• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah tangga

Kekerasan adalah suatu perlakuan atau situasi yang menyebabkan realitas aktual seseorang ada di bawah realitas potensialnya. Sedangkan rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan keluarga dalam rumah. Sehingga dapat dinyatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu perlakuan yang dialami oleh sebuah keluarga sehingga menimbulkan potensi korban tidak berkembang.

Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), “Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.”

Kekerasan dalam rumah tangga mengacu pada tindakan yang dilakukan dengan niat untuk menyakiti atau mencederai salah seorang anggota keluarga. Tindakan kekerasan tersebut bukan merupakan tindakan tunggal, akan tetapi

42

merupakan tindakan yang terjadi berulang-ulang bahkan dalam jangka waktu yang lama dan terhadap korban yang sama.

Jika melihat komposisi anggota di dalam sebuah rumah tangga yang biasanya terdiri ayah, ibu, dan anak-anak serta beberapa kerabat yang masih memiliki pertalian darah, maka akan terbayang suatu kehidupan yang dipenuhi kehangatan, kasih sayang dan sikap saling menghormati. Sehingga sangat mustahil apabila terjadi suatu tindakan kekerasan yang korbannya merupakan bagian dari anggota keluarga dengan pelakunya juga anggota keluarga itu sendiri.

Tindakan kekerasan yang terjadi sangat memprihatinkan karena sebagian besar korbannya adalah para perempuan dan anak-anak. Apabila korban melaporkan tindakan kekerasan yang mereka alami, maka akan muncul ketakutan tidak akan terpenuhinya kebutuhan sehari-hari karena pelakunya adalah seorang suami yang merupakan tulang punggung keluarga. Sehingga istri yang mengalami kekerasan tidak melaporkan tindak kekerasan yang dialami bahkan cenderung menutup-nutupinya karena takut akan pandangan dari masyarakat maupun dari keluarga sendiri yang tidak bisa menjaga nama baik keluarga.

Keadaan ekonomi yang rendah juga merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak kekerasan dalam keluarga. karena banyaknya tuntutan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan sedangkan pendapatan tidak mencukupi sehingga membuat emosi menjadi tidak bisa dikendalikan. hal ini menjadi penyebab terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap anggota keluarga yang ada didalam rumah tangga.

43

2.5.1. Kekerasan Sebagai Masalah Sosial

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan kekerasan yang mendasar kepada gender. Karena tindakan tersebut sering terjadi terhadap perempuan dan yang menjadi pelaku kekerasan adalah laki-laki, yang beranggapan memiliki kekuasaan penuh terhadap urusan keluarga sehingga bertindak sesuai dengan keinginannya.

Oleh karena itu, masalah kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah sosial yang termasuk ke dalam perilaku menyimpang terhadap nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian dari pada makhluk sosial.

Meskipun kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah sosial yang harus dihindari karena mengakibatkan penganiayaan fisik, seksual, psikologis dan penelantaran rumah tangga. Namun hal tersebut belum bisa diatasi dengan baik, karena banyak masyarakat menganggap kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga merupakan masalah pribadi keluarga yang tidak perlu orang lain mengetahuinya.

2.5.2. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Bentuk-bentuk tindak kekerasaan yang sering terjadi si dalam rumah tangga adalah sebagai berikut ini yaitu :

1. Kekerasan fisik, yaitu kekerasan yang melibatkan kontak langsung dan dimaksudkan untuk menimbulkan perasaan intimidasi, cedera, atau penderitaan fisik lain atau kerusakan tubuh. kekerasan fisik meliputi :

44

a. Pembunuhan yaitu pembunuhan yang dilakukan antara anggota yang satu dengan anggota yang lain, baik itu ayah, ibu maupun anak.

b. Penganiayaan yaitu tindakan pelecehan yang dilakukan antara anggota kepada anggota keluarga lain yang ada di dalam rumah tangga.

c. Perkosaan yaitu tindakan criminal yang berwatak seksual untuk melakukan hubungan seksual kepada anggota keluarga yang lain. 2. Kekerasan nonfisik/psikis/emosional, yaitu tindakan yang dilakukan di dalam

rumah tangga baik oleh suami, istri, maupun anak yang berdampak buruk terhadap keutuhan fisik, psikis, dan keharmonisan hubungan. kekerasan nonfisik meliputi :

a. Penghinaan dan komentar-komentar untuk merendahkan dan melukai harga diri pihak istri.

b. Melarang istri atau anak untuk bergaul dengan orang lain.

c. Ancaman-ancaman berupa menceraikan, mengembalikan istri kepada orang tua dan memisahkan istri dari anak-anaknya.

