• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Kajian Teori

2.2.2 Kesehatan Bank

2.2.2.1 Pengertian Kesehatan Bank

Kesehatan bank bisa didefinisikan sebagai kondisi suatu bank untuk melaksanakan kegiatan operasional perbankan secara wajar dan mampu mencapai

semua target kewajibannya dengan baik serta dengan opsi-opsi yang berlaku dengan peraturan perbankan yang tertera (Triandaru dan Budisantoso, 2006:51).

Rivai, dkk menyebutkan (2012: 465) β€œsehat atau tidaknya keadaan keuangan dan non keuangan bank merupakan kepentingan semua elemen yang terlibat, baik owner, jajaran manajer bank, bank pemerintah (diwakili oleh Bank Indonesia) dan pengguna jasa bank. Dengan diketahuinya keadaan suatu bank dapat dipergunakan oleh pihak - pihak yang di atas untuk melakukan evaluasi peningkatan kualitas serta kinerja bank dalam melaksanakan prinsip kehati–hatian, kepatuhan terhadap aturan-aturan yang berlaku dan manajemen resiko”. Berkembangnya persaingan sektor perbankan, terutama dalam inovasi produk dan jasa yang semakin kompleks dan lengkap akan meningkatkan eksposur resiko yang dihadapi oleh bank. Perubahan eksposur resiko bank dan pengaplikasian manajemen resiko akan mempengaruhi profil resiko bank yang selanjutnya berakibat pada keadaan bank secara menyeluruh.

Berkembangnya metodologi penilaian kondisi bank bersifat dinamis sehingga sistem penilaian kesehatan bank harus disesuaikan agar lebih terlihat secara pas kenyataan realitas bank yang sesungguhnya, baik untuk waktu saat ini maupun di masa yang akan datang. Perencanaan kembali hal tersebut antara lain meliputi penyempurnaan pendekatan penelitian (kualitatif dan kuantitatif) dan penambahan faktor penilaian jika perlu. Bagi perbankan, hasil penilaian kondisi bank tersebut dapat dipergunakan sebagai salah satu cara dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia dapat digunakan sebagai sarana penetapan kebijakan dan implementasi strategi terhadap pengawasan, agar pada waktu yang ditetapkan bank-bank yang ada di tanah air terkhusus bank BUMN dapat mengimplementasikan sistem penilaian tingkat kesehatan bank yang tepat dan benar.

2.2.2.2 Metode Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

1. Metode CAMELS

Dengan semakin tingginya kompleksitas usaha dan resiko profil, bank perlu menjelaskan masalah-masalah yang bisa saja timbul dari operasional bank. Maka dari itu Bank indonesia menetapkan penilaian tingkat

19

kesehatan bank berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 dan SE No.6/ 23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dan SE No.6/ 23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dengan mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS sebagai berikut yang terdiri dari: Permodalan (Capital), Kualitas Asset (Asset Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earnings), Likuiditas (Liquidity), Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk). Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikasi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. 2. Metode RGEC

Sebuah peristiwa besar terjadi di tahun 2008 yaitu krisis keuangan global dampak dari peristiwa ini adalah memberikan pembelajaran yang amat penting bagi sektor industri perbankan tanah air kita dalam memfokuskan pengembangan dan inovasi dalam hal produk, jasa dan aktivitas perbankan yang tidak berimbang dengan penerapan manajemen resiko yang berkualitas bisa mengakibatkan permasalahan mendasar pada bank maupun pada sistem keuangan secara menyeluruh. Melalui Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-Based

Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi,

dengan mencakup penilaian meliputi faktor-faktor sebagai berikut : Profil resiko (Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (Earnings), dan Permodalan (Capital) atau disingkat menjadi metode RGEC menggantikan metode terdahulu yakni Metode CAMELS yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004. Dalam Surat Edaran (SE)

Bank Indonesia No/13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian terhadap faktor-faktor RGEC terdiri dari :

a. Profil Resiko (Risk)

Faktor penilaian ini dilakukan dengan risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam kegiatan operasional bank terhadap 8 risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko strategis, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Pada penelitian ini peneliti mengukur faktor Risk

