• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.6 Modernisasi Zaman

2.6.2 Pengertian Modernisasi

Kata modernisasi merupakan kata benda dari bahasa latin “modernus”

(modo:baru saja) atau model baru,dalam bahasa Perancis disebut Moderne. Modernisasi secara etimologi berasal dari kata modern. Kata modern dalam kamus umum bahasa Indonesia adalah yang berarti: baru, terbaru, cara baru atau mutakhir, sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntunan zaman, dapat juga diartikan maju,baik.

Menurut Astrid S Susanto dalam bukunya komunikasi dalam teori dan praktek, mengatakan modernisasi adalah proses pembangunan kesempatan yang diberikan oleh perubahan demi kemajuan. Widjojo Nitisastro menyebut modernisasi mencangkup suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola -pola ekonomis dan politis. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial, yan bisanya perubahan sosial yang terarah (directed change) yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan Sosial Planing .

Soerjono Soekanto (1984:305) mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut :

- Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.

- Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.

- Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.

- Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. - Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin,

sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan. - Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

Modernisasi mengandung tiga makna. Makna paling umum sama dengan seluruh jenis perubahan sosial progresif apabila masyarakat bergerak maju menuju skala kemajuan yang diakui. Pemakainnya adalah dalam arti historis dan berlaku untuk seluruh periode historis. Perubahan dari hidup pra-modern ke modern. Makna yang kedua lebih khusus secara historis, yakni modernitas, yang berarti tranformasi sosial, politik, ekonomi, kultural, dan mental yang terjadi di Barat sejak abad ke-16 dan mencapai puncaknya di abad ke-19 dan 20.

Modernitas meliputi proses industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi, birokratisasi, pengaruh kapitalisme, perkembangan kapitalisme dan motivasi untuk berprestasi, meningkatnya pengaruh akan dan sains. Proses transformasi yang di lalui masyarakat tradisional atau masyarakat prateknologi untuk menjadi masyarakat yang ditandai oleh teknologi mesin, sikap rasional, dan sekuler serta struktur sosial yang sangat terdiferensiasi.

Makna modernisasi paling khusus hanya mengacu pada masyarakat terbelakang atau tertinggal dan melukiskan upaya mereka untuk mengejar ketertinggalan dari masyarakat paling maju yang hidup berdampingan dengan mereka pada periode historis yang sama dalam masyarakat global. Dengan kata lain, modernisasi melukiskan gerakan dari pinggiran menuju inti masyarakat modern.

Menurut pengertian relatif, modernisasi berarti upaya yang bertujuan untuk menyamai standar yang dianggap modern baik oleh rakyat banyak maupun oleh elite penguasa. Definisi untuk analisis, yakni melukiskan dimensi masyarakat tradisional atau masyarakat pra-modern. Neil Smeler, melukiskan modenisasi sebagai transisi multidimensional yang meliputi enam bidang. Modernisasi di bidang ekonomi berarti: (1) Mengakarkan teknologi dalam ilmu pengetahuan; (2) Bergerak dari pertanian subsistensi ke pertanian komersial; (3) Penggantian tenaga binatang dan manusia oleh energi benda mati dan produksi mesin; (4) Berkembangnya bentuk pemukiman urban dan konsentrasi tenaga kerja di tempat tertentu.

Pada awal proses modernisasi yang biasanya berupa industrialisasi, pengangguran merupakan persoalan yang meminta perhatian mendalam. Disatu pihak inovasi dibidang teknologi menyebabkan persoalan pengangguran di Negara-negara yang baru mulai dengan dengan modernisasi, tetapi dilain pihak, di Negara-negara yang relatif telah maju teknologinya, problema sosial menyangkut pengisian waktu senggang. Aktivitas-aktivitas untuk mengisi waktu senggang

yang biasanya berhubungan erat dengan upacara dan tradisi menjadi pudar dengan perkembangan teknologi tersebut.

Aspek yang paling spektakuler dalam modernisasi sesuatu masyarakat ialah pergantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern yang tertampung dalam pengertian revolusi industri. Akan tetapi proses yang disebut revolusi industri itu hanya satu bagian, atau satu aspek saja dari suatu proses yang jauh lebih luas. Modernisasi suatu masyarakat ialah suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya. (Soekadijo, 1991:1)

Di bidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya dusun industri yang besar-besar, di mana produksi barang-barang konsumsi dan barang-barang sarana produksi diadakan secara massal. Adanya dusun-dusun industri mengandung implikasi adanya organisasi-organisasi yang kompeks untuk mendirikan, menyelenggarakan, dan mengembangkan aparat produksi itu dan untuk mengadakan pembelian bahan-bahan baku serta untuk penjualan produknya.

