• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. LISENSI PATEN

A. Pengertian Lisensi Paten

Lisensi berasal dari kata “licentia” yang berarti kebebasan atau ijin. Apabila seseorang memberikan suatu paten, maka hal itu berarti ia memberikan kebebasan atau persetujuannya kepada orang lain untuk dipergunakannya sesuatu yang semula tidak diperkenankan : yakni untuk memakai paten yang dilindungi hak-haknya. Tanpa persetujuan tersebut, maka orang lain itu tidak bebas menggunakan paten karena hak khusus atas paten berada ditangan orang yang memilikinya.

Menurut Sarjana Gunawan Widjaja, yang dimaksud dengan Lisensi adalah:

“Lisensi adalah suatu bentuk hak untuk melakukan satu atau serangkaian atau perbuatan, yang diberikan oleh mereka yang berwenang dalam bentuk ijin. Tanpa adanya ijin tersebut, maka perbuatan atau tindakan tersebut merupakan suatu tindakan yang terlarang, yang tidak sah, yang merupakan perbuatan melawan hukum”.24

Pemegang paten berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan Perjanjian Lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Berbeda dari pengalihan paten yang pemilikan haknya juga beralih, Lisensi melalui suaru perjanjian pada dasarnya hanya bersifat pemberian hak untuk menukmati manfaat

24

ekonomi dari paten dalam jangka waktu dan syarat-syarat tertentu pula. Kecuali jika diperjanjikan lain, lingkup lisensi paten meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 serta berlangsung selama jangka waktu Lisensi dan berlaku untuk seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

Kecuali diperjanjikan lain, pemegang paten tetap boleh melaksanakan sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Perjanjian Lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat merugikan perekonomian Indonesia, atau memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi. Perjanjian Lisensi harus dicatat dan diumumkan oleh Dirjen HaKI dengan dikenakan biaya. Jika Perjanjian Lisensi tidak dicatat Dirjen HaKI, maka Perjanjian Lisensi tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga.

Perjanjian Lisensi Paten adalah suatu ijin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain melalui suatu perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu paten yang diberikan perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu. Perjanjian Lisensi Paten memuat informasi tentang :

1) Tanggal, bulan dan tahun tempat dibuatnya Perjanjian Lisensi;

2) Nama dan alamat lengkap serta tanda tangan para pihak yang mengadakan Perjanjian Lisensi;

4) Jangka waktu Perjanjian Lisensi;

5) Dapat tidaknya jangka waktu Perjanjian Lisensi diperpanjang;

6) Pelaksanaan paten untuk seluruh atau sebagian dari paten yang diberikan Lisensi;

7) Jumlah royalti dan pembayarannya;

8) Dapat tidaknya Penerima Lisensi memberikan Lisensi lebih lanjut kepada pihak ketiga;

9) Batas wilayah berlakunya Perjanjian Lisensi, apabila diperjanjikan;

10)Dapat tidaknya Pemberi Lisensi melaksanakan sendiri paten yang telah dilisensikan kepada penerima Paten;

11)Perjanjian Lisensi dibuat secara tertulis dan harus ditandatangani kedua belah pihak.25

Dalam praktik di Indonesia secara kuantitatif permohonan paten hanya sedikit yang berasal dari dalam negeri, selainnya jumlah terbesar berasal dari luar negeri. Ini menunjukkan bahwa kemampuan orang untuk menghasilkan Invensi baru yang dapat memperoleh hak paten belum memperlihatkan angka yang menggembirakan. Dalam keadan seperti ini, untuk menunjang dan mempercepat laju industrialisasi, perjanjian lisensi sangat penting artinya. Masuknya paten dan lahirnya berbagai perjanjian lisensi merupakan konsekuensi logis dari diundangkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Lebih dari itu, hal ini merupakan bagian dari globalisasi perekonomian dunia. Negara Indonesia yang

25

A. Zen Umar Purba, 2001. “Hak Kekayaan Intelektual dan Perjanjian Lisensi”, Makalah Seminar Kontrak-Kontrak Komersil di Indonesia yang diselenggarakan oleh Sigma Confrence, Jakarta. 21 November 2001, hal. 3, diakses dari situs Ditjen HKI (www.dgip.go.id).

