• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE INTERCEPTION ANTIFERTILITY ACTIVITY TEST OF GUAVA (Psidium guajava L.) LEAF METHANOL EXTRACT TO WHITE MICE (Rattus norvegicus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE INTERCEPTION ANTIFERTILITY ACTIVITY TEST OF GUAVA (Psidium guajava L.) LEAF METHANOL EXTRACT TO WHITE MICE (Rattus norvegicus)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

THE INTERCEPTION ANTIFERTILITY ACTIVITY TEST OF GUAVA (Psidium guajava L.) LEAF METHANOL EXTRACT TO WHITE MICE (Rattus norvegicus)

Sri Retno Dwi Ariani, Endang Susilowati, Elfi Susanti VH, Yuni Suryanto Program Studi Pendidikan Kimia P.MIPA FKIP UNS

Jl. Ir Sutami 36A Kentingan Solo Jateng Indonesia Email : arinsaniina@yahoo.com ; edkostrad@yahoo.co.id.

Abstract

The aim of this research was to know about what the guava (Psidium guajava L). leaf methanol extract on 10,5 mg/ml and 21,0 mg/ml dossages indicated a positive test as interseption antifertility to white mice (Rattus

norvegicus). The sample was guava leaf from Mungkid, Magelang Central Java Indonesia. The animals

experiment were the white mice on 140-200 grams (female), 200-250 grams (male) and about 3 months of age in average. The steps of this research were : (1) preparation sample, i.e. washing, drying on to indirect sunlight and making the sample into powder, (2) isolation the guava leaf powder with soxhletation method with hexane pa, (3) evaporation the sample with rotary evaporator until guava leaf hexane extract produced, (4) maseration the sample with methanol, (5) evaporation the sample with rotary evaporator until guava leaf methanol extract produced, (6) test the interseption antifertility activity to guave leaf methanol extract on 10.5 mg/ml and 21.0 mg/ml dossages to mice white. The results of this research were guava leaf methanol extract on 10,5 mg/ml and 21,0 mg/ml dossages indicate a negative interseption antifertility test to white mice but in these dossages have indicated that an antiimplantation effect (the total natality of fetus is less than the total implantation site in mice white).

Key words : Interseption antifertility, Psidium guajava L., Rattus norvegicus, implantatio PENDAHULUAN

Daun jambu biji merupakan salah satu bahan obat tradisional yang berasal dari tumbuhan. Proyeksi luas panen tahun 1993 termasuk urutan ke-12 dari ke 13 jenis buah-buahan komersial yang dihasilkan di negara kita. Proyeksi luas areal panen jambu biji pada Pelita V (1993) sekitar 52.750 hektar yang tersebar di Indonesia. Berdasarkan data dari biro pusat statistik (1991) produksi jambu biji di pulau Jawa selama triwulan I-IV mencapai sebesar 1.668,32 ton (Rukmana, 1998).

Di dalam daun jambu biji terkandung antara lain senyawa-senyawa kuersetin dalam bentuk aglikon, guajaverin (kuersetin arabinosida), isokuersetin (kuersetin 3-O-β-D-glukosida), hiperin (kuersetin glukosida) dan kuersitrin (kuersetin 3-O-β-D-ramnosida), (Sudarsono dkk., 2002 dan Hargono, 2003).

Ekberg dan Parotti menyatakan bahwa kuersetin dapat menghambat fusi membran gamet landak laut saat akan terjadinya fertilisasi. Scambia dkk. menyatakan bahwa kuersetin mempunyai sifat antiproliferasi, sehingga dapat menghambat proses oogenesis (Harborne, 1994). Percobaan secara in vitro membuktikan bahwa beberapa senyawa flavonoida termasuk kuersetin menghambat aktifitas hialuronidase, sehingga spermatozoa tidak dapat menembus kumulus menjelang fertilisasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya kegagalan fertilisasi (Li dkk., 1997). Dilaporkan pula bahwa kuersetin

mengham-bat enzim sitokrom P-450 III A 4 dalam proses hidroksilasi estradiol-17β menjadi estron dan selanjutnya menjadi estriol. Kenaikan kadar Estradiol darah dapat mempercepat transport gamet ataupun zigot di dalam tuba (Findlay, 1984). Adanya percepatan transport ini dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan nidasi yang selanjutnya dapat berakibat pada kegagalan kehamilan (Astika, 2000). Potensi estradiol, estron dan estriol berbanding 100 : 10 : 1. Kadar estradiol yang tinggi setelah kopulasi dapat mempercepat transportasi gamet dan zigot atau blastosista (Findlay, 1984). Zigot akan mengalami proses sigaran di dalam tuba hingga mencapai stadium 16 sel. Proses ini membutuhkan waktu selama 3 hari terhitung sejak terjadinya kopulasi. Pada hari ke-4 morula atau blastosista telah masuk ke dalam uterus (Hafez, 1970).

