• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Potensi Dan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan Dan Kesediaan Membayar Di Pantai Sri Mersing Kabupaten Serdang Berdagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Potensi Dan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan Dan Kesediaan Membayar Di Pantai Sri Mersing Kabupaten Serdang Berdagai"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI POTENSI DAN NILAI EKONOMI BERDASARKAN

BIAYA PERJALANAN DAN KESEDIAAN MEMBAYAR

DI PANTAI SRI MERSING KABUPATEN

SERDANG BERDAGAI

FEBRINA ASTRIA SIMANJUNTAK

100302015

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

STUDI POTENSI DAN NILAI EKONOMI BERDASARKAN

BIAYA PERJALANAN DAN KESEDIAAN MEMBAYAR

DI PANTAI SRI MERSING KABUPATEN

SERDANG BERDAGAI

SKRIPSI

FEBRINA ASTRIA SIMANJUNTAK

100302015

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

STUDI POTENSI DAN NILAI EKONOMI BERDASARKAN

BIAYA PERJALANAN DAN KESEDIAAN MEMBAYAR

(3)

SKRIPSI

FEBRINA ASTRIA SIMANJUNTAK

100302015

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(4)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Febrina Astria Simanjuntak Nim : 100302015

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Potensi Dan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan Dan Kesediaan Membayar Di Pantai Sri

Mersing Kabupaten Serdang Berdagai

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, Januari 2015

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Studi Potensi dan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan dan Kesediaan Membayar Wisata Pantai Sri Mersing

Nama Mahasiswa : Febrina Astria Simanjuntak

NIM : 100302015

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Pindi Patana, S.Hut, M.Sc Zulham Apandy Harahap S.Kel, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul

‘‘Studi Potensi Dan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan dan

Kesediaan Membayar di Pantai Sri Mersing Kabupaten Serdang

Berdagai’’, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan Terima Kasih kepada: Bapak Pindi Patana,S.Hut, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dan Bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi dorongan,arahan dan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Dr. Ir. Yunasfi, M.Si dan Pindi Patana, S.Hut, M.Sc dan seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

(7)

peduli terhadap penulis serta memberikan perhatian yang khusus bagi penulis disaat penulis mengalami kegagalan.

Penulis juga menguncapkan terima kasih banyak kepada team lapangan: Eka Tri Rahayu, serta terima kasih kepada Rizky Amalia Putri, Fatimah Murni Sinaga dan Ahmad Roihan Nasution yang telah membantu penulis dalam pengolahan data dan selalu memberikan dukungan dan semangat, serta seluruh stambuk 2010 yang tidak dapat penulis sebut namanya satu persatu, yang telah memberikan banyak bantuan, kebersamaan dan dukungan kepada penulis selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, Januari 2015

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan masalah ... 2

Tujuan ... 3

Manfaat ... 3

Kerangka pemikiran penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Pantai ... 5

Wisata Pantai ... 7

Pariwisata ... 9

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pariwisata ... 10

MasyarakatPesisir ... 13

IndeksKesesuaianWisata (IKW) ... 14

Daya Dukung Kawasan (DDK) ... 15

Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ... 15

Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)... ... 17

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi penelitian ... 20

Alat dan Bahan penelitian ... 21

Sumber Data ... 21

MetodePengumpulan Data ... 21

Teknis Pengambilan Sampel ... 22

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) ... 23

Daya Dukung Kawasan (DDK) ... 24

Analisis Atraksi Kegiatan Wisata ... 29

(9)

Willingness To Pay (WTP) ... .... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN Karateristik Responden Pantai Sri Mersing ... 35

Potensi Pantai Sri Mersing ... 35

DayaTarik ... 35

IndeksKesesuaianWisata (IKW) ... 38

Daya Dukung Kawasan (DDK) ... ... 39

Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)... ... 40

Willingness To Pay (WTP) ... ... 41

Pembahasan Potensi Pantai Sri Mersing ... 43

Indeks Kesesuaian Wisata Pantai Sri Mersing ... 51

Daya Dukung Kawasan Pantai Sri Mersing ... 51

Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Pantai Sri Mersing ... 52

Willingness To Pay (WTP) Pantai Sri Mersing ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54

Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) ... 26

2. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata ... 26

3. Matriks Daya Dukung Kawasan Katagori Rekreasi Pantai ... 37

4. Matriks Daya Dukung Kawasan Katagori Berenang ... 28

5. Kriteria Penilaian Daya Tarik ... 29

6. Kriteria Penilaian Aksesibilitas ... 30

7. Kriteria Prasarana Sarana dan Prasarana Penunjang ... 30

8. Penilaian Kriteria Daya Tarik Wisata Pantai Sri Mersing ... 36

9. Penilaian Kriteria Aksesibilitas ... 37

10. Penilaian Kriteria Sarana dan Prasarana ... 37

11. Penilaian keseluruhan komponen-komponenDayaTarik ... 38

12. Perhitungan Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) ... 38

13. Perhitungan DDK (Daya Dukung Kawasan) Pantai Sri Mersing ... 39

14. Dugaan Rata-rata WTP... . 42

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1.

Kerangka Pemikiran ... 4

2. Peta Lokasi Penelitian ... 20

3. Kegiatan yang diminati wisatawan ... 35

4.Kurva Biaya Perjalanan Pengunjung Pantai Sri Mersing ... 40

5.Nilai Terendah dan Tertinggi Biaya Perjalanan Pengunjung ... 41

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1.KuisionerPengunjung ... 56

2.Kuesioner Penelitian untuk Masyarakat Setempat (Pengelola) ... 63

3.Populasi Pengunjung ... 66

4.Perhitungan Sampel Pengunjung ... 67

5.KarakteristikRespondenPantai Sri Mersing ... 68

6.PenilaianDayaTarik ... 69

7.PerhitunganIndeksKesesuaianRekreasiPantaidanBerenang ... 71

8. Perhitungan DayaDukungKawasan (DDK) ... 73

9. PerhitunganBiayaPerjalanan ... 74

10. Responden yang BersediaMembayar ... 76

11. Perhitungan Dugaan Rataan WTP ... 77

12. Pendugaan Hubungan WTP dengan beberapa Karateristik Responden 78 13. Perhitungan Pendugaan Nilai Total ... 79

14. LampiranFotoPenelitian ... 80

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat pesisir pada umumnya merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara sosial, ekonomi, dan kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Persepsi demikian didasarkan pada hasil pengamatan langsung terhadap realitas kehidupan masyarakat nelayan atau melalui pemahaman terhadap hasil-hasil kajian akademis (Kusnadi, 2006 diacu oleh Hendratmoko dan Hidup, 2010).

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Jenis pariwisata antara lain : wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olahraga, wisata komersial, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian (Pendit, 1990).

Pantai Sri Mersing merupakan pantai berpasir putih sedikit kecoklatan yang mulai banyak diminati pengunjung untuk kegiatan pariwisata. Pantai Sri Mersing merupakan pantai yang memiliki banyak kegiatan objek wisata diantaranya : Rekreasi Pantai, Berenang, Banana Boat, Perahu Mesin untuk berkeliling melihat pantai satu ke pantai lainnya dan lain sebagainya.

(14)

yang dilalui untuk menuju pantai cermin. Biaya tiket masuk wisata Pantai Sri Mersing juga cukup terjangkau Rp. 5.000/orang sehingga dapat dilakukan sebagai tempat wisata keluarga. Pantai Sri Mersing ini dijadikan lokasi obyek wisata sejak tahun 2009 sehingga keindahan alam dan potensi yang ada masih baik. Sehingga studi ini dirasa perlu dilakukan untuk mengkaji potensi wisata dari penilaian daya tarik yang ada di Pantai Sri Mersing serta biaya perjalanan pengunjung dan kesediaan wisata membayar dari potensi pantai Sri Mersing.

