ABSTRAK
Eliezer Sianturi1
Satu persoalan dalam bidang hukum tanah yang nampaknya tidak pernah
selesai dari masa kemasa adalah persoalan pengambilan tanah kepunyaan masyarakat
atau penduduk untuk keperluan proyek pembangunan pemerintah demi kepentingan
umum.Persoalan pengadaan tanah, pencabutan hak, pengambilan tanah, pemerolehan
tanah atau dengan nama apapun selalu melibatkan dua dimensi yang harus
ditempatkan secara seimbang. Perkembangan undang-undang yang berkaitan dengan
pengaturan tanah di Indonesia semenjak zaman kolonial hingga zaman
kemerdekaan.Di mulai pada masa pemerintahan kolonial belanda dimana dalam
prakteknya dikenal Onteigenings Ordonnantie yang tidak mengenal adanya delegasi
undang-undang. Setelah masa colonial belanda, masuk masa pendudukan jepang
.Pada masa pendudukan Jepang fungsi tanah untuk kepentingan pemerintah penjajah
merupakan fungsi yang terkuat dibandingkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti
fungsi sosial atas tanah bagi bangsa Indonesia. Yang terakhir adalah zaman setelah
Indonesia merdeka, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan Prof. Dr. M. Yamin, SH, MS, CN**
Affan Mukti, SH, M.Hum***
* Mahasiswa Departemen Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ** Dosen Pembimbing I Departemen Hukum Agraria Universitas Sumatera Utara *** Dosen Pembimbing II Departemen Hukum Agraria Univerisitas Sumatera Utara
sejahtera berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia diperlukan tanah yang pengadaannya dilaksanakan dengan mengedepankan
prinsip kemanusiaan demokratis dan adil.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif yakni merupakan penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada
berbagai peraturan perundang-undangan tertulis dan berbagai literatur yang berkaitan
dengan permasalahan dalam skripsi (law in book). Data yang digunakan yaitu data
skunderyang diperoleh melalui studi kepustakaan, peraturan perundang-undangan,
jurnal hukum, kamus hukum, dan bahan kuliah yang berhubungan dengan penelitian
ini.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa aspek hukum ganti kerugian
berdasarkan Undang-Undang yang berlaku, Arti ganti rugi menurut Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2012.
Dalam Pasal 1 angka 10 “ganti kerugian adalah penggantian yang layak dan
adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah.sedangkan bentuk ganti
ruginya beerupa:
a. Uang;
b. Tanah pengganti;
c. Pemukiman kembali;
d. Kepemilikan saham;atau
e. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak