• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK KEPENTINGAN UMUM DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASPEK KEPENTINGAN UMUM DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM TESIS"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas)

TESIS

Oleh:

RAHMA YANTI 097011036/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2012

(2)

ASPEK KEPENTINGAN UMUM DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

UNTUK KEPENTINGAN UMUM

(Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh:

RAHMA YANTI 097011036/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2012

(3)

Judul Tesis : Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas) Nama : Rahma Yanti

NIM : 097011036

Program : Magister Kenotariatan

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN.

K e t u a

Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH., M.Hum

Dr. Syahril Sofyan, SH., M.Kn

Anggota Anggota

Ketua Program Magister Kenotariatan Dekan

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum

Tanggal lulus : 17 Januari 2012

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 17 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN.

ANGGOTA : 1. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH., M.Hum 2. Dr. Syahril Sofyan, SH., MKn.

3. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum 4. Syafnil Gani, SH., M.Hum

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : RAHMA YANTI

NIM : 097011036

Program Studi : Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Judul Tesis : Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apa pun oleh Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya tidak akan menuntut pihak mana pun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, Januari 2012 Yang membuat Pernyataan

RAHMA YANTI

097011036

(6)

ABSTRAK

Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Pengadaan tanah guna kepentingan umum dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan Tanah. Pengadaan tanah guna kepentingan umum diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Nomor 65 Tahun 2006. Pelaksanaan pengadaan tanah merupakan persoalan yang kompleks karena terdapat berbagai tahapan dan proses yang harus dilalui serta adanya kepentingan pihak-pihak yang saling bertentangan, terutama mengenai penetapan ganti rugi yang seharusnya memenuhi rasa keadilan terutama bagi pemilik obyek tanah. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian dengan menjawab permasalahan, bagaimana aspek kepentingan umum dalam pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas?

bagaimana penetapan ganti rugi dalam proses pengadaan tanah bagi pelaksanaan pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas? dan bagaimana perlindungan hukum terhadap hak-hak pemilik tanah dalam hal ganti rugi tanah untuk kepentingan umum?

Metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Sumber data diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, didapati dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas tidak mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku, diantaranya yaitu tidak membentuk panitia pengadaan tanah, tidak dilakukannya sosialisasi mengenai pengadaan tanah kepada masyarakat dan tidak adanya pemberian ganti rugi kepada pemilik tanah.

Selanjutnya berdasarkan peraturan yang berlaku dapat dikatakan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas tidak memberi perlindungan hukum kepada pemilik tanah, dimana dengan sewenang-wenang mengambil tanah milik dari masyarakat tanpa mengikuti prosedur dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

Kata Kunci: Kepentingan Umum, Pengadaan Tanah, Pembangunan

(7)

ABSTRACT

Land procurement is any activity to obtain a lot of land by providing compensation to those releasing their land, building, plants and other properties related to the land. Land procurement for public use is implemented by Land Procurement Committee regulated in Presidential Regulation No. 36/2005 in connection with No. 65/2006. The implementation of land procurement is a complex problem because there are several stages and processes to undergo as well as conflict of interest, especially anything related to the determination of compensation which should meet the sense of justice especially to the owners of land. Based on this condition, the purpose of this descriptive study with emprical juridical approach were to find out how the aspect of public use was determined in the land procurement for road widening in Padang Lawas District, how the compensation was determined in the process of land procurement of road widening in Padang Lawas District and what legal protection is provided to maintain the right of land owners related to land compensation for public use.

The primary data for this study were obtained through interviewing the informants and the secondary data were the primary, secondary and tertiary legal materials obtained through documentation study method. The data obtained were qualitatively analyzed.

The result of this study showed that in the implementation of land procurement for road widening in Padang Lawas District was not done in accordance with the existing regulation of legislation, for example, the committee for land procurement was not established, this land procurement program was not socialized to the local community members, and the land owners did not receive any compensation. The conclusion drawn from the result of this study is that the District Government of Padang Lawas did not provide legal protection to the land owners, they even took over the land belonged to the local community members without following the procedures of land procurement for public used which have been regulated by regulation of legislation.

Keywords: Public Interest, Land Procurement, Development

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW berikut keluarga, para sahabat dan seluruh umat pengikutnya, atas terselesaikannya penulisan Tesis dengan judul “Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas).”

Penyusunan Tesis ini bertujuan untuk melengkapi syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan penuh kesadaran bahwa tiada satupun yang sempurna di muka bumi ini, penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan tesis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan terlebih dengan keterbatasan kemampuan, baik dari segi penyajian teknik penulisan maupun materi.

Penulisan tesis ini tidaklah mungkin akan menjadi sebuah karya ilmiah tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah ikut serta baik langsung maupun tidak langsung dalam usaha menyelesaikan tesis ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

(9)

Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan untuk dapat menjadi mahasiswa Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., CN., MS., selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan selaku Ketua Komisi Penguji dalam penelitian ini.

4. Bapak Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, M.Hum, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun teknik penulisan Tesis ini.

5. Bapak Dr. Syahril Sofyan, SH., MKn., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun teknik penulisan Tesis ini.

6. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum., selaku Ketua Komisi Penguji dalam penelitian ini.

7. Bapak Notaris Syafnil Gani, SH, M.Hum., selaku Anggota Komisi Penguji dalam penelitian ini.

8. Seluruh Staff Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh staff pegawai administrasi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(10)

10. Kepada Kakak tercinta Tetty Herawati, ST., Irma Desni, S.Pd., Abang Ahmad Andri, Anthoni Ahmad, A.md., dan Adik-adikku tersayang Agus Sarmadhan dan Ali Idris, terima kasih untuk doa, dukungan dan semangat yang terus kalian berikan hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11. Seluruh keluarga besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

12. Kepada rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2009 Group A: Mas Pudio Yunanto, Dony Kartien, Dikko Amar, Buchler Tarigan, Suhaili, Roy, Wina, Putri, Nida, Olif, kak Iin, Henny, Tessy, Inez, laila, Rani, Uda Rahmat Setiadi, Rudiansyah Pulungan, Bernadin Soaduan, dan seluruh rekan-rekan lainnya di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus, penulis menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orangtua tercinta, Almarhum Ayahanda Sarjono dan Ibunda Hj. Taing Rifna Hasibuan, S.Pd, yang telah membesarkan penulis dan memberikan kasih sayang yang tak terhingga serta telah memberikan doa restunya sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Akhirnya tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kesalahan baik yang disengaja maupun tidak sengaja. Penulis hanya bisa mendoakan agar semua pihak yang telah membantu selama ini dilipatgandakan pahalanya. Dengan iringan doa