Perumusan Masalah

Pantai Sri Mersing Merupakan Tempat kunjungan wisata mancanegara maupun domestik karena merupakan kawasan wisata yang mulai dikenal masyarakat. Selain itu kawasan ini juga didukung oleh keadaan fisik kawasan yang indah dan asri. Berdasarkan survei awal yang dilakukan tampak bahwa

penyebaran jumlah wisatawan di Pantai Sri Mersing semakin meningkat terutama menjelang akhir pekan. Hal ini tentu menjadi pertanyaan bagaimana Potensi Pantai Sri Mersing dan biaya yang sudah dikeluarkan wisatawan/pengunjung untuk menikmati rekreasi dan kesediaan membayar untuk potensi yang akan lebih dilengkapi. Oleh sebab itu dilakukan analisis Studi Potensi dan Nilai Ekonomi Wisata berdasarkan biaya perjalanan dan kesediaan membayar di Pantai Sri Mersing.

Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Potensi Wisata yang ada di Pantai Sri Mersing menurut Penilaian Daya Tarik ?

(15)

3. Berapa biaya yang dikeluarkan wisatawan/pengunjung untuk menikmati wisata Pantai Sri Mersing?

Tujuan

1. Menganalisis potensi yang ada di Pantai Sri Mersing

2. Menganalisis biaya rata-rata yang dikeluarkan wisatawan/pengunjung 3. Mengetahui kesediaan membayar untuk wisata Pantai Sri Mersing

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada individu maupun kelompok atau instansi tentang Potensi dan Nilai Ekonomi Wisata berdasarkan Biaya Perjalanan dan Kesediaan Membayar di Pantai Sri Mersing sehingga diharapkan memiliki pertimbangan dalam kebijakan pengelolaan untuk upaya pengembangan dan pelestarian wisata.

Kerangka Pemikiran

(16)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Potensi Pantai Sri Mersing

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dan Daya Dukung Kawasan

(DDK)

Metode Biaya Perjalanan (Metode

Travel Cost)

Metode Willingness To Pay (WTP)

Lingkungan Wisata yang Lestari

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Pantai

Pantai merupakan suatu wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut pada waktu surut hingga arah ke daratan sampai batas paling jauh gelombang atau ombak menjulur ke daratan yang ditandai dengan garis pantai. Garis pantai (shore line) merupakan tempat pertemuan antara air laut dan daratan. Garis pantai ini setiap saat berubah-ubah sesuai dengan perubahan pasang surut air laut (Mahfudz, 2012).

Dahuri (2003) menjelaskan bentuk-bentuk pantai yang terdapat di Indonesia dilihat dari morfologinya. Bentuk pantai tersebut yaitu :

1. Pantai terjal berbatu

Biasanya terdapat di kawasan tektonis aktif yang tidak pernah stabil karena proses geologi. Kehadiran vegetasi penutup ditentukan oleh 3 faktor, yaitu tipe batuan, tingkat curah hujan, dan cuaca.

2. Pantai landai dan datar

Pantai jenis ini ditemukan di wilayah yang sudah stabil sejak lama karena tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai di kawasan ini ditumbuhi oleh vegetasi mangrove yang padat dan hutan lahan basah lainnya. 3. Pantai dengan bukit pasir

(18)

4. Pantai beralur

Proses pembentukan pantai ini lebih ditentukan oleh faktor gelombang dari pada angin. Proses penutupan yang berlangsung cepat oleh vegetasi menyebabkan zona supratidal tidak terakumulasi oleh sediment yang berasal dari erosi angin.

5. Pantai lurus di dataran pantai yang landai

Pantai tipe ini ditutupi oleh sedimen berupa lumpur hingga pasir kasar. Pantai ini merupakan fase awal untuk berkembangnya pantai yang bercelah dan bukit pasir apabila terjadi perubahan suplai sedimen dan cuaca (angin dan kekeringan).

6. Pantai berbatu

Pantai ini dicirikan oleh adanya belahan batuan cadas. Komunitas organisme pada pantai berbatu hidup di permukaan. Bila dibandingkan dengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatan mikroorganisme yang tinggi, khususnya di habitat intertidal didaerah angin (temperate) dan subtropik.

7. Pantai yang terbentuk karena adanya erosi

Sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai akan mengendap di daerah pantai. Pantai yang terbentuk dari endapan semacam ini dapat mengalami perubahan dari musim ke musim baik secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia yang cenderung melakukan perubahan terhadap bentang alam (Ermawan, 2008).

(19)

1. Pantai berpasir:

Terdapat di sepanjang garis pantai yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia dan bentangan pantai Sulawesi dan Maluku di Laut Banda, dominan dengan kondisi daerah pantai (foreshore) lebih terjal dan lebih dalam. Banyak terdapat pinggiran pantai berkarang. Pantai berpasir merupakan pantai yang didominasi oleh hamparan atau dataran pasir, baik yang berupa pasir hitam, abu-abu atau putih. Selain itu terdapat lembah-lembah diantara beting pasir. Jenis tanah dipantai adalah typic tropopsamment dan typic tropofluvent. Pantai berpasir tidak menyediakan substrat tetap untuk melekat bagi organisme, karena aksi gelombang secara terus menerus menggerakan partikel substrat. 2. Pantai berlumpur:

Terdapat di sepanjang garis pantai yang berbatasan dengan lautan dangkal pada beting Sunda dan beting Sahul, terlindung dari serangan gelombang besar dan karenanya didominasi oleh pasut dan sungai, kondisi pantai (foreshore) sangat landai dan datar dan terdapat delta-delta di beberapa kawasan pantai.

3. Pantai berkarang:

Di kawasan pantai ini terdapat semenanjung dan dinding tebing pantai yang terselingi antara pantai berlumpur dan berpasir (Armos, 2013).

Wisata Pantai

Berdasarkan konsep pemanfaatan wisata dapat diklasifikasikan :

a. Wisata alam merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pemanfaatan sumberdaya alam atau daya tarik panoramanya.

(20)

c. Ekowisata merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam (pesisir meliputi pantai dan lautan, pegunungan, kawasan konservasi) dan industry kepariwisataan (Armos, 2013).

Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga, menikmati pemandangan dan iklim. Fandeli (2000) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan wisata bahari atau wisata pantai adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat pantai (coastal landscape). Kegiatan ekowisata bahari yang dapat dikembangkan dari wisata pantai adalah rekreasi pantai, panorama, resort/peristirahatan, berenang, berjemur, olahraga pantai (volley pantai, jalan pantai, dan lempar cakram), berperahu, memancing, dan wisata mangrove (Rakhmawaty, 2009).

Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang menjadikan wilayah pantai sebagai objek wisata dengan memanfaatkan sumberdaya alam pantai yang ada baik alami maupun buatan ataupun gabungan keduanya. Menurut Simond (1987) menyatakan bahwa obyek wisata pantai adalah elemen fisik dari pantai yang dapat dijadikan lokasi untuk melakukan kegiatan wisata, obyek tersebut yaitu:

a. Pantai, merupakan daerah transisi antara daratan dan lautan. Pantai merupakan primadona obyek wisata dengan potensi pemanfaatan, mulai dari kegiatan yang pasif sampai aktif.

(21)

c. Daratan sekitar pantai, merupakan daerah pendukung terhadap keadaan pantai yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan olahraga darat yang membuat para pengunjung akan lebih lama menikmatinya (Armos, 2013).

