (5,3%), waktu 18.01-24.00 (5,3%), dan tingkat keparahan berat (30%). Ada perbedaan secara bermakna lama rawatan rata-rata dengan sumber biaya (p=0,001), lama rawatan rata-rata dengan keadaan sewaktu pulang (p=0,001).

Disarankan kepada pihak RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi agar melengkapi pencatatan rekam medis, kepada pihak kepolisian agar memberikan penyuluhan ke sekolah/kampus mengenai peraturan berlalu lintas, dan kepada masyarakat agar berhati-hati saat mengendarai kendaraan dan menggunakan helm standar bagi pengendara roda dua.

(19)

ABSTRACT

Traffic accidents is the most common cause of injury in the whole world. According to WHO (2008) traffic accident is the tenth leading cause of death in the world with 1.21 million deaths (2.1%). Head injury is the most common disease caused by traffic accidents than other injuries. In Indonesia, the head injury was ranked first in the order of the injury suffered by the victims of traffic accidents (33.2%). According to data Riskesdas (2007) there are 18.9% of traffic accident victims with head injuries.

This study aimed to determine the characteristics of patients with head injury due to traffic accidents inpatients in Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi in 2010-2011, a descriptive case series design. Population and sample are 114 patients (total sampling).

Patients with head injuries due to traffic accidents with the highest proportion in the age group 16-24 years (39.5%), male (67.5%), student (32.5%), two-wheeled vehicle (66.3%), at 18.01-24.00 (33.3%), on Monday (21,9%), mild head injury (74.6%), the average treatment time 3.97 days, outpatient home care (51.8%), and own costs (52.6%). Highest CFR in 2010 (3,8%), four-wheeled or more vehicle (5,3%), at 18.01-24.00 (5,3%), and severe head injury (30%). There are significant differences in the average treatment time with the source charge (p = 0.001), average treatment time with the situation when returning (p = 0.001).

Suggested to the hospital Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi set to be complete recording of medical records, to the police in order to provide education to school/college regarding traffic rules, and the public to be careful when driving a vehicle and using standard helmets for two-wheeled riders.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular (PTM) dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi PTM dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat, kecelakaan merupakan salah satu di antaranya.1

Kecelakaan dapat saja terjadi setiap saat dan dimana saja. Namun kecelakaan itu lebih sering terjadi pada keadaan manusia bergerak atau berlalu lintas. Dan lalu lintas itu terjadi hampir pada setiap detik kehidupan manusia dan terjadi dimana-mana. Kesibukan lalu lintas terjadi di darat, laut dan udara. Sampai saat ini perhatian masih banyak ditujukan pada lalu lintas di darat walaupun masalah lalu lintas di laut dan udara tidak kalah menariknya.1

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak terjadinya cedera di seluruh dunia dan angka kematian yang disebabkan kecelakaan lalu lintas berada di urutan ketiga setelah Jantung dan Tuberculosis (TB) di Indonesia. Kecelakaan lalu lintas menempati urutan kesembilan pada Disability Adjusted Life Years (DALYs). Diperkirakan akan menempati urutan ketiga di tahun 2020 sedangkan di negara berkembang urutan kedua. 2

(21)

berkembang menjadi penyebab kematian ketujuh di dunia dengan jumlah kematian 940.000 (2,4%).3 Menurut WHO sekitar 1,3 juta orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan lalu lintas. Tanpa tindakan pengobatan, akibat kecelakaan lalu lintas diperkirakan akan mengakibatkan kematian sekitar 1,9 juta orang per tahun pada tahun 2020.4 Kecelakaan lalu lintas dapat mengakibatkan berbagai cedera. Kepala merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena cedera pada kecelakaan lalu lintas. 5

Di Amerika Serikat pada tahun 1990 dilaporkan kejadian cedera kepala 200 per 100.000 penduduk per tahun.6 Menurut penelitian Hesketad di Rumah Sakit Universitas Stavanger Norwegia, selama tahun 2003 tingkat kejadian tahunan cedera kepala adalah 207 per 100.000 penduduk.7

Proporsi disabilitas dan (Case Fatality Rate) CFR cedera akibat kecelakaan lalu lintas masih tinggi. CFR tertinggi dijumpai di beberapa negara Amerika Latin (41,7 per 100.000 penduduk), Asia (21,9 dan 21,0 per 100.000 penduduk di Korea Selatan dan Thailand).8 Berdasarkan penelitian Pusat Penelitian Kecelakaan Bangladesh Universitas Teknik Teknologi, sekitar 10.000 sampai 12.000 orang tewas dalam kecelakaan di jalan di Bangladesh setiap tahunnya.9

Di Beijing selama tahun 2009 berdasarkan data dari Pusat Kesehatan Darurat ada 2.984 kecelakaan lalu lintas dan 921 di antaranya mengalami cedera kepala (30,9%).10 Di Kamboja pada tahun 2004 sebanyak 65% dari korban kecelakaan lalu lintas menderita cedera kepala.11

(22)

2007 korban sebanyak 49.553 orang dengan jumlah kematian 16.955 orang (CFR=34,2%), tahun 2008 korban sebanyak 59.164 orang dengan jumlah kematian 20.188 orang (CFR=34,2%), dan pada tahun 2009 korban sebanyak 62.960 orang dengan jumlah kematian 19.979 (CFR=31,7%).12 Berdasarkan laporan dari Kepolisian Republik Indonesia, pada tahun 2010 di Indonesia jumlah kematian akibat kecelakaan telah mencapai 31.234 jiwa, yang artinya dalam setiap 1 jam terdapat 3-4 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di jalan.13

Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 cedera merupakan penyebab kematian utama keempat (6,5%) untuk semua umur setelah Stroke, TB, dan Hipertensi. Pada pola 10 penyakit penyebab kematian terbanyak di rumah sakit pada pasien rawat jalan cedera menempati urutan keenam, sedangkan pada pasien rawat inap menempati urutan keempat.14

Di Indonesia cedera kepala menempati peringkat pertama pada urutan cedera yang dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas yaitu sebesar 33,2%. Menurut data dari (riset kesehatan dasar) Riskesdas 2007 ada sebanyak 18,9% korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera kepala.15 Prevalensi kecelakaan lalu lintas darat tertinggi terdapat di Provinsi Bengkulu (44,2%), terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (14,8%) dan prevalensi cedera kepala tertinggi di Provinsi Papua (18,0%).16

(23)

jiwa (70,0%).17 Menurut data Riskesdas (2007) di Sumatera Utara ada sebanyak 31,3% cedera yang disebabkan kecelakaan lalu lintas darat dan ada sebanyak 14,6% korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera kepala. Tapanuli Selatan memiliki kejadian cedera kepala tertinggi di Sumatera Utara sebanyak 28,4%.18

.Berdasarkan Laporan Akhir Departemen Perhubungan Tahun 2007 pada tahun 2005 di kota Medan terdapat korban kecelakaan 618 jiwa dengan korban meninggal 202 jiwa (CFR=32,7%).17 Menurut data Riskesdas 2007 ada sebanyak 43,5% cedera yang disebabkan kecelakaan lalu lintas darat dan ada sebanyak 16,7% korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera kepala.18

Menurut laporan akhir Departemen Perhubungan RI (2007) di Kota Tebing Tinggi terdapat jalan propinsi sepanjang 4.050 km2, jalan kota sepanjang 114.060 km2 dan delapan jalan nasional dengan panjang 15.760 km2. Terdapat tiga jalan nasional yang sering terjadi kecelakaan lalu lintas, di antaranya adalah jalan perbatasan ke Sei Rampah dan perbatasan ke Simalungun. Kondisi jalan yang memengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu: rambu yang tidak tersedia, tikungan yang tajam, dana jalan yang rusak.20

(24)

Siantar (52,3%), Deli Serdang (51,8%), dan Kota Padang Sidempuan (50,8%) dan ada sebanyak 14,6% korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera kepala di Kota Tebing Tinggi.18

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RSUD DR. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi, jumlah penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat yang dirawat inap tahun 2010-2011 sebanyak 114 orang. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

(25)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan sosiodemografi antara lain: umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan penyebab.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan waktu kejadian.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan hari kejadian.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan tingkat keparahan.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan lama rawatan rata-rata.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan sumber biaya.

i. Untuk mengetahui CFR setiap tahun, penyebab, waktu kejadian, dan tingkat keparahan pada penderita cedera kepala.

j. Untuk mengetahui proporsi waktu kejadian berdasarkan penyebab. k. Untuk mengetahui proporsi tingkat keparahan berdasarkan penyebab. l. Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan tingkat

(26)

m. Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan sumber biaya.

n. Untuk mengetahui proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

o. Untuk mengetahui proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi dalam mengelola perawatan penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat.

1.4.2. Sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Cedera Kepala

Cedera kepala adalah suatu trauma mekanik pada kepala baik secara langsung atau tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial, baik temporer maupun permanen.21

Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.22

2.2. Anatomi Kepala 2.2.1. Kulit Kepala23

Kulit kepala menutupi tengkorak, terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu: skin atau kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponneurosis atau galea aponeurotika, loose connective tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium.

2.2.2. Tengkorak24

(28)

dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak dan pembuluh darah. Permukaan bawah rongga dikenal sebagai dasar tengkorak atau basis kranii. Permukaan ini ditembusi banyak lubang supaya dapat dilalui serabut saraf dan pembuluh darah.

2.2.3. Meningen

Meningen adalah jaringan membran penghubung yang melapisi otak dan medula spinalis. Ada tiga lapisan meningen yaitu:

a. Durameter (lapisan luar)

Durameter adalah lapisan terluar meningen, merupakan lapisan yang liat, kasar, dan terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada permukaan dalam kranium.25 Durameter mempunyai dua lapisan membran, yaitu endosteal dan meningeal. Arteri-arteri meningen terletak antara durameter dan permukaan dalam kranium (ruang epidural). Pada cedera kepala, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut bridging veins.23

b. Selaput arakhnoid (lapisan tengah)

Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis, tembus pandang, dan seperti laba-laba.25 Selaput ini dipisahkan dari durameter oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari piameter oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh cairan serebrospinalis.

c. Piameter (lapisan dalam)

(29)

membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk ke dalam substansi otak juga diliputi oleh piameter.23

Gambar 2.1 Lapisan Kranium23 2.2.4. Otak

Otak adalah suatu bagian yang menarik dan kompleks dari anatomi manusia. Otak bertanggung jawab untuk banyak hal seperti memicu emosi dan sumber informasi.26 Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a. Otak besar (cerebrum)