Tambahnya pengetahuan ilmiah merupakan faktor yang terpenting dalam proses modernisasi. Maka dalam hal ini masyarakat itu lebih atau kurang modern, apabila lebih atau kurang menerapkan pengetahuan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kita dapat mencoba mendefinisikan proses modernisai itu secara demikian, yaitu dengan mendefinisikan aspek-aspek tertentu dari proses seluruhnya. Karena modernisasi itu suatu gejala yang meliputi segala-galanya, sehingga tidak dapat dipelajari di satu bidang ilmiah saja, makan di

satu gejala saja, yang harus dipandang sebagai satu aspek dari proses seluruhnya. Kemungkinan lain untuk mendefinisikan proses modernisasi masyarakat ialah dengan menggunakan indikator. Artinya, kita memilih satu gejala yang berubah bersama-sama dengan jalannya modernisasi masyarakat. (Soekadijo, 1991:5) 2.7 Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah perubahan kehidupan sosial masyarakat dari pola lama menjadi pola yang baru karena perkembangan waktu. Perubahan sosial dapat juga terjadi karena pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta cara pandang manusia terhadap suatu hal. Perubahan sosial setiap masyarakat tidaklah sama, ada yang cepat dan ada pula yang lambat tergantung pada keadaan masyarakat itu sendiri.

Masyarakat yang statis akan mengalami perubahan dan pembaruan secara lambat. Sedangkan masyarakat yang dinamis akan mengalami perubahan dan pembaruan secara cepat. Perubahan terjadi karena ketidak sesuaian unsur-unsur yang lama dengan kondisi kehidupan masyarakat. Perubahan terjadi antara lain pada unsur interaksi sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok sosial, dan pelapisan sosial.

Perubahan sosial yakni segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.(Soemardjan,Selo 1982:261)

Perubahan sosial merupakan ciri khas semua masyarakat dan semua kebudayaan, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Dalam

masyarakat modern perubahan itu sangat cepat, sedangkan dalam masyarakat tradisional sangat lambat.

Wilbert Moore mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari struktur sosial”, dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku dan interaksi sosial”. Moore memasukkan ke dalam definisi

perubahan sosial berbagai ekspresi mengenai struktur seperti norma, nilai dan fenomena kultural. (Wilbert E.Moore, 1974:3)

Perubahan sosial pada umumnya bisa berasal dari berbagai sumber. Pertambahan jumlah penduduk pasti akan menimbulkan perubahan ekologis, yang pada gilirannya merangsang terjadinya perubahan tatahubungan antara kelompok-kelompok sosial. Penemuan-penemuan dan inovasi teknologis, apabila diterapkan dalam skala yang cukup besar, mungkin akan menimbulkan suatu tatanan baru dalam kehidupan ekonomi dan dengan demikian bisa menimbulkan perubahan menuju apa yang disebut kebiasaan-kebiasaan berpikir dan bertindak. Suatu perubahan ideologi dasar suatu masyarakat (misalnya dalam agama atau konsep tentang negara) atau perubahan orientasi dari masa lampau ke masa depan mudah menimbulkan kekuatan-kekuatan yang menyebabkan timbulnya perubahan sosial. Singkatnya, sumber-sumber pokok dari perubahan sosial terletak di dalam lingkup biologi, teknologi, dan ideologi masyarakat (Robert M.Maclver, 1961: hal 508.635)

Sebagai dampak perubahan sosial, masyarakat akan bersikap dan berprilaku sesuai dengan tuntutan perubahan tersebut. Meskipun terjadi perubahan

keseimbangan dan harmonisasi dalam kehidupan masyarakat. Keseimbangan dalam masyarakat merupakan situasi yang menjadi harapan setiap masyarakat.

Keseimbangan ini dimaksudkan sebagai situasi dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok dari masyarakat berfungsi pada tempatnya. Dalam kondisi yang demikian, individu akan merasakan ketentraman karena tidak ada benturan dalam norma dan nilai-nilai. Jika muncul gangguan terhadap situasi tentram tersebut, maka masyarakat dapat menolaknya, atau merubah susunan pranata kemasyarakatan untuk menerima suatu unsur yang baru.

Namun demikian, masuknya unsur-unsur baru tersebut dipaksakan oleh suatu kekuatan. Ketika masyarakat menolaknya oleh karena unsur-unsur baru tidak menimbulkan kegoncangan, namun pengaruhnya akan tetap ada, namun tidak membahayakan hakikat norma yang ada. Norma-norma dan nilai-nilai sosial tidak akan terpengaruh, dan dapat berfungsi secara wajar.

Dokumen terkait