• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut teori cleaves yang secara tegas menyebutkan bahwa: implementasi itu mencakup ‘Proses bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administrasi dan politik’. Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumnya (Solichin Abdul Wahab, 2008 : 187)

Selanjutnya menurut Mazmanian dan Sebastiar mengatakan

Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan (Solichin Abdul Wahab, 2008 : 68)

Menurut teori Van Meter dan Van Horn Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang di arahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah diatur dengan cara mengukur atau membandingkan antara hasil akhir dari program-program tersebut dengan tujuan-tujuan kebijakan (Solichin Abdul Wahab 2008 : 65).

Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan

satu sama lain. Dengan adanya Impementasi kebijakan dapat

mengorganisasikan untuk melaksanakan kepemimpinan dan melakukan

pengendalian pelaksanaan. Secara detail kegiatan implementasi kebijakan di mulai dari implementasi strategi, pengorganisasian, pergerakan kepemimpinan dan pengendalian. Hal ini akan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diinginkan apabila sesuai dengan prosedur.

Devinisi tersebut dapat diketahui bahwa impementasi kebijakan menyangkut tentang tujuan dan sasaran suatu kebijakan, aktivitas dan kegiatan dalam pencapaian tujuan, dan hasil dari kegiatan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan.

Grindle mengungkapkan bahwa implementasi kebijakan sesungguhnya, bukanlah sekedar mekanisme penjabaran keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi yang berkaitan, melainkan lebih dari itu, implementasi kebujakan terjait juga dengan masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan oleh sebab itu, implementasi kebijakan merupakan aspek yang paling penting dari keseluruhan proses kebijakan, dan bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijakan itu sendiri (Sulistio, 2013 : 44)

Sulistio menambahkan bahwa untuk mengimplementasikan kebijakan secara sempurna dalam suatu organisasi atau lingkungan masyarakat maka dibutuhkan syarat-syarat sebagai berikut (Sulistio, 2013 : 44)

1. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh istansi pelaksana akan menimbulkan kendala/ gangguan yang serius, sosial, ekonomi, dan budaya.

2. Tersedianya waktu dan sumber daya yang memadai. 3. Perpaduan sumber daya yang dibutuhkan benar-benar ada.

4. Kebijakan itu di pengaruhi oleh adanya hubungan kusalitas yang handal. 5. Hubungan kausalitas itu harus bersifat langsung dan hanya sedikit

rantai penghubungnya.

6. Hubungan ketergantungan harus kecil

7. Pemahaman yang mendalam dalam kesepakatan terhadap tujuan. 8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat. 9. Komunikasi dan kordinasi yang sempurna.

10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan.

Berdasrkan uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa kebijakan implementasi merupakan suatu proses yang dinamis dimana seseorang/individu dan kelompok berusaha untuk menerapkan dan menjalankan kebijakan melalui

aktivitas atau kegiatan sehingga pada akhirnya akan mendapat suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan yang di cita-citakan.

Tahapan implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan dengan apa yang terjadi setelah suatu perundang-undangan ditetapkan dengan memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk output yang jelas dan dapat diukur. Dengan demikian tugas implementasi kebijakan sebagai suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan kebijakan mencapai hasil melalui aktivitas atau kegiatan dan program pemerintah (Tangkilisan, 2003 : 90).

D. Pengelolaan Keuangan Desa 1. Pengelolaan

Pengelolaan adalah suatu proses perncanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya- sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan (Handoko, 2008 : 8). Hal ini hampir sama yang diungkapkan oleh George, manajemen atau pengelolaan adalah suatu proses atau kerangka kerja,yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata (George R,dkk, 2003 :1)

Menurut ( Halim, 2016 : 3) Manajemen keuangan adalah pengelolaan uang dalam suatu organisasi, apakah itu organisasi pemerintah, sekolah, rumah

sakit, bank, perusahaan dan lain-lain. Sedangkan menurut (Kasmir, 2014 : 7) Manajemen keuangan berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan perusahaan, termasuk lembaga yang berhubungan erat dengan sumber pendanaan dan investasi keuangan perusahaan serta instrument keuangan.

Sementara menurut (Arif, 2007 : 32) pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perecanaan, penganggaran, pelaporan, pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan desa.

Pengelolaan tidak hanya di jelaskan oleh pakar atau para ahli tapi juga dijelaskan dalam Al-qur’an seperti dalam firman Allah swt Q.S Al-maidah/5:8























































Terjemahnya :

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Kementrian Agama RI Alqur’an dan Tajwid,108 : 8 )

Secara garis besar pendapat dari para ahli ini menunjukan bahwa dalam pengelolaan terdapat proses perencanaan, pengendalian,pengawasan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan, dan berdasarkan penjelasan Q.S Al-maidah ayat 8 Allah swt. Sangat mencintai orang yang berbuat secara terencana, professional dalam mengelolah. Dalam hal ini yang dimakasud pengelolaan adalah pendapatan asli desa. Jika berpatokan kepada penjelasan dalam Alqur’an dan pendapat ahli tersebut maka pengelolaan pendapatan asli desa dimulai dengan proses perencanaan,pengendalian, pengawasan, pelaksanaan dan tercapainya tujuan.