(30)

a.1. Lobus frontal berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intelektual, emosi, dan fungsi fisik. Pada lobus frontal bagian kiri terdapat area yang berfungsi sebagai pusat motorik bahasa.

a.2. Lobus parental terdapat sensori primer dari korteks, berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi posisi, sensasi raba, tekan, dan suhu ringan.

a.3. Lobus temporal mengandung area auditorus, tempat tujuan yang datang dari telinga. Berfungsi sebagai input perasa pendengaran, pengecap, penciuman, dan proses memori.

a.4. Lobus oksipital mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna, refleks visual.

b. Otak kecil (cerebellum)

Otak kecil besarnya kira-kira seperempat otak besar. Di antaranya dibatasi oleh tentorium serebri. Fungsi utama otak kecil adalah koordinasi aktivitas muskular, kontrol tonus otot, mempertahankan postur, dan keseimbangan.

c. Batang otak (truncus serebri)

(31)
[image:31.612.170.472.83.313.2]

Gambar 2.2 Anatomi Otak26

2.2.5. Cairan Cerebrospinalis25

Cairan cerebrospinalis banyak ditemukan dalam ventrikel, di saluran sentral medula spinalis dan di ruang arachnoid. Cairan ini merupakan penyaringan dari darah, berupa plasma yang tidak berwarna, jernih, dan normalnya mengandung protein dan glukosa. Pada orang dewasa rata-rata diproduksi cairan cerebrospinalis sebanyak 400-600 ml/hari.

(32)

2.3. Penyebab Cedera Kepala

Penyebab umum cedera kepala yaitu karena kecelakaan lalu lintas, juga disebabkan karena hal lain seperti terjatuh, terpukul, serangan fisik, kecelakaan industri, kecelakaan di rumah, kecelakaan kerja, olahraga, dan saat bermain.27

Penyebab terpenting cedera kepala yang serius adalah kecelakaan lalu lintas (60% kematian yang disebabkan kecelakaan lalu lintas merupakan akibat cedera kepala).28

Menurut penelitian Turner di New York tahun 1996, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48-53 % dari insidens cedera kepala, 20-28 % karena terjatuh dan 3-9 % lainnya disebabkan tindak kekerasan, olahraga dan rekreasi.22

2.4. Epidemiologi Cedera Kepala 2.4.1. Distribusi Cedera Kepala

a. Orang

Distribusi kasus cedera kepala lebih banyak melibatkan kelompok usia produktif, yaitu antara 15-44 tahun (dengan usia rata-rata sekitar 30 tahun) dan lebih didominasi oleh kaum laki-laki dibandingkan dengan perempuan.29

Menurut Miller, anak-anak usia <15 tahun beresiko mengalami cedera kepala (33%) dan berumur >65 tahun 70-88%.28 Angka kematian pasien yang berusia 15-22 tahun yaitu 32,8 kasus per 100.000 orang dan tingkat kematian pada pasien berusia lanjut (>65 tahun) adalah sekitar 31,4 kasus per 100.000 orang.31

(33)

pada golongan dewasa dengan kisaran umur 14-44 tahun dan menimpa laki-laki hampir tiga kali lebih besar dibandingkan dengan perempuan.8

Berdasarkan penelitian Balitbang Kesehatan bagian terbesar kasus kecelakaan lalu lintas terjadi antara kendaraan bermotor dan pejalan kaki (47%) dan sebanyak 43% korban meninggal adalah pejalan kaki.32

b. Tempat

Menurut WHO (2011) lebih dari 90% kematian akibat kecelakaan lalu lintas terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, kejadian tertinggi adalah di daerah Afrika dan Timur Tengah.11 Hasil analisa lanjut data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa proporsi cedera akibat lalu lintas secara nasional sebesar 27,0%.15

Menurut wilayah Provinsi proporsi cedera tertinggi akibat kecelakaan lalu lintas terdapat di Provinsi DI Yogyakarta (44,7%) dan terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (15,1%). Berdasarkan data di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta penderita cedera kepala yang rawat inap terdapat paling banyak menderita cedera kepala ringan sebesar 60-70% dengan CFR tertinggi 35-50% akibat cedera kepala berat.15

c. Waktu

(34)

cedera kepala, dengan rata-rata korban yang meninggal sebanyak 18 per 100.000 penduduk.35

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Woro tahun 2005 terhadap pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati kebanyakan korban kecelakaan mengalami cedera kepala dengan kondisi yang parah (64,7%). Kecelakaan banyak terjadi di siang hari, namun kecelakaan malam hari mempunyai proporsi lebih tinggi tingkat keparahan cederanya (59%).8 Waktu kejadian kecelakaan lalu lintas yang paling sering adalah antara pukul 07.00-12.00 WIB.32

2.4.2. Determinan Cedera Kepala

Menurut teori Haddix, cedera dipengaruhi oleh faktor manusia (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment).15

Hasil penelitian Balitbang Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar separuh dari para korban kecelakaan lalu lintas berumur antara 20-39 tahun (47%), suatu golongan umur yang paling aktif dan produktif. Sebanyak 74% dari korban sebagian besar adalah pria. Pekerjaan korban sebagian besar adalah buruh (25%) dan 11% adalah pelajar dan mahasiswa.32

