PENGARUH EFIKASI DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR
TERHADAP KESULITAN BELAJAR EKONOMI SISWA SMA
NEGERI 2 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Eka Purnama NIM: 131324019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR
TERHADAP KESULITAN BELAJAR EKONOMI SISWA SMA
NEGERI 2 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh: Eka Purnama NIM: 131324019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kepersembahkan karya ini untuk:
Allah SWT
Orang tuaku, Bapak Mijo dan Ibu Rusmeiyati
Adikku, Dwi Cahya Nugraha
v MOTTO
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan
dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.
(James Thurber)
Don’t focus about other people’s opinions but only focus of our revenue.
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Mei 2017
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Eka Purnama
Nomor Mahasiswa : 131324019
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KESULITAN BELAJAR EKONOMI SISWA SMA NEGERI 2 NGAGLIK
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memint ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 30 Mei 2017
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR
TERHADAP KESULITAN BELAJAR EKONOMI SISWA SMA
NEGERI 2 NGAGLIK
Eka Purnama Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis: (1) pengaruh efikasi diri terhadap kesulitan belajar, (2) pengaruh motivasi belajar terhadap kesulitan belajar, serta (3) pengaruh efikasi diri dan motivasi belajar terhadap kesulitan belajar.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik pada bulan Oktober 2016. Populasi penelitian meliputi seluruh siswa SMA Negeri 2 Ngaglik Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Sampel penelitian berjumlah 158 siswa dan ditentukan berdasarkan proportional random sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis regresi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh negatif efikasi diri terhadap kesulitan belajar, (2) ada pengaruh negatif motivasi belajar terhadap kesulitan belajar, serta (3) ada pengaruh negatif efikasi diri dan motivasi belajar terhadap kesulitan belajar ekonomi.
ix
ABSTRACT
THE EFFECT OF SELF-EFFICACY AND LEARNING
MOTIVATION ON LEARNING DIFFICULTIES IN
LEARNING ECONOMICS SUBJECTS IN
SMA NEGERI 2 NGAGLIK
Eka Purnama Sanata Dharma University
2017
The purpose of this study is to examine and analyze: (1) the effect of self-efficacy on learning difficulties, (2) the effect of learning motivation on learning difficulties, and (3) the effect of self-efficacy and learning motivation on learning difficulties.
This research was conducted in SMA Negeri 2 Ngaglik. The population of the study was all students in Social Science Department of SMA Negeri 2 Ngaglik. The sample consisted of 158 students, determined by proportional random sampling. The data collection technique was questionnaire. The data analysis technique was multiple linear regression method.
The result of this research showed that: (1) there is negative effect of self-efficacy on learning difficulties, (2) there is negative effect of learning motivation on learning difficulties, and (3) there is negative effect of self-efficacy and learning motivation on learning difficulties.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas semua ridho dan risky-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Pengaruh Efikasi Diri dan Motivasi Belajar terhadap Kesulitan Belajar Ekonomi Siswa SMA Negeri 2 Ngaglik” ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam pembutan skripsi ini tidak lepas dari beberapa pihak yang telah
memberikan bantuan moril, materi, dukungan, bimbingan maupun kerjasamanya, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Ekonomi sekaligus Dosen Pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi. 4. Kedua Orang Tuaku Bapak Mijo dan Ibu Rusmeiyati serta adikku Dwi
xi
5. Ibu Enik Sri Agustini, selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan yang memberikan rekomendasi agar peneliti dapat melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Ngaglik.
6. Ibu Maryati, selaku guru Bimbingan Dan Konseling SMA Negeri 2 Ngaglik yang dengan mendampingi peneliti dalam proses pengambilan data.
7. Siswa dan siswi SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah meluangkan waktunya membantu penulis dalam kelancaran penelitian ini.
8. Keluarga besar Pendidikan Ekonomi angkatan 2010, 2011, 2012 dan 2013
yang selalu menjaga kebersamaan sampai detik ini dan saling membantu dalam mengatasi kesulitan kuliah maupun skripsi.
9. Semua pihak dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 30 Mei 2017 Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………...……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvii
BAB I PENDAHULUAN
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Efikasi Diri …. 15 B. Motivasi Belajar ... 16
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 16
2. Jenis Motivasi dalam Belajar ... 17
3. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar yang Tinggi ... 18
4. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa ... 19
5. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 21
xiii
C. Kesulitan Belajar ... 24
1. Pengertian Kesulitan Belajar ... 24
2. Klasifikasi Kesulitan Belajar ... 26
3. Ciri-ciri Kesulitan Belajar ... 27
4. Upaya Pemecahan Kesulitan Belajar ... 29
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Siswa ... 31
D. Penelitian yang Relevan ... 34
E. Kerangka Pikir ... 35
F. Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 42
1. Identifikasi Variabel ... 42
2. Definisi Operasional Variabel ... 42
F. Data yang Dicari ……….. 44
G. Teknik Pengumpulan Data ... 45
H. Pengujian Instrumen Penelitian ... 48
1. Validitas Instrumen... 48
xiv BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ………. 65
1. Variabel Efikasi Diri (X1) ……… 66
2. Variabel Motivasi Belajar (X2) ……… 70
3. Variabel Kesulitan Belajar Ekonomi (Y) ………. 74
B. Analisis Data ………... 78
1. Uji Normalitas ……….. 78
2. Uji Linearitas ……… 79
3. Uji Asumsi Klasik ……… 80
a. Uji Multikolinearitas ………. 80
b. Uji Heteroskedastisitas ……….. 80
C. Hasil Uji Hipotesis ……….. 81
1. Uji Hipotesis Pertama ……….. 81
2. Uji Hipotesis Kedua ………. 83
3. Uji Hipotesis Ketiga ………. 83
D. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 85
1. Variabel Efikasi Diri ……… 85
2. Variabel Motivasi Belajar ……… 86
3. Variabel Kesulitan Belajar Ekonomi ………... 87
4. Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kesulitan Belajar Ekonomi …….. 88
5. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Kesulitan Belajar Ekonomi .. 89
6. Pengaruh Efikasi Diri dan Motivasi Belajar Terhadap Kesulitan Belajar Ekonomi ……….. 90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 92
B. Saran ………... 93
C. Keterbatasan ……… 95
DAFTAR PUSTAKA ... 97
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Tabel Jumlah Siswa SMA N 2 Ngaglik ………. 40
