• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Kerangka Teori

2. Pengertian Karakter

Karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Menurut Darmiyati Zuchi (2008:39) karakter (watak) adalah Seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan dan kematangan moral seseorang.

Sementara itu Hornby dan Panwell mendefinisikan karakter sebagai kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Suyanto menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama ,baik lingkup keluarga , masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia perbuat.

Karakter yang dimiliki oleh seseorang pada dasarnya terbentuk melalui proses pembelajaran yang cukup panjang. Karakter manusia bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Lebih dari itu, karakter merupakan bentukan atau pun tempaan lingkungan dan juga orang-orang yang ada di sekitar lingkungan tersebut.

Karakter dibentuk melalui proses pembelajaran di beberapa tempat, seperti di rumah, di sekolah, dan di lingkungan sekitar tempat tinggal. Pihak yang berperan penting dalam pembentukan karakter seseorang yaitu keluarga, guru, dan teman

20

sebaya. Bagi yang beragama islam, mereka senantiasa menjadikan Al-Quran dan sunnah sebagai landasan untuk pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

Pembentukan karakter dengan nilai agama dan norma bangsa sangat penting karena dalam islam, antara akhlak dan karakter merupakan satu kesatuan yang kukuh seperti pohon dan menjadi inspirasi keteladanan akhlak dan karakter adalah Nabi Muhammad SAW. Karakter seseorang biasanya akan sejalan dengan perilakunya. Bila seseorang selalu melakukan aktivitas yang baik seperti sopan dalam berbicara, suka menolong, atau pun menghargai sesama, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga baik, akan tetapi jika perilaku seseorang buruk seperti suka mencela, suka berbohong, suka berkata yang tidak baik, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga buruk.

2.1 Aspek-Aspek Pembentukan Karakter

Menurut Kamisa, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, ahlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Berkarakter artinya mempunyai watak dan mempunyai kepribadian. Pembentukan karakter bangsa bisa dilakukan dengan pembiasaan nilai moral luhur kepada anak dan membiasakan mereka dengan kebiasaan yang sesuai dengan karakter kebangsaan. Adapun aspek-aspek pembentukan karakter seperti: “religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komuniktif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab” (Asef, 2012).

Pembentukan karakter berpijak pada karakter dasar manusia yang bersumber dari nilai moral universal (sifatnya absolut) yang bersumber pada nilai-nilai

agama yang dianggap sebagai the golden rule. Pembentukan karakter dapat memiliki tujuan pasti apabila berpijak pada nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikologi, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah cinta kepada Allah dan ciptaan-Nya (alam seisinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan.

Pendapat senada dikemukakan oleh Musfiroh, (2008) bahwa pembentukan karakter adalah “suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada anak yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.”. Inti pendapat ini bahwa pembentukan karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).

Pembentukan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdasarkan takut akan Tuhan. Menurut Depdiknas (2011) bahwa fungsi-fungsi pembentukan karakter, antara lain:

1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur

22

2.2 Pengertian Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah dasar. Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang panjang dalam rentang kehidupan.Bagi kehidupan anak, masa kanak-kanak seringkali dianggap tidak ada akhirnya, sehingga mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yaitu pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan lagi anak-anak tapi orang dewasa. Menurut Hurlock (1980), manusia berkembang melalui beberapa tahapan yang berlangsung secara berurutan, terus menerus dan dalam tempo perkembangan yang tertentu, terus menerus dan dalam tempo perkembangan yang tertentu dan biasa berlaku umum. Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Hurlock selengkapnya adalah sebagai berikut : Masa cabang bayi (1 hari- 2 minggu), Masa Bayi ( 2 minggu- 1 tahun), Masa anak-anak awal (1 tahun-6 bulan ), Anak-anak (6 tahun-12/13 tahun), Masa remaja (12/13 21 tahun), Masa dewasa (21 40 tahun) , Masa tengah baya (40 tahun-60 tahun), Masa tua(tahun-60 tahun-meninggal).

Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “ Anak adalah orang dalam

perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah .

Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia.

2.3 Pengertian Karakter Anak

Karakter adalah keunikan, temperamen, karakteristik atau budi pekerti membuat seseorang berbeda dari yang lain. Karakter anak dibangun dan dibentuk sejak masih usia dini oleh orang tua atau keluarga dan sekolah. Peran keluarga dalam pembentukan kepribadian dan karakter anak sangatlah besar karena merupakan tempat belajar yang ditemui oleh anak untuk kali pertama. Agar seorang anak memiliki karakter yang baik, maka ada beberapa hal yang harus diketahui oleh orang tua yakni ayah dan ibu. Pembentukan anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam diri anak yang bersangkutan dan faktor lingkungan.

1. Faktor pribadi diri anak yang bersangkutan biasanya mencakup nilai-nilai dan macam-macam norma yang ditanam oleh keluarga dalam hal ini ayah dan ibu.

2. Faktor lingkungan memberikan sumbangsih yang tidak sedikit terhadap pembentukan karakter anak.

24

Seorang anak yang berkarakter baik akan lahir apabila kedua orangtuanya juga memiliki karakter yang baik. Agar seorang anak memiliki karakter yang baik maka orang tua wajib meletakkan norma-norma serta nilai-nilai dasar yang baik pada anak. Menurut para ahli, setidaknya ada 9 nilai dasar yang harus ditanamkan kepada seorang anak sejak dini agar memiliki karakter yang baik, yaitu :

1. Nilai-nilai agama. Penanaman nilai-nilai agama akan membentuk seorang anak memiliki akhlak yang baik bertanggung jawab.

2. Sifat jujur dan diplomatis 3. Rasa hormat dan sopan santun 4. Penolong dan kerjasama

5. Percaya diri, kreatif, kerja keras 6. Kepemimpinan dan keadilan 7. Tidak sombong dan rendah hati 8. Cinta damai

9. Persatuan dan nilai-nilai toleransi agar seorang anak memahami fungsi toleransi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan sosialnya.

Kesembilan nilai-nilai dasar pembentukan karakter anak tersebut sedianya ditanamkan oleh orang tua melalui keteladanan atau perilaku nyata selain secara lisan. Hal ini karena seorang anak belajar dari orang tuanya dengan cara mengamati apa yang dilakukan oleh orang tuanya.

Dokumen terkait