Pariwisata

Institute of Tourisme in Britain (sekarang Tourism Society in Britain) di

tahun 1976 merumuskan Pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut. Bentuk Pariwisata dapat dibagi menurut kategori dibawah ini antara lain Menurut asal wisatawan, Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, Menurut jangka waktu, Menurut jumlah wisatawan, Menurut alat angkut yang dipergunakan. Jenis-jenis pariwisata yang telah dikenal dewasa ini, antara lain : Wisata budaya, Wisata Kesehatan, Wisata Olahraga, Wisata Komersial, Wisata Industri, Wisata Politik, Wisata Konvensi, Wisata Sosial, Wisata Pertanian (Pendit, 1990).

(22)

industripariwisata. Darnpak positif lain yang muncul dari industri pariwisata ini antara lain dapat terlihat dari segi sosial budaya. Pesatnya perkembangan industri pariwisata akan membawa pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi wisatawan (turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada. Adanya interaksi inilah para wisatawan dapat mengenal dan menghargai budaya masyarakat setempat dan juga memahami latar belakang kebudayaan lokal yang dianut oleh masyarakat tersebut (Amanda, 2009).

Wisata berbeda dengan perjalanan pada umumnya, karena suatu perjalanan dikatakan wisata apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Bersifat sementara, dalam jangka waktu pendek (waktu yang ditentukan) pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.

2. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, objek wisata, toko cinderamata dan lain-lain.

3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek dan atraksi wisata daerah atau bahkan negara secara berkesinambungan.

4. Perjalanan dilakukan dalam suasana santai.

5. Memilki tujuan tertentu yang pada dasarnya untuk mendapatkan kesenangan. 6. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan bahkan keberadaannya dapat

memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi karena uang yang dibelanjakannya dibawa dari tempat asal (Ramli, 2009).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata

(23)

a. Harga

Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian/calon wisata sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitupula sebaliknya.

b. Pendapatan

Pendapatan suatu negara tinggi maka kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata (DTW) jika dianggap menguntungkan. Hal ini juga berlaku bagi individu. Apabila pendapatan individu tinggi, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya apabila pendapatan individu rendah, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata akan semakin rendah.

c. Sosial budaya

Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.

d. Sosial politik (sospol)

(24)

e. Intensitas keluarga

Banyak/sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.

f. Harga barang substitusi

Harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata (DTW) yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti : Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata (DTW) sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya kedaerah terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur) dan Singapura.

g. Harga barang komplementer

Merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan obyek wisata lainnya.

Faktor-faktor yang menentukan wisatawan untuk membeli jasa atau mengunjungi obyek wisata yaitu:

(25)

5. Pelayanan

Igunawati (2010) melihat bahwa faktor penting yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain : 1. Jumlah penduduk (population size)

2. Kemampuan finansial masyarakat (financial means) 3. Waktu senggang yang dimiliki (leisure time)

4. Sistem transportasi

5. Sistem pemasaran pariwisata yang ada.

Suwantoro (1997) mengidentifikasi empat kelompok faktor yang mempengaruhi penentuan pilihan daerah tujuan wisata seperti:

1. Fasilitas: akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda petunjuk arah.

2. Nilai estetis: pemandangan (panorama), iklim, tempat bersantai, cuaca.

3. Waktu/biaya: jarak dari tempat asal (rumah), waktu dan biaya perjalanan, harga/tarif pelayanan.

4. Kualitas hidup: keramah tamahan penduduk dan bebas dari pencemaran (Ramli 2009).

Masyarakat Pesisir

(26)

tamat sekolah dasar, lemahnya fungsi dari keberadaan Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga Keuangan Mikro (LKM), serta kapasitas berorganisasi masyarakat (Fedriansyah, 2008).

Berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat pesisir terdapat beberapa faktor yang menyebabkan mereka masih tertinggal antara lain keadaan sumberdaya alam yang semakin menipis, kurangnya budaya menabung dan mengelola keuangan keluarga, serta struktur ekonomi atau tata niaga yang belum kondusif bagi kemajuan dan kemakmuran nelayan (Dahuri dkk, 2001).

Peningkatan pendapatan mengakibatkan perubahan perilaku masyarakat yang ke arah konsumtif, pemikiran yang lebih maju dan merubah perilaku sosial secara menyeluruh. Perubahan tersebut dapat bersifat positif yaitu menanggapi perubahan sebagai suatu tantangan untuk maju atau sebagai motivasi untuk lebih baik, namun dapat sebaliknya menjadi negatif jika tanggapan perubahan menjadikan dirinya apriori, apatis, acuh tak acuh dan sebagainya yang justru menjadikan dirinya semakin terpuruk (Manumono, 2008).

Indeks kesesuaian wisata

(27)

kunjungan dalam satu ruang dan waktu harus disesuaikan dengan kaidah yang berlaku. Analisis kesesuaian wilayah dikaitkan dengan kegiatan di sekitar pantai seperti berjemur, bermain pasir, wisata olahraga, berenang, dan aktivitas lainnya. Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan 10 parameter yang memiliki empat klasifikasi penilaian. Parameter tersebut antara lain kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar. Kegiatan wisata pantai merupakan semua aktivitas yang berlangsung di kawasan pantai seperti menikmati keindahan alam pantai, olahraga, berenang, berkemah, dan aktivitas lainnya(Umam, 2010).

Daya dukung kawasan (DDK)

Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak, dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Umam, 2010).

Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

(28)

tidak memungut bayaran masuk atau tarif pemanfaatan. Konsumen datang dari berbagai daerah untuk menghabiskan waktu di tempat rekreasi tentu akan mengeluarkan biaya perjalanan ke tempat rekreasi tersebut. Disini pendekatan biaya perjalanan mulai berfungsi karena makin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas tempat rekreasi maka makin kurang harapan pemanfaatan atau permintaan tempat rekreasi tersebut (Hufschmidt, 1987).

Secara prinsip metode biaya perjalanan ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi misalnya, untuk menyalurkan hobi memancing di pantai, seorang konsumen akan mengorbankan biaya untuk mendatangi tempat tersebut. Dengan mengetahui pola pengeluaran dari konsumen ini, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan Biaya Perjalananadalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas misalnya rekreasi bersifat dapat dipisahkan

(separable). Oleh karena itu, fungsi permintaan kegiatan rekreasi tersebut tidak

dipengaruhi oleh permintaan kegiatan lainnya seperti menonton, berbelanja, dan lain-lain. Metode Biaya Perjalananini dilakukan dengan menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi (Igunawati, 2010).

(29)

Perjalanan (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya. Secara prinsip metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas. Seorang konsumen misalnya untuk menyalurkan hobi memancing di pantai akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumberdaya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola ekspenditur dari konsumen tersebut (Firandari, 2009).

Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)

Menurut Amanda (2009) menyatakan bahwa Besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, perantara telepon, atau dengan menggunakan surat. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai WTP, yaitu :

a. Bidding Game, yaitu metode tawar-menawar dimana responden ditawarkan

sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden.

b. Closed-ended Referendum, yaitu metode dengan memberikan sebuah nilai

(30)

c. Payment Card, yaitu suatu nilai tawaran disajikan dalam bentuk kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap barang/jasa publik yang diberikan.

d. Open-ended Question, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka tentang WTP

maksimum yang sanggup mereka berikan dengan tidak adanya nilai tawaran sebelumnya.

Setelah data-data nilai WTP terkumpul tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) dan/atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.

Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu, kurva WTP dapat pula digunakan untuk menguji sensitivitas jumlah WTP terhadap variasi perubahan mutu lingkungan.