Tabel 3.2. Tabel Rincian Jumlah Sampel ………... 41
Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Efikasi Diri ………. 45
Tabel 3.4. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ………. 46
Tabel 3.5. Kisi-kisi Angket Kesulitan Belajar ……… 47
Tabel 3.6. Skor Alternatif Jawaban ………. 48
Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Variabel Efikasi Diri ………... 49
Tabel 3.8. Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ………... 50
Tabel 3.9. Hasil Uji Validitas Variabel Kesulitan Belajar ……….. 51
Tabel 3.10. Interpretasi nilai r ………... 53
Tabel 3.11. Hasil Uji Reliabilitas ……….. 53
Tabel 3.12. Penentuan Kategori Analisis Deskriptif ………. 54
Tabel 4.1. Data Responden ………. 64
Tabel 5.1. Tabel Analisis Deskriptif Variabel Efikasi Diri ………. 67
Tabel 5.2. Penghitungan Interval Variabel Efikasi Diri ……….. 68
Tabel 5.3. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Efikasi Diri ……….. 69
Tabel 5.4. Tabel Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Belajar …………. 71
Tabel 5.5. Penghitungan Interval Variabel Motivasi Belajar ……….. 72
Tabel 5.6. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Belajar ……….. 73
Tabel 5.7. Tabel Analisis Deskriptif Variabel Kesulitan Belajar ……….... 75
Tabel 5.8. Penghitungan Interval Variabel Kesulitan Belajar ………. 76
Tabel 5.9. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Kesulitan Belajar ………. 76
Tabel 5.10. Hasil Uji Normalitas ……….. 79
Tabel 5.11. Hasil Uji Linearitas Data ……… 79
Tabel 5.12. Hasil Uji Multikolinearitas ………. 80
Tabel 5.13. Hasil Uji Heteroskedastisitas ………. 81
Tabel 5.14. Hasil Uji t ………... 82
Tabel 5.15. Hasil Analisis Regresi Ganda ……… 84
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ……… 100
Lampiran 2 Data Penelitian ……… 108
Lampiran 3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ……… 122
Lampiran 4 Pengujian Hipotesis ……… 134
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ………. 143
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dewasa ini mengakibatkan perubahan dalam masyarakat, yang pada
akhirnya melahirkan masalah sosial dan tuntutan baru. Tugas berat
pendidikan adalah bagaimana mempersiapkan peserta didik untuk hidup
dalam lingkungan yang selalu dinamis dan penuh kompetisi dengan
perubahan yang luar biasa akibat ledakan kemajuan komunikasi dan
informasi. Berbagai usaha ditempuh untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pendidikan peserta didik dengan tujuan mengimbangi kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia
melalui dasar pemikiran tertentu atau suatu pedoman dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003
tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Proses pembelajaran yang berkualitas merupakan langkah untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Proses pembelajaran diselenggarakan dalam rangka
Menurut Sugihartono (2007: 158), peserta didik sebagai hasil dari proses
pembelajaran tidak selalu menunjukkan hasil yang optimum seperti yang
diharapkan. Hal ini terjadi karena di dalam proses pembelajaran siswa
menghadapi masalah belajar baik secara internal maupun eksternal.
Masalah-masalah belajar tersebut dapat menjadi penyebab kesulitan
belajar peserta didik apabila tidak segera ditangani dengan baik.
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi di mana kompetensi
atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah
ditetapkan, baik berbentuk sikap, pengetahuan, maupun keterampilan
(Subini, 2011: 13). Di dalam hal ini, pemahaman mengenai kesulitan
belajar mencakup aspek-aspek seperti ketergangguan belajar,
ketidakmampuan belajar, ketidakfungsian belajar, pencapaian rendah, dan
lambat belajar. Kesulitan belajar tersebut menyebabkan siswa tidak dapat
mencapai hasil belajar dan tujuan belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan
belajar yang dialami siswa, secara tidak langsung mempengaruhi proses
pembelajaran dan pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran. Peserta
didik dikatakan mengalami kesulitan belajar bila prestasi belajar yang
dicapai tidak sesuai dengan kapasitas intelegensinya (Sugihartono, 2007:
150).
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Faktor kesulitan belajar dapat timbul dari dalam diri siswa
(faktor intern) maupun timbul dari luar diri siswa (faktor ekstern).
belajar adalah (1) faktor jasmaniah, yang meliputi faktor kesehatan
(kemampuan mengingat, kemampuan penginderaan seperti melihat,
mendengarkan, dan merasakan) dan cacat tubuh; beserta (2) faktor
psikologis, yang meliputi usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar,
intelegensi, perhatian, bakat, minat, emosi dan motivasi /cita-cita, perilaku
sikap, konsentrasi, kemampuan/unjuk hasil kerja, rasa percaya diri,
kematangan dan kelelahan. Selain itu, faktor ekstern yang mempengaruhi
kesulitan belajar dibagi menjadi 3 yakni faktor keluarga; faktor sekolah;
faktor masyarakat.
Peran guru dalam memecahkan masalah kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa sangat diperlukan, karena jika seorang guru dapat
melihat kesulitan yang dialami siswa maka guru tersebut akan mampu
mengatasinya secara lebih mudah. Pemecahan masalah kesulitan belajar
siswa merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Prestasi
belajar yang tinggi merupakan kondisi yang diharapkan oleh siswa.
Namun dalam kenyataanya tidak semua siswa mampu mencapai prestasi
belajar yang tinggi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar adalah
efikasi diri. Sunawan dalam Jurnal Ilmu Pendidikan (2005: 133) mengutip
penjelasan dari Bandura dan Pajares bahwa berbagai studi menunjukkan
efikasi diri berpengaruh terhadap motivasi, keuletan dalam menghadapi
kesulitan dari suatu tugas, dan prestasi belajar. Kesulitan belajar tidak
pembelajaran yang bersifat mandiri (self-regulated learning). Zimmerman
(dalam Sunawan, 2005: 130) mengatakan bahwa self-regulated learning
dilaksanakan dalam tiga fase, yaitu fase pemikiran mendatang
(forethought), fase kinerja (performance), dan fase refleksi diri (
self-reflection). Semua fase tersebut dipengaruhi oleh efikasi diri (Pajares
dalam Sunawan, 2005: 130).
Efikasi diri merupakan keyakinan dan harapan mengenai
kemampuan individu untuk menghadapi tugasnya. Bandura (Schunk,
2012: 146) mengatakan bahwa “self-efficacy is a belief about what one is
capable of doing; it is not the same as knowing what to do ”. Berdasarkan
definisi di atas, peneliti memaknai bahwa efikasi diri adalah perasaan dari
dalam diri seseorang bahwa diri mereka dapat mempengaruhi hidup
mereka sendiri. Efikasi diri mempengaruhi pilihan aktivitas siswa.
Santrock (2013: 523-533) menyatakan bahwa siswa dengan efikasi diri
rendah pada pembelajaran dapat menghindari banyak tugas belajar,
khususnya yang menantang sedangkan siswa dengan efikasi diri tinggi
akan menghadapi tugas belajar tersebut dengan keinginan yang besar.
