• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh efikasi diri dan motivasi belajar terhadap kesulitan belajar Ekonomi siswa SMA Negeri 2 Ngaglik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh efikasi diri dan motivasi belajar terhadap kesulitan belajar Ekonomi siswa SMA Negeri 2 Ngaglik"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EFIKASI DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR

TERHADAP KESULITAN BELAJAR EKONOMI SISWA SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Eka Purnama NIM: 131324019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGARUH EFIKASI DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR

TERHADAP KESULITAN BELAJAR EKONOMI SISWA SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh: Eka Purnama NIM: 131324019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kepersembahkan karya ini untuk:

Allah SWT

Orang tuaku, Bapak Mijo dan Ibu Rusmeiyati

Adikku, Dwi Cahya Nugraha

(6)

v MOTTO

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan

dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.

(James Thurber)

Don’t focus about other people’s opinions but only focus of our revenue.

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Mei 2017

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Eka Purnama

Nomor Mahasiswa : 131324019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH EFIKASI DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KESULITAN BELAJAR EKONOMI SISWA SMA NEGERI 2 NGAGLIK

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memint ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 30 Mei 2017

Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

PENGARUH EFIKASI DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR

TERHADAP KESULITAN BELAJAR EKONOMI SISWA SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

Eka Purnama Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis: (1) pengaruh efikasi diri terhadap kesulitan belajar, (2) pengaruh motivasi belajar terhadap kesulitan belajar, serta (3) pengaruh efikasi diri dan motivasi belajar terhadap kesulitan belajar.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik pada bulan Oktober 2016. Populasi penelitian meliputi seluruh siswa SMA Negeri 2 Ngaglik Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Sampel penelitian berjumlah 158 siswa dan ditentukan berdasarkan proportional random sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh negatif efikasi diri terhadap kesulitan belajar, (2) ada pengaruh negatif motivasi belajar terhadap kesulitan belajar, serta (3) ada pengaruh negatif efikasi diri dan motivasi belajar terhadap kesulitan belajar ekonomi.

(10)

ix

ABSTRACT

THE EFFECT OF SELF-EFFICACY AND LEARNING

MOTIVATION ON LEARNING DIFFICULTIES IN

LEARNING ECONOMICS SUBJECTS IN

SMA NEGERI 2 NGAGLIK

Eka Purnama Sanata Dharma University

2017

The purpose of this study is to examine and analyze: (1) the effect of self-efficacy on learning difficulties, (2) the effect of learning motivation on learning difficulties, and (3) the effect of self-efficacy and learning motivation on learning difficulties.

This research was conducted in SMA Negeri 2 Ngaglik. The population of the study was all students in Social Science Department of SMA Negeri 2 Ngaglik. The sample consisted of 158 students, determined by proportional random sampling. The data collection technique was questionnaire. The data analysis technique was multiple linear regression method.

The result of this research showed that: (1) there is negative effect of self-efficacy on learning difficulties, (2) there is negative effect of learning motivation on learning difficulties, and (3) there is negative effect of self-efficacy and learning motivation on learning difficulties.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas semua ridho dan risky-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Pengaruh Efikasi Diri dan Motivasi Belajar terhadap Kesulitan Belajar Ekonomi Siswa SMA Negeri 2 Ngaglik” ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam pembutan skripsi ini tidak lepas dari beberapa pihak yang telah

memberikan bantuan moril, materi, dukungan, bimbingan maupun kerjasamanya, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Ekonomi sekaligus Dosen Pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi. 4. Kedua Orang Tuaku Bapak Mijo dan Ibu Rusmeiyati serta adikku Dwi

(12)

xi

5. Ibu Enik Sri Agustini, selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan yang memberikan rekomendasi agar peneliti dapat melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Ngaglik.

6. Ibu Maryati, selaku guru Bimbingan Dan Konseling SMA Negeri 2 Ngaglik yang dengan mendampingi peneliti dalam proses pengambilan data.

7. Siswa dan siswi SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah meluangkan waktunya membantu penulis dalam kelancaran penelitian ini.

8. Keluarga besar Pendidikan Ekonomi angkatan 2010, 2011, 2012 dan 2013

yang selalu menjaga kebersamaan sampai detik ini dan saling membantu dalam mengatasi kesulitan kuliah maupun skripsi.

9. Semua pihak dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 30 Mei 2017 Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………...……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvii

BAB I PENDAHULUAN

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Efikasi Diri …. 15 B. Motivasi Belajar ... 16

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 16

2. Jenis Motivasi dalam Belajar ... 17

3. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar yang Tinggi ... 18

4. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa ... 19

5. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 21

(14)

xiii

C. Kesulitan Belajar ... 24

1. Pengertian Kesulitan Belajar ... 24

2. Klasifikasi Kesulitan Belajar ... 26

3. Ciri-ciri Kesulitan Belajar ... 27

4. Upaya Pemecahan Kesulitan Belajar ... 29

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Siswa ... 31

D. Penelitian yang Relevan ... 34

E. Kerangka Pikir ... 35

F. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 42

1. Identifikasi Variabel ... 42

2. Definisi Operasional Variabel ... 42

F. Data yang Dicari ……….. 44

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

H. Pengujian Instrumen Penelitian ... 48

1. Validitas Instrumen... 48

(15)

xiv BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ………. 65

1. Variabel Efikasi Diri (X1) ……… 66

2. Variabel Motivasi Belajar (X2) ……… 70

3. Variabel Kesulitan Belajar Ekonomi (Y) ………. 74

B. Analisis Data ………... 78

1. Uji Normalitas ……….. 78

2. Uji Linearitas ……… 79

3. Uji Asumsi Klasik ……… 80

a. Uji Multikolinearitas ………. 80

b. Uji Heteroskedastisitas ……….. 80

C. Hasil Uji Hipotesis ……….. 81

1. Uji Hipotesis Pertama ……….. 81

2. Uji Hipotesis Kedua ………. 83

3. Uji Hipotesis Ketiga ………. 83

D. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 85

1. Variabel Efikasi Diri ……… 85

2. Variabel Motivasi Belajar ……… 86

3. Variabel Kesulitan Belajar Ekonomi ………... 87

4. Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kesulitan Belajar Ekonomi …….. 88

5. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Kesulitan Belajar Ekonomi .. 89

6. Pengaruh Efikasi Diri dan Motivasi Belajar Terhadap Kesulitan Belajar Ekonomi ……….. 90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 92

B. Saran ………... 93

C. Keterbatasan ……… 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Tabel Jumlah Siswa SMA N 2 Ngaglik ………. 40

Tabel 3.2. Tabel Rincian Jumlah Sampel ………... 41

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Efikasi Diri ………. 45

Tabel 3.4. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ………. 46

Tabel 3.5. Kisi-kisi Angket Kesulitan Belajar ……… 47

Tabel 3.6. Skor Alternatif Jawaban ………. 48

Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Variabel Efikasi Diri ………... 49

