• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pantai Sri Mersing, Kabupaten serdang Bedagai, Pantai Sri Mersing berada di Desa Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Kiri Kabupaten Serdang Bedagai. Pantai yang memiliki luas area 22.000 m2ini bersebelahan dengan pantaiKuala Putridan Indosatyangterletak pada koordinat 30037’59.38” LU dan 990000’59.04” BT dapat dilihat pada Gambar 2. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja,dengan pertimbangan bahwa kawasan wisata Pantai Sri Mersing merupakan salah satu objek yang diunggulkan di sepanjang kawasan Serdang Berdagai. Pengambilan data primer dilakukan mulai bulan Agustus 2014 hingga September 2014.

Bahan dan Alat

Adapun alat yang digunakan adalah kalkulator, alat tulis, kamera digital, tali plastik, GPS, keping sechi, bola plastik, waterpass. Bahan dan objek penelitian ini adalah kuisioner terhadap pengunjung/wisatawan yang datang berkunjung kelokasi wisata Pantai Sri Mersing.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang diolah dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer dilakukan dengan cara pengisian kuisioner oleh responden dan observasi lapang. Data primer meliputi karakteristik pengunjung objek wisata Pantai Sri Mersing, Biaya yang dikeluarkan Pengunjung untuk menikmati Objek Wisata termasuk Biaya Perjalanan dan Kesediaan Membayar di Pantai Sri Mersing.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari informasi dari pihak pengelola, instansi terkait Kabupaten Serdang Berdagai dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, skripsi, serta penyusuran data melalui internet.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara:

1. Studi kepustakaan yaitu merupakan satu cara untuk memperoleh data dengan cara membaca literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

2. Metode dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan mengambil data yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti dari hasil publikasi lembaga-lembaga atau intansi pemerintah, organisasi lainnya, seperti Dinas Pariwisata, BPS, Pihak Pengelola dan lainnya.

3. Kuisioner, yaitu cara pengumpulan data dengan memberi kuisioner kepada responden yang akan dijadikan sampel untuk memperoleh data yang dibutuhkan dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya.

Teknik Pengambilan Sampel

Responden dipilih denganmenggunakan metode purposive sampling, dimana peneliti memiliki kebebasanuntuk memilih siapa saja yang ditemui hal ini relatif lebih mudah cepat sertamenghemat biaya, namun tentunya dengan menjamin tingkat ketelitian.Responden yang terpilih adalah pengunjung lokal dan pengunjung yang datangsecara kerombongan hanya dipilih beberapa orang saja sebagai wakil rombongan.Penentuan sampelnya dicari dengan memakai rumus Slovin (Amanda, 2009) yaitu:

N n =

1+ N (e)2

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang akan diteliti

N :Jumlah populasi yang datang berkunjung ke kawasan wisata E :Nilai kritis yang di inginkan, 15 %

Metode pengambilan contoh responden untuk masyarakat sekitar menggunakan metode purposive sampling, dengan pertimbangan kriteria

responden terpilih adalah masyarakat yang mengetahui keberadaan objek wisata Pantai Sri Mersing, sehat jasmani dan rohani.

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)

Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan denganpotensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyaipersyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai obyek wisata yang akandikembangkan.Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Kriteria Kesesuaian Wisata Untuk Wisata Pantai disajikan pada tabel 3.Kriteria Kesesuaian Wisata Untuk Wisata Berenang disajikan pada tabel 4. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah (Yulianda, 2007):

IKW =

�����

x 100%

Keterangan:

IKW : Indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata rekreasi pantai Ni :Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor).

Nmaks :Nilai maksimum dari kategori wisata rekreasi pantai.

Berdasarkan matriks kesesuaian, selanjutnya dilakukan penyusunan kelas-kelas kesesuaian untuk kegiatan wisata rekreasi pantai. Dalam penelitian ini kelas-kelas kesesuaian dibagi menjadi 3 kelas kesesuaian meliputi sangat sesuai (S1), sesuai (S2) dan tidak sesuai (S3).

S1 : Sangat sesuai dengan nilai 80 – 100 % S2 : Cukup Sesuai dengan nilai 60 - <80 %

S3 : Sesuai bersyarat dengan nilai 35 - <60 % N : Tidak sesuai dengan nilai <35 %

Kelas S1 : Kawasan ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh nyata terhadap penggunaan dan tidak akan menaikkan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan.

Kelas S2 : Kawasan ini mempunyai pembatas–pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan.

Kelas S3 : Kawasan ini mempunyai pembatas–pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan masukan/tingkat perlakuan yang diperlukan.

Kelas N : Kawasan ini mempunyai pembatas permanen, sehingga menghambat segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.