Individu dengan efikasi diri yang rendah merasa tidak memiliki keyakinan
bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas, maka dia berusaha untuk
menghindari tugas tersebut.
Individu yang memiliki efikasi diri yang rendah merasa tidak
memiliki keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas, maka dia
hanya dialami oleh individu yang tidak memiliki kemampuan untuk
belajar, tetapi memungkinkan dialami juga oleh individu berbakat
(Bandura dalam Sunawan, 2005: 133).
Faktor lain pada diri siswa adalah motivasi belajar. Elida Prayitno
(1989: 9) mengatakan motivasi belajar adalah proses internal yang
mengaktifkan, memandu, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke
waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan
intensitas yang berbeda. Good (dalam Elida Prayitno, 1989: 10)
menyatakan siswa yang tidak berminat terhadap apa yang diajarkan oleh
guru namun ia harus mempelajarinya dapat menimbulkan rasa tidak
senang di dalam diri siswa tersebut terhadap pelajaran itu dan bahkan
untuk selanjutnya mereka tidak akan pernah mempelajarinya. Situasi kelas
yang termotivasi dapat mempengaruhi proses belajar maupun tingkah laku
siswa. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan
berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan, menunjukkan
ketekunan yang tinggi, serta memiliki variasi aktivitas belajar yang lebih
banyak.
Pembelajaran akan terasa menyenangkan jika siswa juga
termotivasi. Motivasi dalam hal ini merupakan suatu daya dorong yang
timbul dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar
seperti memiliki hasrat kuat, minat, dan perhatian yang tinggi untuk dapat
mencapai tujuan belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Wlodskowski
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah
serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Sehingga siswa
yang memiliki motivasi belajar yang baik maka hasil belajarnya akan lebih
baik apabila dibandingkan dengan siswa yang kurang memiliki motivasi
belajar yang baik.
SMA Negeri 2 Ngaglik merupakan Sekolah Menengah Atas yang
dikenal baik prestasi akademiknya, khususnya untuk wilayah Kecamatan
Ngaglik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui apakah para
siswa SMA Negeri 2 Ngaglik mempunyai kesulitan belajar Ekonomi dan
menguji faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Efikasi Diri dan Motivasi
Belajar terhadap Kesulitan Belajar Ekonomi Siswa SMA N 2 Ngaglik.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
beberapa masalah dalam penelitian diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa banyak mengalami kesulitan dalam menerima materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru.
2. Siswa merasa kurang fokus terhadap pelajaran yang diberikan dan
mereka merasa tidak yakin akan memperoleh nilai maksimal dalam
3. Kurangnya efikasi diri yang dimiliki oleh siswa, hal ini terbukti ketika
menghadapi kasus yang sulit mereka cenderung pasrah dan gampang
menyerah.
4. Kurangnya motivasi belajar siswa, hal ini dikarenakan kurangnya
dorongan yang menunjang semangat siswa dalam belajar.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ekonomi siswa. Faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri siswa meliputi faktor psikis seperti efikasi
diri, motivasi belajar, sikap, minat, dan kebiasaan belajar. Faktor yang
berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor lingkungan alam, faktor
sosio-ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, mata pelajaran, serta sarana
dan prasarana. Maka dari itu, agar lebih terfokus dan lebih mendalam
peneliti membatasai pada dua faktor intern yang diduga mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap kesulitan belajar ekonomi siswa.
Faktor-faktor tersebut adalah efikasi diri dan motivasi belajar siswa SMA N 2
Ngaglik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh efikasi diri terhadap kesulitan belajar
2. Bagaimanakah pengaruh motivasi belajar terhadap kesulitan belajar
ekonomi siswa SMA N 2 Ngaglik Yogyakarta?
3. Bagaimanakah pengaruh antara efikasi diri dan motivasi belajar secara
bersama-sama terhadap kesulitan belajar ekonomi siswa SMA N 2
Ngaglik Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, adalah:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh efikasi diri terhadap
kesulitan belajar ekonomi siswa SMA N 2 Ngaglik Yogyakarta.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh motivasi belajar terhadap
kesulitan belajar ekonomi siswa SMA N 2 Ngaglik Yogyakarta.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh efikasi diri dan motivasi
belajar secara bersama-sama terhadap kesulitan belajar ekonomi siswa
SMA N 2 Ngaglik Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran mengenai keterkaitan antara efikasi diri dan motivasi
belajar dengan kesulitan belajar siswa. Selain itu, penelitian ini juga
dapat dijadikan literatur dalam pelaksanaan penelitian yang relevan di
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pendidik
Dapat memberikan gambaran kepada pendidik, dalam hal
ini adalah guru, tentang arti penting efikasi diri dan motivasi
belajar sehingga diharapkan mampu memberikan solusi terbaik
dalam proses pendampingan siswa dengan cara menumbuhkan
efikasi diri dan motivasi belajar pada siswa.
b. Bagi siswa
Dapat digunakan sebagi bahan evaluasi diri dalam
mengikuti proses pembelajaran dan sebagai masukan untuk lebih
mampu meningkatkan efikasi diri dan motivasi belajarnya.
c. Bagi kepala sekolah
Dapat memberikan informasi dalam meningkatkan mutu
pendidikan berkaitan dengan kesulitan belajar dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
d. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana cara
mengatasi kesulitan belajar, serta untuk menambah kesiapan,
wawasan dan pengetahuan sebagai calon pendidik.
G. Definisi Operasional
1. Efikasi diri adalah keyakinan dalam diri individu bahwa dia mampu
2. Motivasi belajar adalah suatu daya dorong atau penggerak untuk
melakukan serangkaian aktivitas belajar agar dapat mencapai tujuan
belajar yang diinginkan.
3. Kesulitan belajar Ekonomi merupakan beragam gangguan yang
menyebabkan hambatan-hambatan dalam belajar serta kendala-kendala
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Efikasi Diri
1. Pengertian Efikasi Diri
Dalam kegiatan belajar, efikasi diri membuat siswa memilih mengerjakan atau menghindari suatu aktivitas belajar. Berkenaan dengan
efikasi diri, Bandura (Schunk, Pintrich, & Meece, 2010: 139) mengatakan
bahwa, “Self-efficacy is defined as, people judgments of their capabilities
to organize and execute courses of action required to attain designates
types of performances”. Senada dengan pendapat tersebut Ormrod (2008:
20) menjelaskan bahwa efikasi diri adalah penilaian seseorang tentang
kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai
tujuan tertentu. Menurut Bandura (Ormord, 2008: 21) Efikasi diri siswa
mempengaruhi pilihan aktivitas, tujuan, dan usaha serta persistensi usaha
dalam aktivitas-aktivitas kelas, dengan demikian maka efikasi diri
mempengaruhi pembelajaran dan prestasi siswa.