(11)

semoga Allah SWT berkenan menerima amal ini menjadi sebuah nilai ibadah disisi-Nya dan dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan. Amiin Yaa Robbal’alamin

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Januari 2012 Penulis

RAHMA YANTI

(12)

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Rahma Yanti

Tempat / Tanggal Lahir : Psr. Ujung Batu, 05 Pebruari 1985

Jenis Klamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Lintas Riau, Kec. Sosa Kab. Padang Lawas

II. Keluarga

Nama Ayah : Alm. Sarjono

Nama Ibu : Hj. Taing Rifna Hasibuan, S.Pd

Nama Kakak : Tetty Herawati, ST

Irma Desni, S.Pd

Nama Abang : Ahmad Andri

Anthoni Ahmad, A.md

Nama adik : Agus Sarmadhan

Ali Idris

III. Pendidikan

1. Sekolah Dasar : Senter Pasar Ujung Batu Tamat Tahun 1997 2. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Sosa

Tamat Tahun 2000 3. Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 1 Sosa

Tamat Tahun 2003

4. S-1 Fakultas Hukum : Universitas Islam Sumatera Utara Tamat Tahun 2008

5. S-2 Magister Kenotariatan : Program Studi Magister Kenotariatan

Universitas Sumatera Utara

Tamat tahun 2011

(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Keaslian Penelitian... 10

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 13

1. Kerangka Teori ... 13

2. Konsepsi ... 21

G. Metode Penelitan ... 23

1. Spesifikasi Penelitian... 23

2. Metode Pendekatan... 24

3. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

4. Sumber Data... 25

5. Alat Pengumpulan Data ... 26

(14)

6. Analisis Data ... 27

BAB II ASPEK KEPENTINGAN UMUM DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PELEBARAN JALAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS ... 28

A. Gambaran Umum Kabupaten Padang Lawas... 28

B. Hak atas Tanah ... 32

1. Pengertian Hak atas Tanah... 32

2. Macam-macam Hak atas Tanah ... 34

C. Pengaturan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum... 37

1. Pengertian Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum... 37

2. Pengertian Kepentingan Umum ... 39

3. Dasar Hukum Pengadaan Tanah... 44

D. Asas-asas Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum... 45

E. Tata Cara Pengadaan Tanah... 48

F. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pelebaran Jalan di Kabupaten Padang Lawas ... 61

1. Gambaran Letak Jalan Yang Dilakukan Pelebaran ... 61

2. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pelebaran Jalan Untuk Kepentingan Umum ... 62

BAB III PENETAPAN GANTI RUGI DALAM PROSES PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PELEBARAN JALAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS . 71

A. Ganti Rugi Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum. ... 71

1. Pengertian Ganti Rugi... 71

2. Bentuk Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum... 75

(15)

B. Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Melalui Pembebasan Hak . 84

C. Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Melalui Pencabutan Hak... 89

D. Peran Panitia Pengadaan Tanah dalam Penetapan Ganti Rugi .... 90

E. Musyawarah Sebagai Dasar Penentuan Ganti Rugi. ... 92

F. Penetapan Ganti Rugi Pengadaan Tanah Untuk Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas. ... 95

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PEMILIK TANAH DALAM HAL GANTI RUGI TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM ... 104

A. Konsep Hukum Tanah Nasional... 104

B. Prinsip-Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah ... 107

C. Prinsip Penghormatan Terhadap Hak Atas Tanah... 113

D. Sengketa Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.. 119

E. Perlindungan Hukum Pemegang Hak Atas Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129

A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 130 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Letak dan Lebar Jalan Dalam Pelebaran Jalan

di Kabupaten Padang Lawas Utara... 62 2. Jumlah Pemilik Tanah Yang Tanahnya Dibebaskan

Untuk Pelebaran Jalan di Kabupaten Padang Lawas... 63

3. Respon Pemilik Tanah Terhadap Tidak Adanya

Ganti Rugi ... 101

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan penduduk harus juga diimbagi dengan perkembangan prasarana dan sarana penunjang kelangsungan hidupnya yang sesuai dengan perkembangan atau kemajuan-kemajuan zaman. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan yang dilaksanakan secara teratur dan berkelanjutan pada hakekatnya adalah untuk mengimbangi kenyataan-kenyataan sehubungan dengan terjadinya perkembangan penduduk.

Pembangunan merupakan upaya manusia dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dipergunakan bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan hidup manusia itu sendiri. Dengan memiliki cipta, rasa, dan karsa, manusia telah mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan datang.

Dalam arti bahwa pemanfaatan sumber daya alam bagi kebutuhan generasi sekarang juga mempertimbangkan dan memperhatikan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.

Tanah mempunyai peranan penting dalam hidup dan kehidupan masyarakat diantaranya sebagai prasarana dalam bidang perindustrian, perumahan dan jalan.

Tanah dapat dinilai sebagai benda tetap yang dapat digunakan sebagai tabungan masa depan. Tanah merupakan tempat pemukiman dari sebagian besar manusia, disamping sebagai sumber penghidupan bagi manusia yang mencari nafkah melalui usaha tani

(18)

dan perkebunan. Di sisi lain tanah harus dipergunakan dan dimanfaatkan sebesar- besarnya untuk kesejahteraan rakyat secara adil dan merata, juga harus dijaga kelestariannya.1

Tanah merupakan salah satu sarana kebutuhan yang amat penting dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum tidaklah mudah untuk dipecahkan.2 mengingat konsep pembangunan Indonesia pada dasarnya menggunakan konsep pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan yang berkelanjutan merupakan standar yang tidak hanya ditujukan bagi perlindungan lingkungan,3 melainkan juga bagi kebijakan pembangunan, artinya dalam penyediaan, penggunaan, peningkatan kemampuan sumber daya alam dan peningkatan taraf ekonomi, perlu menyadari pentingnya pelestarian fungsi lingkungan hidup, kesamaan derajat antar generasi, kesadaraan akan hak dan kewajiban masyarakat, pencegahan terhadap pembangunan yang merusak dan tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan serta kewajiban untuk turut serta dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan pada setiap lapisan masyarakat.4

Pembangunan yang dilakukan Pemerintah dewasa ini antara lain pemenuhan kebutuhan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, sebagaimana tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

1 Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Malang, Bayumedia Publishing, 2007, hal. 1.