Daya Dukung Kawasan (DDK)

Daya dukung dihitung agar diketahui jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang tersedia pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Rumus yang digunakan dalam analisis ini juga mengacu pada Yulianda (2007) sebagai berikut:

DDK = K x �LpLt�x (Wt Wp)

Keterangan :

DDK : Daya Dukung Kawasan (orang)

Lp : Luas area (m2) atau panjang area (m) yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu (m2atau m)

Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata alam satu hari (jam)

Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuksetiap kegiatan (jam) Konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan dua hal yaitu kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia dan standar keaslian sumberdaya alam. Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai, dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari bersifat mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan dalam mentolerir pengunjung sehingga keaslian alam tetap terjaga. Daya dukung kawasan disesuaikan karakteristik sumberdaya dan peruntukan (Yulianda, 2007).

Daya dukung kawasan disesuaikan karakteristik sumberdaya dan peruntukan. Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh pengunjung lainnya. Untuk kegiatan wisata pantai disajikan pada tabel 1. Diasumsikan setiap orang membutuhkan panjang garis pantai 50 m2, karena pengunjung akan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan ruang yang luas, seperti berjemur, bersepeda, berjalan-jalan, dan lain lain.

Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Kegiatan wisata dapat dirinci lagi berdasarkan kegiatan yang dilakukan misalnya, menyelam, snorkling, berenang, berjemur, dan sebagainya. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata disajikan pada table 2. Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (pukul 10-18.00 WIB). Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumber daya dan lingkungan yang sesuai objek wisata yang akan dikembangkan.

Tabel 1. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) (Yulianda, 2007)

Jenis Kegiatan K (∑ Pengunjung) Unit Luas Area (Lt) Keterangan

Rekreasi Pantai 1 50 m2 1 orang setiap 50 m2

panjang pantai

Berenang 1 50 m2 1 orang setiap 50

m2panjang pantai

Tabel 2. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata (Yulianda, 2007)

Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp-(jam)

Total waktu 1 hari Wt-(jam)

Rekreasi Pantai 3 8

Tabel 4. Matriks kesesuaian wisata untuk kategori Rekreasi (Modifikasi Yulianda, 2007)

No

Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategori N Skor 1

Tipe pantai 5 Pasir 4 tanah 3 Lumpur 2 Pasir berlumpur 1

2 Lebar pantai (m) 5 >15 4 10-15 3 3-<10 2 <3 1 3 Kemiringan pantai (°) 4 <10 4 10-25 3 25-45 2 >45 1 4 Penutupan Lahan Pantai 3 Pinus

(CemaraPantai) 4 Kelapa 3 Hutan Bakau 2

Pinus, Kelapa,

Hutan Bakau 1 5 Ketersediaan Air

Tabel 5. Matriks kesesuaian wisata untuk kategori Berenang (Modifikasi Yulianda, 2007)

Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategori N Skor

1 Kedalaman perairan (m) 5 0-3 4 >3-6 3 >6-10 2 >10 1 2 Kecerahan perairan (m) 5 80-100 4 50-80 3 20-50 2 <20 1 3 Material dasar

perairan 4 Pasir 4 Pasir Berlumpur 3 Lumpur 2 Tanah 1

4 Kecepatan arus

(m/det) 4 0-0.17 4 0.17-0.34 3 0.34-0.51 2 >0.51 1

5

Biota Berbahaya 4 Tidak Ada 4 Ubur-ubur 3 Ular air 2 Ubur-ubur,

ular air 1

6 Ketersediaan Air

Tawar 3 <0,5 (km) 4 >0,5-1 3 >1-2 2 >2 1

7

Analisis atraksi kegiatan wisata

Dalam pengembangan suatu daerah atau kawasan ekowisata perlu dilakukan inventarisasi untuk mengetahui potensi atraksi wisatanya. Pada umumnya atraksi wisata alam yang ditemukan di suatu daerah atau kawasan pengembangan ekowisata adalah sungai, danau, waduk, pantai, hutan, goa, air terjun (Fandeli, 2002). Kegiatan atraksi wisata yang dilakukan perlu dipilih dengan tepat. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengelola mengevaluasi atraksi wisata secara menyeluruh dan memperkirakan kegiatan yang masih mungkin dikembangkan dalam menarik pasar wisata (Latupapua, 2011).

Analisis atraksi kegiatan ekowisata dikembangkan berdasarkan analisis potensi yang dimiliki dengan cara menginventarisasi atraksi di wisata Pantai. Pemberian bobot pada setiap kriteria menurut pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 adalah berbeda-beda. Kriteria daya tarik diberi 6 karena merupakan faktor utama seseorang melakukan kegiatan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata. Akomodasi dan sarana/prasarana diberi bobot 3 karena merupakan faktor penunjang dalam kegiatan wisata.