Mempertegas pendapat di atas Woolfolk (2009: 127) menyatakan
bahwa efikasi diri mengacu pada pengetahuan seseorang tentang
kemampuannya sendiri untuk menyelesaikan tugas tertentu tanpa perlu
membandingkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efikasi diri yang
dimiliki siswa adalah ketika siswa belajar dan yakin pada pengetahuan
oleh orang lain. Dalam Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa efikasi diri
adalah judgement seseorang atas kemampuannya untuk merencanakan dan
melaksanakaan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu.
Konsep dasar teori efikasi diri adalah keyakinan bahwa pada setiap siswa
mempunyai kemampuan mengontrol pikiran, perasaan, dan perilakunya.
Efikasi diri merupakan masalah persepsi subyektif artinya efikasi diri tidak selalu menggambarkan kemampuan yang sebenarnya, tetapi terkait dengan
keyakinan yang dimiliki siswa (Bandura, 1997: 41).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, peneliti menyimpulkan
efikasi diri adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam
menghadapi tugas-tugasnya. Efikasi diri adalah keyakinan bahwa “aku
bisa”. Siswa dengan efikasi diri tinggi setuju dengan pernyataan seperti
“saya tahu bahwa saya akan mampu menguasai materi ini” dan “saya akan
bisa mengerjakan tugas ini”. Apabila siswa memiliki efikasi diri dalam
belajar maka dapat memberikan usaha yang lebih besar dan bertahan lebih
lama dibandingkan para siswa yang meragukan kemampuan mereka,
terutama ketika mereka menemui kesulitan dalam belajar.Siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah merasa tidak memiliki keyakinan bahwa
mereka dapat menyelesaikan tugas, maka dia berusaha untuk menghindari
2. Dimensi Efikasi Diri
Di dalam efikasi diri terdapat dimensi-dimensi yang memiliki
implikasi pada kinerja seseorang. Bandura (1997: 42) membagi efikasi diri
kedalam empat dimensi, yaitu:
a. Mastery experience
Mastery experience adalah pengalaman sumber informasi efikasi yang paling kuat. Kesuksesan menaikkan keyakinan efikasi,
sementara kegagalan menurunkan efikasi. Jadi apabila siswa telah
sukses mengerjakan tugas dengan baik, maka akan meningkatkan
efikasi dirinya untuk mengerjakan tugas selanjutnya. Tetapi kegagalan
dalam mengerjakan tugas akan menurunkan efikasi diri siswa tersebut.
b. Physiological and emotional arousal
Elliott et.al (2000: 344) menjelaskan bahwa “if students see
themselves as inept and fearful in certain situations and with certain
subjects then the possibility of that fearful behavior appearing is
enhanced.” Dapat disimpulkan bahwa kekhawatiran akan
menurunkan efikasi pada diri seseorang dan kegairahan akan menambah efikasi siswa.
c. Vicarious experiences
Vicarious experiences (pengalaman orang lain), yaitu pengalaman orang lain menjadi sumber efikasi diri bagi siswa. Orang
menurunkan efikasi diri hal itu dilihat dari adanya pengaruh positif
dan negatif dari sumber model efikasi diri tersebut.
d. Social persuasion
Social persuasion dapat berupa “pep talk” atau umpan balik
spesifik atas kinerja. Persuasi sosial dapat membuat siswa
mengerahkan usaha, mengupayakan strategi-strategi baru, atau berusaha cukup keras untuk mencapai kesuksesan. Dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya persuasi sosial dapat membantu siswa berusaha
dalam mencapai kesuksesan.
3. Klasifikasi Efikasi Diri
Secara garis besar efikasi diri terbagi menjadi dua bentuk, yaitu
efikasi diri tinggi dan efikasi diri rendah. Santrock (2009: 216)
menyatakan, siswa dengan efikasi diri rendah pada pembelajaran dapat
menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang. Siswa
dengan efikasi diri tinggi akan menghadapi tugas belajar tersebut dengan
keinginan besar. Siswa dengan efikasi diri tinggi lebih tekun berusaha
pada tugas belajar dibanding siswa dengan efikasi diri rendah.
Siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung
mengerjakan suatu tugas tertentu, meskipun tugas-tugas tersebut sulit.
Siswa tidak memandang tugas tersebut sebagai hal yang perlu dihindari.
Selain itu, siswa mengembangkan minat dan ketertarikan yang mendalam
pada suatu aktivitas dan berkomitmen mencapai tujuan yang diinginkan
Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi menganggap kegagalan
sebagai akibat dari kurangnya usaha yang keras, pengetahuan dan
keterampilan. Mereka akan meningkatkan usaha mereka untuk mencegah
kegagalan yang mungkin timbul. Mereka yang gagal dalam melaksanakan
sesuatu, biasanya cepat mendapatkan kembali efikasi diri mereka kembali
setelah kegagalan tersebut. Siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah tidak berpikir tentang bagaimana cara yang baik dalam menghadapi
tugas-tugas yang sulit. Saat menghadapi tugas-tugas yang sulit mereka mengurangi
usaha mereka dan cepat menyerah. Mereka juga lamban dalam membenahi
dan mendapatkan efikasi diri mereka ketika menghadapi kegagalan
(Bandura, 1997: 119).
Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa siswa yang
memiliki efikasi diri yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan, (2) ancaman
dipandang sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari, (3) gigih
dalam berusaha, (4) percaya pada kemampuan diri yang dimiliki, (5)
hanya sedikit menampakkan keragu-raguan, (5) suka mencari situasi baru, dan (6) aspirasi dan komitmen terhadap tugas kuat.
Berbanding terbalik dengan hal di atas siswa yang memiliki efikasi
diri rendah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) lamban dalam
membenahi atau mendapatkan kembali efikasi diri ketika menghadapi
kegagalan, (2) tidak yakin dapat menghadapi rintangan, (3) ancaman
cepat menyerah, (5) ragu pada kemampuan yang dimiliki, (6) tidak suka
mencari situasi baru, dan (7) aspirasi dan komitmen terhadap tugas lemah.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan faktor penting dalam diri siswa, karena
dengan efikasi diri siswa dapat mengerjakan tugas tanpa melihat tugas
orang lain atau tugas milik teman. Efikasi diri yang kuat harus dipertahankan oleh siswa, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan efikasi diri. Ormrod (2008: 23-27) menyebutkan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan efikasi diri yaitu:
a. Keberhasilan dan kegagalan pembelajar sebelumnya
Siswa akan lebih yakin pada keberhasilannya apabila
keberhasilannya sudah berlangsung. Dapat diartikan bahwa siswa
yang telah berhasil dalam tugas sebelumnya akan memiliki keyakinan
yang besar untuk dapat berhasil dalam tugasnya saat ini. Meskipun
demikian, ketika siswa secara konsisten gagal pada suatu aktivitas,
kepercayaan diri akan kemampuannya melakukan aktivitas yang sama
di masa depan cenderung turun (Ormrod, 2008: 24). b. Keberhasilan dan kegagalan orang lain
Terkadang siswa membandingkan keberhasilan orang lain
dengan dirinya. Keberhasilan dan kegagalan orang lain dapat
mempengaruhi pikiran akan kesuksesan dan kegagalan pada diri
siswa, apabila siswa meyakini akan keberhasilan dan kegagalan teman
c. Kesuksesan dan kegagalan dalam kelompok yang lebih besar
Siswa lebih memiliki efikasi diri yang tinggi apabila belajar
dalam kelompok. Dapat diartikan bahwa siswa lebih memiliki
keyakinan diri akan kemampuannya ketika mengerjakan tugas dengan
cara bersama-sama serta siswa menjadi lebih terbuka wawasan dan
pemahamannya ketika berkolaborasi dengan teman.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus dapat
memberikan motivasi kepada siswa. Siswa yang termotivasi akan
senantiasa bergairah dalam belajar. Maehr & Meyer (Brophy, 2010: 3)
menyatakan bahwa “motivation is a theoretical construct used to explain
the initiation, direction, intensity, persistence, and quality of behavior,
especially goal directed behavior”.Senada dengan hal tersebut
Wlodskowski (Siregar, 2011: 49) menjelaskan motivasi sebagai suatu
kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang
memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Penjelasan Wlodskowski bahwa motivasi dapat menimbulkan perilaku dan
memberi arah pada tingkah laku. Motivasi adalah “sesuatu yang
menyebabkan Anda melangkah, membuat Anda tetap melangkah, dan
menentukan kemana Anda mencoba melangkah” (Slavin, 2011: 99).
Motivasi juga sering disebut dengan “motif” untuk menunjuk
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Sardiman, 2011: 73). Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak
dari dalam diri siswa yang menimbulkan keinginan belajar, yang
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegitan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.
2. Jenis Motivasi dalam Belajar
Motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi instrinsik dan
ekstrinsik (Arends, 2013: 148). Motivasi intrinsik merupakan perilaku
dipicu secara internal oleh minat atau keingintahuan seseorang atau
semata-mata karena kesenangan akan pengalaman. Sedangkan motivasi
ekstrinsik terjadi ketika orang dipengaruhi untuk bertindak karena faktor
luar atau lingkungan, seperti hadiah, hukuman, atau tekanan sosial.
a. Motivasi instrinsik
Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam
diri. Sardiman (2011: 90) menyatakan bahwa motivasi instrinsik
menjelma dalam keinginan untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam kegiatan belajar. Motivasi instrinsik timbul tanpa adanya
paksaan dari seseorang atau dengan kata lain timbul dalam dirinya
sendiri. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik merasa bahwa belajar
bukan untuk memperoleh pujian atau hadiah tetapi karena belajar
lengkap bila tidak belajar. Motivasi instrinsik yang meningkat mampu
membantu dalam proses pembelajaran (Slavin, 2009: 132).
b. Motivasi ekstrinsik
Hamzah (2007: 151) menyatakan bahwa motivasi belajar
dikatakan ekstrinsik apabila siswa menempatkan tujuan belajarnya di
luar faktor situasi belajar. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor luar situasi belajar, misalnya
belajar demi menghindari hukuman, belajar demi mendapatkan pujian
dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik tetap memiliki peranan yang
penting dalam pembelajaran. Hal ini karena keadaan siswa bersifat
dinamis. Komponen pembelajaran yang kurang menarik memerlukan
motivasi ekstrinsik untuk membangkitkan motivasi belajar.
3. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar yang Tinggi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dalam proses belajar, karena tanpa adanya motivasi mustahil
seorang siswa dapat berhasil dalam belajar. Brophy & Wentzel (2014: 3)
menjelaskan bahwa “student motivation is reflected in the motieves and
goals they strive to achieve, and is rooted in their subjectives experiences,
especially those connected to their willingness to engage in learning
activities and their reasons for doing.” Menurut Hamzah (2007: 23), ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yaitu: (1) adanya hasrat dan
dan kebutuhan dalam belajar, dan (3) memiliki harapan dan cita-cita masa
depan.
Selain dari ciri diatas, Sardiman (2011: 83) menambahkan
ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajaradalah: (1) tekun menghadapi
tugas. (2) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), (3)
menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, (4) lebih senang bekerja mandiri, (5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, (6) dapat
mempertahankan pendapatnya, (7) tidak mudah melepaskan hal yang
diyakini itu, dan (8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Dari berbagai hal tersebut dapat dikaji bahwa ciri-ciri motivasi
akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar
mengajar akan berhasil baik, apabila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet
dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa
yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang retinitis
dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya, apabila
sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa
harus juga peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal tersebut harus dipahami
oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan
motivasi yang tepat dan optimal.
4. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat
inisiatif, mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan
kegiatan belajar. Motivasi dapat ditumbuhkan baik oleh siswa sendiri
maupun pihak-pihak lain seperti guru, sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Cruickshank (2014: 150-152) mengungkapkan bahwa cara menumbuhkan
motivasi belajar siswa adalah: (1) ciptakan lingkungan kelas yang
kondusif, (2) memaksimalkan kecenderungan siswa akan berusaha untuk belajar, (3) melakukan usaha khusus untuk membantu siswa yang kurang
percaya diri dan menyebabkan mereka tidak mau terlibat dalam proses
belajar, (4) melakukan usaha khusus dengan siswa yang memiliki harapan
rendah untuk dirinya sendiri dan siap menerima kegagalan, (5) lakukan
usaha khusus dengan siswa yang apatis dan tidak terlibat, (6) gunakan
penghargaan eksternal dan internal, (7) libatkan siswa dalam tugas-tugas
yang memberikan mereka kesempatan untuk meraih tujuan kurikulum, (8)
doronglah siswa untuk menghargai proses belajar, dan (9) dukunglah
siswa untuk saling mendukung.
Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Cruickshank, Sardiman
(2011: 92-95) mengungkapkan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu: memberi
angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvement,memberi ulangan,
mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan
yang diakui.
