• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 PH Organ Genetalia Internal

2.2.2 Pengertian Keputihan

Keputihan merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Cairan yang keluar tersebut harus dibedakan antara cairan/lendir normal dan cairan/lendir tidak normal (Kasdu, 2005). Keadaan biasa, cairan tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (Mansjoer, 2000).

Indikasi adanya masalah kesehatan jika keputihan tersebut mulai berubah warna, gatal dan mengeluarkan bau yang kurang enak. Hampir semua perempuan mengalami keputihan minimal satu atau dua kali seumur hidupnya (Boyke, 2007). Keputihan merupakan manisfestasi klinis berbagai infeksi keganasan atau tumor jinak reproduksi. Keluhan keputihan pada wanita harus dianggap serius karena akibatnya sangat kompleks dan banyak (Manuaba, 2008).

2.2.3 Etiologi

Penyebab keputihan dibagi 2 macam yaitu: 1. Penyebab Non Patologis

a. Bayi baru lahir hingga berusia kira-kira 10 hari. Hal ini terjadi Karena pengaruh hormon esterogen dan progesteron.

b. Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang. Keadaan ini ditunjang oleh hormone esterogen.

c. Seorang wanita yang mengalami kegairahan seksual. Hal ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada senggama.

d. Masa disekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim.

e. Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah kedaerah vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina. f. Akseptor kontrasepsi pil dan akseptor IUD.

g. Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang menderita penyakit kronik, atau pada wanita yang mengalami strees.

2. Penyebab Patologis

Keputihan bisa karena banyak hal. Benda asing, luka pada vagina, kotoran dari lingkungan, air tak bersih, pemakaian tampon atau panty liner berkesinambungan. Semua ini potensial membawa jamur, bakteri, virus, dan parasit:

a. Jamur Candida warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya, kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.

b. Parasit Trichomonas Vaginalis

Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.

c. Kuman (Bakteri)

Bakteri Gardnella-Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Juga menyebabkan peradangan vagina tak spesifik. Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah Menjadi senyawa amino bau amis, berwarna keabu-abuan. Beberapa jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit kelamin. Gonococcus, atau lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan, yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman Neisseria gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol, deterjen, dan sinar matahari. Cara penularannya melalui senggama.

d. Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil- kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina,

mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim.

e. Chlamydia Trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata trakhoma. Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa.

f. Treponema Pallidium, adalah penyebab penyakit kelamin sifilis. Penyakit ini dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan (Mims, 2004).

Selain infeksi keputihan tidak normal disebabkan oleh : a. Benda Asing

Tidak jarang ada pasien yang datang dengan keputihan setelah diperiksa alat kelaminnya ternyata mengandung benda asing. Benda asing yang dimaksud seperti biji-bijian (pada anak-anak) maupun sisa-sisa kondom (pada perempuan dewasa).

b. Kanker

Gejala keputihan yang sukar sembuh dengan pengobatan biasa (antibiotik dan anti jamur) yang telah dilakukan oleh dokter, perlu dipikirkan akan kemungkinan penyebabnya adalah sesuatu keganasan seperti kanker lehar rahim.

c. Kelainan Alat Kelamin

Pada keadaan tertentu bisa terjadi secara abnormal lubang (saluran) yang menghubungkan vagina dengan kandung kemih ataupun rectum. Bisa juga hal

ini terjadi akibat cidera persalinan operasi pengangkatan rahim, radiasi pada kanker organ reproduksi, atau akibat kanker itu sendiri.

d. Masa Menopause (Berhentinya Haid)

Pada masa menopause, sel-sel vagina mengalami hambatan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon pemacu, esterogen (menjadi atrofi). Vagina menjadi kering, sering timbul rasa gatal karena tipisnya sel, sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.

2.2.4 Diagnosis

Gatal (pruritis) dan cairan vagina. Karakter cairan vagina seperti keju, lunak berwarna putih susu, mungkin bergumpal dan berbau. Rasa nyeri pada vagina, sensasi terbakar pada vulva, dispareuni dan disuria juga dapat dikeluhkan. (Felix, 2007). Pemeriksaan kasus keputihan dilakukan sebagai konfirmasi terhadap gejala yang disampaikan klien atau yang timbul pada waktu anamnesa.

1. Genetalia Luar

Pemeriksaan untuk mengetahui ; a. Tanda kemerahan

b. Cairan yang keluar dari vagina c. Luka atau rasa nyeri kalau di sentuh d. Kelainan lain

2. Genetalia Dalam

a. Tanda peradangan pada selaput lendir vagina atau servik dan adanya nanah b. Cairan vagina (duh tubuh vagina) (Sofyan, 2006).