G.N. Astika (2000) telah membuktikan bahwa pada ekstrak metanol daun benalu (Dendrophthoe petandra) menunjukkan adanya aktifitas antifertilitas intersepsi pada tikus putih. Diinformasikan bahwa di dalam tumbuhan benalu terkandung antara lain senyawa kuersitrin, suatu glikosida flavonol, dimana aglikonnya adalah kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa flavonoid yang dapat diekstraksi dari bahan tumbuhan dengan menggunakan pelarut metanol (Sudarsono dkk., 2002 dan Hargono, 2003). Adanya kekayaan alam Indonesia akan daun jambu biji dan informasi kandungan senyawa bahan alam daun jambu biji maka daun jambu biji layak diteliti untuk kepentingan eksplorasi

(2)

bahan antifertilitas non steroid bagi wanita. Dalam penelitian ini yang diuji adalah aktivitas antifertilitas intersepsi ekstrak metanol daun jambu biji. Usaha ini merupakan penelitian/ proses dasar menuju pada standardisasi daun jambu biji sebagai bahan antifertilitas non steroid.

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak metanol daun jambu biji pada dosis 10,5 dan 21,0 mg/ml menunjukkan efek antifertilitas intersepsi pada tikus putih. METODE PENELITIAN

Sampel adalah daun jambu biji dari Kecamatan Mungkid Magelang Jawa Tengah Indonesia. Hewan uji coba adalah tikus putih dari Lembaga Pengembangan Hewan Ternak, FK UGM, Yogyakarta.

Bahan penelitian adalah : heksana pa, metanol pa, dimetil sulfoksida, eter, cotton bud, kertas saring, akuades dan aluminum foil.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : seperangkat alat soxhlet, seperangkat alat rotary vaccum evaporator Heidolph Germany, oven, mortar, mikroskop, preparat, alat suntik, kandang tikus, neraca analitik Sartorius, timbangan hewan (Ghauss), seperangkat alat bedah dan seperangkat alat gelas yang lazim dipakai.

Pembuatan Serbuk

Daun jambu biji disortir, dibersihkan dari kotoran yang melekat, dicuci sampai bersih kemudian dijemur pada sinar matahari tidak langsung sampai kering. Selanjutnya daun jambu biji kering dibuat menjadi bentuk serbuk.

Isolasi dan Rotary Evaporator

Serbuk daun jambu biji sebanyak 300 gram diekstraksi dengan pelarut heksana pa sebanyak 2.500 ml di dalam alat soxhlet. Selanjutnya diuapkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak pekat

yang bebas heksana (EH). EH direndam dengan 40 ml metanol pa selama 24 jam, lalu diuapkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak metanol (EM). Ekstrak inilah yang akan digunakan sebagai sediaan (dosis) untuk uji aktivitas antifertilitas intersepsi pada tikus putih [Astika, 2000 ; Doyle, 1980 dan Setyowati, 2002)

Penyediaan Tikus Putih

Binatang percobaan yang akan digunakan adalah tikus putih betina maupun jantan yang fertil. Tikus putih betina dengan

berat badan 140-200 gram sedangkan yang jantan 200-250 gram [Astika, 2000).

