• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Potensi Dan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan Dan Kesediaan Membayar Di Pantai Sri Mersing Kabupaten Serdang Berdagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi Potensi Dan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan Dan Kesediaan Membayar Di Pantai Sri Mersing Kabupaten Serdang Berdagai"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Pantai

Pantai merupakan suatu wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut pada waktu surut hingga arah ke daratan sampai batas paling jauh gelombang atau ombak menjulur ke daratan yang ditandai dengan garis pantai. Garis pantai (shore line) merupakan tempat pertemuan antara air laut dan daratan. Garis pantai ini

setiap saat berubah-ubah sesuai dengan perubahan pasang surut air laut (Mahfudz, 2012).

Dahuri (2003) menjelaskan bentuk-bentuk pantai yang terdapat di Indonesia dilihat dari morfologinya. Bentuk pantai tersebut yaitu :

1. Pantai terjal berbatu

Biasanya terdapat di kawasan tektonis aktif yang tidak pernah stabil karena proses geologi. Kehadiran vegetasi penutup ditentukan oleh 3 faktor, yaitu tipe batuan, tingkat curah hujan, dan cuaca.

2. Pantai landai dan datar

Pantai jenis ini ditemukan di wilayah yang sudah stabil sejak lama karena tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai di kawasan ini ditumbuhi oleh vegetasi mangrove yang padat dan hutan lahan basah lainnya. 3. Pantai dengan bukit pasir

(2)

4. Pantai beralur

Proses pembentukan pantai ini lebih ditentukan oleh faktor gelombang dari pada angin. Proses penutupan yang berlangsung cepat oleh vegetasi menyebabkan zona supratidal tidak terakumulasi oleh sediment yang berasal dari erosi angin.

5. Pantai lurus di dataran pantai yang landai

Pantai tipe ini ditutupi oleh sedimen berupa lumpur hingga pasir kasar. Pantai ini merupakan fase awal untuk berkembangnya pantai yang bercelah dan bukit pasir apabila terjadi perubahan suplai sedimen dan cuaca (angin dan kekeringan).

6. Pantai berbatu

Pantai ini dicirikan oleh adanya belahan batuan cadas. Komunitas organisme pada pantai berbatu hidup di permukaan. Bila dibandingkan dengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatan mikroorganisme yang tinggi, khususnya di habitat intertidal didaerah angin (temperate) dan subtropik.

7. Pantai yang terbentuk karena adanya erosi

Sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai akan mengendap di daerah pantai. Pantai yang terbentuk dari endapan semacam ini dapat mengalami perubahan dari musim ke musim baik secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia yang cenderung melakukan perubahan terhadap bentang alam (Ermawan, 2008).

(3)

1. Pantai berpasir:

Terdapat di sepanjang garis pantai yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia dan bentangan pantai Sulawesi dan Maluku di Laut Banda, dominan dengan kondisi daerah pantai (foreshore) lebih terjal dan lebih dalam. Banyak terdapat pinggiran pantai berkarang. Pantai berpasir merupakan pantai yang didominasi oleh hamparan atau dataran pasir, baik yang berupa pasir hitam, abu-abu atau putih. Selain itu terdapat lembah-lembah diantara beting pasir. Jenis tanah dipantai adalah typic tropopsamment dan typic tropofluvent. Pantai berpasir tidak menyediakan substrat tetap untuk melekat bagi organisme, karena aksi gelombang secara terus menerus menggerakan partikel substrat. 2. Pantai berlumpur:

Terdapat di sepanjang garis pantai yang berbatasan dengan lautan dangkal pada beting Sunda dan beting Sahul, terlindung dari serangan gelombang besar dan karenanya didominasi oleh pasut dan sungai, kondisi pantai (foreshore) sangat landai dan datar dan terdapat delta-delta di beberapa kawasan pantai.

3. Pantai berkarang:

Di kawasan pantai ini terdapat semenanjung dan dinding tebing pantai yang terselingi antara pantai berlumpur dan berpasir (Armos, 2013).

Wisata Pantai

Berdasarkan konsep pemanfaatan wisata dapat diklasifikasikan :

a. Wisata alam merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pemanfaatan sumberdaya alam atau daya tarik panoramanya.

(4)

c. Ekowisata merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam (pesisir meliputi pantai dan lautan, pegunungan, kawasan konservasi) dan industry kepariwisataan (Armos, 2013).

Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga, menikmati pemandangan dan iklim. Fandeli (2000) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan wisata bahari atau wisata pantai adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat pantai (coastal landscape). Kegiatan ekowisata bahari yang dapat dikembangkan dari wisata pantai adalah rekreasi pantai, panorama, resort/peristirahatan, berenang, berjemur, olahraga pantai (volley pantai, jalan pantai, dan lempar cakram), berperahu, memancing, dan wisata mangrove (Rakhmawaty, 2009).

Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang menjadikan wilayah pantai sebagai objek wisata dengan memanfaatkan sumberdaya alam pantai yang ada baik alami maupun buatan ataupun gabungan keduanya. Menurut Simond (1987) menyatakan bahwa obyek wisata pantai adalah elemen fisik dari pantai yang dapat dijadikan lokasi untuk melakukan kegiatan wisata, obyek tersebut yaitu:

a. Pantai, merupakan daerah transisi antara daratan dan lautan. Pantai merupakan primadona obyek wisata dengan potensi pemanfaatan, mulai dari kegiatan yang pasif sampai aktif.

(5)

c. Daratan sekitar pantai, merupakan daerah pendukung terhadap keadaan pantai yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan olahraga darat yang membuat para pengunjung akan lebih lama menikmatinya (Armos, 2013).

Pariwisata

Institute of Tourisme in Britain (sekarang Tourism Society in Britain) di

tahun 1976 merumuskan Pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut. Bentuk Pariwisata dapat dibagi menurut kategori dibawah ini antara lain Menurut asal wisatawan, Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, Menurut jangka waktu, Menurut jumlah wisatawan, Menurut alat angkut yang dipergunakan. Jenis-jenis pariwisata yang telah dikenal dewasa ini, antara lain : Wisata budaya, Wisata Kesehatan, Wisata Olahraga, Wisata Komersial, Wisata Industri, Wisata Politik, Wisata Konvensi, Wisata Sosial, Wisata Pertanian (Pendit, 1990).

(6)

industripariwisata. Darnpak positif lain yang muncul dari industri pariwisata ini antara lain dapat terlihat dari segi sosial budaya. Pesatnya perkembangan industri pariwisata akan membawa pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi wisatawan (turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada. Adanya interaksi inilah para wisatawan dapat mengenal dan menghargai budaya masyarakat setempat dan juga memahami latar belakang kebudayaan lokal yang dianut oleh masyarakat tersebut (Amanda, 2009).

Wisata berbeda dengan perjalanan pada umumnya, karena suatu perjalanan dikatakan wisata apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Bersifat sementara, dalam jangka waktu pendek (waktu yang ditentukan) pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.

2. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, objek wisata, toko cinderamata dan lain-lain.

3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek dan atraksi wisata daerah atau bahkan negara secara berkesinambungan.

4. Perjalanan dilakukan dalam suasana santai.

5. Memilki tujuan tertentu yang pada dasarnya untuk mendapatkan kesenangan. 6. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan bahkan keberadaannya dapat

memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi karena uang yang dibelanjakannya dibawa dari tempat asal (Ramli, 2009).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata

(7)

a. Harga

Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian/calon wisata sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitupula sebaliknya.

b. Pendapatan

Pendapatan suatu negara tinggi maka kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata (DTW) jika dianggap menguntungkan. Hal ini juga berlaku bagi individu. Apabila pendapatan individu tinggi, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya apabila pendapatan individu rendah, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata akan semakin rendah.

c. Sosial budaya

Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.

d. Sosial politik (sospol)

(8)

e. Intensitas keluarga

Banyak/sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.

f. Harga barang substitusi

Harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata (DTW) yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti : Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata (DTW) sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya kedaerah terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur) dan Singapura.

g. Harga barang komplementer

Merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan obyek wisata lainnya.

Faktor-faktor yang menentukan wisatawan untuk membeli jasa atau mengunjungi obyek wisata yaitu:

(9)

5. Pelayanan

Igunawati (2010) melihat bahwa faktor penting yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain : 1. Jumlah penduduk (population size)

2. Kemampuan finansial masyarakat (financial means) 3. Waktu senggang yang dimiliki (leisure time)

4. Sistem transportasi

5. Sistem pemasaran pariwisata yang ada.

Suwantoro (1997) mengidentifikasi empat kelompok faktor yang mempengaruhi penentuan pilihan daerah tujuan wisata seperti:

1. Fasilitas: akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda petunjuk arah.

2. Nilai estetis: pemandangan (panorama), iklim, tempat bersantai, cuaca.

3. Waktu/biaya: jarak dari tempat asal (rumah), waktu dan biaya perjalanan, harga/tarif pelayanan.

4. Kualitas hidup: keramah tamahan penduduk dan bebas dari pencemaran (Ramli 2009).

Masyarakat Pesisir

(10)

tamat sekolah dasar, lemahnya fungsi dari keberadaan Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga Keuangan Mikro (LKM), serta kapasitas berorganisasi masyarakat (Fedriansyah, 2008).

Berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat pesisir terdapat beberapa faktor yang menyebabkan mereka masih tertinggal antara lain keadaan sumberdaya alam yang semakin menipis, kurangnya budaya menabung dan mengelola keuangan keluarga, serta struktur ekonomi atau tata niaga yang belum kondusif bagi kemajuan dan kemakmuran nelayan (Dahuri dkk, 2001).