3. Diagnosis penyebab infeksi a. Trikomoniasis

1) Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang banyak dan berbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan perdarahan intermenstrual, encer, busuk, dan fly bitten

2) Jumlah keputihan banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna sekret putih, kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa (foamy). Terdapat eritema dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5% tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas.

3) Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)

4) Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)

b. Kandidosis vulvovaginal

1) Anamnesis: keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau

2) Rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan bisa banyak, bergumpal, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu pecah. Pada dinding vagina biasanya dijumpai

gumpalan keju (cottage cheeses). Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi, psuedomembran, fissura dan lesi satelit papulopustular

3) Laboratorium: pH vagina <4,5 dan Whiff test (-)

4) Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang hifa asli bersepta

c. Vaginosis bacterial

1) Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu berhubungan seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik

2) Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina. Tidak ada tanda-tanda inflamasi.

3) Laboratorium: pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)

4) Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosi d. Servisitis Gonore

1) Anamnesis: Gejala subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana

2) Duh tubuh serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan.

4) Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler

e. Klamidiasis

1) Anamnesis: gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan

2) Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles)

3) Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA

4) Mikroskopik: dengan pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer dan badan retikulat

3.Diagnosis penyebab benda asing 4.dignosis penyebab keganasan

diagnosis keganasan dapat dilakukan dengan cara Pap Smear, kol[poskopi, schiller test, biopsy, mikrokaratase

2.2.5 Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis keputihan patologis dapat dilakukan dengan: 1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara pengambilan specimen pada wanita dari apusan duh tubuh dari endoserviks, uretra, muara kelenjar bartholini maupun rectum. Specimen tersebut digunakan untuk pemeriksaan dengan pengecatan gram dan kultur. Pengambilan dilakukan dengan memakai speculum yang telah dibasahi dengan air kemudian dimasukkan kedalam vagina, sedangkan penggunaan antiseptic, minyak pelumas/ lubrikan dihindari.

Swab (lidi kapas) steril dimasukkan kedalam kanalis sevikalis 2-3 cm. kemudian swab diputar untuk mendapatkan duh tubuh endoserviks

2. Prep KOH

Pemeriksaan KOH (kalium Hidroksida ) merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis pada setiap kasus karena infeksi jamur. Pemeriksaan dilakukan dengan cara meneteskan larutan KOH 10% pada kaca objek letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup biarkan ± 15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik untuk mempercepat proses lisis

3. Pap Smear

Papsmear merupakan pemeriksaan usapan untuk melihat keadaan sel-sel di leher rahim di bawah mikroskop. Cara pemeriksaan dengan menggunakan spatula atau sejenis sikat halus (cytobrush), sel-sel leher rahim diambil oleh seorang dokter atau bidan untuk dioleskan dan difiksasi pada kaca benda, kemudian dengan dokter spesialis PA (Patologi Anatomi) yang mendiagnosa hasil. Pemeriksaan Papsmear dilakukan bagi wanita yang sudah menikah, Papsmear dilakukan pada hari pertengahan siklus haid. Hal ini agar benar-benar bersih dari bercak darah.

Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui jenis kuman atau bakteri penyebab keputihan patologis apabila dengan pengobatan biasa tidak membuat keputihan berkurang atau sembuh. Cara pemeriksaan yaitu hanya dengan mengambil cairan/lendir dari vagina dengan menggunakan swab tertentu yang kemudian dimasukkan ke cairan / sediaan tertentu yang kemudian dibawa ke laboratorium. Tidak menimbulkan rasa nyeri, hanya tidak nyaman sedikit dan harus rileks, hasil akan diperoleh setelah 5 hari. Dengan adanya kultur, dokter akan dapat memberikan terapy yang tepat untuk jenis bakteri atau kuman penyebab keputihan.

2.2.6 Pencegahan

Pencegahan adalah mencegah terjadinya penyakit selama hal ini mungkin dilakukan.

1. Kebersihan Daerah Kemaluan

Kebersihan daerah kemaluan perlu diperhatikan. Kebiasaan membersihkan daerah kemaluan setelah buang air kecil atau buang air besar harus benar. Cara cebok yang aman adalah mengalirkan air dari depan ke belakang demikian pula saat mengeringkannya, bila arah ini salah maka kuman dari daerah anus dapat mencemari sekitar vagina yang lebih sensitif untuk mengalami infeksi.

2. Dalam keadaan haid atau menggunakan pembalut, gunakanlah pakaian dalam yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang ke depan

4. Jangan gunakan handuk bersama orang lain dan hindari penggunaan pakaian renang basah bergantian.

5. Selain itu keputihan sering terjadi bersamaan dengan reaksi alergi pada daerah kemaluan terhadap bahan sintetis dari pakaian dalam atau pembalut perempuan, sebaiknya gunakan pakain dalam dari katun.

2.3 Vulva Hygiene

Dokumen terkait