Tabel 3.8. Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ………... 50

Tabel 3.9. Hasil Uji Validitas Variabel Kesulitan Belajar ……….. 51

Tabel 3.10. Interpretasi nilai r ………... 53

Tabel 3.11. Hasil Uji Reliabilitas ……….. 53

Tabel 3.12. Penentuan Kategori Analisis Deskriptif ………. 54

Tabel 4.1. Data Responden ………. 64

Tabel 5.1. Tabel Analisis Deskriptif Variabel Efikasi Diri ………. 67

Tabel 5.2. Penghitungan Interval Variabel Efikasi Diri ……….. 68

Tabel 5.3. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Efikasi Diri ……….. 69

Tabel 5.4. Tabel Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Belajar …………. 71

Tabel 5.5. Penghitungan Interval Variabel Motivasi Belajar ……….. 72

Tabel 5.6. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Belajar ……….. 73

Tabel 5.7. Tabel Analisis Deskriptif Variabel Kesulitan Belajar ……….... 75

Tabel 5.8. Penghitungan Interval Variabel Kesulitan Belajar ………. 76

Tabel 5.9. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Kesulitan Belajar ………. 76

Tabel 5.10. Hasil Uji Normalitas ……….. 79

Tabel 5.11. Hasil Uji Linearitas Data ……… 79

Tabel 5.12. Hasil Uji Multikolinearitas ………. 80

Tabel 5.13. Hasil Uji Heteroskedastisitas ………. 81

Tabel 5.14. Hasil Uji t ………... 82

Tabel 5.15. Hasil Analisis Regresi Ganda ……… 84

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ……… 100

Lampiran 2 Data Penelitian ……… 108

Lampiran 3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ……… 122

Lampiran 4 Pengujian Hipotesis ……… 134

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ………. 143

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dewasa ini mengakibatkan perubahan dalam masyarakat, yang pada

akhirnya melahirkan masalah sosial dan tuntutan baru. Tugas berat

pendidikan adalah bagaimana mempersiapkan peserta didik untuk hidup

dalam lingkungan yang selalu dinamis dan penuh kompetisi dengan

perubahan yang luar biasa akibat ledakan kemajuan komunikasi dan

informasi. Berbagai usaha ditempuh untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas pendidikan peserta didik dengan tujuan mengimbangi kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia

melalui dasar pemikiran tertentu atau suatu pedoman dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan. Menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003

tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Proses pembelajaran yang berkualitas merupakan langkah untuk mencapai

tujuan pendidikan.

Proses pembelajaran diselenggarakan dalam rangka

(20)

Menurut Sugihartono (2007: 158), peserta didik sebagai hasil dari proses

pembelajaran tidak selalu menunjukkan hasil yang optimum seperti yang

diharapkan. Hal ini terjadi karena di dalam proses pembelajaran siswa

menghadapi masalah belajar baik secara internal maupun eksternal.

Masalah-masalah belajar tersebut dapat menjadi penyebab kesulitan

belajar peserta didik apabila tidak segera ditangani dengan baik.

Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi di mana kompetensi

atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah

ditetapkan, baik berbentuk sikap, pengetahuan, maupun keterampilan

(Subini, 2011: 13). Di dalam hal ini, pemahaman mengenai kesulitan

belajar mencakup aspek-aspek seperti ketergangguan belajar,

ketidakmampuan belajar, ketidakfungsian belajar, pencapaian rendah, dan

lambat belajar. Kesulitan belajar tersebut menyebabkan siswa tidak dapat

mencapai hasil belajar dan tujuan belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan

belajar yang dialami siswa, secara tidak langsung mempengaruhi proses

pembelajaran dan pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran. Peserta

didik dikatakan mengalami kesulitan belajar bila prestasi belajar yang

dicapai tidak sesuai dengan kapasitas intelegensinya (Sugihartono, 2007:

150).

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh

berbagai faktor. Faktor kesulitan belajar dapat timbul dari dalam diri siswa

(faktor intern) maupun timbul dari luar diri siswa (faktor ekstern).

(21)

belajar adalah (1) faktor jasmaniah, yang meliputi faktor kesehatan

(kemampuan mengingat, kemampuan penginderaan seperti melihat,

mendengarkan, dan merasakan) dan cacat tubuh; beserta (2) faktor

psikologis, yang meliputi usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar,

intelegensi, perhatian, bakat, minat, emosi dan motivasi /cita-cita, perilaku

sikap, konsentrasi, kemampuan/unjuk hasil kerja, rasa percaya diri,

kematangan dan kelelahan. Selain itu, faktor ekstern yang mempengaruhi

kesulitan belajar dibagi menjadi 3 yakni faktor keluarga; faktor sekolah;

faktor masyarakat.

Peran guru dalam memecahkan masalah kesulitan belajar yang

dialami oleh siswa sangat diperlukan, karena jika seorang guru dapat

melihat kesulitan yang dialami siswa maka guru tersebut akan mampu

mengatasinya secara lebih mudah. Pemecahan masalah kesulitan belajar

siswa merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Prestasi

belajar yang tinggi merupakan kondisi yang diharapkan oleh siswa.

Namun dalam kenyataanya tidak semua siswa mampu mencapai prestasi

belajar yang tinggi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar adalah

efikasi diri. Sunawan dalam Jurnal Ilmu Pendidikan (2005: 133) mengutip

penjelasan dari Bandura dan Pajares bahwa berbagai studi menunjukkan

efikasi diri berpengaruh terhadap motivasi, keuletan dalam menghadapi

kesulitan dari suatu tugas, dan prestasi belajar. Kesulitan belajar tidak

(22)

pembelajaran yang bersifat mandiri (self-regulated learning). Zimmerman

(dalam Sunawan, 2005: 130) mengatakan bahwa self-regulated learning

dilaksanakan dalam tiga fase, yaitu fase pemikiran mendatang

(forethought), fase kinerja (performance), dan fase refleksi diri (

self-reflection). Semua fase tersebut dipengaruhi oleh efikasi diri (Pajares

dalam Sunawan, 2005: 130).

Efikasi diri merupakan keyakinan dan harapan mengenai

kemampuan individu untuk menghadapi tugasnya. Bandura (Schunk,

2012: 146) mengatakan bahwa “self-efficacy is a belief about what one is

capable of doing; it is not the same as knowing what to do ”. Berdasarkan

definisi di atas, peneliti memaknai bahwa efikasi diri adalah perasaan dari

dalam diri seseorang bahwa diri mereka dapat mempengaruhi hidup

mereka sendiri. Efikasi diri mempengaruhi pilihan aktivitas siswa.

Santrock (2013: 523-533) menyatakan bahwa siswa dengan efikasi diri

rendah pada pembelajaran dapat menghindari banyak tugas belajar,

khususnya yang menantang sedangkan siswa dengan efikasi diri tinggi

akan menghadapi tugas belajar tersebut dengan keinginan yang besar.

Individu dengan efikasi diri yang rendah merasa tidak memiliki keyakinan

bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas, maka dia berusaha untuk

menghindari tugas tersebut.

Individu yang memiliki efikasi diri yang rendah merasa tidak

memiliki keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas, maka dia

(23)

hanya dialami oleh individu yang tidak memiliki kemampuan untuk

belajar, tetapi memungkinkan dialami juga oleh individu berbakat

(Bandura dalam Sunawan, 2005: 133).

