• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUNJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Logistik Obat-Obatan

2. Pengertian Logistik

Logistik adalah suatu ilmu mengenai pengadaan, pemeliharaan dan penyediaan transportasi termasuk pelayanan persediaan dalam jumlah yang sangat besar kepada banyak orang ditempat-tempat yang jaranknya berjauhan. Dalam suplai mencakup semua aspek produsen, penyalur ke apotek, toko obat dan sampai pada penggunaan obat dalam hal ini adalah pasien bersangkutan.

Menurut Aditama (2003) dalam Badaruddin (2015), kegiatan logistik secara umum ada 3 (Tiga) tujuan yakni:

a. Tujuan operasional adalah agar supaya tersedia barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai;

b. Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat terlaksanan dengan biaya yang serendah-rendahnya; dan

c. Tujuan pengamanan dimaksudkan agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar lainnya, serta nilai yang sesungguhnya dapat tercermin di dalam sistem akuntansi;

Menurut Seto (2004) Kegiatan logistik di Rumah Sakit dilakukan berdasarkan siklus yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan untuk kepentingan produksi jaya pelayanan kesehatan yang bermutu. Fungsi-fungsi tersebut tergambar dalam suatu siklus manajemen logistik yang satu sama lain saling berkaitan dan sangat menentukan keberhasilan kegitaan logistik dalam organisasi

Bagan 2.1. Pengelolaan Persediaan Obat Depkes RI, 2008 Sumber: Seto (2004) Penganggaran Pengadaan Pemeliharaan dan Penyimpanan Pengendalian dan Persediaan Perencanaan & Peramalan Kebutuhan Pendistribusian Penghapusan

Sukses dan gagalnya pengelolaan logistik ditentukan oleh kegiatan di dalam siklus tersebut yang paling lemah. Apabila lemah dalam perencanaan, misalnya dalam penentuan suatu item barang yang seharusnya kebutuhannya di dalam satu periode (misalnya 1 tahun) sebesar kurang lebih 1.000 unit, tetapi direncanakan sebesar 10.000 unit. Akibatnya akan mengacaukan suatu siklus manajemen logistik secara keseluruhan mulai dari pemborosan dalam penganggaran, membengkaknya biaya pengadaan dan penyimpan, tidak tersalurkannya obat atau barang tersebut sehingga barang bisa rusak, kadaluarsa yang bagaimanapun baiknya pemeliharaan di gudang, tidak akan membantu sehingga perlu dilakukan penghapusan yang berarti kerugian (Seto, 2004). Oleh sebab harus dilakukan pengendalian pada setiap fungsi tersebut.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, pengelolaan perbekalan farmasi berfungsi untuk:

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit. b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit. 3. Pengertian Obat

Obat adalah benda yang bisa difungsikan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala atau memodifikasi proses kimia dalam tubung masing-masing. Obat merupakan zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit dan mengobati atau mencegah peyakit yang terjadi atau dialami oleh manusia maupun hewan.

Berdasarkan Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005. Obat adalah paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam upaya penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Apabila obat digunakan sbagaimana mestinya, sesuai dengan resep dan anjuran dokter, atau anjuran Apoteker Pengelola Apotek (APA), maka obat yang digunakan akan sangat bermanfaat utuk menciptakan pola kehidupan yang sehat, terhindar dari penyakit sekaligus menyembuhkan berbagai jenis penyakit uang mendera maisng-maisng individu, terlebih obat-obatan yang ada di apotek sekarang dapat dikategoikan obat-obatan modern.

Dalam Hadits Riwayat Muslim: 4084, telah menceritakan kepada kami [Harun bin Ma'ruf] dan [Abu Ath Thahir] serta [Ahmad bin 'Isa] mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb]; Telah mengabarkan kepadaku ['Amru] yaitu Ibnu Al Harits dari ['Abdu Rabbih bin Sa'id] dari [Abu Az Zubair] dari [Jabir] dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah 'azza wajalla."

Obat hanya akan berfungsi sebagai alat perantara untuk menyembuhkan atau membebaskan masing-masing individu dari berbagai jenis penyakit yang mendera keberadaannya jika digunakan secara tepat, baik secara waktu maupun dosis dari obat itu sendiri. Sebaliknya, obat akan menjadi racun bagi tubuh masing-masing individu jika dosis yang digunakan melampaui batas sewajarnya. B. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Persediaan

Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.

Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi

Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya penyelenggara pelayanan kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan mendapatkan manfaat dalam hal:

1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;

2. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;

3. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;

4. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;

5. Pemantauan terapi Obat;

6. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);

7. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang akurat;

8. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan 9. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan

pegawai.

Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high- alert medication).High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).

Dokumen terkait