Pendapat yang berbeda menyatakan bahwa motivasi tidak hanya
Suhana, 2012: 28). Cara untuk membangkitkan motivasi belajar yaitu: (1)
peserta didik memperoleh pemahaman (comprehension) yang jelas
mengenai proses pembelajaran, (2) peserta didik memperoleh kesadaran
diri (self consciousness) terhadap pembelajaran, (3) menyesuaikan tujuan
pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara link and match, (4)
memberikan sentuhan lembut (soft touch), (5) memberikan hadiah (reward), (6) memberikan pujian dan penghormatan, (7) peserta didik
mengetahui prestasi belajarnya, (8) adanya iklim belajar yang kompetitif
secara sehat, (9) belajar menggunakan multi media, (10) belajar
menggunakan multi metode, (11) guru yang kompeten dan humoris, dan
(12) suasana lingkungan sekolah yang sehat.
Perbedaan antara ketiga pendapat tersebut adalah Cruickshank
lebih menekankan kepada generalisasi motivasi dari merencanakan,
mengajar atau mengevaluasi siswa, Sardiman lebih menekankan pada
strategi yang dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,
sedangkan Hanafiah & Suhana lebih menekankan pemahaman siswa dan
pemberian stimulus untuk siswa dalam belajar.
5. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Siregar (2011: 53) mengemukakan enam unsur atau faktor yang
mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor
tersebut adalah sebagai berikut: (1) cita-cita/aspirasi pembelajar, (2)
pembelajar, (5) unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran, (6) upaya guru
dalam membelajarkan pembelajar.
Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar. Hal ini dapat diamati dari banyaknya kenyataan, bahwa
motivasi seorang pembelajar menjadi begitu tinggi ketika sebelumnya
sudah memiliki cita-cita. Kemampuan pembelajar juga menjadi faktor penting dalam mempengaruhi motivasi. Kemampuan pembelajar erat
hubungannya dengan motivasi hal ini terlihat ketika pembelajar
mengetahui bahwa kemampuannya ada pada bidang tertentu, sehingga
pembelajar akan termotivasi dengan kuat untuk terus menguasai dan
mengembangkan kemampuannya di bidang tersebut (Siregar, 2011: 54).
Kondisi pembelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi
motivasi. Hal ini dapat terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis
pembelajar. Pada kondisi fisik, hubungannya dengan motivasi dapat dilihat
dari keadaan fisik seseorang. Jika kondisi fisik kurang baik maka
cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar. Sementara jika
kondisi fisik sehat dan segar bugar maka cenderung memiliki motivasi yang tinggi (Siregar, 2011: 54). Selain kondisi fisik, maka juga dapat
diamati dari kondisi psikis. Hal ini dapat terlihat ketika seseorang kondisi
psikisnya sedang tidak bagus maka motivasi juga akan menurun tetapi
sebaliknya jika kondisi psikologis seseorang dalam keadaan bagus maka
kecenderungan motivasinya akan tinggi. Kondisi lingkungan pembelajar
lingkungan fisik dan lingkungan sosial pembelajar. Lingkungan sosial
yang tidak menunjukkan kebiasaan belajar dan mendukung kegiatan
belajar akan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar, tetapi jika
sebaliknya akan berdampak pada meningkatkan motivasi belajar.
6. Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Motivasi memiliki peranan yang besar dalam proses pembelajaran. Siregar (2011: 51) membagi peranan penting motivasi dalam belajar
menjadi dua hal. Pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi
memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa
senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi
mempunyai energi yang banyak untuk melakssiswaan kegiatan belajar.
Secara lebih rinci Ormrod (2008: 58-59) mengatakan bahwa
motivasi berpengaruh terhadap pembelajaran dan perilaku siswa, hal ini
ditunjukkan pada: (1) motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu,
(2)motivasi meningkatkan usaha dan energi, (3) Motivasi meningkatkan prakarsa (inisisasi) dan kegigihan terhadap berbagai aktivitas, (4) motivasi
mempengaruhi proses-proses kognitif, (5) motivasi menentukan
konsekuensi mana yang memberi penguatan dan menghukum, dan (6)
motivasi sering meningkatkan performa.
Pendapat dari ahli tersebut dapat dikaji bahwa motivasi memiliki
merupakan daya penggerak bagi diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar sehingga peran motivasi memberikan rasa semangat, bergairah, dan
rasa senang dalam belajar yang pada akhirnya motivasi dapat
meningkatkan kegigihan siswa dalam mengerjakan tugas dengan serius.
C. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Secara umum kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam
proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar. National Joint Committee of Learning
Disabilities (NJCLD) sebagaimana yang dikutip oleh Lerner dalam Subini
(2011: 14) mendefinisikan:
Kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental, bukan juga karena pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena faktor kesulitan dari dalam siswa itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi terhadap objek yang diinderanya.
Jadi dapat dikatakan kesulitan belajar adalah beragam gangguan
dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung karena faktor internal siswa itu sendiri. Pokok pikiran yang diungkapkan oleh
Lerner tersebut bahwa faktor utama dari kesulitan belajar ada pada diri
siswa itu sendiri. Kendala-kendala yang menyebabkan ketidakberhasilan
dalam belajar dan mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya
menjadikan gangguan dalam kemajuan belajar atau dalam pencapaian
dihadapi oleh orang-orang yang memiliki inteligensi rata-rata hingga
superior, yang memiliki sistem sensoris yang cukup, dan kesempatan
belajar yang cukup pula, bukan bagi orang-orang yang mengalami
gangguan atau hambatan dalam penglihatan, pendengaran, motorik,
tunagrahita (retardasi mental), dan gangguan emosional.
Kesulitan belajar dapat juga diistilahkan sebagai gangguan belajar sehingga menyebabkan terhambatnya siswa dalam proses belajar. Seperti
yang diungkapkan oleh Harwell (2001: 1) bahwa “Learning disability
(LD) is a term currently used to describe a group of conditions that
interfere with a person’s learning”. Gangguan yang dimaksud Harwell
(2001: 1) ialah “disorder related to listening, speaking, reading,
reasoning, and mathematical calculation. They have intelligence in the
near average, average, or above average range”. Senada dengan pendapat
Harwell, Cruickshank (2014: 96) menjelaskan bahwa kesulitan belajar
adalah gangguan lain yang membuat mereka atau orang normal lainnya
dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, mengeja, atau
melakukan perhitungan matematis.
Kesulitan belajar berkaitan dengan kurikulum sekolah. Apabila
kurikulum di sekolah menuntut siswa untuk memahami konsep materi
pembelajaran yang luas maka akan memberatkan siswa dalam belajar
sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa dalam kemajuan belajarnya.
difficulty is applied to students who are not making adequate progress
within the school curriculum”.
Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan hambatan belajar dari
dalam individu yang berkaitan dengan beragam gangguan serta
kendala-kendala yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam belajar dan mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya menjadikan gangguan
dalam kemajuan belajar atau dalam pencapaian akademik. Oleh karena
itulah siswa yang mengalami kesulitan belajar, akan sukar dalam
menyerap materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu
kurikulum sekolah yang menuntut siswa menguasai berbagai konsep
materi menyebabkan siswa tidak dapat menguasai materi secara
keseluruhan, bahkan dapat menyebabkan siswa menghindari pelajaran,
mengabaikan tugas-tugas yang diberikan guru, akibatnya terjadi
penurunan nilai belajar dan prestasi belajar menjadi rendah.
2. Klasifikasi Kesulitan Belajar
Klasifikasi kesulitan belajar sangat diperlukan karena bermanfaat
untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Mulyono (2012: 7)
secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan menjadi
developmental learning disabilities, dan academic learning disabilities. Klasifikasi tersebut berkaitan dengan kesulitan belajar yang berhubungan
kesulitan belajar dalam bidang akademik (kesulitan dalam mata pelajaran)
di sekolah. Fokus utama dalam penelitian ini lebih menyoroti pada
kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities) yang terjadi
pada siswa sekolah menengah atas.
3. Ciri-ciri Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar. Hal tersebut senada dengan pendapat Bulgren
(Stephen, et al., 2015: 15) menyatakan bahwa “inhibit students with LD
(Learning Disabilities) from learning new information and applying their
knowledge to activities like discussion and writing in social studies class.”
Senada dengan Bulgren, Mulyadi (2010: 7) mengatakan bahwa
“kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai
jenis manifestasi tingkah laku baik secara langsung ataupun tidak
langsung.” Gejala ini akan tampak dalam aspek-aspek kognitif, motoris
dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Ciri-ciri
tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan
belajar menurut Mulyadi (2010: 8) adalah: (1) menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau
di bawah potensi yang dimiliki, (2) hasil yang dicapai tidak seimbang
dengan usaha yang telah dilakukan, (3) lambat dalam melakukan
tugas-tugas kegiatan belajar, (4) menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti
acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya, (5)
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau
diluar kelas, tidak mau mencatat pelajaran dan sebagainya, dan (6)
menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi nilai
rendah tidak menunjukkan perasaan sedih dan menyesal dan sebagainya.
Hal yang berbeda diungkapkan oleh Cruickshank (2014: 96-97), Ia mengatakan bahwa ketika siswa mengalami kesulitan belajar
menunjukkan hal sebagai berikut: (1) memiliki kesulitan mempelajari
kemampuan baru dan mengingat informasi baru, (2) memiliki kesulitan
mengikuti arahan, (3) memiliki kesulitan memenuhi tenggat waktu, (4)
mengalami kesulitan untuk bekerja secara teratur, (5) memiliki kesulitan
memahami peraturan dalam percakapan, (6) mengeluarkan pendapat yang
tidak sesuai, (7) menemukan kesulitan untuk memahami materi yang
dibaca, dan (8) memiliki kesulitan mengatur hal yang ingin disampaikan
atau tidak mampu memikirkan kata yang tepat untuk menulis atau
berbincang.
Selain pendapat di atas, Slavin (2011: 202) menyebutkan beberapa karakteristik siswa yang mempunyai kesulitan belajar, yaitu: (1)
kecerdasan normal atau bahkan berbakat, (3) kesenjangan antara
kecerdasan dan kinerja, (4) kesulitan menyelesaikan soal, (5) kesulitan
dengan kegiatan yang dimotivasi diri sendiri dan mandiri, (6) terlalu
mengandalkan guru dan teman sebaya dalam tugas, dan (7) pendekatan
4. Upaya Pemecahan Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dapat diketahui oleh pendidik melalui diagnose
kesulitan belajar. Langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar sebagai
berikut dalam Mulyadi (2010: 18-43).
a. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
Tujuan dari identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah agar guru dapat menemukan siswa yang diperkirakan
mengalami kesulitan belajar. Cara yang dapat dilakukan guru adalah
dengan cara meneliti nilai ulangan, menganalisis hasil ulangan dan
melakukan observasi.
b. Melokalisasikan letak kesulitan
Kegiatan ini meliputi: (1) mendeteksi kesulitan belajar pada
mata pelajaran tertentu, (2) mendeteksi pada kawasan tujuan belajar
dan bagian ruang lingkup mata pelajaran dimana kesulitan terjadi
dengan menggunakan tes prestasi belajar ataupun analisis naskah
jawaban ujian, (3) analisis terhadap catatan mengenai proses belajar
yang terkait dengan catatan keterlambatan penyelesaian tugas, ketidakhadiran yang kurang, keaktifan yang kurang, dan kurangnya
penyesuaian sosial.
c. Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan adanya kesulitan
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk mengetahui penyebab
kesulitan belajar siswa. Lokalisir dilakukan dengan memperhatikan
d. Pemecahan kesulitan belajar
Pemecahan kesulitan belajar dilakukan dengan: (1)
memperkirakan kemungkinan bantuan, (2) menetapkan
kemungkinan-kemungkinan cara mengatasinya, dan (3) tindak lanjut.
Bila dicermati secara mendalam, keempat langkah mendiagnosis
kesulitan belajar tersebut saling berkaitan. Idealnya guru memiliki kemampuan mendiagnosis kesulitan belajar dengan memiliki kemampuan
mendiagnosis kesulitan belajar guru dapat mendeteksi dan membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siregar (2014: 181) menjelaskan
bahwa proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu
gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru
menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada siswanya.
Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan
langkah-langkah menurut Siregar (2010: 181) seperti berikut ini:
a. Mengidentifikasi adanya masalah belajar
Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat
ketrampilan khusus, sebab kemampuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif. Gejala-gejala munculnya
masalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya
muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau
dalam menurunnya hasil belajar.
Penelaahan dan penetapan status siswa dilakukan dengan cara
berikut ini:
1) Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari siswa
2) Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh siswa
dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat.
3) Menetapkan pola pencapaian siswa, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.
4) Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar
Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang
kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan
sebab terjadinya masalah belajar adalah sebagai berikut:
1) Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda
2) Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda
3) Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan
gejala masalah yang semakin kompleks.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Siswa
Ada beberapa kemungkinan mengapa siswa mengalami kesulitan
dalam belajar. Seringkali satu penyebab tidak dapat diidentifikasi karena
kesulitan belajar berasal dari gabungan beberapa penyebab. Muhibbin
Syah (2013: 170) menyatakan bahwa fenomena kesulitan belajar seorang
prestasi belajarnya, secara garis besar faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar terdiri atas dua macam yaitu:
a. Faktor intern siswa
Faktor intern siswa merupakan hal-hal atau keadaan-keadaan
yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor intern siswa meliputi
gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa yakni:
1) Kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/inteligensi siswa.