(31)

a. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut.

b. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasaan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi μ, dapat diturunkan dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N. c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini

bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi

(32)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

[image:32.595.114.513.409.685.2]

Penelitian ini dilaksanakan di pantai Sri Mersing, Kabupaten serdang Bedagai, Pantai Sri Mersing berada di Desa Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Kiri Kabupaten Serdang Bedagai. Pantai yang memiliki luas area 22.000 m2ini bersebelahan dengan pantaiKuala Putridan Indosatyangterletak pada koordinat 30037’59.38” LU dan 990000’59.04” BT dapat dilihat pada Gambar 2. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja,dengan pertimbangan bahwa kawasan wisata Pantai Sri Mersing merupakan salah satu objek yang diunggulkan di sepanjang kawasan Serdang Berdagai. Pengambilan data primer dilakukan mulai bulan Agustus 2014 hingga September 2014.

(33)

Bahan dan Alat

Adapun alat yang digunakan adalah kalkulator, alat tulis, kamera digital, tali plastik, GPS, keping sechi, bola plastik, waterpass. Bahan dan objek penelitian ini adalah kuisioner terhadap pengunjung/wisatawan yang datang berkunjung kelokasi wisata Pantai Sri Mersing.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang diolah dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer dilakukan dengan cara pengisian kuisioner oleh responden dan observasi lapang. Data primer meliputi karakteristik pengunjung objek wisata Pantai Sri Mersing, Biaya yang dikeluarkan Pengunjung untuk menikmati Objek Wisata termasuk Biaya Perjalanan dan Kesediaan Membayar di Pantai Sri Mersing.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari informasi dari pihak pengelola, instansi terkait Kabupaten Serdang Berdagai dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, skripsi, serta penyusuran data melalui internet.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara:

(34)

2. Metode dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan mengambil data yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti dari hasil publikasi lembaga-lembaga atau intansi pemerintah, organisasi lainnya, seperti Dinas Pariwisata, BPS, Pihak Pengelola dan lainnya.

3. Kuisioner, yaitu cara pengumpulan data dengan memberi kuisioner kepada responden yang akan dijadikan sampel untuk memperoleh data yang dibutuhkan dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya.

Teknik Pengambilan Sampel

Responden dipilih denganmenggunakan metode purposive sampling, dimana peneliti memiliki kebebasanuntuk memilih siapa saja yang ditemui hal ini relatif lebih mudah cepat sertamenghemat biaya, namun tentunya dengan menjamin tingkat ketelitian.Responden yang terpilih adalah pengunjung lokal dan pengunjung yang datangsecara kerombongan hanya dipilih beberapa orang saja sebagai wakil rombongan.Penentuan sampelnya dicari dengan memakai rumus Slovin (Amanda, 2009) yaitu:

N n =

1+ N (e)2

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang akan diteliti

N :Jumlah populasi yang datang berkunjung ke kawasan wisata E :Nilai kritis yang di inginkan, 15 %

(35)

responden terpilih adalah masyarakat yang mengetahui keberadaan objek wisata Pantai Sri Mersing, sehat jasmani dan rohani.

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)

Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan denganpotensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyaipersyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai obyek wisata yang akandikembangkan.Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Kriteria Kesesuaian Wisata Untuk Wisata Pantai disajikan pada tabel 3.Kriteria Kesesuaian Wisata Untuk Wisata Berenang disajikan pada tabel 4. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah (Yulianda, 2007):

IKW =

��

����

x 100%

Keterangan:

IKW : Indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata rekreasi pantai Ni :Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor).

Nmaks :Nilai maksimum dari kategori wisata rekreasi pantai.

Berdasarkan matriks kesesuaian, selanjutnya dilakukan penyusunan kelas-kelas kesesuaian untuk kegiatan wisata rekreasi pantai. Dalam penelitian ini kelas-kelas kesesuaian dibagi menjadi 3 kelas kesesuaian meliputi sangat sesuai (S1), sesuai (S2) dan tidak sesuai (S3).

(36)

S3 : Sesuai bersyarat dengan nilai 35 - <60 % N : Tidak sesuai dengan nilai <35 %

Kelas S1 : Kawasan ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh nyata terhadap penggunaan dan tidak akan menaikkan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan.

Kelas S2 : Kawasan ini mempunyai pembatas–pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan.

Kelas S3 : Kawasan ini mempunyai pembatas–pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan masukan/tingkat perlakuan yang diperlukan.

Kelas N : Kawasan ini mempunyai pembatas permanen, sehingga menghambat segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.

Daya Dukung Kawasan (DDK)

Daya dukung dihitung agar diketahui jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang tersedia pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Rumus yang digunakan dalam analisis ini juga mengacu pada Yulianda (2007) sebagai berikut:

DDK = K x �Lp Lt�x (

Wt Wp)

Keterangan :

DDK : Daya Dukung Kawasan (orang)

(37)

Lp : Luas area (m2) atau panjang area (m) yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu (m2atau m)

Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata alam satu hari (jam)

Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuksetiap kegiatan (jam) Konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan dua hal yaitu kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia dan standar keaslian sumberdaya alam. Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai, dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari bersifat mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan dalam mentolerir pengunjung sehingga keaslian alam tetap terjaga. Daya dukung kawasan disesuaikan karakteristik sumberdaya dan peruntukan (Yulianda, 2007).

(38)
[image:38.595.114.512.417.482.2]

Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Kegiatan wisata dapat dirinci lagi berdasarkan kegiatan yang dilakukan misalnya, menyelam, snorkling, berenang, berjemur, dan sebagainya. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata disajikan pada table 2. Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (pukul 10-18.00 WIB). Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumber daya dan lingkungan yang sesuai objek wisata yang akan dikembangkan.

Tabel 1. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) (Yulianda, 2007)

Jenis Kegiatan K (∑ Pengunjung) Unit Luas Area (Lt) Keterangan

Rekreasi Pantai 1 50 m2 1 orang setiap 50 m2

panjang pantai

Berenang 1 50 m2 1 orang setiap 50

m2panjang pantai

Tabel 2. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata (Yulianda, 2007)

Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp-(jam)

Total waktu 1 hari Wt-(jam)

Rekreasi Pantai 3 8

[image:38.595.111.513.530.582.2]
(39)
[image:39.842.109.760.187.345.2]

Tabel 4. Matriks kesesuaian wisata untuk kategori Rekreasi (Modifikasi Yulianda, 2007)

No

Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategori N Skor

1

Tipe pantai 5 Pasir 4 tanah 3 Lumpur 2 Pasir berlumpur 1

2

Lebar pantai (m) 5 >15 4 10-15 3 3-<10 2 <3 1

3 Kemiringan

pantai (°) 4 <10 4 10-25 3 25-45 2 >45 1

4 Penutupan Lahan

Pantai 3

Pinus

(CemaraPantai) 4 Kelapa 3 Hutan Bakau 2

Pinus, Kelapa,

Hutan Bakau 1 5 Ketersediaan Air

(40)
[image:40.842.117.724.184.412.2]

Tabel 5. Matriks kesesuaian wisata untuk kategori Berenang (Modifikasi Yulianda, 2007)

Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategori N Skor

1 Kedalaman perairan

(m) 5 0-3 4 >3-6 3 >6-10 2 >10

1

2 Kecerahan perairan

(m) 5 80-100 4 50-80 3 20-50 2 <20 1

3 Material dasar

perairan 4 Pasir 4 Pasir Berlumpur 3 Lumpur 2 Tanah 1

4 Kecepatan arus

(m/det) 4 0-0.17 4 0.17-0.34 3 0.34-0.51 2 >0.51 1

5

Biota Berbahaya 4 Tidak Ada 4 Ubur-ubur 3 Ular air 2 Ubur-ubur,

ular air 1

6 Ketersediaan Air

Tawar 3 <0,5 (km) 4 >0,5-1 3 >1-2 2 >2 1

7

(41)

Analisis atraksi kegiatan wisata

Dalam pengembangan suatu daerah atau kawasan ekowisata perlu dilakukan inventarisasi untuk mengetahui potensi atraksi wisatanya. Pada umumnya atraksi wisata alam yang ditemukan di suatu daerah atau kawasan pengembangan ekowisata adalah sungai, danau, waduk, pantai, hutan, goa, air terjun (Fandeli, 2002). Kegiatan atraksi wisata yang dilakukan perlu dipilih dengan tepat. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengelola mengevaluasi atraksi wisata secara menyeluruh dan memperkirakan kegiatan yang masih mungkin dikembangkan dalam menarik pasar wisata (Latupapua, 2011).

