• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas)"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK KEPENTINGAN UMUM

(Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas)

TESIS

Oleh:

RAHMA YANTI

097011036/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ASPEK KEPENTINGAN UMUM DALAM PENGADAAN TANAH

BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

UNTUK KEPENTINGAN UMUM

(Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh:

RAHMA YANTI

097011036/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas) Nama : Rahma Yanti

NIM : 097011036

Program : Magister Kenotariatan

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN. K e t u a

Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH., M.Hum

Dr. Syahril Sofyan, SH., M.Kn

Anggota Anggota

Ketua Program Magister Kenotariatan Dekan

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 17 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN.

ANGGOTA : 1. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH., M.Hum

2. Dr. Syahril Sofyan, SH., MKn.

3. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : RAHMA YANTI

NIM : 097011036

Program Studi : Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Judul Tesis : Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

(Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri

bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena

kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apa pun oleh Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya tidak

akan menuntut pihak mana pun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan

sehat.

Medan, Januari 2012

Yang membuat Pernyataan

RAHMA YANTI

(6)

ABSTRAK

Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Pengadaan tanah guna kepentingan umum dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan Tanah. Pengadaan tanah guna kepentingan umum diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Nomor 65 Tahun 2006. Pelaksanaan pengadaan tanah merupakan persoalan yang kompleks karena terdapat berbagai tahapan dan proses yang harus dilalui serta adanya kepentingan pihak-pihak yang saling bertentangan, terutama mengenai penetapan ganti rugi yang seharusnya memenuhi rasa keadilan terutama bagi pemilik obyek tanah. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian dengan menjawab permasalahan, bagaimana aspek kepentingan umum dalam pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas? bagaimana penetapan ganti rugi dalam proses pengadaan tanah bagi pelaksanaan pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas? dan bagaimana perlindungan hukum terhadap hak-hak pemilik tanah dalam hal ganti rugi tanah untuk kepentingan umum?

Metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Sumber data diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, didapati dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas tidak mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku, diantaranya yaitu tidak membentuk panitia pengadaan tanah, tidak dilakukannya sosialisasi mengenai pengadaan tanah kepada masyarakat dan tidak adanya pemberian ganti rugi kepada pemilik tanah. Selanjutnya berdasarkan peraturan yang berlaku dapat dikatakan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas tidak memberi perlindungan hukum kepada pemilik tanah, dimana dengan sewenang-wenang mengambil tanah milik dari masyarakat tanpa mengikuti prosedur dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

(7)

ABSTRACT

Land procurement is any activity to obtain a lot of land by providing compensation to those releasing their land, building, plants and other properties related to the land. Land procurement for public use is implemented by Land Procurement Committee regulated in Presidential Regulation No. 36/2005 in connection with No. 65/2006. The implementation of land procurement is a complex problem because there are several stages and processes to undergo as well as conflict of interest, especially anything related to the determination of compensation which should meet the sense of justice especially to the owners of land. Based on this condition, the purpose of this descriptive study with emprical juridical approach were to find out how the aspect of public use was determined in the land procurement for road widening in Padang Lawas District, how the compensation was determined in the process of land procurement of road widening in Padang Lawas District and what legal protection is provided to maintain the right of land owners related to land compensation for public use.

The primary data for this study were obtained through interviewing the informants and the secondary data were the primary, secondary and tertiary legal materials obtained through documentation study method. The data obtained were qualitatively analyzed.

The result of this study showed that in the implementation of land procurement for road widening in Padang Lawas District was not done in accordance with the existing regulation of legislation, for example, the committee for land procurement was not established, this land procurement program was not socialized to the local community members, and the land owners did not receive any compensation. The conclusion drawn from the result of this study is that the District Government of Padang Lawas did not provide legal protection to the land owners, they even took over the land belonged to the local community members without following the procedures of land procurement for public used which have been regulated by regulation of legislation.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan shalawat

serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW berikut

keluarga, para sahabat dan seluruh umat pengikutnya, atas terselesaikannya penulisan

Tesis dengan judul “Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Pelebaran Jalan

Di Kabupaten Padang Lawas).”

Penyusunan Tesis ini bertujuan untuk melengkapi syarat untuk memperoleh

gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan penuh kesadaran bahwa tiada satupun

yang sempurna di muka bumi ini, penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan

tesis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan terlebih dengan keterbatasan

kemampuan, baik dari segi penyajian teknik penulisan maupun materi.

Penulisan tesis ini tidaklah mungkin akan menjadi sebuah karya ilmiah tanpa

adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah ikut serta baik

langsung maupun tidak langsung dalam usaha menyelesaikan tesis ini. Untuk itu

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

(9)

Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan untuk dapat menjadi

mahasiswa Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., CN., MS., selaku Ketua Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan selaku

Ketua Komisi Penguji dalam penelitian ini.

4. Bapak Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, M.Hum, selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun

teknik penulisan Tesis ini.

5. Bapak Dr. Syahril Sofyan, SH., MKn., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun teknik penulisan

Tesis ini.

6. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum., selaku Ketua Komisi Penguji

dalam penelitian ini.

7. Bapak Notaris Syafnil Gani, SH, M.Hum., selaku Anggota Komisi Penguji dalam

penelitian ini.

8. Seluruh Staff Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama

menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh staff pegawai administrasi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas

(10)

10. Kepada Kakak tercinta Tetty Herawati, ST., Irma Desni, S.Pd., Abang Ahmad

Andri, Anthoni Ahmad, A.md., dan Adik-adikku tersayang Agus Sarmadhan dan

Ali Idris, terima kasih untuk doa, dukungan dan semangat yang terus kalian

berikan hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11. Seluruh keluarga besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima

kasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

12. Kepada rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2009 Group A: Mas Pudio Yunanto,

Dony Kartien, Dikko Amar, Buchler Tarigan, Suhaili, Roy, Wina, Putri, Nida,

Olif, kak Iin, Henny, Tessy, Inez, laila, Rani, Uda Rahmat Setiadi, Rudiansyah

Pulungan, Bernadin Soaduan, dan seluruh rekan-rekan lainnya di Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus, penulis menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima

kasih yang tidak terhingga kepada kedua orangtua tercinta, Almarhum Ayahanda

Sarjono dan Ibunda Hj. Taing Rifna Hasibuan, S.Pd, yang telah membesarkan penulis

dan memberikan kasih sayang yang tak terhingga serta telah memberikan doa

restunya sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di

Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Akhirnya tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kesalahan baik yang

disengaja maupun tidak sengaja. Penulis hanya bisa mendoakan agar semua pihak

(11)

semoga Allah SWT berkenan menerima amal ini menjadi sebuah nilai ibadah

disisi-Nya dan dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Tesis ini

dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan. Amiin Yaa

Robbal’alamin

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Januari 2012

Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Rahma Yanti

Tempat / Tanggal Lahir : Psr. Ujung Batu, 05 Pebruari 1985

Jenis Klamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Lintas Riau, Kec. Sosa Kab. Padang Lawas