(35)

Berbagai faktor terlibat dalam kecelakaan lalu lintas. Ditemukan kontribusi masing-masing faktor, yaitu manusia/pengemudi (75%), kendaraan (5%), kondisi jalan (5%), dan faktor lainnya.

a. Faktor manusia. Faktor manusia meliputi pemakai jalan, penumpang, dan pengemudi. Faktor pengemudi yang dimaksudkan adalah keterampilan mengemudi, gangguan kesehatan (mabuk, mengantuk, letih), kepemilikan SIM, menaati peraturan dan rambu lalu lintas. Faktor penumpang yang dimaksudkan adalah jumlah muatan yang berlebihan. Faktor pemakai jalan bukan hanya pejalan kaki atau pengendara, tetapi ada juga pedagang kaki lima, sarana perparkiran, peminta-minta dan semacamnya.

b. Faktor kendaraan. Lalu lintas jalan raya penuh dengan berbagai jenis kendaraan. Pertama kendaraan tidak bermotor yaitu: sepeda, becak, gerobak, delman. Kedua kendaraan bermotor yaitu: sepeda motor, roda tiga/betor, mobil, bus, truk. Di antaranya kecelakaan lalu lintas paling sering pada kendaraan sepeda motor.

c. Faktor jalanan. Faktor jalanan dapat berupa keadaan fisik jalan (licin, berlubang-lubang, lurus/berkelok, datar/mendaki/menurun) dan rambu-rambu.

(36)

2.5. Klasifikasi Cedera Kepala 2.5.1. Komosio Serebri (geger otak)25

Komosio serebri adalah gangguan fungsi neurologik ringan tanpa adanya kerusakan struktur otak akibat cedera kepala. Gejala-gejala yang terjadi adalah mual, muntah, nyeri kepala, hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau tanpa diertai anamnesia retrogad yaitu hilangnya ingatan pada kejadiaan-kejadian sebelum terjadinya kecelakaan/cedera.

2.5.2. Kontusio Serebri (memar otak)25

Kontusio serebri adalah gangguan fungsi neurologik akibat cedera kepala yang disertai kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas otak masih utuh, Otak mengalami memar dengan memungkinkan adanya daerah yang mengalami perdarahan. Gejala yang timbul lebih khas yaitu, penderita kehilangan gerakan, kehilangan kesadaran lebih dari 10 menit

2.5.3. Hematoma Epidural,

Hematoma epidural adalah suatu hematoma yang cepat terakumulasi di antara tulang tengkorak dan durameter, biasanya disebabkan oleh pecahnya arteri meningen media.36 Gejala yang ditimbulkan yaitu sakit kepala, konfusi, kejang, defisit lokal, koma, dan jika tidak diatasi akan membawa kematian.

(37)

2.5.4. Hematoma Subdural38

Hematoma subdural kebanyakan sering terjadi di atas konveksitas hemisfer, dimana kebebasan bergerak dari otak adalah paling besar dan lokasi yang relatif lebih jarang adalah di daerah fosa posterior, dimana gerak lebih kecil. Kebanyakan hematoma subdural terjadi di bridging vein yang menghubungkan sistem vena dari otak dengan sinus venosus yang tertutup dalam durameter. Hematoma subdural bisa akut atau kronik.

a. Hematoma subdural akut

Biasanya ada hubungannya dengan cedera yang jelas dan sering kali disertai laserasi (robek) atau kontusi (memar) otak. Timbulnya gejala pada umunya tertunda dan ditandai secara klinis oleh gangguan kesadaran yang fluktuatif. Hasil dari hematoma subdural akut tergantung bukan saja hanya dari tindakan bedah tetapi juga dari luka pada otak di dekatnya.

b. Hematoma subdural kronik

Hematoma subdural kronik terlihat paling sering pada pada orang tua dan peminum alkohol. Pada penderita demikian biasanya didapatkan sedikit atrofi otak yang berakibat bertambah bebasnya pergerakan otak di dalam ruang tengkorak. Gejala-gejalanya lebih kurang nyata, pemeriksaan CT scan sangat memudahkan diagnostik.

2.5.5. Hematoma Intraserebral39

(38)

hematoma subdural. Paling banyak terjadi di lobus frontalis atau temporalis, dan tidak jarang ditemukan multipel. Gambaran klinis bergantung pada lokasi dan besarnya hematoma.

2.5.6. Fraktur Kranii39

Fraktur pada tengkorak dapat terjadi di tempat benturan maupun di tempat yang jauh dari benturan. Penanggulangan fraktur tulang kepala bergantung pada jenis fraktur. Terdapat beberapa bentuk fraktur tulang kepala, yakni linear, stelata, komunutif, dan impresi.

Patah tulang impresi ialah fraktur dengan fragmen tulang terdorong ke dalam. Diagnosa dibuat dengan foto rontgen kepala, termasuk foto tangensial pada tempat yang dicurigai. Indikasi utamanya adalah gangguan neurologik atau kejang.

Patah tulang tengkorak dasar pada umumnya terjadi pada petrosum, atap orbita, atau pada basis oksiput. Diagnosis berdasarkan anamnesis dan gejala klinis, seperti perdarahan dari hidung atau telinga, dan sekitar mastoid atau orbita. Foto rontgen pada waktu akut tidak diperlukan karena pada umumnya tidak memberikan tambahan informasi berarti, bahkan dapat membahayakan jiwa penderita. Saraf otak dapat juga cedera.