2 I Wayan Suandra, Hukum Pertanahan Indonesia, cet. 1, Jakarta, Rineka Cipta, 1994, hal. 11.

3 Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2003, hal. 1.

4 Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1999, hal. 18-19.

(19)

Pembentukan peraturan perundang-undangan diperlukan pendekatan yang mencerminkan pola pikir yang proaktif yang dilandasi sikap kritis dan obyektif, guna mewujudkan cita-cita yang luhur bangsa Indonesia, maka diperlukan komitmen politik yang sungguh-sungguh untuk memberikan dasar dan arah yang adil dalam pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan tidak menyengsarakan rakyat, sehingga adanya keseimbangan antara kepentingan Pemerintah dan kebutuhan masyarakat.

Secara formal, kewenangan Pemerintah untuk mengatur bidang pertanahan tumbuh dan mengakar dari Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan bahwa “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Kemudian ditunaskan secara kokoh dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA). Selanjutnya merambah ke berbagai peraturan organik dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Presiden, dan Peraturan yang diterbitkan oleh pimpinan instansi teknis di bidang pertanahan.5

Melalui hak menguasai dari Negara inilah, maka Negara selaku badan penguasa akan dapat senantiasa mengendalikan atau mengarahkan pengelolaan fungsi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ada, yaitu dalam lingkup penguasaan secara

5 Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Bandung, Mandar Maju, 2010, hal. 1.

(20)

yuridis yang beraspek publik.6

Intensitas pembangunan yang semakin meningkat dan keterbatasan persediaan tanah membawa dampak semakin sulitnya memperoleh tanah untuk berbagai keperluan, melonjaknya harga tanah secara tidak terkendali dan kecenderungan perkembangan penggunaan tanah secara tidak teratur, terutama di daerah-daerah strategis. Melonjaknya harga tanah membuat pemerintah semakin sulit melakukan pembangunan untuk penyediaan prasarana dan kepentingan umum.

Seiring dengan perkembangan masyarakat dan untuk memperlancar jalannya pembangunan untuk kepentingan umum, di satu pihak pemerintah memerlukan areal tanah yang cukup luas. Pada pihak lain pemegang hak atas tanah yang akan digunakan tanahnya oleh pemerintah untuk kepentingan pembangunan tidak boleh dirugikan. Untuk mengatur hal tersebut diperlukan adanya suatu peraturan hukum yang dapat diterima oleh masyarakat.

Pada masa sekarang ini adalah sangat sulit melakukan pembangunan untuk kepentingan umum di atas tanah Negara, dan sebagai jalan keluar yang ditempuh adalah dengan mengambil tanah-tanah hak. Kegiatan “mengambil” tanah (oleh pemerintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum) inilah yang kemudian disebut dengan pengadaan tanah.

UUPA sendiri memberikan landasan hukum bagi pengambilan tanah hak, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 yaitu untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan Bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas

6 Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara (Paradigma Baru Untuk Reformasi Agraria), Yogyakarta, Citra Media, 2007, hal. 5.

(21)

tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti rugi yang layak menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang.

Sebagai landasan hukum pengadaan tanah, maka Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (selanjutnya disebut Perpres No. 65 Tahun 2006), membawa pengaturan yang jauh berbeda dengan yang diatur dalam peraturan-peraturan perundangan sebelumnya, baik tentang pengertian pengadaan tanah, tentang bentuk ganti rugi dan cara penetapan besarnya ganti kerugian.

Pada dasarnya Peraturan Presiden tersebut memberikan kepastian hukum hak atas tanah, mengantisipasi permasalahan tanah yang akan timbul dan mengarahkan dengan fungsi sosial tanah dan rencana tata ruang. Pengadaan tanah menurut Pasal 1 Perpres No. 65 Tahun 2006 yaitu “setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah”.

Agar pembangunan tetap dapat terpelihara, khususnya pembangunan berbagai fasilitas untuk kepentingan umum yang memerlukan tanah, maka upaya hukum dari pemerintah untuk memperoleh tanah-tanah tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan pengadaan tanah. Pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah untuk memperoleh tanah untuk berbagai kepentingan pembangunan, khususnya bagi kepentingan umum. Pada prinsipnya pengadaan tanah dilakukan dengan cara musyawarah antar pihak yang memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah yang

(22)

tanahnya diperlukan untuk kegiatan pembangunan.7

Oleh karena itu untuk dapat menggunakan sebidang tanah, orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum harus mempunyai suatu hak atas tanah yang telah ditentukan oleh peraturan perundang- undangan yang berlaku. Penggunaan tanah tanpa hak adalah dilarang, termasuk penggunaan tanah untuk pembangunan oleh pemerintah harus terlebih dahulu dilandasi dengan alas hak atas tanah.8

Pembangunan oleh pemerintah, khususnya pembangunan fisik mutlak memerlukan tanah. Tanah yang diperlukan tersebut dapat berupa tanah yang dikuasai secara langsung oleh negara atau tanah yang sudah dipunyai dengan suatu hak oleh suatu subyek hukum. Jika tanah yang diperlukan untuk pembangunan itu berupa tanah negara, pengadaan tanahnya tidaklah sulit, yaitu pemerintah dapat langsung mengajukan permohonan hak atas tanah tersebut untuk selanjutnya digunakan untuk pembangunan. Namun demikian, tanah negara saat ini jarang ditemukan, oleh karena itu tanah yang diperlukan untuk pembangunan umumnya adalah tanah hak yang dapat berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai.

Kebutuhan akan tersedianya tanah untuk keperluan pembangunan tersebut memberi peluang terjadinya pengambilalihan tanah untuk berbagai proyek, baik untuk kepentingan negara/kepentingan umum maupun untuk kepentingan bisnis, dalam skala besar maupun kecil.

7 Maria S.W. Sumardjono, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Jakarta, Kompas, 2008, hal. 280.

8 Buana, Dian Chandra, Analisis RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan: Mengulangi Debat Lama Negara vs Rakyat, http://www.gema-nurani.com/2011/07, diakses pada tanggal 12 Oktober 2011.

