• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

3. Pengertian Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri

Lestari, K.W. (2011: 4), menjelaskan bahwa mengenal bentuk geometri

pada anak usia dini adalah kemampuan anak mengenal, menunjuk, menyebutkan

serta mengumpulkan benda-benda di sekitar berdasarkan bentuk geometri.

Pendapat lain yang diungkapkan oleh Agung Triharso (2013: 50), menyatakan

bahwa dalam membangun konsep geometri pada anak dimulai dari

mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-

gambar biasa seperti, segi empat, lingkaran, dan segitiga. Belajar konsep letak,

seperti di bawah, di atas, kiri, kanan, meletakkan dasar awal memahami geometri.

Daitin Tarigan (2006: 32), menjelaskan bahwa belajar geometri adalah

berpikir matematis, yaitu meletakkan struktur hirarki dari konsep-konsep lebih

tinggi yang terbentuk berdasarkan apa yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga

dalam belajar geometri seseorang harus mampu menciptakan kembali semua

geometri pada anak usia dini dapat dilakukan dengan cara mengajak anak bermain

sambil mengamati berbagai benda di sekelilingnya. Anak akan belajar bahwa

benda yang satu mempunyai bentuk yang sama dengan benda yang lainnya seperti

ketika mengamati bentuk buku mempunyai bentuk yang sama dengan segi empat

atau persegi.

Teori belajar dalam pembelajaran geometri yang dapat mengembangkan

tahap mental anak dapat ditinjau dari tiga unsur di antaranya adalah waktu, materi

pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Apabila ketiga unsur tersebut

dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir

yang lebih tinggi pada anak dan mampu berpikir secara rasional. Salah satu dari

teori yang menguatkan pernyataan tersebut adalah teori pembelajaran yang

dikemukakan oleh Van Hiele. Van Hiele (Daitin Tarigan, 2006: 62), menyatakan

bahwa terdapat lima tahap belajar geometri pada anak, di antaranya adalah:

a. Tahap Pengenalan.

Dalam tahap ini anak mulai belajar mengenal suatu bentuk geometri secara

keseluruhan, namun belum mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri

yang dilihatnya.

b. Tahap Analisis.

Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda

geometri yang diamati. Anak sudah mampu menyebutkan aturan yang terdapat

c. Tahap Pengurutan.

Pada tahap ini anak sudah mampu melakukan penarikan kesimpulan, berpikir

deduktif, namun kemampuan ini belum dapat berkembang secara penuh.

d. Tahap Deduksi.

Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu

penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang

bersifat khusus.

e. Tahap Akurasi.

Dalam tahap ini anak mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari

prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Anak belajar bentuk-

bentuk geometri anak harus belajar dari benda-benda konkret.

Teori belajar yang dapat diterapkan pendidik dalam dunia pendidikan

salah satunya adalah teori belajar Bloom yang memfokuskan pada teori aplikatif

psikologi belajar kognitif. Menurut Bloom (Ahmad Turmuzi, 2013), ada beberapa

aspek yang berkaitan dengan perilaku anak dalam kehidupan sosialnya, salah

satunya adalah aspek kognitif. Aspek kognitif merupakan aspek-aspek intelektual

atau berpikir yang terdiri dari:

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling

mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali

suatu objek, fakta, prinsip dasar, ide prosedur atau gagasan, konsep, definisi,

b. Pemahaman (comprehension)

Pemahaman atau mengerti merupakan kemampuan untuk membaca serta

memahami suatu gambaran yang telah diketahuinya. Setelah mengetahui definisi,

informasi, peristiwa, fakta kemudian disusun kembali ke dalam struktur kognitif

yang ada. Dari hasil proses mengetahui tersebut diakomodasikan dan akan

berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur

kognitif yang baru.

c. Penerapan (application)

Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan

pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai

kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan,

memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama.

d. Penguraian (analysis)

Menganalisis informasi dengan menentukan bagian-bagian dari suatu

masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-

penyebab dari suatu peristiwa atau memberi solusi dari suatu pernyataan.

e. Memadukan (synthesis)

Menggabungkan, merangkai atau menyatukan berbagai informasi

menjadi satu kesimpulan yang baru.

f. Penilaian (evaluation)

Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah,

baik-buruk, berdasarkan gagasan tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif.

1) Pembenaran berdasarkan kriteria internal; dilakukan dengan memperhatikan kecermatan susunan secara logis mengenai unsur-unsur yang ada di dalam

objek yang diamati.

2) Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal, dilakukan berdasarkan kriteria- kriteria yang bersumber di luar objek yang diamati.

Untuk memperjelas tingkatan perilaku anak yang dilihat dari aspek

kognitif, berikut ditampilkan tahapan taksonomi atau kerangka berpikir yang

dikembangkan oleh Bloom:

Gambar 1. Taksonomi Bloom

(Sumber: http://iknow.apb-group.com/taksonomi-bloom/)

Teori yang diungkapkan oleh Bloom mengenai perilaku anak yang

mempengaruhi perkembangan kognitif dapat dikaitkan dengan pembelajaran

geometri pada anak usia dini. Dalam pertumbuhannya, anak-anak tidak dapat

terpisahkan dari benda-benda yang ada di sekitarnya. Sejak usia dini, mereka

sudah berbaur dengan benda-benda yang di sekitarnya seperti buku, gelas, bola,

meja, dan lain-lain yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau

kebutuhan dalam bermain. Kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak usia

dini tidak lepas dari pembelajaran matematika. Kemampuan dasar matematika ini

dapat dilihat dari kemampuan anak tersebut dalam mengenal konsep bilangan,

menghitung pada batas tertentu, dan mengenal berbagai macam pola (Martini

Jamaris, 2006: 41). Anak usia taman kanak-kanak sudah memiliki kemampuan

matematika dan pengetahuan tentang alam sekitar, yang dikenalnya melalui

pengetahuan alam sekitarnya.

Kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri dilakukan secara

bertahap. Anak usia dini berada pada fase praoperasional, kemampuan berpikirnya

adalah berpikir secara simbolis. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak untuk

dapat membayangkan benda-benda yang ada di sekitarnya. Pembelajaran melalui

kegiatan bermain untuk mengenal bentuk geometri dapat membantu anak untuk

memahami, menggambarkan, dan mendeskripsikan benda-benda yang ada di

sekitarnya. Di dalam pembelajaran geometri terdapat pembelajaran mengenai

konsep dasar bangun datar seperti, bangun datar yang meliputi segitiga, segi

empat, dan lingkaran dan konsep bangun ruang yang meliputi kerucut, kubus,

balok, tabung, dan lain-lain.

Geometri selalu berkaitan erat dengan matematika dan berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa

dalam belajar matematika setiap anak selalu dikaitkan dengan pengalaman

kehidupannya sehari-hari. Belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang

sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan kegiatan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan

suasana yang menyenangkan dan memberikan pelayanan yang baik agar anak

dapat belajar. Belajar pada anak usia dini dikemas dengan cara belajar sambil

Aspek-aspek kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri

dimulai dari anak mengetahui bentuk-bentuk geometri dan namanya yang meliputi

kemampuan mengucapkan bentuk geometri dan memberi nama bentuk geometri,

memahami bentuk-bentuk geometri yang meliputi kemampuan memberikan

contoh bentuk suatu benda yang sama dengan bentuk geometri dan kemampuan

mendeskripsikan masing-masing bentuk geometri, dan menerapkan bentuk

Dokumen terkait