Analisis atraksi kegiatan ekowisata dikembangkan berdasarkan analisis potensi yang dimiliki dengan cara menginventarisasi atraksi di wisata Pantai. Pemberian bobot pada setiap kriteria menurut pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 adalah berbeda-beda. Kriteria daya tarik diberi 6 karena merupakan faktor utama seseorang melakukan kegiatan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata. Akomodasi dan sarana/prasarana diberi bobot 3 karena merupakan faktor penunjang dalam kegiatan wisata.

Tabel 5. Kriteria Penilaian Daya Tarik (bobot 6)

Unsur/Sub Unsur Nilai

1 Keunikan sumberdaya alam: a. Pantai

b. Flora c. Fauna

d.Pasir Putih sedikit kecoklatan e.Mangrove

Ada 5 30

Ada 4 25

Ada 3 20

Ada 2 15

(42)
[image:42.595.118.516.88.626.2]

Tabel 5. Lanjutan

Unsur/Sub Unsur Nilai

2 Banyaknya sumberdaya alam yang menonjol:

a. Pantai

b. Vegetasi Alam c. Air d.Mangrove e. Flora Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

3 Kegiatan wisata yang dapat dilakukan:

a. Menikmati keindahan alam b. Melihat flora dan fauna c. Memancing

d. Bersampan/Berperahu e. Wisata Pantai

Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

4 Kebersihan lokasi objek wisata, tidak ada pengaruh dari:

a. Industri b. Jalan ramai

c. Pemukiman penduduk d. Sampah e. Vandalisme Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

5 Kenyamanan:

a. Udara bersih dan sejuk b. Bebas dari bau

c. Bebas dari kebisingan

d.Tidak ada lalu lintas yang mengganggu

e. Pelayanan terhadap pengunjung baik Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

Tabel 6. Kriteria Penilaian Aksesibilitas (bobot 5)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

1 Kondisi jalan Baik Cukup Sedang Buruk 30 25 20 15 2 Jarak dari pusat kota <5 km 5 - 10 km 10 - 15 km >15km 3 Waktu tempuh dari

pusat kota

(43)
[image:43.595.113.512.87.324.2]

Tabel 7. Kriteria Sarana dan Prasarana (Bobot 3)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

>4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak Ada 50 40 30 20 10 1 Sarana

a. Warung b. Bank c. Pasar

d. Toko cinderamata e. Rumah makan 2 Prasarana Penunjang

a. Kantor pos b. Puskesmas

c. Jaringan air minum d. Jaringan listrik e. Jaringan telepon

Sumber : Modifikasi ADO-ODTWA Dirjen PHKA (2003)

Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method / TCM)

Metode Biaya Perjalanan merupakan metode yang digunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi (recreational value) dari suatu lokasi atau objek. Metode ini merupakan metode pengukuran secara tidak langsung terhadap barang/jasa yang tidak memiliki nilai pasar (non market good or service). Teknik ini mengasumsi bahwa pengunjung pada suatu tempat wisata menimbulkan atau menanggung biaya ekonomi, dalam bentuk pengeluaran perjalanan dan waktu untuk mengunjungi suatu tempat. Tujuan melakukan TCM adalah untuk menghitung nilai ekonomis suatu kawasan wisata melalui estimasi rata-rata permintaan terhadap kunjungan wisata dilokasi tersebut (Lipton., . dkk 1995 diacu dalam Yulianda, 2009).

Untuk menghitung biaya perjalanan dapat di tulis dalam persamaan matematis menurut Nurita (2006) sebagai berikut :

(44)

Keterangan:

BP: Total biaya perjalanan (Rp)

BTr : Biaya transportasi selama rekreasi (Rp) BKr : Biaya konsumsi di tempat rekreasi (Rp) BKh : Biaya konsumsi haria (Rp)

BDk : Biaya dokumentasi (Rp) BLn : Biaya lain-lain (Rp)

Menghitung biaya rata-rata responden/kunjungan (BPR) yang ditentukan berdasarkan biaya perjalanan responden secara matematis yaitu:

BPR

=

���� �

Keterangan :

BPR : Biaya perjalanan rata-rata responden/kunjungan

ΣBPT : Jumlah total biaya perjalanan responden (Biayatransportasi,

biaya konsumsi, biaya perlengkapan memancing, biaya parkir dan biaya lain-lain).

n : Jumlah responden

Willingness To Pay (WTP)

Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

(45)

kepada responden dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan acuan nilai/harga tiket masuk pada obyek wisata sejenis. Metode ini memberikan kemudahan kepada responden dalam memahami maksud dan tujuan dari penelitian. Selain itudengan menggunakan metode ini responden yang cenderung bersedia membayar dan responden yang cenderung tidak bersedia membayar akan lebih mudah diklasifikasi.

Dugaan Rataan WTP dapat diduga dengan menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden dihitung dengan rumusAmanda (2009) :

� ��

�=� EWTP =

n

Keterangan :

EWTP : Dugaan rata-rata WTP Wi : Nilai WTP ke-i

n : Jumlah responden

i : Responden ke-i yang bersedia membayar ( i = 1, 2,..., n)

Pendugaan kurva WTP dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

WTP = f (JK, UM, SP, TP, PD, JT, PM, FK, DM, BK)

Keterangan :

WTP : Nilai WTP responden (Rp) JK : Jenis Kelamin

(46)

SP : Status Pernikahan

TP : Tingkat Pendidikan (tahun)

PD : Rata-rata pendapatan per tahun (Rp) JT : Jumlah Tanggungan (orang)

PM : Pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat serta kerusakan pantai FK : Frekuensi Kunjungan

DM : Domisili

BK : Biaya Kunjungan (Rp)

Setelah menduga nilai tengah WTP maka selanjutnya diduga nilai total WTP dari masyarakat dengan menggunakan rumusAmanda (2009):

TWTP= ∑�=���� (��)�

Keterangan : TWTP : Total WTP

WTPi: WTP individu sampel ke-i

ni : Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP N :Jumlah sampel

P: Jumlah Populasi

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengunjung Pantai Sri Mersing berasal dari dalam dan luar kabupaten serdang berdagai yang memiliki berbagai karateristik. Pengunjung yang menjadi sampel responden dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dan di peroleh jumlah responden sebanyak 44 orang. Perhitungan sampel responden dapat dilihat pada Lampiran 4. Responden pada penelitian ini memiliki beberapa karateristik diantaranya dapat dilihat Lampiran 5.

Potensi Pantai Sri Mersing

[image:47.595.183.478.468.628.2]

Potensi yang sudah ada di Pantai Sri Mersing antara lain : Berenang, Rekreasi, Memancing, Berperahu. Jenis kegiatan yang lebih diminati oleh wisatawan dapat dilihat pada Gambar 3. Unsur-unsur daya tarik yang terdapat pada masing-masing objek wisata dapat dilihat pada Lampiran 6.