2) Afektif (ranah rasa), antara lain labilnya emosi dan sikap.
3) Psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).
b. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa merupakan hal-hal atau
keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa
meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga
macam yaitu: (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan perkampungan/masyarakat, dan (3) lingkungan sekolah.
Selain dua faktor tersebut, Subini (2011: 19-41) menyatakan
bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa
yaitu Faktor Pendekatan Belajar Siswa. Faktor pendekatan belajar
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Ada tiga bentuk dasar pendekatan belajar siswa yaitu:
1) Pendekatan Achieving (Pencapaian prestasi tinggi)
Pendekatan achieving merupakan kecenderungan belajar
siswa karena adanya dorongan untuk mewujudkan ego
enchancement. Ego enchancement yaitu ambisi pibadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara
meraih prestasi setinggi-tingginya.
2) Pendekatan Surface (Permukaan atau bersifat lahiriah)
Pendekatan surface merupakan kecenderungan belajar
siswa karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya
mau belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi
orangtua. Oleh karena itu, gaya belajarnya menjadi santai, asal
hafal, dan memenuhi standar minimal. Bahkan, tidak
mementingkan pemahaman yang mendalam.
3) Pendekatan Deep (Mendalam)
Pendekatan deep merupakan kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam (instrinsik). Misalnya, mau
belajar karena memang tertarik pada materi dan memang merasa
D. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratri Nugrahani. (2013). Dengan judul
“Hubungan Self-Efficacy dan Motivasi Belajar dengan Kemandirian
Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta”.
Hasil dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang positif dan
signifikan antara efikasi diri dan motivasi belajar dengan kemandirian belajar siswa. Persamaan variabel dalam penelitian ini adalah mempunyai
variabel independen yang sama, yaitu efikasi diri dan motivasi belajar.
Perbedaan dalam penelitian ini pada variabel dependen yang diambil yaitu
kesulitan belajar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ferdiana Putri Wardani. (2015). Dengan
judul “Pengaruh Self-Efficacy, Lingkungan Belajar dan Disiplin Belajar
terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri
V Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa efikasi diri, lingkungan belajar dan disiplin belajar
mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap kecurangan
akademik yang dilakukan oleh siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah mempunyai variabel independen yang sama yaitu efikasi diri.
Perbedaannya terletak pada variabel independen yang lain yaitu motivasi
belajar, sedangkan dalam penelitian tersebut variabel independen yaitu
lingkungan belajar dan disiplin belajar. Perbedaan yang kedua adalah pada
perilaku kecurangan akademik, sementara penulis mengambil variabel
dependennya adalah kesulitan belajar.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Tya Marlina. (2015). Dengan judul
“Pengaruh Konsentrasi Belajar, Lingkungan Keluarga dan Metode
Pembelajaran terhadap Kesulitan Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI
Akuntansi SMK Negeri 1 Jogonalan Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi belajar, lingkungan
keluarga dan metode pembelajaran memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap kesulitan belajar siswa. Perbedaan dengan penelitian
ini adalah variabel independen yang diambil berbeda, sedangkan variabel
dependen pada penelitian yaitu kesulitan belajar sama walaupun pada
penelitian tersebut hanya ditekankan pada kesulitan belajar akuntansi.
E. Kerangka Pikir
Kesulitan belajar adalah kendala-kendala yang menyebabkan
ketidakberhasilan dalam belajar dan mengakibatkan kegagalan atau
setidak-tidaknya menjadikan gangguan dalam kemajuan belajar atau dalam
pencapaian akademik. Kesulitan belajar bisa dipengaruhi oleh banyak hal, baik dalam diri siswa dan luar diri siswa. Dalam penelitian ini, kesulitan
belajar dibatasi hanya pada kesulitan belajar dalam mata pelajaran ekonomi,
selain itu peneliti juga membatasi pada dua hal dari dalam diri siswa yang
diduga menyebabkan munculnya kesulitan belajar, yaitu efikasi diri dan
Gambar 1.1. Diagram Alur Kerangka Pikir Penelitian
Keterangan:
1 = Variabel efikasi diri 2 = Variabel motivasi belajar
= Variabel kesulitan belajar ekonomi = Garis regresi
= Garis regresi ganda
ℎ1 = hubungan variabel 1 dengan
ℎ2 = hubungan variabel 2 dengan
ℎ3 = hubungan variabel 1 dan 2 secara bersama-sama dengan
Berdasarkan gambar 1, dapat kita kaji sebagai berikut: efikasi diri
dalam mata pelajaran ekonomi mendorong siswa untuk mengerjakan tugas
dengan baik serta menghindari suatu aktivitas belajar yang dapat
menyebabkan kesulitan belajar ekonomi. Adanya efikasi diri yang tinggi pada
siswa akan mengakibatkan kesulitan belajar ekonomi menjadi semakin
rendah.
Motivasi belajar memberikan daya dorong atau penggerak untuk terus
belajar meraih prestasi yang diharapkan dan senang bekerja mandiri. Dengan
dicapainya. Motivasi belajar yang tinggi akan mengakibatkan berkurangnya
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa, khususnya kesulitan belajar
ekonomi.
Siswa yang memiliki efikasi diri dan motivasi belajar yang tinggi
dalam mata pelajaran ekonomi, memiliki ketekunan, dorongan serta
keyakinan yang kuat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Adanya efikasi diri dan motivasi belajar tinggi yang melekat pada diri siswa, akan
menyebabkan kesulitan belajar ekonomi menjadi semakin rendah.
F. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Ada pengaruh yang negatif antara efikasi diri dan kesulitan belajar
ekonomi siswa SMA N 2 Ngaglik.
2. Ada pengaruh yang negatif antara motivasi belajar dan kesulitan
belajar ekonomi siswa SMA N 2 Ngaglik.
3. Ada pengaruh yang negatif antara efikasi diri dan motivasi belajar
secara bersama-sama terhadap kesulitan belajar ekonomi siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi, yakni penelitian yang
digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan
antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini menguji dan
menganalisis hubungan antara variabel efikasi diri (X1) dan motivasi belajar
(X2) dengan kesulitan belajar (Y).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA N 2 Ngaglik, yang
berlokasi di Jalan Besi - Jangkang Km 5, Kelurahan Sukoharjo,
Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Pemilihan lokasi SMA Negeri 2 Ngaglik ini didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti, baik dilihat dari segi
jarak maupun segi efisiensi waktu.
b. Lokasi penelitian dianggap cocok karena adanya kemiripan
karakteristik siswa baik dari sisi akademik maupun non-akademik.
c. Semangat siswa dalam belajar hanya pada materi yang disukainya
saja, sehingga pada materi yang tidak diminati mengalami kesulitan