• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Manfaat Penelitian

II. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4. Pengertian Kredit

Kata “Kredit” berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti ”Kepercayaan” atau dalam bahasa latin “ Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Menurut Teguh Puljo Muljono (1993:10) Kredit merupakan kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran yang akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah disepakati. Menurut UU Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan lain pihak dalam hal pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai kredit yaitu:

a. Ada suatu penyerahan uang atau tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut kepada pihak lain, dengan tujuan pemberi pinjaman memperoleh tambahan nilai pokok dari pinjaman tersebut atau yang sering disebut bunga yang akan menjadi pendapatan bagi pemberi pinjaman.

b. Pemberian kredit didasari atas suatu perjanjian yang saling

mempercayai, serta kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya masing-masing.

c. Dalam pemberian kredit tersebut mengandung kesepakatan pelunasan utang dan bunga yang akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

5. Fungsi Kredit

Menurut Untung (2000:4) kredit dalam kehidupan perekonomian sekarang dan juga dalam perdagangan, mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Meningkatkan daya guna uang.

b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang. d. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi e. Meningkatkan kegairahan berusaha. f. Meningkatkan pemerataan pendapatan. g. Meningkatkan hubungan internasional.

6. Prinsip-Prinsip Perkreditan

Dalam proses pemberian kredit yang sehat, biasanya dikenal prinsip 5C atau ada juga yang mengenalnya dengan 6C. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:

a. Character

Dasar dari pemberian kredit adalah rasa kepercayaan, jadi yang mendasari suatu kepercayaan adalah keyakinan dari pihak bank

bahwa si peminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagi manusia, kehidupan sebagi anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.

b. Capacity

Capacity merupakan suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajiban dari kegiatan usaha yang dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Jadi dapat dikatakan capacity bertujuan untuk menilai kemampuan debitur untuk melunasi pinjaman yang diberikan dari hasil usaha yang diperolehnya tersebut sesuai perjanjian yang telah disepakati.

c. Capital

Merupakan jumlah dana atau modal yang dimiliki oleh calon debitur. Semakin besar modal yang dimiliki calon debitur maka semakin dipercaya untuk memperoleh kredit. Hal ini dengan pertimbangan jika usaha debitur mengalami kemunduran atau pasar sedang lesu, setidaknya modal yang ada pada usaha debitur masih dapat menjamin pengembalian pinjaman yang telah diambil sebelumnya.

d. Collateral

Collateral dapat diartikan sebagai barang jaminan. Pengertian collateral ini adalah barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam/debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Collateral bermanfaat sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal. Untuk penilaian terhadap collateral dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut ekonomis atau nilai ekonomis barang yang akan dijaminkan, serta nilai yuridisnya apakah barang-barang jaminan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai barang jaminan.

e. Condition of Economy

Condition of Economy yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. Ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana kondisi- kondisi yang mempengaruhi perekonomian suatu negara atau daerah akan berdampak positif atau negatif terhadap perusahaan yang memperoleh kredit tersebut.

f.Constraint

Constraint merupakan suatu batasan-batasan atau hambatan- hambatan yang tidak memungkinkan seseorang melakukan usaha di suatu tempat. Bank perlu mempertimbangkan hal ini karena ada kemungkinan kredit yang diberikan tidak akan dapat digunakan untuk membiayai usaha debitur.

7. Unsur-Unsur Kredit

Kredit yang diberikan suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan pada peminjam. Dengan demikian, dalam kredit terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa

prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of risk, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari.

d. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa (Suyatno, 1992:14).

8. Jenis-Jenis Kredit

Kredit sesuai kriterianya dapat digolongkan menjadi berikut: a. Dari segi lembaga pemberi penerima kredit:

1) Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan atau konsumsi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah ataupun swasta kepada dunia usaha guna membiayai permodalan atau untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang atau jasa.

2) Kredit likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada bank-bank yang beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditan.

3) Kredit langsung. Kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah atau semi pemerintah.

b. Dari segi tujuan penggunaannya, kredit dikelompokkan menjadi:

1) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan oleh bank

pemerintah atau bank swasta kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsi sehari-hari.