Untuk mencapai tujuan dalam pengelolaan keuangan desa maka dibutuhkan skill dan keterampilan. Hal ini senada dengan pendapat Handoko (2003 : 8) pengelolaan adalah suatu seni dan proses. Seni yang berarti keterampilan untuk mencapai suatu hasil tertentu dan menggunakan tenaga atau bantuan orang lain. dan proses yang berarti cara sistematis untuk melakukan pekerjaan, dengan semikian tujuan organisasi dapat tercapai. Sementara itu, pengelolaan tidak dapat berdiri sendiri tanpa diikuti subjek yang akan dikelola sehingga pembahasan ini merujuk pada pengelolaan keuangan desa.

Berdasarkan peraturan mentri dalam negeri nomor 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan rangkaian kegitan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggung jawaban keuangan desa yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.

a. Perencanaan adalah kegiatan memperkirakan pendapatan dan belanja dalam kurun waktu tertentu pada masa yang akan datang. Menurut safir Senduk, perencanaan keuangan adalah proses merencanakan tujuan-tujuan keuangan jagka pendek maupun jangka panjang. Yang dimaksud dengan dengan tujuan- tujuan keuangan itu adalah keinginan keuangan yang akan

direalisasikan (Safir Senduk, 2001), sedangkan menurut

Gozali,mendefinisikan rencana keuangan sebagai sebuah strategi yang apabila dijalankan bisa membantu anda mencapai tujuan keuangan dimasa datang (Gozali, 2002 :)

b. Pelaksanaan keuangan berdasarkan permendagri Nomor 114 Tahun 2014 adalah implementasi atau eksekusi dari anggaran pendapatan dan belanja desa termasuk dalam pelaksanaannya adalah proses pengadaan barang dan jasa.

c. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dalam bidang keuangan berdasarkan prinsip, standar serta prosedur tertentu sehingga informasi aktual berkenaan dengan keuangan dapat diperoleh. Proses ini merupakan upaya pencatatan seluruh transaksi keuangan yang terjadi dalam satu tahun anggaran.

d. Pelaporan adalah kegiatan menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu sebagai bentuk pelaksanaan tanggung jawab atas tugas dan wewenang yang diberikan. Laopran merupakan suatu bentuk penyajian data informasi mengenai suatu kegiatan ataupun keadaan yang berkenaan dengan adanya suatu tanggung jawab yang ditugaskan.

e. Pertanggung jawaban adalah suatu agenda yang dilakukan setiap akhir tahun anggaran yang disampaikan kepada bupati/wali kota. Oleh karena itu pemerintah desa wajib mempertanggungjawabkan atas apa yang dilakukan terkait pengelolaan keuangan desa

2. Keuangan Desa

Menurut Widjaja dalam buku Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa, keuangan desa adalah pengurusan keuangan desa yang dilakukan oleh pemerintah desa yang dipertanggungjawabkan pelaksana, kepala desa berkewajiban melakukan keuangan secara teratur dan sesuai dengan perencanaan.(Widjaja, 2002 : 121)

Hal ini Widjaja juga mendefinisikan dalam Buku Otonomi Desa, keuangan desa adalah pemerintah desa menekankan pada prinsip-prinsip

demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta

sangat strategis, sehingga diperlukan adanya perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah (Widjaja, 2005 : 133) sedangkan Menurut Hanif Nurcholis keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut (Hanif Nurcholis, 2011 : 81)

Keuangan desa berasal dari pendapatan asli desa, APBD, dan APBN, penyelangaraan urusan pemerintah desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari APBDesa, bantuan pemerintah pusat, dan bantuan pemerintah daerah. penyelenggaraan pemerintahan daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD, sedangkan penyelengaraan urusan pemerintah pusat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai APBN.

Menurut undang- undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan dalam pasal 1 ayat 10 menjelaskan keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta sengala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

3. Dana Desa

Menurut peraturan pemerintah Nomor 60 tahun 2014, dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan

belanja daerah kabupaten atau kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Sri Mulyani selaku Mentri Keuangan Republik Indonesia bahwa dana desa adalah dana APBN yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Dana desa dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditentukan 10% dari dan di luar dana Transfer Daerah secara bertahap. Dana

desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan

memperhatikan (Sri Mulyani, 2017 : 7) 1. Jumlah penduduk

2. Angka Kemiskinan 3. Luas Wilayah

4. Tingkat kesulitan geografis

Menurut UU No. 6 Tahun 2014 Tentang desa Pasal tujuan diberikannya Dana Desa kepada pemerintah desa adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan pelayanan publik di desa 2. Mengentaskan kemiskinan

3. Memajukan perek\onomian desa

4. Mengatasi kesenjangan pembangunan antardesa

5. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan.

Dana desa yang bersumber dari APBN merupakan wujud pengakuan negara terhadap kesatuan masyarakat hukum yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa, hak asal usul dan/atau hak tradisional. Disamping itu pemberian Dana desa juga dimaksudkan untuk mendukung meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pembangunan serta komitmen pemerinta untuk secara serius memperkuat pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiscal, sekaligus wujud dari implementasi nawacita, khususnya cita ketiga,yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat pembangunan daerah dan desa dalam kerangka NKRI. Untuk itu setiap rupiah sari Dana Desa tersebut, harus diupayakan untuk dioptimalkan pada program dan kegiatan yang produktif, sehingga mampu untuk memberikan output dan outcome yang berkelanjutan.

Dokumen terkait