Faktor lain pada diri siswa adalah motivasi belajar. Elida Prayitno

(1989: 9) mengatakan motivasi belajar adalah proses internal yang

mengaktifkan, memandu, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke

waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan

intensitas yang berbeda. Good (dalam Elida Prayitno, 1989: 10)

menyatakan siswa yang tidak berminat terhadap apa yang diajarkan oleh

guru namun ia harus mempelajarinya dapat menimbulkan rasa tidak

senang di dalam diri siswa tersebut terhadap pelajaran itu dan bahkan

untuk selanjutnya mereka tidak akan pernah mempelajarinya. Situasi kelas

yang termotivasi dapat mempengaruhi proses belajar maupun tingkah laku

siswa. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan

berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan, menunjukkan

ketekunan yang tinggi, serta memiliki variasi aktivitas belajar yang lebih

banyak.

Pembelajaran akan terasa menyenangkan jika siswa juga

termotivasi. Motivasi dalam hal ini merupakan suatu daya dorong yang

timbul dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar

seperti memiliki hasrat kuat, minat, dan perhatian yang tinggi untuk dapat

mencapai tujuan belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Wlodskowski

(24)

menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah

serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Sehingga siswa

yang memiliki motivasi belajar yang baik maka hasil belajarnya akan lebih

baik apabila dibandingkan dengan siswa yang kurang memiliki motivasi

belajar yang baik.

SMA Negeri 2 Ngaglik merupakan Sekolah Menengah Atas yang

dikenal baik prestasi akademiknya, khususnya untuk wilayah Kecamatan

Ngaglik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui apakah para

siswa SMA Negeri 2 Ngaglik mempunyai kesulitan belajar Ekonomi dan

menguji faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Efikasi Diri dan Motivasi

Belajar terhadap Kesulitan Belajar Ekonomi Siswa SMA N 2 Ngaglik.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

beberapa masalah dalam penelitian diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Siswa banyak mengalami kesulitan dalam menerima materi pelajaran

yang disampaikan oleh guru.

2. Siswa merasa kurang fokus terhadap pelajaran yang diberikan dan

mereka merasa tidak yakin akan memperoleh nilai maksimal dalam

(25)

3. Kurangnya efikasi diri yang dimiliki oleh siswa, hal ini terbukti ketika

menghadapi kasus yang sulit mereka cenderung pasrah dan gampang

menyerah.

4. Kurangnya motivasi belajar siswa, hal ini dikarenakan kurangnya

dorongan yang menunjang semangat siswa dalam belajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka terdapat banyak

faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ekonomi siswa. Faktor-faktor

yang berasal dari dalam diri siswa meliputi faktor psikis seperti efikasi

diri, motivasi belajar, sikap, minat, dan kebiasaan belajar. Faktor yang

berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor lingkungan alam, faktor

sosio-ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, mata pelajaran, serta sarana

dan prasarana. Maka dari itu, agar lebih terfokus dan lebih mendalam

peneliti membatasai pada dua faktor intern yang diduga mempunyai

pengaruh yang kuat terhadap kesulitan belajar ekonomi siswa.

Faktor-faktor tersebut adalah efikasi diri dan motivasi belajar siswa SMA N 2

Ngaglik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan diteliti dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh efikasi diri terhadap kesulitan belajar

(26)

2. Bagaimanakah pengaruh motivasi belajar terhadap kesulitan belajar

ekonomi siswa SMA N 2 Ngaglik Yogyakarta?

3. Bagaimanakah pengaruh antara efikasi diri dan motivasi belajar secara

bersama-sama terhadap kesulitan belajar ekonomi siswa SMA N 2

Ngaglik Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, adalah:

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh efikasi diri terhadap

kesulitan belajar ekonomi siswa SMA N 2 Ngaglik Yogyakarta.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh motivasi belajar terhadap

kesulitan belajar ekonomi siswa SMA N 2 Ngaglik Yogyakarta.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh efikasi diri dan motivasi

belajar secara bersama-sama terhadap kesulitan belajar ekonomi siswa

SMA N 2 Ngaglik Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran mengenai keterkaitan antara efikasi diri dan motivasi

belajar dengan kesulitan belajar siswa. Selain itu, penelitian ini juga

dapat dijadikan literatur dalam pelaksanaan penelitian yang relevan di

(27)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pendidik

Dapat memberikan gambaran kepada pendidik, dalam hal

ini adalah guru, tentang arti penting efikasi diri dan motivasi

belajar sehingga diharapkan mampu memberikan solusi terbaik

dalam proses pendampingan siswa dengan cara menumbuhkan

efikasi diri dan motivasi belajar pada siswa.

b. Bagi siswa

Dapat digunakan sebagi bahan evaluasi diri dalam

mengikuti proses pembelajaran dan sebagai masukan untuk lebih

mampu meningkatkan efikasi diri dan motivasi belajarnya.

c. Bagi kepala sekolah

Dapat memberikan informasi dalam meningkatkan mutu

pendidikan berkaitan dengan kesulitan belajar dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya.

d. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana cara

mengatasi kesulitan belajar, serta untuk menambah kesiapan,

wawasan dan pengetahuan sebagai calon pendidik.

G. Definisi Operasional

1. Efikasi diri adalah keyakinan dalam diri individu bahwa dia mampu

(28)

2. Motivasi belajar adalah suatu daya dorong atau penggerak untuk

melakukan serangkaian aktivitas belajar agar dapat mencapai tujuan

belajar yang diinginkan.

3. Kesulitan belajar Ekonomi merupakan beragam gangguan yang

menyebabkan hambatan-hambatan dalam belajar serta kendala-kendala

(29)

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Dalam kegiatan belajar, efikasi diri membuat siswa memilih mengerjakan atau menghindari suatu aktivitas belajar. Berkenaan dengan

efikasi diri, Bandura (Schunk, Pintrich, & Meece, 2010: 139) mengatakan

bahwa, “Self-efficacy is defined as, people judgments of their capabilities

to organize and execute courses of action required to attain designates

types of performances”. Senada dengan pendapat tersebut Ormrod (2008:

20) menjelaskan bahwa efikasi diri adalah penilaian seseorang tentang

kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai

tujuan tertentu. Menurut Bandura (Ormord, 2008: 21) Efikasi diri siswa

mempengaruhi pilihan aktivitas, tujuan, dan usaha serta persistensi usaha

dalam aktivitas-aktivitas kelas, dengan demikian maka efikasi diri

mempengaruhi pembelajaran dan prestasi siswa.

Mempertegas pendapat di atas Woolfolk (2009: 127) menyatakan

bahwa efikasi diri mengacu pada pengetahuan seseorang tentang

kemampuannya sendiri untuk menyelesaikan tugas tertentu tanpa perlu

membandingkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efikasi diri yang

dimiliki siswa adalah ketika siswa belajar dan yakin pada pengetahuan

(30)

oleh orang lain. Dalam Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa efikasi diri

adalah judgement seseorang atas kemampuannya untuk merencanakan dan

melaksanakaan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu.