2) Kredit Produktif

a) Kredit investasi adalah kredit yang ditujukan untuk

membiayai modal tetap dengan jangka waktu 5 tahun atau lebih.

b) Kredit eksploitasi adalah kredit yang ditujukan untuk

pembiayaan kebutuhan dunia usaha akan modal kerja dengan jangka waktu yang pendek.

3) Perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif ( semi konsumtif dan semi produktif)

c. Dari segi dokumen, kredit ini terdiri dari:

1) kredit ekspor, yaitu semua bentuk kredit sebagai sumber

pembiayaan bagi usaha ekspor.

2) kredit impor, yaitu semua bentuk kredit sebagai sumber

pembiayaan bagi usaha impor.

d. Dari segi besar kecilnya aktivitas perputaran usaha maka jenis kredit dikelompokkan menjadi:

1) Kredit kecil, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai pengusaha kecil.

2) Kredit menengah, yaitu kredit yang diberikan kepada

pengusaha yang asetnya lebih besar dari pada pengusaha kecil. 3) Kredit besar, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha

e. Dari segi waktunya , kredit dikelompokkan menjadi:

1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu

maksimum 1 tahun.

2) Kredit jangka menengah, yaitu kredit berjangka waktu 1 tahun sampai 3 tahun.

3) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun.

f. Dari segi jaminannya, kredit dapat dibedakan menjadi:

1) Kredit tanpa jaminan, merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan dari debitur.

2) Kredit dengan jaminan, dimana untuk kredit yang diberikan pihak kreditur mendapat jaminan bahwa debitur dapat melunasi hutangnya (Untung, 2000: 4-7).

9. Jenis-Jenis Jaminan

Menurut Muljono (1993: 291-294) secara umum jaminan dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain:

a. Dari pemilik barang jaminan itu sendiri:

1) Dapat berupa kekayaan dari si debitur yang bersangkutan. 2) Dapat juga berupa kekayaan pihak ketiga lainnya yang dapat

b. Dari status kekayaan dalam suatu perusahaan:

1) Dapat berupa Aset Lancar (Current Assets) dari perusahaan. 2) Dapat pula berupa aset tetap (Fixed Assets) suatu perusahaan. c. Dari wujud barang jaminan itu sendiri:

1) Jaminan dalam bentuk tangible asset yaitu barang-barang yang ada ujudnya secara fisik.

2) Jaminan dalam bentuk intangible asset yaitu jaminan kredit yang tidak ada ujudnya secara fisik.

d. Dari fungsinya dalam kegiatan perkreditan yang bersangkutan:

1) Jaminan utama, yaitu barang-barang yang diperoleh dengan

kredit yang bersangkutan dan kemudian dijaminkan kepada bank kembali.

2) Jaminan tambahan, yaitu barang-barang jaminan lainnya di luar yang dibiayai dengan kredit tersebut dengan maksud sebagai alat pengaman terhadap kredit yang ditarik debitur.

e. Dari jumlah kreditur, jaminan dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Jaminan tunggal, yaitu atas suatu kekayaan hanya ada

pengikatan jaminan dengan satu bank saja.

2) Dapat pula jaminan tersebut berupa jaminan gabungan yang

diikat sebagai barang jaminan oleh kreditur secara bersama- sama.

f. Dari kestabilan nilai barang jaminan:

1) Barang yang akan mengalami penurunan nilai rupiahnya dari waktu ke waktu.

2) Barang yang akan mengalami kenaikan nilai rupiahnya dari

waktu ke waktu yang lain. g. Dari penguasaan barang jaminan:

1) Secara fisik dikuasai oleh bank, dan disimpan dalam gudang atau dalam khasanah bank.

2) Secara fisik dikuasai dan digunakan kembali oleh pihak

debitur, terutama jaminan utama yang diikat bank dengan cara fiducia.

h. Dari risiko barang jaminan, yaitu:

1) Kekayaan yang mengandung risiko tinggi, dapat berupa

kebakaran, hilang, rusak, sehingga bank perlu diasuransikan untuk mencegah kerugian.