Profile dengan menggunakan 2 indikator yaitu faktor risiko kredit

dengan menggunakan rumus NPL dan risiko likuiditas dengan rumus LDR.

i. Risiko Kredit

Risiko ini adalah risiko yang diakibatkan karena gagalnya debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko kredit dengan menghitung rasio Non Performing Loan :

NPL = πΎπ‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π΅π‘’π‘Ÿπ‘šπ‘Žπ‘ π‘Žπ‘™π‘Žβ„Ž

π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΎπ‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘₯ 100%

Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011

Tabel 2.3

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Non Performing

Loan

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat 0% - 2%

2 Sehat 2% - 5%

3 Cukup Sehat 5% - 8%

4 Kurang Sehat 8% - 11%

5 Tidak Sehat > 11%

21

ii. Risiko Likuiditas

Risiko ini adalah akibat dikarenakan tidak mampu-nya Bank untuk menyanggupi kewajiban yang sudah jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang bisa diagunkan, tanpa menganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko ini juga disebut risiko likuiditas pendanaan (Funding Equity Risk). Risiko likuiditas juga bisa disebabkan karena ketidakmampuan bank dalam melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar yang signifikan. Risiko likuiditas dengan menghitung rasio Loan to Deposit Ratio : LDR = π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΎπ‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘

π·π‘Žπ‘›π‘Ž π‘ƒπ‘–β„Žπ‘Žπ‘˜ πΎπ‘’π‘‘π‘–π‘”π‘Ž π‘₯ 100%

Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011

Tabel 2.4

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Loan to Deposit Ratio

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat 50% - 75%

2 Sehat 75% - 85%

3 Cukup Sehat 85% - 100%

4 Kurrang Sehat 100% - 120%

5 Tidak Sehat > 120%

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012

b. Good Corporate Governance (GCG)

Menurut Sutedi (2012:2), β€œGood Corporate Governance secara definitif merupakan β€œsitem yang mengatur dan mengontrol perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (Value Added) untuk semua pemangku kepentingan”. terdapat 2 hal yang diprioritaskan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk

mendapatkan informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya, dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melaksanakan pengungkapan (disclouser) secara akurat, tepat waktu, dan transparan dalam terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan Stakeholder. Singkat kata ada empat pilar utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini, yaitu Fairness,

Tranparency, Accountability, dan Responsibility. Keseluruhan

empat pilar tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan laporan keuangan. Juga mencatat GCG secara konsisten dapat menjadi penghambat (Constrain) aktifitas rekayasa kinerja yang berdampak pada laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. GCG merupakan penilaian terhadap kualitas Manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Umum dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Penilain pelaksanakan GCG bank mempertimbangkan faktor- faktor penilaian GCG secara komprehensif dan terstruktur, mencakup governance structure,

governance process, dan governance outcome. Berdasarkan SE

OJK No.13/SEOJK.03/2017 tahun 2017 bank diharuskan melakukan uji penilaian sendiri (Self Assesment) terhadap pelaksanaan GCG. Nilai komposit GCG membantu peneliti dalam melihat keadaan GCG masing-masing bank. Parameter pelaksanaan prinsip-prinsip GCG yang digunakan dalam menilai faktor GCG antara lain :

a) Terlaksananya tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris b) Terlaksananya tugas dan tanggung jawab Direksi

23

d) Penyelesaian benturan kepentingan e) Penerapan aturan kepatuhan bank f) Penerapan aturan audit internal g) Penerapan aturan audit eksternal

h) Penerapan aturan manajemen resiko dan pengendalian internal i) Alokasi dana pada pihak yang terkait dan debitur besar

j) Kejelasan kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan laporan interim

k) Perencanaan strategis bank.