(23)

Syafruddin Kalo menyatakan bahwa, dalam praktek pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum sering timbul permasalahan. Pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Banyak masalah yang timbul, tidak saja disebabkan kurang berjalannya musyawarah yang dilakukan, tetapi ada kecenderungan setiap pembebasan tanah yang dilakukan pemerintah dengan dalil untuk kepentingan umum, tetapi pada kenyataannya hal itu menjadi proyek untuk tujuan komersil. Bahkan dalam pelaksanaannya Pemerintah banyak mengabaikan segi-segi yuridisnya. Kecenderungan pemerintah mengabaikan faktor-faktor yuridis dalam pembebasan atau pelepasan hak-hak atas tanah masyarakat, disebabkan instansi Pemerintah tersebut lebih mementingkan jadwal usulan proyek sesuai dengan tahap-tahapnya.9

Dalam kaitannya dalam pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Padang Lawas yang resmi berdiri sejak diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan dan selanjutnya menetapkan Sibuhuan sebagai Ibukota Kabupaten.10 Dengan penunjukan Sibuhuan sebagai Ibukota Kabupaten yang semula hanya sebagai kecamatan, maka diperlukan pembangunan-pembangunan insfrastruktur untuk mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lainnya. Oleh karena itu, pada saat ini Pemerintah Kabupaten Padang Lawas sedang giat-giatnya melakukan pembangunan

9 Syafruddin Kalo, Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pustaka Bangsa Press, 2004, hal. 124.

10 http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Padang_Lawas, diakses pada tanggal 29 Mei 2011.

(24)

sarana dan prasana untuk kepentingan umum, baik itu gedung pemerintahan, sekolah, puskesmas maupun jalan raya.

Selain pembangunan gedung-gedung perkantoran, Pemerintah Kabupaten Padang Lawas juga meningkatkan infrastruktur jalan untuk kepentingan umum sebagai salah satu faktor meningkatkan perekonomian masyarakatnya, termasuk melakukan pelebaran-pelebaran jalan yang sudah ada. Sebagai konsekuensi dari pelebaran jalan tersebut dibutuhkan pengadaan tanah dan oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Padang Lawas berkewajiban untuk membebaskan tanah-tanah milik masyarakat yang berada disekitar jalan yang terkena rencana pembangunan pelebaran jalan tersebut.

Namun di dalam pelaksanaannya, masyarakat yang tanahnya akan dibebaskan tidak menerima ganti rugi dari Pemerintah Kabupaten Padang Lawas sebagaimana yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undang. Dalam pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas, dapat dikatakan tindakan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas mengambil tanah dari masyarakat telah bertindak dengan sewenang-wenang dengan tidak membayar ganti rugi. Selain itu juga, masyarakat yang tanahnya terkena rencana pelebaran jalan merasa kecewa karena selama ini pihak Pemerintah Kabupaten Padang Lawas tidak pernah memberi penjelasan atau penyuluhan mengenai rencana pelebaran jalan tersebut.

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas)”.

(25)

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan salah satu bagian yang penting dalam suatu penelitian hukum. Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah aspek kepentingan umum dalam pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas?

2. Bagaimanakah penetapan ganti rugi dalam proses pengadaan tanah bagi pelaksanaan pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap hak-hak pemilik tanah dalam hal ganti rugi tanah untuk kepentingan umum?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini maka dapat dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui aspek kepentingan umum dalam pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas.

2. Untuk mengetahui penetapan ganti rugi dalam proses pengadaan tanah bagi pelaksanaan pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap hak-hak pemilik tanah dalam hal ganti rugi tanah untuk kepentingan umum.

(26)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu:

a. Secara teoritis hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran bagi peningkatan dan perkembangan hukum agraria tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

b. Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pemikiran-pemikiran baru kepada pemerintah dan masyarakat yang memerlukan informasi yang berkaitan dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai “Aspek Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Pelebaran Jalan Di Kabupaten Padang Lawas)” belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini adalah asli adanya dan secara akademis dapat dipertanggung jawabkan. Meskipun ada peneliti-peneliti pendahulu yang pernah melakukan penelitian mengenai masalah pengadaan tanah untuk kepentingan umum, namun secara judul dan substansi pokok permasalahan yang dibahas sangat jauh berbeda dengan penelitian ini. Adapun penelitian tesis yang berkaitan dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum tersebut yang pernah dilakukan adalah : 1. Penelitian Tesis oleh Syafruddin Kalo, pada tahun 1997, dengan judul

“Pelaksanaan ganti rugi dalam pelepasan hak-hak atas tanah untuk kepentingan

(27)

umum (Studi Kasus Proyek Jalan Lingkar Selatan Di Kotamadya Medan)”.

Adapun permasalahan yang dibahas adalah:

a. Bagaimana implementasi dari Keppres Nomor 55 Tahun 1993 dalam pelaksanaan ganti rugi pada Proyek Jalan Lingkar Selatan di Medan ?

b. Hal-hal apa yang menjadi kendala dalam proses pelaksanaan ganti rugi terhadap pelepasan hak atas tanah pada Proyek Jalan Lingkar Selatan di Medan ?

c. Solusi apa yang ditempuh jika sebagian masyarakat tidak berkeinginan untuk menerima ganti rugi yang telah ditetapkan dalam pelebaran Jalan Lingkar Selatan di Medan ?

2. Penelitian Tesis oleh Elfriza Meutia, tahun 2004, dengan judul “ Pelaksanaan Pelepasan Hak Atas Tanah Pada Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum”. Adapun permasalahan yang dibahas adalah:

a. Apakah pelaksanaan pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan pelabuhan Ulee Lheu sudah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku ?

b. Adakah hambatan yang ditemui pada pelaksanaan pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan pelabuhan Ulee Lheue?

c. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ditemui dilapangan?

3. Penelitian Tesis oleh Abinur Hamzah, tahun 2006, dengan judul “Aspek Yuridis Pelaksanaan Pengadaan tanah untuk kepentingan umum setelah keluarnya Perpres Nomor 36 Tahun 2005 (Studi Kasus Kwala Namu di Kecamatan Pantai Labu dan Proyek pelebaran Tanjung Morawa di desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung

(28)

Morawa Kabupaten Deli Serdang)”. Adapun permasalahan yang dibahas adalah:

a. Bagaimanakah pengaturan pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebelum dan sesudah keluarnya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005?

b. Bagaimanakah penentuan besarnya ganti rugi dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebelum dan setelah keluarnya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005?

c. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam proses pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum?