Pembuatan Sediaan (dosis)

Sediaan (dosis) dibuat dengan cara melarutkan EM dalam pembawa berupa dimetil sulfoksida :

Sediaan 1 : mengandung 10,5 mg EM/ml Sediaan 2 : mengandung 21,0 mg EM/ml Sediaan 3: pembawa (dimetil sulfoksida) dalam air

Uji Aktivitas Antifertilitas Intersepsi Pada Tikus Putih Galur Wistar

Mengumpulkan tikus putih betina dengan tikus putih jantan. Melakukan oles vagina pada tikus putih betina. Hari teramatinya sumbat vagina menandakan telah terjadi kopulasi dan dihitung sebagai hari pertama kebuntingan (H-1). Memisahkan tikus putih jantan dan tikus putih betina. Mengelompokkan secara acak tikus putih yang telah melakukan kopulasi menjadi 3 kelompok terdiri dari 2 kelompok perlakuan (1 dan 2) dan kelompok kontrol (K). Masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor. Sejak (H-1) memberi sediaan 1 pada kelompok perlakuan 1, sediaan 2 pada kelompok perlakuan 2 dan sediaan 3 pada kelompok kontrol secara oral setiap hari sampai dengan (H-10). Melakukan pembedahan pada (H-16), yang sebelumnya tikus putih betina dibunuh dengan menggunakan eter. Pembedahan dimulai dari atas vagina sampai pada bawah leher. Menghitung jumlah tapak implantasi dan jumlah fetus dari hasil pembedahan tikus putih betina tersebut [Astika, 2000 dan Nalbandov, 1990). Adapun skema penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Hari (H-1) (H-10) (H-16) Gambar 1. Skema Uji Aktifitas Antifertilitas

Intersepsi Keterangan :

(H-1) : hari teramati adanya sumbat vagin a, tikus putih jantan dipisahkan dari betina

(H-1) – (H-10) : hari pemberian sediaan pembawa (H-16) : hari dilakukan

pembedahan Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian akan diolah dengan menguji kesamaan rata-rata dengan tingkat signifikasi : = 0,05 dan uji yang digunakan adalah uji - t pihak kanan

(3)

dengan ketentuan sebagai berikut [Astika, 2000 dan Sudjana, 1996).

Adapun rumus uji-t pihak kanan adalah :

2 1 2 1 1 1 n n S x x t + − = dengan

(

)

(

)

2

1

1

2 1 2 2 2 2 1 1 2

+

+

=

n

n

S

n

S

n

S

Keterangan :

x1 = mean dari jumlah tapak implantasi x2 = mean dari jumlah fetus

n1 = jumlah dari tapak implantasi n2 = jumlah dari fetus

S = simpangan baku gabungan Kriteria pengujian :

* Jika thitung ttabel maka hipotesis nol diterima * Jika thitung > ttabel maka hipotesis nol ditolak HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel daun jambu biji dibersihkan dari kotoran, dicuci kemudian dikeringkan (tidak terkena matahari langsung). Daun yang telah kering kemudian digiling menjadi serbuk tidak terlalu halus dan tidak terlalu kasar. Serbuk daun jambu biji kering sebanyak 635.00 g diekstraksi dengan heksana pa di dalam alat soxhlet selama 24 jam. Ekstrak heksana pa diambil dan diuapkan sampai kering (EH). Ekstraksi terhadap serbuk daun dilanjutkan dengan perendaman dalam pelarut metanol pa selama 24 jam. Ekstrak metanol yang diperoleh diuapkan dengan alat

rotary evaporator sampai didapat ekstrak

kering (EM).

Untuk mengetahui fertil tidaknya tikus putih, maka untuk yang jantan dikawinkan dengan yang betina, jika tikus putih betina bunting, maka dapat dipastikan bahwa tikus putih jantan tersebut fertil, sedangkan untuk mengetahui fertil tidaknya tikus putih betina dapat dilakukan dengan cara mengumpulkannya dengan tikus putih jantan sambil dilakukan oles vagina. Oles vagina dihentikan sampai terjadi kopulasi (percampuran antara sel telur dan sperma). Kopulasi ditandai dengan adanya sumbat vagina. Hal ini menunjukkan kebuntingan yang pertama. Dengan kebuntingan, menunjukkan bahwa tikus putih betina tersebut fertil. Kopulasi terjadi pada stadium proestrus, karena pada stadium tersebut tampak adanya folikel-folikel (sel-sel pembantu) yang mulai tumbuh dan di uterus dinding endometrium (dinding rahim) mulai menebal. Pemberian sediaan (dosis) dalam waktu 10 hari dimungkinkan dapat