2) Kekayaan yang tidak mengandung risiko sehingga tidak perlu diasuransikan.

i. Dari sudut yuridis:

1) Jaminan kebendaan yaitu jaminan berupa barang yang haknya dimiliki penuh oleh debitur, dapat berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak.

2) Jaminan bukan kebendaan, yaitu suatu perjanjian dimana pihak ketiga menyanggupi kepada pihak berpiutang bahwa ia

menyanggupi pembayaran utang apabila si berutang wanprestasi.

10.Kegagalan Kredit

Kegagalan kredit yaitu terjadinya kesulitan pengembalian pinjaman yang telah diberikan kepada para debitur. Menurut Muljono (1993: 474-477) penyebab terjadinya kegagalan kredit sebagai berikut:

a. Self Dealing (Berusaha Untuk Diri Sendiri)

Self dealing yaitu adanya keterlibatan para aparat bank di dalam kegiatan usaha nasabahnya, karena pejabat bank tersebut mempunyai kepentingan pribadi atas pemberian kredit tersebut. b. Anxiety For Income (Haus Akan Laba)

Keseimbangan antara penawaran dan permintaan modal, sehingga penerimaan kredit oleh seseorang dianggap suatu keberhasilan akan memperoleh income atau laba.

c. Compromise of Credit Principles (Kompromi Terhadap Prinsip- Prinsip Kredit)

Pimpinan bank oleh karena berbagai alasan, dapat menyetujui pemberian kredit yang mengandung risiko yang tidak layak atau dengan syarat-syarat yang tidak dapat dibenarkan yang diketahui melanggar prinsip-prinsip kredit.

d. Non-Existance of Sound Lending Policies (Kegiatan Kebijaksanaan Perkreditan yang Kurang Sehat)

Ketiadaan perencanaan dan garis-garis petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan perkreditan yang sehat dan penetapan dasar-dasar realistis dalam pemberian suatu pinjaman.

e. Incomplate Credit Information (Ketidaklengkapan Informasi Kredit)

Ketiadaan informasi yang lengkap merupakan salah satu penyebab dari kegagalan dalam perkreditan.

f. Complancency (Menggampangkan)

Sifat menggampangkan dalam mengelola nasabah hingga menimbulkan keteledoran dan kelalaian dalam analisa kredit, dalam pengawasan kredit dan lain-lain.

g. Lack of Supervising (Tidak Terdapat Pengawasan)

Kurangnya pengawasan yang dilakukan bank dapat

mengakibatkan terjadinya penyimpangan yang pada akhirnya mengakibatkan kegagalan dalam pelaksanaan kredit.

h. Technical Incompetence (Ketidakmampuan Teknis)

Tidak adanya kemampuan teknis dalam mengelola perkreditan oleh para pejabat bank yang bersangkutan karena kurangnya pengetahuan yang diperlukan hingga menimbulkan kesalahan pengelolaan kredit tersebut.

i. Poor Selection of Risk (Ketidakmampuan Melakukan Seleksi Risiko)

Ketidakmampuan pejabat bank dalam mengukur besarnya risiko yang ada dalam pemberian kredit menyebabkan terjadinya kegagalan kredit.

j. Overlending (Pemberian Kredit yang Melampaui Batas)

Kredit yang besarnya melampaui batas kemampuan dari peminjam untuk dilunasi atau sebaliknya underfinancing juga akan mengakibatkan kesulitan dalam pencapaian target usaha yang akhirnya mengakibatkan kegagalan dalam pengembaliannya.

k. Competition (Persaingan)

Persaingan antar bank dalam memperebutkan nasabah, khususnya dalam pemberian kredit akan mengurangi kontrol dalam pemberian kredit itu sendiri.

11.Prosedur Perkreditan

Menurut Suyatno (1992: 69-87) prosedur pemberian kredit dibagi menjadi tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Permohonan Kredit

Permohonan fasilitas kredit baru untuk mencakup permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas kredit, permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan, permohonan perpanjangan untuk kredit yang telah berakhir jangka waktunya,

permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan.

Berkas-berkas permohonan kredit dari nasabah terdiri dari surat-surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan sah, daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya lengkap diisi oleh nasabah, serta daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit. Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam register khusus yang disediakan.

b. Penyidikan dan Analisis Kredit

Yang dimaksud dengan penyidikan (investasi) kredit adalah pekerjaan yang meliputi:

1) Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.

2) Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan

kredit yang diajukan.

3) Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban

mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.

4) Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan

yang telah dilaksanakan.

Sedangkan analisis kredit adalah pekerjaan yang meliputi:

1) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala

kemungkinan dapat/tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.

2) Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi

penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan kredit nasabah.

3) Pekerjaan penyidikan dilakukan oleh petugas yang berfungsi sebagai penyidik kredit, sedangkan pekerjaan analis dilakukan oleh kredit analisis. Pembagian kerja tersebut apabila organisasi bagian kredit memungkinkannya. Apabila bank tidak mempunyai petugas khusus, penyidikan dan analisis dilakukan oleh pejabat tinggi pada bank yang dianggap cakap. c. Keputusan Atas Permohonan Kredit

Pengertian keputusan kredit adalah setiap tindakan pejabat berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui, dan atau mengkhususkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi.

d. Penolakan Permohonan Kredit 1) Oleh Bagian Kredit atau Cabang

Penolakan ini adalah untuk permohonan kredit yang nyata- nyata dianggap oleh bank secara teknis tidak memenuhi persyaratan. Langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah:

a) Semua keputusan penolakan harus disampaikan secara tertulis kepada nasabah dengan disertai alasan penolakannya.

b) Surat penolakan permohonan dibuat minimal dalam

rangkap tiga, untuk pemohon, arsip direksi, dan arsip kantor cabang.

c) Dalam hal penolakan permohonan baru jika di minta arsip permohonan dapat dikembalikan, untuk penolakan permohonan perpanjangan berarti jangka waktu kredit tidak diperpanjang, dalam hal penolakan tambahan kredit maka harus ditegaskan nasabah hanya menikmati limit kredit yang telah disetujui semula.

2) Keputusan Penolakan Direksi:

Langkah-langkah yang diambil sama dengan penolakan yang diuraikan pada penolakan oleh bagian kredit/cabang dengan memperhatikan alasan-alasan penolakannya yang disampaikan oleh direksi.

e. Persetujuan Permohonan Kredit

Yang dimaksud persetujuan permohonan kredit adalah keputusan bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Langkah-langkah yang harus diambil antara lain:

1) Surat penegasan persetujuan permohonan kredit kepada pemohon.

2) Pengikatan jaminan.

3) Penandatanganan perjanjian kredit dan surat askep 4) Informasi untuk bagian lain.

5) Pembayaran bea meterai kredit. 6) Pembayaran provisi kredit.

7) Asuransi barang jaminan dan asuransi kredit. f. Pencairan Fasilitas Kredit

Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan menggunakan kredit yang telah disetujui oleh bank. Alat-alat pencairan kredit seperti cek, kuitansi, nota pemindahbukuan, dan dokumen-dokumen lainnya tersebut akan menjadi alat bukti pembukuan. Apabila diperlukan alat bukti tersebut untuk berkas perkreditan, maka dapat dibuatkan duplikat atau foto kopinya. g. Pelunasan Fasilitas Kredit

Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap bank yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian kredit. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:

1) Perhitungan semua kewajiban utang nasabah harus segera

diselesaikan sampai dengan tanggal pelunasan.

2) Nasabah diharuskan mengembalikan sisa lembar/blanko cek

3) Penyerahan kembali dokumen jaminan kepada nasabah, setelah nyata-nyata nasabah menyelesaikan semua kewajibannya. Penyerahan dokumen jaminan tersebut harus dengan surat tanda terima dan ditandatangani oleh yang berhak. Surat tanda terima harus disimpan pada berkas jaminan.

4) Beri tahukan kepada bagian kas bahwa setelah seluruh jumlah utang dilunasi, rekening pinjaman atas nama nasabah yang bersangkutan ditutup.

5) Buatlah surat penegasan pelunasan yang antara lain berisi pernyataan terima kasih atas terjalinnya hubungan baik antara nasabah dengan bank pada waktu-waktu yang lalu.

6) Catatlah pelunasan kredit tersebut pada kartu informasi intern untuk menjaga agar informasi tetap mutakhir.

Dokumen terkait