4. Penelitian Tesis oleh Bukhari, tahun 2008, dengan judul “Problematika Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum : Studi Kasus Pada Pembangunan Kampus Unimal Di Desa Reuleut Timur, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara”. Adapun permasalahan yang dibahas adalah :

a. Apakah Pelaksanaan pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan kampus Universitas Malikussaleh sudah sesuai dengan prosedur?

b. Hambatan apa yang ditemui pada pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan kampus Universitas Malikussaleh?

c. Upaya apa sajakah yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ditemui antara pemilik tanah dan Universitas Malikussaleh di lapangan?

5. Penelitian Tesis oleh Yuselina, tahun 2008, dengan judul “Pelepasan Hak Ulayat Nagari Untuk Kepentingan Umum (Studi Pengadaan Tanah Dari Hak Ulayat Untuk Bandar Udara International Minang Kabau). Adapun permasalahan yang

(29)

dibahas adalah:

a. Bagaimana pelaksanaan pengadaan tanah yang berasal dari hak ulayat nagari Ketaping untuk pembangunan Bandar Udara International Minangkabau?

b. Apakah ada hambatan/masalah yang timbul dalam pelepasan hak ulayat nagari ketaping untuk pembangunan Bandar Udara International Minangkabau?

c. Upaya apakah yang dilakukan oleh pemerintah Daerah untuk mengatasi hambatan/masalah dalam pengadaan tanah yang berasal dari hak ulayat untuk kepentingan umum?

Jika diperhadapan penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian ini, baik permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Oleh karena itu penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Seiring dengan perkembangan masyarakat, hukumpun mengalami perkembangan. Kontinuitas perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.11

Perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari teori hukum sebagai landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk: “menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga

11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1986, hal. 6.

(30)

penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang di bahas dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri’’.12

Teori adalah merupakan suatu pinsip yang di bangun dan dikembangkan melalui proses penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu masalah.

Menurut W.L Neuman, yang pendapatnya dikutip oleh Otje Salman dan Anton F Susanto, menyebutkan: “teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia. Ia adalah cara yang ringkas untuk berfikir tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja”.13

Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.

Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.14

Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang menunjukkan ketidakbenarannya. Menurut Soerjono Soekamto, bahwa “kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori”.15

12 W. Friedman, Teori dan Filsafat Umum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996, hal. 2.

13 HR. Otje Salman S. dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Bandung, Refika Aditama, 2005, hal. 22.

14 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju, 1994, hal. 80.

15 Soerjono Soekanto, Op.cit., hal. 6.

(31)

Snelbecker mendefenisikan teori sebagai perangkat proposisi yang terintegrasi sacara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.16

Kerangka teori yang digunakan adalah teori keadilan pemikiran Roscoe Pound yang menganut teori Sociological Jurisprudence yang menitikberatkan pendekatan hukum ke masyarakat. Menurut Sociological Jurisprudence, hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) di masyarakat.17 Teori Roscoe Pound dikembangkan oleh Mochtar Kusumaatmadja dalam bukunya berjudul Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, dimana hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat (a tool of social engineering).

Kepentingan pembangunan, dimana pembangunan merupakan proses perubahan terencana dan berjangka dari suatu kondisi menuju kondisi yang lebih baik dalam rangka untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Dengan demikian setiap kegiatan untuk kepentingan umum yang membutuhkan tanah-tanah rakyat seharusnya memerlukan cakupan visi, misi, dan bidang kerja yang kedepannya jelas- jelas terukur.

Konsep kepentingan umum harus dilaksanakan sejalan dengan terwujudnya Negara, dimana hukum merupakan sarana utama untuk mewujudkan kepentingan umum. Hukum tidak mempunyai pilihan lain kecuali disamping menjamin

16 Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002, hal, 34-35.

17 Roscoe Pound dalam Dayat Limbong, Penataan Lahan Usaha PK-5 Ketertiban vc Kelangsungan Hidup, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2006, hal. 15-16.

(32)

kepentingan umum juga melindungi kepentingan perorangan agar keadilan dapat terlaksana. Hal ini berarti bahwa hukum sendiri tidak dapat dipisahkan dari norma keadilan, karena hukum adalah pengejawantahan dari prinsip-prinsip keadilan. 18

Menurut Pluto, kepentingan negara selalu melebihi kepentingan pribadi, sehingga apapun yang menjadi milik pribadi termasuk pula milik negara. Negara harus mempunyai kekuasaan atas warganya. Kekuasaan itu diperlukan untuk mendidik warganya dengan nilai-nilai moral. Bagi Pluto, individu memiliki kecenderungan yang keras untuk bertindak atas dasar kepentingannya sendiri tetapi negara harus mencegahnya.19

Untuk melaksanakan kepentingan pembangunan kepentingan umum, negara mempunyai hubungan hukum dengan tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia atas nama bangsa melalui peraturan perundang-undangan, yaitu UUPA dan peraturan pelaksanaannya. Hubungan hukum tersebut dinamakan hak menguasai negara. Hak ini tidak memberi kewenangan secara fisik dan menggunakannya seperti hak atas tanah, karena sifatnya semata-mata sebagai kewenangan publik sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 2 UUPA.20

Kepentingan Bangsa dan Negara, setidaknya memberikan penjelasan dari UUPA, tercantum pada penjelasan umum butir ke-2 menyebutkan bahwa negara/pemerintah bukanlah subyek yang dapat mempunyai hak milik, demikian pula tidak dapat sebagai subyek jual-beli dengan pihak lain untuk kepentingannya sendiri.

18 Tholahah Hasan, Pertanahan Dalam Perspektif Agama Islam dan Budaya Muslim, Yogyakarta, STPN, 1999, hal. 37.

19 Arif Budiman, Teori Negara Kekuasaan dan Ideologi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1997, hal. 6.

20 Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah Di Bidang Pertanahan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008, hal. 23.

(33)

Dalam arti bahwa negara tidak dapat berkedudukan sebagaimana individu. Menurut Muhammad Yamin, bahwa Negara sebagai organisasi kekuasaan dalam tingkatan- tingkatan tertinggi diberi kekuasaan sebagai badan penguasa untuk menguasai bumi, air dan ruang angkasa, dalam arti bukan memiliki.21

Ada 3 (tiga) prinsip yang dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan benar- benar untuk kepentingan umum, yaitu: 22

a. Kegiatan pembangunan tersebut benar-benar dimiliki oleh pemerintah, b. Kegiatan pembangunan tersebut dilakukan oleh pemerintah,

c. Kegiatan pembangunan tersebut tidak mencari keuntungan (non profit).

Kegiatan pembangunan nasional khususnya pembangunan berbagai fasilitas untuk kepentingan umum memerlukan bidang tanah yang cukup. Usaha-usaha pengembangan perkotaan baik berupa perluasan, pembukaan tempat pemukiman baru di pinggir kota, senantiasa membutuhkan tanah, hanya saja kebutuhan tersebut tidak dengan mudah dapat dipenuhi.

Untuk memenuhi kebutuhan akan pembangunan fisik tersebut, masyarakat sebagai pemegang hak atas tanah diharapkan dapat berperan serta dengan cara merelakan tanah yang dimilikinya untuk diserahkan kepada pihak yang membutuhkan, tentunya dengan mengikuti ketentuan yang ada, sebab pada asasnya hak atas tanah itu mempunyai fungsi sosial, sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 6 UUPA.

21 Muhammad Yamin, Jawaban Singkat Pertanyaan-Pertanyaan Dalam Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Edisi Revisi, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2003, hal. 5.

22 Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hal. 75-76.

(34)

Walaupun hak atas tanah yang dipunyai oleh seseorang atau badan hukum berfungsi sosial, hak atas tanah tersebut sesuai dengan hukum tanah nasional dilindungi dari gangguan pihak mana pun dan hak atas tanah tersebut tidak boleh dirampas dengan sewenang-wenang serta dengan secara melawan hukum termasuk oleh penguasa.

Oleh karenanya dalam rangka mengisi dan melaksanakan pembangunan untuk sarana kepentingan umum perlu adanya pengadaan tanah yang merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk meningkatkan/menunjang pembangunan melalui musyawarah dan mufakat dengan pemilik/pemegang hak atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya. Musyawarah yang dilakukan terkait dengan pemberian ganti rugi secara wajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sama dengan pembayaran ganti rugi terhadap hak-hak lainnya atas tanah, bangunan dan tanaman dengan tata cara yang diatur dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2006.

Menurut Boedi Harsono, pengadaan tanah bagi pelaksanaan kepentingan umum harus dilakukan melalui musyawarah sesuai maksud Pasal 1 angka 10 Perpres No. 36 Tahun 2005, yaitu proses atau kegiatan saling mendengar dengan sikap saling menerima pendapat dan keinginan yang didasarkan atas kerelaan antara pihak pemegang hak atas tanah dan pihak yang memerlukan tanah untuk memperoleh kesepakatan menguraikan bentuk dan besarnya ganti kerugian. 23

Sementara Marmin M. Roosadijo berpendapat bahwa pembebasan tanah atau mengambil tanah yang diperlukan oleh pemerintah dengan cara pembebasan banyak

23 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta, Jambatan, 1995, hal. 191.

(35)

dipergunakan karena cara ini dianggap lebih cepat terlaksana, juga dianggap tidak menimbulkan keresahan, sebab cara pembebasan tanah ini didasarkan adanya keharusan tercapai kata sepakat. 24

Adanya kata sepakat atau musyawarah dalam pembebasan tanah dimaksudkan untuk dapat memberikan rasa kesejahteraan bagi pemilik dan yang memerlukan tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdurrahman, pembebasan tanah adalah melepaskan hubungan hukum semula yang terdapat di antara pemegang hak/penguasaan atas tanah dengan cara pemberian ganti rugi atas dasar musyawarah dengan pihak yang bersangkutan. 25

Dalam kegiatan pengadaan tanah tersangkut kepentingan dua pihak, yaitu instansi pemerintah yang memerlukan tanah dan masyarakat yang tanahnya diperlukan untuk kegiatan pembangunan dimaksud. Oleh karena itu pengadaan tanah dimaksud haruslah dilakukan melalui proses yang menjamin tidak adanya pemaksaan kehendak dari satu pihak terhadap pihak yang lain, pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan tersebut harus dilakukan dengan mengindahkan asas keadilan.26

Dengan adanya asas keadilan dimaksudkan bahwa kepada masyarakat yang terkena dampak diberikan ganti kerugian yang dapat memulihkan kondisi sosial ekonominya, minimal setara dengan keadaan semula, dengan memperhitungkan

24 Marmin M. Roosadijo, Tinjauan Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya, Jakarta, Chalia Indonesia, 1997, hal. 38.

25 Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1991, hal. 10.

26 Maria S.W. Soemardjono, Op.cit., hal. 282.

(36)

kerugian terhadap faktor fisik maupun non fisik.27 Kerugian yang bersifat non fisik misalnya, hilangnya bidang usaha atau sumber penghasilan, hilangnya pekerjaan, dan lain-lain.

Ganti rugi merupakan suatu imbalan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah sebagai pengganti dari nilai tanah termasuk benda-benda yang berada diatasnya, terhadap tanah yang telah dilepas atau diserahkan dan dengan adanya ganti rugi ini menyebabkan pemegang hak atas tanah akan kehilangan hak atas tanah dan bangunan yang berada diatasnya.

Maria S.W. Sumardjono mengatakan, ganti rugi dapat disebut adil apabila keadaan setelah pengambilalihan tanah paling tidak kondisi sosial ekonominya setara dengan keadaan sebelumnya, disamping itu ada jaminan terhadap kelangsungan hidup mereka yang tergusur. 28

Disisi lain prinsip keadilan juga harus meliputi pihak yang membutuhkan tanah agar dapat memperoleh tanah sesuai dengan rencana peruntukkannya dan memperoleh perlindungan hukum.29 Dengan ditempatkannya asas keadilan di dalam peraturan pengadaan tanah, hal tersebut mencerminkan keadilan distributif sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles. Keadilan distributif ialah menyangkut soal pembagian barang dan kehormatan kepada masing-masing orang sesuai dengan tempatnya dalam masyarakat. Ia menghendaki agar orang-orang yang mempunyai

27 Ibid.

28 Maria S.W. Soemardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi Dan Implementasi, Edisi Revisi, Jakarta, Kompas, 2006, hal. 89.

29 Syafruddin Kalo, Op.cit., hal. 156.

(37)

kedudukan sama memperoleh perlakuan yang sama pula dihadapan hukum. 30

Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum harus dilakukan dengan prinsip keadilan, yaitu dengan penghormatan terhadap hak- hak atas tanah yang diusahakan dengan cara seimbang dan dilakukan dengan cara musyawarah. Perlakuan yang seimbang antara pemilik tanah dan yang membutuhkan tanah adalah merupakan pemenuhan rasa keadilan bagi masing-masing pihak. Dalam hal ini maka, Pemerintah harus bertindak secara adil dan dilaksanakan dengan etika moral yang tinggi.