memberikan efek antifertilitas intersepsi, yaitu pencegahan kehamilan pada tikus putih betina yang dilakukan setelah terjadi perkawinan. Selang 6 hari setelah pemberian dosis atau sebelum dilakukan pembedahan dimaksudkan agar dalam waktu tersebut ekstrak metanol daun jambu biji yang mengandung kuersetin dapat bekerja sebagaimana mestinya dalam menghambat fusi membran gamet, artinya menghambat penggabungan antara sperma dan sel telur. Kuersetin juga menghambat aktivitas hialuronidase, yaitu enzim yang membantu pergerakan sperma menuju sel telur (Toelihere, 1985). Dengan adanya kuersetin ini mengakibatkan spermatozoa tidak dapat menembus kumulus (membran/lapisan ovum) menjelang fertilisasi(Li dkk., 1997). Pembedahan yang dilakukan pada hari ke-16 bertujuan untuk mengetahui apakah EM telah bekerja dengan baik artinya dapat memberikan efek intersepsi pada tikus putih. Ini dilihat dari hasil pembedahan setelah dihitung jumlah fetus (Fe) dan tapak implantasinya (TI). Jumlah Fe dan jumlah TI hasil pembedahan dari ketiga kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3.

Hasil dari analisis uji-t terhadap jumlah Fe dan jumlah TI untuk ketiga kelompok adalah sebagai berikut : (1) pada kelompok perlakuan 1 menunjukkan hasil perhitungan thitung sebesar 0,4626, setelah dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikan 0,05 didapat harga t tabel 1,73 yang berarti bahwa hipotesis nol (H0) diterima, (2) pada kelompok perlakuan 2 menunjukkan hasil perhitungan thitung sebesar 0,3867 setelah dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikan 0,05 didapat harga t tabel 1,73 yang berarti bahwa hipotesis nol (H0) diterima dan (3) pada kelompok kontrol menunjukkan hasil perhitungan thitung sebesar 0 setelah dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikan 0,05 didapat harga t tabel 1,73 yang berarti bahwa hipotesis nol (H0) diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada dosis tersebut memberikan efek antiimplantasi, yaitu cara yang dapat diterapkan untuk mengevaluasi kerja obat antifertilitas di mana memperlihatkan jumlah kelahiran (fetus) yang lebih sedikit dari jumlah tapak implantasinya. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa pada dosis 10,5 mg/ml memperlihatkan antiimplantasi, yang ditemukan pada tikus putih nomor 1, 6, 8, 9 dan 10. Sedangkan pada Tabel 2 yaitu dosis 21,0 mg/ml memperlihatkan efek antiimplantasi, yaitu pada tikus putih nomor 2, 4 dan 6.

(4)

Uji aktivitas intersepsi : Kelompok 1 Sediaan : 1

Dosis : 10,5 mg/ml pembawa /200 g bb/hari Pembawa : Dimetil sulfoksida dalam air

Tabel 1. Data Biologis Tikus Putih Betina

No.tikus putih betina BAD (g) BKD (g) BP (g) TI Fe LK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 145 150 160 161 163 153 160 170 166 150 192 198 200 200 194 196 200 202 201 197 239 245 242 239 224 238 240 234 237 244 6 9 10 5 2 10 8 5 9 11 5 9 10 5 2 9 8 3 8 10 100 %

Uji aktivitas intersepsi : Kelompok 2 Sediaan : 2

Dosis : 21,0 mg/ml pembawa /200 g bb/hari Pembawa : Dimetil sulfoksida dalam air

Tabel 2. Data Biologis Tikus Putih Betina

No.tikus putih betina BAD (g) BKD (g) BP (g) Tl Fe LK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 150 152 163 171 160 150 151 160 165 164 195 191 206 209 198 192 194 199 197 201 240 230 249 247 237 233 237 239 230 239 9 7 11 12 8 8 6 7 2 5 9 4 11 11 8 7 6 7 2 5 100 %

Uji aktivitas intersepsi : Kelompok Kontrol Sediaan : 3

Dosis : 1 ml pembawa/200 g bb/hari Pembawa : Dimetil sulfoksida dalam air

Tabel 3. Data Biologis Tikus Putih Betina

No.tikus putih betina BAD (g) BKD (g) BP (g) Tl Fe LK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 161 149 170 160 167 150 166 161 150 160 197 192 207 200 208 193 197 199 195 200 233 235 245 240 249 237 245 237 240 242 5 8 10 8 12 8 10 12 6 11 5 8 10 8 12 8 10 12 6 11 100 % Keterangan :