3. Kekerasan seksual, yaitu Pelecehan seksual yang dilakukan demi kepuasan seksual secara sepihak dan merendahkan harga diri orang lain. Kekerasan seksual meliputi :

a. Pemaksaan hubungan seksual dengan pola yang tidak dikehendaki atau disetujui oleh istri.

b. Pengisolasian istri dari kebutuhan batinnya. c. Memaksa istri menjadi pelacur atau menjual diri. 4. Kekerasan ekonomi meiputi :

45

b. Memanfaatkan ketergantungan istri secara ekonomi untuk mengontrol kehidupan istri.

c. Membiarkan istri bekerja dan kemudian menguasai penghasilan istri.

Bentuk-bentuk kekerasan yang ada diatas merupakan tindak kekerasan yang berakibat buruk terhadap kejiwaan korban sehingga akan mengakibatkan trauma dan mengganggu pertumbuhan korban.

2.5.3. Faktor-faktor Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya dalam bentuk kekerasan fisik, tetapi juga dapat berupa kekerasan psikis seperti perkataan-perkataan yang merendahkan, membanding-bandingkan anggota keluarga dengan orang lain yang menurutnya lebih baik, sehingga menimbulkan rasa sakit hati anggota keluarga yang bersangkutan.

Kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga merupakan fenomena seperti gunung es yang akhir-akhir ini mulai bermunculan ke permukaaan dan dari waktu ke waktu semakin meningkat jumlahnya. Seperti yang dijelaskan pada situs psychcentral.com, berikut ada beberapa faktor penyebab KDRT, yaitu:

1) Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran. 2) Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat. 3) Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus

ditutup karena merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.

46

4) Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri, kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan.

5) Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi. 6) Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.

7) Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior. 8) Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari

masyarakat sendiri yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya, maupun dari pihak- pihak yang terkait yang kurang mensosialisasikan tentang kekerasan dalam rumah tangga, sehingga data kasus tentang KDRT pun banyak terjadi

(http://www.vemale.com/relationship/intim/37950-faktor-faktor-mendasar-penyebab-kdrt.html, diakses tanggal 3 agustus 2015 pukul 17:09 wib).

Beberapa faktor pendukung yang pada dasarnya menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga adalah :

1. Masalah komunikasi dan kepercayaan, hal ini sangat penting dalam suatu hubungan dan tidak menutup kemungkinan jika komunikasi dan kepercayaan tidak terbangun dengan baik akan menimbulkan suatu konflik.

2. Masalah kedudukan dari suami dan istri dalam suatu rumah tangga dimana hal ini tidak jarang merupakan salah satu faktor penyebab apalagi jika tidak ada kesepahaman antar pasangan.

47

3. Masalah ekonomi, dimana kecenderungan jika sebuah keluarga sedang terhimpit masalah keuangan akan mungkin menimbulkan tindakan-tindakan yang dapat berbentuk kekerasan dan juga tidak menutup kemungkinan bagi keluarga yang dipandang cukup dari segi ekonomi bisa jadi jadi keegoisan akan muncul.

4. Masalah psikologi dari pasangan, jika salah satu dari suami istri memiliki tempramen yang tinggi (emosional) dan bahkan dengan mudah “main tangan”, hal ini juga bisa menjadi pemicu.

5. Masalah seksual, penolakan hubungan seksual suami terhadap istri untuk memuaskan hawa nafsu suami dalam urusan ranjang sehingga menyebabkan kekerasan.

Dokumen terkait