• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

F. Pengertian MUI, Sejarah MUI, Tugas-tugas MUI

1. Pengertian MUI

Majelis ulama indonesia atau sering dikenal dengan istilah MUI terdiri dari tiga suku kata, majelis yakni wadah atau perkumpulan, ulama memiliki makna orang yang memiliki ilmu pengetahuan atau mengetahui akibat sesuatu.40

Majelis ulama indonesia adalah wadah musyawarah para ulama, zu‟‟ama dan cendikiawan muslim yang kehadirannya bermanfaat untuk mengayomi dan menjaga ummat. Selain itu MUI juga sabagai wadah silaturahim yang menggalang ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah, demi untuk mencapai dan mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis, aman, damai dan sejahtera dalam kesatuan negara republik indonesia. Untuk menjalankan fungsi dan tujuan diatas MUI melakukan upaya pendekatan yang proaktif, responsive dan reventif terhadap berbagai problem-problem itu sendiri mungkin dapat diatasi, untuk tidak menimbulkan dampak yang lebih luas pada masyarakat khususnya umat Islam.41

39

Muhammad Al Ghazali, Mutiara Ihya‟ „Ulumuddin, (Bandung: Mizan, 2008), hlm. 332. 40 Lois Ma‟luf, Munjid fi al-Lughah wa A‟lam, (Beirut: dar Fikr, 1986), hlm. 527.

41

Tim Penulis MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi‟ah di Indonesia, (Jakarta: Formas, 2001), hlm. 15.

27

Menurut habib rizieq shihab, MUI adalah salah satu wadah di indonesia yang berfungsi menegakkan syari‟at Islam di tengah masyarakat yang majemuk. Ketika wacana NKRI bersyari‟ah digulirkan, sudah biasa terdapat sambutan pro dan kontra. Yang pro adalah ummat yang merindukan pemimpin yang mampu mewujudkan NKRI yang lebih bersih dari berbagai konflik keagamaan baik disebabkan oleh masalah politik, paham liberal, aliran sesat dan lain sebagainya.42

2. Sejarah MUI

Kemajuan dalam dunia iptek dan tuntutan pembangunan yang telah menyentuh seluruh aspek kehidupan, di samping membawa berbagai kemudahan dan kebahagian, menimbulkan sejumlah perilaku dan persoalan-persoalan baru. Cukup banyak persoalan yang beberapa waktu lalu tidak pernah dikenal, bahkan tidak pernah terbayangkan, kini hal itu menjadi kenyataan.43

Kaum muslimin meyakini bahwa Islam merupakan agama yang mampu mengatur kehidupan ummat manusia secara sempurna dalam semua segi kehidupan. Walaupun agama ini sudah melalui sejarah yang panjang, sejak mulai diturunkan Allah kepada Nabi muhammad lebih 14 abad yang lalu, hal ini tidaklah menjadikan Islam kaku dalam menghadapi sejarah yang dilaluinya, melainkan sebaliknya,

42

Habib Rizieq Shihab, Wawasan Kebangsaan Menuju NKRI Bersyari‟ah, (Jakarta selatan: Suara Islam Press, 2000), hlm. 5.

43

Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 3.

mengakibatkan islam semakin dewasa untuk beraplikasi di tengah-tengah kehidupan ummat manusia.44

Dalam kegiatan kenegaraan, khususnya sesudah kemerdekaan, pemerintah melihat bahwa ummat Islam sebagai kelompok mayoritas di negara ini, memiliki potensi yang tidak bisa diabaikan. Pemerintah menilai bahwa suatu program, apabila yang berkaitan tentang agama, hanya bisa sukses disokong oleh agama, atau sekurang-kurang ulama tidak menghalanginya. Ini berarti bahwa kerja sama ulama sangat diperlukan oleh pemerintah. Untuk maksud tersebut, di zaman soekarno telah didirikan majelis ulama indonesia yang kemudian disusul dengan lahirnya berbagai majelis ulama daerah.

Wujud dari majelis ulama yang ada di berbagai daerah itu belum mempunyai pegangan dan cara kerja yang seragam, sampai akhirnya atas prakarsa pemerintah orde baru diadakan suatu musyawarah nasional ulama yang terdiri atas utusan wakil-wakil ulama propinsi se-indonesia di jakarta dari tanggal 21 sampai 28 juli 1975. Musyawarah inilah yang berhasil secara bulat menyepakati berdirinya majelis ulama indonesia (MUI).45

Selama rentang waktu 40 tahun sejak lahirnya MUI pada tahun 1975, MUI sebagai lembaga penghimpunan para ulama merupakan penerus tugas-tugas para nabi (warasatul anbiya) dan concern terhadap kesejahteraan rohani ummat, tentunya telah

44

Helmi Karim, Konsep Ijtihad Majelis Ulama Indonesia Dalam Pengembangan Hukum

Islam, (Pekanbaru: Susqan Press, 1994), hlm. 1.

45

29

banyak menghasilkan produk berwujud fatwa-fatwa yang membahas berbagai dimensi kehidupan masyarakat. MUI telah menertbitkan berbagai macam fatwa dalam masalah ibadah, hukum, sosial, politik, etika dan bahkan juga ekonomi.

Fatwa-fatwa yang dihasilkan majelis ulama Indonesia MUI itu adakalanya menimbulkan kontroversi di tengah-tengah masyarakat, ada juga yang memandangnya sebagai corong penguasa, dan ada pula yang masyarakat yang menilainya sebagai tidak konsisten. Munculnya respon seperti itu dari masyarakat sangat erat kaitannya dengan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap konsep ijtihad majelis ulama indonesia MUI serat ciri-ciri hukum Islam yang dijadikan acuan oleh majelis ulama indonesia dalam menghasilkan fatwa.

3. Tugas-tugas MUI

Dilihat dari latar belakang sejarahnya, pendirian MUI merupakan hasil dari proses panjang dari tarik nemarik antara hubungan agama dan negara yang direpresentasikan oleh kelompok ulama dan kelompok sekular nasionalis, juga adanya kepentingan pemerintah kepada ummat Islam. Salah satu tugasnya MUI, diharapkan melaksanakan tugasnya dalam pemberian fatwa-fatwa dan nasehat, baik kepada pemerintah maupun kepada kaum muslimin mengenai persoalan-persoalan

yang berkaitan dengan keagamaan khususnya dan semua masalah yang dihadapi bangsa umumnya.46

Sehubungan dengan berbagai amanat baik dari kepala negara ataupun sejumla mentri serta pemikiran dan saran dari peserta musyawarah maka munas I MUI telah merumuskan dalam pasal 4 pedoman pokoknya yang menyebutkan bahwa MUI berfungsi:47

1. Memberi fatwa dan nasehat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerintah dan ummat Islam umumnya sebagai amal ma‟ruf nahi munkar, dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional.

2. Memperkuat ukhuwah Isalamiyah dan melaksanakan kerukunan antara ummat beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.

3. Mewakili ummat Islam dalam konsultasi antar ummat beragama.

4. Penghubung ulama dan umara (pemerintah) serta jadi penerjemah timbal balik antara pemerintah dan ummat guna mensukseskan pembangunan nasional.

5. Majelis ulama tidak berpolitik dan tidak operasional.

46

Tim Penyusun, Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Perspektif Hkum dan

Undang-undang, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI,

2012), hlm. 44. 47

31

G. Makna Radikal, Pengertian Radikal, Kemunculan Radikal, Ciri-Ciri

Dokumen terkait