2.6. Tingkat Keparahan25

(39)

GCS awal saat penderita datang ke rumah sakit sangat penting untuk menilai tingkat keparahan cedera kepala. GCS yang dimaksudkan yaitu:

a. Respon membuka mata (E) Buka mata spontan

Buka mata bila dirangsang suara Buka mata bila dirangsang nyeri

Tidak membuka mata dengan rangsangan apapun

Nilai 4 3 2 1 b. Respon verbal (V)

Komunikasi verbal baik, jawaban tepat

Bingung, disorientasi waktu, tempat, dan orang Kata-kata tidak teratur

Suara tidak jelas

Tidak ada suara dengan rangsangan apapun

Nilai 5 4 3 2 1 c. Respon motorik (M)

Mengikuti perintah

Mengetahui tempat rangsangan nyeri

Menolak rangsangan nyeri (menarik ke samping) Menghindari rangsangan nyeri (menarik ke belakang) Reaksi ekstensi abnormal, kaku

Tidak ada reaksi dengan rangsangan nyeri apapun

Nilai 6 5 4 3 2 1

Berdasarkan nilai GCS maka pembagian tingkat keparahan cedera kepala sebagai berikut:

2.6.1. Cedera Kepala Ringan (GCS 13-15)21,36

Dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat kelainan pada CT scan otak, rawat rumah sakit <48 jam, amnesia pasca trauma (APT) <1 jam, dan biasanya tidak memerlukan tindakan operasi.

2.6.2. Cedera Kepala Sedang (GCS 9-12) 21,36

(40)

2.6.3. Cedera Kepala Berat (GCS 3-8) 21,36

Hilang kesadaran lebih dari 22 jam akibat penurunan kesadaran yang sangat progresif, GCS menetap dalam 48 jam sesudah cedera, dan APT >7 hari.

2.7. Komplikasi dan Kelainan Cedera Kepala 2.7.1. Gangguan Neurologik39

Cedera kepala dapat menyebabkan cedera saraf otak yang dapat berupa anosmia (bau), gangguan visus, strabismus, cedera nervus fasialis, gangguan pendengaran atau keseimbangan, disartri, dan disfagia. Kadang terdapat afasia dan hemiparesis.

2.7.2. Sindrom Pascatrauma39

Biasanya sindrom pascatrauma terjadi pada cedera kepala yang tergolong ringan dengan GCS >12, ataupun pingsan yang tidak lebih dari 20 menit. Sindrom tersebut berupa nyeri kepala, kepala terasa berat, mudah lupa, daya konsentrasi menurun, cemas, dan mudah tersinggung. Tidak didapatkan kelainan neurologik. Keluhan tersebut biasanya berlangsung hingga 2-3 bulan pascatrauma walaupun kadang jauh lebih lama.

2.7.3. Kebocoran Cairan Serebrospinal6

(41)

penyembuhan luka kebocoran CSS, umumnya kebocoran tersebut akan berhenti. Jika robekan durameter terjepit pada garis fraktur dan menyebabkan kebocoran terus-menerus, maka perlu tindakan operatif.

2.7.4. Sindrom Psikis Pascatrauma39

Sindrom psikis pascatrauma yang agak jarang ditemukan, meliputi penurunan inteligensia baik verbal maupun perilaku, gangguan perilaku, gangguan berpikir, rasa curiga serta sikap bermusuhan, cemas, menarik diri, dan depresi. Yang paling menonjol adalah gangguan daya ingat. Faktor utama timbulnya neuropsikiatrik ini adalah beratnya cedera dan bukan faktor premorbid seperti status sosial, umur atau tingkat pendidikan.

2.7.5. Kejang Post Traumatika6

Kejang post traumatika setelah cedera kepala banyak menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Kejang post traumatika dapat dibagi menjadi:

a. Kejang post traumatika dini (immediate post traumatic seizuries) merupakan kejang yang timbul dalam 22 jam pertama setelah cedera kepala.

b. Kejang post traumatika awal (early post traumatic seizuries) merupakan kejang yang terjadi antara hari pertama sampai ketujuh setelah cedera kepala.

c. Kejang post traumatika lanjut (late post traumatic seizuries) merupakan kejang yang timbul lebih dari 1 minggu setelah cedera kepala.

d. Post traumatic epilepsi merupakan kejang post traumatika lanjutan yang timbul berulang-ulang dan bukan disebabkan oleh hal lain kecuali cedera kepala.

(42)

cedera kepala. Dua per tiga keseluruhan penderita akan mengalami kejang lebih dari satu kali, dan 10% akan mengalami status epileptik.

