• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ASPEK KEPENTINGAN UMUM DALAM PENGADAAN

C. Pengaturan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum

2. Pengertian Kepentingan Umum

Secara sederhana dapat diartikan bahwa kepentingan umum dapat saja dikatakan untuk keperluan, kebutuhan atau kepentingan orang banyak atau tujuan yang luas. Namun demikian rumusan tersebut terlalu umum dan tidak ada batasannya.55

Kepentingan dalam arti luas diartikan sebagai “public benefit” sedangkan dalam arti sempit public use diartikan sebagai public access, atau apabila public

access tidak dimungkinkan, maka cukup “if the entire public could use the product of the facility”.56

Menurut John Salindeho belum ada definisi yang sudah dikentalkan mengenai pengertian kepentingan umum, namun cara sederhana dapat ditarik kesimpulan atau pengertian bahwa kepentingan umum dapat saja dikatakan untuk keperluan, kebutuhan atau kepentingan orang banyak atau tujuan sosial yang luas. Oleh Karena itu rumusan demikian terlalu umum, luas dan tak ada batasnya, maka untuk mendapatkan rumusan terhadapnya, kiranya dapat dijadikan pegangan sambil menanti pengentalannya yakni kepentingan umum adalah termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, dengan memperhatikan

54

John Salindeho, Masalah Tanah dalam Pembangunan, Cetakan Kedua, Jakarta, Sinar Grafika, 1988, hal. 155.

55

Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum,

Yogyakarta, Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, 2004, hal. 6. 56

Maria S.W. Soemardjono, Tanah Dalam Prespektif Hak Ekonomi Sosial Dan Budaya,

segi-segi sosial, politik, psikologis dan hankamnas atas dasar azas-azas Pembangunan

Nasional dengan mengindahkan Ketahanan Nasional serta wawasan Nusantara.57

Menurut pendapat Adrian Sutendi, prinsip-prinsip kriteria kepentingan umum dapat diuraikan lebih rinci, yakni meliputi sifat kepentingan umum, bentuk kepentingan umum, dan ciri-ciri kepentingan umum. Demikian metode penerapan tiga aspek tersebut sehingga kriteria kepentingan umum dapat diformulasikan secara pasti, adil dan dapat diterima oleh masyarakat.58

Berdasarkan ketentuan UUPA kepentingan umum dinyatakan dalam arti peruntukannya, yaitu untuk kepentingan bangsa dan negara, kepentingan bersama dari rakyat dan kepentingan pembangunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepentingan umum adalah kepentingan tersebut harus memenuhi peruntukkannya dan harus dirasakan kemanfaatannya, dalam arti dapat dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan dan atau secara langsung.

Dalam Pasal 1 angka 3 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 yang dimaksud dengan ”kepentingan umum adalah kepentingan seluruh lapisan masyarakat”. Pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan Keppres 55 tahun 1993 tersebut dibatasi untuk kegiatan pembangunan yang dilakukan dan selanjutnya dimiliki oleh pemerintah serta tidak digunakan untuk mencari keuntungan. Selain itu terdapat 14 kegiatan yang masuk kategori kepentingan umum:

a. Jalan umum, saluran pembuangan air

b. Waduk, bendungan, dan bangunan pengairan lainnya termasuk saluran irigasi

c. Rumah sakit umum dan pusat-pusat kesehatan masyarakat

d. Pelabuhan atau Bandar udara atau terminal

57

John Salindeho, Op.cit., hal. 40 58

e. Peribadatan

f. Pendidikan atau sekolah g. Pasar umum atau pasar inpres

h. Fasilitas pemakaman umum

i. Fasilitas keselamatan umum seperti antara lain tanggul penanggulangan bahaya bandir, lahar, dan lain bencana

j. Pos dan telekomunikasi k. Sarana olah raga

l. Stasiun penyiaran radio, televise beserta sarana pendukungnya

m. Kantor pemerintah

n. Fasilitas Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Berbeda dengan batasan tentang Kepentingan Umum dalam berbagai Peraturan yang dulu, dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tersebut dipilih pendekatan berupa penyebutan Kepentingan Umum dalam suatu daftar kegiatan sebagaimana dalam Pasal 5 menyebutkan definisi kepentingan umum, yaitu terdiri dari:

a. Jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (diatas, diruang atas tanah, ataupun diruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi.