Tabel 5. Kriteria Penilaian Daya Tarik (bobot 6)

Unsur/Sub Unsur Nilai

1 Keunikan sumberdaya alam: a. Pantai

b. Flora c. Fauna

d.Pasir Putih sedikit kecoklatan e.Mangrove Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

Tabel 5. Lanjutan

Unsur/Sub Unsur Nilai

2 Banyaknya sumberdaya alam yang menonjol: a. Pantai b. Vegetasi Alam c. Air d.Mangrove e. Flora Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

3 Kegiatan wisata yang dapat dilakukan:

a. Menikmati keindahan alam b. Melihat flora dan fauna c. Memancing d. Bersampan/Berperahu e. Wisata Pantai Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

4 Kebersihan lokasi objek wisata, tidak ada pengaruh dari:

a. Industri b. Jalan ramai c. Pemukiman penduduk d. Sampah e. Vandalisme Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10 5 Kenyamanan:

a. Udara bersih dan sejuk b. Bebas dari bau

c. Bebas dari kebisingan

d.Tidak ada lalu lintas yang mengganggu e. Pelayanan terhadap pengunjung baik Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10

Tabel 6. Kriteria Penilaian Aksesibilitas (bobot 5)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

1 Kondisi jalan Baik Cukup Sedang Buruk 30 25 20 15 2 Jarak dari pusat kota <5 km 5 - 10 km 10 - 15 km >15km 3 Waktu tempuh dari

pusat kota

1 - 2 jam 2 - 3 jam 3 – 4 jam >5 jam 30 25 20 15

Tabel 7. Kriteria Sarana dan Prasarana (Bobot 3)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

>4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak Ada 50 40 30 20 10 1 Sarana a. Warung b. Bank c. Pasar d. Toko cinderamata e. Rumah makan 2 Prasarana Penunjang a. Kantor pos b. Puskesmas

c. Jaringan air minum d. Jaringan listrik e. Jaringan telepon

Sumber : Modifikasi ADO-ODTWA Dirjen PHKA (2003)

Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method / TCM)

Metode Biaya Perjalanan merupakan metode yang digunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi (recreational value) dari suatu lokasi atau objek. Metode ini merupakan metode pengukuran secara tidak langsung terhadap barang/jasa yang tidak memiliki nilai pasar (non market good or service). Teknik ini mengasumsi bahwa pengunjung pada suatu tempat wisata menimbulkan atau menanggung biaya ekonomi, dalam bentuk pengeluaran perjalanan dan waktu untuk mengunjungi suatu tempat. Tujuan melakukan TCM adalah untuk menghitung nilai ekonomis suatu kawasan wisata melalui estimasi rata-rata permintaan terhadap kunjungan wisata dilokasi tersebut (Lipton., . dkk 1995 diacu dalam Yulianda, 2009).

Untuk menghitung biaya perjalanan dapat di tulis dalam persamaan matematis menurut Nurita (2006) sebagai berikut :

Keterangan:

BP: Total biaya perjalanan (Rp)

BTr : Biaya transportasi selama rekreasi (Rp) BKr : Biaya konsumsi di tempat rekreasi (Rp) BKh : Biaya konsumsi haria (Rp)

BDk : Biaya dokumentasi (Rp) BLn : Biaya lain-lain (Rp)

Menghitung biaya rata-rata responden/kunjungan (BPR) yang ditentukan berdasarkan biaya perjalanan responden secara matematis yaitu:

BPR

=

���� � Keterangan :

BPR : Biaya perjalanan rata-rata responden/kunjungan

ΣBPT : Jumlah total biaya perjalanan responden (Biayatransportasi,

biaya konsumsi, biaya perlengkapan memancing, biaya parkir dan biaya lain-lain).

n : Jumlah responden Willingness To Pay (WTP)

Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Untuk mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode dichotomous choice (model referendum)yaitu menawarkan kepada responden jumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden bersedia membayar atau tidak sejumlah uang tersebut dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan. Besarnya tawaran nilai WTP yang diajukan

kepada responden dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan acuan nilai/harga tiket masuk pada obyek wisata sejenis. Metode ini memberikan kemudahan kepada responden dalam memahami maksud dan tujuan dari penelitian. Selain itudengan menggunakan metode ini responden yang cenderung bersedia membayar dan responden yang cenderung tidak bersedia membayar akan lebih mudah diklasifikasi.

Dugaan Rataan WTP dapat diduga dengan menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden dihitung dengan rumusAmanda (2009) :

� �� �=� EWTP = n Keterangan :

EWTP : Dugaan rata-rata WTP Wi : Nilai WTP ke-i

n : Jumlah responden

i : Responden ke-i yang bersedia membayar ( i = 1, 2,..., n)

Pendugaan kurva WTP dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

WTP = f (JK, UM, SP, TP, PD, JT, PM, FK, DM, BK)

Keterangan :

WTP : Nilai WTP responden (Rp) JK : Jenis Kelamin

SP : Status Pernikahan

TP : Tingkat Pendidikan (tahun)

PD : Rata-rata pendapatan per tahun (Rp) JT : Jumlah Tanggungan (orang)

PM : Pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat serta kerusakan pantai FK : Frekuensi Kunjungan

DM : Domisili

BK : Biaya Kunjungan (Rp)

Setelah menduga nilai tengah WTP maka selanjutnya diduga nilai total WTP dari masyarakat dengan menggunakan rumusAmanda (2009):

TWTP= =���� (��)� Keterangan :

TWTP : Total WTP

WTPi: WTP individu sampel ke-i

ni : Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP N :Jumlah sampel

P: Jumlah Populasi

Dokumen terkait