2.7.6. Hidrosefalus6

Hidrosefalus yang timbul setelah cedera kepala secara umum dapat dibedakan atas dua tipe, yaitu:

a. Hidrosefalus non komunikan. Jenis ini dapat timbul akibat penekanan oleh efek massa perdarahan yang terjadi, terhadap jalur aliran CSS dalam sistem sentrikel. Sehingga aliran CSS terbendung. Jenis ini biasanya timbul karena adanya perdarahan di fossa posterior yang menekan ventrikel IV.

b. Hidrosefalus komunikan. Jenis ini timbul karena adanya gangguan penyerapan CSS pada rongga subarachnoid terutama pada granulasi arachnoid. Gangguan ini timbul karena adanya darah pada rongga subarachnoid yang mengganggu aliran maupun penyerapan CSS. Biasanya terjadi pada 2 bulan pertama setelah cedera kepala. Jenis ini lebih sering ditemukan daripada non komunikan. Secara klinis harus dipertimbangkan adanya hidrosefalus ini jika setelah cedera kepala, penderita memperlihatkan perbaikan awal yang cepat namun selanjutnya tidak ada kemajuan atau bahkan perburukan. Untuk alasan ini idealnya perlu dilakukan CT scan.

2.7.7. Ganggguan Gastrointestinal39

(43)

2.7.8. Neurogenic Pulmonary Edema6

Neurogenic pulmonary edema jarang terjadi, umumnya menyertai cedera kepala berat. Terdapat dua mekanisme yang mungkin bekerja secara sinergis. Pertama peningkatan Tekanan Tinggi IntraKranial (TTIK) yang cepat atau cedera langsung pada hipotalamus menyebabkan pelepasan rangsangan simpatik sehingga terjadi aliran darah yang meningkat ke paru-paru dengan peningkatan Pulmonary Capillary Wedge Pressures (PCWP) dan peningkatan permeabilitas kapiler di paru. Kedua pelepasan katekolamin yang terjadi akan memengaruhi endotel kapiler sehingga permeabilitas alveolar juga meningkat.

2.8. Pencegahan Cedera Kepala

Pencegahan cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas diarahkan kepada upaya untuk menurunkan kejadian kecelakaan lalu lintas. Upaya pencegahan yang dilakukan yaitu:

2.8.1. Pencegahan Primordial1

Pencegahan primordial adalah pencegahan yang dilakukan kepada orang-orang yang belum terkena faktor resiko yaitu berupa safety facilities: koridor (sidewalk), jembatan penyeberangan (over hedge bridge), rambu-rambu jalan (traffic signal), dan peraturan (law).

2.8.2. Pencegahan Primer1

(44)

a. Tidak mengemudi dengan gangguan kesehatan (terlalu lelah, mengantuk, di bawah pengaruh obat-obatan dan alkohol)

b. Pengendalian kecepatan kendaraan/ tidak mengebut c. Penggunaan helm dan sabuk pengaman

d. Muatan penumpang tidak berlebihan

e. Membuat jalanan yang lebih aman dan nyaman (tidak macet, kondisi tidak berlubang-lubang, tidak berkelok-kelok)

2.8.3. Pencegahan Sekunder5

Pencegahan sekunder yaitu pencegahan untuk menghentikan atau mengurangi perkembangan penyakit atau cedera kepala ke arah kerusakan dan ketidakmampuan. Pada pencegahan sekunder dilakukan diagnosis berupa anamnesis, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan radiologis.

a. Anamnesis

Sedapatnya dicatat apa yang terjadi, dimana, kapan waktu terjadinya kecelakaan yang dialami pasien. Selain itu perlu dicatat juga tentang kesadarannya, luka-luka yang diderita, muntah atau tidak, adanya kejang. Keluarga pasien diminta keterangan tentang apa yang terjadi.

b. Pemeriksaan Fisik Umum

(45)

c. Pemeriksaan Neurologis

Pada pasien yang sadar dapat dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap. Pada pasien yang berada dalam keadaan koma hanya dapat dilakukan pemeriksaan objektif. Bentuk pemeriksaan yang dilakukan adalah tanda perangsangan meningen, yang berupa tes kaku kuduk yang hanya boleh dilakukan bila kolumna vertebralis servikalis (ruas tulang leher) normal. Tes ini tidak boleh dilakukan bila ada fraktur atau dislokasi servikalis. Selain itu dilakukan perangsangan terhadap sel saraf motorik dan sensorik (nervus kranialis). Saraf yang diperiksa yaitu saraf 1 sampai saraf 12 yaitu: nervus I (olfaktoris), nervus II (optikus), nervus III (okulomotoris), nervus IV (troklealis), nervus V (trigeminus), nervus VI (abdusens), nervus VII (fasialis), nervus VIII (oktavus), nervus IX (glosofaringeus), nervus X (vagus), nervus XI (spinalis), nervus XII (hipoglous), nervus spinalis (pada otot lidah), dan nervus hipoglosus (pada otot belikat) berfungsi sebagai saraf sensorik dan motorik.

d. Pemeriksaan Radiologis d.1. Foto rontgen polos

(46)

Foto kolumna vertebralis servikalis dibuat anterior-posterior dan lateral untuk melihat adanya fraktur atau dislokasi. Pada foto polos tengkorak mungkin dapat ditemukan garis fraktur atau fraktur impresi. Tekanan intrakranial yang tinggi mungkin menimbulkan impressions digitae.

d.2. Compute Tomografik Scan (CT-Scan)

CT-Scan diciptakan oleh Hounsfield dan Ambrose pada tahun 1972. Dengan pemeriksaan ini kita dapat melihat ke dalam rongga tengkorak. Potongan-potongan melintang tengkorak bersama isinya tergambar dalam foto dengan jelas.