Peningkatan pendapatan mengakibatkan perubahan perilaku masyarakat yang ke arah konsumtif, pemikiran yang lebih maju dan merubah perilaku sosial secara menyeluruh. Perubahan tersebut dapat bersifat positif yaitu menanggapi perubahan sebagai suatu tantangan untuk maju atau sebagai motivasi untuk lebih baik, namun dapat sebaliknya menjadi negatif jika tanggapan perubahan menjadikan dirinya apriori, apatis, acuh tak acuh dan sebagainya yang justru menjadikan dirinya semakin terpuruk (Manumono, 2008).

Indeks kesesuaian wisata

(11)

kunjungan dalam satu ruang dan waktu harus disesuaikan dengan kaidah yang berlaku. Analisis kesesuaian wilayah dikaitkan dengan kegiatan di sekitar pantai seperti berjemur, bermain pasir, wisata olahraga, berenang, dan aktivitas lainnya. Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan 10 parameter yang memiliki empat klasifikasi penilaian. Parameter tersebut antara lain kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar. Kegiatan wisata pantai merupakan semua aktivitas yang berlangsung di kawasan pantai seperti menikmati keindahan alam pantai, olahraga, berenang, berkemah, dan aktivitas lainnya(Umam, 2010).

Daya dukung kawasan (DDK)

Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak, dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Umam, 2010).

Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

(12)

tidak memungut bayaran masuk atau tarif pemanfaatan. Konsumen datang dari berbagai daerah untuk menghabiskan waktu di tempat rekreasi tentu akan mengeluarkan biaya perjalanan ke tempat rekreasi tersebut. Disini pendekatan biaya perjalanan mulai berfungsi karena makin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas tempat rekreasi maka makin kurang harapan pemanfaatan atau permintaan tempat rekreasi tersebut (Hufschmidt, 1987).

Secara prinsip metode biaya perjalanan ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi misalnya, untuk menyalurkan hobi memancing di pantai, seorang konsumen akan mengorbankan biaya untuk mendatangi tempat tersebut. Dengan mengetahui pola pengeluaran dari konsumen ini, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan Biaya Perjalananadalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas misalnya rekreasi bersifat dapat dipisahkan (separable). Oleh karena itu, fungsi permintaan kegiatan rekreasi tersebut tidak dipengaruhi oleh permintaan kegiatan lainnya seperti menonton, berbelanja, dan lain-lain. Metode Biaya Perjalananini dilakukan dengan menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi (Igunawati, 2010).

(13)

Perjalanan (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya. Secara prinsip metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas. Seorang konsumen misalnya untuk menyalurkan hobi memancing di pantai akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumberdaya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola ekspenditur dari konsumen tersebut (Firandari, 2009).

Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)

Menurut Amanda (2009) menyatakan bahwa Besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, perantara telepon, atau dengan menggunakan surat. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai WTP, yaitu :

a. Bidding Game, yaitu metode tawar-menawar dimana responden ditawarkan sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden.

(14)

c. Payment Card, yaitu suatu nilai tawaran disajikan dalam bentuk kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap barang/jasa publik yang diberikan.

d. Open-ended Question, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka tentang WTP maksimum yang sanggup mereka berikan dengan tidak adanya nilai tawaran sebelumnya.

Setelah data-data nilai WTP terkumpul tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) dan/atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.

Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu, kurva WTP dapat pula digunakan untuk menguji sensitivitas jumlah WTP terhadap variasi perubahan mutu lingkungan.

(15)

a. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut.

b. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasaan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi μ, dapat diturunkan dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N. c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana menentukan prioritas strategi untuk pengembangan bisnis Rumah

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengangkat penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pengetahuan Keuangan, Sikap Keuangan, dan Kepribadian Terhadap Perilaku Manajemen

Beberapa ikan yang memiliki lingkar tubuh untuk masuk ke codend akan berenang melewati square mesh selector menuju codend , namun untuk ikan yang berukuran

Babak ketiga merupakan soal rebutan, dimana pada babak ini juri akan membacakan 10 pertanyaan dan masing-masing grup harus menekan bel dengan cepat untuk dapat

Berdasarkan faktor kerentanan tersebut didapatkan upaya mitigasi banjir rob yaitu pembangunan tanggul, pintu air dan rumah pompa, penyediaan konsep rumah

Algoritma kNN memiliki tingkat akurasi tertinggi baik sebelum maupun sesudah feature selection dibandingkan dengan kedua algoritma machine learning populer lainya,

Uji Koefisien Determinasi (Uji-R2) Interpretasi untuk hasil penelitian ini, Adjusted R-Squared = 0.992569 (Adjusted R- Squared = 99.2569%), artinya bahwa kemampuan

Pada penelitian ini dibangun sebuah sistem pakar untuk menentukan jalur terpendek objek wisata pada Kota Kupang dengan menggunakan metode forward chaining.. Dengan