II. Keluarga

Nama Ayah : Alm. Sarjono

Nama Ibu : Hj. Taing Rifna Hasibuan, S.Pd

Nama Kakak : Tetty Herawati, ST

Irma Desni, S.Pd

Nama Abang : Ahmad Andri

Anthoni Ahmad, A.md

Nama adik : Agus Sarmadhan

Ali Idris

III. Pendidikan

1. Sekolah Dasar : Senter Pasar Ujung Batu

Tamat Tahun 1997

2. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Sosa

Tamat Tahun 2000

3. Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 1 Sosa

Tamat Tahun 2003

4. S-1 Fakultas Hukum : Universitas Islam Sumatera Utara

Tamat Tahun 2008

5. S-2 Magister Kenotariatan : Program Studi Magister Kenotariatan

Universitas Sumatera Utara

(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Keaslian Penelitian ... 10

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 13

1. Kerangka Teori ... 13

2. Konsepsi ... 21

G. Metode Penelitan ... 23

1. Spesifikasi Penelitian ... 23

2. Metode Pendekatan... 24

3. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

4. Sumber Data ... 25

(14)

6. Analisis Data ... 27

BAB II ASPEK KEPENTINGAN UMUM DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PELEBARAN JALAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS... 28

A. Gambaran Umum Kabupaten Padang Lawas... 28

B. Hak atas Tanah ... 32

1. Pengertian Hak atas Tanah... 32

2. Macam-macam Hak atas Tanah ... 34

C. Pengaturan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum... 37

1. Pengertian Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum... 37

2. Pengertian Kepentingan Umum ... 39

3. Dasar Hukum Pengadaan Tanah... 44

D.Asas-asas Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.. ... 45

E. Tata Cara Pengadaan Tanah... 48

F. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pelebaran Jalan di Kabupaten Padang Lawas ... 61

1. Gambaran Letak Jalan Yang Dilakukan Pelebaran ... 61

2. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pelebaran Jalan Untuk Kepentingan Umum ... 62

BAB III PENETAPAN GANTI RUGI DALAM PROSES PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PELEBARAN JALAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS. 71

A. Ganti Rugi Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum. ... 71

1. Pengertian Ganti Rugi... 71

(15)

B. Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Melalui Pembebasan Hak . 84

C. Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Melalui Pencabutan Hak... 89

D. Peran Panitia Pengadaan Tanah dalam Penetapan Ganti Rugi .... 90

E. Musyawarah Sebagai Dasar Penentuan Ganti Rugi. ... 92

F. Penetapan Ganti Rugi Pengadaan Tanah Untuk Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas. ... 95

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PEMILIK TANAH DALAM HAL GANTI RUGI TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM... 104

A. Konsep Hukum Tanah Nasional... 104

B. Prinsip-Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah ... 107

C. Prinsip Penghormatan Terhadap Hak Atas Tanah... 113

D. Sengketa Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.. 119

E. Perlindungan Hukum Pemegang Hak Atas Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum ... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129

A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 130

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Letak dan Lebar Jalan Dalam Pelebaran Jalan

di Kabupaten Padang Lawas Utara... 62

2. Jumlah Pemilik Tanah Yang Tanahnya Dibebaskan

Untuk Pelebaran Jalan di Kabupaten Padang Lawas... 63

3. Respon Pemilik Tanah Terhadap Tidak Adanya

(17)

ABSTRAK

Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Pengadaan tanah guna kepentingan umum dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan Tanah. Pengadaan tanah guna kepentingan umum diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Nomor 65 Tahun 2006. Pelaksanaan pengadaan tanah merupakan persoalan yang kompleks karena terdapat berbagai tahapan dan proses yang harus dilalui serta adanya kepentingan pihak-pihak yang saling bertentangan, terutama mengenai penetapan ganti rugi yang seharusnya memenuhi rasa keadilan terutama bagi pemilik obyek tanah. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian dengan menjawab permasalahan, bagaimana aspek kepentingan umum dalam pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas? bagaimana penetapan ganti rugi dalam proses pengadaan tanah bagi pelaksanaan pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas? dan bagaimana perlindungan hukum terhadap hak-hak pemilik tanah dalam hal ganti rugi tanah untuk kepentingan umum?

Metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Sumber data diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, didapati dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas tidak mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku, diantaranya yaitu tidak membentuk panitia pengadaan tanah, tidak dilakukannya sosialisasi mengenai pengadaan tanah kepada masyarakat dan tidak adanya pemberian ganti rugi kepada pemilik tanah. Selanjutnya berdasarkan peraturan yang berlaku dapat dikatakan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas tidak memberi perlindungan hukum kepada pemilik tanah, dimana dengan sewenang-wenang mengambil tanah milik dari masyarakat tanpa mengikuti prosedur dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

(18)

ABSTRACT

Land procurement is any activity to obtain a lot of land by providing compensation to those releasing their land, building, plants and other properties related to the land. Land procurement for public use is implemented by Land Procurement Committee regulated in Presidential Regulation No. 36/2005 in connection with No. 65/2006. The implementation of land procurement is a complex problem because there are several stages and processes to undergo as well as conflict of interest, especially anything related to the determination of compensation which should meet the sense of justice especially to the owners of land. Based on this condition, the purpose of this descriptive study with emprical juridical approach were to find out how the aspect of public use was determined in the land procurement for road widening in Padang Lawas District, how the compensation was determined in the process of land procurement of road widening in Padang Lawas District and what legal protection is provided to maintain the right of land owners related to land compensation for public use.

The primary data for this study were obtained through interviewing the informants and the secondary data were the primary, secondary and tertiary legal materials obtained through documentation study method. The data obtained were qualitatively analyzed.

The result of this study showed that in the implementation of land procurement for road widening in Padang Lawas District was not done in accordance with the existing regulation of legislation, for example, the committee for land procurement was not established, this land procurement program was not socialized to the local community members, and the land owners did not receive any compensation. The conclusion drawn from the result of this study is that the District Government of Padang Lawas did not provide legal protection to the land owners, they even took over the land belonged to the local community members without following the procedures of land procurement for public used which have been regulated by regulation of legislation.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan penduduk harus juga diimbagi dengan perkembangan

prasarana dan sarana penunjang kelangsungan hidupnya yang sesuai dengan

perkembangan atau kemajuan-kemajuan zaman. Dengan demikian, maka dapat

dikatakan bahwa pembangunan yang dilaksanakan secara teratur dan berkelanjutan

pada hakekatnya adalah untuk mengimbangi kenyataan-kenyataan sehubungan

dengan terjadinya perkembangan penduduk.

