• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. TINJAUAN   PUSTAKA

2.4. Mutu atau Kualitas

2.4.1. Pengertian Mutu atau Kualitas

Terdapat beberapa pengertian tentang mutu atau kualitas yang menunjuk langsung terhadap atribut atau sifat-sifat dari produk atau jasa yang bersangkutan. Menurut Ahyari (2003) kualitas dapat didefinisikan sebagai jumlah dari atribut yang dideskripsikan dalam produk atau jasa yang bersangkutan. Definisi mutu yang diadopsi dari American Society for Quality Control oleh Barry Render dan

Jay Heizer (2001) bahwa mutu adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Pendapat lain mengatakan bahwa definisi mutu berorientasi pada pengguna atau pemakainya, yang mengatakan bahwa mutu “tergantung pemakai menganggapnya”. Definisi kualitas lainnya dari Tjiptono dan Diana (2003) menjelaskan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya yang memenuhi atau melebihi harapan. Definisi mutu atau kualitas lainnya adalah sifat atau karakter dari suatu produk atau jasa yang dapat memuaskan si pemakai atau konsumen. Sehingga dapat dikatakan bahwa orientasi dari mutu atau kualitas adalah konsumen pemakai langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Schroeder (2002) yang menjelaskan mutu pada umumnya telah didefinisikan sebagai kecocokan penggunaan. Ini berarti bahwa produk atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan; artinya produk itu cocok dengan penggunaan pelanggan. Kecocokan penggunaan dikaitkan dengan nilai yang diterima pelanggan dan dengan kepuasan pelanggan. Hanya pelanggan yang menentukannya, bukan produsen. Produsen harus terus berusaha memperbaiki mutu dengan melakukan penyempurnaan yang berkesinambungan terhadap produk-produk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengurangi variabilitas di dalam semua proses. Dari beberapa pengertian mutu atau kualitas maka dapat disimpulkan bahwa mutu atau kualitas merupakan suatu ukuran seberapa dekat sebuah barang atau jasa memiliki kesesuaian dengan standar-standar yang ditentukan. Standar yang ditentukan bisa beraneka macam,

tergantung pihak mana yang menetapkannya. Misalnya standar bahan baku, standar produksi, standar fungsi produk dan sebagainya.

Direktorat Teknologi PT. Rajawali Nusantara Indonesia (PT. RNI) dalam buku saku PG. RNI (2005) yang berjudul : “Teknik dan Teknologi Industri Gula” menjelaskan bahwa tebu (baik TR KSU A, TR KSU B maupun TRM) yang bermutu baik dan layak digiling memiliki kriteria Bersih, Segar, dan Manis yang disingkat dengan BSM. Sunantyo (2008) juga menjelaskan bahwa kriteria mutu tebu Bersih, Segar dan Manis (BSM) yaitu tebu bersih adalah tebu dalam keadaan bersih dari kotoran yang berupa akar, tanah, daduk, pucuk tebu dan sogolan. Tebu segar adalah tebu pada saat tebang dalam kondisi sehat dan segar tidak terserang hama/penyakit, tidak kering, tidak terbakar dan setelah ditebang langsung digiling. Sedangkan tebu manis adalah tebu dalam kondisi masak optimal, tidak layu atau kekeringan. Menggiling tebu dengan kriteria BSM ini memiliki banyak keuntungan, antara lain: menekan biaya tebang dan angkut, meningkatkan kapasitas giling, HK nira mentah, Nilai Nira Perahan Pertama (NPP) dan Meningkatkan Kadar Nira Tebu (KNT).

Penurunan mutu dapat terjadi dalam dua waktu yaitu sebelum dan sesudah tebu ditebang. Penurunan sebelum tebu ditebang dapat disebabkan oleh penyakit, hama, perubahan cuaca, dan sebagainya. Sedangkan penurunan setelah tebu ditebang dapat terjadi karena pembusukan oleh bakteri dan penggunaan sukrosa oleh tebu untuk hidup. Hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi kerusakan tebu dapat dilakukan mengurangi rentang waktu antara penebangan dan penggilingan tebu sampai pada tingkat maksimum yaitu 24 jam.

2.4.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu atau Kualitas

Tujuan mutu atau kualitas harus merupakan produk atau jasa yang dapat memberikan kepuasan terhadap konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah sebagai berikut :

1. Tujuan organisasi

Apakah perusahaan bertujuan untuk menghasilkan volume output tinggi, barang yang berharga rendah atau menghasilkan barang berharga mahal, eksklusif. Umumnya harga suatu barang akan dapat menentukan mutu barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai harga yang mahal dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik atau sebaliknya.

2. Desain produk

Salah satu faktor yang penting dipergunakan oleh konsumen dalam melihat suatu produk pertama kalinya, untuk menentukan mutu produk tersebut, adalah wujud luar (desain) produk itu. Faktor ini mencakup cara mendesain produk tersebut baik dari bentuk produk itu sendiri, maupun dalam warna, susunan (seperti pembungkusan) dan hal-hal lainnya.

3. Kualitas input dan proses produksi

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi mutu suatu produk adalah kualitas inputnya. Jika bahan baku yang digunakan tidak memenuhi standard, tenaga kerja tidak terlatih, atau perlengkapan yang digunakan tidak lengkap akan berakibat pada kualitas produk yang rendah, dan sebaliknya. Proses produksi suatu produk juga dapat mempengaruhi mutu akan produk tersebut. Apabila dalam memproduksi produk sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka akan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan sebaliknya.