Konsep dasar teori efikasi diri adalah keyakinan bahwa pada setiap siswa

mempunyai kemampuan mengontrol pikiran, perasaan, dan perilakunya.

Efikasi diri merupakan masalah persepsi subyektif artinya efikasi diri tidak selalu menggambarkan kemampuan yang sebenarnya, tetapi terkait dengan

keyakinan yang dimiliki siswa (Bandura, 1997: 41).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, peneliti menyimpulkan

efikasi diri adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam

menghadapi tugas-tugasnya. Efikasi diri adalah keyakinan bahwa “aku

bisa”. Siswa dengan efikasi diri tinggi setuju dengan pernyataan seperti

“saya tahu bahwa saya akan mampu menguasai materi ini” dan “saya akan

bisa mengerjakan tugas ini”. Apabila siswa memiliki efikasi diri dalam

belajar maka dapat memberikan usaha yang lebih besar dan bertahan lebih

lama dibandingkan para siswa yang meragukan kemampuan mereka,

terutama ketika mereka menemui kesulitan dalam belajar.Siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah merasa tidak memiliki keyakinan bahwa

mereka dapat menyelesaikan tugas, maka dia berusaha untuk menghindari

(31)

2. Dimensi Efikasi Diri

Di dalam efikasi diri terdapat dimensi-dimensi yang memiliki

implikasi pada kinerja seseorang. Bandura (1997: 42) membagi efikasi diri

kedalam empat dimensi, yaitu:

a. Mastery experience

Mastery experience adalah pengalaman sumber informasi efikasi yang paling kuat. Kesuksesan menaikkan keyakinan efikasi,

sementara kegagalan menurunkan efikasi. Jadi apabila siswa telah

sukses mengerjakan tugas dengan baik, maka akan meningkatkan

efikasi dirinya untuk mengerjakan tugas selanjutnya. Tetapi kegagalan

dalam mengerjakan tugas akan menurunkan efikasi diri siswa tersebut.

b. Physiological and emotional arousal

Elliott et.al (2000: 344) menjelaskan bahwa “if students see

themselves as inept and fearful in certain situations and with certain

subjects then the possibility of that fearful behavior appearing is

enhanced.” Dapat disimpulkan bahwa kekhawatiran akan

menurunkan efikasi pada diri seseorang dan kegairahan akan menambah efikasi siswa.

c. Vicarious experiences

Vicarious experiences (pengalaman orang lain), yaitu pengalaman orang lain menjadi sumber efikasi diri bagi siswa. Orang

(32)

menurunkan efikasi diri hal itu dilihat dari adanya pengaruh positif

dan negatif dari sumber model efikasi diri tersebut.

d. Social persuasion

Social persuasion dapat berupa “pep talk” atau umpan balik

spesifik atas kinerja. Persuasi sosial dapat membuat siswa

mengerahkan usaha, mengupayakan strategi-strategi baru, atau berusaha cukup keras untuk mencapai kesuksesan. Dapat disimpulkan

bahwa dengan adanya persuasi sosial dapat membantu siswa berusaha

dalam mencapai kesuksesan.

3. Klasifikasi Efikasi Diri

Secara garis besar efikasi diri terbagi menjadi dua bentuk, yaitu

efikasi diri tinggi dan efikasi diri rendah. Santrock (2009: 216)

menyatakan, siswa dengan efikasi diri rendah pada pembelajaran dapat

menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang. Siswa

dengan efikasi diri tinggi akan menghadapi tugas belajar tersebut dengan

keinginan besar. Siswa dengan efikasi diri tinggi lebih tekun berusaha

pada tugas belajar dibanding siswa dengan efikasi diri rendah.

Siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung

mengerjakan suatu tugas tertentu, meskipun tugas-tugas tersebut sulit.

Siswa tidak memandang tugas tersebut sebagai hal yang perlu dihindari.

Selain itu, siswa mengembangkan minat dan ketertarikan yang mendalam

pada suatu aktivitas dan berkomitmen mencapai tujuan yang diinginkan

(33)

Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi menganggap kegagalan

sebagai akibat dari kurangnya usaha yang keras, pengetahuan dan

keterampilan. Mereka akan meningkatkan usaha mereka untuk mencegah

kegagalan yang mungkin timbul. Mereka yang gagal dalam melaksanakan

sesuatu, biasanya cepat mendapatkan kembali efikasi diri mereka kembali

setelah kegagalan tersebut. Siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah tidak berpikir tentang bagaimana cara yang baik dalam menghadapi

tugas-tugas yang sulit. Saat menghadapi tugas-tugas yang sulit mereka mengurangi

usaha mereka dan cepat menyerah. Mereka juga lamban dalam membenahi

dan mendapatkan efikasi diri mereka ketika menghadapi kegagalan

(Bandura, 1997: 119).

Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa siswa yang

memiliki efikasi diri yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)

yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan, (2) ancaman

dipandang sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari, (3) gigih

dalam berusaha, (4) percaya pada kemampuan diri yang dimiliki, (5)

hanya sedikit menampakkan keragu-raguan, (5) suka mencari situasi baru, dan (6) aspirasi dan komitmen terhadap tugas kuat.

Berbanding terbalik dengan hal di atas siswa yang memiliki efikasi

diri rendah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) lamban dalam

membenahi atau mendapatkan kembali efikasi diri ketika menghadapi

kegagalan, (2) tidak yakin dapat menghadapi rintangan, (3) ancaman

(34)

cepat menyerah, (5) ragu pada kemampuan yang dimiliki, (6) tidak suka

mencari situasi baru, dan (7) aspirasi dan komitmen terhadap tugas lemah.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Efikasi Diri

Efikasi diri merupakan faktor penting dalam diri siswa, karena

dengan efikasi diri siswa dapat mengerjakan tugas tanpa melihat tugas

orang lain atau tugas milik teman. Efikasi diri yang kuat harus dipertahankan oleh siswa, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan efikasi diri. Ormrod (2008: 23-27) menyebutkan bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan efikasi diri yaitu:

a. Keberhasilan dan kegagalan pembelajar sebelumnya

Siswa akan lebih yakin pada keberhasilannya apabila

keberhasilannya sudah berlangsung. Dapat diartikan bahwa siswa

yang telah berhasil dalam tugas sebelumnya akan memiliki keyakinan

yang besar untuk dapat berhasil dalam tugasnya saat ini. Meskipun

demikian, ketika siswa secara konsisten gagal pada suatu aktivitas,

kepercayaan diri akan kemampuannya melakukan aktivitas yang sama

di masa depan cenderung turun (Ormrod, 2008: 24). b. Keberhasilan dan kegagalan orang lain