Gambar 3. Kegiatan yang diminati Wisatawan

Daya Tarik

Daya tarik merupakan faktor yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat yang mempunyai daya tarik tersebut. Pengkajian komponen daya tarik ini bertujuan untuk mengetahui

31,81% 50% 4,54% 13,65% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% Berenang Rekreasi Pantai

Memancing Banana Boat

Ju ml a h ( %)

(48)

gambaran bentuk-bentuk kegiatan rekreasi yang sesuai dengan daya tarik dan sumberdaya yang tersedia. Menurut PHKA (2003) daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan datang nya pengunjung. Unsur-unsur yang dinilai pada kriteria daya tarik ini yaitu keunikan, kepekaan, variasi kegiatan, jenis sumberdaya yang menonjol, kebersihan obyek, keamanan, dan kenyamanan.

[image:48.595.116.512.292.602.2]

Penilaian Kriteria Daya Tarik Wisata Pantai Sri Mersing dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Penilaian Kriteria Daya Tarik

No Unsur-unsur Jumlah Uraian Bobot

*

Nilai Skor Total** 1 Keunikan

Sumberdaya Alam

2 Pantai, Pasir Putih sedikit Kecoklatan

6 15 90

2 Banyaknya sumberdaya ala

m yang menonjol

1 Vegetasi Pantai 6 10 60

3 Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan

4 Menikmati keindahan alam, Memancing, Bersampan/Berperahu, Wisata Pantai

6 25 150

4 Kebersihan

lokasi objek wisata

3 Bebas dari Industri, bebas dari jalan ramai, bebas dari Pemukiman Penduduk

6 20 120

5 Kenyamanan 4 Bebas dari bau,

Bebas dari Kebisingan, Tidak ada lalu lintas yang mengganggu, pelayanan terhadap pengunjung baik.

6 25 150

Jumlah 95 570

*Sesuai Kriteria Penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 untuk Daya Tarik **Hasil kali antara bobot dengan nilai

Aksesibilitas

(49)

dengan jaringan transportasi tidak mungkin suatu obyek mendapat kunjungan wisatawan. Obyek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena itu harus selalu ada jalan menuju obyek wisata. Jalan itu merupakan akses ke obyek danjalan akses itu harus berhubungan dengan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses menentukan aksesibilitas suatu obyek wisata (Romani, 2006).

[image:49.595.111.506.346.454.2]

Penilaian Kriteria Aksesibilitas Pantai Sri Mersing dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penilaian Kriteria Aksesibilitas

No Unsur-unsur Uraian Bobot* Nilai Skor Total**

1 Kondisi jalan Baik 5 30 150

2 Jarak pusat kota 10-15 km 5 20 100

3 Waktu tempuh dari pusat kota

1-2 jam 5 30 150

Jumlah 80 400

*Sesuai Kriteria Penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 untuk Aksebilitas **Hasil kali antara bobot dengan nilai

Penilaian Sarana dan Prasarana

(50)

Kriteria sarana dan prasarana Wisata Pantai Sri Mersing dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 . Penilaian Kriteria Sarana dan Prasarana No

Unsur-unsur

Jumlah Uraian Bobot

*

Nilai Skor total ** 1 Sarana 3 Warung, Toko Cinderamata

dan Rumah Makan

3 40 120

2 Prasarana Penunjang

3 Jaringan Air Minum, Jaringan Listrik dan Jaringan Telepon.

3 40 120

Jumlah 80 240

*Sesuai Kriteria Penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 Untuk Sarana dan Prasarana Penunjang

** Hasil kali antara bobot dengan nilai

[image:50.595.109.506.393.477.2]

Penilaian keseluruhan terhadap komponen-komponen wisata di Pantai Sri Mersing dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penilaian keseluruhan komponen-komponen No Unsur-unsur Bobot

*

Nilai Skor Total** Skor max *** Indeks (%)**** Ket

1 Daya Tarik 6 95 570 900 63 % Layak

2 Aksesibilitas 5 80 400 450 89% Layak

3 Sarana dan Prasarana

3 80 240 300 80% Layak

*Sesuai kriteria penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 **Hasil penilaian terhadap objek dan daya tarik wisata ***Perkalian antara bobot dengan nilai

****Skor tertinggi untuk setiap kriteria

*****Indeks kelayakan perbandingan skor dengan skor tertinggi dalam %

Indeks Kesesuaian wisata

(51)
[image:51.595.113.504.256.308.2]

air tawar. Penghitungan indeks kesesuaian wisata pantai kategori Berenang memperhatikan beberapa parameter yang meliputi Kedalaman perairan (m), kecerahan perairan (m), material dasar perairan, kecepatan arus, biota berbahaya, ketersediaan air tawar, lebar pantai. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) Pantai Sri Mersing disajikan pada Tabel 12 dan penghitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) disajikan pada Lampiran 7.

Tabel 12. Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)

Pantai Sri Mersing Total Skor IKW (%) Tingkat Kesesuaian

Rekreasi Pantai 71 88% S1 (Sangat Sesuai)

Berenang 94 84% S1(Sangat Sesuai)

Daya Dukung Kawasan

Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh pengunjung lainnya. Diasumsikan setiap orang membutuhkan panjang garis pantai 50 m, karena pengunjung akan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan ruang yang luas.

Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Kegiatan wisata dapat dirinci lagi berdasarkan kegiatan yang dilakukan. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt).

(52)

dalam satu hari dengan waktu yang dihabiskan pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu. Daya Dukung Kawasan Pantai Sri Mersing dapat dilihat pada tabel 13. Perhitungan Daya Dukung Kawasan Pantai Sri Mersing dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 13. Perhitungan DDK (Daya Dukung Kawasan) Pantai Sri Mersing

Kegiatan Jumlah (Orang/hari)

Rekreasi Pantai 145

Berenang 80

Biaya Perjalanan(Travel Cost Method)

[image:52.595.162.462.553.728.2]

Berdasarkan Penelitian ini Biaya Perjalanan yang dikeluarkan wisata sangat bervariasi dikarenakan bervariasinya juga jarak pengunjung ke tujuan wisata Pantai Sri Mersing dapat dilihat pada Gambar 4. Rata-rata Biaya Perjalanan Pengunjung menuju wisata Pantai Sri Mersing sebesar Rp. 116.273,- dapat dilihat pada Lampiran 9. Biaya yang dikeluarkan pengunjung juga memiliki nilai terendah dan nilai tertinggi dimana nilai terendah sebesar Rp. 50.000,- dan nilai tertinggi sebesar Rp. 312.000,- tergantung akomodasi yang digunakan dan jarak yang ditempuh oleh pengunjung dapat dilihat pada Gambar 5 dan dapat dilihat pada Lampiran 9.

Gambar 4. Kurva Biaya Perjalanan Pengunjung Pantai Sri Mersing

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43

Ju

m

lah

(

R

upi

ah

)

(53)
[image:53.595.168.452.96.255.2]

Gambar 5. Nilai Terendah dan Tertinggi Biaya Perjalanan Pengunjung

Willingness To Pay (WTP)

Kesediaan membayar pengunjung dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesediaan responden terhadap penambahan sejumlah dana dalam bentuk penarikan retribusi masuk yang selanjutnya akan dialokasikan untuk penambahan fasilitas, sarana hiburan ataupun sarana permainan . Sebanyak 44 responden diminta pendapatnya mengenai kesediaannya untuk membayar sebanyak 31 responden menyatakan bersedia untuk membayar dan sisanya sebanyak 13 responden menyatakan tidak bersedia untuk membayar dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kesediaan Membayar Pengunjung

50000

312000

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Terendah Tertinggi

Ju

m

lah

(

R

upi

ah

)

Biaya Perjalanan Responden

70% 30%

Kesediaan Membayar

Bersedia

[image:53.595.183.444.550.695.2]
(54)

Beberapa alasan responden yang tidak bersedia membayar jika ada penambahan retribusi masuk adalah sebagai berikut :

1. Responden berpendapat penambahan retribusi masuk tidak akan mempengaruhi karena saat menikmati fasilitas lain juga harus membayar sesuai biaya fasilitas yang sudah ditentukan diluar biaya masuk.

2. Beberapa responden yang datang ke Pantai Sri Mersing hanya menikmati keindahan sekitar pantai (piknik) atau hanya sekedar mandi di Pantai tidak menggunakan fasilitas lain seperti banana boat dll.

[image:54.595.113.506.474.607.2]

Dugaan rataan WTP dapat dilihat pada Tabel 14. Di peroleh Dugaan rata-rata WTP responden sebesar Rp 13.225,- perhitungan dugaan rata-rata-rata-rata WTP dapat dilihat pada Lampiran 11. Nilai rata-rata WTP responden tersebut dapat dijadikan acuan dalam penetapan tarif retribusi masuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dana untuk melaksanakan upaya pengembangan fasilitas Pantai Sri Mersing.

Tabel 14. Dugaan Rata-rata WTP No WTP (Rp)

A

Jumlah Responden (Orang)

b

Persentase (%)

C

WTP x Jumlah Responden (Rp)

d = (a x b)

1 5.000 1 3 5.000

2 10.000 20 65 200.000

3 15.000 5 16 75.000

4 20.000 4 13 80.000

5 50.000 1 3 50.000

Total 31 100 410.000

(55)

karakteristik responden yang datang berkunjung ke Pantai Sri Mersing dapat dilihat pada Lampiran 12.

[image:55.595.117.506.225.382.2]

Pendugaan Nilai Total WTP dari responden yang datang ke pantai Sri Mersing dalam satu tahun diperkirakan sebesar 39.685.000,- dapat dilihat pada Tabel 15. Perhitungan nilai total dapat dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 15. Dugaan Nilai Total WTP Responden No WTP

(RP)

Jumlah Responden (Orang)

Perkiraan Total Responden (Orang)

WTP x Jumlah Responden (Rp)

A B c = (b/b*) x c** d = a x c

1 5.000 1 97 485.000

2 10.000 20 1935 19.350.000

3 15.000 5 484 7.260.000

4 20.000 4 387 7.740.000

5 50.000 1 97 4.850.000

Total 31(b*) 3000(c**) 39.685.000

Pembahasan

Potensi Pantai Sri Mersing

Penelitian ini dilakukan di Pantai Sri Mersing Kabupaten Serdang Berdagai dimana masih banyak masyarakat yang belum mengetahui letak obyek wisata di Pantai ini. Pantai Sri Mersing merupakan salah satu tempat wisata yang mulai diminati oleh pengunjung. Kondisi pantai yang asri dimana masih banyak ditumbuhi cemara laut yang menghiasi pinggiran pantai dan juga sebagai salah satu peneduh tenda untuk wisatawan menikmati Pantai Sri Mersing. Pantai ini juga masih memiliki kondisi pasir yang cukup baik dimana pasir di Pantai ini berwarna putih sedikit kecoklatan.

(56)

makan, Kios cendramata, Parkir, Badut dll. Sarana Permainan yang ada di Pantai Sri Mersing antara lain: Banana Boat, Jetsky, Kapal Mesin, Motor ATP. Jenis kegiatan yang paling diminati wisatawan dan mendominasi adalah Rekreasi Pantai sebesar 50% dan Berenang sebesar 31.81% (dapat dilihat pada Gambar 3) sehingga atraksi wisata lain tidak ikut di analisis karena sudah mencakup tujuan wisatawan.

Keindahan Pantai Sri Mersing ini masih sangat terjaga dimana sepanjang garis Pantai masih dipenuhi oleh cemara laut yang rindang yang menjadi pemandangan yang indah. Pengunjung yang datang ke Pantai Sri Mersing juga berasal dari karakteristik yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Pengunjung yang datang tidak sedikit yang datang dari luar Kabupaten Serdang Berdagai. Pengunjung yang datang ke Pantai Sri Mersing ini juga memiliki Karakteristik yang berbeda-beda Karakteristik dari Jenis kelamin, Usia, Status Pernikahan, Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Pekerjaan dan lain sebagainya.

(57)

Berdasarkan jenis pekerjaan bahwa responden terbanyak adalah pelajar/ mahasiswa sebesar 59,09%. Hal ini dipahami karena pelajar/mahasiswa memiliki waktu luang yang lebih banyak. Ketersediaan waktu luang ini sangat berpengaruh pada kegiatan wisata dibandingkan responden yang sudah memiliki pekerjaan atau yang sudah memiliki tanggungan dalam keluarga dimana responden yang sudah memiliki status pernikahan sebanyak 13,63% dan Responden yang belum memiliki status pernikahan sebanyak 86,36%.

(58)

Pendapatan pengunjung sangat bervariasi sebanyak 11,36% memiliki pendapatan Rp. 500.000- 1.000.000 sebanyak 18,18% responden memiliki pendapatan Rp. >2.000.000 sebanyak 20,45% responden memiliki pendapatan Rp. 1.100.000- Rp. 2.000.000 dan sebanyak 50% belum memiliki pendapatan yang dominan oleh pelajar/mahasiswa hal ini sangat bertolak belakang dengan pendapat Sukirno (2005:154) mengatakan teori tingkah laku konsumen adalah teori yang menerangkan prilaku konsumen di dalam menggunakan dan membelanjakan pendapatan yang diperolehnya seseorang konsumen yang rasional akan berusaha memaksimumkan kepuasan dalam menggunakan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa.

Pantai Sri Mersing ini masih memiliki objek wisata yang masih memiliki potensi yang sangat bagus. Setiap obyek memiliki unsur-unsur tertentu yang meliputi Daya Tarik, Aksesibilitas, Sarana dan Prasarana. Unsur-unsur tersebut masih dikatakan layak diantaranya daya tarik memiliki indeks 63%, Aksesibilitas memiliki indeks 89%, Sarana dan Prasarana memiliki indeks 80% yang masih dalam status layak.

Penilaian Daya Tarik

(59)

1.Keunikan sumber daya alam

Keunikan sumberdaya alam dalam obyek wisata tertentu merupakan salah satu komponen yang sangat mendukung wisatawan untuk datang atau berkunjung ke lokasi wisata. Keunikan sumberdaya alam ini diberi bobot 6 karena merupakan faktor utama wisatawan untuk berkunjung. Menurut (Yunus, 2012) Keunikan sumber daya alam merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu obyek wisata yang berbeda dengan obyek wisata lainnya. Keunikan sumber daya alam juga merupakan satu komponen daya tarik yang tidak bisa dilepaskan dari berminat atau tidak berminatnya pengunjung untuk mengunjungi lokasi wisata. Keunikan sumberdaya alam memiliki total skor terendah dibandingkan unsur lainnya yaitu dengan jumlah skor 90. Keunikan yang terdapat pada Obyek Wisata Pantai Sri Mersing ini diantaranya Pantai dan Pasir putih sedikit kecoklatan yang masih terlihat bersih.

2. Sumberdaya alam yang menonjol

Sumberdaya alam yang Menonjol dapat jelas dilihat langsung oleh pengunjung yang datang ketika sedang menikmati wisata Pantai di Sri Mersing ini. Sumberdaya alam yang menonjol memiliki total skor terendah 60 dimana Unsur Sumberdaya alam diberi nilai 10 karena terdapat 1 unsur didalamnya yaitu : Vegetasi Pantai yang masih bagus.

3 . Kegiatan wisata yang dapat dilakukan

(60)

wisata memiliki nilai 25 dimana terdapat empat kegiatan yang dapat dilakukan yaitu menikmati keindahan alam, memancing, Bersampan/Berperahu, Wisata Pantai dimana untuk Kegiatan wisata yang dapat dilakukan memiliki total skor terbanyak yaitu 150.