Pembangunan merupakan upaya manusia dalam mengolah dan memanfaatkan

sumber daya yang dipergunakan bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan

kesejahteraan hidup manusia itu sendiri. Dengan memiliki cipta, rasa, dan karsa,

manusia telah mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan

kemakmuran baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan datang.

Dalam arti bahwa pemanfaatan sumber daya alam bagi kebutuhan generasi sekarang

juga mempertimbangkan dan memperhatikan generasi mendatang dalam memenuhi

kebutuhannya.

Tanah mempunyai peranan penting dalam hidup dan kehidupan masyarakat

diantaranya sebagai prasarana dalam bidang perindustrian, perumahan dan jalan.

Tanah dapat dinilai sebagai benda tetap yang dapat digunakan sebagai tabungan masa

depan. Tanah merupakan tempat pemukiman dari sebagian besar manusia, disamping

(20)

dan perkebunan. Di sisi lain tanah harus dipergunakan dan dimanfaatkan

sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat secara adil dan merata, juga harus dijaga

kelestariannya.1

Tanah merupakan salah satu sarana kebutuhan yang amat penting dalam

pengadaan tanah untuk kepentingan umum tidaklah mudah untuk dipecahkan.2

mengingat konsep pembangunan Indonesia pada dasarnya menggunakan konsep

pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan yang berkelanjutan merupakan standar yang tidak hanya

ditujukan bagi perlindungan lingkungan,3 melainkan juga bagi kebijakan

pembangunan, artinya dalam penyediaan, penggunaan, peningkatan kemampuan

sumber daya alam dan peningkatan taraf ekonomi, perlu menyadari pentingnya

pelestarian fungsi lingkungan hidup, kesamaan derajat antar generasi, kesadaraan

akan hak dan kewajiban masyarakat, pencegahan terhadap pembangunan yang

merusak dan tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan serta kewajiban untuk

turut serta dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan pada setiap lapisan

masyarakat.4

Pembangunan yang dilakukan Pemerintah dewasa ini antara lain pemenuhan

kebutuhan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, sebagaimana tertuang dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

1

Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Malang, Bayumedia Publishing, 2007, hal. 1.

2

I Wayan Suandra, Hukum Pertanahan Indonesia, cet. 1, Jakarta, Rineka Cipta, 1994, hal. 11.

3

Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan

Pemukiman Berkelanjutan, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2003, hal. 1.

4

(21)

Pembentukan peraturan perundang-undangan diperlukan pendekatan yang

mencerminkan pola pikir yang proaktif yang dilandasi sikap kritis dan obyektif, guna

mewujudkan cita-cita yang luhur bangsa Indonesia, maka diperlukan komitmen

politik yang sungguh-sungguh untuk memberikan dasar dan arah yang adil dalam

pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan tidak

menyengsarakan rakyat, sehingga adanya keseimbangan antara kepentingan

Pemerintah dan kebutuhan masyarakat.

Secara formal, kewenangan Pemerintah untuk mengatur bidang pertanahan

tumbuh dan mengakar dari Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang

menegaskan bahwa “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh Negara untuk dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat”. Kemudian ditunaskan secara kokoh dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut

UUPA). Selanjutnya merambah ke berbagai peraturan organik dalam bentuk

Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Presiden, dan Peraturan yang

diterbitkan oleh pimpinan instansi teknis di bidang pertanahan.5

Melalui hak menguasai dari Negara inilah, maka Negara selaku badan

penguasa akan dapat senantiasa mengendalikan atau mengarahkan pengelolaan fungsi

bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sesuai

dengan peraturan dan kebijakan yang ada, yaitu dalam lingkup penguasaan secara

5

(22)

yuridis yang beraspek publik.6

Intensitas pembangunan yang semakin meningkat dan keterbatasan persediaan

tanah membawa dampak semakin sulitnya memperoleh tanah untuk berbagai

keperluan, melonjaknya harga tanah secara tidak terkendali dan kecenderungan

perkembangan penggunaan tanah secara tidak teratur, terutama di daerah-daerah

strategis. Melonjaknya harga tanah membuat pemerintah semakin sulit melakukan

pembangunan untuk penyediaan prasarana dan kepentingan umum.

Seiring dengan perkembangan masyarakat dan untuk memperlancar jalannya

pembangunan untuk kepentingan umum, di satu pihak pemerintah memerlukan areal

tanah yang cukup luas. Pada pihak lain pemegang hak atas tanah yang akan

digunakan tanahnya oleh pemerintah untuk kepentingan pembangunan tidak boleh

dirugikan. Untuk mengatur hal tersebut diperlukan adanya suatu peraturan hukum

yang dapat diterima oleh masyarakat.

Pada masa sekarang ini adalah sangat sulit melakukan pembangunan untuk

kepentingan umum di atas tanah Negara, dan sebagai jalan keluar yang ditempuh

adalah dengan mengambil tanah-tanah hak. Kegiatan “mengambil” tanah (oleh

pemerintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum)

inilah yang kemudian disebut dengan pengadaan tanah.

UUPA sendiri memberikan landasan hukum bagi pengambilan tanah hak,

sebagaimana diatur dalam Pasal 18 yaitu untuk kepentingan umum, termasuk

kepentingan Bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas

6

Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara (Paradigma Baru Untuk Reformasi

(23)

tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti rugi yang layak menurut cara yang diatur

dengan Undang-Undang.

Sebagai landasan hukum pengadaan tanah, maka Pemerintah menerbitkan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan

Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (selanjutnya disebut Perpres

No. 65 Tahun 2006), membawa pengaturan yang jauh berbeda dengan yang diatur

dalam peraturan-peraturan perundangan sebelumnya, baik tentang pengertian

pengadaan tanah, tentang bentuk ganti rugi dan cara penetapan besarnya ganti

kerugian.

Pada dasarnya Peraturan Presiden tersebut memberikan kepastian hukum hak

atas tanah, mengantisipasi permasalahan tanah yang akan timbul dan mengarahkan

dengan fungsi sosial tanah dan rencana tata ruang. Pengadaan tanah menurut Pasal 1

Perpres No. 65 Tahun 2006 yaitu “setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan

cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah,

bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah”.