Tabel 2.5

Matrik Kriteria Penetapan Peringkat Good Corporate

Governance

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat Memiliki NK < 1,5

2 Sehat Memiliki NK 1,5 ≀ NK < 2,5

3 Cukup Sehat Memiliki NK 2,5 ≀ NK < 3,5 4 Kurang Sehat Memiliki NK 3,5 ≀ NK < 4,5 5 Tidak Sehat Memiliki NK 4,5 ≀ NK < 5 Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP/2007 c. Rentabilitas (Earnings)

Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan rentabilitas, dan manajemen rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank dengan kinerja peer group, baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian terhadap faktor earnings didasarkan pada dua rasio yaitu: ROA dan NIM.

i. Return on Assets (ROA) ROA = πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π‘†π‘’π‘π‘’π‘™π‘’π‘š π‘ƒπ‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜

π‘…π‘Žπ‘‘π‘Žβˆ’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘Žπ‘ π‘ π‘’π‘‘ π‘₯ 100%

Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011

Tabel 2.6

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Return on Asset (ROA)

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat > 1,5%

2 Sehat 1,25% - 1,5%

3 Cukup sehat 0,5% - 1,25%

4 Kurang sehat 0,% - 0,5%

5 Tidak sehat ≀ 0%

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012

ii. Net Interest Margin (NIM) NIM = π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π΅π‘’π‘›π‘”π‘Ž π΅π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž

π‘…π‘Žπ‘‘π‘Žβˆ’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘Žπ‘ π‘’π‘‘ π‘π‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘’π‘˜π‘‘π‘–π‘“ π‘₯ 100% Sumber : Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

Tabel 2.7

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Net Interest Margin (NIM)

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat sehat > 3%

2 Sehat 2% - 3%

3 Cukup sehat 1,5% - 2%

4 Kurang sehat 1,% - 1,5%

5 Tidak sehat ≀ 1%

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012

d. Permodalan (Capital)

Penilaian faktor ini meliputi evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan. Dalam

25

melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil risiko bank. Semakin tinggi risiko bank semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut. Rasio kecukupan modal dengan menghitung rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pengertian modal dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia.

Tabel 2.8

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Capital Adequacy Ratio (CAR)

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat sehat β‰₯ 11%

2 Sehat 9,5% - 11%

3 Cukup sehat 8% - 9,5%

4 Kurang sehat 6,5% - 8%

5 Tidak sehat < 6,5%

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012 e. Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank

Pemeringkatan komposit tingkat kesehatan bank ditetapkan berdasarkan analisa secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap faktor dan dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum penilaian tingkat kesehatan bank umum. Nilai komposit untuk rasio keuangan masing-masing komponen yang menempati peringkat komposit akan bernilai sebagai berikut :

a) Posisi 1 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 5 b) Posisi 2 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 4

c) Posisi 3 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 3 d) Posisi 4 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 2 e) Posisi 5 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 1

Nilai komposit yang telah didapatkan dari mengalikan tiap ceklist kemudian ditentukan bobotnya dengan mempresentasekan. Adapun bobot/presentase untuk menentukan peringkat komposit keseluruhan komponen tersebut sebagai berikut :

Tabel 2.9

Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC

Bobot Peringkat Komposit Keterangan

86-100 PK 1 Sangat sehat

71-85 PK 2 Sehat

61-70 PK 3 Cukup sehat

41-60 PK 4 Kurang sehat

<40 PK 5 Tidak sehat

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012

2.2.2.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dalam Perspektif Islam

Pendapat Triandaru dan Budisantoso (2006:51) β€œkesehatan bank adalah kondisi suatu bank untuk melaksanakan kegiatan operasional perbankan secara wajar dan dapat mencapai semua target kewajibannya dengan baik serta dengan cara yang sesuai peraturan yang berlaku”. Jadi kepatuhan bank dalam menyesuaikan dan menyempurnakan penilaian tingkat kesehatan menunjukkan pembuktian dalam menjalankan amanah dari nasabahnya. Amanah adalah segala sesuatu yang diberikan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan yang mencakup di dalamnya Khilafah

Ilahiyah (Khalifat Allah, Ibad Allah), Khilafah takwiniah (al-taklif al syar’iah) dalam

kaitannya dengan hablun minallah dan hablun min al-nas, secara etimologi amanah bermakna al-wafa (memenuhi dan menyampaikan) dan wad’iah (titipan), sedangkan secara penjelasan amanah berarti memenuhi apa yang dititipkan kepadanya. Dalil tentang amanah dalam firman Allah sebagai berikut :

Dokumen terkait