• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Jurnalistik

BAB II Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka

C. Analisis isi

1. Pengertian Jurnalistik

Jurnalistik dalam bentuk sederhana mulai dikenal ketika Juilus Caesar menjadi kaisar Romawi, di mana pada waktu itu dia mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan setiap hari diumumkan kepada khalayak dengan ditempel pada semacam papan yang dinamakan Acta Diurma. Acta Diurma ini, semata-mata hanya menyiarkan berita-berita yang bersifat informasi saja.20 Jurnalistik adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu Journalistiek atau dalam bahasa inggris yaitu

18

Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan

Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya,hal, 23

19

Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan

Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, hal, 23

20

Journalism, yang bersumber pada perkataan journal sebagai terjemahan dari bahasa latin Diurnal yang berarti “harian” atau setiap hari.21

Jurnalistik juga berasal dari bahasa Perancis Do Jour, yang berarti hari. Dengan demikian Journal berarti catatan harian tentang hal-hal yang dianggap penting yang terjadi pada hari itu. Secara sederhana jurnalistik boleh didefenisikan sebagai teknik mengelola informasi sehingga menjadi suatu berita.

Bermula dari bagaimana memperoleh bahannya, menyusun dalam bentuk kalimat, melakukan pengecekan dan proses editing, sampai kepada proses penyebarluasan berita tersebut kepada khalayak. Semua kegiatan jurnalistik dilakukan secara berkelompok atau melibatkan banyak pihak dan dikerjakan secara professional berdasarkan kemampuan dan keahlian masing-masing.

Peristiwa apapun yang terjadi di dunia ini seperti, kejadian atau peristiwa yang berlaku di sekitar kehidupan manusia. Pendapat yang diucapkan atau ditulis oleh seseorang, jika diperkirakan akan menarik perhatian khalayak dapat menjadi modal atau bahan dasar bagi seorang jurnalis untuk menjadikannya sebagai sebuah informasi lalu dikemas dalam rangkain berita untuk disebarluaskan kepada masyarakat. Terlepas dari apakah menarik atau tidak, peristiwa sekecil apapun dapat diolah sehingga menjadi berita yang penting untuk diketahui oleh masyarakat.22

21

Isti Nursih Wahyuni, Komunikasi Massa, h. 9.

22

Haidir Fitrah Siagian, Peran dan Tanggung Jawab Jurnalis Muslim (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2014), h. 29

Secara umum, jurnalistik dapat diartikan sebagai teknik mengolah berita yang dimulai dari mendapatkan bahan sampai pada menyebarkannya kepada khalayak. Apa saja yang terjadi di dunia, apakah fakta peristiwa atau pendapat yang diucapkan seseorang, jika diperkirakan menarik perhatian khalayak, bisa dijadikan bahan berita untuk dapat disebarluaskan kepada masyarakat dengan menggunakan sebuah media.

Jurnalistik sebagai kejadian pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.23

Jurnalistik adalah kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebaran kepada masyarakat.24

Jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu secepatnya.25

Berdasarkan pendapat tersebut di atas Suhandang membuat defenisi:

Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.

Pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarluaskan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena berwujud, konkret, nyata, oleh

23

Astrid S. Susanto, Komunikasi Massa 1, (Cet II: Bandung: Dikmenum & Bina Cipta, 1986), h.70

24

Onong Uchjana dan Effendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h.79

25

karena itu dapat di beri nama. Sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena sifatnya abstrak, merupakan kegiatan, daya hidup, menghidup aspek pers.26 Dapat dikatakan pers dan jurnalistik merupakan dwitunggal. Pers tidak mungkin bisa beroperasi tanpa adanya kegiatan jurnalistik, dan sebaliknya jurnalistik mungkin mewujudkan suatu karya (berita) tanpa adanya pers.27

Media massa adalah media yang digunakan dalam komunikasi di ruang pers. Media massa atau juga dikenal dengan pers merupakan istilah yang digunakan pada tahun 1920-an untuk memperkenalkan jenis media yang secara khusus dirancang untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Menurut Oemar Seno Adji, bahwa:

1) Pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis.

2) Pers dalam arti luas, yaitu memasukkan di dalamnya semua media mass communication yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata tertulis maupun dengan lisan.28

Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa pers merupakan menyebarkan suatu ide, gagasan, berita, dalam bentuk perasaan dan pikiran dengan kata tertulis dan lisan.

26

Onong Uchana dan Effendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h. 90.

27Onong Uchana dan Effendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h. 44.

28

Apriadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). h, 40

Menurut Wilbur Schramm dalam bukunya Four Theories Of The Press yang mengemukakan empat teori terbesar pers, yaitu The Authotarian, The Libertarian, The Sosial Responsibility, Dan The Soviet Communist Theory.29

Dari pengertian tersebut mengacu pada pengertian pers sebagai pengamat, guru, dan forum yang menyampaikan pandangannya tentang banyak hal yang mengemuka di tengah masyarakat.

Pers memainkan berbagai peranan dalam masyarakat. Bernard Cohen dalam Advanced News Gathering karangan Bryce T. McIntyre menyebutkan bahwa beberapa peran yang umum dijalankan pers di antaranya sebagai pelapor (informer). Di sini pers bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa yang diluar pengetahuan masyarakat netral dan tanpa prasangka.30

2. Ruang Lingkup Jurnalistik

Pada dasarnya, ruang lingkup jurnalistik terbagi menjadi dua bagian, yaitu jurnalistik cetak dan jurnalistik elektronik. Jurnalistik cetak mencakup media cetak, diantaranya surat kabar, majalah, tabloid dan juga buku. Sedangkan jurnalistik elektronik, meliputi radio dan televisi.

Dokumen terkait