• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

D. Pengertian IKK

IKK merupakan bagian dari usaha kecil yang didefinisikan secara beragam

dari berbagai sudut pandang oleh beberapa ahli dan instansi terkait. Sebelum dikeluarkannya UU No. 9-1995, setidaknya ada lima instansi yang merumuskan usaha kecil dengan caranya masing-masing. Kelima instansi itu adalah Depar- temen Perindustrian, Bank Indonesia, Departemen Perdagangan serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin), dan Biro Pusat Statistik (BPS).

Departemen Perindustrian melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian

Nomor 286/M/SK/10/1989 dan Bank Indonesia, mendefinisikan usaha kecil

berdasarkan nilai asetnya, bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunannya), bernilai kurang dari Rp. 600.000.000,-. Sementara Departemen Perdagangan membatasi usaha kecil berdasarkan modal kerjanya, bahwa usaha kecil adalah usaha (dagang) yang modal kerjanya bernilai kurang dari Rp. 25.000.000,-.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) membedakan usaha kecil menjadi dua kelompok, yaitu (1) usaha yang bergerak dalam bidang perdagangan, pertani- an dan industri, (2) usaha yang bergerak dalam bidang konstruksi. Pengertian usaha kecil untuk kelompok pertama adalah yang memiliki modal kerja kurang dari Rp. 600.000.000,-. Sedangkan untuk kelompok kedua adalah yang memi- liki modal kerja kurang dari Rp. 250.000.000,- dan memiliki nilai usaha kurang dari Rp. 1.000.000.000,-.

Dari sudut pandang kekayaan bersih yang dimiliki dan nilai penjualan ta- hunan (Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah), bahwa usaha kecil adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,-, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memi- liki penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-.

Definisi lainnya adalah dari sudut pandang jumlah tenaga kerja yang diper- gunakan dalam proses produksi (Badan Pusat Statistik), bahwa usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai 19 orang.

Sedangkan definisi dari sudut pandang yang sama dengan kementerian ko-

perasi dan usaha kecil menengah, namun berbeda dari sisi jumlahnya (UU No. 20-2008), bahwa yang disebut dengan usaha kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut.

Kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai 1)

dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak ter- masuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta 2)

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Penentuan IKK pada penelitian ini menggunakan kriteria BPS, yaitu usaha yang menggunakan tenaga kerja antara 5 hingga 19 orang. Kriteria ini paling umum dipergunakan dalam studi empiris karena paling mudah dan jelas dihi- tung atau diamati dibandingkan dengan kriteria lainnya.

IKK merupakan bagian dari UMKM yang oleh beberapa ahli dikatakan seba- gai ekonomi kerakyatan (Mubyarto, 2009:3), yaitu sebagai sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan rakyat yang memiliki ciri-ciri berikut:

Dilakukan oleh rakyat tanpa modal besar 1)

Dikelola dengan cara-cara swadaya 2)

Bersifat mandiri sebagai ciri khasnya 3)

Tidak ada buruh dan majikan 4)

Tidak mengejar keuntungan 5)

Substansi IKK terletak pada landasan konstitusional ekonomi kerakyatan, yaitu Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), dalam paragraf pertama bagian penjelasan yang mencakup tiga unsur (Baswir, 2009:26). Ketiga unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses produksi nasional. 1)

Partisipasi seluruh rakyat untuk menikmati hasil-hasil produksi nasional. 2)

Pasal 34 UUD NRI 1945.

Kegiatan pembentukan produksi dan pembagian hasil-hasilnya harus ber- 3)

langsung atas kepemilikan anggota-anggota masyarakat.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut maka IKK merupakan bentuk implementasi dari kedaulatan rakyat sebagai pengamalan sila ke empat dan ke lima dari Pancasila, yang bertujuan mendudukkan rakyat bukan sebagai objek tetapi sebagai subjek pembangunan. Artinya pengembangan IKK, merupakan upaya pemberdayaan rakyat untuk menciptakan kesejahteraan rakyat sekaligus sebagai upaya mengurangi kesenjangan pembagian kue ekonomi pembangunan nasional. Pemberdayaan IKK memiliki pesan moral yang tinggi, didalamnya ter- kandung upaya untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pemberdayaan te- naga kerja baik yang memiliki keterampilan maupun yang tidak, meningkatkan kemampuan produksi di tingkat pedesaan sehingga mengurangi laju urbanisasi penduduk usia produktif ke kota, peningkatan kapasitas produksi nasional, dan mampu meningkatkan perolehan devisa melalui pasar ekspor. Seluruh aktivi- tas tersebut membentuk suatu jaringan ketergantungan dari hulu ke hilir yang mampu mendorong multiplier effect dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan perspektif perkembangannya, IKK dapat diklasifikasikan men- jadi empat (4) sesuai dengan kinerja usaha yang dimilikinya (Rahmana, 2009:2).

Keempat klasifikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut. Livelihood Activities

1) , merupakan usaha yang digunakan sebagai kesempatan

kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor infor- mal.

Micro Enterprise

2) , merupakan usaha yang memiliki sifat pengerajin tetapi be-

lum memiliki sifat kewirausahaan.

Small Dynamic Enterprise

3) , merupakan usaha yang telah memiliki jiwa kewirau-

sahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

Fast Moving Enterprise

4) , merupakan usaha yang telah memiliki jiwa kewirau-

sahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar.

IKK juga memiliki karakteristik yang spesifik dan sangat berbeda dengan ke-

lompok usaha besar (Tambunan, 2006:4), sebagai berikut. Jumlahnya banyak dan tersebar diwilayah pedesaan.

1)

Bersifat padat tenaga kerja dan terkait erat dengan sektor pertanian.

2)

Menggunakan teknologi yang relatif sederhana.

3)

Banyak diantaranya yang dapat tumbuh secara signifikan sehingga mampu

4)

Meskipun penduduk pedesaan umumnya berpenghasilan rendah, namun

5)

mereka mampu menabung sebagian pendapatan mereka untuk diinvestasi- kan ke dalam kegiatan usaha.

Sebagian besar dana usaha yang mereka kelola berasal dari modal sendiri.

6)

Produk yang dihasilkan dikonsumsi oleh semua golongan masyarakat, teru-

7)

tama karena barang-barang yang diproduksi adalah barang yang sederhana.

Salah satu keunggulannya adalah fleksibilitasnya dalam kegiatan produksi

8)

dibandingkan dengan usaha besar.

Paling tidak ada empat alasan utama mengapa IKK dan jenis usaha kecil lainnya di Indonesia relevan untuk dikembangkan (Yustika, 2007:182). Ke em- pat alasan yang dimaksud adalah sebagaimana disebutkan berikut ini.

Struktur usaha di Indonesia sebenarnya selama ini bertumpu pada ke- 1)

beradaan industri kecil/rumah tangga/menengah.

Cukup banyak industri yang berorientasi ekspor, sehingga sangat membantu 2)

negara dalam perolehan devisa.

Sektor usaha kecil telah terbukti lebih fleksibel dalam berbagai kondisi per- 3)

ekonomian yang tidak menguntungkan.

Produk industri usaha kecil lebih banyak menggunakan bahan baku atau 4)

bahan antara dari dalam negeri.

E. Peranan Bakat Dan Lingkungan Keluarga Dalam Mendukung Produktivi-