2. Konsepsi

Konsepsi diartikan sebagai ”kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.”31 Soerjono Soekanto berpendapat bahwa kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian.”32

Samadi Surya Brata memberikan arti mengenai pengertian konsep, yaitu sebuah konsep berkaitan dengan defenisi operasional, “konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus,

30 W. Friedman, dalam Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet. Ke IV, Bandung, Citra Aditya Bakti. 1996, hal. 258.

31 Samadi Surya Barata, Metodologi Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998, hal. 28.

32 Soerjono Soekanto, Op.cit, hal. 133.

(38)

yang disebut dengan defenisi operasional”.33 Defenisi operasional perlu disusun, untuk memberi pengertian yang jelas atas masalah, tidak boleh memiliki makna ganda.

Selain itu, konsepsi juga digunakan untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Oleh karena itu, dalam rangka penelitian ini, perlu dirumuskan serangkaian defenisi operasional atas beberapa variable yang digunakan. Selanjutnya, untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut:

Kepentingan umum adalah kepentingan sebagian besar lapisan masyarakat.34 Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah.35

Tanah adalah tempat bermukim bagi umat manusia disamping sebagai sumber kehidupan bagi mereka yang mencari nafkah melalui usaha.36

Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa pembangunan dalam arti seluas- luasnya meliputi segi dari kehidupan masyarakat dan tidak hanya segi kehidupan

33 Samadi Surya Barata, Op.cit, hal. 3.

34 Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pasal 1 angka 5.

35 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pasal 1.

36 Abdurrahman, Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1994, hal. 25.

(39)

ekonomi belaka. Maka dalam pembangunan tersebut maka peranan hukum mutlak diperlukan37

Pemerintah Kabupaten adalah Kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera, yang resmi berdiri berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 38, Tahun 2007, tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan.38

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

“Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, artinya penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta (individu, kelompok atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi”.39 Dengan penelitian yang bersifat deskriptif dimaksudkan untuk melukiskan keadaan objek atau peristiwanya, kemudian menelaah dan menjelaskan serta menganalisa data secara mendalam dengan mengujinya dari berbagai peraturan perundangan yang berlaku maupun dari berbagai pendapat ahli hukum sehingga dapat diperoleh gambaran tentang data faktual yang berhubungan dengan pelaksanaan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

37 Mochtar Kusumaatmaja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Bandung, Alumni 2002, hal. 19.

38 http://padanglawaskab.go.id/index.php?option = com_content & view = category & layout=

blog&id=36&Itemid=53, diakses pada tanggal 23 Mei 2011.

39 Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta, Garanit, 2004, hal. 58.

(40)

2. Metode Pendekatan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bersifat yuridis empiris. Metode yuridis empiris dipergunakan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan dengan melihat berbagai aspek yang terdapat dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum, sehingga akan diketahui secara hukum tentang aspek kepentingan umum dalam pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

3. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara.

Populasi adalah seluruh objek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang sebagian tanahnya terkena proyek pelebaran jalan di Kabupaten Padang Lawas.

Populasi dalam penelitian ini sangat luas, sehingga dipilih sampel sebagai objek penelitian. Penentuan sampel dilakukan berdasarkan purposive sampling,40 yang artinya sampel telah ditentukan dahulu berdasar objek yang diteliti.

40 Soerjono Soekanto, Op.cit., hal. 196-197. Populasi tersebut kemudian dipilih menjadi unit sampel penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pemilihan penggunaan teknik tersebut didasarkan kepada pertimbangan bahwa sampel yang akan diteliti memiliki karakteristik yang relatif sama untuk dipilih menjadi sampel responden. Bentuk sampling tersebut biasa diterapkan dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas hukum dalam masyarakat. Di samping alasan tersebut, purposive sampling dipilih agar benar-benar dapat menjamin, bahwa responden adalah unsur-unsur yang hendak diteliti dan yakin masuk dalam sampel yang dipilih.

(41)

Selanjutnya setelah ditentukan sampel yang dijadikan objek penelitian, maka ditentukan responden dari penelitian ini yaitu masyarakat yang tanahnya terkena rencana pelebaran jalan dan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Padang Lawas.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder.

a. Data Primer dalam penelitian ini, akan dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam (deep interview) dilakukan secara langsung kepada responden dan narasumber. Dalam hal ini, mula-mula diadakan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut, sehingga dapat diperoleh jawaban yang memperdalam data primer dan sekunder lainnya.

b. Data Sekunder dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa : 1. Bahan Hukum Primer

yaitu bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan, dokumen resmi yang mempunyai otoritas yang berkaitan dengan permasalahan, yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

(42)

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Rancangan Undang-undang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

2. Bahan Hukum Sekunder

yaitu “semua bahan hukum yang merupakan publikasi dokumen tidak resmi meliputi buku-buku, karya ilmiah.”41

3. Bahan Hukum Tertier

yaitu bahan yang memberikan maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum, jurnal ilmiah, majalah, surat kabar dan internet yang masih relevan dengan penelitian ini.

5. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan penelitian ini dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil

41 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, 2005, hal. 141.

(43)

penelitian yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka dalam penelitian akan dipergunakan alat pengumpulan data.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan wawancara terhadap para responden yang dilakukan secara langsung yaitu antara lain:

1. Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Padang Lawas.

2. Masyarakat yang tanahnya terkena rencana pelebaran jalan sebanyak 30 (tigapuluh) kepala keluarga.

6. Analisis Data

“Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.42

Mengingat sifat penelitian maupun objek penelitian, maka semua data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif, dengan cara data yang telah terkumpul dipisah-pisahkan menurut katagori masing-masing dan kemudian ditafsirkan dalam usaha untuk mencari jawaban terhadap masalah penelitian. Dengan menggunakan metode dedukatif ditarik suatu kesimpulan dari data yang telah selesai diolah tersebut yang merupakan hasil penelitian.

42 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 101.