b. Waduk, bendungan irigasi dan pembangunan pengairan lainnya; c. Pelabuhan, bandara udara, stasiun kereta api dan terminal;

d. Fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana;

e. Tempat pembuangan sampah; f. Cagar alam dan cagar budaya;

g. Pembangkit, transmisi, distibusi tenaga listrik.

Sedangkan katagori yang termasuk kepentingan umum menurut Pasal 6 ayat 2 Rancangan Undang-undang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum adalah:

Pembangunan untuk kepentingan umum baik yang berada di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah meliputi:

a. Jalan umum (Jalan non tol dan jalan tol), rel kereta api atau sejenisnya, saluran pembuangan air atau sanitasi;

c. Pelabuhan, Bandar udara, station kereta api dan terminal; d. Tempat pembuangan sampah;

e. Fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana;

f. Cagar alam dan cagar budaya;

g. Pembangkit transmisi, gardu dan distribusi tenaga listrik; h. Penyediaan perumahan untuk masyarakat miskin;

i. Yang ditentukan dan ditetapkan presiden;

Apabila dibandingkan konsep hukum pengadaan tanah antara Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, maka seakan-akan nampak bahwa apa yang diatur dalam Peraturan Presiden 36 tahun 2005 lebih luas karena dalam definisinya menyebutkan macam-macam benda yang diberikan ganti rugi yakni diberikan kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 walaupun dalam definisinya hanya memberikan ganti rugi terhadap tanah, namun dalam Pasal 12 menyebutkan bahwa ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk: hak atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

Maria S.W. Sumarjono dalam uraiannya mengenai pengadaan tanah menyampaikan bahwa dalam Keppres ini, kepentingan umum didefinisikan sebagai kepentingan seluruh lapisan masyarakat, sedangkan mengenai kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum dibatasi pada kegiatan pembangunan yang dilakukan dan selanjutnya dimiliki oleh pemerintah, serta tidak digunakan untuk mencari

keuntungan. Dengan demikian interpretasi kegiatan yang termasuk dalam kategori kepentingan umum dibatasi pada terpenuhinya ketiga unsur tersebut.59

Konsekuensi dari batasan kriteria tersebut maka walaupun kegiatan itu dilakukan oleh pemerintah dan selanjutnya dimiliki oleh pemerintah, akan tetapi untuk mencari keuntungan maka hal ini jelas tidak dapat dikategorikan sebagai kepentingan umum. Sebagaimana diketahui dalam perkembangannya banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah tetapi juga digunakan untuk mencari keuntungan. Misalnya kegiatan pos dan telekomunikasi dalam perkembangannya merupakan kegiatan yang nyata-nyata mencari keuntungan. Oleh karena itu sebenarnya tidak tepat dimasukkan dalam pengertian kepentingan umum.

Kepentingan merupakan tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi dan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya. Di dalam masyarakat terdapat banyak sekali kepentingan-kepentingan, baik perorangan maupun kelompok, yang tidak dapat dihitung jumlahnya maupun jenisnya, yang kesemuanya itu harus dihormati dan dilindungi. Dengan demikian wajarlah kalau setiap orang atau kelompok mengharapkan atau menuntut kepentingan-kepentingannya itu dilindungi dan dipenuhi, yang sudah tentu tidak mungkin dipenuhi semua sekaligus, mengingat bahwa kepentingan-kepentingan itu banyak pula yang bertentangan satu sama lain.

59

Dokumen terkait