Agar pembangunan tetap dapat terpelihara, khususnya pembangunan berbagai

fasilitas untuk kepentingan umum yang memerlukan tanah, maka upaya hukum dari

pemerintah untuk memperoleh tanah-tanah tersebut dapat dilakukan diantaranya

dengan pengadaan tanah. Pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah untuk

memperoleh tanah untuk berbagai kepentingan pembangunan, khususnya bagi

kepentingan umum. Pada prinsipnya pengadaan tanah dilakukan dengan cara

(24)

tanahnya diperlukan untuk kegiatan pembangunan.7

Oleh karena itu untuk dapat menggunakan sebidang tanah, orang baik sendiri

maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum harus

mempunyai suatu hak atas tanah yang telah ditentukan oleh peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Penggunaan tanah tanpa hak adalah dilarang, termasuk

penggunaan tanah untuk pembangunan oleh pemerintah harus terlebih dahulu

dilandasi dengan alas hak atas tanah.8

Pembangunan oleh pemerintah, khususnya pembangunan fisik mutlak

memerlukan tanah. Tanah yang diperlukan tersebut dapat berupa tanah yang dikuasai

secara langsung oleh negara atau tanah yang sudah dipunyai dengan suatu hak oleh

suatu subyek hukum. Jika tanah yang diperlukan untuk pembangunan itu berupa

tanah negara, pengadaan tanahnya tidaklah sulit, yaitu pemerintah dapat langsung

mengajukan permohonan hak atas tanah tersebut untuk selanjutnya digunakan untuk

pembangunan. Namun demikian, tanah negara saat ini jarang ditemukan, oleh karena

itu tanah yang diperlukan untuk pembangunan umumnya adalah tanah hak yang dapat

berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai.

Kebutuhan akan tersedianya tanah untuk keperluan pembangunan tersebut

memberi peluang terjadinya pengambilalihan tanah untuk berbagai proyek, baik

untuk kepentingan negara/kepentingan umum maupun untuk kepentingan bisnis,

dalam skala besar maupun kecil.

7

Maria S.W. Sumardjono, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Jakarta, Kompas, 2008, hal. 280.

8

Buana, Dian Chandra, Analisis RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan: Mengulangi

Debat Lama Negara vs Rakyat, http://www.gema-nurani.com/2011/07, diakses pada tanggal 12

(25)

Syafruddin Kalo menyatakan bahwa, dalam praktek pelaksanaan pengadaan

tanah untuk kepentingan umum sering timbul permasalahan. Pelaksanaan pengadaan

tanah untuk kepentingan umum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Banyak

masalah yang timbul, tidak saja disebabkan kurang berjalannya musyawarah yang

dilakukan, tetapi ada kecenderungan setiap pembebasan tanah yang dilakukan

pemerintah dengan dalil untuk kepentingan umum, tetapi pada kenyataannya hal itu

menjadi proyek untuk tujuan komersil. Bahkan dalam pelaksanaannya Pemerintah

banyak mengabaikan segi-segi yuridisnya. Kecenderungan pemerintah mengabaikan

faktor-faktor yuridis dalam pembebasan atau pelepasan hak-hak atas tanah

masyarakat, disebabkan instansi Pemerintah tersebut lebih mementingkan jadwal

usulan proyek sesuai dengan tahap-tahapnya.9

Dalam kaitannya dalam pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum

tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Padang Lawas yang resmi berdiri sejak

diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007

tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten

Tapanuli Selatan dan selanjutnya menetapkan Sibuhuan sebagai Ibukota Kabupaten.10

Dengan penunjukan Sibuhuan sebagai Ibukota Kabupaten yang semula hanya sebagai

kecamatan, maka diperlukan pembangunan-pembangunan insfrastruktur untuk

mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lainnya. Oleh karena itu, pada saat ini

Pemerintah Kabupaten Padang Lawas sedang giat-giatnya melakukan pembangunan

9

Syafruddin Kalo, Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,

Pustaka Bangsa Press, 2004, hal. 124. 10

(26)

sarana dan prasana untuk kepentingan umum, baik itu gedung pemerintahan, sekolah,

puskesmas maupun jalan raya.

Selain pembangunan gedung-gedung perkantoran, Pemerintah Kabupaten

Padang Lawas juga meningkatkan infrastruktur jalan untuk kepentingan umum

sebagai salah satu faktor meningkatkan perekonomian masyarakatnya, termasuk

melakukan pelebaran-pelebaran jalan yang sudah ada. Sebagai konsekuensi dari

pelebaran jalan tersebut dibutuhkan pengadaan tanah dan oleh karena itu Pemerintah

Kabupaten Padang Lawas berkewajiban untuk membebaskan tanah-tanah milik

masyarakat yang berada disekitar jalan yang terkena rencana pembangunan pelebaran

jalan tersebut.

Namun di dalam pelaksanaannya, masyarakat yang tanahnya akan dibebaskan

tidak menerima ganti rugi dari Pemerintah Kabupaten Padang Lawas sebagaimana

yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undang. Dalam pengadaan tanah

untuk pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas, dapat dikatakan tindakan

Pemerintah Kabupaten Padang Lawas mengambil tanah dari masyarakat telah

bertindak dengan sewenang-wenang dengan tidak membayar ganti rugi. Selain itu

juga, masyarakat yang tanahnya terkena rencana pelebaran jalan merasa kecewa

karena selama ini pihak Pemerintah Kabupaten Padang Lawas tidak pernah memberi

penjelasan atau penyuluhan mengenai rencana pelebaran jalan tersebut.

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian dengan

judul “Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten

(27)

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan salah satu bagian yang penting dalam

suatu penelitian hukum. Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah aspek kepentingan umum dalam pengadaan tanah untuk pelebaran

jalan di Kabupaten Padang Lawas?

2. Bagaimanakah penetapan ganti rugi dalam proses pengadaan tanah bagi

pelaksanaan pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap hak-hak pemilik tanah dalam hal

ganti rugi tanah untuk kepentingan umum?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini maka dapat

dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui aspek kepentingan umum dalam pengadaan tanah untuk

pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas.

2. Untuk mengetahui penetapan ganti rugi dalam proses pengadaan tanah bagi

pelaksanaan pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap hak-hak pemilik tanah dalam

(28)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan

praktis, yaitu:

a. Secara teoritis hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan

pemikiran bagi peningkatan dan perkembangan hukum agraria tentang pengadaan

tanah untuk kepentingan umum.

b. Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

pemikiran-pemikiran baru kepada pemerintah dan masyarakat yang memerlukan

informasi yang berkaitan dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Universitas

Sumatera Utara, penelitian mengenai “Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan

Tanah Bagi Pelaksanan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Pelebaran

Jalan Di Kabupaten Padang Lawas)” belum pernah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini adalah asli adanya dan secara akademis

dapat dipertanggung jawabkan. Meskipun ada peneliti-peneliti pendahulu yang

pernah melakukan penelitian mengenai masalah pengadaan tanah untuk kepentingan

umum, namun secara judul dan substansi pokok permasalahan yang dibahas sangat

jauh berbeda dengan penelitian ini. Adapun penelitian tesis yang berkaitan dengan

pengadaan tanah untuk kepentingan umum tersebut yang pernah dilakukan adalah :

1. Penelitian Tesis oleh Syafruddin Kalo, pada tahun 1997, dengan judul

(29)

umum (Studi Kasus Proyek Jalan Lingkar Selatan Di Kotamadya Medan)”.