(44)

BAB II

ASPEK KEPENTINGAN UMUM DALAM

PENGADAAN TANAH UNTUK PELEBARAN JALAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS

A. Gambaran Umum Kabupaten Padang Lawas

Aspirasi masyarakat terhadap pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan mulai bergulir sejak tahun 1992 dengan adanya keputusan DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 15/Kpts/1992 dan Nomor 16/Kpts/1992 tanggal 21 Maret 1992 yang menyetujui pemekaran wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi tiga daerah tingkat II dalam bentuk Kabupaten serta satu daerah dalam bentuk kotamadya, salah satunya adalah Kabupeten Padang Lawas.43

Akhirnya melalui Sidang Paripurna DPR RI tangal 17 Juli 2007 ditetapkanlah pengesahan RUU pembentukan Kabupaten Padang Lawas sebagai daerah otonomi daerah baru pemekaran dari Kabupaten Tapanuli selatan dimana Kabupaten Padang Lawas dengan ibukota Sibuhuan memiliki wilayah 11 Kecamatan dikurangi 10 desa dari kecamatan Padang Sidimpuan Timur. Pembentukan Kabupaten Padang Lawas kemudian diundangkan pada tanggal 10 Agustus 2007, yaitu melalui Undang-undang No. 38 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas, Lembaga Negara Republik Indonesia No.104.44

43 Sejarah Kabupaten Padang Lawas, http://padanglawaskab.go.id/index.php?option=

com_ content & view = article&id = 48: sejarah-kabpalas&catid=36:sejarah-palas&Itemid=53, diakses pada tanggal 23 Mei 2011.

44 Ibid.

(45)

Untuk Melaksanakan tugas di bidang Pemerintah, Pembangunan dan Kemasyarakatan di Kabupaten Padang Lawas, Menteri Dalam Negeri telah melantik Pejabat Bupati Padang Lawas yaitu Soripan Harahap yang melaksanakan tugas sampai dilantiknya Bupati/Wakil Bupati Definitif pada tanggal 9 Februari 2009 yaitu Basyrah Lubis dan Ali Sutan Harahap .

Kabupaten yang berada di bagian pada kawasan pantai timur Kabupaten Padang Lawas dengan Ibukota Sibuhuan merupakan salah satu Provinsi Sumatera Utara, dengan batas wilayah sebagai berikut:

-Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Batang Onang, Kecamatan Portibi, Kecamatan Padang Bolak, Kecamatan Halongonan, Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara;

-Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau;

-Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat, Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal; dan -Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Bukit Malintang Kabupaten

Mandailing Natal, Kecamatan Sayur Matinggi dan Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.45

Sektor yang paling dominan dalam mendukung kegiatan perekonomian di Kabupaten Padang Lawas adalah sektor perkebunan. Adapun potensi mengenai pengembangan perekonomian wilayah di Kabupaten Padang Lawas yaitu:

1. Sektor tanaman pangan merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan cukup pesat di Kabupaten Padang Lawas

45Letak Geografis, http://padanglawaskab.go.id/index.php?option=com_content&view=article

&id=4, diakses pada tanggal 23 Mei 2011.

(46)

2. Komoditas tanaman yang juga pertumbuhannya pesat adalah kemiri, lada, aren, nilam dan tembakau.

3. Pengembangan di sektor perkebunan di Kabupaten Padang Lawas menjadi sektor penunjang utama kegiatan perekonomian masyarakat.

4. Tanaman buah buahan yang menunjang perekonomian di Kabupaten Padang Lawas adalah mangga,duku dan durian.

5. Di tingkat Kabupaten, peternakan ayam kampung, itik, kambing dan domba, produksinya juga yang mengalami pertumbuhan yang cepat.46

Khusus sektor perkebunan besar jenis kelapa sawit telah membuat Kecamatan Sosa, Kecamatan Batang Lubu Sutam dan sekitarnya, Barumun Tengah, Kecamatan Huristak, Lubuk Barumun dan Kecamatan Barumun menjadi penyumbang kontribusi besar terhadap keuangan daerah Tapsel dulunya sebelum pemekaran dan Padang Lawas sekarang pasca pemekaran.

Di luar potensi alam di bidang perkebunan, Padang Lawas juga memiliki potensi sumber daya alam yang sangat menggembirakan di sektor pertambangan. Itu antara lain jenis Batu Bara di Kecamatan Sosopan dan Sosa, Timah hitam di Batang Lubu Sutam, Ulu Barumun, juga Kecamatan Sosa dan Sosopan. Kemudian minyak bumi di Barumun Tengah (Lapangan Tonga I dan Lapangan Tonga II). Itu ditambah lagi dengan bahan galian non logam seperti kapur, marmer, granit dan batu gamping di Kecamatan Sosopan serta Pasir Kuarsa di Kecamatan Huristak dan Barumun Tengah.

Walaupun Kabupaten Padang Lawas memiliki sumber daya alam yang melimpah, Namun kondisi Padang Lawas, terutama Sibuhuan sebagai Ibukota dan pusat pemerintahan hingga saat ini masih seperti Ibukota Kecamatan. Artinya tidak ada perubahan dari sekedar Ibukota Kecamatan Barumun, Kabupaten Tapanuli

46Perekonomian,http://padanglawaskab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&

id = 48:sejarah-kabpalas&catid=36:sejarah-palas&Itemid=53, diakses pada tanggal 23 Mei 2011.

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan 50% terjadi degenerasi melemak pada sebagian sel hepar, 12,25% degenerasi melemak hampir pada keseluruhan sel hati, 12,25% degenerasi melemak yang disertai

Beberapa keunggulan sistem ini adalah berbasis web dan terintegrasi dengan basisdata yang sesuai dengan arsitektur basis data terintegrasi IPB, melengkapi kebutuhan

redaksional yang diterapkan RRI Pro 1 Yogyakarta dalam menyiarkan berita.. terkait kasus sedang berkembang di tengah masyarakat seperti pada kasus penggusuran

- Untuk BMKG Pusat, hasil laporan monitoring dalam bentuk soft-copy yang dikirimkan melalui e-mail pengguna operasional dan disajikan dalam website produk satelit BMKG serta

Tiap kondisi alarm akan dimonitor pada Vacuum dan Sistem Air ( Contohnya; Status Pompa yang digunakan,Jadwal perawatan, Pengering Tak Berfungsi, dan Temperatur Tinggi. Sistem

MADUKORO BLOK AA -

Nurul Ilmi Semarang adalah pelatihan bagaimana menerapkan pembelajaran English for Math untuk anak usia dini dan dengan materi Mathematics: Vfthat your.. Child Wil be

Tahap pelaksanaan tindakan adalah tahap mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Peneliti melaksanakan tindakan menggunakan strategi