Dari kedua faktor, mutu bahan baku dan proses produksi itu yang lebih mempengaruhi mutu suatu produk adalah mutu bahan baku. Umumnya jika mutu bahan baku tinggi dan proses produksi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka produk yang dihasilkan akan berkualitas tinggi juga. Tetapi apabila mutu bahan baku rendah sedangkan proses produksi sesuai dengan prosedur, maka produk yang dihasilkan akan berkualitas rendah.

4. Umpan balik konsumen

Umpan balik konsumen dapat berupa respon atau tanggapan konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Apabila perusahaan sensitif atau peka terhadap keluhan-keluhan konsumen maka dapat memperbaiki mutu produk tersebut.

Dalam Buku Saku PG. RNI (2005) menjelaskan bahwa secara umum faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu TR KSU A, TR KSU B dan TRM di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo, antara lain :

1. Pelaksanaan budidaya tanaman tebu, misalnya dalam penggunaan pupuk. 2. Banyaknya jumlah keprasan (snith), maksimal 4 kali keprasan.

3. Pelaksanaan tebang-angkut tebu, terkait dengan kotoran tebu (trash) dan jarak/waktu dari tebu ditebang hingga tebu digiling.

4. Banyaknya jumlah tebu terbakar, atau tebu yang terkena hama serta penyakit.

Menurut Hadisaputro (2007) dalam jurnal Gula Indonesia yang berjudul : “Optimalisasi Produktivitas Tebu dan Rendemen” ini menjelaskan bahwa secara teoritis keragaan tanaman (termasuk tebu) merupakan hasil saling tindak (interaction) antara faktor tanaman (genetik) dan faktor lingkungan.

1. Faktor Tanaman a. Sifat Genetik

Secara genetik tebu termasuk tanaman yang suka air tetapi peka terhadap kondisi lingkungan tumbuh berdrainase jelek. Karena itu air dapat dikendalikan secara efektif merupakan prasyarat utama untuk mencapai produktivitas yang tinggi.

b. Kebutuhan air

Kebutuhan air maksimum (mencapai 75% dari total kebutuhan air yang diperlukan tebu) terjadi saat tebu dalam fase pertumbuhan cepat, yaitu umur 3,5-8,5 bulan. Ini berarti, untuk mendukung fase pertumbuhan ini secara rata-rata per bulannya tebu memerlukan air setara curah hujan 240 mm.

c. Varietas

Varietas merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas. Namun, menanam satu varietas tebu yang mempunyai daya hasil dan rendemen tinggi secara terus-menerus dalam kurun waktu ± 5 tahun tanpa upaya revitalisasi tidak disarankan. Karena daya hasil dari tebu tersebut secara bertahap akan menurun sejalan dengan perjalanan waktu akibat proses denegeneratif dan terjadinya akumulasi penyakit-penyakit sistemik sehingga dalam kurun waktu tertentu harus

dilakukan revitalisasi atau pergantian varietas dengan melakukan bongkar ratoon atau membatasi jumlah keprasan.

2. Faktor Lingkungan a. Iklim

Air merupakan faktor pembatas utama produktivitas tebu. Pada saat ini penyediaan air bagi tebu lebih bergantung pada curah hujan atau iklim daripada air dari jaringan irigasi.

b. Masa tanam optimal

Dengan masa tanam yang tepat maka secara alami akan ada kesesuaian antara keinginan masing-masing fase pertumbuhan tebu dan kondisi iklim atau lingkungannya. Bulan Mei – Juli dapat dikatakan sebagai bulan tanam optimal.

c. Kualitas olah tanah

Kualitas olah tanah yang prima dan dalam akan memperbaiki drainase lingkungan dan mendukung perkembangan jelajah akar tebu.

d. Pupuk dan ketersediaan hara

Pada umumnya daya dukung lahan terhadap kebutuhan hara untuk tebu terbatas. Karena itu, pemupukan tebu adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan. Agar memberikan manfaat optimal maka selain jenis pupuk yang diberikan harus lengkap dan seimbang juga semua dosis pupuk tersebut harus sudah diberikan sebelum tebu berumur 3 bulan. Keterlambatan pemupukan tidak hanya menurunkan nilai tambah tetapi juga dapat menurunkan kualitas bibit karena saat ditebang tebu belum masak optimal atau karena tumbuhnya banyak sogolan.

e. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)

Pengendalian OPT tidak untuk meningkatkan produktivitas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyelamatkan potensi produksi tebu yang telah dicapai di kebun.

f. Rekayasa lingkungan

Dengan kondisi iklim yang berubah-ubah, penggunaan pupuk yang berlebih terutama N untuk meningkatkan bobot, dan tata ruang peruntukan lahan pertanian yang tidak tertata dengan baik sering menghambat proses kemasakan tebu. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan cane ripeners atau zat pemacu kemasakan (ZPK).

Berdasarkan kedua faktor tersebut yaitu faktor tanaman dan faktor lingkungan jika dihubungkan dengan kondisi mutu TR KSU A dan TR KSU B maka aspek-aspek yang membedakan mutu TR KSU A dan TR KSU B dalam usaha pengendalian mutu tebunya adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Aspek-aspek Pembeda Antara TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo

Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat dijelaskan bahwa manajemen pengendalian mutu TR KSU A lebih baik daripada TR KSU B. Hal ini dapat ditunjukkan dari aspek ketersediaan air, kualitas olah tanah dan pengendalian OPT yang lebih efektif dilakukan untuk tebu dengan kategori TR KSU A.

TR KSU A TR KSU B No Aspek Pengendalian Mutu

Sawah Sawah Tegalan

1. Ketersediaan Air Cukup Cukup Tidak Cukup 2. Kualitas Olah Tanah Intensif Kurang Intensif Kurang Intensif 3. Pupuk dan Ketersediaan Hara Cukup Cukup Cukup

Dokumen terkait