CT-Scan kepala merupakan standard baku untuk mendeteksi perdarahan intrakranial. Semua pasien dengan GCS<12 sebaiknya menjalankan pemeriksaan CT-Scan, sedangkan pada pasien dengan GCS>12 CT-Scan dilakukan hanya dengan indikasi tertentu seperti: nyeri kepala hebat, adanya tanda-tanda fraktur basis kranii, adanya riwayat cedera yang berat, muntah lebih dari satu kali, penderita lansia (> 65 tahun) dengan penurunan kesadaran atau anamnesia, kejang, riwayat gangguan vaskuler atau menggunakan obat-obat anti koagulen, rasa baal pada tubuh, gangguan keseimbangan atau berjalan, gangguan orientasi, berbicara, membaca, dan menulis.

d.3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)28

(47)

2.8.4. Pencegahan Tersier5

Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah komplikasi cedera kepala yang lebih berat atau kematian. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan melakukan rehabilitasi yang tepat, pemberian pendidikan kesehatan sekaligus konseling yang bertujuan untuk mengubah perilaku (terutama perilaku berlalu lintas) dan gaya hidup penderita. Rehabilitasi adalah bagian penting dari proses pemulihan penderita cedera kepala. Tujuan rehabilitasi setelah cedera kepala yaitu untuk meningkatkan kemampuan penderita untuk melaksanakan fungsinya di dalam keluarga dan di dalam masyarakat.

2.9. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Cedera Kepala 1. Sosiodemografi

Umur

Jenis Kelamin Pekerjaan 2. Penyebab 3. Waktu kejadian 4. Tingkat keparahan 5. Lama rawatan rata-rata 6. Keadaan sewaktu pulang 7. Sumber biaya

8. CFR penderita cedera kepala 2.10. Definisi Operasional

(48)

dokter dan dinyatakan menderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat yang tercatat pada kartu status.

2.10.2. Umur adalah usia penderita yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas:

1. ≤ 15 tahun 2. 16-24 tahun 3. 25-44 tahun 4. ≥ 45 tahun

2.10.3. Jenis kelamin adalah ciri khas (organ reproduksi) yang dimiliki penderita seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

2.10.4. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh penderita seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas:

1. PNS/TNI/Polri 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. IRT

5. Pelajar/Mahasiswa 6. Tidak bekerja

2.10.5. Penyebab adalah kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan terjadinya cedera kepala pada korban seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas:

1. Kecelakaan lalu lintas (KLL) roda dua 2. Kecelakaan lalu lintas (KLL) roda tiga

(49)

2.10.6. Waktu kejadian adalah jam terjadinya kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh penderita cedera kepala seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas:

1. 00.01-06.00 WIB 2. 06.01-12.00 WIB 3. 12.01-18.00 WIB 4. 18.01-24.00 WIB

2.10.7. Hari kejadian adalah hari terjadinya kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh penderita cedera kepala seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas:

1. Senin 2. Selasa 3. Rabu 4. Kamis 5. Jumat 6. Sabtu 7. Minggu

2.10.8. Tingkat keparahan adalah derajat keparahan yang dialami oleh penderita cedera kepala seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas: 1. Ringan (GCS 13-15)

2. Sedang (GCS 9-12) 3. Berat (GCS 3-8)

2.10.9. Lama rawatan rata-rata adalah jumlah hari rata-rata perawatan penderita cedera kepala seperti yang tertera pada kartu status.

2.10.10. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita sewaktu keluar dari rumah sakit seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas:

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Meninggal

(50)

2.10.11.Sumber biaya adalah asal biaya yang digunakan penderita selama masa perawatan seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas: 1. Askes

2. Jamkesmas 3. Jamkesda 4. Umum

Untuk analisa statistik dikategorikan menjadi:

1. Bukan biaya sendiri (Askes, Jamkesmas, dan Jamkesda) 2. Biaya sendiri (Umum)

(51)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan desain case series.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi, dengan pertimbangan tersedianya data yang diperlukan dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap tahun 2010-2011.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai Februari 2012 sampai Februari 2013.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 yang berjumlah 114 orang.

3.3.2. Sampel Penelitian

(52)

H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011 yaitu sebanyak 114 orang. Jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (total sampling).

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011, kemudian dilakukan pencatatan dan tabulasi sesuai dengan variabel yang diteliti.

3.5. Teknik Analisa Data

(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian40

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi berdiri tahun 1958 yang sebelumnya bernama Rumah Sakit Kota Praja. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 233/Menkes/S.K/VI/1983 UPTD RSU Kota Tebing Tinggi ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas C Non Pendidikan.

Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan mengenang jasa salah seorang dokter pribumi pertama yang berpraktek di Kota Tebing Tinggi dan merupakan Tokoh Masyarakat yang banyak bergerak di bidang kesehatan, maka nama Rumah Sakit dirubah menjadi RSUD Dr. H. Kumpulan Pane. Perubahan ini ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1013/Menkes/SK/IX/2007 Tanggal 6 Desember 2007. Pada Tanggal 28 Juli 2009 Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi ditetapkan menjadi kelas B Non Pendidikan berdasarkan Surat Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 581/MENKES/VII/2009. Pada tahun 2010 rumah sakit telah terakreditasi sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : YM.0110/III/7960/10.