Terkadang siswa membandingkan keberhasilan orang lain

dengan dirinya. Keberhasilan dan kegagalan orang lain dapat

mempengaruhi pikiran akan kesuksesan dan kegagalan pada diri

siswa, apabila siswa meyakini akan keberhasilan dan kegagalan teman

(35)

c. Kesuksesan dan kegagalan dalam kelompok yang lebih besar

Siswa lebih memiliki efikasi diri yang tinggi apabila belajar

dalam kelompok. Dapat diartikan bahwa siswa lebih memiliki

keyakinan diri akan kemampuannya ketika mengerjakan tugas dengan

cara bersama-sama serta siswa menjadi lebih terbuka wawasan dan

pemahamannya ketika berkolaborasi dengan teman.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus dapat

memberikan motivasi kepada siswa. Siswa yang termotivasi akan

senantiasa bergairah dalam belajar. Maehr & Meyer (Brophy, 2010: 3)

menyatakan bahwa “motivation is a theoretical construct used to explain

the initiation, direction, intensity, persistence, and quality of behavior,

especially goal directed behavior”.Senada dengan hal tersebut

Wlodskowski (Siregar, 2011: 49) menjelaskan motivasi sebagai suatu

kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang

memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Penjelasan Wlodskowski bahwa motivasi dapat menimbulkan perilaku dan

memberi arah pada tingkah laku. Motivasi adalah “sesuatu yang

menyebabkan Anda melangkah, membuat Anda tetap melangkah, dan

menentukan kemana Anda mencoba melangkah” (Slavin, 2011: 99).

Motivasi juga sering disebut dengan “motif” untuk menunjuk

(36)

daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu

(Sardiman, 2011: 73). Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak

dari dalam diri siswa yang menimbulkan keinginan belajar, yang

menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegitan

belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

tercapai.

2. Jenis Motivasi dalam Belajar

Motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi instrinsik dan

ekstrinsik (Arends, 2013: 148). Motivasi intrinsik merupakan perilaku

dipicu secara internal oleh minat atau keingintahuan seseorang atau

semata-mata karena kesenangan akan pengalaman. Sedangkan motivasi

ekstrinsik terjadi ketika orang dipengaruhi untuk bertindak karena faktor

luar atau lingkungan, seperti hadiah, hukuman, atau tekanan sosial.

a. Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam

diri. Sardiman (2011: 90) menyatakan bahwa motivasi instrinsik

menjelma dalam keinginan untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam kegiatan belajar. Motivasi instrinsik timbul tanpa adanya

paksaan dari seseorang atau dengan kata lain timbul dalam dirinya

sendiri. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik merasa bahwa belajar

bukan untuk memperoleh pujian atau hadiah tetapi karena belajar

(37)

lengkap bila tidak belajar. Motivasi instrinsik yang meningkat mampu

membantu dalam proses pembelajaran (Slavin, 2009: 132).

b. Motivasi ekstrinsik

Hamzah (2007: 151) menyatakan bahwa motivasi belajar

dikatakan ekstrinsik apabila siswa menempatkan tujuan belajarnya di

luar faktor situasi belajar. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor luar situasi belajar, misalnya

belajar demi menghindari hukuman, belajar demi mendapatkan pujian

dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik tetap memiliki peranan yang

penting dalam pembelajaran. Hal ini karena keadaan siswa bersifat

dinamis. Komponen pembelajaran yang kurang menarik memerlukan

motivasi ekstrinsik untuk membangkitkan motivasi belajar.

3. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar yang Tinggi

Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan dalam proses belajar, karena tanpa adanya motivasi mustahil

seorang siswa dapat berhasil dalam belajar. Brophy & Wentzel (2014: 3)

menjelaskan bahwa “student motivation is reflected in the motieves and

goals they strive to achieve, and is rooted in their subjectives experiences,

especially those connected to their willingness to engage in learning

activities and their reasons for doing.” Menurut Hamzah (2007: 23), ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yaitu: (1) adanya hasrat dan

(38)

dan kebutuhan dalam belajar, dan (3) memiliki harapan dan cita-cita masa

depan.

Selain dari ciri diatas, Sardiman (2011: 83) menambahkan

ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajaradalah: (1) tekun menghadapi

tugas. (2) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), (3)

menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, (4) lebih senang bekerja mandiri, (5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, (6) dapat

mempertahankan pendapatnya, (7) tidak mudah melepaskan hal yang

diyakini itu, dan (8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Dari berbagai hal tersebut dapat dikaji bahwa ciri-ciri motivasi

akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar

mengajar akan berhasil baik, apabila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet

dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa

yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang retinitis

dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya, apabila

sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa

harus juga peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal tersebut harus dipahami

oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan

motivasi yang tepat dan optimal.

4. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat

(39)

inisiatif, mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan

kegiatan belajar. Motivasi dapat ditumbuhkan baik oleh siswa sendiri

maupun pihak-pihak lain seperti guru, sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Cruickshank (2014: 150-152) mengungkapkan bahwa cara menumbuhkan

motivasi belajar siswa adalah: (1) ciptakan lingkungan kelas yang

kondusif, (2) memaksimalkan kecenderungan siswa akan berusaha untuk belajar, (3) melakukan usaha khusus untuk membantu siswa yang kurang

percaya diri dan menyebabkan mereka tidak mau terlibat dalam proses

belajar, (4) melakukan usaha khusus dengan siswa yang memiliki harapan

rendah untuk dirinya sendiri dan siap menerima kegagalan, (5) lakukan

usaha khusus dengan siswa yang apatis dan tidak terlibat, (6) gunakan

penghargaan eksternal dan internal, (7) libatkan siswa dalam tugas-tugas

yang memberikan mereka kesempatan untuk meraih tujuan kurikulum, (8)

doronglah siswa untuk menghargai proses belajar, dan (9) dukunglah

siswa untuk saling mendukung.

Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Cruickshank, Sardiman

(2011: 92-95) mengungkapkan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu: memberi

angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvement,memberi ulangan,

mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan

yang diakui.

Pendapat yang berbeda menyatakan bahwa motivasi tidak hanya

(40)

Suhana, 2012: 28). Cara untuk membangkitkan motivasi belajar yaitu: (1)

peserta didik memperoleh pemahaman (comprehension) yang jelas

mengenai proses pembelajaran, (2) peserta didik memperoleh kesadaran

diri (self consciousness) terhadap pembelajaran, (3) menyesuaikan tujuan

pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara link and match, (4)

memberikan sentuhan lembut (soft touch), (5) memberikan hadiah (reward), (6) memberikan pujian dan penghormatan, (7) peserta didik

mengetahui prestasi belajarnya, (8) adanya iklim belajar yang kompetitif

secara sehat, (9) belajar menggunakan multi media, (10) belajar

menggunakan multi metode, (11) guru yang kompeten dan humoris, dan

(12) suasana lingkungan sekolah yang sehat.

Perbedaan antara ketiga pendapat tersebut adalah Cruickshank

lebih menekankan kepada generalisasi motivasi dari merencanakan,

mengajar atau mengevaluasi siswa, Sardiman lebih menekankan pada

strategi yang dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,

sedangkan Hanafiah & Suhana lebih menekankan pemahaman siswa dan

pemberian stimulus untuk siswa dalam belajar.

5. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Siregar (2011: 53) mengemukakan enam unsur atau faktor yang

mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor

tersebut adalah sebagai berikut: (1) cita-cita/aspirasi pembelajar, (2)

(41)

pembelajar, (5) unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran, (6) upaya guru

dalam membelajarkan pembelajar.

Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar. Hal ini dapat diamati dari banyaknya kenyataan, bahwa

motivasi seorang pembelajar menjadi begitu tinggi ketika sebelumnya

sudah memiliki cita-cita. Kemampuan pembelajar juga menjadi faktor penting dalam mempengaruhi motivasi. Kemampuan pembelajar erat

hubungannya dengan motivasi hal ini terlihat ketika pembelajar

mengetahui bahwa kemampuannya ada pada bidang tertentu, sehingga

pembelajar akan termotivasi dengan kuat untuk terus menguasai dan

mengembangkan kemampuannya di bidang tersebut (Siregar, 2011: 54).

Kondisi pembelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi

motivasi. Hal ini dapat terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis

pembelajar. Pada kondisi fisik, hubungannya dengan motivasi dapat dilihat

dari keadaan fisik seseorang. Jika kondisi fisik kurang baik maka

cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar. Sementara jika

kondisi fisik sehat dan segar bugar maka cenderung memiliki motivasi yang tinggi (Siregar, 2011: 54). Selain kondisi fisik, maka juga dapat

diamati dari kondisi psikis. Hal ini dapat terlihat ketika seseorang kondisi

psikisnya sedang tidak bagus maka motivasi juga akan menurun tetapi

sebaliknya jika kondisi psikologis seseorang dalam keadaan bagus maka

kecenderungan motivasinya akan tinggi. Kondisi lingkungan pembelajar

(42)

lingkungan fisik dan lingkungan sosial pembelajar. Lingkungan sosial

yang tidak menunjukkan kebiasaan belajar dan mendukung kegiatan

belajar akan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar, tetapi jika

sebaliknya akan berdampak pada meningkatkan motivasi belajar.

6. Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Motivasi memiliki peranan yang besar dalam proses pembelajaran. Siregar (2011: 51) membagi peranan penting motivasi dalam belajar

menjadi dua hal. Pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin

kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi

memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa

senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi

mempunyai energi yang banyak untuk melakssiswaan kegiatan belajar.

Secara lebih rinci Ormrod (2008: 58-59) mengatakan bahwa

motivasi berpengaruh terhadap pembelajaran dan perilaku siswa, hal ini

ditunjukkan pada: (1) motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu,

(2)motivasi meningkatkan usaha dan energi, (3) Motivasi meningkatkan prakarsa (inisisasi) dan kegigihan terhadap berbagai aktivitas, (4) motivasi

mempengaruhi proses-proses kognitif, (5) motivasi menentukan

konsekuensi mana yang memberi penguatan dan menghukum, dan (6)

motivasi sering meningkatkan performa.

Pendapat dari ahli tersebut dapat dikaji bahwa motivasi memiliki

(43)

merupakan daya penggerak bagi diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar sehingga peran motivasi memberikan rasa semangat, bergairah, dan

rasa senang dalam belajar yang pada akhirnya motivasi dapat

meningkatkan kegigihan siswa dalam mengerjakan tugas dengan serius.

C. Kesulitan Belajar

1. Pengertian Kesulitan Belajar

Secara umum kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam

proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu

untuk mencapai hasil belajar. National Joint Committee of Learning

Disabilities (NJCLD) sebagaimana yang dikutip oleh Lerner dalam Subini

(2011: 14) mendefinisikan:

Kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental, bukan juga karena pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena faktor kesulitan dari dalam siswa itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi terhadap objek yang diinderanya.

Jadi dapat dikatakan kesulitan belajar adalah beragam gangguan

dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung karena faktor internal siswa itu sendiri. Pokok pikiran yang diungkapkan oleh

Lerner tersebut bahwa faktor utama dari kesulitan belajar ada pada diri

siswa itu sendiri. Kendala-kendala yang menyebabkan ketidakberhasilan

dalam belajar dan mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya

menjadikan gangguan dalam kemajuan belajar atau dalam pencapaian

(44)

dihadapi oleh orang-orang yang memiliki inteligensi rata-rata hingga

superior, yang memiliki sistem sensoris yang cukup, dan kesempatan

belajar yang cukup pula, bukan bagi orang-orang yang mengalami

gangguan atau hambatan dalam penglihatan, pendengaran, motorik,

tunagrahita (retardasi mental), dan gangguan emosional.

Kesulitan belajar dapat juga diistilahkan sebagai gangguan belajar sehingga menyebabkan terhambatnya siswa dalam proses belajar. Seperti

yang diungkapkan oleh Harwell (2001: 1) bahwa “Learning disability

(LD) is a term currently used to describe a group of conditions that

interfere with a person’s learning”. Gangguan yang dimaksud Harwell

(2001: 1) ialah “disorder related to listening, speaking, reading,

reasoning, and mathematical calculation. They have intelligence in the

near average, average, or above average range”. Senada dengan pendapat

Harwell, Cruickshank (2014: 96) menjelaskan bahwa kesulitan belajar

adalah gangguan lain yang membuat mereka atau orang normal lainnya

dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, mengeja, atau

melakukan perhitungan matematis.

Kesulitan belajar berkaitan dengan kurikulum sekolah. Apabila

kurikulum di sekolah menuntut siswa untuk memahami konsep materi

pembelajaran yang luas maka akan memberatkan siswa dalam belajar

sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa dalam kemajuan belajarnya.

(45)

difficulty is applied to students who are not making adequate progress

within the school curriculum”.

Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan hambatan belajar dari

dalam individu yang berkaitan dengan beragam gangguan serta

kendala-kendala yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam belajar dan mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya menjadikan gangguan

dalam kemajuan belajar atau dalam pencapaian akademik. Oleh karena

itulah siswa yang mengalami kesulitan belajar, akan sukar dalam

menyerap materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu

kurikulum sekolah yang menuntut siswa menguasai berbagai konsep

materi menyebabkan siswa tidak dapat menguasai materi secara

keseluruhan, bahkan dapat menyebabkan siswa menghindari pelajaran,

mengabaikan tugas-tugas yang diberikan guru, akibatnya terjadi

penurunan nilai belajar dan prestasi belajar menjadi rendah.

2. Klasifikasi Kesulitan Belajar

Klasifikasi kesulitan belajar sangat diperlukan karena bermanfaat

untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Mulyono (2012: 7)

secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan menjadi

developmental learning disabilities, dan academic learning disabilities. Klasifikasi tersebut berkaitan dengan kesulitan belajar yang berhubungan

(46)

kesulitan belajar dalam bidang akademik (kesulitan dalam mata pelajaran)

di sekolah. Fokus utama dalam penelitian ini lebih menyoroti pada

kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities) yang terjadi

pada siswa sekolah menengah atas.

3. Ciri-ciri Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar. Hal tersebut senada dengan pendapat Bulgren

(Stephen, et al., 2015: 15) menyatakan bahwa “inhibit students with LD

(Learning Disabilities) from learning new information and applying their

knowledge to activities like discussion and writing in social studies class.”