Adapun permasalahan yang dibahas adalah:

a. Bagaimana implementasi dari Keppres Nomor 55 Tahun 1993 dalam

pelaksanaan ganti rugi pada Proyek Jalan Lingkar Selatan di Medan ?

b. Hal-hal apa yang menjadi kendala dalam proses pelaksanaan ganti rugi

terhadap pelepasan hak atas tanah pada Proyek Jalan Lingkar Selatan di

Medan ?

c. Solusi apa yang ditempuh jika sebagian masyarakat tidak berkeinginan untuk

menerima ganti rugi yang telah ditetapkan dalam pelebaran Jalan Lingkar

Selatan di Medan ?

2. Penelitian Tesis oleh Elfriza Meutia, tahun 2004, dengan judul “ Pelaksanaan

Pelepasan Hak Atas Tanah Pada Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan

Kepentingan Umum”. Adapun permasalahan yang dibahas adalah:

a. Apakah pelaksanaan pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan pelabuhan

Ulee Lheu sudah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku ?

b. Adakah hambatan yang ditemui pada pelaksanaan pelepasan hak atas tanah

untuk pembangunan pelabuhan Ulee Lheue?

c. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang

ditemui dilapangan?

3. Penelitian Tesis oleh Abinur Hamzah, tahun 2006, dengan judul “Aspek Yuridis

Pelaksanaan Pengadaan tanah untuk kepentingan umum setelah keluarnya Perpres

Nomor 36 Tahun 2005 (Studi Kasus Kwala Namu di Kecamatan Pantai Labu dan

(30)

Morawa Kabupaten Deli Serdang)”. Adapun permasalahan yang dibahas adalah:

a. Bagaimanakah pengaturan pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan

umum sebelum dan sesudah keluarnya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun

2005?

b. Bagaimanakah penentuan besarnya ganti rugi dalam pelaksanaan pengadaan

tanah untuk kepentingan umum sebelum dan setelah keluarnya Peraturan

Presiden Nomor 36 Tahun 2005?

c. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam proses pelaksanaan pengadaan

tanah untuk kepentingan umum?

4. Penelitian Tesis oleh Bukhari, tahun 2008, dengan judul “Problematika

Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum : Studi

Kasus Pada Pembangunan Kampus Unimal Di Desa Reuleut Timur, Kecamatan

Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara”. Adapun permasalahan yang dibahas

adalah :

a. Apakah Pelaksanaan pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan kampus

Universitas Malikussaleh sudah sesuai dengan prosedur?

b. Hambatan apa yang ditemui pada pelaksanaan pengadaan tanah untuk

pembangunan kampus Universitas Malikussaleh?

c. Upaya apa sajakah yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ditemui

antara pemilik tanah dan Universitas Malikussaleh di lapangan?

5. Penelitian Tesis oleh Yuselina, tahun 2008, dengan judul “Pelepasan Hak Ulayat

Nagari Untuk Kepentingan Umum (Studi Pengadaan Tanah Dari Hak Ulayat

(31)

dibahas adalah:

a. Bagaimana pelaksanaan pengadaan tanah yang berasal dari hak ulayat nagari

Ketaping untuk pembangunan Bandar Udara International Minangkabau?

b. Apakah ada hambatan/masalah yang timbul dalam pelepasan hak ulayat

nagari ketaping untuk pembangunan Bandar Udara International

Minangkabau?

c. Upaya apakah yang dilakukan oleh pemerintah Daerah untuk mengatasi

hambatan/masalah dalam pengadaan tanah yang berasal dari hak ulayat untuk

kepentingan umum?

Jika diperhadapan penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian ini,

baik permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Oleh karena itu penelitian

ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Seiring dengan perkembangan masyarakat, hukumpun mengalami

perkembangan. Kontinuitas perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada

metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.11

Perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari teori hukum sebagai

landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk: “menjelaskan nilai-nilai hukum dan

postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga

11

(32)

penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang di bahas dalam bahasa

dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri’’.12

Teori adalah merupakan suatu pinsip yang di bangun dan dikembangkan

melalui proses penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan dan menjelaskan

suatu masalah.

Menurut W.L Neuman, yang pendapatnya dikutip oleh Otje Salman dan

Anton F Susanto, menyebutkan: “teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh

berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang

memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia. Ia adalah cara yang

ringkas untuk berfikir tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja”.13

Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam

membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.

Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori

tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.14

Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada

fakta-fakta yang menunjukkan ketidakbenarannya. Menurut Soerjono Soekamto,

bahwa “kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi,

aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori”.15

12

W. Friedman, Teori dan Filsafat Umum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996, hal. 2. 13

HR. Otje Salman S. dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Bandung, Refika Aditama, 2005, hal. 22.

14

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju, 1994, hal. 80. 15

(33)

Snelbecker mendefenisikan teori sebagai perangkat proposisi yang terintegrasi

sacara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara

logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati) dan berfungsi

sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.16

Kerangka teori yang digunakan adalah teori keadilan pemikiran Roscoe Pound

yang menganut teori Sociological Jurisprudence yang menitikberatkan pendekatan

hukum ke masyarakat. Menurut Sociological Jurisprudence, hukum yang baik

haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) di

masyarakat.17 Teori Roscoe Pound dikembangkan oleh Mochtar Kusumaatmadja

dalam bukunya berjudul Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, dimana

hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat (a tool of social engineering).

Kepentingan pembangunan, dimana pembangunan merupakan proses

perubahan terencana dan berjangka dari suatu kondisi menuju kondisi yang lebih baik

dalam rangka untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Dengan demikian

setiap kegiatan untuk kepentingan umum yang membutuhkan tanah-tanah rakyat

seharusnya memerlukan cakupan visi, misi, dan bidang kerja yang kedepannya

jelas-jelas terukur.

Konsep kepentingan umum harus dilaksanakan sejalan dengan terwujudnya

Negara, dimana hukum merupakan sarana utama untuk mewujudkan kepentingan

umum. Hukum tidak mempunyai pilihan lain kecuali disamping menjamin

16

Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002, hal, 34-35.