4. Kebersihan lokasi obyek wisata

Kebersihan lokasi obyek wisata Pantai Sri Mersing bernilai 20 karena terdapat tiga sub unsur yaitu tidak adanya pengaruh dari industri, jalan ramai, pemukiman penduduk dimana total skor kebersihan lokasi obyek wisata diberi nilai 120. Di lokasi Pantai Sri Mersing Terdapat sampah yang tidak begitu mengganggu Pengunjung karena sampah yang berada dilokasi tersebut merupakan sampah sisa plastik jajanan anak-anak yang tidak banyak jumlahnya karena disekitar pondok dilengkapi oleh fasilitas tempat penampung sampah/tong sampah yang memungkinkan pengunjung membuang sampah pada tempatnya. Di Pantai Sri Mersing ini juga memiliki petugas kebersihan yang bertugas memantau sampah yang ada disekitar pantai. Di Pantai ini juga Terdapat Vandalisme atau coret-coret yang dapat dilihat langsung pengunjung saat memasuki kawasan pintu masuk Pantai Vandalisme berupa gambar dan ucapan selamat datang kepada pengunjung.

5. Kenyamanan

(61)

kenyamanan diberi nilai 25 karena ada 4 sub unsur yang terdapat didalamnya dan memiliki total skor 150.

Penilaian Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan suatu indikasi yang menyatakan mudah tidaknya suatu obyek untuk dijangkau (Soekadijo, 2000 diacu oleh Romani, 2006) menyatakan bahwa aksesibilitas merupakan syarat yang penting sekali untuk obyek wisata. Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin suatu obyek mendapat kunjungan wisatawan. Obyek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena itu harus selalu ada jalan menuju obyek wisata. Jalan itu merupakan akses ke obyek dan jalan akses itu harus berhubungan dengan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses menentukan aksesibilitas suatu obyek wisata.

(62)

Tempuh memiliki total skor 150. Aksesibilitas memiliki total skor 400 atau 89% yang termasuk dalam katagori layak atau dapat dilihat pada Tabel 9.

Penilaian Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana penunjang adalah untuk memudahkan pengunjung dalam menikmati potensi dan daya tarik wisata alam. Prasarana merupakan salah satu faktor penunjang yang memudahkan pengunjung dalam menikmati obyek wisata secara tidak langsung. Sarana yang ada di Pantai Sri Mersing mendapatkan total skor 120 dimana terdapat warung, Toko Cendramata dan Rumah Makan dimana di Pantai Sri Mersing ini juga terdapat Pedagang yang berjualan keliling dari Pantai satu ke Pantai yang lain. Pengunjung akan dengan mudah mendapatkan tempat yang nyaman untuk makan dan minum atau pun tempat untuk membeli oleh-oleh dari Pantai Sri Mersing tersebut.

Prasarana Penunjang yang ada di Pantai Sri Mersing berupa adanya Jaringan Air Minum, Jaringan Telepon, Jaringan Listrik dimana Total Skor untuk Prasarana Memiliki nilai 120. Pengunjung yang datang akan dengan mudah mendapatkan fasilitas tersebut sehingga dapat memudahkan Pengunjung untuk berkomunikasi dan bernyanyi karena Pantai Sri Mersing juga menyediakan Panggung Musik pada hari tertentu untuk menghibur pengunjung yang datang. Sarana dan Prasarana memiliki Total Skor 240 atau 80% yang masuk dalam katagori layak dapat dilihat pada Tabel 10.

(63)

240 atau 80% yang juga termasuk dalam katagori layak untuk dikembangkan dapat dilihat pada Table 11. Pantai Sri Mersing layak dijadikan tempat wisata dan layak untuk dikembangkan seimbang dengan kesejahteraan masyarakat setempat.

Indeks Kesesuaian Wisata Pantai Sri Mersing

Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) katagori rekreasi dengan beberapa parameter yaitu Tipe pantai, lebar pantai, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, ketersediaan air tawar. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) katagori Berenang dengan beberapa parameter yaitu Kedalaman perairan, kecerahan perairan, material dasar perairan, kecepatan arus, biota berbahaya, ketersediaan air tawar, lebar pantai (Modifikasi Yulianda, 2007) dapat dilihat pada Tabel 12 dan penghitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dapat dilihat pada Lampiran 7. Pantai Sri Mersing memiliki nilai IKW untuk katagori Rekreasi Pantai Sebesar 88% termasuk dalam katagori S1 (Sangat Sesuai) dan Nilai IKW untuk wisata katagori Berenang sebesar 84% yang juga masih dalam Tingkat Katagori S1 (Sangat Sesuai). Pantai Sri Mersing sangat cocok dijadikan tempat wisata karena termasuk dalam katagori Sangat Sesuai dan Pengelolaan Pantai Sri Mersing ini harus tetap dijaga agar tetap dalam katagori Sangat Sesuai sehingga Pengembangan fasilitas dan Pelestarian Sumberdaya Alam di Pantai Sri Mersing tetap seimbang dan terjaga dengan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Daya Dukung Kawasan Pantai Sri Mersing

(64)

Mersing memiliki luas lahan 22.000 m2. Untuk katagori Rekreasi Pantai Sri Mersing luas lahan yang dapat dimanfaatkan sebesar 2700 m2 dan untuk katagori Berenang luas lahan yang dapat dimanfaatkan sebanyak 1000 m2 luas unit area yang diperlukan 50 m2 untuk 1 orang. Daya Dukung Kawasan untuk Rekreasi Pantai Sri Mersing sebanyak 145 orang/hari dapat dilihat pada lampiran 8 dan Daya Dukung Kawasan untuk Berenang diperoleh hasil 80 orang/hari dapat dilihat pada Lampiran 8.

Biaya Perjalanan(Travel Cost Method)

Biaya perjalanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan, dimana biaya perjalanan memjadi pertimbangan seseorang dalam melakukan kunjungan, kenaikan biaya perjalanan mengakibatkan wisatawan mengurangi kunjungannya ke obyek wisata ini dimana sesuai dengan pendapat Setiawan (2012) yang menyatakan bahwa Untuk meningkatkan keuntungan, pengelola dapat meningkatkan harga tiket dengan syarat memperbanyak wahana permainan anak-anak dan melakukan peningkatan pelayanan dalam pemberian informasi karakteristik kepada Masyarakat.

(65)

Willingness To Pay (WTP) Pantai Sri Mersing

Tiket masuk untuk Wisata Pantai Sri Mersing Rp. 5.000/orang, untuk kendaraan Bermotor sebesar Rp. 15.000/motor dan Rp. 40.000/mobil sedangkan pada hari lebaran atau hari-hari besar lainnya tiket masuk menjadi naik dari harga sebelumnya. Pada penelitian ini didapat nilai rata-rata WTP responden sebesar Rp 13.225/orang dari hasil ini bisa menjadi acuan kepada pengelola dalam penerapan tiket masuk untuk pelestarian lingkungan serta penambahan fasilitas sarana dan Prasarana Pantai Sri Mersing sehingga tingkat kepuasan pengunjung juga semakin tinggi dan Pantai Sri Mersing juga semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan.

(66)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pantai Sri Mersing memiliki Penilaian Daya Tarik 63%, Aksesibilitas 89%, Sarana dan Prasarana Penunjang 80% yang termasuk dalam kategori Layak untuk dikembangkan.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2. Lokasi Pantai Sri Mersing yang dijadikan lokasi Penelitian
Tabel 1. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) (Yulianda,   2007)
Tabel 4. Matriks kesesuaian wisata untuk kategori Rekreasi (Modifikasi Yulianda, 2007)
+7

Referensi

Dokumen terkait