BAD : Berat badan tikus putih betina pada awal pemberian dosis BKD : Berat badan tikus putih betina pada akhir pemberian dosis BP : Berat badan tikus putih betina pada saat pembedahan TI : Tapak Implantasi

Fe : Fetus

LK : Laju Kebuntingan bb : berat badan

(5)

SIMPULAN

Pada penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa pada dosis 10,5 mg dan 21,0 mg ekstrak metanol daun jambu biji belum menunjukkan efek antifertilitas intersepsi pada tikus putih, tetapi pada dosis tersebut ekstrak metanol daun jambu biji telah menunjukkan adanya efek antiimplantasi pada tikus putih.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini ijikanlah kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dana dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional lewat program Penelitian Dasar. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Astika, G.N., 2000, Aktifitas Kontrasepsi dan Intersepsi Ekstrak Metanol Daun Benalu ( Dendrophthoe petandra L.) Pada Tikus putih, Berkala Penelitian

Hayati, 5, 49-106.

Findlay, A.L.R., 1984, Reproduction and The

Fetus, London : Edward Arnold.

Hafez, E.S.E., 1970, Reproduction and

Breeding Technigues for Laboratory Animals, Philadelpia : Lea and Febiger.

Harborne, J.B., 1994, The Flavonoids Advances in Research Since 1986.

London : Chapman and Hall.

Hargono. Dj., 2003, Beberapa Hasil Penelitian yang Mendukung Manfaat Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava L.), Jurnal

Ilmu Kefarmasian Indonesia, 1, 33-38.

Li, M.W., Yudin, A.I., Vande Voort, C.A., Sabuer, K., and Primakoff, P., 1997, Inhibition of Monkey Sperm Hyaluronidase Actifity and Heterologous Cumulus Penetration by Flavonoids, Biol.Reprod, 56, 1383-1389.

Rukmana, R., 1998, Jambu Biji, Jakarta : Kanisius.

Sudarsono, G., Wahyuono, D., Donatus, I.A., 2002, Tumbuhan Obat II : Hasil

Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan,

Yogyakarta : Pusat Studi Obat Tradisional UGM, 156-161.

Sudjana, 1996, Metode Statistik, Bandung : Tarsito.

Toelihere, M., 1985, Fisiologi Reproduksi

Pada Ternak, Bandung : Angkasa

TANYA JAWAB

Penanya : Agung Abadi K (UNPRI) Pertanyaan :

Bagaimana jumlah ekstrak dan waktu fetus terhadap tujuan yang ingin dicapai? (Jumlah ekstrak dinaikkan atau waktu fetus yang diperlama?)

Jawaban :

Jumlah ekstrak (dosis) dan lama pemberian sediaan/pembedahan tikus, dibuat sesuai prosedur dari jurnal-jurnal terdahulu yang sudah tervalidasi. Untuk mengatasi mungkin diberikan kuersetin yang sudah murni shg efeknya sebagai antifertilitas intersepsi lebih terasa

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan hidrograf banjir dilakukan simulasi dengan input hujan rencana dengan berbagai periode ulang (yang terlebih dahulu didistribusikan ke periode jam-jaman)

The subjects of the research are the similarities and differences in the portrayals of journey in John Green's two books (Looking for Alaska and Paper Towns)

Adapun strategi pengembangan bisnis yang tepat bagi PT.Griya Nutrisi Bandung dalam mengembangkan bisnisnya yaitu yang pertama menjaga kualitas serta mengembangkan

[r]

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, Penggaruh Suhu Pembakaran Terhadap Kuat Tekan pada Beton Pasca Bakar dengan Subtitusi Sebagian Semen oleh Abu Terbang (Fly Ash)

a) Sistem floating tidak sesuai untuk obat-obat yang memiliki masalah kelarutan atau stabilitas pada cairan lambung. b) Obat-obatan seperti nifedipine yang diserap di seluruh

Menurut saya salah satu pengambat untuk pembelajaran baca tulis Alquran ini adalah alokasi waktu yang kurang mbak, karena materi yang akan diajarkan itu banyak sekali,

Ia mengajukan teori fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur tersebut terdapat. Dengan