Senada dengan Bulgren, Mulyadi (2010: 7) mengatakan bahwa

“kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai

jenis manifestasi tingkah laku baik secara langsung ataupun tidak

langsung.” Gejala ini akan tampak dalam aspek-aspek kognitif, motoris

dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Ciri-ciri

tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan

belajar menurut Mulyadi (2010: 8) adalah: (1) menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau

di bawah potensi yang dimiliki, (2) hasil yang dicapai tidak seimbang

dengan usaha yang telah dilakukan, (3) lambat dalam melakukan

tugas-tugas kegiatan belajar, (4) menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti

acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya, (5)

(47)

terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau

diluar kelas, tidak mau mencatat pelajaran dan sebagainya, dan (6)

menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung,

mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi nilai

rendah tidak menunjukkan perasaan sedih dan menyesal dan sebagainya.

Hal yang berbeda diungkapkan oleh Cruickshank (2014: 96-97), Ia mengatakan bahwa ketika siswa mengalami kesulitan belajar

menunjukkan hal sebagai berikut: (1) memiliki kesulitan mempelajari

kemampuan baru dan mengingat informasi baru, (2) memiliki kesulitan

mengikuti arahan, (3) memiliki kesulitan memenuhi tenggat waktu, (4)

mengalami kesulitan untuk bekerja secara teratur, (5) memiliki kesulitan

memahami peraturan dalam percakapan, (6) mengeluarkan pendapat yang

tidak sesuai, (7) menemukan kesulitan untuk memahami materi yang

dibaca, dan (8) memiliki kesulitan mengatur hal yang ingin disampaikan

atau tidak mampu memikirkan kata yang tepat untuk menulis atau

berbincang.

Selain pendapat di atas, Slavin (2011: 202) menyebutkan beberapa karakteristik siswa yang mempunyai kesulitan belajar, yaitu: (1)

kecerdasan normal atau bahkan berbakat, (3) kesenjangan antara

kecerdasan dan kinerja, (4) kesulitan menyelesaikan soal, (5) kesulitan

dengan kegiatan yang dimotivasi diri sendiri dan mandiri, (6) terlalu

mengandalkan guru dan teman sebaya dalam tugas, dan (7) pendekatan

(48)

4. Upaya Pemecahan Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar dapat diketahui oleh pendidik melalui diagnose

kesulitan belajar. Langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar sebagai

berikut dalam Mulyadi (2010: 18-43).

a. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar

Tujuan dari identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah agar guru dapat menemukan siswa yang diperkirakan

mengalami kesulitan belajar. Cara yang dapat dilakukan guru adalah

dengan cara meneliti nilai ulangan, menganalisis hasil ulangan dan

melakukan observasi.

b. Melokalisasikan letak kesulitan

Kegiatan ini meliputi: (1) mendeteksi kesulitan belajar pada

mata pelajaran tertentu, (2) mendeteksi pada kawasan tujuan belajar

dan bagian ruang lingkup mata pelajaran dimana kesulitan terjadi

dengan menggunakan tes prestasi belajar ataupun analisis naskah

jawaban ujian, (3) analisis terhadap catatan mengenai proses belajar

yang terkait dengan catatan keterlambatan penyelesaian tugas, ketidakhadiran yang kurang, keaktifan yang kurang, dan kurangnya

penyesuaian sosial.

c. Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan adanya kesulitan

Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk mengetahui penyebab

kesulitan belajar siswa. Lokalisir dilakukan dengan memperhatikan

(49)

d. Pemecahan kesulitan belajar

Pemecahan kesulitan belajar dilakukan dengan: (1)

memperkirakan kemungkinan bantuan, (2) menetapkan

kemungkinan-kemungkinan cara mengatasinya, dan (3) tindak lanjut.

Bila dicermati secara mendalam, keempat langkah mendiagnosis

kesulitan belajar tersebut saling berkaitan. Idealnya guru memiliki kemampuan mendiagnosis kesulitan belajar dengan memiliki kemampuan

mendiagnosis kesulitan belajar guru dapat mendeteksi dan membantu

siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siregar (2014: 181) menjelaskan

bahwa proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu

gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru

menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada siswanya.

Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan

langkah-langkah menurut Siregar (2010: 181) seperti berikut ini:

a. Mengidentifikasi adanya masalah belajar

Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat

ketrampilan khusus, sebab kemampuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif. Gejala-gejala munculnya

masalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya

muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau

dalam menurunnya hasil belajar.

(50)

Penelaahan dan penetapan status siswa dilakukan dengan cara

berikut ini:

1) Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari siswa

2) Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh siswa

dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat.

3) Menetapkan pola pencapaian siswa, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.

4) Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar

Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang

kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan

sebab terjadinya masalah belajar adalah sebagai berikut:

1) Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda

2) Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda

3) Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan

gejala masalah yang semakin kompleks.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Siswa

Ada beberapa kemungkinan mengapa siswa mengalami kesulitan

dalam belajar. Seringkali satu penyebab tidak dapat diidentifikasi karena

kesulitan belajar berasal dari gabungan beberapa penyebab. Muhibbin

Syah (2013: 170) menyatakan bahwa fenomena kesulitan belajar seorang

(51)

prestasi belajarnya, secara garis besar faktor-faktor penyebab timbulnya

kesulitan belajar terdiri atas dua macam yaitu:

a. Faktor intern siswa

Faktor intern siswa merupakan hal-hal atau keadaan-keadaan

yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor intern siswa meliputi

gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa yakni:

1) Kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas

intelektual/inteligensi siswa.

2) Afektif (ranah rasa), antara lain labilnya emosi dan sikap.

3) Psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya

alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).

b. Faktor ekstern siswa

Faktor ekstern siswa merupakan hal-hal atau

keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa

meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak

mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga

macam yaitu: (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan perkampungan/masyarakat, dan (3) lingkungan sekolah.

Selain dua faktor tersebut, Subini (2011: 19-41) menyatakan

bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa

yaitu Faktor Pendekatan Belajar Siswa. Faktor pendekatan belajar

(52)

metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

Ada tiga bentuk dasar pendekatan belajar siswa yaitu:

1) Pendekatan Achieving (Pencapaian prestasi tinggi)

Pendekatan achieving merupakan kecenderungan belajar

siswa karena adanya dorongan untuk mewujudkan ego

enchancement. Ego enchancement yaitu ambisi pibadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara

meraih prestasi setinggi-tingginya.

2) Pendekatan Surface (Permukaan atau bersifat lahiriah)

Pendekatan surface merupakan kecenderungan belajar

siswa karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya

mau belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi

orangtua. Oleh karena itu, gaya belajarnya menjadi santai, asal

hafal, dan memenuhi standar minimal. Bahkan, tidak

mementingkan pemahaman yang mendalam.