(54)

luhur budaya kerja rumah sakit yang diyakini akan memberikan inspirasi dan motivasi kepada segenap karyawan, dengan motto Kami Peduli Kesehatan Anda.

(55)

4.2. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Sosiodemografi

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap berdasarkan sosiodemografi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011

No. Sosiodemografi f %

1. Umur

≤ 15 16-24 25-44 ≥ 45 18 45 32 19 15,8 39,5 28,0 16,7

Total 114 100,0

2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 77 37 67,5 32,5

Total 114 100,0

3. Pekerjaan

Tercatat Tidak tercatat 95 19 83,3 16,7

Total 114 100,0

PNS/TNI/Polri Pegawai Swasta Wiraswasta IRT Pelajar/Mahasiswa Tidak Bekerja 9 8 21 11 37 9 7,9 7,0 18,4 9,6 32,5 7,9

Total 95 83,3

[image:55.612.115.529.271.591.2]
(56)

lintas darat berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 77 orang (67,5%). Proporsi tertinggi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat berdasarkan pekerjaan adalah pelajar/mahasiswa sebanyak 37 orang (32,5%) dan terendah adalah pegawai swasta sebanyak 8 orang (7,0%).

4.3. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Penyebab

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap berdasarkan penyebab di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Penyebab di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011

No. Penyebab f %

1. Tercatat 95 83,3

2. Tidak tercatat 19 16,7

Total 114 100,0

[image:56.612.112.527.414.476.2]
(57)

Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Penyebab Tercatat di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011

No. Penyebab f %

1. KLL Roda Dua 63 66,3

2. KLL Roda Tiga 13 13,7

3. KLL Roda Empat atau Lebih 19 20,0

Total 95 100,0

Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat berdasarkan penyebab tercatat adalah kecelakaan lalu lintas (KLL) roda dua sebanyak 63 orang (66,3%) dan terendah kecelakaan lalu lintas (KLL) roda tiga sebanyak 13 orang (20,0%).

4.4. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Waktu Kejadian

[image:57.612.110.528.139.213.2]

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap berdasarkan waktu kejadian di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Waktu Kejadian di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011

No. Waktu Kejadian (WIB) f %

1. 00.01-06.00 17 14,9

2. 06.01-12.00 23 20,2

3. 12.01-18.00 36 31,6

4. 18.01-24.00 38 33,3

(58)

Pada tabel 4.4. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat berdasarkan waktu kejadian adalah 18.01-24.00 sebanyak 38 orang (33,3%) dan terendah 00.01-06.00 sebanyak 17 orang (14,9%).

4.5. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Hari Kejadian

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap berdasarkan hari kejadian di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Hari Kejadian di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011

No. Hari Kejadian f %

1. Senin 25 21,9

2. Selasa 13 11,4

3. Rabu 22 19,3

4. Kamis 16 14,0

5. Jumat 15 13,2

6. Sabtu 10 8,8

7. Minggu 13 11,4

Total 114 100,0

[image:58.612.112.528.385.517.2]
(59)

4.6. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Tingkat Keparahan

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap berdasarkan tingkat keparahan di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011

No. Tingkat Keparahan f %

1. Ringan 85 74,6

2. Sedang 19 16,7

3. Berat 10 8,7

Total 114 100,0

Pada tabel 4.6. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat berdasarkan tingkat keparahan adalah ringan sebanyak 85 orang (74,6%) dan terendah berat sebanyak 10 orang (8,7%).

4.7. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata

[image:59.612.117.525.279.350.2]
(60)
[image:60.612.114.527.137.241.2]

Tabel 4.7. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011

Lama Rawatan Rata-rata (Hari)

n 114

Mean 3,97

SD 3,356

95% CI 3,35-4,60

Minimum 1

Maksimum 21

Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat adalah 3,97 hari (4 hari) dengan Standar Deviasi (SD) 3,356 hari. Lama rawatan minimum adalah 1 hari dan lama rawatan maksimum adalah 21 hari.

4.8. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011

No. Keadaan Sewaktu Pulang f %

1. PBJ 59 51,8

2. PAPS 49 43,0

3. Meninggal 3 2,6

4. Rujuk 3 2,6

[image:60.612.116.529.590.680.2]
(61)

Pada tabel 4.8. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah Pulang Berobat Jalan (PBJ) sebanyak 59 orang (51,8%).

4.9. Distribusi P

Gambar

Gambar 2.2 Anatomi Otak26
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Berdasarkan Waktu Kejadian di RSUD Dr
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Lois Wladis Hoffman (1998) Penglibatan ibu dalam pekerjaan di luar rumah menyebabkan anak-anak mereka khususnya anak perempuan

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani bertaqwa, dan beraklaq

Tanda- tanda keberadaan mamalia yang ditemukan secara langsung yaitu tupai (Tupaia sp), sedangkan tanda-tanda yang ditemukan secara tidak langsung yaitu babi hutan (Sus

[r]

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Responden memilih tempat rekrasi jauh dari tempat tinggal dikarenakan di medan kurangnya tempat rekreasi pantai yang pengunjung dapat berinteraksi dengan alam dan

Tujuan penelitian ini adalah memetakan sebaran lamun di perairan Pulau Pari dengan menggunakan citra satelit ALOS dan melakukan pengamatan kondisi lamun berdasarkan

[r]