• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PAUD DAN

B. Pengertian Kebijakan

Dalam mencapai cita-cita atau tujuannya, setiap orang atau badan dapat merumuskan dan menetapkan suatu kebijakan. Kebijakan yang dirumuskan dan ditetapkan oleh seseorang atau badan swasta disebut sebagai private policy. Sedangkan kebijakan yang dirumuskan dan ditetapkan oleh pejabat pemerintah atau badan-badan pemerintahan disebut sebagai public policy. Kedua jenis kebijakan tersebut memiliki kedudukan dan peranan yang strategis dalam mencapai tujuan internal (untuk kepentingan perorangan atau organisatoris) maupun tujuan eksternal (untuk kepentingan umum). Meskipun demikian, kedua jenis kebijakan itu memiliki resiko yang berbeda.

Biasanya, resiko private policy lebih kecil dibandingkan dengan public policy, meskipun kebijakan itu memiliki hubungan dengan kepentingan umum. Misalnya, kebijakan suatu perusahaan dalam menentukan uang minimum regional (UMR) tidak harus selalu sama dengan tuntutan para karyawannya. Artinya, para karyawan dapat melakukan demo guna menuntut kenaikan UMR, tetapi dengan resiko pemecatan sebagai karyawan. Kondisi semacam itu menyebabkan tuntutan yang diajukan para karyawan kepada perusahaan tidak sekuat tuntutan yang diajukan warga masyarakat kepada pemerintah. Dengan demikian, private policy memiliki resiko yang relatif lebih kecil dari pada public policy.

Kebijakan publik adalah suatu pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, ‘whatever government choose to do or not to do’ (Dye, 2002). Sedangkan Edward III dan Sharkansky menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah ‘… what government say and do, or no to do. It is the goals or purpose of government programs’

(Widodo, 2007). Berkaitan dengan kedua pengertian tersebut, Anderson (2000) menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah keputusan atau kebijakan yang dibuat oleh pejabat pemerintah atau badan-badan pemerintahan dengan tujuan tertentu atau sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Tugas dan fungsi pejabat pemerintah dan badan-badan pemerintahan adalah memberikan pelayanan kepada seluruh warga masyarakat berdasarkan prinsip yang demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai

Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta didik, fasilitasi sumber daya, pemberian izin dan kerja sama penyelenggaraan satuan dan/atau program yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga asing, dan penjaminan mutu pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;

6. Pelaksanaan administrasi direktorat jenderal pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat; dan

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan menteri.

Perumusan dan pelaksanaan kebijakan dapat dikatakan sebagai fungsi utama karena fungsi yang lain sangat bergantung pada ketepatan kebijakan yang dirumuskan sebelumnya. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa kebijakan merupakan aspek atau komponen negara

dengan kekuatan paksa dan kekuasaan negara tidak akan efektif apabila tidak didukung dengan public policy (Parsons, 2005). Oleh karena itu, public policy harus disusun secara sistematis, sistemik, dan objektif. Sistematis, artinya public policy harus dapat dipertanggungjawabkan secara rasional kepada setiap pemangku kepentingan. Sistemik, artinya public policy harus disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan hasil kajian yang komprehensif, baik yang berkaitan dengan substansi maupun kepentingan setiap komponen masyarakatnya. Objektif, artinya public policy harus disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan bukan keinginan para pejabat atau badan-badan pemerintahan yang bersangkutan.

Secara konseptual, public policy harus memuat tujuan dan bukan sekedar karena ada kesempatan. Public policy is purposive, goal-oriented behavior rather than random or chance behavior. Selain itu, public policy tidak berdiri sendiri, tetapi bersentuhan dengan massa, interpretasi, dan hukum. Public policy consists of courses of action, rather than separate, discrete decision or actions, performed by government officials. Oleh karena itu, tujuan dan dampak perumusan kebijakan bagi masyarakat harus dirumuskan dan diperhitungkan secara jelas dan tegas. Pemikiran ini sangat penting karena setiap public policy harus terbuka dari interpretasi kritis masyarakat. Selain itu, public policyharus konsisten dengan atau berfungsi untuk mengisi kekurangan atau kelemahan peraturan perundang-undangan yang ada.

Public policy harus berisi apa yang dilakukan dan bukan apa yang dikatakan atau ingin dilakukan pemerintah. Policy is what government do, not what they say will do or what they intend to do. Pertimbangan ini sangat penting karena public policy dapat positif karena sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau negatif karena berisi pelarangan atau pengarahan pada aktifitas tertentu. Public policy may be either negative or positive.Adapun isi publicpolicy dapat mencakup hal-hal yang bersifat umum atau hal-hal yang bersifat khusus seperti norma, standar, prosedur, kriteria pelaksanaan suatu program pendidikan.

Secara konseptual, public policy mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai label dari suatu aktifitas, sebagai ekspresi tujuan umum, sebagai proposal yang spesifik, sebagai keputusan pemerintah atau otorisasi formal, sebagai sebuah program kegiatan, sebagai sebuah

mengandung pengertian bahwa kebijakan publikharus menggambarkan keputusan-keputusan yang terarah, terencana, dan berkesinambungan sehingga diterima dan mendapatkan dukungan luas dari setiap pemangku kepentingan. Kebijakan publik bidang pendidikan harus menggambarkan program-program pendidikan yang akan dilaksanakan beserta mekanisme atau prosedurnya sehingga dapat menjamin layananpendidikan yang makin merata, bermutu, relevan, dan akuntabel.

Dokumen terkait