3) Pendekatan Deep (Mendalam)

Pendekatan deep merupakan kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam (instrinsik). Misalnya, mau

belajar karena memang tertarik pada materi dan memang merasa

(53)

D. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratri Nugrahani. (2013). Dengan judul

“Hubungan Self-Efficacy dan Motivasi Belajar dengan Kemandirian

Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta”.

Hasil dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang positif dan

signifikan antara efikasi diri dan motivasi belajar dengan kemandirian belajar siswa. Persamaan variabel dalam penelitian ini adalah mempunyai

variabel independen yang sama, yaitu efikasi diri dan motivasi belajar.

Perbedaan dalam penelitian ini pada variabel dependen yang diambil yaitu

kesulitan belajar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ferdiana Putri Wardani. (2015). Dengan

judul “Pengaruh Self-Efficacy, Lingkungan Belajar dan Disiplin Belajar

terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri

V Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil dari penelitian ini

menyatakan bahwa efikasi diri, lingkungan belajar dan disiplin belajar

mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap kecurangan

akademik yang dilakukan oleh siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah mempunyai variabel independen yang sama yaitu efikasi diri.

Perbedaannya terletak pada variabel independen yang lain yaitu motivasi

belajar, sedangkan dalam penelitian tersebut variabel independen yaitu

lingkungan belajar dan disiplin belajar. Perbedaan yang kedua adalah pada

(54)

perilaku kecurangan akademik, sementara penulis mengambil variabel

dependennya adalah kesulitan belajar.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tya Marlina. (2015). Dengan judul

“Pengaruh Konsentrasi Belajar, Lingkungan Keluarga dan Metode

Pembelajaran terhadap Kesulitan Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI

Akuntansi SMK Negeri 1 Jogonalan Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi belajar, lingkungan

keluarga dan metode pembelajaran memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap kesulitan belajar siswa. Perbedaan dengan penelitian

ini adalah variabel independen yang diambil berbeda, sedangkan variabel

dependen pada penelitian yaitu kesulitan belajar sama walaupun pada

penelitian tersebut hanya ditekankan pada kesulitan belajar akuntansi.

E. Kerangka Pikir

Kesulitan belajar adalah kendala-kendala yang menyebabkan

ketidakberhasilan dalam belajar dan mengakibatkan kegagalan atau

setidak-tidaknya menjadikan gangguan dalam kemajuan belajar atau dalam

pencapaian akademik. Kesulitan belajar bisa dipengaruhi oleh banyak hal, baik dalam diri siswa dan luar diri siswa. Dalam penelitian ini, kesulitan

belajar dibatasi hanya pada kesulitan belajar dalam mata pelajaran ekonomi,

selain itu peneliti juga membatasi pada dua hal dari dalam diri siswa yang

diduga menyebabkan munculnya kesulitan belajar, yaitu efikasi diri dan

(55)

Gambar 1.1. Diagram Alur Kerangka Pikir Penelitian

Keterangan:

1 = Variabel efikasi diri 2 = Variabel motivasi belajar

= Variabel kesulitan belajar ekonomi = Garis regresi

= Garis regresi ganda

ℎ1 = hubungan variabel 1 dengan

ℎ2 = hubungan variabel 2 dengan

ℎ3 = hubungan variabel 1 dan 2 secara bersama-sama dengan

Berdasarkan gambar 1, dapat kita kaji sebagai berikut: efikasi diri

dalam mata pelajaran ekonomi mendorong siswa untuk mengerjakan tugas

dengan baik serta menghindari suatu aktivitas belajar yang dapat

menyebabkan kesulitan belajar ekonomi. Adanya efikasi diri yang tinggi pada

siswa akan mengakibatkan kesulitan belajar ekonomi menjadi semakin

rendah.

Motivasi belajar memberikan daya dorong atau penggerak untuk terus

belajar meraih prestasi yang diharapkan dan senang bekerja mandiri. Dengan

(56)

dicapainya. Motivasi belajar yang tinggi akan mengakibatkan berkurangnya

kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa, khususnya kesulitan belajar

ekonomi.

Siswa yang memiliki efikasi diri dan motivasi belajar yang tinggi

dalam mata pelajaran ekonomi, memiliki ketekunan, dorongan serta

keyakinan yang kuat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Adanya efikasi diri dan motivasi belajar tinggi yang melekat pada diri siswa, akan

menyebabkan kesulitan belajar ekonomi menjadi semakin rendah.

F. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Ada pengaruh yang negatif antara efikasi diri dan kesulitan belajar

ekonomi siswa SMA N 2 Ngaglik.

2. Ada pengaruh yang negatif antara motivasi belajar dan kesulitan

belajar ekonomi siswa SMA N 2 Ngaglik.

3. Ada pengaruh yang negatif antara efikasi diri dan motivasi belajar

secara bersama-sama terhadap kesulitan belajar ekonomi siswa

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi, yakni penelitian yang

digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan

antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini menguji dan

menganalisis hubungan antara variabel efikasi diri (X1) dan motivasi belajar

(X2) dengan kesulitan belajar (Y).

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA N 2 Ngaglik, yang

berlokasi di Jalan Besi - Jangkang Km 5, Kelurahan Sukoharjo,

Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Pemilihan lokasi SMA Negeri 2 Ngaglik ini didasarkan atas

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti, baik dilihat dari segi

jarak maupun segi efisiensi waktu.

b. Lokasi penelitian dianggap cocok karena adanya kemiripan

karakteristik siswa baik dari sisi akademik maupun non-akademik.

c. Semangat siswa dalam belajar hanya pada materi yang disukainya

saja, sehingga pada materi yang tidak diminati mengalami kesulitan

Gambar

Gambar 1.1. Diagram Alur Kerangka Pikir Penelitian …………………… 36 Gambar 5.1. Diagram Deskripsi Variabel Efikasi Diri …………………… 69 Gambar 5.2
Gambar 1.1. Diagram Alur Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3.1. Tabel Jumlah Siswa SMA N 2 Ngaglik
Tabel 3.2. Tabel Rincian Jumlah Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWAM. PADA MATA KULIAH STATISTIKA INFERENSIAL PROGRAM STUDI

• Bagian ini berisi kajian berbagai teori dan hasil penelitian yang relevan dengan. masalah yang

Di samping itu, berdasarkan akumulasi jawaban responden tentang upaya-upaya untuk meningkatkan akuntabilitas dana kampanye menurut mahasiswa Akuntansi dan Ilmu Pemerintahan

Bentuk ini memiliki kelebihan, antara lain: (a) Opsi saham mengaitkan imbalan kepada karyawan dengan keberhasilan yang akan datang karena opsi tersebut hanya menjadi

Angket diberikan kepada responden adalah merupakan instrument penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu, instrument

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak metanol daun jambu biji pada dosis 10,5 dan 21,0 mg/ml menunjukkan efek

coli Pada Beberapa Jenis Sayur Lalapan di Beberapa Pasar Kota Medan dan Rumah Makan Siap Saji Tahun 2005. Bina Rupa

Sisrtem endokrin terdiri atas badan-badan jaringan kelenjar, seperti tiroid, tapi juga terdiri atas kelenjar yang ada di dalam suatu organ tertentu, seperti testis, ovarium,