17

Roscoe Pound dalam Dayat Limbong, Penataan Lahan Usaha PK-5 Ketertiban vc

(34)

kepentingan umum juga melindungi kepentingan perorangan agar keadilan dapat

terlaksana. Hal ini berarti bahwa hukum sendiri tidak dapat dipisahkan dari norma

keadilan, karena hukum adalah pengejawantahan dari prinsip-prinsip keadilan. 18

Menurut Pluto, kepentingan negara selalu melebihi kepentingan pribadi,

sehingga apapun yang menjadi milik pribadi termasuk pula milik negara. Negara

harus mempunyai kekuasaan atas warganya. Kekuasaan itu diperlukan untuk

mendidik warganya dengan nilai-nilai moral. Bagi Pluto, individu memiliki

kecenderungan yang keras untuk bertindak atas dasar kepentingannya sendiri tetapi

negara harus mencegahnya.19

Untuk melaksanakan kepentingan pembangunan kepentingan umum, negara

mempunyai hubungan hukum dengan tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia

atas nama bangsa melalui peraturan perundang-undangan, yaitu UUPA dan peraturan

pelaksanaannya. Hubungan hukum tersebut dinamakan hak menguasai negara. Hak

ini tidak memberi kewenangan secara fisik dan menggunakannya seperti hak atas

tanah, karena sifatnya semata-mata sebagai kewenangan publik sebagaimana

dirumuskan dalam Pasal 2 UUPA.20

Kepentingan Bangsa dan Negara, setidaknya memberikan penjelasan dari

UUPA, tercantum pada penjelasan umum butir ke-2 menyebutkan bahwa

negara/pemerintah bukanlah subyek yang dapat mempunyai hak milik, demikian pula

tidak dapat sebagai subyek jual-beli dengan pihak lain untuk kepentingannya sendiri.

18

Tholahah Hasan, Pertanahan Dalam Perspektif Agama Islam dan Budaya Muslim,

Yogyakarta, STPN, 1999, hal. 37. 19

Arif Budiman, Teori Negara Kekuasaan dan Ideologi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1997, hal. 6.

20

Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah Di Bidang

(35)

Dalam arti bahwa negara tidak dapat berkedudukan sebagaimana individu. Menurut

Muhammad Yamin, bahwa Negara sebagai organisasi kekuasaan dalam

tingkatan-tingkatan tertinggi diberi kekuasaan sebagai badan penguasa untuk menguasai

bumi, air dan ruang angkasa, dalam arti bukan memiliki.21

Ada 3 (tiga) prinsip yang dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan

benar-benar untuk kepentingan umum, yaitu: 22

a. Kegiatan pembangunan tersebut benar-benar dimiliki oleh pemerintah,

b. Kegiatan pembangunan tersebut dilakukan oleh pemerintah,

c. Kegiatan pembangunan tersebut tidak mencari keuntungan (non profit).

Kegiatan pembangunan nasional khususnya pembangunan berbagai fasilitas

untuk kepentingan umum memerlukan bidang tanah yang cukup. Usaha-usaha

pengembangan perkotaan baik berupa perluasan, pembukaan tempat pemukiman baru

di pinggir kota, senantiasa membutuhkan tanah, hanya saja kebutuhan tersebut tidak

dengan mudah dapat dipenuhi.

Untuk memenuhi kebutuhan akan pembangunan fisik tersebut, masyarakat

sebagai pemegang hak atas tanah diharapkan dapat berperan serta dengan cara

merelakan tanah yang dimilikinya untuk diserahkan kepada pihak yang

membutuhkan, tentunya dengan mengikuti ketentuan yang ada, sebab pada asasnya

hak atas tanah itu mempunyai fungsi sosial, sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 6

UUPA.

21

Muhammad Yamin, Jawaban Singkat Pertanyaan-Pertanyaan Dalam Komentar Atas

Undang-Undang Pokok Agraria, Edisi Revisi, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2003, hal. 5.

22

Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk

(36)

Walaupun hak atas tanah yang dipunyai oleh seseorang atau badan hukum

berfungsi sosial, hak atas tanah tersebut sesuai dengan hukum tanah nasional

dilindungi dari gangguan pihak mana pun dan hak atas tanah tersebut tidak boleh

dirampas dengan sewenang-wenang serta dengan secara melawan hukum termasuk

oleh penguasa.

Oleh karenanya dalam rangka mengisi dan melaksanakan pembangunan untuk

sarana kepentingan umum perlu adanya pengadaan tanah yang merupakan langkah

pertama yang dilakukan untuk meningkatkan/menunjang pembangunan melalui

musyawarah dan mufakat dengan pemilik/pemegang hak atas tanah dan benda-benda

yang ada di atasnya. Musyawarah yang dilakukan terkait dengan pemberian ganti rugi

secara wajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sama dengan pembayaran ganti

rugi terhadap hak-hak lainnya atas tanah, bangunan dan tanaman dengan tata cara

yang diatur dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2006.

Menurut Boedi Harsono, pengadaan tanah bagi pelaksanaan kepentingan

umum harus dilakukan melalui musyawarah sesuai maksud Pasal 1 angka 10 Perpres

No. 36 Tahun 2005, yaitu proses atau kegiatan saling mendengar dengan sikap saling

menerima pendapat dan keinginan yang didasarkan atas kerelaan antara pihak

pemegang hak atas tanah dan pihak yang memerlukan tanah untuk memperoleh

kesepakatan menguraikan bentuk dan besarnya ganti kerugian. 23

Sementara Marmin M. Roosadijo berpendapat bahwa pembebasan tanah atau

mengambil tanah yang diperlukan oleh pemerintah dengan cara pembebasan banyak

23

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok

(37)

dipergunakan karena cara ini dianggap lebih cepat terlaksana, juga dianggap tidak

menimbulkan keresahan, sebab cara pembebasan tanah ini didasarkan adanya

keharusan tercapai kata sepakat. 24

Adanya kata sepakat atau musyawarah dalam pembebasan tanah dimaksudkan

untuk dapat memberikan rasa kesejahteraan bagi pemilik dan yang memerlukan

tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdurrahman, pembebasan tanah adalah

melepaskan hubungan hukum semula yang terdapat di antara pemegang

hak/penguasaan atas tanah dengan cara pemberian ganti rugi atas dasar musyawarah

dengan pihak yang bersangkutan. 25

Dalam kegiatan pengadaan tanah tersangkut kepentingan dua pihak, yaitu

instansi pemerintah yang memerlukan tanah dan masyarakat yang tanahnya

diperlukan untuk kegiatan pembangunan dimaksud. Oleh karena itu pengadaan tanah

dimaksud haruslah dilakukan melalui proses yang menjamin tidak adanya pemaksaan

kehendak dari satu pihak terhadap pihak yang lain, pengadaan tanah untuk

kepentingan pembangunan tersebut harus dilakukan dengan mengindahkan asas

keadilan.26

Dengan adanya asas keadilan dimaksudkan bahwa kepada masyarakat yang

terkena dampak diberikan ganti kerugian yang dapat memulihkan kondisi sosial

ekonominya, minimal setara dengan keadaan semula, dengan memperhitungkan

24

Marmin M. Roosadijo, Tinjauan Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada

Di Atasnya, Jakarta, Chalia Indonesia, 1997, hal. 38.