telah mencanangkan dirinya untuk menjadi negara industri sudah seharusnya melakukan perjanjian lisensi semaksimal mungkin.26

1. Transfer material

Pada dasarnya, perjanjian lisensi ini dimaksudkan sebagai salah satu sarana proses alih teknologi. Dengan adanya perjanjian lisensi, diharapkan negara-negara berkembang seperti Indonesia juga dapat menikmati kemajuan. Bahkan dapat menguasai teknologi yang sama yang berkembang di negara maju. Karena itu sudah seyogyanya dalam perjanjian lisensi dicantumkan pula klausula yang mewajibkan pemberi lisensi untuk melakukan alih teknologi kepada penerima lisensi.

Paten diberikan untuk Invensi-invensi dalam bidang teknologi. Negara kita saat ini baru pada tahap pemanfaatan teknologi, belum pada tahap Invensi teknologi. Karena itu, salah satu carauntuk dapat menguasai teknologi adalah dengan melakukan proses alih teknologi.

Ada tiga fase alih teknologi, yaitu :

Dalam fase ini, alih teknologi seperti ilmu pengetahuan tidak dilakukan tetapi hanya hasil-hasil alih teknologi, misalnya mesin-mesin, bahan-bahan, alat-alat, yang terkait dengan mesin-mesin dan bahan-bahan itu;

2. Transfer rancang bangun

26

Saidin. 1995. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right). Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada, hal 192

Dalam fase ini, alih teknologi dilakukan dengan unsure-unsur rancang bangun, misalnya cetak biru (blue prints), desain, formula, dan lain-lain. Bahkan jika penerima transfer dapat membuat barang-barang sesuai dengan rancang bangun ia masih harus mengimpor mesin-mesin, bahan-bahan, dan lain-lain dari pemberi transfer dan kebergantungan kepada pemberi transfer masih kuat;

3. Alih kemampuan

Dalam fase ini, alih teknologi dilakukan melalui pengalihan ilmu pengetahuan, keahlian, ketrampilan, dan juga para pakar. Dengan fase ini, penerima transfer dapat membuat tidak hanya berdasar rancang bangun, formula, dan lain-lain, tetapi juga perbaikan dan diversifikasi produk;27

1) Komersialisasi secara langsung;

Perjanjian Lisensi adalah salah satu cara untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh dari hak paten. Selain lisensi, beberapa cara lainnya yang lazim digunakan oleh pemegang paten untuk mengkomersialkan hak eksklusifnya diantaranya adalah :

2) Menjual paten kepada pihak lain;

3) Membangun usaha patungan dengan pihak lain.28

Sebelum melakukan Perjanjian Lisensi, pemegang hak sebaiknya melakukan penghitungan terhadap nilai ekonomi dari paten yang dimilikinya (patent valuation). Ada beberapa metode yang dikenal dalam patent valuation :

27

Insan Budi Maulana. 1996, hal 81

28

1) Income method

Didasarkan pada besarnya pemasukan yang diperoleh oleh pemegang paten selama jangka waktu perlindungan paten. Metode ini paling banyak digunakan untuk menghitung nilai paten dalam Perjanjian Lisensi;

2) Cost method

Didasarkan pada penghitungan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan asset yang sama baik secara internal maupun eksternal;

3) Market method

Didasarkan pada nilai transaksi yang dapat diperbandingkan yang dilaksanakan di pasar;

4) Option-based methods

Didasarkan pada metode pemberian harga yang telah dibuat sebelumnya untuk penggunaan penghitungan barang.29

1) Pembayaran Lump-sum;

Aspek penting lainnya yang perlu dilakukan sebelum mengadakan Perjanjian Lisensi adalah menentukan jenis pembayaran terkait dengan dilaksanakannya Perjanjian Lisensi tersebut. Beberapa metode yang sering dipakai dalam praktik adalah :

2) Pembayaran royalti, yang didasarkan pada :

a. Volume penjualan dari produk yang dilisensikan; b. net-sales (net sales-based royalty)

29

3) Secara umum, banyak pihak yang menggunakan metode kombinasi antara pembayaran lump-sum dan royalti.30

Dokumen terkait