• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

E. Kerangka Teori

1. Pengertian Konsumen

Konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Secara harfiah arti kata

consument adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan

barang. Begitu pula kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen.9

Dalam naskah-naskah akademik dan/atau berbagai naskah pembahasan rencangan peraturan perundang-undangan, cukup banyak dibahas dan dibicarakan tentang berbagai peristilahan yang termasuk dalam lingkup perlindungan konsumen, antara lain:

1. Badan Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman (BPHN), menyusun batasan tentang konsumen akhir, yaitu pemakaian dari barang, digunakan untuk keperluan diri sendiri, keluarga diri sendiri atau orang lain, dan tidak untuk diperjualbelikan.

2. Batasan konsumen dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat bagi

9

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Huk um Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hal. 22.

kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

3. Dalam naskah akademis yang dipersiapkan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH-UI) bekerja sama dengan Departemen Perdagangan RI, konsumen adalah setiap orang atau keluarga yang mendapatkan barang utuk dipakai dan tidak utuk diperdagangkan.10 2. Tinjauan Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri.11 Dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan: “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.” Perlindungan konsumen mencakup dua aspek, yang dijelaskan sebagai berikut:12

1. Perlindungan terhadap kemungkinan diserahkan kepada konsumen barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati atau melanggar ketentuan undang-undang. Dalam kaitan ini termasuk persoalan-persoalan mengenai penggunaan bahan baku, proses produksi, proses distribusi, desain produk, dan

10

Ibid., hal. 23.

11

Janus Sidabalok, Huk um Perlindungan Konsumen di Indonesia , (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014), hal. 7.

12

sebagainya, apakah telah sesuai dengan standar sehubungan keamanan dan keselamatan konsumen atau tidak.

2. Perlindungan terhadap diberlakukannya kepada konsumen syarat-syarat yang tidak adil. Dalam kaitan ini termasuk persoalan-persoalan promosi dan periklanan, standar kontrak, harga, layanan penjual, dan sebagainya.

3. Asas-Asas Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama seluruh pihak yang terkait, masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah berdasarkan lima asas, yang menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ini adalah13:

1. Asas manfaat; 2. Asas keadilan; 3. Asas keseimbangan;

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen;serta 5. Asas kepastian hukum.

4. Hak-Hak Konsumen

Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan juga sejumlah hak konsumen yang mendapat jaminan dan perlindungan dari hukum, yaitu:14

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/ atau jasa;

13

Ibid., hlm. 25-26.

14

Janus Sidabalok, Huk um Perlindungan Konsumen di Indonesia , (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014), hal. 32-33.

2. Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ atau jasa yang digunakan;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/ atau penggantian apabila barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

5. Hukum Jual Beli

Al bai’ atau jual beli merupakan akad yang diperbolehkan, hal ini berdasarkan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun Al Hadits, diantaranya dalil-dalil yang memperbolehkan jual beli, yaitu: 1. QS. An-Nisa (4): 29 “Hai orang-orang yang beriman! Jangan lah

dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”. Ayat ini merujuk pada perniagaan atau transaksi-transaksi

dalam muamalah yang dilakukan secara batil. Ayat ini mengundikasikan bahwa Allah SWT melarang kaum muslimin untuk memakan harta orang lain secara batil.

2. Dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulllah saw bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka” (HR.Al Baihaqi dan Ibnu Majah). Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ibnu Majah ini merupakan dalil atas keabsahan jual beli secara umum. Hadits ini memberikan persyaratan bahwa jual beli harus dilakukan dengan adanya kerelaan masing-masing pihak ketika melakukan transaksi.15

6. Perlindungan Konsumen dalam Hukum Islam

Dalam AL-Qur’an dijelaskan dalam surah Hud ayat 84 dan 86:

ِمَِۡقَٰ َي َلاَق ۡۚاٗبۡيَعُش ۡهَُاَخَأ َيَيۡدَو َٰلَوَإَِ

ْاوُدُبۡعٱ

َ ذللّٱ

ُهُ ۡيَۡغ ٍٍََٰلِإ ۡيِّو هُكَم اَو

ۥ

َ

لََو

ْاِ ُصُقٌَت

َلاَيۡكِىۡلٱ

َو

َناَيزِىۡلٱ

ٖمَِۡي َباَذَع ۡهُكۡيَنَع ُفاَخَأ ٓ ِّنّوَإِ ٖ ۡيَِۡبِ هُكَٰىَرَأ ٓ ِّنِّإ

ٖطيِ ُّمُّ

٨٤

ِمَِۡقَٰ َيَو

ْاُِفۡوَأ

َلاَيۡكِىۡلٱ

َو

َناَيزِىۡلٱ

ِب

ِط ۡسِقۡمٱ

ْاِ ُس َخۡبَت لََوَ

َساذلنٱ

15

Dimyouddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hal. 72.

ِفِ ْاَِۡثۡعَت َلََو ۡهََُءٓاَيۡشَأ

ِضرَۡ ۡ

لۡٱ

َييِدِسۡفُو

٨٥

ُتذيِقَب

ِ ذللّٱ

هُتٌُك نِإ ۡهُكذم ٞ ۡيَۡخ

ٖظيِفَ ِبِ هُكۡيَنَع ۠اًََأ ٓاَوَو ۡۚ َيٌِِوۡؤُّو

٨٦

yaitu: “Dan kepada (penduduk) Madyan (kami utus) saudara mereka,

Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia, dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab yang membinasakan (kiamat). Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukuplah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat

kejahatan dan membuat kerusahan”.16

Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu perbuatan yang menyipang dari ajaran Allah Swt yaitu kecurangan dalam perdagangan. Allah Swt mengutus Nabi Syu’aib dan menyampaikan kepada kaumnya untuk tidak mengurangi takaran dan timbangan. Dalam menjalankan usaha Allah Swt menyampaikan bahwa pedagang harus menunaikan hak-hak konsumen dengan baik tanpa harus mengurangi hak konsumen tersebut, tidak berbuat zalim kepada konsumen dan melaksanakan perdagangan dengan adil.17

Ketidakadilan dalam bertransaksi dalam jual beli dikarenakan terjadinya penyalahgunaan kelemahan yang dimiliki oleh konsumen, itu semua dapat terjadi (1) ketika sebelum transaksi jual beli berlangsung (pratransaksi) berupa iklan atau promosi yang tidak benar, (2) ketika transaksi itu sendiri sedang berlangsung dengan cara tipu muslihat, dan (3)

16

Aulia Muthiah, Huk um Perlindungan Konsumen Dimensi Huk um Posifit dan Ek onomi

Syariah , (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2018), hal. 84.

17 Ibid.

ketika transaksi telah berlangsung dimana pelaku usaha tidak tahu menahu dengan kerugian yang ditanggung konsumen.

1. Perlindungan dari Pemalsuan dan Informasi Tidak Benar. 2. Perlindungan terhadap Hak Pilih dan Nilai Tukar Tidak Wajar. 3. Perlindungan terhadap Keamanan Produk dan Lingkungan Sehat. 4. Perlindungan dari Pemakaian Alat Ukur Tidak Tepat.

5. Hak Mendapatkan Ganti Rugi Akibat Negatif Produk.