25

Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia,

Bandung, Citra Aditya Bakti, 1991, hal. 10. 26

(38)

kerugian terhadap faktor fisik maupun non fisik.27 Kerugian yang bersifat non

fisik misalnya, hilangnya bidang usaha atau sumber penghasilan, hilangnya

pekerjaan, dan lain-lain.

Ganti rugi merupakan suatu imbalan yang diterima oleh pemegang hak atas

tanah sebagai pengganti dari nilai tanah termasuk benda-benda yang berada

diatasnya, terhadap tanah yang telah dilepas atau diserahkan dan dengan adanya ganti

rugi ini menyebabkan pemegang hak atas tanah akan kehilangan hak atas tanah dan

bangunan yang berada diatasnya.

Maria S.W. Sumardjono mengatakan, ganti rugi dapat disebut adil apabila

keadaan setelah pengambilalihan tanah paling tidak kondisi sosial ekonominya setara

dengan keadaan sebelumnya, disamping itu ada jaminan terhadap kelangsungan

hidup mereka yang tergusur. 28

Disisi lain prinsip keadilan juga harus meliputi pihak yang membutuhkan

tanah agar dapat memperoleh tanah sesuai dengan rencana peruntukkannya dan

memperoleh perlindungan hukum.29 Dengan ditempatkannya asas keadilan di dalam

peraturan pengadaan tanah, hal tersebut mencerminkan keadilan distributif

sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles. Keadilan distributif ialah menyangkut

soal pembagian barang dan kehormatan kepada masing-masing orang sesuai dengan

tempatnya dalam masyarakat. Ia menghendaki agar orang-orang yang mempunyai

27 Ibid. 28

Maria S.W. Soemardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi Dan Implementasi, Edisi Revisi, Jakarta, Kompas, 2006, hal. 89.

29

(39)

kedudukan sama memperoleh perlakuan yang sama pula dihadapan hukum. 30

Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum

harus dilakukan dengan prinsip keadilan, yaitu dengan penghormatan terhadap

hak-hak atas tanah yang diusahak-hakan dengan cara seimbang dan dilakukan dengan cara

musyawarah. Perlakuan yang seimbang antara pemilik tanah dan yang membutuhkan

tanah adalah merupakan pemenuhan rasa keadilan bagi masing-masing pihak. Dalam

hal ini maka, Pemerintah harus bertindak secara adil dan dilaksanakan dengan etika

moral yang tinggi.

2. Konsepsi

Konsepsi diartikan sebagai ”kata yang menyatukan abstraksi yang

digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.”31

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa kerangka konsepsi pada hakekatnya

merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis

yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional

yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian.”32

Samadi Surya Brata memberikan arti mengenai pengertian konsep, yaitu

sebuah konsep berkaitan dengan defenisi operasional, “konsep diartikan sebagai

kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus,

30

W. Friedman, dalam Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet. Ke IV, Bandung, Citra Aditya Bakti. 1996, hal. 258.

31

Samadi Surya Barata, Metodologi Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998, hal. 28. 32

(40)

yang disebut dengan defenisi operasional”.33 Defenisi operasional perlu disusun,

untuk memberi pengertian yang jelas atas masalah, tidak boleh memiliki makna

ganda.

Selain itu, konsepsi juga digunakan untuk memberikan pegangan pada

proses penelitian. Oleh karena itu, dalam rangka penelitian ini, perlu dirumuskan

serangkaian defenisi operasional atas beberapa variable yang digunakan. Selanjutnya,

untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda

tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian

dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut:

Kepentingan umum adalah kepentingan sebagian besar lapisan masyarakat.34

Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara

memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan,

tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah.35

Tanah adalah tempat bermukim bagi umat manusia disamping sebagai sumber

kehidupan bagi mereka yang mencari nafkah melalui usaha.36

Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa pembangunan dalam arti

seluas-luasnya meliputi segi dari kehidupan masyarakat dan tidak hanya segi kehidupan

33

Samadi Surya Barata, Op.cit, hal. 3. 34

Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pasal 1 angka 5.

35

Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pasal 1.

36

Abdurrahman, Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,

(41)

ekonomi belaka. Maka dalam pembangunan tersebut maka peranan hukum mutlak

diperlukan37

Pemerintah Kabupaten adalah Kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera,

yang resmi berdiri berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 38,

Tahun 2007, tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2007, yang merupakan pemekaran

dari Kabupaten Tapanuli Selatan.38

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

“Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, artinya penelitian ini bertujuan

untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta (individu,

kelompok atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi”.39

Dengan penelitian yang bersifat deskriptif dimaksudkan untuk melukiskan keadaan

objek atau peristiwanya, kemudian menelaah dan menjelaskan serta menganalisa

data secara mendalam dengan mengujinya dari berbagai peraturan perundangan

yang berlaku maupun dari berbagai pendapat ahli hukum sehingga dapat

diperoleh gambaran tentang data faktual yang berhubungan dengan pelaksanaan

pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

37

Mochtar Kusumaatmaja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Bandung, Alumni 2002, hal. 19.

38

http://padanglawaskab.go.id/index.php?option = com_content & view = category & layout= blog&id=36&Itemid=53, diakses pada tanggal 23 Mei 2011.

39

(42)

2. Metode Pendekatan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bersifat

yuridis empiris. Metode yuridis empiris dipergunakan untuk mendapatkan jawaban

dari permasalahan dengan melihat berbagai aspek yang terdapat dalam pengadaan

tanah untuk kepentingan umum, sehingga akan diketahui secara hukum tentang

aspek kepentingan umum dalam pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan

untuk kepentingan umum.

3. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera

Utara.

Populasi adalah seluruh objek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau

seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini

adalah masyarakat yang sebagian tanahnya terkena proyek pelebaran jalan di

Kabupaten Padang Lawas.

Populasi dalam penelitian ini sangat luas, sehingga dipilih sampel sebagai

objek penelitian. Penentuan sampel dilakukan berdasarkan purposive sampling,40

yang artinya sampel telah ditentukan dahulu berdasar objek yang diteliti.

40

(43)

Selanjutnya setelah ditentukan sampel yang dijadikan objek penelitian, maka

ditentukan responden dari penelitian ini yaitu masyarakat yang tanahnya terkena

rencana pelebaran jalan dan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Padang Lawas.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data

primer dan data sekunder.

a. Data Primer dalam penelitian ini, akan dilakukan dengan cara wawancara secara

mendalam (deep interview) dilakukan secara langsung kepada responden dan

narasumber. Dalam hal ini, mula-mula diadakan beberapa pertanyaan untuk

mendapatkan keterangan lebih lanjut, sehingga dapat diperoleh jawaban yang

memperdalam data primer dan sekunder lainnya.

b. Data Sekunder dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa :

1. Bahan Hukum Primer

yaitu bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan, dokumen

resmi yang mempunyai otoritas yang berkaitan dengan permasalahan, yaitu

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria, Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,

Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Peraturan

Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden

(44)

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Peraturan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 65

Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun

2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum dan Rancangan Undang-undang Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

2. Bahan Hukum Sekunder

yaitu “semua bahan hukum yang merupakan publikasi dokumen tidak resmi

meliputi buku-buku, karya ilmiah.”41

3. Bahan Hukum Tertier

yaitu bahan yang memberikan maupun penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum,

jurnal ilmiah, majalah, surat kabar dan internet yang masih relevan dengan

penelitian ini.

5. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga

apa yang menjadi tujuan penelitian ini dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil

41

(45)

penelitian yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat

dipertanggung jawabkan hasilnya, maka dalam penelitian akan dipergunakan alat

pengumpulan data.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan wawancara

terhadap para responden yang dilakukan secara langsung yaitu antara lain:

1. Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Padang Lawas.

2. Masyarakat yang tanahnya terkena rencana pelebaran jalan sebanyak 30

(tigapuluh) kepala keluarga.

6. Analisis Data

“Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.42

Mengingat sifat penelitian maupun objek penelitian, maka semua data yang

diperoleh akan dianalisa secara kualitatif, dengan cara data yang telah terkumpul

dipisah-pisahkan menurut katagori masing-masing dan kemudian ditafsirkan dalam

usaha untuk mencari jawaban terhadap masalah penelitian. Dengan menggunakan

metode dedukatif ditarik suatu kesimpulan dari data yang telah selesai diolah tersebut

yang merupakan hasil penelitian.

42

(46)

BAB II

ASPEK KEPENTINGAN UMUM DALAM

PENGADAAN TANAH UNTUK PELEBARAN JALAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS

A. Gambaran Umum Kabupaten Padang Lawas

Aspirasi masyarakat terhadap pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan mulai

bergulir sejak tahun 1992 dengan adanya keputusan DPRD Kabupaten Tapanuli

Selatan Nomor 15/Kpts/1992 dan Nomor 16/Kpts/1992 tanggal 21 Maret 1992 yang

menyetujui pemekaran wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi tiga daerah

tingkat II dalam bentuk Kabupaten serta satu daerah dalam bentuk kotamadya, salah

satunya adalah Kabupeten Padang Lawas.43

Akhirnya melalui Sidang Paripurna DPR RI tangal 17 Juli 2007 ditetapkanlah

pengesahan RUU pembentukan Kabupaten Padang Lawas sebagai daerah otonomi

daerah baru pemekaran dari Kabupaten Tapanuli selatan dimana Kabupaten Padang

Lawas dengan ibukota Sibuhuan memiliki wilayah 11 Kecamatan dikurangi 10 desa

dari kecamatan Padang Sidimpuan Timur. Pembentukan Kabupaten Padang Lawas

kemudian diundangkan pada tanggal 10 Agustus 2007, yaitu melalui Undang-undang

No. 38 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas, Lembaga

Negara Republik Indonesia No.104.44

43

Sejarah Kabupaten Padang Lawas, http://padanglawaskab.go.id/index.php?option=

com_ content & view = article&id = 48: sejarah-kabpalas&catid=36:sejarah-palas&Itemid=53, diakses pada tanggal 23 Mei 2011.

44

(47)

Untuk Melaksanakan tugas di bidang Pemerintah, Pembangunan dan

Kemasyarakatan di Kabupaten Padang Lawas, Menteri Dalam Negeri telah melantik

Pejabat Bupati Padang Lawas yaitu Soripan Harahap yang melaksanakan tugas

sampai dilantiknya Bupati/Wakil Bupati Definitif pada tanggal 9 Februari 2009 yaitu

Basyrah Lubis dan Ali Sutan Harahap .

Kabupaten yang berada di bagian pada kawasan pantai timur Kabupaten

Padang Lawas dengan Ibukota Sibuhuan merupakan salah satu Provinsi Sumatera

Utara, dengan batas wilayah sebagai berikut:

-Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Batang Onang, Kecamatan

Portibi, Kecamatan Padang Bolak, Kecamatan Halongonan,

Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara;

-Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau;

-Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera

Barat, Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal; dan

-Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Bukit Malintang Kabupaten

Mandailing Natal, Kecamatan Sayur Matinggi dan Kecamatan

Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.45

Sektor yang paling dominan dalam mendukung kegiatan perekonomian di

Kabupaten Padang Lawas adalah sektor perkebunan. Adapun potensi mengenai

pengembangan perekonomian wilayah di Kabupaten Padang Lawas yaitu:

1. Sektor tanaman pangan merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan cukup pesat di Kabupaten Padang Lawas

45

Letak Geografis, http://padanglawaskab.go.id/index.php?option=com_content&view=article

Gambar

Tabel  1
Tabel  2
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

TATA CARA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG MENJAMIN KEDUDUKAN HUKUM PEMEGANG HAK ATAS TANAH (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

FfugFFnbugul'F]delhd'.

Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.. dengan judul: “INDEPENDENSI PANITIA PENGADAAN

Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan pemberian ganti rugi untuk pembebasan tanah dalam rangka pembangunan pelebaran jalan Ngaliyan – Mijen dilaksanakan dengan

Timur sedikit berbeda dengan kebijakan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang dimana Provinsi Jawa Timur menyamaratakan semua proses peng-adaan tanah skala kecil

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Bagi Kepentingan Umum Bersumber APBN.. PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

Padahal pengadaan tanah untuk kepentingan swasta yang bersifat komersil tidak dapat dilakukan dengan alasan kepentingan umum, dengan meminta bantuan pemerintah

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sejak tahun 1961 telah berlaku Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya,